i
PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA TELESKOP SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR
SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 ATAMBUA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Ardi Yohanes Benga Weking (131424033)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi ABSTRAK
Ardi Yohanes Benga Weking. 2017. PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA TELESKOP DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 ATAMBUA. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pembimbing : Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
Kata Kunci : Alat Peraga, Teleskop, Pemahaman, Minat Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada materi teleskop melalui metode pembuatan dan penggunaan alat peraga. (2) apakah ada peningkatan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada materi teleskop melalui metode pembuatan dan penggunaan alat peraga.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2017 dan tanggal 18 Maret 2017 dengan sampel sebanyak 28 murid untuk masing-masing kelas. Instrumen yang digunakan yakni pretest dan posttest angket minat belajar, pretest dan posttest pemahaman materi, lembar observasi, dan wawancara.
vii
ABSTRACT
Ardi Yohanes Benga Weking, 2017. Making and Using of Telescope Props and Their Influence on The Understanding and Interest of Students X Grade In Atambua 3 Senior High School. Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics And Natural Sciences, F aculty of Teacher Training And Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
Supervisor : Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
Key Word : Props Telescope, Understanding, Interest to Learn.
This research aims to know whether (1) there is knowledge improvement of student X grade in Atambua 3 Senior High School on the teleskop material through the making and using telescope props; (2) there is interest improvement in learning of student X grade in Atambua 3 Senior High Scchool on the teleskop material
This research was conducted on March 16, 2017 until March 18, 2017 with 56 students. The instruments used were pretest and posttest, interest questionnaire in learning, observasion sheet, and interview.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Teleskop serta Pengaruhnya Terhadap Pemahaman dan Minat Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3
Atambua”.
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivisi, kritik dan saran selama proses pengerjaan skripsi
2. Ir. Agustini Sulandari M.Si yang membantu menjelaskan materi pembuatan alat peraga.
3. Drs. Domi Severinus, M.Si., yang telah membantu dalam memvalidasi instrument penelitian.
4. Kepala sekolah SMA Negeri 3 Atambua yang telah memberikan izin penelitian
5. Pak Frans yang sudah menyiapkan jadwal kepada peneliti
6. Semua guru SMA Negeri 3 Atambua yang telah membantu melancarkan penelitian
7. Siswa kelas X 2 dan X 4 yang telah bersedia bekerja sama dalam penyelesaian skripsi ini
8. Orang tua yang selalu mendukung dalam doa maupun materi
ix
10.Regina Maria Ansila Keun sebagai partner yang sudah mau bekerja sama dan membantu dalam segala hal
11.Anastasia Udak yang telah menemani dan menyemangati penulis selama pembuatan proposal
12.Teman-teman pendidikan Fisika 2013 yang memberikan motivasi, semangat dan masukan
13.Teman-teman rakat kece badai yang selalu memberikan semangat dan motivasi
14.Serta semua yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebut satu per satu
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... ... v
ABSTRACT ... ... vii
KATA PENGANTAR ... ... viii
DAFTAR ISI ... ... x
DAFTAR GAMBAR ... ... xii
DAFTAR TABEL ... ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
A.LATAR BELAKANG ... ... 1
B.RUMUSAN MASALAH ... ... 3
C.TUJUAN PENELITIAN ... ... 3
D.MANFAAT PENELITIAN ... ... 4
BAB II ... ... 5
LANDASAN TEORI ... ... 5
A.FILSAFAT KONSTRUKTIVISME ... 5
B.PRAKTIKUM, EKSPERIMEN DAN LABORATORIUM/ALAT ... 8
D.PEMAHAMAN ... ... 14
E.MINAT ... ... 15
F.TELESKOP ... ... 16
BAB III ... ... 19
A.DESAIN PENELITIAN ... ... 19
B.WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 20
C.SUBJEK PENELITIAN ... ... 20
D.TREATMEN ... ... 21
xi
F.VALIDITAS ... ... 29
G.METODE ANALISIS DATA ... 30
BAB IV DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 33
A.DESKRIPSI PENELITIAN ... ... 33
B.DATA DAN ANALISIS ... ... 41
C.PEMBAHASAN ... ... 60
D.KETERBATASAN PENELITIAN ... 64
BAB V PENUTUP ... ... 66
A.KESIMPULAN ... ... 66
xii DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pre-test and Post-testControl Group dan experiment group ... 20
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Soal Pretest dan Posttest ... 24
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Minat . ... 28
Tabel 3.4 Penetapan Skor untuk Tiap Pertanyaan Angket...30
Tabel 4.1. Data Nilai pretest dan posttest peserta didik...41
Tabel 4.2 Uji Test-T pretest Dan Post-Test Kelas Kontrol ... 42
Tabel 4.3 Data Nilai pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen ... 44
Tabel 4.4 Uji Test-T Dan Post-Test Kelas eksperimen ... 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Test-T Dan Post-Test Kelas eksperimen ... 46
Tabel 4.6 Uji Test-T pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47
Tabel 4.7 Data Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol. ... 48
Tabel 4.8 Uji Test-T Posttest Untuk Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 49
Tabel 4.9 Data Angket Minat Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol ... 51
Tabel 4.10 Uji Test-T prettest dan Posttest minat Kelas Kontrol ... 49
Tabel 4.11 Data Angket Minat Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen ... 53
Tabel 4.12 Uji Test-T angket pretest Dan Post-Test Kelas Kontrol ... 54
Tabel 4.13 Data angket minat pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 55
Tabel 4.14 Uji- Tpretest minat kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 556
Tabel 4.15 Data angket minat posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 58
xiv DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. SURAT IZIN PENELITIAN DARI KAMPUS ... 72
LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DARI DINAS KOTA ATAMBUA ... 73
LAMPIRAN 3. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DARI SEKOLAH ... 74
LAMPIRAN 4. RPP KELAS KONTROL ... 75
LAMPIRAN 5. RPP KELAS EKSPERIMEN ... 90
LAMPIRAN 6. VALIDASI SOAL PRETEST DAN POSTTEST ... 87
LAMPIRAN 7. LEMBARAN JAWABAN TES PEMAHAMAN... 90
LAMPIRAN 8. LEMBARAN JAWABAN TES MINAT ... 98
LAMPIRAN 9. NILAI PRETEST DAN POSTTEST SISWA ... 106
LAMPIRAN 10. SOAL DAN KUNCI PRETEST DAN POSTTEST ... 110
LAMPIRAN 11.ANGKET MINAT BELAJAR SISWA ... 114
LAMPIRAN 12.LEMBAR KERJA SISWA ... 116
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SMA Negeri 3 Atambua merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas
yang terletak di Haliwen, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. SMA Negeri 3 Atambua baru mendapatkan surat
keterangan ijin operasional pada tanggal 25 Februari 2013. Akibatnya, masih
tergolong sekolah baru dan dalam proses perkembangan termasuk fasilitas dan
pembelajarannya. Menurut narasumber (Eki Bere yang merupakan alumni SMA
Negeri 3 Atambua) pembelajaran fisika di SMA Negeri 3 Atambua masih
menggunakan metode ceramah dimana dalam metode ini guru yang lebih
berperan aktif. Hal ini menyebabkan dalam proses pembelajaran peran aktif siswa
kurang sehingga berpengaruh pada prestasi dan minat belajar siswa.
