• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum dan Teknologi : Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hukum dan Teknologi : Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce) - Test Repository"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

K r i s t a Y i t a w a t i , S . H . , M . H u m . A n i k T r i H a r y a n i , S . H . , M . H u m . S i g i t S a p t o N u g r o h o , S . H . , M . H u m .

H U K U M

D A N

T E K N O L O G I

(2)

H U K U M D A N T E K N O L O G I

Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce) Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Krista Yitawati, S.H., M.Hum., et.al.

Hukum dan Teknologi; Krista Yitawati, S.H., M.Hum., et.al.; Editor: Farkhani, S.H., S.HI., M.H.; Solo: Pustaka Iltizam; 2017

168 hlm.; 23 cm

ISBN: 978-602-7668-80-5

Penulis:

Krista Yitawati, S.H., M.Hum. Anik Tri Haryani, S.H., M.Hum. Sigit Sapto Nugroho, S.H., M.Hum.

Editor:

Farkhani, S.H., S.HI., M.H.

Tata Letak: Taufiqurrohman

Cover: naka_abee

Cetakan I : Februari 2017

Diterbitkan Oleh :

Perum Gumpang Baru

Jl. Kresna No. 1, Gumpang, Kartasura, Solo. Phone : 0271-7652680, HP. 081548542512

(3)

K A T A P E N G A N T A R

Bismillahirrohmanirrohiim

Assalamu’alaikum. wr. wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi penulis merasa berbahagia atas terwujudnya buku kolaborasi dengan tema besar perkembangan hukum dan teknologi di Indonesia. Terdorong keinginan oleh niat yang tulus dan ikhlas guna memperkaya khazanah keilmuan, khususnya ilmu hukum bagi para mahasiswa dan masyara-kat pembaca untuk memahami dan memperdalam tentang hukum yang bersinggungan dengan teknologi dalam hal ini khususnya ten-tang jual beli lewat dunia maya (e-commerce).

Dewasa ini, globalisasi di era pasca millenium semakin mem-buat dunia menciut dalam artian maknawi. Jarak dan ruang yang dahulu menjadi salah satu kendala dalam hubungan antar manusia dapat diterabas oleh kemajuan dan kecanggihan teknologi informa-tika. Kecanggihan teknologi informatika mampu membuat akselerasi perkembangan sisi-sisi kehidupan manusia ikut berkembang cepat pula. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan di bidang ekonomi dan perdagangan atau bisnis yang dilakukan oleh masyarakat, yakni antar pelaku usaha maupun antara pelaku usaha dan konsumen tum-buh dan berkembang dengan pesat, konsekuensi dari perkembangan tersebut adalah semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Transaksi perdagangan manual yang mengharuskan penjual dan pembeli berhadapan face to face, dilang-kahi hanya dengan melihat layar mini dan memencet tombol-tombol kecil dalam genggaman tangan.

(4)

hu-kumnya menjadi penting bagi para pebisnis. Untuk kepentingan itulah buku ini hadir, memberikan wacana dan pemahaman agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan aman.

Atas tersusunnya buku ini penulis tak lupa menghaturkan uca-pan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Setiahadi, MP selaku Rektor Universitas Merdeka Madiun yang terus memberikan dorongan semangat kepada penulis untuk dapat eksis dalam kajian-kajian ilmiah dan penulisan buku. Bapak Moch. Juli Pud-jiono, SH, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun yang memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis. Para rekan-rekan sejawat di Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun yang selalu memberikan support, saran dan kritik yang sangat berhar-ga bagi penulis.

Penulis menyadari sebagaimana pepatah kata “tiada gading yang tak retak” kiranya pembaca menemui hal yang kurang sempurna ten-tunya saran kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya dengan rasa kerendahan hati, semoga buku ini bermanfaat.

Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

Madiun, Desember 2016

(5)

D A F T A R I S I

KATA PENGANTAR ...3

DAFTAR ISI ...5

B A B I PENDAHULUAN ...7

A. Perkembangan Bisnis dan Teknologi Informasi ... 7

B. Perikatan yang Dilahirkan dari Kontrak Elektronik ...13

BAB II KEABSAHAN KONTRAK DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK ... 23

A. Bentuk Kontrak Melalui Transaksi Elektronik ...23

B. Proses Pelaksanaan Kontrak Melalui Transaksi Elektronik. ...37

C. Keabsahan Kontrak dalam Transaksi Elektronik ...44

BAB III KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM KONTRAK TRANSAKSI ELEKTRONIK ... 53

A. Hukum Pembuktian di Indonesia ...53

B. Kekuatan Pembuktian dalam Kontrak Transaksi Komersial Elektronik ...58

C. Kedudukan Para Pihak dalam Kontrak Melalui Transaksi Elektronik ...65

BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI TRANSAKSI ELEKTRONIK ... 70

A. E-commerce Sebagai Alternatif Perjanjian Jual Beli ...70

B. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik ...72

C. Bentuk Perjanjian dalam Perjanjian Jual Beli melalui Transaksi Elektronik ...76

(6)

BAB V PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI

MELALUI TRANSAKSI ELEKTRONIK ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 94

(7)

B A B I

P E N D A H U L U A N

A. Perkembangan Bisnis dan Teknologi Informasi

Teknologi diciptakan berkembang seiring dengan kebutuhan ma-nusia untuk memudahkan hidup dari sebelumnya. Kegiatan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk saling berkomunikasi, untuk pe-nyebaran dan pencarian data, untuk kegiatan belajar mengajar, untuk memberi pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk melakukan tran-saksi bisnis. Manusia selalu memperoleh perangkat atau perlengkapan baru ketika muncul kebutuhan atau sarana-sarana tersebut sepanjang perangkat tersebut dapat disediakan. Dalam kenyataannya, sejarah umat manusia sering pula dikatakan sebagai sejarah perkembangan peralatan atau sejarah perkembangan teknologi.”1

Teknologi informasi telah mengubah cara-cara bertransaksi dan membuka peluang-peluang baru dalam melakukan transaksi bisnis. Disamping itu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan tatanan sosial, ekonomi dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.2

Secara fungsional, teknologi informasi dalam suatu teknologi digi-tal tertentu, memungkinkan penghematan waktu dan ruang (efisiensi) dan kenyamanan (atau bahkan hiburan) bagi penggunanya.

Melalui perangkat jaringan komputer yang menggunakan basis data otomatis, akses ke berbagai informasi dapat ditingkatkan, sehing-ga sesehing-gala sesuatu akan berada pada ujung jari pengguna yang me-1 Assafa Endeshaw, 2007, Hukum E Commerce Dan Internet Dengan Fokus Di Asia Pasifik, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, hal. 3

(8)

miliki peralatan yang diperlukan (telepon dan modem). Akan tetapi, peningkatan ketergantungan pada teknologi yang diakibatkan oleh kompetisi yang tidak terkendali untuk melakukan inovasi dan tidak mau kalah dari yang lain, telah melipatgandakan pembeberan de-partemen pemerintahan dan bisnis pada resiko potensial berupa ke-bocoran keamanan informasi.3

Hal ini menimbulkan kerentanan terhadap akses yang tidak sah pada informasi yaitu melalui pencurian, penyadapan, pembajakan, atau penyalahgunaan telah menjadi ancaman yang nyata. Berbagai permasalahan yang dimunculkan oleh teknologi informasi dan harus dihadapi oleh hukum, semestinya telah cukup luas dan dapat diduga.

Salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini antara lain adalah teknologi dunia maya yang dikenal dengan istilah internet. Pertumbuhan pengguna internet yang sedemikian pesatnya merupakan suatu kenyataan yang membuat internet menjadi salah satu media yang efektif bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan dan menjual barang atau jasa ke calon konsumen ke seluruh dunia.

Internet mempelopori tumbuhnya transaksi perdagangan de-ngan menggunakan sarana elektronik atau yang kemudian disebut dengan electronic commerce (Transaksi Elektronik), atau yang biasa disebut dengan e-commerce. E-commerce merupakan model bisnis modern yang non-face (tidak menghadirkan pelaku bisnis secara fisik) dan non-sign (tidak memakai tanda tangan asli) dan lebih praktis tanpa kertas (paperless).4 Lazimnya dalam perdagangan konvensional, para pihak harus bertemu secara langsung apabila akan menjalankan suatu transaksi perdagangan, tetapi dalam E-commerce konsep ini berubah menjadi telemarketing yaitu perdagangan jarak jauh dengan meng-gunakan internet.

