• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan penggunaan alat peraga teleskop serta pengaruhnya terhadap pemahaman dan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan dan penggunaan alat peraga teleskop serta pengaruhnya terhadap pemahaman dan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA TELESKOP SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR

SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 ATAMBUA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Ardi Yohanes Benga Weking (131424033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(5)
(6)

vi ABSTRAK

Ardi Yohanes Benga Weking. 2017. PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA TELESKOP DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 ATAMBUA. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pembimbing : Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.

Kata Kunci : Alat Peraga, Teleskop, Pemahaman, Minat Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada materi teleskop melalui metode pembuatan dan penggunaan alat peraga. (2) apakah ada peningkatan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada materi teleskop melalui metode pembuatan dan penggunaan alat peraga.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2017 dan tanggal 18 Maret 2017 dengan sampel sebanyak 28 murid untuk masing-masing kelas. Instrumen yang digunakan yakni pretest dan posttest angket minat belajar, pretest dan posttest pemahaman materi, lembar observasi, dan wawancara.

(7)

vii

ABSTRACT

Ardi Yohanes Benga Weking, 2017. Making and Using of Telescope Props and Their Influence on The Understanding and Interest of Students X Grade In Atambua 3 Senior High School. Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics And Natural Sciences, F aculty of Teacher Training And Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

Supervisor : Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.

Key Word : Props Telescope, Understanding, Interest to Learn.

This research aims to know whether (1) there is knowledge improvement of student X grade in Atambua 3 Senior High School on the teleskop material through the making and using telescope props; (2) there is interest improvement in learning of student X grade in Atambua 3 Senior High Scchool on the teleskop material

This research was conducted on March 16, 2017 until March 18, 2017 with 56 students. The instruments used were pretest and posttest, interest questionnaire in learning, observasion sheet, and interview.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Teleskop serta Pengaruhnya Terhadap Pemahaman dan Minat Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3

Atambua”.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivisi, kritik dan saran selama proses pengerjaan skripsi

2. Ir. Agustini Sulandari M.Si yang membantu menjelaskan materi pembuatan alat peraga.

3. Drs. Domi Severinus, M.Si., yang telah membantu dalam memvalidasi instrument penelitian.

4. Kepala sekolah SMA Negeri 3 Atambua yang telah memberikan izin penelitian

5. Pak Frans yang sudah menyiapkan jadwal kepada peneliti

6. Semua guru SMA Negeri 3 Atambua yang telah membantu melancarkan penelitian

7. Siswa kelas X 2 dan X 4 yang telah bersedia bekerja sama dalam penyelesaian skripsi ini

8. Orang tua yang selalu mendukung dalam doa maupun materi

(9)

ix

10.Regina Maria Ansila Keun sebagai partner yang sudah mau bekerja sama dan membantu dalam segala hal

11.Anastasia Udak yang telah menemani dan menyemangati penulis selama pembuatan proposal

12.Teman-teman pendidikan Fisika 2013 yang memberikan motivasi, semangat dan masukan

13.Teman-teman rakat kece badai yang selalu memberikan semangat dan motivasi

14.Serta semua yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebut satu per satu

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... ... v

ABSTRACT ... ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

DAFTAR ISI ... ... x

DAFTAR GAMBAR ... ... xii

DAFTAR TABEL ... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A.LATAR BELAKANG ... ... 1

B.RUMUSAN MASALAH ... ... 3

C.TUJUAN PENELITIAN ... ... 3

D.MANFAAT PENELITIAN ... ... 4

BAB II ... ... 5

LANDASAN TEORI ... ... 5

A.FILSAFAT KONSTRUKTIVISME ... 5

B.PRAKTIKUM, EKSPERIMEN DAN LABORATORIUM/ALAT ... 8

D.PEMAHAMAN ... ... 14

E.MINAT ... ... 15

F.TELESKOP ... ... 16

BAB III ... ... 19

A.DESAIN PENELITIAN ... ... 19

B.WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 20

C.SUBJEK PENELITIAN ... ... 20

D.TREATMEN ... ... 21

(11)

xi

F.VALIDITAS ... ... 29

G.METODE ANALISIS DATA ... 30

BAB IV DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 33

A.DESKRIPSI PENELITIAN ... ... 33

B.DATA DAN ANALISIS ... ... 41

C.PEMBAHASAN ... ... 60

D.KETERBATASAN PENELITIAN ... 64

BAB V PENUTUP ... ... 66

A.KESIMPULAN ... ... 66

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pre-test and Post-testControl Group dan experiment group ... 20

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Soal Pretest dan Posttest ... 24

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Minat . ... 28

Tabel 3.4 Penetapan Skor untuk Tiap Pertanyaan Angket...30

Tabel 4.1. Data Nilai pretest dan posttest peserta didik...41

Tabel 4.2 Uji Test-T pretest Dan Post-Test Kelas Kontrol ... 42

Tabel 4.3 Data Nilai pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen ... 44

Tabel 4.4 Uji Test-T Dan Post-Test Kelas eksperimen ... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Test-T Dan Post-Test Kelas eksperimen ... 46

Tabel 4.6 Uji Test-T pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47

Tabel 4.7 Data Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol. ... 48

Tabel 4.8 Uji Test-T Posttest Untuk Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.9 Data Angket Minat Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol ... 51

Tabel 4.10 Uji Test-T prettest dan Posttest minat Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.11 Data Angket Minat Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen ... 53

