• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pustaka

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 66-70)

Menulis bagi anak usia 4-6 tahun diartikan sebagai suatu kegiatan membuat pola atau menuliskan kata, huruf atau pun simbol-simbol pada suatu permukaan dengan memotong, mengukur atau menandai dengan pena. Seperti yang tercantum dalam Permendikbud 137/2014 bahwa anak usia dini memiliki perkembangan dan kematangan sesuai usianya. Perkembangan motorik kasar, halus, ungkapan bahasa, keaksaraan, dan berpikir simbolik pada usia 3 hingga 6 tahun sangat berkaitan dengan

keterampilan menulis permulaan bagi anak usia 4-6 tahun.

Kegunaan menulis bagi mereka adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan menulis, anak akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena, itu menulis harus diperkenalkan pada anak sejak usia PAUD

untuk mempersiapkan ke jenjang SD.Menurut

Musfiroh (2008: 170), pada usia 12-14 bulan anak akan membuat coretan jika diberikan kertas dan alat tulis sedangkan pada usia 18 bulan anak akan membuat coretan atas inisiatif sendiri. Kegiatan tersebut terus berlangsung dan semakin jelas perbedaannya antara menulis dengan menggambar. Apabila dibimbing dengan baik, maka pada usia 30 bulan (2,5 tahun) anak sudah dapat menulis namanya sendiri.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kurniasari (2010: 64), kebiasaan menulis yang dilihat dari ayah, ibu dan orang dewasa lainnya akan memberikan inspirasi menulis bagi anak. Usia 3 (tiga) tahun anak sudah dapat menirukan cara orang dewasa memegang pensil walaupun belum sempurna. Ketika berusia 4 (empat) tahun, anak mulai dapat memegang dengan sempurna seperti orang dewasa sehingga dapat melakukan aktivitas seperti meng-gambar atau menulis dengan baik. Sedangkan menurut Cole (2001: 392) ada 5 Tahapan kemampuan menulis permulaan yaitu: (1) tahap mencoret (usia 2,5-3 tahun), anak mulai belajar tentang bahasa tulisan dan bagaimana mengajarkan tulisan ini; (2) tahap pengulangan secara linier (usia 4 tahun), anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar dan mempunyai tali yang panjang; (3) tahap menulis secara acak (usia 4-5 tahun), anak sudah dapat mengubah tulisan menjadi kata yang mengandung pesan; (4) tahap menulis tulisan nama (usia 5,5 tahun), Pada fase ini berbagai kata yang mengandung akhiran yang sama mulia dihadirkan dengan kata dan tulisan; dan (5) tahap menulis kalimat pendek (usia di atas 5 tahun). Menulis kalimat yang ditulis anak perkembangan menulis tersebut dapat berkembang secara baik apabila kegiatan menulis

dapat dilakukan dengan anak atas keinginan sendiri.

Dari 4 aspek bahasa seperti menyimak, berbicara , membaca dan menulis maka aspek menulis adalah keterampilan yang dapat dipelajari setelah aspek kemampuan lainnya dikuasai. Salah satunya adalah aspek koordinasi motorik halus seperti koordinasi memegang pensil dan posisi duduk serta kemampuan persepsi visual. Sejalan dengan hal tersebut Supriyatno (1997:65) menyebutkan 2 hal penting yang harus diperhatikan sebelum anak diajarkan menulis, yaitu: (1) Kematangan dan kesiapan fungsi motorik: apabila kemampuan memegang benda di antara ibu jari dan jari-jari tangan lain sudah meningkat, maka anak dapat diajarkan menulis huruf A-B-C; dan (2) Pemahaman atau penguasaan anak terhadap konsep bahasa atau simbol-simbol: anak siap dilatih untuk menulis apabila sudah bisa membedakan misalnya manakah huruf B dan P. Kurikulum di PAUD menekankan pada latihan persiapan untuk membaca (pra membaca) dan menulis (pra menulis) artinya kegiatan apa saja agar anak usia 4-6 tahun secara menyenangkan tanpa paksaan mulai menyukai kegiatan membaca dan menulis melalui kegiatan bermain. Fungsi pengembangan Bahasa Indonesia di PAUD menurut Permendiknas 137/2014 sebagai berikut.

1. Memahami bahasa reseptif, mencakup

kemampuan memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan.

2. Mengekspresikan bahasa, mencakup

kemampuan bertanya, menjawab pertanya- an, berkomunikasi secara lisan, mencerita- kan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan.

3. Keaksaraan, mencakup pemahaman

terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.

4. Menyiapkan anak untuk memasuki

pendidikan dasar.