Pada dasarnya transaksi jual beli e-commerce juga merupakan kon-trak jual beli yang sama dengan jual beli konvensional yang biasa di-lakukan oleh masyarakat. Perbedaannya hanya pada media yang digu-nakan adalah media elektronik yaitu internet, sehingga kesepa-katan ataupun kontrak yang tercipta adalah melalui online. Kontrak jual beli

online, hampir sama dengan kontrak jual beli pada umumnya yang 3 Assafa Endeshaw, Op. Cit, hal. 10.

(9)

terdiri dari penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pi-hak lain. Melalui e-commerce, semua formalitas yang biasa digunakan dalam transaksi perdagangan konvensional dikurangi, disamping itu tentunya konsumen memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan membandingkan informasi setiap barang dan jasa secara leluasa tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Hilangnya batas dunia yang memungkinkan seseorang berkomu-nikasi dengan orang lain secara efisien dan efektif ini secara langsung mengubah cara perusahaan melakukan bisnis dengan perusahaan lain atau dengan konsumen. Menurut Richardus Eko Indrajit, yang mengu-tip pendapat Peter Fingar, mengungkapkan bahwa :

Pada prinsipnya e-commerce menyediakan infrastruktur bagi peru-sahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju ling-kungan eksternal tanpa harus menghadapi rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama ini menjadi isu utama. Peluang untuk membangun jaringan dengan berbagai institusi lain harus dimanfaat-kan, karena dewasa ini persaingan sesungguhya terletak bagaimana sebuah perusahaan dapat memanfaatkan e-commerce untuk mening-katkan kinerja dalam bisnis inti yang digelutinya.5

Transaksi perdagangan melalui sistem elektronik khususnya melalui internet (e-commerce) selain menjanjikan sejumlah keuntu-ngan, tetapi pada saat yang sama juga berpotensi terdapat sejumlah kerugian. Munculnya bentuk penyelewengan-penyelewengan yang cenderung merugikan konsumen dan menimbulkan berbagai per-masalahan hukum dalam melakukan transaksi e-commerce. Masalah hukum yang menyangkut perlindungan hukum terhadap konsumen semakin mendesak dalam hal seorang konsumen melakukan tran-saksi e-commerce dengan merchant dalam satu negara atau berlainan negara. Dalam jual beli melalui internet, masalah yang sering dihadapi konsumen adalah meliputi sikap pelaku usaha yang bertindak curang pada saat perjanjian jual beli dilakukan, seperti ketidakjelasan isi dari kontrak standar, produk cacat (defective product), dan ketidakpuasan atas jasa yang ditawarkan (unsatisfactory services), iklan yang menye-satkan, serta permasalahan layanan purna jual. Secara garis besar,

(10)

masalahan yang timbul berkenaan dengan hak-hak konsumen, antara lain sebagai berikut :

1. Konsumen tidak dapat langsung mengklasifikasi, melihat atau menyentuh barang yang akan dipesan.

2. Ketidakjelasan informasi tentang produk (barang dan jasa) yang ditawarkan dan/atau tidak ada kepastian apakah konsumen telah memperoleh berbagai informasi yang layak diketahui atau yang sepatutnya dibutuhkan untuk mengambil suatu keputusan dalam bertransaksi.

3. Tidak jelasnya status subyek hukum dari si pelaku usaha.

4. Tidak ada jaminan keamanan bertransaksi dan privasi serta penjelasan terhadap resiko-resiko yang berkenaan dengan sistem yang digunakan, khususnya dalam hal pembayaran secara elek-tronik baik dengan credit card maupun elektronic cash.

5. Pembebanan resiko yang tidak berimbang, karena umumnya ter-hadap jual beli di internet, pembayaran telah lunas dilakukan di muka oleh si konsumen, sedangkan barang belum tentu diterima atau akan menyusul kemudian karena jaminan yang ada adalah jaminan pengiriman barang bukan jaminan penerimaan barang. 6. Transaksi yang bersifat lintas batas negara (borderless)

menimbul-kan pertanyaan mengenai yurisdiksi hukum negara mana yang sepatutnya diberlakukan.6

Pelaksanaan jual beli melalui transaksi elektronik kini dalam prak-teknya menimbulkan beberapa permasalahan, misalnya pembeli yang seharusnya bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dari produk atau jasa yang dibelinya, tapi tidak melakukan pembayaran. Bagi para pihak yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dapat digugat oleh pihak yang merasa dirugikan untuk mendapatkan ganti rugi.7

6 Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 312. 7 Lia Sautunnida, 2008, Jual Beli Melalui Informasi elektronik (E-commerce) Kajian Menurut Buku

(11)

Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya per-janjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.8

Jika melihat salah satu syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya kecakapan maka akan menjadi permasala-han jika pihak dalam jual beli melalui informasi elektronik adalah anak di bawah umur, hal ini mungkin terjadi karena untuk mencari identi-tas yang benar melalui transaksi elektronik tidak mudah, juga apabila melihat unsur yang lain seperti terjadinya kesepakatan menjadi per-timbangan untuk menentukan relevansi penerapan asas – asas hukum yang selama ini berlaku dalam dunia informasi elektronik.

Pemanfaatan media e-commerce dalam dunia perdagangan san-gat membawa dampak pada masyarakat internasional pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Bagi masyarakat Indonesia hal ini terkait masalah hukum yang sangat penting. Pentingnya perma-salahan hukum di bidang e-commerce adalah terutama dalam mem-berikan perlindungan terhadap para pihak yang melakukan transaksi melalui informasi elektronik.9

Mengingat pentingnya hal tersebut maka Indonesia pada tahun 2008 lalu mengeluarkan peraturan khusus yang mengatur transaksi melalui informasi elektronik yaitu Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang untuk selanjut-nya disingkat UU ITE, yang pada tahun 2016 mengalami perubahan dengan pertimbangan untuk menjamin pengakuan serta penghor-matan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntu-tan yang adil sesuai dengan pertimbangan keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang demokratis, untuk itu dikeluar-kan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

8 Suharnoko,2004, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisa Kasus) Prenada Media, Jakarta, hal. 1. 9 Ahmad M.Ramli, 2000, Perlindungan Hukum Dalam Transaksi E-commerce, Jurnal Hukum

(12)

Menurut ketentuan Pasal 1 butir 2 UUITE, disebutkan bahwa tran-saksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan salah satu per-wujudan ketentuan tersebut. Selanjutnya menyangkut penyelesaian hukum jika terjadi sengketa antara para pihak yang melakukan jual beli melalui transaksi elektronik tersebut. Persoalan tersebut akan menjadi semakin rumit, jika para pihak berada dalam wilayah negara yang ber-beda, menganut sistem hukum yang berbeda pula.

Hal ini bisa terjadi, karena informasi elektronik merupakan dunia maya yang tidak mengenal batas – batas kenegaraan dan dapat di akses dari berbagai belahan dunia manapun selama masih terdapat jaringan ekonomi elektronik. Kontrak elektronik dalam transaksi elek-tronik, harus memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kontrak konvensional. Oleh karena itu, kontrak elektronik harus juga mengikat para pihak sebagaimana Pasal 18 ayat (1) UU ITE menyebutkan bahwa “transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak”.

Berdasarkan UU ITE, dikemukakan bahwa dokumen elektronik dan tandatangan digital (digital signature) tidak berlaku untuk pem-buatan dan pelaksanaan surat wasiat, surat-surat berharga selain sa-ham yang diperdagangkan di bursa efek, perjanjian yang berkaitan dengan barang tidak bergerak, dokumen-dokumen lain yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan adanya pengesahan notaris atau pejabat yang berwenang. Ketentuan ini me-ngandung arti bahwa ada akta-akta otentik tertentu yang tidak dapat dibuat dalam bentuk elektronis.

Pengakuan kontrak elektronik sebagai suatu bentuk perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Indone-sia masih merupakan permasalahan yang pelik. Pasal 1313 KUH Per-data mengenai definisi perjanjian memang tidak menentukan bahwa suatu perjanjian harus dibuat secara tertulis.

(13)

suatu bentuk perjanjian yang memenuhi ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut. Namun pada prakteknya suatu perjanjian biasanya ditafsirkan sebagai perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tertulis (paper-based) dan bila perlu dituangkan dalam bentuk akta notaris.

Selanjutnya, mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata, suatu per-janjian barulah sah jika memenuhi syarat subyektif (ada kesepakatan antar para pihak dan para pihak cakap untuk membuat perjanjian) dan syarat obyekif (obyek perjanjian harus jelas dan perjanjian dilakukan karena alasan yang halal). Dalam transaksi konvensional di mana para pihak saling bertemu, tidak sulit untuk melihat apakah perjanjian yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut. Permasalahan timbul dalam hal transaksi dilakukan tanpa adanya pertemuan antar para pihak. Di samping itu, transaksi komersial elektronik sangat bergantung pada kepercayaan di antara para pihak.Ini terjadi karena dalam transaksi komersial elektronik para pihak tidak melakukan interaksi secara fisik. Karena itu masalah pembuktian jika terjadi sengketa menjadi hal yang sangat penting.

