• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daily N ws Market Snapshot Tuesday, 25 January 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Daily N ws Market Snapshot Tuesday, 25 January 2011"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

WIKA : Wika Operasikan PLTD Pasanggaran Bali

Industry: Konsumsi Terigu Impor Makin Melonjak JSMR : Siap Ngutang Rp 1 Triliun

Major Indices

Close Chg Chg %

JCI 3,346.06 (33.48) (0.01)

LQ-45 585.22 (5.02) (0.01)

Turnover (in Mn Rp.)

Volume Value

JCI 2,266.79 3,533.96

LQ-45 1,366.31 2,852.46

Market Cap (in Tn Rp.)

Value JCI 2,848,025.00 LQ-45 1,880,701.00

Foreign Transaction (in Mn Rp.)

Buy Sell Net

Foreign 1.50 1.75 (0.00)

JCI Top 5 Leading Movers

Close Chg %

BBRI IJ 4,875 3.72 TLKM IJ 7,700 1.99 BBNI IJ 3,250 1.56 BBTN IJ 1,340 6.35 SMAR IJ 5,200 4.00

JCI Top 5 Lagging Movers

Close Chg %

PGAS IJ 3,900 -4.29 ITMG IJ 46,050 -3.86 BMRI IJ 5,500 -1.79 PTBA IJ 19,700 -4.14 UNVR IJ 14,000 -1.75

World Indexes

Close Chg % PER

NIKKEI 10,365.49 19.70% 20.29

HANGSENG 23,801.78 -31.44% 14.61

KOSPI 2,082.16 59.13% 15.67

STI 3,185.76 3.64% 12.65

DOW JONES 11,980.52 91.54% 14.17

FTSE 5,943.85 80.73% 17.90

Commodities

Close Chg %

WTI Crude ($/barrel) 88 -0.35

Gold 100 (USD/t oz) 1,338 0.29

CPO (RM/MT) 3,781 0.95

Coal Newc. (USD/MT) 133 -4.33

Nickel (USD/MT) 26,150 -0.04

Tin (USD/MT) 28,095 1.26

source : Bloomberg

Daily N ws Market Snapshot

• Market Prediction

Pada perdagangan Senin (24/1) indeks Dow Jones ditutup naik 108 point (+0.92%) ke level 11,980.52 menjelang keluarnya prospek dividen dan naiknya pendapatan. IHSG ditutup turun 33 point (- 0.99%) ke level 3,346.06, melanjutkan koreksi yang terjadi 3 (tiga) hari berturut – turut (pekan lalu). Asing pada hari ini tercatat masih melakukan Net Sell sebesar Rp271 miliar pada pasar reguler dengan sektor yang paling dominan adalah CoalMining dan Cement, dan melakukan Net Buy sebesar Rp88.9 miliar di sektor Banking.

Penurunan yang terjadi pada hari ini terlihat masih di area yang tidak jauh dari hari sebelumnya, dan volume perdagangan hari ini relatif cukup rendah sebesar 5.1 milliar lembar dengan total value sebesar Rp4.1 triliun. Sementara untuk hari Selasa (25/1) diperkirakan IHSG akan bergerak dikisaran 3,327 – 3,407 dengan masih dipengaruhi perkembangan atau kondisi ekonomi dan moneter Indonesia dan global serta bargain hunting yang bisa menjadi pemicu untuk saham – saham tertentu. Saham – saham yang dapat diperhatikan a.l. BBRI, BBTN, dan INDF.

• News & Analysis

• Chart in Focus

Tuesday, 25 January 2011

“Invest a few moments in thinking. It will pay good interest.”

• Economic & Strategy

NIKL (Trading Sell) KLBF (Trading Sell)

INDF (Spec Buy) BBTN (Spec Buy)

BBRI (Spec Buy) PTBA (BoW)

BBTN : Target laba BTN terlampaui

ADHI : Pendapatan 2010 Anjlok 42%

(2)

JSMR

Open High Low Close

3,125 3,175 3,075 3,075

WIKA

Open High Low Close

610 610 590 590

News & Analysis

JSMR: Siap Ngutang Rp 1 Triliun

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) siap cari utang Rp 1 triliun untuk memenuhi kebutuhan capital expenditure (capex/belanja modal) tahun 2011 sebesar Rp 3,5 triliun. Sisa kebutuhan belanja modal akan dipenuhi dari kas internal.