Menurut Suparno (2007:2), unsur terpenting dalam proses pembelajaran
ialah (1) siswa yang belajar, (2) guru yang mengajar, (3) bahan pelajaran, dan (4)
hubungan antara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah
siswa yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk
membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri.
Untuk pembelajaran fisika, salah satu usaha yang dapat digunakan yakni
dengan menggunakan metode alat peraga baik dilakukan di kelas maupun di
kurikulum baru LPTK, mempunyai prinsip bahwa teori dan kegiatan laboratorium
merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena melalui
laboratorium beserta alatnya dapat diperoleh pengalaman langsung yang dapat
menampilkan obyek atau benda kongkrit dalam pembelajaran fisika
(Padmawinata dkk., 1981). Untuk mendukung proses pembelajaran maka
laboratorium yang digunakan harus memenuhi standar. Menurut buku kajian
kurikulum fisika SMA/MA berdasarkan KTSP, untuk mempelajari fisika dengan
mendalam dan lancar, dibutuhkan sarana dan peralatan yang memadai. Tanpa
sarana dan peralatan yang baik, maka siswa tidak dapat mempelajari fisika dengan
lebih mendalam dan luas, tidak dapat mempelajari fisika dengan lancar. demikian
pula guru tidak dapat membantu siswa bila tidak ada sarana dan peralatan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sekolah yang sarana dan peralatan yang diperlukan untuk mempelajari fisika yang
lengkap akan lebih baik dari pada bila tidak ada sarana dan peralatannya
(Suparno, 2007:117).
Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode alat peraga, yang dilakukan oleh Ahmad Fuqron Muzaky dan Jeffry Handhika yakni “Penggunaan Alat Peraga Sederhana Berbasis
Teknologi Daur Ulang Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Vektor Dalam Kelas SMKN 1 Wonosari Tahun Pelajaran 2014/2015” dan yang
dilakukan oleh Ayomi Prasetyarini dkk tentang “Pemanfaatan Alat Peraga IPA
Bulupesantren Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013” , menunjuKkan adanya
peningkatan prestasi dan minat belajar siswa.
Dengan melihat kenyataan bahwa di SMA Negeri 3 Atambua belum
pernah menggunakan metode alat peraga dalam pembelajaran, tetapi hanya
menggunakan metode ceramah, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan
judul Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Teleskop Serta Pengaruhnya
Terhadap Pemahaman dan Minat Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3
Atambua.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas X SMA Negeri 3
Atambua dalam materi teleskop dengan proses pembuatan dan penggunaan
alat peraga?
2. Apakah ada peningkatan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3
Atambua dalam materi teleskop dengan proses pembuatan dan penggunaan
alat peraga?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Peningkatan pemahaman belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada
materi teleskop melalui metode pembuatan dan penggunaan alat peraga.
2. Peningkatan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada materi
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi siswa
membantu siswa untuk lebih menyadari bahwa banyak penerapan
fisika dalam kehidupan sehari-hari;
menjadi salah satu variasi dalam membantu proses pembelajaran;
memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran fisika.
2.Bagi guru
dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk
mengaktifkan siswa di kelas;
dapat termotivasi untuk lebih kreatif dalam mengembangkan
pembelajaran fisika di kelas.
3. Bagi sekolah, melalui penelitian ini sekolah mendapatkan alat peraga dari
hasil karya siswa dan dapat termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. FILSAFAT KONSTRUKTIVISME
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat
konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan (kontruksi) kita sendiri yang
sedang menekuninya (Von Glasersfeld dalam Suparno, 2013: 14). Pengetahuan
itu mengandung suatu proses, bukan fakta yang statis. Dalam artian ini,
pengetahuan itu tidak pernah lepas dari orang yang sedang mengetahui. Ilmu
pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua
gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas (Einstein dan Infeld dalam
Suparno, 1997: 1).
Teori pembelajaran kontruktivisme merupakan teori yang menekankan
pentingnya peran pembelajar dalam membangun dan mentransformasikan
pengetahuan. Kontruktivisme menekankan kontribusi pembelajar dalam dalam
memperoleh makna dan pembelajaran melalui aktivitas individual dan sosial.
Dalam pandangan ini, pembelajar mendapatkan makna pengetahuan dengan
melakukan pemilihan dan menata apa yang mereka ketahui, baik secara individual
Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri
mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah
bahan mencerna, memikirkan, menganalisis, dan yang terpenting merangkumnya
sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa (Suparno, 2013:
15).
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja
dari guru ke siswa. Pengetahuan yang sudah dipunyai guru tidak dapat begitu saja
dipindahkan atau dituangkan dalam otak siswa. Pengetahuannya hanya dapat
ditawarkan kepada siswa untuk dikontruksi secara aktif oleh siswa itu sendiri.
Banyaknya siswa yang salah menangkap dan mengerti dari apa yang diajarkan
oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu harus dikontruksikan sendiri
oleh siswa (Suparno, 2013: 15-16).
Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang yang sedang
mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah
jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu.
Suatu proses yang terus akan berkembang semakin luas, lengkap, dan sempurna.
Pembentukan pengetahuan jelas bukan sekali jadi, tetapi secara bertahap
(Suparno, 2013: 15).
Para kontruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Tampak
daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat
membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak harus diartikan sebagai pengalaman
fisik, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalaman kognitif dan mental
(Suparno, 1997: 18-19).
Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang
diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian. Mengerti itu
merupakan suatu proses pembentukan konsep yang terus-menerus (Bettencourt
dalam Suparno, 1997: 11). Proses pembentukan pengertian ini berjalan terus
menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu
pemahaman yang baru (Piaget dalam Suparno, 2013: 14).
Menurut kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif. Pelajar
mengkontruksi sendiri pengetahuannya entah dengan teks, dialog, pengalaman
fisisnya, dan lain-lain. Dengan belajar, siswa dapat mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dipunyai siswa sendiri sehingga dapat dikembangkan. Dalam buku Suparno
(1997: 61), proses tersebut antara lain bercirikan enam hal, sebagai berikut:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Kontruksi arti itu
dipengaruhi oleh pengertian yang yang telah ia punyai.
2. Kontruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang
dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik
dan lingkungannya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si
pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari.
B. PRAKTIKUM, EKSPERIMEN DAN LABORATORIUM/ALAT
Menurut Edgar Dale dalam buku Inovasi Pembelajaran (2013:60) bahwa
daya ingat peserta didik terkait pada proses pembelajaran yang dilakukan ialah :
1) Peserta didik mungkin mengingat 20% dari apa yang dibaca atau didengar
2) Peserta didik mungkin mengingat 30% dari apa yang dilihat
3) Peserta didik mungkin mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihat
4) Peserta didik mungkin mengingat 70% dari apa yang dikatakan
5) Peserta didik mungkin mengingat 90% dari apa yang dilakukan.
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan
atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati melalui media
tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa
semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, jika hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa (Wina Sanjaya dalam perencanaan dan desain sistem
pembelajaran 2008:200).
Metode eksperimen merupakan metode yang mengajak siswa untuk
melakukan. Secara umum metode eksperimen adalah metode belajar yang
mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian pengecekan
bahwa teori yang sudah dipelajari itu benar (Suparno, 2013:83). Menurut
Suparno metode eksperimen dibedakan menjadi 2 yakni eksperimen terbimbing
dan eksperimen bebas (2013:84). Yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
yakni metode eksperimen terbimbing.
Eksperimen terbimbing yakni eksperimen yang seluruh jalannya
percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa.
Langkah – langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa
yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan dari awal.
Untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru
punya peranan yang sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan
guru adalah
Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa.
Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya,
peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data
yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan
apa kesimpulannya.
Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga
saat siswa mencoba semua siap dan lancar.
Pada saat percobaan, guru berkeliling melihat bagaimana siswa
melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada siswa.
Bila ada peralatan yang macet, guru membantu siswa agar alat
dapat jalan dengan baik.
Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan
yang dilakukan.
Bila siswa yang membuat laporan, maka guru harus memeriksanya,
Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan
dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.
Dalam percobaan, siswa antara lain akan melakukan tindakan berikut:
Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;
Mencari alat yang diperlukan;
Merangkaikan alat-alat yang sesuai dengan skema percobaan;
Mulai mengamati jalannya percobaan;
Mencatat data yang diperlukan;
Mendiskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan
dari data yang ada;
Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan;
Dapat juga mempresentasikan percobaan di depan kelas.
Roestiyah (1998) mengungkapkan bahwa keunggulan menggunakan
metode eksperimen antara lain:
1) Dengan eksperimen, siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah sehingga tidak mudah percaya pada
sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula
kata orang sebelum ia menemukan sendiri kebenarannya.
2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat.
3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen, di samping
memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis
Dengan eksperimen, siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori
sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul (peristiwa-peristiwa
yang tidak masuk akal)
C. ALAT PERAGA
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai
alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam
proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efesien.
Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses
belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah:
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan
merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri
sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar.
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
c. Penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan
pelajaran
d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata
alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi
e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan
untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa
dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain
menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan
lama diingat siswa.
Disamping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga dalam
proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai seperti di bawah ini:
a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk
berpikir
b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa
untuk belajar
c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan
belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap
d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
f. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara
lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman
D. PEMAHAMAN
Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif
dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Aspek ini merupakan aspek yang sangat
penting bahkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi aspek yang
paling menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila kita melakukan kegiatan
belajar mengajar yang pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau
mengerti apa yang kita pelajari.
Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori,
artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu
konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan (Sumbangan
pikiran terhadap pendidikan matematika dan fisika, 1987: 2233).
Adapun ciri-ciri pemahaman konsep yakni :
a) Mengenal definisi-definisinya;
b) Mengenal contoh-contohnya;
c) Mengenal sifat-sifat esensialnya;
d) Dapat menggunakan konsep untuk mendefinisikan konsep-konsep
lain;
e) Mengenal hubungan antara konsep-konsep yang berdekatan;
f) Dapat mengenal konsep itu dalam berbagai situasi;
g) Dapat menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah.
Pemahaman juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu untuk diketahui atau diingat, mencakup
dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang
disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain (Sudaryono, 2012:43).
Dengan demikian pemahaman dapat diartikan sebagai mengerti secara
menyeluruh tentang sesuatu yang telah diketahui dan diingat sebelumnya. Dalam
penelitian ini bertujuan mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan dengan menggunakan metode alat peraga.
E. MINAT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat berarti
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, diartikan pula sebagai gairah
atau keinginan. Dalam bahasa Inggris, minat sering digambarkan dengan kata-kata “Interest” atau “Passion”. “Interest” berarti suatu perasaan ingin memperhatikan
dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan “Passion” sama maknanya dengan
gairah atau sesuatu perasaan yang kuat atau antusiasme terhadap sesuatu objek.
Menurut Djaali dalam Psikologi Pendidikan minat adalah rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh atau perasaan
ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali,
2006:121)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan karena
seseorang merupakan hasil proses pemikiran, emosi serta pembelajaran sehingga
menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau mungkin suatu
kegiatan tertentu. Oleh karena itu minat pada masing-masing orang bisa berbeda
meskipun berada dalam lingkungan yang sama.
Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Contohnya, siswa yang menaruh minat yang besar pada pelajaran fisika
akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa yang lainnya.
Kemudian, karena pemusatan yang intensif terhadap pelajaran itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi
yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini, berusaha membangkitkan siswa untuk
membangkitkan minat siswa dalam bidang studinya (Muhibbin Syah, 2002: 136).
[image:30.595.84.512.235.706.2]F. TELESKOP
Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Fungsinya adalah membawa
bayangan benda lebih dekat, dengan kata lain, untuk memperbesar sudut yang
dibentuk oleh bayangannya sehingga benda tampak lebih besar (lihat gambar 2).
Teleskop sederhana dapat dirangkai menggunakan dua buah lensa, yakni lensa
objektif dan lensa okuler. Dalam percobaan ini digunakan lensa cembung sebagai
[image:31.595.88.512.258.608.2]lensa objektif dan lensa cekung sebagai lensa okuler.