Dalam hukum acara perdata Indonesia dikenal ada lima macam alat bukti di mana surat/bukti tulisan diletakkan pada urutan pertama. Yang dimaksud dengan surat di sini adalah surat yang ditandatangani dan berisi perbuatan hukum. Sedangkan surat yang dapat menjadi alat bukti yang kuat adalah surat yang dibuat oleh atau dihadapan notaris (akta otentik). Dari sini timbul permasalahan mengenai kekuatan pem-buktian kontrak elektronik jika terjadi sengketa antara para pihak. B. Perikatan yang Dilahirkan dari Kontrak Elektronik

Hukum Indonesia mengatur perjanjian secara umum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Buku III Bab ke dua ten-tang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian. Sedangkan untuk perjanjian yang lebih khusus diatur dalam bab V sampai dengan Bab XVIII. Perjanjian akan menimbulkan suatu perika-tan yang dalam kehidupan sehari-hari sering diwujudkan dengan janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Hubungan hukum dalam perjanjian bukanlah hubungan hukum yang dilakukan oleh pi-hak-pihak yang berkeinginan untuk menimbulkan hubungan hukum tersebut.10

(14)

Mengenai transaksi umumnya orang akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah perjanjian jual beli antar para pihak yang bersepakat untuk itu. Dalam lingkup hukum, sebenarnya istilah transaksi adalah keberadaan suatu perikatan ataupun hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Jadi jika berbicara mengenai transaksi sebenarnya adalah berbicara tentang aspek materiil dari hubungan hukum yang disepakati oleh para pihak (Pasal 1320 jo Pasal 1338 KUH Perdata), se-hingga sepatutnya bukan berbicara mengenai perbuatan hukumnya secara formil, kecuali untuk melakukan hubungan hukum yang me-nyangkut benda tidak bergerak. Sepanjang mengenai benda tidak bergerak, maka hukum akan mengatur mengenai perbuatan hukum-nya itu sendiri yakni harus dilakukan secara terang dan tunai.

Oleh karena itu, keberadaan ketentuan-ketentuan hukum menge-nai perikatan sebenarnya tetap valid karena ia akan mencakup semua media yang digunakan untuk melakukan transaksi itu sendiri. Namun dalam prakteknya seringkali disalahpahami oleh masyarakat bahwa yang namanya “transaksi” dagang harus dilakukan secara “hitam diatas putih” atau dikatakan diatas kertas dan harus bertanda tangan serta bermaterai. Padahal hal tersebut sebenarnya adalah dimaksudkan agar ia lebih mempunyai nilai kekuatan pembuktian, jadi fokusnya bu-kanlah formil kesepakatannya, melainkan materiil hubungan hukum-nya itu sendiri.

(15)

1. Tinjauan Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenk-omst (Belanda) yang diterjemahkan dengan persetujuan/perjan-jian.11 Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirin-ya terhadap satu orang atau lebih.”

Perikatan dan perjanjian merupakan dua hal yang berbeda. Perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersifat ab-strak yang menunjuk pada hubungan hukum harta kekayan an-tara dua orang atau lebih, di mana hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut.

Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian: suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada suatu pihak untuk mem-peroleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasinya.12

Abdulkadir Muhammad13 mengemukakan bahwa pengertian menurut Pasal 1313 KUH Perdata ini mengandung banyak kelema-han yaitu :

1) Hanya menyangkut sepihak saja dilihat dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Seharusnya perumusan itu “saling mengi-katkan diri”, sehingga ada konsensus dari para pihak.

2) Kata perbuatan mengandung arti tanpa konsensus, seharus-nya dipakai kata persetujuan.

3) Pengertian perjanjian terlalu luas, di mana yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapan-gan harta kekayaan saja.

11 R. Subekti, Tjitrosudibio, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Ja-karta, hal. 338.

12 M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal 6.

(16)

4) Tanpa menyebut tujuan, dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga tidak jelas untuk apa.

Endang Mintorowati14 mengartikan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.

b. Macam-macam Perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara sehingga muncullah bermacam-macam perjanjian. Pembedaan yang paling pokok adalah:15

1) Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan ke-wajiban kepada kedua belah pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUH Perdata dan Per-janjian sewa menyewa Pasal 1548 KUH Perdata.

2) Perjanjian Sepihak

Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan ke-wajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah, dimana kewajiban hanya ada pada orang yang menghibah-kan sedangmenghibah-kan penerima hibah hanya berhak menerima ba-rang yang dihibahkan tanpa kewajiban apapun.

3) Perjanjian dengan Percuma

Perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam pakai Pasal 1666 dan Pasal 1740 KUH Perdata.

4) Perjanjian Konsensuil, Riil dan Formil

(17)

diserahkan, misalnya perjanjian penitipan barang Pasal 1741 KUH Perdata. Perjanjian Formil adalah perjanjian yang me-merlukan kata sepakat tetapi undang-undang mengharus-kan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum Notaris atau PPAT, misalnya perjanjian jual beli tanah harus dibuat denngan akta PPAT.

5). Perjanjian Bernama atau Khusus dan Perjanjian Tak Bernama Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUH perdata Bab V sampai dengan Bab XVIII, misalnya perjanjian jual beli. Per-janjian tak bernama adalah perPer-janjian yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang misalnya perjanjian kredit. c. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUH Per-data, antara lain :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, c. Suatu hal tertentu,

d. Suatu sebab yang halal

Dua syarat pertama disebut syarat subjektif karena mengenai para pihak dalam suatu perjanjian. Sedangkan dua syarat yang terakhir disebut syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perjanjian yang dilakukan.

d. Lahirnya Perjanjian

(18)

e. Isi Perjanjian

Isi perjanjian adalah :

1) Hal – hal yang dengan tegas ditentukan dalam perjanjian. 2) Segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang (Pasal 1339 KUH Perdata).

Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan di-anggap secara diam-diam dimasukkan dalam perjanjian meski-pun dengan tidak tegas dinyatakan.

f. Ingkar Janji (Wanprestasi)

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak berprestasi (tidak melaksanakan kewajibannya) dan dia dapat dipersalahkan.

g. Keadaan Memaksa (Overmacht)

Overmacht adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur untuk melakukan prestasi sebelum ia lalai/alpa dan ke-adaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya.

h. Ganti Rugi

Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi kare-na wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi diatur dimulai dari Pasal 1243 KUH Perdata menyatakan penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak di-penuhinya suatu perikatan.

Sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum dia-tur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.Ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang dirugikannya.16

(19)

2. Tinjauan Tentang E-commerce

a. Internet

Saat ini kita telah memasuki era millenium ke 3, yang ditandai dengan era teknologi informasi yang memperkenalkan kepada kita media dunia maya (cyberspace) atau informasi elektronik, yang mempergunakan komunikasi tanpa kertas (paperless document).

Apabila kita melihat pada sejarah perkembangan informasi elektronik bahwa sekitar tahun 1969 di Amerika Serikat, diben-tuk jaringan komputer di Univercity of California di Los Angeles, Univercity of California di Santa Barbara, Univercity of Utah dan Institut Penelitian Stanford. Proyek ini mendapat dana dari De-partemen Pertanahan Amerika Serikat dengan nama Advances Researche Project Agence (ARPA). Jaringan Advances Researche Proj-ect Agence atau ARPANET ini di desain untuk mengadakan sistem desentralisasi informasi elektronik.

Sekitar tahun 1983, Yayasan Nasional Ilmu Pengetahuan (National Science Foundation) memperluas Arpanet untuk meng-hubungkan komputer seluruh dunia. Informasi elektronik, terma-suk electronic mail (e-mail) yang berkembang sampai tahun 1994, pada saat mana ilmu pengetahuan memperkenalkan World Wide Web. Seterusnya penggunaan web meluas ke kegiatan bisnis, in-dustri, dan rumah tangga di seluruh dunia.17

Mengenai pengertian internet, D.E. Corner menulis dalam suatu ensiklopedi elektronik bahwa:

“internet, computer based global information sistem. The internet is composed of many interconnected computer networks. Each network may link tens, hundreds, or even thousands of comput-ers, enabling them to share information with one another and to share computational resources such as powerfull supercomputers and databases of information. (Internet, sistem informasi global berbasis komputer internet terbentuk dari jaringan komputer yang saling terkoneksi. Tiap jaringan dapat mencakup pulu-han, ratusan atau bahkan ribuan komputer, memungkinkan

(20)

mereka untuk berbagi informasi satu dengan yang lain dan untuk berbagi sumber-sumber daya komputerisasi seperti supercomputer-superkomputer yang kuat dan database-da-tabase informasi)18

Secara teknis, internet/informasi elektronik merupakan jarin-gan komputer yang bersifat global dimana dilakukan pertukaran informasi oleh para pengguna informasi elektronik. Suatu jaringan komputer dapat saja dibentuk dalam suatu lokasi terbatas dan ke-cil, misalnya jaringan yang terdiri dari beberapa komputer di suatu gedung kantor. Ini dinamakan Local Area Network (LAN). Tetapi, informasi elektronik merupakan jaringan komputer yang memiliki cakupan wilayah amat luas, yaitu bersifat global.

b. E-commerce sebagai transaksi tanpa kertas (

pa-perless transaction)

Istilah informasi elektronik sekarang ini dikenal pula istilah

cyberspace, yang biasanya diterjemahkan ke Bahasa Indonesia se-bagai dunia maya. Istilah Cyberspace ini sebenarnya merupakan istilah lain dari informasi elektronik.