Demikian disampaikan oleh Direktur Keuangan PT Jasa Marga, Reynaldi Hermansjah ketika ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta (24/1/2011). "Dananya nanti bisa dari internal ataupun pinjaman bank serta pasar modal. Kalau pinjaman, rencananya kami butuh sekitar Rp1 triliun," ujarnya. Ia mengatakan, jumlah tersebut tidak termasuk dari belanja modal anak perusahaan. Perusahaan pelat merah itu menganggarkan belanja modal tahun 2011 sebesar Rp 6,2 triliun yang mencapuk total keseluruhan dari Capex Jasa Marga serta anak usahanya. Sehingga, terdapat peningkatan belanja modal sebesar 113,7 % dibandingkan belanja modal pada tahun 2010 yang berjumlah Rp2,9 triliun. (detik/wf)

Comment: Menurut kami dari total Rp.3,5 Trilliun yang dibutuhkan untuk capex perseroan masih mampu membiayai dengan dana internal Rp. 2,5 Trilliun dikarenakan perseroan mempunyai posisi kas Rp. 3,3 triliun per 30 Sep 10. Na mun pertambahan pinjama sebesar Rp. 1 trilliun akan membuat TIER perusahaan (Berapa kali EBIT dibagi biaya bunga) terus menurun dari 4.5 X (pada 9M09) menjadi 4.19 X (pada 9M10) menjadi 3.2 X. Semakin tinggi TIER menandakan semakin tinggi tingkat resiko. Na mun melihat bisnis Jasamarga dalam bidang pembangunan dan operator Tol yang termasuk defensive dan antiinflation kami melihat p enurunan TIER ini belum mengkuatirkan.Berdasarkan data Bloomb erg JSMR saat ini direkomendasi beli oleh 15 analis 1 hold dan 1 sell dengn target harga ra ta -ra ta 4200

WIKA: Wika Operasikan PLTD Pasanggaran Bali

PT Wijaya Karya Tbk (Wika) akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Pasanggaran, Denpasar, Bali, pada akhir bulan ini. Produksi listrik PLTD berkapasitas 50 Megawatt (MW) itu diharapkan bisa mengurangi defisit listrik di Pulau Bali yang mencapai 80 MW. BUMN konstruksi itu menargetkan pendapatan Rp 165 miliar per tahun dari penjualan listrik PLTD itu kepada PT Indonesia Power mulai 2011-2018. Namun, sekitar.30%

pendapatan tersebut harus dibagi dengan PT Mirlindo Padu Kencana, mitra Wika dalam joint operation pembangunan PLTD tersebut. (investor/bsms) Comment: Salah satu keunggulan yang dimiliki peru sahaan konstruksi (WIKA) disaat-saat berita seputar inflasi menjadi kekhawa tiran bagi para emiten-emiten di secto r tersebut, langkah yang diambil oleh konstruksi tersebut adalah mencoba untuk memperoleh “Recurring In come” a tau

“Pendapatan yang berkesina mbungan”. WIKA memperolehnya dari investasinya di pembangunan, penyediaan dan pengelolaan “Power Plant”

tenaga diesel di Bali ini. Dengan system BTO (Built,Transfer and Opera ting) selama 9 tahun WIKA diharapakan dapat memperoleh “return ” yang sangat baik kedepannya, dengan kepemilikan yang terbesar (70%) dari total investasi. Melihat jumalah yang diperkirakan seb esar Rp. 165 miliar atau Rp.

115 miliar (70%) kep emilikan W IKA, maka jumlah tersebut sudah ha mper mencapai 35-40% Pendapatan Bersih Perseroan. Data consensus dari

“Bloomberg” mengenai emiten ini (WIKA) meberikan hasil sebagai berikut:

Buys: 5, Holds: 1, Sells: 0, TP: 780

(3)

BBTN

Open High Low Close

1,270 1,340 1,260 1,340

BBTN: Target laba BTN terlampaui

Target laba PT Bank Tabungan Negara Tbk pada 2010 terlampaui jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang ditopang oleh pembalikkan dana pencadanga n dari penerapan sistem akuntansi baru.