Gambar 2. Proses pembentukan Bayangan Pada Teleskop
Diagram sinar teleskop ditunjukkan pada Gambar 1 di atas. Sinar-sinar
sejajar yang datang ke lensa objektif membentuk bayangan X, tepat di titik fokus
objektif. Bayangan X merupakan benda maya bagi lensa okuler. Akhirnya,
sinar-sinar sejajar keluar dari lensa okuler menuju ke mata menghasilkan bayangan
tegak di titik tak berhingga. Akibatnya, mata tidak cepat lelah.
d = f (Ob)– f (Ok)
ket :
d = panjang teropong (meter)
fob = panjang fokus lensa objektif (meter)
fok = panjang fokus lensa okuler (meter)
Dan perbesarannya adalah
M =
Dengan M = perbesaran (kali)
Dalam kehidupan sehari-hari teleskop digunakan oleh para peneliti untuk
melihat benda-benda langit yang sangat jauh dan bahkan ada teleskop yang
letaknya di luar angkasa dan dikendalikan oleh stasiun luar angkasa di bumi,
Teleskop ini bernama teleskop luar angkasa Hubble. Cara kerjanya dengan
mengirimkan gambar hasil tangkapan lensa teleskop ini. Teleskop hubble
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dikatakan
kuantitatif karena data yang diperoleh dalam mengukur pemahaman belajar siswa
dalam bentuk skor yang dianalisa secara statistik. Sedangkan penelitian ini
dikatakan kualitatif karena peneliti menjelaskan gambaran minat belajar siswa
selama penelitian secara deskriptif, dan data yang diperoleh dianalisa secara
kualitatif. Penelitian kualitatif ini bermanfaat untuk memperkuat data kuantitatif
mengenai pemahaman belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan treatmen metode eksperimen terbimbing.
Desain penelitian ini menggunakan dua kelas yakni satu kelas eksperimen dan
satu kelas kontrol. Pada kelas kelas eksperimen metode yang digunakan adalah
pembuatan dan penggunaan alat peraga. Sedangkan pada kelas kontrol metode
yang digunakan adalah metode ceramah aktif. Kelas kontrol ini ini sangat penting
untuk melihat apakah treatmen yang dilakukan berhasil lebih baik atau tidak.
Kedua kelas tersebut akan diberi pre-test dan post-test. Pre-test digunakan
untuk mengukur pemahaman belajar siswa sebelum diberikan treatmen. Pre-test
juga digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki pemahaman
konsep yang sama atau berbeda. Sedangkan post-test digunakan untuk mengukur
pemahaman belajar siswa setelah diberikan treatmen. Desain penelitian yang
Tabel 3.1 Pre-test and Post-testControl Groupdan experiment group
Treatment Group O1 X1 O1I
Control Group O2 X2 O2I
Keterangan:
O1 : Pre-test kelas treatmen (Kelas X 4)
X1 : Pembelajaran dengan metode eksperimen (KelasX 4)
O1I : Post-test kelas treatmen (Kelas X 4)
O2 : Pre-test kelas kontrol (Kelas X 2)
X2 : Pembelajaran dengan metode ceramah (Kelas X 2)
O2I : Post-test kelas kontrol (Kelas X 2)
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret dan 18 maret 2017 dan
dilaksanakan di SMA Negeri 3 Atambua.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari SMA Negeri 3 Atambua pada semester
genap tahun ajaran 2016/2017. Dalam penelitian akan digunakan 1 kelompok
dan siswi kelas X 4 dan kelompok kontrol menggunakan siswa dan siswi kelas X
2.
D. TREATMEN
Treatmen adalah perlakuan khusus peneliti kepada subyek atau sampel
yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno,
2014: 49). Treatmen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen terbimbing. Pada kelas X 2 diberikan metode pembelajaran dengan
eksperimen yakni pembuatan dan penggunaan alat peraga. Sedangkan pada kelas
X 4 sebagai kelas kontrol diberikan metode pembelajaran dengan ceramah.
1. Kelas Eksperimen
Treatmen yang digunakan pada kelas ekperimen adalah eksperimen
terbimbing. Secara singkat desain pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a) Peneliti memberikan pretest dan angket minat kepada siswa.
b) Peneliti memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
c) Peneliti menjelaskan materi teleskop.
d) Peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok.
e) Siswa dipandu dengan langkah pembuatan alat dan didampingi guru untuk
membuat alat. Langkah pembuatan alat dilampirkan.
f) Siswa menggunakan alat dengan memberi kebebasan menggunakan alat
diluar sekolah yang membuktikan keberhasilan alat.
g) Siswa mengumpulkan alat yang telah dibuat.
i) Peneliti memberikan posttest dan angket kepada siswa.
2. Kelas Kontrol
Treatmen yang akan digunakan pada kelas kontrol adalah model
pembelajaran ceramah siswa aktif. Secara singkat desain pembelajarannya
adalah sebagai berikut.
a. Peneliti memberikan pretest dan angket minat kepada siswa.
b. Peneliti memberikan apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa
tentang teleskop.
c. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan.
d. Peneliti menjelaskan materi tentang teleskop.
e. Siswa mengerjakan contoh soal yang diberikan.
f. Siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas.
g. Guru mengevaluasi soal yang dikerjakan siswa.
h. Guru memberikan tugas rumah.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan panduan
langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP disusun
dalam pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data penelitian.
Materi RPP mengenai teleskop yang dibuat sesuai kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). RPP untuk kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 4
E. INSTRUMEN PENGAMBILAN DATA
Instrumen ialah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Bentuknya dapat berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi,
dan observasi (Suparno, 2014:53). Untuk penelitian ini instrumen yang digunakan
yakni tes, quisioner, dan observasi. Tes dalam penelitian ini berupa pretest dan
posttest (tes awal dan tes akhir) untuk mengukur pemahaman belajar siswa.
Sedangkan pemberian quisioner dan observasi untuk melihat minat belajar siswa.
1. Pretest (Tes awal)
Pretest (tes awal) diberikan pada siswa pertama kali sebelum
`menggunakan metode pembelajaran eksperimen dan metode
pembelajaran ceramah siswa aktif. Aspek yang diukur adalah pemahaman.
2. Posttest (Tes Akhir)
Posttest (tes akhir) diberikan pada siswa yang menggunakan
metode pembelajaran eksperimen maupun yang menggunakan metode
pembelajaran ceramah siswa aktif. Posttest diberikan setelah
masing-masing treatmen diberikan. Aspek yang diukur disini merupakan
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Soal Pretest dan Posttest Alokasi waktu : 30 menit
Jumlah soal : 5 soal
Bentuk soal : Esay
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Nomor Soal
skor
3.menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
3.1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif Pengertian teleskop Siswa dapat menjelaskan apa itu teleskop dengan benar
Jelaskan apa itu teleskop. 1 0-10
Diagram pembentukan bayangan pada teleskop Siswa dapat menggambar diagram pembentukan bayangan pada
Gambarlah proses pembentukan bayangan pada teleskop
teleskop Besaran-besaran fisika dalam teleskop Siswa dapat mengerjakan soal-soal matematis mengenai persamaan pada materi teleskop
Sebuah teropong bintang mempunyai lensa objektif dan lensa okuler dengan fokus masing-masing 240 cm dan 8 cm. Tentukan panjang teropong dan perbesaran bayangan.