Dewasa ini, teknologi informasi berkenaan dengan cyberspace

(dunia maya) telah digunakan di banyak sektor kehidupan. Menu-rut Wiradipradja dan Budhijanto.“sistem informasi dan teknolog-inya telah digunakan di banyak sektor kehidupan, mulai dari perdagangan/bisnis (electronic commerce/e-commerce) pendidi-kan (electronic education), kesehatan (tele-medicine), telekarya, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai ke sektor hi-buran, bahkan sekarang timbul pula untuk bidang pemerintahan (e-government).”19

Mengenai pengertian e-commerce, diberikan keterangan oleh Peter Scisco, bahwa :

“Electronic Commerce or e-commerce, the exchange of goods and services by means of the informasi elektronik or other com-puter networks. E-commerce follows the same basic principles

18 E. Corner, 2003,Informasi elektronik dalam Microsoft, Microsoft Encarta Reference Library 2003, Microsoft Corporation, Ensiklopedi Elektronik, Jakarta, hal. 28.

(21)

as traditional commerce – that is, buyers and sellers come to-gether to exchange goods for money. But rather than conduct-ing business in the traditional way – in stores and other “brick and mortar” buildings or through mail order catalogs and tele-phone operators – in e-commerce buyer and sellers transact business over networked Computers.(Electronic Commerce atau e-commerce, pertukaran barang dan jasa menggunakan Informasi elektronik atau jaringan komputer lainnya. E-com-merce mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan perdagangan tradisional yaitu, pembeli dan penjual datang bersama-sama guna saling menukarkan barang-barang un-tuk uang. Tetapi tidak sebagaimana melakukan bisnis dalam cara tradisional dalam took-toko dan gedung- gedung “yang terbagi atas unit dan kelompok” atau melalui katalog su-rat pesanan dan opesu-rator telepon dalam e-commerce pem-beli dan penjual melakukan transaksi bisnis melalui jaringan komputer.)20

c. Perjanjian Jual Beli Secara Elektronik

1) Pengertian Jual Beli Secara Elektronik

Pada transaksi jual beli secara elektronik, para pihak ter-kait di dalamnya melakukan hubungan hukum yang dituang-kan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai dengan Pasal 1 butir 17 UUITE disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektron-ik lainnya.

Dengan kemudahan berkomunikasi secara elektronik, maka perdagangan pada saat ini sudah mulai merambat ke dunia elektronik. Transaksi dapat dilakukan dengan kemuda-han teknologi informasi, tanpa adanya halangan jarak. Peny-elenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan baik dalam lingkup publik ataupun privat.

(22)

2) Para Pihak dalam Jual Beli Secara Elektronik

Dalam dunia e-commerce dikenal dua pelaku, yaitu mer-chant/pelaku usaha yang melakukan penjualan dan buyer/

customer/konsumen yang berperan sebagai pembeli.Selain pelaku usaha dan konsumen, dalam transaksi jual beli melalui transaksi elektronik juga melibatkan provider sebagai penye-dia jasa layanan jaringan informasi elektronik dan bank seb-agai sarana pembayaran.

(23)

BAB II

K E A B S A H A N K O N T R A K D A L A M

T R A N S A K S I E L E K T R O N I K

A. Bentuk Kontrak Melalui Transaksi Elektronik

Pada umumnya perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan perdagangan yang mempertemukan antara pihak pem-beli dan pihak penjual secara langsung, pembayaran harga dan peneri-maan barang langsung di tempat transaksi tersebut. Berdasarkan ke-sepakatan antara para pihak itulah maka perjanjian jual beli tersebut dilakukan. Dalam transaksi elektronik tidak ada proses tawar menawar seperti pada transaksi di dunia nyata. Barang dan harga yang ditawar-kan terbatas dan telah ditentuditawar-kan oleh penjual. Jadi jika pembeli tidak sepakat, maka pembeli bebas untuk tidak meneruskan transaksi dan pembeli dapat mencari website lain yang sesuai dengan keinginannya.

Dalam lingkup hukum, sebenarnya istilah transaksi adalah ke-beradaan suatu perikatan ataupun hubungan hukum yang terjadi an-tara para pihak. Transaksi sebenarnya adalah suatu aspek materiil dari hubungan hukum yang disepakati oleh para pihak sehingga sepat-utnya bukan mengenai perbuatan hukumnya secara formil, kecuali untuk melakukan hubungan hukum yang menyangkut benda tidak bergerak.21

Oleh karena itu, keberadaan ketentuan-ketentuan hukum menge-nai perikatan sebenarnya tetap ada karena mencakup semua media yang digunakan untuk melakukan transaksi itu sendiri baik dengan media kertas maupun dengan media sistem elektronik. Tetapi dalam praktek seringkali disalahpahami oleh masyarakat bahwa transaksi da-gang harus dilakukan secara hitam di atas putih atau dapat dikatakan di atas kertas dan harus bertanda tangan serta bermaterai. Sebenarnya hal tersebut dimaksudkan agar suatu transaksi lebih mempunyai nilai

(24)

kekuatan pembuktian hukumnya, jadi fokusnya bukanlah formil kes-epakatannya melainkan materiil hubungan hukumnya itu sendiri.

Keberadaan transaksi dalam lingkup ilmu teknologi informasi, dipahami sebagai suatu perikatan ataupun hubungan hukum antara pihak yang dilakukan dengan cara saling bertukar informasi atau data untuk melakukan perdagangan. Oleh karena itu, dalam proses pertu-karan informasi atau data harus sesuai dengan kaedah-kaedah dasar dalam aspek keamanan berkomunikasi, yaitu antara lain harus bersifat

confidential, intregity, authority, authencity dan non repudiation. Den-gan demikian, informasi yang disampaikan antara para pihak yang dijadikan dasar transaksi baru dapat dikatakan mengikat apabila infor-masi tersebut dijamin kebenarannya. Sistem komunikasi yang aman ini merupakan keterpaduan antara keberadaan sistem perangkat keras komputer, perangkat lunak komputer maupun dengan operator (ma-nusianya).

Pada dasarnya transaksi elektronik merupakan perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik yang memadukan jaringan dari sistem informasi berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jasa jaringan dan jasa telekomuni-kasi yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet, sehingga syarat sahnya perjanjian juga akan tergan-tung pada esensi dari sistem elektronik itu sendiri dan suatu perjanjian dikatakan sah apabila dapat dijamin bahwa semua komponen dalam sistem elektronik itu dapat dipercaya dan/atau berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini terdapat beberapa bentuk perdagangan me-lalui internet antara lain sebagai berikut :

1. Perdagangan dengan internet (Internet Commerce)

Perdagangan dengan internet (Internet Commerce) adalah sistem perdagangan yang menggunakan internet sebagai media pemasaran dan media penjualan. Setelah melakukan pemesanan atau pembelian barang, pembeli membayar sejumlah uang me-lalui kartu kredit atau mengirim ke nomor rekening tertentu dan selanjutnya barang akan melalui tahap pengiriman.

(25)

adalah sistem perdagangan yang menggunakan internet sebagai tempat melakukan penawaran dalam sebuah kelompok pasar, se-hingga pembeli dapat membandingkan berbagai macam harga dan barang yang ditawarkan. Keuntungan bagi pelanggan adalah efisien dalam hal waktu dan perdagangan terlihat lebih nyata. Se-dangkan bagi penjual adalah penjual dapat mendistribusikan in-formasi mengenai produk dan pelayanan yang ditawarkan den-gan lebih cepat sehingga dapat menarik pelangden-gan.