Direktur Utama BTN Iqbal Latanro mengatakan manajemen peseroan pada tahun lalu membukukan kenaikan laba sekitar 60%-70% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba yang dibukukan BTN pada tahun lalu mencapai Rp490,73 miliar. Jika dihitung dengan asumsi kenaikan laba sekitar 70%, bank pelat merah itu berarti membukukan laba sebesar Rp834,24 miliar. Adapun dengan kenaikan 60%, berarti laba yang dibukukan mencapai Rp785,17 miliar. Estimasi pencapaia n terendah itu melampaui proyeksi pertumbuhan laba yang ditetapkan BTN sebesar Rp 746 miliar. (Bisnis/TD)

Comment: Kenaikan laba BBTN di tahun 2010 memberikan angin segar kepada emiten ini. Kenaikan laba tersebut akan semakin menaikan optimism investor untuk pertu mbuhan selamnjut nya di 2011. Meskipun terancam kenaikan BI Rate, BBTN masih tetap menginca r ta rget kenaikan untuk 2011 ini. Selain ancaman da ri kenaikan BI ra te, langkah BBTN untuk men capai target nya juga dapat terganggu atas penyerapan kredit p roperti pad a 2011 akibat terha mbatnya pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di sejumlah daerah. Untuk tahun 2011, BBTN menargetkan kenaikan pinjaman KPR mereka hingga 30%. Langkah BBTN mencapai ta rget pertu mbuhan akan lebih mudah karena pemerin tah telah menyiapkan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Skema pembiayaan itu memberikan subsidi untuk uang muka dan bunga kredit perumahan bagi masyarakat dengan penghasilan rendah. Pemerin tah menganggarkan FLPP tahun ini Rp 3,5 triliun untuk pembiayaan 210.000 unit rumah. Skema FLPP itu bisa membantu BBTN dalam menyalurkan kredit perumahan bersubsidi. Pengelola emiten itu menarg etkan penyaluran KPR bersubsidi di 2011 sebanyak 130.000 unit ru mah, naik 18% dari targ et di tahun 2010. Pada penutupan senin (24 Jan 2011), BBTN ditutup naik 80pt atau 6.34%, dan tutup di level Rp 1340. Berdasa rkan analisa dari Bloomberg, consensus mentarg etkan BBTN di harga Rp 1960, dengan 6 orang merekomendasikan BUY, 5 HOLD, dan 3 orang merekomendasikan SELL.

ADHI: Pendapatan 2010 Anjlok 42%

Akibat banyak proyek konstruksi yang molor, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) memprediksi pendapatan proyek konstruksi di tahun 2010 hanya mencapai Rp 6,05 triliun. Nilai tersebut anjlok dari prognosa semula yang ditargetkan bisa terjual Rp 8,6 triliun. Corporate Secretary ADHI Kurnadi Gularso menilai target penjualan akhir tahun tidak tercapai akibat banyak kontrak konstruksi yang ditunda. Selain itu, banyak penyerapan belanja negara masih bermasalah. Beberapa proyek yang tertunda tahun lalu adalah kontrak proyek jalan tol dan pembangkit energi (power plan). Tapi dia optimis semua kontrak proyek itu bisa direalisasikan pada tahun ini. Alhasil, penjualan proyek konstruksinya di tahun ini ditargetkan bakal meningkat 51% menjadi Rp 9,15 triliun. Akibatnya, laba perseroan 2011 juga diproyeksikan bakal tumbuh 10% menjadi Rp 203 miliar, dari proyeksi laba di tahun lalu Rp 185 miliar. (kontan/bsms)

ADHI

Open High Low Close

760 810 760 810

(4)

Economic & Strategy

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mencatat pangsa pasar ter igu di dalam negeri tumbuh sebesar 10,5% selama 2010. Pangsa pasar terigu naik dari 3.970.815 metrik ton (MT) di 2009 menjadi 4.388.849 MT pada tahun 2010. Direktur Eksekut if Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan kenaikan pangsa pasar itu justru dinikmati oleh terigu Impor dengan pertumbuhan 18,8%