Tabel 4.12 Uji Test-T angket pretest Dan Post-Test Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.13 Data angket minat pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 55

Tabel 4.14 Uji- Tpretest minat kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 556

Tabel 4.15 Data angket minat posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 58

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. SURAT IZIN PENELITIAN DARI KAMPUS ... 72

LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DARI DINAS KOTA ATAMBUA ... 73

LAMPIRAN 3. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DARI SEKOLAH ... 74

LAMPIRAN 4. RPP KELAS KONTROL ... 75

LAMPIRAN 5. RPP KELAS EKSPERIMEN ... 90

LAMPIRAN 6. VALIDASI SOAL PRETEST DAN POSTTEST ... 87

LAMPIRAN 7. LEMBARAN JAWABAN TES PEMAHAMAN... 90

LAMPIRAN 8. LEMBARAN JAWABAN TES MINAT ... 98

LAMPIRAN 9. NILAI PRETEST DAN POSTTEST SISWA ... 106

LAMPIRAN 10. SOAL DAN KUNCI PRETEST DAN POSTTEST ... 110

LAMPIRAN 11.ANGKET MINAT BELAJAR SISWA ... 114

LAMPIRAN 12.LEMBAR KERJA SISWA ... 116

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

SMA Negeri 3 Atambua merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas

yang terletak di Haliwen, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi

Nusa Tenggara Timur. SMA Negeri 3 Atambua baru mendapatkan surat

keterangan ijin operasional pada tanggal 25 Februari 2013. Akibatnya, masih

tergolong sekolah baru dan dalam proses perkembangan termasuk fasilitas dan

pembelajarannya. Menurut narasumber (Eki Bere yang merupakan alumni SMA

Negeri 3 Atambua) pembelajaran fisika di SMA Negeri 3 Atambua masih

menggunakan metode ceramah dimana dalam metode ini guru yang lebih

berperan aktif. Hal ini menyebabkan dalam proses pembelajaran peran aktif siswa

kurang sehingga berpengaruh pada prestasi dan minat belajar siswa.

Menurut Suparno (2007:2), unsur terpenting dalam proses pembelajaran

ialah (1) siswa yang belajar, (2) guru yang mengajar, (3) bahan pelajaran, dan (4)

hubungan antara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah

siswa yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk

membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri.

Untuk pembelajaran fisika, salah satu usaha yang dapat digunakan yakni

dengan menggunakan metode alat peraga baik dilakukan di kelas maupun di

(16)

kurikulum baru LPTK, mempunyai prinsip bahwa teori dan kegiatan laboratorium

merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena melalui

laboratorium beserta alatnya dapat diperoleh pengalaman langsung yang dapat

menampilkan obyek atau benda kongkrit dalam pembelajaran fisika

(Padmawinata dkk., 1981). Untuk mendukung proses pembelajaran maka

laboratorium yang digunakan harus memenuhi standar. Menurut buku kajian

kurikulum fisika SMA/MA berdasarkan KTSP, untuk mempelajari fisika dengan

mendalam dan lancar, dibutuhkan sarana dan peralatan yang memadai. Tanpa

sarana dan peralatan yang baik, maka siswa tidak dapat mempelajari fisika dengan

lebih mendalam dan luas, tidak dapat mempelajari fisika dengan lancar. demikian

pula guru tidak dapat membantu siswa bila tidak ada sarana dan peralatan yang

diperlukan dalam proses pembelajaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa

sekolah yang sarana dan peralatan yang diperlukan untuk mempelajari fisika yang

lengkap akan lebih baik dari pada bila tidak ada sarana dan peralatannya

(Suparno, 2007:117).

Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan metode alat peraga, yang dilakukan oleh Ahmad Fuqron Muzaky dan Jeffry Handhika yakni “Penggunaan Alat Peraga Sederhana Berbasis

Teknologi Daur Ulang Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Vektor Dalam Kelas SMKN 1 Wonosari Tahun Pelajaran 2014/2015” dan yang

dilakukan oleh Ayomi Prasetyarini dkk tentang “Pemanfaatan Alat Peraga IPA

(17)

Bulupesantren Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013” , menunjuKkan adanya

peningkatan prestasi dan minat belajar siswa.

Dengan melihat kenyataan bahwa di SMA Negeri 3 Atambua belum

pernah menggunakan metode alat peraga dalam pembelajaran, tetapi hanya

menggunakan metode ceramah, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Teleskop Serta Pengaruhnya

Terhadap Pemahaman dan Minat Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3

Atambua.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas X SMA Negeri 3

Atambua dalam materi teleskop dengan proses pembuatan dan penggunaan

alat peraga?

2. Apakah ada peningkatan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3

Atambua dalam materi teleskop dengan proses pembuatan dan penggunaan

alat peraga?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan pemahaman belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada

materi teleskop melalui metode pembuatan dan penggunaan alat peraga.

2. Peningkatan minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Atambua pada materi

(18)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa

 membantu siswa untuk lebih menyadari bahwa banyak penerapan

fisika dalam kehidupan sehari-hari;

 menjadi salah satu variasi dalam membantu proses pembelajaran;

 memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran fisika.

2.Bagi guru

 dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk

mengaktifkan siswa di kelas;

 dapat termotivasi untuk lebih kreatif dalam mengembangkan

pembelajaran fisika di kelas.