3. Perdagangan dengan sistem pertukaran data secara elektronik (Electronik Data Interchange)

Perdagangan dengan sistem pertukaran data secara elek-tronik (Elektronik Data Interchange) adalah sarana pertukaran data transaksi regular dengan format standar yang dilakukan berulang dalam jumlah besar antara organisasi komersial. Biasanya digu-nakan oleh kelompok retail yang besar ketika melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka. Keuntungannya adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.

Berdasarkan ruang lingkup aktifitasnya, praktek bisnis yang berkembang dalam internet dibagi menjadi dua (2), yaitu :

1. Electronic Business

Electronic Business ditujukan untuk lingkup aktivitas perda-gangan dalam arti luas.

2. Electronic Commerce

Electronic Commerce ditujukan untuk lingkup perdagangan atau perniagaan yang dilakukan secara elektronik dalam arti sem-pit (perdagangan melalui internet).

(26)

1. Transaksi tanpa batas.

Dengan membuat atau dengan memasang iklan di situs-situs dalam internet, para penjual di seluruh dunia dapat memasarkan produknya secara internasional tanpa batas waktu sedangkan para pembeli dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line. Secara alami, dengan adanya situs E-Commerce tersebut akan terbentuk sebuah pasar tersendiri bagi para pihak karena disinilah tempat bertemunya permintaan dan penawaran walaupun yang bersangkutan berada dalam sisi geografis yang berbeda.

2. Transaksi anonym.

Para penjual dan pembeli dalam transaksi tidak harus berte-mu berte-muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah disetujui oleh penyedia sistem ini. Cukup dengan menggunakan kartu kredit atau mengirim uang ke rekening tertentu.

3. Produk digital dan non digital.

Produk-produk digital seperti software komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui inter-net dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam perkem-bangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya.

4. Produk barang tak berwujud.

Banyak perusahaan yang bergerak di bidang E-Commerce

dengan menawarkan barang tak berwujud seperti software dan ide-ide yang dijual melalui internet.22

(27)

teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari.Sep-erti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak dengan beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran.

Transaksi yang terjadi antara permintaan dan penawaran dapat dengan mudah dilakukan walaupun yang bersangkutan berada dalam sisi geografis yang berbeda, hal ini disebabkan karena kemajuan dan perkembangan teknologi informasi yaitu teknologi transaksi elek-tronik. Secara umum, dalam transaksi elektronik dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) jenis, antara lain sebagai berikut :

1. Business to Business (B to B)

Transaksi Business to Business merupakan transaksi antar pe-rusahaan (baik pembeli maupun penjual adalah pepe-rusahaan), jadi diantara para pihak sudah terjalin hubungan yang cukup lama dengan format transaksi yang telah disepakati bersama sehingga transaksi tersebut hanya didasarkan pada kebutuhan dan keper-cayaan saja. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam Business to Business adalah pemasok, distributor, pabrik, toko, dan seb-againya. Dengan keuntungan B to B adalah menghemat biaya, meningkatkan pendapatan, mempercepat pengiriman, mengu-rangi biaya administrasi dan meningkatkan layanan pada pelang-gan.

2. Business to Customer (B to C)

Transaksi Business to Customer merupakan transaksi antar perusahaan dengan konsumen atau individu. Model transaksi ini menggunakan website karena sistem ini sudah umum dipakai di kalangan masyarakat. Sedangkan pihak yang berinisiatif melaku-kan transaksi adalah pihak pembeli atau konsumen dan penjual hanya menerima respon dari konsumen saja. Contohnya adalah si-tus Amazon.com yang merupakan sebuah sisi-tus E-Commerce yang besar dan terkenal.23

(28)

dari permintaan dan penawaran. Karena suatu kesepakatan selalu di-awali dengan adanya penawaran oleh satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain.

1. Penawaran

Penawaran adalah suatu perbuatan seseorang yang beralasan bahwa perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk masuk ke dalam suatu ikatan perjanjian dapat dianggap sebagai penawaran.24 Dalam transaksi E-Commerce, khususnya jenis transaksi Business to Customer (B to C), yang melakukan penawaran adalah penjual. Para penjual (pelaku usaha) tersebut memanfaatkan website un-tuk menjajakan produk dan jasa pelayanan. Para penjual menye-diakan daftar barang (katalog barang) dan pelayanan yang akan diberikan.

Ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, menyebutkan bahwa Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan.

Berdasarkan ketentuan pasal ini, dalam website penjual terse-but biasanya ditampilkan barang-barang yang ditawarkan, harg-anya, nilai rating tentang barang itu yang diisi oleh pembeli se-belumnya, spesifikasi tentang barang tersebut dan menu produk lain yang berhubungan. Dalam hal ini suatu penawaran haruslah dinyatakan dengan jelas dari dalam email website tersebut yang menyatakan bahwa jika terjadi suatu penawaran yang baru dari seorang penawar, maka setiap kali e-mail ini dijawab haruslah ter-dapat suatu kepastian berupa diterima atau tidaknya hal tersebut dengan kata-kata “I accept” atau “I agree”.

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata jelas seka-li menyatakan bahwa “suatu perjanjian harus didasarkan pada obyek tertentu dan suatu kausa yang halal.” Oleh karenanya, jika suatu tawaran dinyatakan secara jelas maka para pihak dalam ma-salah ini akan dengan tegas menyatakan menerima atau menolak tawaran itu dan akhirnya suatu kontrak baik secara lisan maupun 24 Niniek Suparni, 2009, Cyberspace: Problematika dan Antisipasi Pengaturannya, Sinar Grafika,

(29)

tulisan telah terjadi setelah memenuhi unsur yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Penawaran tersebut pada dasarnya terbuka bagi semua orang. Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha tersebut dapat melihat-lihat barang-barang yang ditawarkan dan jika ada barang yang menarik perhatian maka transaksi dapat dilakukan. Setelah pembeli memilih barang dan pembeli sepakat dengan isi perjanjian, maka pembeli harus mengisi sejumlah formulir untuk melengkapi identitas si pembeli, dimana barang pesanan akan di-antar, dan sebagainya. Dengan diisinya formulir tersebut pembeli dianggap sepakat dan menyetujui isi perjanjian yang ditawarkan oleh penjual.

Setelah terjadi kesepakatan tersebut, maka pembeli atau kon-sumen mengirim sejumlah uang untuk pembayaran ke rekening yang ditunjuk oleh pihak penjual, kemudian pihak penjual akan mengirim pesanan pembeli ke alamat yang ditujukan sebagai tempat penerimaan pesanan. Inilah keuntungan jika melakukan belanja melalui transaksi elektronik. Kita dapat berbelanja kapan dan dimana saja tanpa dibatasi oleh jam buka toko serta kita juga tidak akan risih dengan pandangan penjaga toko yang mengawa-si kegiatan kita.

2. Penerimaan

Penawaran dan penerimaan saling terkait untuk menghasil-kan suatu kesepakatan. Dalam menentumenghasil-kan suatu penawaran dan penerimaan dalam perdagangan melalui transaksi elektronik ini tergantung pada keadaan dari sistem E-Commerce (komputer, pro-vider, dan pihak yang terlibat dalam E-Commerce) tersebut. Peneri-maan dapat dinyatakan melalui website, e-mail (surat elektronik), dan sebagainya.

(30)

penawaran dilakukan melalui website atau news group maka se-tiap orang yang berminat dapat membuat kesepakatan dengan penjual yang menawarkan.25

Transaksi elektronik antara pihak yang menawarkan barang dan jasa melalui internet dengan pihak yang membeli barang dan jasa tersebut, pada umumnya berlangsung secara paperless transaction

(transaksi tanpa kertas) sedangkan dokumen yang digunakan dalam transaksi tersebut bukanlah paper document (dokumen kertas), me-lainkan digital document (dokumen elektronik).

Berbeda dengan perdagangan di dunia nyata dimana pembeli dapat berkomunikasi aktif menanyakan tentang diskripsi barang yang akan dibeli secara terperinci, dalam transaksi elektronik informasi yang ditawarkan terlihat pasif, pembeli hanya diberikan informasi secara se-pihak saja oleh penjual. Apabila pembeli tertarik dengan barang atau jasa yang ditawarkan, selanjutnya para pihak melakukan perjanjian atau kontrak.

Perjanjian atau kontrak dalam transaksi elektronik termasuk dalam kontrak elektronik. Berdasarkan Pasal 1 angka 17 UU ITE, menyatakan bahwa Kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. Dengan demikian, perjanjian atau kontrak tersebut menggunakan media elektronik/internet sebagai media uta-manya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perjan-jian secara elektronik adalah kesepakatan antara kedua belah pihak yang dilakukan secara elektronik, dimana para pihak dalam melak-sanakan perjanjian tidak memerlukan tatap muka secara langsung.