selama 2010. Pada tahun 2008 volume terigu impor hanya 530.914 MT atau 15,09 % menguasai pangsa pasar lokal, tahun 2009 volumenya meningkat menjadi 645.010 MT atau 16,24% dari pangsa pasar lokal dan tahun 2010 volumenya melonjak menjadi 762.515 MT atau menguasai 17,37 % pangsa pasar dalam negeri. "Pertumbuhan Industri domestik rata -rata tumbuh 2 %," kata Ratna dalam siaran persnya yang diterima detikFinance, Minggu (23/1/2011). Ia menjelaskan penyebab pertumbuhan pangsa terigu di dalam negeri antara lain adanya beberapa kebijakan pemerintah seperti SNI Wajib tepung terigu, bea masuk impor terigu 5 % dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terigu impor asal India, China dan Uni Emirat sejak tahun 2006. Ratna juga mengatakan dari sisi total kinerja ekspor produk turunan gandum (ter masuk terigu) naik sebesar 72,3%. Pada tahun 2009 nilai ekspornya hanya US$ 288,979 juta sedangkan pada tahun 2010 menembus US$ 399,314 juta. (Detik/TD)

Comment: Krisis pangan sudah mulai merambah ke Terigu dan gandum. Berdasarkan informasi yang ka mi miliki, tahun 2011 ini produksi gandum di prediksi turun 5% dibandingkan 2009 -2010 karena negara-negara penghasil gandum akan mengalami penurunan produksi seperti Kanada, Rusia, Eropa, Afrika Utara. Sementara itu, konsumsi gandum dunia pada tahun 2011 akan mencapai 2%, konsumsinya naik 12 juta ton menjadi 665 juta ton bahkan konsumsi untuk gandum pakan naik 6%. Sehingga di 2011 i ni proyeksi ha rga gandum dunia lebih condong bakal terus naik akibat da ri cuaca yang semakin tidak men entu, hal ini akan berdampak pada stok gandum, yang merupakan bahan baku tepung terigu. Produksi gandum yang menurun, diperparah oleh konsumsi gandum yang meningkat sejak tahun 2007. Selain berkurang nya supply gandum ke dalam negeri, permin taan pengusaha untuk penghapusan bea masuk gandum yang sebesar 5% , masih belum mendapatkan kepastian dari pemerintah. Faktor-faktor tesebut akan menjadi pemicu kenaikan harga bahan pokok yang berbahan pokok gandum, seperti roti, mie, dan biscuit. Kenaikan tersebut akan memicu inflasi yang lebih jauh, berdasarkan data 2010 Food Stuff adalah penyumbang kenaikan inflasi yang paling besar. Selain memicu inflasi, kenaikan harga bahan pokok tersebut akan sangat membebani emiten, antara lain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Industry: Konsumsi Terigu Impor Makin Melonjak

Comment: Pada awal Q3 di bulan Juli, kami telah mendapatkan informasi dari pihak manajemen (Corporate Secretary) ADHI yang mengatakan bahwa akan banyak tender yang dilakukan oleh pemerintah diakhir semester sehubung dengan prosedural pemerin tah dengan system APBN-nya, dan memang dari pertemuan dengan manajemen, pihak manajemn e ADHI memberikan signal bahwa ADHI akan tetap optimis untuk men capai ta rget mereka. Namun dari penjelasan berita diatas, ka mi memang melihat proyek- proyek yang berskala cukup besar banyak diterima di akhir Q4 2010, dimana in secara otoma tis akan merefleksikan pendapatan yang jauh lebiih besar di tahun-tahun berikutnya. Ha rapan kami perolehan proyek-proyek besr (tenure yang panjang, >1 tahun) tahun 2009 yang di”carry-over” ke tahun 2010 akan banyak memberikan kontribusi Revenue ADHI selanjutnya di tahun 2011, begitu juga dengan proyek-p royek (tenure yang relative pendek,

<1tahun) yang di”ca rry-over” dari tahun 2010 ke tahun 2011.Data consensus dari “Bloomberg” mengenai emiten ini (ADHI) meb erikan hasil sebagai berikut: Buys: 3,Holds: 2, Sells: 0, TP:1090

(5)

Charts in Focus

NIKL (Trading Sell) KLBF (Trading Sell)

INDF (Spec Buy) BBTN (Spec Buy)

BBRI (Spec Buy)

PTBA (BoW)