Menurut Cooper (1997: 34) tujuan pengem- bangan bahasa aspek menulis permulaan untuk usia awal dijabarkan sebagai berikut.

1. Mengetahui bahwa cetakan itu memiliki arti

contoh dan membaca dari kiri ke kanan dari atas ke bawah.

2. Menunjukkan pemahaman dari unsur-

unsur buku seperti karakternya urutan kajian dan pembahasan.

3. Mencoba menulis untuk berbagai pilihan.

4. Menulis nama sendiri dan benda-benda lain

seperti sebagai label dan kata-kata di bawah gambar dan mulai dari bentuk kalimat sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda baca.

5. Menggunakan pengetahuan huruf untuk

menulis kata-kata sederhana dan mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks.

6. Memegang pinsil dan menggunakan secara

lebih efektif untuk membentuk huruf yang dapat dikenal.

Namun banyak sekolah PAUD di Indone- sia sudah menekankan kegiatan baca tulis dan hitung dan diharapkan anak saat masuk SD sudah siap.

Ditambah lagi, kini semakin banyak sekolah dasar yang mensyaratkan calon siswanya punya kemampuan calistung, kendati hal itu sebenarnya dilarang. Karena khawatir anaknya tidak bisa masuk ke SD favorit, para orangtua pun berlomba mengajari anaknya calistung,

antara lain dengan memilih playgroup atau TK yang menjamin balita mahir calistung sebagai persiapan masuk SD. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal, Kemdikbud, Lydia Freyani Hawadi, seperti dikutip Kompas (12/1/12) pernah mengingatkan bahwa jenjang PAUD seharusnya tidak membebani anak dengan kemampuan calistung. Siswa baru boleh diajar calistung di SD.

Membelajarkan baca tulis hitung pada anak PAUD sebagai tahap permulaan untuk pengenalan saja untuk anak usia 4-6 tahun seperti yang tercantum pada Permendikbud 137 tahun 2014 untuk usia anak 4-5 tahun tingkat pencapaian keaksaraannya adalah: (1) mengenal simbol (2) mengenal suara hewan/benda yang ada di sekitarnya (3) membuat coretan yang bermakna (4) meniru (menuliskan dan mengucapkan) huruf A-Z. Sedangkan pada usia 5-6 tahun adalah (1) menyebutkan simbol

huruf yang dikenal (2) mengenal suara huruf awal dari nama benda yang ada di sekitarnya (3) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (4) memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf membaca nama sendiri (5) menuliskan nama sendiri dan (6) memahami arti kata dalam cerita. Keterampilan menulis berkaitan dengan simbol yang sifatnya abstrak. Padahal usia 5-6 tahun menurut Piaget masih ada pada tahap praoperasional kongkrit di mana anak masih berpikir kongkrit. Oleh karena itu Permendiknud 137/2014 menyebutkan tingkat pencapaian berpikir simbolik usia 4-5 tahun adalah (1) membilang banyak benda satu sampai sepuluh (2) mengenal konsep bilangan (3) mengenal lambang bilangan (4) mengenal lambang huruf. Sedangkan untuk usia 5-6 tahun adalah1. menyebutkan lambang bilangan 1-10; (2) menggunakan lambang bilangan untuk menghitung (3) mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan (4) mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan dan (5) merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada benda pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil). Dari uraian Permendikbud 137/2014 dapat disimpulkan bahwa membelajarkan pre menulis pada usia 4-6 tahun dimulai dari posisi duduk yang benar, melatih jari terutama ibu jari, telunjuk dan jari tengah untuk siap menulis dengan berbagai kegiatan seperti meronce, bermain pasir, memindahkan barang ke tempat yang ukuran kecil, menggunting, menempel, menghitung kancing/uang/kacang atau merasakan permukaan benda yang kasar atau halus. Kompetensi Inti Bahasa Indonesia untuk kelas awal 1 dan 2 SD untuk menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia (Draft revisi Depdiknas, 2015: 2).

Tujuan pengembangan keterampilan menulis bagi anak SD kelas awal 1 dan 2 sebagai berikut:

1. Mengenal pratulis (cara duduk, cara

memegang pensil, cara meletakkan buku,

jarak antara mata dan buku, pemilihan tempat dengan cahaya yang terang).

2. Mempraktikkan kegiatan pratulis (cara

duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku,gerakan tangan atas-bawah, kiri- kanan, latihan pelenturan gerakan tangan dengan gerakan menulis di udara/pasir/ meja, melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, membuat garis tegak, miring, lurus, dan lengkung, menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf di tempat bercahaya terang).