Menurut Johannes Gunawan, di dalam kontrak elektronik selain terkandung ciri-ciri kontrak baku juga terkandung ciri-ciri kontrak ele-ktronik sebagai berikut :26

a. Kontrak elektronik dapat terjadi secara jarak jauh, bahkan melampaui batas-batas negara melalui internet.

25 Edmon Makarim, Op. Cit, hal. 229.

(31)

b. Para pihak dalam kontrak elektronik pada umumnya tidak pernah bertatap muka (faceless nature), bahkan mungkin ti-dak akan pernah bertemu.

Sedangkan jenis kontrak elektronik dapat dibagi menjadi dua kat-egori, yaitu :2733

a. E-contract yang memiliki obyek transaksi berupa barang dan atau jasa. Pada e-contract jenis ini, internet merupakan me-dium dimana para pihak melakukan komunikasi dalam pem-buatan kontrak. Namun akan diakhiri dengan pengiriman atau penyerahan benda dan atau jasa yang menjadi obyek kontrak secara fisik (physical delivery).

b. E-contract yang memiliki obyek transaksi berupa informasi dan atau jasa. Pada econtract jenis ini, internet merupakan me-dium untuk berkomunikasi dalam bentuk pembuatan kontrak dan sekaligus sebagai medium untuk mengirim atau meny-erahkan informasi dan atau jasa yang menjadi obyek kontrak

(cyber delivery).

Salah satu bentuk dari transaksi elektronik yang menjadi perhatian adalah perjanjian secara elektronik atau electronic contract. Perjanjian di era digital akan menggunakan data digital sebagi pengganti kertas. Penggunaan data digital sebagai media dalam melakukan perjanjian akan memberikan efisiensi yang sangat besar terutama bagi perusa-haan – perusaperusa-haan yang menjalankan bisnisnya di internet.

Menurut perjanjian secara elektronik para pihak dalam melaku-kan perjanjian tidak memerlumelaku-kan tatap muka secara langsung, para pihak dalam melaksanakan perjanjian tidak akan bertemu sebelum perjanjian atau bahkan tidak akan pernah bertemu. Untuk mengatasi resiko perihal ketiadaan tatap muka langsung ini, telah ada mekanisme pengesahan identitas. Teknologi yang dapat diandalkan dalam me-kanisme pengesahan identitas adalah teknologi penandatanganan secara digital.

(32)

saksi elektronik yang ada hanya form atau blanko klausul perjanjian yang dibuat oleh salah satu pihak (penjual) yang ditulis atau dibuat dan ditampilkan dalam media elektronik (halaman web), kemudian pihak yang lain (konsumen) cukup menekan tombol yang disediakan untuk setuju mengikatkan diri terhadap perjanjian tersebut.

Ada beberapa jenis perjanjian atau kontrak yang biasa dilakukan dalam transaksi elektronik, yaitu :2834

a. Kontrak atau perjanjian melalui chatting dan video conference

“Chatting”adalah kegiatan komunikasi atau berdiskusi secara

on line dengan para pemakai jaringan lain di seluruh bagian dunia dengan menggunakan software yang mendukung Internet Relay Chat (IRC). Chatting biasanya dilakukan dengan media tulisan saja, namun sekarang ini sudah berkembang dengan adanya fasilitas yang diberikan oleh salah satu situs internet yang memungkinkan seseorang bisa berkomunikasi dengan media audio (suara) dan vi-sual (gambar) yaitu video conference. Video conference adalah alat untuk berbicara dengan beberapa pihak dengan melihat gambar dan mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi den-gan alamat ini. Dalam hal penggunaan video conference ini, peng-guna internet harus menambah perangkat tambahan yang dipa-sang di komputernya berupa kamera dan microphone. Dengan demikian para pihak dalam E-Commerce dapat bertemu secara langsung seperti dalam perdagangan di dunia nyata. Selain itu, dengan model ini khususnya video conference maka dapat dibuk-tikan apakah para pihak cakap untuk membuat suatu perikatan atau tidak.

b. Kontrak atau perjanjian melalui e-mail

(33)

mula yang ketika penawaran barangnya diberikan di situs web

yang mengirimkan penawarannya, dan penerimaannya dikirim-kan melalui e-mail. Kontrak melalui e-mail jika dikaitkan dengan kontrak konvensional tidak menimbulkan persoalan, karena per-aturan yang berkaitan dengan surat dapat diterapkan dalam kon-trak melalui e-mail. Dengan model ini kesepakatan terjadi ketika seseorang yang menerima e-mail penawaran mengirimkan e-mail

balasan bahwa ia menerima penawaran tersebut. Disamping itu, biasanya penjual mempromosikan barang yang mereka jual ke-pada pelanggan e-mail tertentu.

c. Kontrak atau perjanjian melalui web atau situs internet

Kontrak melalui web dapat dilakukan dengan cara situs web

seorang supplier (baik yang berlokasi di server supplier maupun dil-etakkan pada server pihak ketiga) yang memiliki diskripsi barang atau jasa yang bersifat self-contruction, yaitu dapat digunakan un-tuk membuat kontrak sendiri, yang memungkinkan pengunjung

web untuk memesan produk atau jasa tersebut.

Negara-negara yang tergabung dalam masyarakat ekonomi Eropa telah memberikan garis-garis petunjuk kepada para negara anggo-tanya, dengan memberlakukan sistem 3 klik.

Cara kerja sistem ini adalah:2935 Pertama, setelah calon pembeli me-lihat di layar komputer adanya penawaran dari penjual (klik pertama), maka si calon pembeli memberikan penerimaan terhadap penawaran tersebut (klik kedua). Dan masih disyaratkan adanya peneguhan dan persetujuan dari calon pembeli (klik ketiga). Sistem ketiga klik ini jauh lebih aman daripada sistem 2 klik, penjual dapat mengelak dengan menyatakan kepada calon pembeli bahwa ia tidak pernah menerima penerimaan dari calon pembeli. Dan ini tentunya akan merugikan pembeli.

(34)

penjual (merchant) dapat dengan mudah mendalihkan bahwa ia tidak menerima pesanan tersebut. Oleh karena itu, konfirmasi sangat pent-ing dilakukan oleh penjual (merchant).

Aturan khusus yang berlaku untuk kontrak transaksi elektronik bagi konsumen, ketika konsumen membuat kesalahan dalam mem-buat kontrak elektronik, dan kesalahan itu tidak dapat diperbaiki. Mis-alnya, konsumen itu tidak bertanggung jawab atas tiap kerugian yang disebabkan oleh kesalahan jika :3036

a. Ia memberitahukan masalah itu pada pelaku usaha

b. Mengembalikan salinan-salinan informasi komputer itu atau mengikuti instruksi dari pihak pelaku usaha untuk perbaikan kesalahan

c. Konsumen tidak menerima keuntungan dari transaksi terse-but.

Kontrak ini tidak berlaku jika dokumen tersebut dapat dikoreksi secara otomatis, seperti ketika konsumen dapat untuk meninjau kem-bali dan mengkonfirmasi dokumen transaksi itu.

Tingkat ketidakpastian dalam hukum saat ini yang berkaitan den-gan penyusunan kontrak secara on line tidak terbatas pada persoalan umum penawaran dan penerimaan. Cara-cara melakukan perjanjian mengenai dan ruang lingkup dari kontrak, ketentuan spesifik dari kon-trak dapat lebih sulit dalam proses penyusunan konkon-trak. Dalam hal ini yang akan menjadi masalah utama adalah cara untuk memasuk-kan ketentuan-ketentuan mengenai pengiriman, resiko dan asuransi, harga dan cara pembayaran, pembatasan atau pengecualian dari per-tanggungjawaban dan hukum yang mengaturnya, kedalam kontrak tersebut. Oleh karena itu, persetujuan kontrak jual beli melalui trans-aksi elektronik harus disusun secara tepat, hal ini bertujuan untuk me-ningkatkan kredibilitasnya. Perhatian tersebut harus diberikan pada masalah-masalah berikut ini :

a. Pengguna harus diberitahu dengan jelas tentang syarat-syarat dan kondisi yang ada dalam kontrak jual beli melalui transaksi elektronik.