Seorang merancang teleskop dengan panjang 51 cm dan perbesaran 50 kali.
Tentukan panjang fokus lensa objektif dan lensa okuler
3
4
0-25
0-30
3.2 menerapkan alat-alat optik dalam
Penerapan dalam
Siswa dapat menyebutkan
Sebutkan penerapan teleskop dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari
penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
sehari-hari
27 3. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh
informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2014: 59).
Dari dasar teori pada bab II dapat disimpulkan kisi-kisi dari angket
minat yakni : rasa senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan
keterlibatan siswa. Pada tabel 3.3 ditulis kisi-kisi pembuatan angket
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Minat
Indikator
Minat
Pernyataan
Senang 1. Saya merasa senang belajar fisika dengan metode yang diberikan guru
2. Saya tidak mengeluh ketika diberi tugas dari guru
Ketertarikan 3. Saya menyimak dengan baik ketika guru menjelaskan materi fisika
4. Saya mengerjakan soal fisika yang diberikan 5. Saya membaca buku penunjang agar saya
lebih memahami materi fisika
Perhatian 6. Saya bertanya di dalam kelas
7. Saya menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan senang
8. Saya memperhatikan penjelasan guru di dalam kelas
Keterlibatan 9. Saya mengikuti proses pembelajaran fisika di dalam kelas
4. Observasi
Observasi merupakan instrumen tambahan. Pada penelitian ini,
salah satu cara mengetahui minat siswa juga dilakukan dengan cara
observasi. Observasi dilakukan selama peneliti memberikan
pembelajaran dengan metode eksperimen maupun pada metode
ceramah siswa aktif. Peneliti juga menyediakan seorang observer untuk
turut melihat siswa selama pembelajaran.
F. VALIDITAS
Validitas adalah mengukur atau menentukan apakah suatu test sungguh
mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (Suparno,
2007: 67). Jadi, sesuatu tes dikatakan valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam mengukur valid tidaknya instrument yang digunakan dalam
penelitian terdapat berbagai macam validitas. Dalam penelitian ini digunakan
validitas isi untuk mengukur apakah isi dari instrumen yang akan digunakan
sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2007: 68).
Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pretest, posttest, dan angket
dimana apa yang akan diukur telah sesuai dengan indikator. Untuk validitas dapat
G. METODE ANALISIS DATA
1. Analisis secara Kualitatif (Angket)
Angket yang diberikan kepada siswa adalah model angket langsung
tertutup untuk mengetahui minat belajar siswa. Digunakan skala Likert
alternatif jawaban yang disusun secara bertingkat untuk menganalisis data
berupa 10 pernyataan angket tertutup yang didapat dari angket penelusuran
minat siswa terhadap metode pembelajaran.
Menurut Indriantoro dan Supomo (dalam Novela, 2013: 60) Skala Likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau tidak
setuju terhadap subyek atau obyek. Pengukurannya dinyatakan dalam bentuk
skor dimana setiap pernyataan diberi empat kriteria pilihan jawaban, dan
masing pilihan jawaban diberikan skor antara 1 s.d 4. Skor
masing-masing kriteria jawaban untuk pernyataan positif (+), dan pernyataan negatif
[image:44.595.85.529.225.713.2](-) yang diajukan pada angket, terdapat pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4 Penetapan Skor untuk Tiap Pertanyaan Angket
Kriteria Jawaban Skor Pernyataan Positif (+)
Skor Pernytaan Negatif (-)
Selalu 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup yang terdiri dari 10 nomor
pernyataan positif (+). Maka, aturan skor yang dipakai adalah pada kolom
pernyataan positif (+).
Angket akan dianalisis tiap nomor pernyataan pada tiap rombel.
Tiap nomor pernyataan pada angket yang telah diisi oleh siswa diskoring
sesuai kriteria pada tabel 3.4. Setelah dilakukan penyekoran pada seluruh
angket, masing-masing nomor pernyataannya pada setiap rombel
dijumlahkan. Jumlah skor masing-masing nomor pernyataan diurutkan
berdasarkan jumlah skor dari yang tertinggi ke terendah. Lewat urutan
pernyataan ini dapat diketahui pernyataan manakah yang lebih dominan,
dan yang kurang dominan. Pernyataan ini mewakili gambaran minat
belajar siswa saat treatmen dilakukan.
2. Analisis secara Kuantitatif (Pretest dan Posttest)
Data yang diperoleh dari tes tertulis (pretest dan posttest) akan
dianalisis secara kuantitatif. Penskoran terhadap pemahaman belajar siswa
dalam mengerjakan soal pretest dan posttest dilakukan dengan membuat
skala skor. Skor hasil belajar siswa yaitu jumlah skor setiap siswa dibagi
jumlah skor maksimal dikali seratus. Secara matematis, dapat dituliskan :
Skor hasil belajar siswa =
Soal pretest dan posttest akan diberikan skor untuk jawaban siswa atas
panduan penskoran. Untuk melihat apakah hail pretest dan posttest benar
memiliki perbedaan dengan uji T-independent. Untuk mengukur apakah
Ada peningkatan hasil belajar dan keterampilan proses sains dilihat dari
peningkatan hasil pre-test dibandingkan dengan post-test diuji
T-dependent nilai signifikan dengan Perhitungan uji T-
menggunakan bantuan SSPS. Data akan dianalisa melalui beberapa tahap
dibawah ini:
a. Uji T-Independent untuk pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen (Kelas XA dan XB). Analisia ini untuk melihat
pemahaman awal kedua kelas tersebut sama atau berbeda.
b. Uji T dependent untuk membandingkan pretest dan posttest untuk
kontrol kelas kontrol (XA), apakah ada peningkatan.
c. Uji T dependent untuk membandingkan pretest dan posttest untuk
kelas eksperimen (XB), apakah ada peningkatan.
d. Uji T independent untuk membandingkan posttest untuk kelas
kontrol dan kelas eksperimen (XA dan XB), apakah sama atau
33 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI PENELITIAN
1. Sebelum Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 16 Maret 2017 dan
Jumat tanggal 18 Maret 2017 di SMA NEGERI 1 ATAMBUA, Nusa
Tenggara Timur. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan persiapan awal yakni membuat proposal penelitian, dan
menyelesaikan surat izin ke dinas pendidikan kota Atambua.