3. Bagi sekolah, melalui penelitian ini sekolah mendapatkan alat peraga dari

hasil karya siswa dan dapat termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. FILSAFAT KONSTRUKTIVISME

Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat

pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat

konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan (kontruksi) kita sendiri yang

sedang menekuninya (Von Glasersfeld dalam Suparno, 2013: 14). Pengetahuan

itu mengandung suatu proses, bukan fakta yang statis. Dalam artian ini,

pengetahuan itu tidak pernah lepas dari orang yang sedang mengetahui. Ilmu

pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua

gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas (Einstein dan Infeld dalam

Suparno, 1997: 1).

Teori pembelajaran kontruktivisme merupakan teori yang menekankan

pentingnya peran pembelajar dalam membangun dan mentransformasikan

pengetahuan. Kontruktivisme menekankan kontribusi pembelajar dalam dalam

memperoleh makna dan pembelajaran melalui aktivitas individual dan sosial.

Dalam pandangan ini, pembelajar mendapatkan makna pengetahuan dengan

melakukan pemilihan dan menata apa yang mereka ketahui, baik secara individual

(20)

Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri

mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah

bahan mencerna, memikirkan, menganalisis, dan yang terpenting merangkumnya

sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun

pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa (Suparno, 2013:

15).

Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja

dari guru ke siswa. Pengetahuan yang sudah dipunyai guru tidak dapat begitu saja

dipindahkan atau dituangkan dalam otak siswa. Pengetahuannya hanya dapat

ditawarkan kepada siswa untuk dikontruksi secara aktif oleh siswa itu sendiri.

Banyaknya siswa yang salah menangkap dan mengerti dari apa yang diajarkan

oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu harus dikontruksikan sendiri

oleh siswa (Suparno, 2013: 15-16).

Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang yang sedang

mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah

jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu.

Suatu proses yang terus akan berkembang semakin luas, lengkap, dan sempurna.

Pembentukan pengetahuan jelas bukan sekali jadi, tetapi secara bertahap

(Suparno, 2013: 15).

Para kontruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Tampak

(21)

daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat

membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak harus diartikan sebagai pengalaman

fisik, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalaman kognitif dan mental

(Suparno, 1997: 18-19).

Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang

diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian. Mengerti itu

merupakan suatu proses pembentukan konsep yang terus-menerus (Bettencourt

dalam Suparno, 1997: 11). Proses pembentukan pengertian ini berjalan terus

menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu

pemahaman yang baru (Piaget dalam Suparno, 2013: 14).

Menurut kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif. Pelajar

mengkontruksi sendiri pengetahuannya entah dengan teks, dialog, pengalaman

fisisnya, dan lain-lain. Dengan belajar, siswa dapat mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang

sudah dipunyai siswa sendiri sehingga dapat dikembangkan. Dalam buku Suparno

(1997: 61), proses tersebut antara lain bercirikan enam hal, sebagai berikut:

1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari

apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Kontruksi arti itu

dipengaruhi oleh pengertian yang yang telah ia punyai.

2. Kontruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali

berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan

(22)

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang

dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik

dan lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si

pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi

interaksi dengan bahan yang dipelajari.

B. PRAKTIKUM, EKSPERIMEN DAN LABORATORIUM/ALAT

Menurut Edgar Dale dalam buku Inovasi Pembelajaran (2013:60) bahwa

daya ingat peserta didik terkait pada proses pembelajaran yang dilakukan ialah :

1) Peserta didik mungkin mengingat 20% dari apa yang dibaca atau didengar

2) Peserta didik mungkin mengingat 30% dari apa yang dilihat

3) Peserta didik mungkin mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihat

4) Peserta didik mungkin mengingat 70% dari apa yang dikatakan

5) Peserta didik mungkin mengingat 90% dari apa yang dilakukan.

Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan

atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati melalui media

tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa

(23)

semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, jika hanya

mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan

diperoleh siswa (Wina Sanjaya dalam perencanaan dan desain sistem

pembelajaran 2008:200).

Metode eksperimen merupakan metode yang mengajak siswa untuk

melakukan. Secara umum metode eksperimen adalah metode belajar yang

mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian pengecekan

bahwa teori yang sudah dipelajari itu benar (Suparno, 2013:83). Menurut

Suparno metode eksperimen dibedakan menjadi 2 yakni eksperimen terbimbing

dan eksperimen bebas (2013:84). Yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

yakni metode eksperimen terbimbing.

Eksperimen terbimbing yakni eksperimen yang seluruh jalannya

percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa.

Langkah – langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa

yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan dari awal.

(24)

Untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru

punya peranan yang sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan

guru adalah

 Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa.

 Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya,

peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data

yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan

apa kesimpulannya.

 Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga

saat siswa mencoba semua siap dan lancar.

 Pada saat percobaan, guru berkeliling melihat bagaimana siswa

melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada siswa.

 Bila ada peralatan yang macet, guru membantu siswa agar alat

dapat jalan dengan baik.

 Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan

yang dilakukan.

 Bila siswa yang membuat laporan, maka guru harus memeriksanya,

 Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan

dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.

(25)

Dalam percobaan, siswa antara lain akan melakukan tindakan berikut:

 Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;

 Mencari alat yang diperlukan;

 Merangkaikan alat-alat yang sesuai dengan skema percobaan;

 Mulai mengamati jalannya percobaan;

 Mencatat data yang diperlukan;

 Mendiskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan

dari data yang ada;

 Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan;

 Dapat juga mempresentasikan percobaan di depan kelas.