(35)

b. Persetujuan kontrak jual beli melalui transaksi elektronik ha-rus dinyatakan dengan cara yang dapat dilihat sebelum di-lakukan pilihan persetujuan atau penolakan. Pilihan mengklik

“I agree” atau “I accept”, dan sebagainya harus ditempatkan di bagian akhir persetujuan.

c. Pengguna mungkin keliru mengklik icon “I agree” atau “I ac-cept” dan untuk menghindari persetujuan yang salah tersebut maka harus ditentukan mekanisme persetujuan secara tegas. Ini mengimplikasikan proses dua langkah, yaitu pertama, konsumen akan mengklik “I accept” dan kemudian program akan memberikan icon lain seperti “I confirm” sebagai konfir-masi persetujuan. Untuk menghindari keraguan, ini harus din-yatakan secara spesifik bahwa untuk pembentukan kontrak, konfirmasi atau klik yang kedua akan dianggap adanya per-setujuan.

d. Pengguna harus diperbolehkan keluar dari proses dengan mudah kapan saja.

Dari beberapa jenis perdagangan melalui transaksi elektronik di atas, dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk komunikasi penawaran dan penerimaannya juga berbeda. Ada yang dilakukan melalui e-mail,

World Wide Web (www), dan sebagainya. Meskipun akses ke sebagian besar informasi yang dibutuhkan mungkin dapat tersedia di web tetapi hanya e-mail saja yang dapat digunakan sebagai sarana penerima.

Dalam transaksi jual beli melalui transaksi elektronik melalui web-site, biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu yang dita-warkan oleh penjual. Jika memang calon pembeli tertarik maka daftar belanja akan menyimpan terlebih dahulu barang yang calon pembeli inginkan sampai calon pembeli yakin akan pilihannya. Setelah yakin akan pilihannya maka calon pembeli akan memasuki tahap pem-bayaran. Bentuk pembayaran yang digunakan di internet umumnya bertumpu pada sistem keuangan nasional, tetapi ada juga beberapa yang mengacu pada keuangan lokal. Bentuk-bentuk pembayaran dalam transaksi elektronik antara lain sebagai berikut :3137

(36)

a. Transaksi model ATM

Transaksi ini hanya melibatkan institusi finansial dan peme-gang account yang akan melakukan pengambilan atau mende-posit uangnya dari accountnya masing-masing.

b. Pembayaran dua pihak tanpa perantara

Dalam model pembayaran ini, transaksi dilakukan langsung antara dua pihak tanpa perantara dengan menggunakan uang na-sionalnya.

c. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga

Pada umumnya yang termasuk dalam proses pembayaran ini adalah debit, kredit maupun cek. Ada beberapa metode pem-bayaran yang dapat digunakan yaitu sistem pempem-bayaran dengan kartu kredit on line dan sistem pembayaran check on line.

d. Micropayment

Micropayment adalah pembayaran untuk uang recehan yang kecil-kecil. Micropayment ini penting dikembangkan karena san-gat diperlukan untuk pembayaran uang receh yang kecil tanpa

overhead yang tinggi. e. Anonymous digital cash

Anonymous digital cash merupakan uang elektronik yang di-enkripsi. Digital cash memiliki karakteristik utama yaitu transna-tionality of digital cash, dimana digital cash memiliki kemampuan mengalir secara bebas melewati batas hukum negara lain. Pada umumnya digital cash dapat diklasifikasikan dalam tiga (3) katego-ri utama, yaitu tipe yang berbasiskan kartu kredit, tipe cek dan tipe cash.

(37)

kartu kredit. Oleh karena itu konsumen yang akan melakukan transaksi sebaiknya berhati-hati dan memastikan bahwa data-data yang mereka kirim telah melalui proses pengecekan data sehingga tidak dapat di-baca oleh pihak lain (terenkripsi dengan baik). Karena, dapat saja pi-hak yang tidak berwenang menyadap nomor kartu kredit tersebut dan melakukan trik penipuan klasik yaitu melakukan penipuan dengan meminta kartu kredit dengan alasan sebagai jaminan meskipun tidak melakukan transaksi.

Setelah proses pembayaran atas barang yang telah dibeli selesai, maka proses selanjutnya adalah pengiriman. Dalam hal ini pembeli berhak atas penerimaan barang termaksud. Pengiriman dapat dilaku-kan dengan cara dikirim sendiri atau menggunadilaku-kan jasa pengiriman. Barang yang dijadikan obyek perjanjian tersebut dikirimkan oleh pen-jual kepada pembeli dengan biaya pengiriman sebagaimana telah di-perjanjikan antara penjual dan pembeli. Selanjutnya mekanisme pen-giriman barang dan jasa dilakukan dengan membedakan wujud dari barang dan jasa yang dipesan atau dibeli tersebut, yaitu:

a. Untuk produk on line yang berupa lagu, software dan sejenis-nya, pembeli diizinkan untuk mendownloadnya.

b. Untuk produk yang berwujud fisik, pengiriman barang di-lakukan sampai tempat yang ditunjuk atau ditulis konsumen dalam perjanjian sebagai tempat penerimaan barang.

c. Untuk pembelian jasa, supplier menyediakan untuk melayani konsumen sesuai dengan waktu dan tempat yang telah diten-tukan dalam perjanjian.

B. Proses Pelaksanaan Kontrak Melalui Transaksi Elek-tronik.

Telah diketahui bahwa dalam dunia transaksi elektronik dikenal dua pelaku, yaitu merchant yang melakukan penjualan dan buyer/cus-tomer yang berperan sebagai pembeli. Baik sebagai merchant maupun

(38)

hati-hati dari para pelaku transaksi elektronik dalam rangka meminimalkan kemungkinan terjadinya kecurangan, sabotase, maupun penyadapan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Menurut ha-sil penelitian penulis, terdapat 4 (empat) proses pelaksanaan jual beli melalui transaksi elektronik yaitu :

1. Penawaran

Penawaran dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui

website pada Internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan

strorefront yang berisi catalog produk dan pelayanan yang akan diberikan. Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha terse-but dapat melihat barang yang ditawarkan oleh penjual. Salah satu keuntungan jual beli melalui toko on line ini adalah bahwa pembeli dapat berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa diba-tasi ruang dan waktu.

Penawaran dalam sebuah website biasanya menampikan ba-rang-barang yang ditawarkan, harga, nilai ratting atau poll oto-matis tentang barang yang diisi oleh pembeli sebelumnya, spe-sifikasi barang termasuk menu produk lain yang berhubungan. Penawaran melalui transaksi elektronik terjadi apabila pihak lain yang mengunakan transaksi elektronik memasuki situs milik pen-jual atau pelaku usaha yang melakukan penawaran, oleh karena itu apabila seseorang tidak menggunakan media internet dan me-masuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk maka tidak dapat dikatakan ada penawaran. Dengan demikian, penawaran melalui transaksi elektronik hanya dapat terjadi apabi-la seseorang membuka situs yang menampilkan sebuah tawaran melalui internet tersebut. Penawaran yang dilakukan oleh penjual harus nyata dan benar, baik berupa kondisi barang maupun harga barang, semuanya harus dituliskan secara lengkap, yang benar-benar menggambarkan keadaan barang yang akan dijual.

(39)

2. Penerimaan

Penerimaan dapat dilakukan tergantung penawaran yang ter-jadi. Apabila penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka penerimaan dilakukan melalui e-mail, karena penawaran hanya ditujukan sebuah e-mail tersebut yang ditujukan untuk seluruh masyarakat yang membuka website yang beris ikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku us-aha. Setiap orang yang berminat untuk membeli barang yang di-tawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan penjual atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut.

Pada transaksi jual beli secara elektronik khususnya melalui

website, biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik membeli salah satu barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih dahulu sampai calon pembeli/konsumen merasa yakin akan pilihannya, selanjutnya pembeli/konsumen akan memasuki tahap pem-bayaran.

3. Pembayaran

Klasifikasi cara pembayaran adalah sebagai berikut :

a. Transaksi model ATM, sebagai transaksi yang hanya meli-batkan intitusi finansial dan pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau deposit uangnya dari account

masing-masing.

(40)

penga-lihan dari rekening pembeli pada rekening penjual. Berdasar-kan kemajuan teknologi, pembayaran dapat dilakuBerdasar-kan me-lalui kartu kredit pada formulir yang disediakan oleh penjual dalam penawarannya. Pembayaran dalam transaksi jual beli secara elektronik ini sulit untuk dilakukan secara langsung, karena adanya perbedaan lokasi antar penjual dengan beli. Setelah pembayaran, penjual mewajibkan kepada pem-beli untuk melakukan konfirmasi atas pembayaran tersebut, karena dengan konfirmasi tersebut, penjual dapat melakukan pengecekan. Jika pembeli tidak melakukan konfirmasi meski-pun sudah membayar, maka penjual tidak akan mengirimkan barang yang sudah dibayar tersebut. Batas waktu konfirmasi pembayaran berbeda dari setiap penjual, biasanya antara 5 hari sampai 14 hari setelah terjadi kesepakatan.