3. Mengenal penggunaan huruf kapital untuk

awal kalimat, nama bulan dan hari, dan nama diri serta penggunaan tanda tanya pada akhir kalimat tanya huruf tegak bersambung, huruf kapital dan tanda titik dalam bahasa tulis.

4. Mengenal kosakata nama diri dan kalimat

sederhana yang didiktekan guru dari cerita dongeng dan melengkapi kalimat dongeng yang belum selesai berdasarkan gambar.

5. Mengenal kata-kata dan kalimat sederhana

yang didiktekan guru dengan memperhati- kan penggunaan tanda titik di akhir kalimat, huruf kapital untuk nama orang, nama Tuhan nama agama, dan melengkapi kalimat dongeng yang belum selesai berdasarkan gambar.

6. Menerapkan penggunaan huruf kapital

untuk awal kalimat, nama bulan dan hari, dan nama diri serta penggunaan tanda tanya pada akhir kalimat tanya, huruf tegak bersambung, huruf kapital dan tanda titik dalam bahasa tulis.

7. Menulis kata dan kalimat sederhana yang

didiktekan guru dengan memper-hatikan penggunaan tanda titik di akhir kalimat, huruf kapital untuk nama orang, nama Tuhan, nama agama, dan melengkapi kalimat dongeng yang belum selesai berdasarkan gambar.

Menulis di udara, menulis di punggung teman, menulis di pasir dst. Setelah anak siap dengan kondisi jari jemarinya maka anak diajak untuk mencoret secara acak di mana anak bebas

mengekspresikan yang ada di dalam pikirannya dalam bentuk gambar tanpa harus menyerupai benda yang dipikirkan namum anak bisa menjelaskan coretan tersebut. Dilanjutkan dengan mengajak anak untuk mencorat yang sudah terarah misalnya meniru bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran menyebar tidak beraturan di permukaan kertas. Tahap berikutnya menulis garis tiruan yang sudah dicontohkan secara beraturan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan permukaan kertas, dilakuakm secara berulang-ulang seperti menulis bentuk garis, gambar, atau geometri. Selanjutnya tahap menulis huruf nama secara acak artinya anak menuliskan nama terkadang huruf benar atau kadang hanya simbol yang ada didalam pikirannya. Kadang menulis huruf kapital atau huruf kecil namum umumnya mereka menulis huruf lepas karena buku atau media cetak banyak menggunakan huruf lepas sehingga anak sering melihat huruf lepas disbanding huruf sambung. Tahap berikutnya menuliskan nama sendiri dalam gambar atau tulisan di kertas dengan berbagai media seperti krayon, pinsil warna atau pensil.

Media yang digunakan untuk usia 4-6 tahun lebih baik yang ukurannya besar karena kelemasan jari jemari masih kurang baik sehingga mempermudah anak untuk memegang. Anak sudah mengenal banyak huruf oleh karena dengan mudah meniru huruf apa yang mereka lihat. Misalnya di iklan atau papan reklame di jalan raya. Walau anak kadang menulis masih terbalik atau salah tapi anak sudah antusias untuk menulis. Tahap berikutnya anak sudah dapat menulis sendiri karena sudah mengenal ejaan. Hal ini akan tercapai jika anak menyukai menulis karena ada motivasi dalam dirinya untuk belajar menulis. Jika anak tertekan dan frustasi mungkin tahapan terakhir belum tercapai. Oleh karena itu guru SD tidak bisa menyamaratakan kemampuan semua anak SD yang masuk kelas 1 kemampuan menulisnya sama.

Jika kita cermati dalam Kurikulum 2013 (revisis revisi Juli 2015), keterampilan menulis untuk anak kelas 1 SD yaitu (1) mengenal

pratulis (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku, pemilihan tempat dengan cahaya yang terang) dan (2) mempraktikkan kegiatan pratulis (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku,gerakan tangan atas-bawah, kiri-kanan, latihan pelenturan gerakan tangan dengan gerakan menulis di udara/pasir/ meja, melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, membuat garis tegak, miring, lurus, dan lengkung, menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf di tempat bercahaya terang). Dari uraian K-13 bahwa anak kelas 1 SD kegiatannya mengulang kembali kegiatan pra menulis saat di PAUD untuk menyamakan kemampuan anak dalam premenulis. Secara psikologis dari PAUD ke SD anak mengalami masa transisi dari dari gaya belajar, mereka perlu waktu untuk adaptasi.