Roestiyah (1998) mengungkapkan bahwa keunggulan menggunakan

metode eksperimen antara lain:

1) Dengan eksperimen, siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi segala masalah sehingga tidak mudah percaya pada

sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula

kata orang sebelum ia menemukan sendiri kebenarannya.

2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat.

3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen, di samping

memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis

(26)

Dengan eksperimen, siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori

sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul (peristiwa-peristiwa

yang tidak masuk akal)

C. ALAT PERAGA

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai

alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam

proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan

membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efesien.

Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses

belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah:

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan

merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar.

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga

merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

c. Penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan

pelajaran

d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata

alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi

(27)

e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan

untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa

dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain

menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan

lama diingat siswa.

Disamping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga dalam

proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai seperti di bawah ini:

a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk

berpikir

b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa

untuk belajar

c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan

belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap

d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan

f. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara

lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman

(28)

D. PEMAHAMAN

Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif

dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Aspek ini merupakan aspek yang sangat

penting bahkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi aspek yang

paling menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila kita melakukan kegiatan

belajar mengajar yang pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau

mengerti apa yang kita pelajari.

Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori,

artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu

konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan (Sumbangan

pikiran terhadap pendidikan matematika dan fisika, 1987: 2233).

Adapun ciri-ciri pemahaman konsep yakni :

a) Mengenal definisi-definisinya;

b) Mengenal contoh-contohnya;

c) Mengenal sifat-sifat esensialnya;

d) Dapat menggunakan konsep untuk mendefinisikan konsep-konsep

lain;

e) Mengenal hubungan antara konsep-konsep yang berdekatan;

f) Dapat mengenal konsep itu dalam berbagai situasi;

g) Dapat menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah.

Pemahaman juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu untuk diketahui atau diingat, mencakup

(29)

dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang

disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain (Sudaryono, 2012:43).

Dengan demikian pemahaman dapat diartikan sebagai mengerti secara

menyeluruh tentang sesuatu yang telah diketahui dan diingat sebelumnya. Dalam

penelitian ini bertujuan mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang

diajarkan dengan menggunakan metode alat peraga.

E. MINAT

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat berarti

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, diartikan pula sebagai gairah

atau keinginan. Dalam bahasa Inggris, minat sering digambarkan dengan kata-kata “Interest” atau “Passion”. “Interest” berarti suatu perasaan ingin memperhatikan

dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan “Passion” sama maknanya dengan

gairah atau sesuatu perasaan yang kuat atau antusiasme terhadap sesuatu objek.

Menurut Djaali dalam Psikologi Pendidikan minat adalah rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh atau perasaan

ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Minat pada dasarnya

adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali,

2006:121)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan karena

(30)

seseorang merupakan hasil proses pemikiran, emosi serta pembelajaran sehingga

menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau mungkin suatu

kegiatan tertentu. Oleh karena itu minat pada masing-masing orang bisa berbeda

meskipun berada dalam lingkungan yang sama.

Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi

tertentu. Contohnya, siswa yang menaruh minat yang besar pada pelajaran fisika

akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa yang lainnya.

Kemudian, karena pemusatan yang intensif terhadap pelajaran itulah yang

memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi

yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini, berusaha membangkitkan siswa untuk

membangkitkan minat siswa dalam bidang studinya (Muhibbin Syah, 2002: 136).

[image:30.595.84.512.235.706.2]

F. TELESKOP

(31)

Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang

sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Fungsinya adalah membawa

bayangan benda lebih dekat, dengan kata lain, untuk memperbesar sudut yang

dibentuk oleh bayangannya sehingga benda tampak lebih besar (lihat gambar 2).

Teleskop sederhana dapat dirangkai menggunakan dua buah lensa, yakni lensa

objektif dan lensa okuler. Dalam percobaan ini digunakan lensa cembung sebagai

[image:31.595.88.512.258.608.2]

lensa objektif dan lensa cekung sebagai lensa okuler.

Gambar 2. Proses pembentukan Bayangan Pada Teleskop

Diagram sinar teleskop ditunjukkan pada Gambar 1 di atas. Sinar-sinar

sejajar yang datang ke lensa objektif membentuk bayangan X, tepat di titik fokus

objektif. Bayangan X merupakan benda maya bagi lensa okuler. Akhirnya,

sinar-sinar sejajar keluar dari lensa okuler menuju ke mata menghasilkan bayangan

tegak di titik tak berhingga. Akibatnya, mata tidak cepat lelah.

(32)

d = f (Ob) f (Ok)

ket :

d = panjang teropong (meter)

fob = panjang fokus lensa objektif (meter)

fok = panjang fokus lensa okuler (meter)

Dan perbesarannya adalah

M =

Dengan M = perbesaran (kali)

Dalam kehidupan sehari-hari teleskop digunakan oleh para peneliti untuk

melihat benda-benda langit yang sangat jauh dan bahkan ada teleskop yang

letaknya di luar angkasa dan dikendalikan oleh stasiun luar angkasa di bumi,

Teleskop ini bernama teleskop luar angkasa Hubble. Cara kerjanya dengan

mengirimkan gambar hasil tangkapan lensa teleskop ini. Teleskop hubble

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dikatakan

kuantitatif karena data yang diperoleh dalam mengukur pemahaman belajar siswa

dalam bentuk skor yang dianalisa secara statistik. Sedangkan penelitian ini

dikatakan kualitatif karena peneliti menjelaskan gambaran minat belajar siswa

selama penelitian secara deskriptif, dan data yang diperoleh dianalisa secara

kualitatif. Penelitian kualitatif ini bermanfaat untuk memperkuat data kuantitatif

mengenai pemahaman belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan treatmen metode eksperimen terbimbing.