4. Pengiriman

Pengiriman merupakan suatu proses yang dilakukan setelah pembayaran atas barang yang telah ditawarkan oleh penjual ke-pada pembeli, dalam hal ini pembeli berhak atas penerimaan ba-rang termaksud.

(41)

Menurut ketentuan Pasal 10 ayat (1) UUITE dijelaskan bahwa “setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh lembaga sertifikasi keandalan”. Pasal 16 UUITE menjelaskan bahwa sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-un-dang tersendiri, setiap penyelenggaraan sistem elektronik wajib men-goperasikan sistem elektronik yang memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut :

a. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;

b. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kera-hasiaan, dan keteraksesan informasi elektronik dalam peny-elenggaraan system elektronik tersebut;

c. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;

d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik tersebut; dan

e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga ke-baruan, kejelasan, dan pertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

Berdasarkan proses transaksi jual beli secara elektronik yang telah diuraikan di atas yang telah menggambarkan bahwa ternyata jual beli tidak hanya dapat dilakukan secara konvensional, dimana antara pen-jual dengan pembeli saling bertemu secara langsung, namun dapat juga hanya melalui transaksi elektronik sehingga orang yang saling berjauhan atau berada pada lokasi yang berbeda tetap dapat melaku-kan transaksi jual beli tanpa harus bersusah payah untuk saling ber-temu secara langsung, sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu serta biaya baik bagi pihak penjual maupun pembeli.

(42)

a. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Suatu kesepakatan se-lalu diawali dengan adanya suatu penawaran oleh suatu pihak dan dilanjutkan dengan adanya tanggapan berupa penerimaan oleh pihak lain. Jika penawaran tersebut tidak ditanggapi atau direspon oleh pihak lain maka dengan demikian tidak akan ada kesepaka-tan. Karena itu diperlukan dua pihak untuk melahirkan suatu kes-epakatan. Pada perjanjian jual beli secara langsung, kesepakatan dapat dengan mudah diketahui.Tetapi dalam transaksi melalui transaksi elektronik, kesepakatan dalam perjanjian tersebut tidak diberikan secara langsung melainkan melalui media elektronik dalam hal ini internet. Dalam transaksi E-Commerce, pihak yang memberikan penawaran adalah pihak penjual yang dalam hal ini menawarkan barang-barang dagangannya melalui website yang dirancang agar menarik untuk disinggahi. Semua pihak pengguna internet (netter) dapat dengan bebas masuk untuk melihat-lihat toko virtual tersebut atau untuk membeli barang yang mereka bu-tuhkan atau minati. Jika pembeli tertarik untuk membeli suatu ba-rang maka ia hanya perlu mengklik baba-rang yang sesuai dengan ke-inginannya. Biasanya setelah pesanan tersebut sampai di tempat penjual maka penjual akan mengirim e-mail atau melalui telepon untuk mengkonfirmasi pesanantersebut kepada konsumen. Pros-es terciptanya penawaran dan penerimaan tersebut menimbulkan keragu-raguan kapan terciptanya suatu kesepakatan.

b. Kecakapan Bertindak

(43)

yang masih di bawah umur 18 Tahun berada dalam kekuasaan orang tua dan perwalian..

c. Suatu Hal Tertentu

Hal tertentu menurut undang-undang adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Barang yang di-maksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenis-nya, undang-undang tidak mengharuskan barang tersebut sudah ada atau belum di tangan debitur pada saat perjanjian dibuat dan jumlahnya juga tidak perlu disebutkan asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Ada barang-barang yang tidak dapat dijual melalui kesepakatan on line, seperti jual beli tanah yang mensyaratkan jual beli tanah harus dituangkan dalam akta yaitu Akta Pejabat pembuat Akta Tanah. Akta otentik ini terdiri dari dua bagian yaitu notaris dan PPAT menerangkan bahwa orang-orang tertentu benar datang menghadap padanya dan bagian kedua ia mencatat apa yang diutarakan masing-masing pihak. Kemudian para pihak disertai para saksi mendatatangani akta tersebut. Un-tuk saat ini proses pembuatan akta tersebut tidak dimungkinkan dibuat secara on line sehingga harus dilakukan secara langsung (tatap muka). Kecuali jika dalam perkembangannya nanti akan ada undang-undang yang mengatur bahwa semua itu dapat dilaku-kan melalui elektronik.3238

d. Adanya causa yang halal

Menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian oorzaak (causa yang halal), dan hanya disebutkan cau-sa yang terlarang di dalam Pacau-sal 1337 KUH Perdata. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan oorzaak sebagai suatu yang menjadi tujuan para pi-hak.

Menurut pendapat penulis, dalam transaksi elektronik tidak dipermasalahkan apakah objek perjanjian adalah barang yang akan bermanfaat bagi pembelinya. Karena segala macam jasa atau barang dapat dijadikan objek dalam transaksi elektronik. Setelah

(44)

mengetahui syarat sah perjanjian dan menerapkannya dalam proses jual beli dengan transaksi elektronik, ternyata masih ter-dapat banyak kekurangannya, terutama dalam penerapan syarat yang berupa kecakapan bertindak.

Sulit untuk mengetahui apakah para pihak dalam transaksi elektronik tersebut (terutama customer) sudah berwenang untuk melakukan suatu perbuatan hukum (jual beli melalui internet) atau tidak. Jadi dalam praktek transaksi elektronik ini, syarat-syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak terpenuhi secara utuh.

C. Keabsahan Kontrak dalam Transaksi Elektronik

Keabsahan kontrak dalam transaksi elektronik/kontrak elektronik (e-contract) merupakan kontrak yang terjadi akibat suatu transaksi komersial elektronik (E-Commerce). Secara garis besar, ilustrasi ter-jadinya suatu transaksi komersial elektronik (E-Commerce) adalah seb-agai berikut: Toko X memiliki website (situs) yang di dalamnya terdapat segala informasi produk yang dimiliki toko A termasuk pula harga, tata cara pembayaran, dan penyerahan barang. Situs ini dapat diakses oleh calon pembeli. Pembeli memilih barang yang diinginkannya dan mengisi order form (formulir pesanan) yang tersedia atau mengirimkan

e-mail berisi pesanan barang. Selanjutnya pembeli harus melakukan pembayaran sesuai dengan tata cara pembayaran yang telah ditentu-kan. Setelah menerima formulir pesanan dan pembayaran dari pem-beli, maka toko Xakan mengirimkan barang yang dipesan.

(45)

transaksi komersial konvensional dan dengan demikian hal-hal yang berlaku mengenai kontrak konvensional dapat diberlakukan pula un-tuk kontrak elektronik (e-contract). Namun, pada praktiknya masih ter-dapat banyak perbedaan penter-dapat mengenai keabsahan suatu kon-trak elektronik (e-contract).

Syarat sahnya perjanjian dari satu negara ke negara lain tidak menunjukkan perbedaan besar. Di negara-negara yang menganut sistem Common Law (Anglo Saxon Law), agar suatu perjanjian dapat dikatakan sah maka perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Ada kesepakatan antara para pihak

a. Ada offer (penawaran) dari offeror (pihak pemberi penawaran/ pihak pertama).

b. Ada penyampaian penawaran kepada offeree (pihak yang memperoleh penawaran/pihak kedua).

c. Ada penerimaan oleh pihak kedua yang menyatakan kehen-dak untuk terikat pada persyaratan dalam offer (penawaran) tersebut.

d. Ada penyampaian penerimaan oleh pihak kedua kepada pi-hak pertama.

2. Ada nilai/prestasi yang dipertukarkan.

3. Adanya kecakapan bertindak.

4. Adanya suatu obyek yang halal.33

Di Indonesia, syarat sahnya perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:

1. Adanya kesepakatan

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai.. Jurnal Ekonomi &

Skripsi HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI SERTA KEDUDUKAN ETTY NARO.. yang baik den tidak dlperbolehkan untuk oeoindehkon atau oeobeboni harta kokeyaan tidak bergerak nilik ietari

Fuzzy C--Means mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan Mountain Clustering dan Fuzzy Subtractive Clustering dalam memproses data 13 dimensi, namun algoritma ini

Terkait dengan semakin beragamnya media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, pemilihan media hendaknya memperhatikan beberapa prinsip, yaitu: (a)

Terdapat 9 (sembilan) operator telekomunikasi yang melayani kebutuhan komunikasi seluler di Kabupaten Bangkalan. Ke-sembilan operator telekomunikasi tersebut adalah

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau peempuan dalam keadaan beriman, benar-benar Kami akan berikan kepada mereka

“The Story Of Physic’s” Sebagai Metode Pembelajaran Fisika Menyenangkan Melalui Teknik Story Telling menjadi salah satu metode pembelajaran fisika yang berpengaruh