Surat diberikan pada tanggal 13 Maret 2017, dan baru mendapat surat
rekomendasi ke sekolah pada tanggal 15 Maret 2016. Setelah memperoleh
surat rekomendasi dari dinas pada hari yang sama, peneliti langsung
bertemu dengan kepala sekolah SMA NEGERI 3 Atambua. Setelah
mendapat izin dari kepala sekolah peneliti berkoordinasi dengan guru mata
pelajaran fisika yang juga merupakan pengurus bagian kurikulum di SMA
Negeri 3 Atambua untuk menentukan jadwal penelitian.
Peneliti juga berkenalan singkat dengan guru-guru di sekolah tempat
penelitian. Setelah berdiskusi dengan guru mata pelajaran fisika dan
guru-guru, peneliti mendapat jadwal pada hari Kamis tanggal 16 Maret 2017
dan hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017.
Guru mata pelajaran mengajak peneliti ke kelas yang akan digunakan
nama dan tujuan kedatangan peneliti. Untuk kelas eksperimen peneliti juga
menyampaikan apa saja yang akan dibawa saat penelitian (dapat dilihat
pada lampiran LKS siswa.)
2. Selama Penelitian
a. Kelas Kontrol
Pertemuan pertama pada tanggal 16 Maret 2017 pukul
07.00-09.00 untuk kelas kontrol yakni kelas X 2 dengan jumlah 28 orang.
Untuk kelas kontrol ini peneliti menggunakan metode pembelajaran
ceramah siswa aktif. Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga
melakukan beberapa persiapan awal yakni membaca kembali RPP
yang telah dibuat sebelumnya dan mendalami lagi materi yang akan
diajar.
Pertemuan dimulai tepat pukul 07.00 waktu setempat. Dimulai
dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswi. Setelah
berdoa peneliti mengecek kehadiran siswa serta menyampaikan
maksud kedatangan secara rinci. Selain itu juga memberitahukan
kepada siswa apa saja yang akan kami lakukan nantinya. Setelah
peneliti menyampaikan hal tersebut, peneliti memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperkenalkan diri. Setelah selesai perkenalan
singkat peneliti membagikan angket dan soal pretest. Sebelum
mengerjakan angket dan soal peneliti terlebih dahulu memberikan
penjelasan awal mengenai angket dan soal tersebut. Setelah semua
Waktu pengerjaan 25 menit. Siswa sangat serius dalam mengerjakan
angket dan soal pretest. Namun beberapa siswa terlihat berdiskusi saat
mengerjakannya. Setelah selesai mengerjakan, peneliti dibantu
observer mengumpulkan pekerjaan siswa.
Kemudian peneliti melanjutkan dengan memberikan materi
pembelajaran. Materi diawali dengan memberikan motivasi awal
yakni berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang materi
yang akan diberikan yakni teleskop. Disini peneliti menanyakan
pengetahuan awal para siswa seputar teleskop. Beberapa siswa
mencoba menjawab namun kurang sempurna.
Setelah motivasi awal, dilanjutkan pada kegiatan inti. Kegiatan
inti diawali dengan menyampaikan topik serta tujuan pembelajaran.
setelah itu peneliti menyampaikan materi yakni tentang apa itu
teleskop, proses pembentukan bayangan pada teleskop, serta
besaran-besaran dan persamaan fisika pada teleskop. Selama peneliti
menyampaikan materi siswa terlihat sangat memperhatikan peneliti
menjelaskan materi. Namun beberapa siswa yang menempati kursi
paling belakang di kelas sesekali terlihat mengobrol dengan teman
sebangku. Setelah penyampaian materi selesai dilanjutkan dengan
latihan soal untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka
tentang materi yang sudah diajarkan. Di sini peneliti juga mengizinkan
siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku dalam mengerjakan
untuk mengerjakan di depan kelas dan mengevaluasi bersama. Disini
salah satu siswi mengerjakannya di depan kelas dan jawabannya
benar.
Peneliti menutup kegiatan ini dengan merangkum secara
singkat inti dari materi yang telah dipelajari. Karena hanya satu kali
pertemuan peneliti tidak memberikan tugas rumah kepada siswa.
setelah semuanya selesai, pertemuan ditutup dengan mengerjakan
angket dan soal posttest.
b. Kelas eksperimen
Kelas eksperimen untuk penelitian ini yakni kelas X4 SMA
Negeri 3 Atambua dengan jumlah siswa 28 orang. Pertemuan untuk
penelitian pada kelas eksperimen terjadi sekali, yakni pada tanggal 16
Maret 2017 pada pukul 10.00-13.45 waktu setempat. Peneliti masuk
ke kelas tepat pukul 10.00.
Pertemuan diawali dengan doa yang dipimpin oleh salah satu
murid. Setelah selesai berdoa peneliti memperkenalkan diri,
menjelaskan sedikit tentang maksud kedatangan peneliti ke sekolah
serta mengecek kehadiran siswa. Setelah itu baru peneliti menjelaskan
kepada siswa kegiatan apa yang akan dilakukan pada hari ini. Setelah
semua siswa paham peneliti melanjutkan dengan membagikan angket
dan soal pretest kepada siswa untuk dikerjakan. Siswa
mengerjakannya selama 30 menit. Semua siswa mengerjakan dengan
mengerjakan karena posisi duduk mereka yang sangat dekat. Posisi
duduk mereka yang sangat dekat ini diakibatkan kerusakan pada
ruangan kelas yakni ambruknya lantai di tengah kelas tersebut.
Sehingga, siswa hanya menggunakan sebagian kelas saja. Setelah
aiswa selesai mengerjakan peneliti dibantu teman observasi
mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
Setelah selesai mengambil data pretest, peneliti melanjutkan
dengan kegiatan pembelajaran dengan materi teleskop. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan apersepsi dan motivasi yang diberikan
oleh peneliti. Yakni menanyakan pengetahuan awal para siswa
mengenai teleskop. Sejauh mana pengetahuan mereka tentang
teleskop itu sendiri. Beberapa dari siswa mencoba menjawab.
Rata-rata jawaban siswa sudah benar namun belum sempurna menjelaskan
apa itu teleskop.