Desain penelitian ini menggunakan dua kelas yakni satu kelas eksperimen dan

satu kelas kontrol. Pada kelas kelas eksperimen metode yang digunakan adalah

pembuatan dan penggunaan alat peraga. Sedangkan pada kelas kontrol metode

yang digunakan adalah metode ceramah aktif. Kelas kontrol ini ini sangat penting

untuk melihat apakah treatmen yang dilakukan berhasil lebih baik atau tidak.

Kedua kelas tersebut akan diberi pre-test dan post-test. Pre-test digunakan

untuk mengukur pemahaman belajar siswa sebelum diberikan treatmen. Pre-test

juga digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki pemahaman

konsep yang sama atau berbeda. Sedangkan post-test digunakan untuk mengukur

pemahaman belajar siswa setelah diberikan treatmen. Desain penelitian yang

(34)
[image:34.595.86.512.126.625.2]

Tabel 3.1 Pre-test and Post-testControl Groupdan experiment group

Treatment Group O1 X1 O1I

Control Group O2 X2 O2I

Keterangan:

O1 : Pre-test kelas treatmen (Kelas X 4)

X1 : Pembelajaran dengan metode eksperimen (KelasX 4)

O1I : Post-test kelas treatmen (Kelas X 4)

O2 : Pre-test kelas kontrol (Kelas X 2)

X2 : Pembelajaran dengan metode ceramah (Kelas X 2)

O2I : Post-test kelas kontrol (Kelas X 2)

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret dan 18 maret 2017 dan

dilaksanakan di SMA Negeri 3 Atambua.

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari SMA Negeri 3 Atambua pada semester

genap tahun ajaran 2016/2017. Dalam penelitian akan digunakan 1 kelompok

(35)

dan siswi kelas X 4 dan kelompok kontrol menggunakan siswa dan siswi kelas X

2.

D. TREATMEN

Treatmen adalah perlakuan khusus peneliti kepada subyek atau sampel

yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno,

2014: 49). Treatmen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen terbimbing. Pada kelas X 2 diberikan metode pembelajaran dengan

eksperimen yakni pembuatan dan penggunaan alat peraga. Sedangkan pada kelas

X 4 sebagai kelas kontrol diberikan metode pembelajaran dengan ceramah.

1. Kelas Eksperimen

Treatmen yang digunakan pada kelas ekperimen adalah eksperimen

terbimbing. Secara singkat desain pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a) Peneliti memberikan pretest dan angket minat kepada siswa.

b) Peneliti memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.

c) Peneliti menjelaskan materi teleskop.

d) Peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok.

e) Siswa dipandu dengan langkah pembuatan alat dan didampingi guru untuk

membuat alat. Langkah pembuatan alat dilampirkan.

f) Siswa menggunakan alat dengan memberi kebebasan menggunakan alat

diluar sekolah yang membuktikan keberhasilan alat.

g) Siswa mengumpulkan alat yang telah dibuat.

(36)

i) Peneliti memberikan posttest dan angket kepada siswa.

2. Kelas Kontrol

Treatmen yang akan digunakan pada kelas kontrol adalah model

pembelajaran ceramah siswa aktif. Secara singkat desain pembelajarannya

adalah sebagai berikut.

a. Peneliti memberikan pretest dan angket minat kepada siswa.

b. Peneliti memberikan apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa

tentang teleskop.

c. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan.

d. Peneliti menjelaskan materi tentang teleskop.

e. Siswa mengerjakan contoh soal yang diberikan.

f. Siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas.

g. Guru mengevaluasi soal yang dikerjakan siswa.

h. Guru memberikan tugas rumah.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan panduan

langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP disusun

dalam pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data penelitian.

Materi RPP mengenai teleskop yang dibuat sesuai kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP). RPP untuk kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 4

(37)

E. INSTRUMEN PENGAMBILAN DATA

Instrumen ialah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian. Bentuknya dapat berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi,

dan observasi (Suparno, 2014:53). Untuk penelitian ini instrumen yang digunakan

yakni tes, quisioner, dan observasi. Tes dalam penelitian ini berupa pretest dan

posttest (tes awal dan tes akhir) untuk mengukur pemahaman belajar siswa.

Sedangkan pemberian quisioner dan observasi untuk melihat minat belajar siswa.

1. Pretest (Tes awal)

Pretest (tes awal) diberikan pada siswa pertama kali sebelum

`menggunakan metode pembelajaran eksperimen dan metode

pembelajaran ceramah siswa aktif. Aspek yang diukur adalah pemahaman.