Waktu libur yang cukup panjang dari PAUD menuju SD membuat motorik halus (jari jemari) anak perlu dilatih lagi oleh guru kelas 1 SD seperti memegang pensil dan duduk yang benar, menjiplak, menarik garis, menebalkan, mencontoh, mewarnai, menempel, menggunting, pengenalan huruf dan angka. Perlu waktu sekitar 3 bulan untuk mengulang kembali kegiatan pra menulis di PAUD. Selanjutnya jika anak sudah siap secara fisik dan mental untuk menulis maka anak bisa diajak belajar menulis ke tahap yang lebih kompleks seperti: menyalin huruf lalu kata lalu kalimat dengan huruf lepas, menulis huruf lalu kata dan kalimat dengan huruf sambung, menulis kata lalu kalimat yang didiktekan guru, dan menulis kalimat dan cerita menggunakan huruf sambung dengan garis 5 atau huruf lepas dan diperkenalkan tanda baca seperti huruf besar, tanda titik, tanda tanya. Selain, itu anak bisa melengkapi kata atau kalimat yang rumpang dari sebuah bacaan atau cerita sederhana.

Orang tua, pengasuh dan guru saat membelajarkan anak menulis perlu strategi yang cocok dengan perkembangan anak agar mereka termotivasi untuk belajar menulis sendiri tanpa dipaksa. Ada beberapa strategi dalam pelaksanaan kegiatan premenulis adalah sebagai berikut.

Pertama, perhatian Intens: menaruh

perhatian khusus terhadap anak  sejak usia dini 

dapat membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta kemampuan awal membaca dan menulis dengan cara bermain dan bersenang-senang anak juga mulai dapat mengembangkan kemampuan dasar berhitung, hal-hal konseptual dan kognitif serta konsep-konsep dasar ilmu alam dan pengetahuan teknis lainnya. Beberapa hal penting dapat mereka peroleh pada saat bermain seperti kemampuan memahami budaya dan seni, kemampuan mema-hami mahkluk hidup dan lingkungan sekitar, bangkitnya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan, olahraga dan rekreasi.

Kedua, beri do- rongan: stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang m e n y e n a n g k a n , yaitu pola asuh yang otoritatif (demokra- tik). Artinya: peng- asuh harus peka terhadap isyarat- isyarat anak, mem-

perhatikan minat, keinginan atau pendapa anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dankegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpamemaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik,memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapatmelakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.

Ketiga, berikan Umpan Balik Khusus: guru

atau orang tua tidak berhenti  mengevaluasi

kemampuan premenulis anak untuk ditindak lanjuti dengan melaksanakan umpan balik terhadap anak setelah selesai mengadakan kegiatan pembelajaran. Contoh: Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan motorik halus bagian tangan. Keterampilan motorik halus bagian tangan akan melibatkan banyak otot kecil: jari jemari, telapak tangan dan pergelangan tangan. Lingkungan dapat mem- pengaruhi kematangan anak untuk mempelajari sesuatu aktivitas. Anak yang berada di ling-

kungan yang kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan lebih cepat matang dan menguasai keterampilan lebih cepat daripada anak yang berada di lingkungan baik. Selayaknya anak usia 6 atau 7 tahun semua keterampilan dasar dapat dikuasai. Dunia anak adalah bermain, pada masa ini permainan menjadi dunianya. Waktu mereka dihabiskan dengan bermain. Sebuah konsep baru dapat diperoleh anak melalui bermain. Pada masa ini bermain menjadi sebuah kegiatan yang serius. Pada masa awal kanak- kanak, mainan diberikan sifat-sifat manusia, binatang atau benda tetapi menjelang masa akhir kanak-kanak mainan ini akan dimani- pulatif untuk permainan seolah-olah mereka sudah menjadi dewasa. Bermain adalah kegiatan yang dila- kukan berulang- ulang demi kese- nangan tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dica- pai. Bermain seba- gai suatu kegiatan yang muncul atas motivasi dan kehen- daknya sendiri dan tak perlu diajarkan. Belumlah pantas anak balita mengikuti lomba yang menekankan pada kesempurnaan hasil artinya merampas hak anak.

Ketika usia si kecil menginjak tahun kedua, sirkuit otak yang mengendalikan dan menkoordinasikan gerakan tangannya masih berkembang pesat seperti di tahun pertama usianya. Di samping itu, bagian otak lain yang bernama serebelum juga mulai berkembang. Serebelum bertugas mengatur waktu dan koordinasi untuk hampir semua tugas motorik.Latihan penting sekali untuk mening- katkan keterampilan motorik halus anak. Menurut Santrock (2012:56), sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini. Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Latihan ibarat umpan balik  bagi otak mereka. Makin sering si kecil berlatih, makin

Orang tua, pengasuh dan guru saat

membelajarkan anak menulis perlu

Dalam dokumen jurnal No25 Thn14 Des2015 (Halaman 66-70)