Setelah mengumpulkan jawaban dari beberapa siswa, peneliti
mulai menjelaskan apa itu teleskop secara lebih lengkap. sebelum
menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari tersebut, peneliti
terlebih dahulu menjelaskan secara singkat topik dan tujuan
pembelajaran hari itu. Pembelajaran ini dimulai dengan pengertian,
bagaimana sehingga kita bisa melihat benda yang jauh menjadi dekat
dengan menggunakan teleskop, apa saja besaran fisika serta
persamaan fisika yang terdapat pada teleskop dan apa saja kegunaan
menunjukan alat peraga teleskop yang telah dibuat sebelumnya oleh
peneliti. Peneliti menjelaskan bagian-bagian penting dari teleskop
tersebut dengan cara membongkar teleskop tersebut sehingga siswa
lebih melihat jelas lensa yang digunakan serta perhitungan jarak
teleskop yang nantinya akan dibuat oleh para siswa. Karena
menggunakan lensa cembung dan lensa cekung peneliti juga
menjelaskan perbedaan dari lensa cekung dan lensa cembung. Yakni
bentuk dan fungsinya. Untuk lebih memperjelas peneliti mengizinkan
siswa secara bergantian melihat dan menggunakan langsung lensa
cekung maupun lensa cembung. Selama peneliti menjelaskan materi
siswa terlihat mendengarkan dan memperhatikan apa yang
disampaikan oleh peneliti. Namun selama pembelajaran, kurang
interaksi yang terjadi di kelas antara peneliti dan siswa. Setelah selesai
peneliti menjelaskan materi, siswa diberi latihan soal yang
berhubungan dengan materi yang sudah diajarkan. Siswa mengerjakan
soal dan beberapa berdiskusi bersama teman.
Setelah selesai mengerjakan siswa diberi kesempatan untuk
mengerjakan di depan kelas. Namun tidak ada siswa yang
mengerjakan di depan. Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran
akhirnya peneliti membahas bersama latihan soal didepan kelas.
Namun peneliti tetap melibatkan siswa dalam mengerjakan latihan
soal tersebut, dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan selama
dalam soal, serta rumus yang digunakan untuk menghitung. Dari
pertanyaan beberapa siswa menjawab dengan benar.
Setelah selesai mengerjakan contoh soal kegiatan penelitian
dilanjutkan dengan pembuatan alat peraga teleskop. Sebelum siswa
mulai bekerja, terlebih dahulu peneliti membagi siswa menjadi lima
kelompok dengan memperhatikan gender karena proses
pembuatannya membutuhkan kekuatan fisik. Setelah dibagi dalam
kelompok peneliti membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada
setiap kelompok.
Sebelum memulai mengerjakan, peneliti terlebih dahulu
menjelaskan tentang LKS yang dibagikan kepada siswa dengan alat
peraga teleskop yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Namun dalam
proses pembuatannya peneliti memberikan kebebasan kepada setiap
kelompok untuk berkreasi sendiri dalam membuatnya. Selama proses
mengerjakannya siswa sangat berantusias untuk mengerjakannya.
Interaksi peneliti dengan siswa selama mengerjakannya juga baik.
Siswa selalu menanyakan kesulitan dalam proses pembuatan. Peneliti
juga berkeliling melihat kinerja kelompok dan menanyakan kesulitan
yang dihadapi serta memberikan solusi terhadap masalah tersebut.
Semua kelompok sangat antusias dalam mengerjakannya. Namun
karena keterbatasan jumlah alat yakni gergaji besi untuk memotong
pipa paralon maka beberapa kelompok harus terpaksa mengantri untuk
dibawa oleh peneliti. Sebelumnya peneliti sudah memberitahukan
kepada siswa untuk membawa, namun pada saat penelitian semua
siswa tidak membawa sehingga terpaksa hanya menggunakan alat
yang dibawa oleh peneliti. Selain itu juga kehabisan perekat karena
banyaknya pemakaian dari siswa. Akhirnya peneliti meminta bantuan
dua siswa untuk membelinya di toko terdekat. Meski demikian siswa
terlihat sangat bersemangat dan antusias dalam mengerjakannya.
Setelah semua kelompok selesai membuatnya, peneliti dibantu
observer mendokumentasikan hasil yang telah dikerjakan oleh siswa.
Penelitian dilanjutkan dengan pengambilan data terakhir yakni angket
dan soal posttest. Saat siswa mengerjakan angket dan soal, waktu
menunjukan pukul 13.30, dimana merupakan waktu pulang sekolah.
Sehingga, terlihat siswa mengerjakannya dengan terburu-buru dan
jawaban kurang maksimal. Setelah semua mengumpulkan
pekerjaannya peneliti menutup pertemuan dengan mengevaluasi
sedikit proses yang sudah dikerjakan oleh siswa dan juga memberikan
apresiasi serta ucapan terimakasih kepada semua siswa yang telah
melancarkan penelitian
c. Wawancara
Karena saat penelitian berlangsung peneliti tidak sempat
mewawancarai siswa, peneliti diberi kesempatan untuk mewawancarai
siswa pada hari Sabtu 18 Maret 2017. Pada saat itu di sekolah sedang
Wawancaranya terjadi di luar kelas dan pada saat siswa sedang
beraktivitas melakukan pembersihan lingkungan sekolah.
Karena siswa berkelompok saat kerja bakti maka peneliti
menanyakan secara umum dan siapa saja boleh menjawab. Untuk
melakukan wawancara itu sendiri peneliti juga ikut bergabung dalam
kelompok kerja siswa. Ada dua kelompok yang diwawancara pada
saat itu. Yakni satu kelompok dari kelas kontrol dan satu kelompok
lagi dari kelas eksperimen. Selain bertanya kepada siswa, siswa juga
mengajukan beberapa pertanyaan pada peneliti, Sehingga terjadi
sharing pengalaman juga saat wawancara.
B. DATA DAN ANALISIS
1. Pemahaman belajar
a. Analisis data pretest dan posttest peserta didik kelas kontrol
Jumlah peserta didik yang dijadikan sampel pada penelitian
ini adalah 28 orang. Dibawah ini disajikan hasil dari pretest dan
[image:55.595.85.517.250.765.2]posttest peserta didik.
Tabel 4.1. Data Nilai pretest dan posttest peserta didik.
No
Skor
pretest posttest
01 5 34
02 7 35
03 27 40
04 6 46
05 2 12
06 4 49
08 11 42
09 5 14
10 14 44
11 7 12
12 4 31
13 9 11
14 14 44
15 5 37
16 7 18
17 5 12
18 10 40
19 11 39
20 2 40
21 18 31
22 3 39
23 7 6
24 1 25,5
25 1 23
26 11 25
27 10 24
28 17 31
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas
kontrol peneliti melakukan uji test-t menggunakan analisis paired
[image:56.595.86.524.100.715.2]sample test pada pretest dan posttest peserta didik.
Tabel 4.2 Hasil Uji Test-T Dan Post-Test Kelas Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 8.2857 28 5.83639 1.10297
Posttest 30.3036 28 12.67934 2.39617
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed) 95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest
-22.01786 12.51701 2.36549 -26.87145 -17.16427 -9.308 27 .000
Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa
t = -9,308 dengan level signifikan Oleh karena p =
0,000 maka hasilnya signifikan, yang menunjukkan pretest
dan posttest terdapat perbedaan.