2. Posttest (Tes Akhir)

Posttest (tes akhir) diberikan pada siswa yang menggunakan

metode pembelajaran eksperimen maupun yang menggunakan metode

pembelajaran ceramah siswa aktif. Posttest diberikan setelah

masing-masing treatmen diberikan. Aspek yang diukur disini merupakan

(38)
[image:38.842.77.741.70.499.2]

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Soal Pretest dan Posttest Alokasi waktu : 30 menit

Jumlah soal : 5 soal

Bentuk soal : Esay

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Nomor Soal

skor

3.menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

3.1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif Pengertian teleskop Siswa dapat menjelaskan apa itu teleskop dengan benar

 Jelaskan apa itu teleskop. 1 0-10

Diagram pembentukan bayangan pada teleskop Siswa dapat menggambar diagram pembentukan bayangan pada

 Gambarlah proses pembentukan bayangan pada teleskop

(39)

teleskop Besaran-besaran fisika dalam teleskop Siswa dapat mengerjakan soal-soal matematis mengenai persamaan pada materi teleskop

 Sebuah teropong bintang mempunyai lensa objektif dan lensa okuler dengan fokus masing-masing 240 cm dan 8 cm. Tentukan panjang teropong dan perbesaran bayangan.

 Seorang merancang teleskop dengan panjang 51 cm dan perbesaran 50 kali.

Tentukan panjang fokus lensa objektif dan lensa okuler

3

4

0-25

0-30

3.2 menerapkan alat-alat optik dalam

Penerapan dalam

Siswa dapat menyebutkan

 Sebutkan penerapan teleskop dalam kehidupan

(40)

kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari

penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari

sehari-hari

(41)

27 3. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh

informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2014: 59).

Dari dasar teori pada bab II dapat disimpulkan kisi-kisi dari angket

minat yakni : rasa senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan

keterlibatan siswa. Pada tabel 3.3 ditulis kisi-kisi pembuatan angket

(42)
[image:42.595.87.506.138.629.2]

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Minat

Indikator

Minat

Pernyataan

Senang 1. Saya merasa senang belajar fisika dengan metode yang diberikan guru

2. Saya tidak mengeluh ketika diberi tugas dari guru

Ketertarikan 3. Saya menyimak dengan baik ketika guru menjelaskan materi fisika

4. Saya mengerjakan soal fisika yang diberikan 5. Saya membaca buku penunjang agar saya

lebih memahami materi fisika

Perhatian 6. Saya bertanya di dalam kelas

7. Saya menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan senang

8. Saya memperhatikan penjelasan guru di dalam kelas

Keterlibatan 9. Saya mengikuti proses pembelajaran fisika di dalam kelas

(43)

4. Observasi

Observasi merupakan instrumen tambahan. Pada penelitian ini,

salah satu cara mengetahui minat siswa juga dilakukan dengan cara

observasi. Observasi dilakukan selama peneliti memberikan

pembelajaran dengan metode eksperimen maupun pada metode

ceramah siswa aktif. Peneliti juga menyediakan seorang observer untuk

turut melihat siswa selama pembelajaran.

F. VALIDITAS

Validitas adalah mengukur atau menentukan apakah suatu test sungguh

mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (Suparno,

2007: 67). Jadi, sesuatu tes dikatakan valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam mengukur valid tidaknya instrument yang digunakan dalam

penelitian terdapat berbagai macam validitas. Dalam penelitian ini digunakan

validitas isi untuk mengukur apakah isi dari instrumen yang akan digunakan

sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2007: 68).

Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pretest, posttest, dan angket

dimana apa yang akan diukur telah sesuai dengan indikator. Untuk validitas dapat

(44)

G. METODE ANALISIS DATA

1. Analisis secara Kualitatif (Angket)

Angket yang diberikan kepada siswa adalah model angket langsung

tertutup untuk mengetahui minat belajar siswa. Digunakan skala Likert

alternatif jawaban yang disusun secara bertingkat untuk menganalisis data

berupa 10 pernyataan angket tertutup yang didapat dari angket penelusuran

minat siswa terhadap metode pembelajaran.

Menurut Indriantoro dan Supomo (dalam Novela, 2013: 60) Skala Likert

merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau tidak

setuju terhadap subyek atau obyek. Pengukurannya dinyatakan dalam bentuk

skor dimana setiap pernyataan diberi empat kriteria pilihan jawaban, dan

masing pilihan jawaban diberikan skor antara 1 s.d 4. Skor

masing-masing kriteria jawaban untuk pernyataan positif (+), dan pernyataan negatif

[image:44.595.85.529.225.713.2]

(-) yang diajukan pada angket, terdapat pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4 Penetapan Skor untuk Tiap Pertanyaan Angket

Kriteria Jawaban Skor Pernyataan Positif (+)

Skor Pernytaan Negatif (-)

Selalu 4 1

Sering 3 2

Jarang 2 3

(45)

Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup yang terdiri dari 10 nomor

pernyataan positif (+). Maka, aturan skor yang dipakai adalah pada kolom

pernyataan positif (+).

Angket akan dianalisis tiap nomor pernyataan pada tiap rombel.

Tiap nomor pernyataan pada angket yang telah diisi oleh siswa diskoring

sesuai kriteria pada tabel 3.4. Setelah dilakukan penyekoran pada seluruh

angket, masing-masing nomor pernyataannya pada setiap rombel

dijumlahkan. Jumlah skor masing-masing nomor pernyataan diurutkan

berdasarkan jumlah skor dari yang tertinggi ke terendah. Lewat urutan

pernyataan ini dapat diketahui pernyataan manakah yang lebih dominan,

dan yang kurang dominan. Pernyataan ini mewakili gambaran minat

belajar siswa saat treatmen dilakukan.