Level Price Top Buyers Volume Top Sellers Volume

R1 20,050 GR 944 RX 2,032

R2 20,250 KZ 889 AK 1,769

S1 19,350 YP 498 CS 1,300

S2 19,150 NI 363 YU 1,055

Level Price Top Buyers Volume Top Sellers Volume

R1 4,950 ML 21,974 CS 8,109

R2 5,050 AK 8,321 DB 5,106

S1 4,750 LG 4,669 BW 4,853

S2 4,625 YU 3,733 YP 2,402

Level Price Top Buyers Volume Top Sellers Volume

R1 1,380 BW 28,494 RX 10,300

R2 1,440 CS 15,972 DX 8,226

S1 1,200 KZ 6,100 CS 6,339

S2 1,160 BK 5,000 ML 5,429

Level Price Top Buyers Volume Top Sellers Volume

R1 4,650 ZP 8,049 DB 4,263

R2 4,750 YU 3,703 BZ 1,682

S1 4,450 DP 243 CS 1,530

S2 4,375 ML 146 YP 934

Level Price Top Buyers Volume Top Sellers Volume

R1 2,700 KZ 13,039 ZP 9,081

R2 3,000 YU 1,393 CS 9,038

S1 2,500 BQ 1,110 YP 1,138

S2 2,300 BZ 1,014 BK 951

Level Price Top Buyers Volume Top Sellers Volume

R1 375 YP 3,113 CP 3,342

R2 380 AI 980 PD 818

S1 350 MG 693 GR 640

S2 340 IP 651 CC 148

(6)

Disclaimer:

This report is prepared strictly for private circulation only to clients of PT eTrading Securities. It is purposed only to person having professional experience in matters relating to investments. The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable.

No warranty (express or implied) is made to the accuracy or completeness of the information. All opinions and estimates included in this report constitute our judgments as of this date, without regards to its fairness, and are subject to change without notice. However, none of PT eTrading Securities (“eTS”) and/or its affiliated companies and/or their respective employees and/or agents makes any represe ntation or warranty (express or implied) or accepts any respons ibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opin ions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of eTS, its affiliated companies and their respective employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceed ings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a results of acting in r eliance upon the whole or any part of the contents of this report and neither eTS, its affiliated companies or their respective employees or agents accepts liability for any errors, omissions or misstatements, negligent or otherwise, in the report and any liability in respect of t he report or any inaccuracy therein or omission there from which might otherwise arise is hereby expresses disclaimed.

This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities. This firms and its affiliates and their office rs and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon or used any of the recomm endations herein before they have been provided to you. © PT eTrading Securities 2011.

Betrand Raynaldi

Head of Research

Cement & Strategist

Andrew Argado Consumer Goods

Budhy S M Siallagan Property & Construction

M Wafi Banking

Yessy Amelia

Eva Puspawati

Nurul Tiffani

Grace Putri Sejati Utfi Humaya

Research Analyst :

Research Support :

eTrading Research

Teddy Dwitama

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga jika angka Rp 4 triliun tersebut dapat tercapai pada kuartal ini, maka laba bersih BBRI tercatat meningkat sebesar 86,04% dibanding periode yang sama

Melihat pertu mbuhan Revenue sebesar 24,1% ini, kami melihat angka tersebut masih pada batas yang cukup waja r, namun melihat kontribusi yang cukup besar da ri

Whiz Hotel Kuta merupakan hotel pertama dari jaringan Whiz Hotels yang dibangun di Bali.. Selain di Kuta, perseroan akan mengembangkan satu hotel lagi di kawasan Legian

Melihat target 2011, pencapaian Revenue yang tumbuh 30-50% dan melihat p ertumbuhan di sector property kedepannya masih sangat menjanjikan pertumbuhannya, target tersebut

Dengan penambahan jumlah total saham yang dimiliki Lippo Group secara menyeluruh tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap operasional maupun kinerja LPKR

Pada conference ini sebagian besar perwakilan provinsi memaparkan rencana pembangunan di sector infrastruktur untuk daerah mereka masing-masing sesuai dengan kebutuhan daerahnya,

Comment: Pembagian dividen UNVR yang mencapai 100% dari laba bersih tahun 2010 menurut kami merupakan hal yang positif bagi pemegang saham.. Momentum pembagian dividen ini

Comment: dengan naiknya laba AKRA yang disebabkan karena divestasi anak perusahaan ini menjadikan AKRA memiliki dana yang cukup untuk lebih mengembangkan