Hasil analisis dengan SPSS menunjukkan bahwa mean
pretest = 8,9 dan mean posttest = 30,30. Karena mean pretest
lebih besar daripada mean posttest maka ada peningkatan
pemahaman setelah diberikan treatment yakni pembelajaran
dengan metode ceramah.
b. Analisis data pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen
Jumlah peserta didik untuk kelas eksperimen sebanyak 28
orang. Dibawah ini disajikan hasil dari pretest dan posttest peserta
Tabel 4.3 Data Nilai pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen
Nomor
Skor
pretest posttest
01 10 15
02 8 34,5
03 2 10
04 7 10
05 9 12
06 8 28,5
07 8 12
08 9 11
09 15 34,5
10 19 11
11 9 11
12 11 35,5
13 7 12
14 10 11
15 7 28,5
16 1 12
17 8 15
18 8 11
19 6 15
20 5 10
21 15 18
22 6 11
23 8 25
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas
ekperimen peneliti melakukan uji test-t menggunakan analisis
Tabel 4.4 Hasil Uji Test-T Dan Post-Test Kelas eksperimen
Dari Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat
bahwa t = -4,687 dengan level signifikan Oleh karena p
= 0,000 maka hasilnya signifikan yang menunjukan
pretest dan posttest terdapat perbedaan.
Mean pretest = 8,52 dan mean posttest = 17,10 Karena
mean pretest lebih besar daripada mean posttest maka ada
peningkatan pemahaman setelah diberikan treatment yakni
pembelajaran dengan metode eksperimen.
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pretest 8.5217 23 3.91813 .81699
posttest 17.1087 23 8.94168 1.86447
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed) 95% Confidence Interval
of the Difference
Mean
Std.
Deviation Std.
Error
Mean Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest
c. Analisis Pretest Kelas Kontrol Dan Pretest Kelas Eksperimen
Untuk mengetahui hasil belajar awal peserta didik, peneliti
membandingkan hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berikut disajikan data pretest masing-masing kelas yakni kelas
[image:60.595.85.508.197.754.2]kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 4.5 Data Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.
Nomor
(kelas eksperimen) pretest
Nomor
(kelas kontrol) pretest
01 10 01 5
02 8 02 7
03 2 03 27
04 7 04 6
05 9 05 2
06 8 06 4
07 8 07 9
08 9 08 11
09 15 09 5
10 19 10 14
11 9 11 7
12 11 12 4
13 7 13 9
14 10 14 14
15 7 15 5
16 1 16 7
17 8 17 5
18 8 18 10
19 6 19 11
20 5 20 2
21 15 21 18
22 6 22 3
23 8 23 7
24 1
25 1
27 10
28 17
Hasil tes uji-t untuk dua kelompok indenpenden menggunakan
[image:61.595.84.565.203.750.2]SPSS sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji Test-T pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
Group Statistics
Kelomp
ok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pretest 1.00 23 8.5217 3.91813 .81699
2.00 28 8.2857 5.83639 1.10297
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Prete
st
Equal variances
assumed
3.457 .069 .166 49 .869 .23602 1.42557 -2.62878 3.10083
Equal variances
not assumed
Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa
t = 0,16 dengan level signifikan Oleh karena p = 0,86
dimana p maka hasilnya tidak signifikan. Berarti hasil
belajar awal kelas kontrol dan eksperimen sama.
d. Analisis Posttest Kelas Kontrol Dan Posttest Kelas Eksperimen
Untuk mengetahui hasil belajar akhir peserta didik, peneliti
membandingkan hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berikut disajikan data posttest masing-masing kelas yakni kelas
[image:62.595.82.511.233.745.2]kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 4.7 Data Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.
Nomor
(kelas eksperimen) posttest
Nomor
(kelas kontrol) pretest
01 15 01 34
02 34,5 02 35
03 10 03 40
04 10 04 46
05 12 05 12
06 28,5 06 49
07 12 07 44
08 11 08 42
09 34,5 09 14
10 11 10 44
11 11 11 12
12 35,5 12 31
13 12 13 11
14 11 14 44
15 28,5 15 37
17 15 17 12
18 11 18 40
19 15 19 39
20 10 20 40
21 18 21 31
22 11 22 39
23 25 23 6
24 25,5
25 23
26 25
27 24
28 31
Hasil tes uji-t untuk dua kelompok indenpendent menggunakan
[image:63.595.86.539.110.625.2]SPSS sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Test-T Posttest Untuk Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Group Statistics
Kelomp
ok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest 1.00 23 17.1087 8.94168 1.86447
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Postt
est
Equal variances
assumed
4.484 .039 -4.203 49 .000 -13.19488 3.13976 -19.50446 -6.88529
Equal variances
not assumed
-4.346 47.998 .000 -13.19488 3.03609 -19.29936 -7.09039
Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa t =
-4,203 dengan level signifikan Oleh karena p = 0,000
dimana p maka hasilnya signifikan. Berarti hasil belajar akhir
kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan.
mean posttest kelas kontrol = 30,30 dan mean posttest kelas
ekperimen = 17,10. Karena mean posttest kelas ceramah lebih
besar dari mean posttest kelas eksperimen maka dapat dikatakan
menggunakan metode ceramah lebih baik dari pada menggunakan
2. Minat Belajar
Peneliti mengambil data minat belajar untuk dua kelas yakni untuk
kelas kontrol dan kelas ekperimen. Untuk mengetahui minat belajar
peserta didik, peneliti menggunakan angket minat belajar.
a. Analisis data angket pretest dan posttest peserta didik kelas
kontrol
Di bawah ini disajikan data minat angket pretest dan posttest
peserta didik kelas kontrol
Tabel 4.9 Data Angket Minat Pretest Dan Posttest Kelas
Kontrol
Nomor pretest posttest
01 33 32
02 32 33
03 36 34
04 32 31
05 21 22
06 34 29
07 37 29
08 32 37
09 36 26
10 28 33
11 34 32
12 35 35
13 28 35
14 32 30
15 37 34
16 38 38
17 36 33
18 27 29
19 29 30
20 31 37
21 37 36
[image:65.595.87.510.206.750.2]23 29 31
24 35 30
25 27 24
26 35 34
27 33 22
28 37 34
Untuk mengetahui peningkatan minat belajar peserta didik kelas
kontrol peneliti melakukan uji test-t menggunakan analisis paired
[image:66.595.84.576.112.620.2]sample test pada pretest dan posttest peserta didik.
Tabel 4.10 Uji Test-T Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 preangket 32.7143 28 4.02637 .76091
postangket 31.5357 28 4.19419 .79263
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 preangket -
postangket
1.17857 4.29516 .81171 -.48692 2.84406 1.452 27 .158
Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa
t = 1,45 dengan level signifikan