2. Analisis secara Kuantitatif (Pretest dan Posttest)

Data yang diperoleh dari tes tertulis (pretest dan posttest) akan

dianalisis secara kuantitatif. Penskoran terhadap pemahaman belajar siswa

dalam mengerjakan soal pretest dan posttest dilakukan dengan membuat

skala skor. Skor hasil belajar siswa yaitu jumlah skor setiap siswa dibagi

jumlah skor maksimal dikali seratus. Secara matematis, dapat dituliskan :

Skor hasil belajar siswa =

Soal pretest dan posttest akan diberikan skor untuk jawaban siswa atas

(46)

panduan penskoran. Untuk melihat apakah hail pretest dan posttest benar

memiliki perbedaan dengan uji T-independent. Untuk mengukur apakah

Ada peningkatan hasil belajar dan keterampilan proses sains dilihat dari

peningkatan hasil pre-test dibandingkan dengan post-test diuji

T-dependent nilai signifikan dengan Perhitungan uji T-

menggunakan bantuan SSPS. Data akan dianalisa melalui beberapa tahap

dibawah ini:

a. Uji T-Independent untuk pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen (Kelas XA dan XB). Analisia ini untuk melihat

pemahaman awal kedua kelas tersebut sama atau berbeda.

b. Uji T dependent untuk membandingkan pretest dan posttest untuk

kontrol kelas kontrol (XA), apakah ada peningkatan.

c. Uji T dependent untuk membandingkan pretest dan posttest untuk

kelas eksperimen (XB), apakah ada peningkatan.

d. Uji T independent untuk membandingkan posttest untuk kelas

kontrol dan kelas eksperimen (XA dan XB), apakah sama atau

(47)

33 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI PENELITIAN

1. Sebelum Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 16 Maret 2017 dan

Jumat tanggal 18 Maret 2017 di SMA NEGERI 1 ATAMBUA, Nusa

Tenggara Timur. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan persiapan awal yakni membuat proposal penelitian, dan

menyelesaikan surat izin ke dinas pendidikan kota Atambua.

Surat diberikan pada tanggal 13 Maret 2017, dan baru mendapat surat

rekomendasi ke sekolah pada tanggal 15 Maret 2016. Setelah memperoleh

surat rekomendasi dari dinas pada hari yang sama, peneliti langsung

bertemu dengan kepala sekolah SMA NEGERI 3 Atambua. Setelah

mendapat izin dari kepala sekolah peneliti berkoordinasi dengan guru mata

pelajaran fisika yang juga merupakan pengurus bagian kurikulum di SMA

Negeri 3 Atambua untuk menentukan jadwal penelitian.

Peneliti juga berkenalan singkat dengan guru-guru di sekolah tempat

penelitian. Setelah berdiskusi dengan guru mata pelajaran fisika dan

guru-guru, peneliti mendapat jadwal pada hari Kamis tanggal 16 Maret 2017

dan hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017.

Guru mata pelajaran mengajak peneliti ke kelas yang akan digunakan

(48)

nama dan tujuan kedatangan peneliti. Untuk kelas eksperimen peneliti juga

menyampaikan apa saja yang akan dibawa saat penelitian (dapat dilihat

pada lampiran LKS siswa.)

2. Selama Penelitian

a. Kelas Kontrol

Pertemuan pertama pada tanggal 16 Maret 2017 pukul

07.00-09.00 untuk kelas kontrol yakni kelas X 2 dengan jumlah 28 orang.

Untuk kelas kontrol ini peneliti menggunakan metode pembelajaran

ceramah siswa aktif. Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga

melakukan beberapa persiapan awal yakni membaca kembali RPP

yang telah dibuat sebelumnya dan mendalami lagi materi yang akan

diajar.

Pertemuan dimulai tepat pukul 07.00 waktu setempat. Dimulai

dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswi. Setelah

berdoa peneliti mengecek kehadiran siswa serta menyampaikan

maksud kedatangan secara rinci. Selain itu juga memberitahukan

kepada siswa apa saja yang akan kami lakukan nantinya. Setelah

peneliti menyampaikan hal tersebut, peneliti memberi kesempatan

kepada siswa untuk memperkenalkan diri. Setelah selesai perkenalan

singkat peneliti membagikan angket dan soal pretest. Sebelum

mengerjakan angket dan soal peneliti terlebih dahulu memberikan

penjelasan awal mengenai angket dan soal tersebut. Setelah semua

(49)

Waktu pengerjaan 25 menit. Siswa sangat serius dalam mengerjakan

angket dan soal pretest. Namun beberapa siswa terlihat berdiskusi saat

mengerjakannya. Setelah selesai mengerjakan, peneliti dibantu

observer mengumpulkan pekerjaan siswa.

Kemudian peneliti melanjutkan dengan memberikan materi

pembelajaran. Materi diawali dengan memberikan motivasi awal

yakni berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang materi

yang akan diberikan yakni teleskop. Disini peneliti menanyakan

pengetahuan awal para siswa seputar teleskop. Beberapa siswa

mencoba menjawab namun kurang sempurna.

Setelah motivasi awal, dilanjutkan pada kegiatan inti. Kegiatan

inti diawali dengan menyampaikan topik serta tujuan pembelajaran.

setelah itu peneliti menyampaikan materi yakni tentang apa itu

teleskop, proses pembentukan bayangan pada teleskop, serta

besaran-besaran dan persamaan fisika pada teleskop. Selama peneliti

menyampaikan materi siswa terlihat sangat memperhatikan peneliti

menjelaskan materi. Namun beberapa siswa yang menempati kursi

paling belakang di kelas sesekali terlihat mengobrol dengan teman

sebangku. Setelah penyampaian materi selesai dilanjutkan dengan

latihan soal untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka

tentang materi yang sudah diajarkan. Di sini peneliti juga mengizinkan

siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku dalam mengerjakan

(50)

untuk mengerjakan di depan kelas dan mengevaluasi bersama. Disini

salah satu siswi mengerjakannya di depan kelas dan jawabannya

benar.

Peneliti menutup kegiatan ini dengan merangkum secara

singkat inti dari materi yang telah dipelajari. Karena hanya satu kali

pertemuan peneliti tidak memberikan tugas rumah kepada siswa.

setelah semuanya selesai, pertemuan ditutup dengan mengerjakan

angket dan soal posttest.

b. Kelas eksperimen

Kelas eksperimen untuk penelitian ini yakni kelas X4 SMA

Negeri 3 Atambua dengan jumlah siswa 28 orang. Pertemuan untuk

penelitian pada kelas eksperimen terjadi sekali, yakni pada tanggal 16

Maret 2017 pada pukul 10.00-13.45 waktu setempat. Peneliti masuk

ke kelas tepat pukul 10.00.

Pertemuan diawali dengan doa yang dipimpin oleh salah satu

murid. Setelah selesai berdoa peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan sedikit tentang maksud kedatangan peneliti ke sekolah

serta mengecek kehadiran siswa. Setelah itu baru peneliti menjelaskan

kepada siswa kegiatan apa yang akan dilakukan pada hari ini. Setelah

semua siswa paham peneliti melanjutkan dengan membagikan angket

dan soal pretest kepada siswa untuk dikerjakan. Siswa

mengerjakannya selama 30 menit. Semua siswa mengerjakan dengan

(51)

mengerjakan karena posisi duduk mereka yang sangat dekat. Posisi

duduk mereka yang sangat dekat ini diakibatkan kerusakan pada

ruangan kelas yakni ambruknya lantai di tengah kelas tersebut.

Sehingga, siswa hanya menggunakan sebagian kelas saja. Setelah

aiswa selesai mengerjakan peneliti dibantu teman observasi

mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.

Setelah selesai mengambil data pretest, peneliti melanjutkan

dengan kegiatan pembelajaran dengan materi teleskop. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan apersepsi dan motivasi yang diberikan

oleh peneliti. Yakni menanyakan pengetahuan awal para siswa

mengenai teleskop. Sejauh mana pengetahuan mereka tentang

teleskop itu sendiri. Beberapa dari siswa mencoba menjawab.

Rata-rata jawaban siswa sudah benar namun belum sempurna menjelaskan

apa itu teleskop.

Setelah mengumpulkan jawaban dari beberapa siswa, peneliti

mulai menjelaskan apa itu teleskop secara lebih lengkap. sebelum

menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari tersebut, peneliti

terlebih dahulu menjelaskan secara singkat topik dan tujuan

pembelajaran hari itu. Pembelajaran ini dimulai dengan pengertian,

bagaimana sehingga kita bisa melihat benda yang jauh menjadi dekat

dengan menggunakan teleskop, apa saja besaran fisika serta

persamaan fisika yang terdapat pada teleskop dan apa saja kegunaan

(52)

menunjukan alat peraga teleskop yang telah dibuat sebelumnya oleh

peneliti. Peneliti menjelaskan bagian-bagian penting dari teleskop

tersebut dengan cara membongkar teleskop tersebut sehingga siswa

lebih melihat jelas lensa yang digunakan serta perhitungan jarak

teleskop yang nantinya akan dibuat oleh para siswa. Karena

menggunakan lensa cembung dan lensa cekung peneliti juga

menjelaskan perbedaan dari lensa cekung dan lensa cembung. Yakni

bentuk dan fungsinya. Untuk lebih memperjelas peneliti mengizinkan

siswa secara bergantian melihat dan menggunakan langsung lensa

cekung maupun lensa cembung. Selama peneliti menjelaskan materi

siswa terlihat mendengarkan dan memperhatikan apa yang

disampaikan oleh peneliti. Namun selama pembelajaran, kurang

interaksi yang terjadi di kelas antara peneliti dan siswa. Setelah selesai

peneliti menjelaskan materi, siswa diberi latihan soal yang

berhubungan dengan materi yang sudah diajarkan. Siswa mengerjakan

soal dan beberapa berdiskusi bersama teman.

Setelah selesai mengerjakan siswa diberi kesempatan untuk

mengerjakan di depan kelas. Namun tidak ada siswa yang

mengerjakan di depan. Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran

akhirnya peneliti membahas bersama latihan soal didepan kelas.

Namun peneliti tetap melibatkan siswa dalam mengerjakan latihan

soal tersebut, dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan selama

(53)

dalam soal, serta rumus yang digunakan untuk menghitung. Dari

pertanyaan beberapa siswa menjawab dengan benar.

Setelah selesai mengerjakan contoh soal kegiatan penelitian

dilanjutkan dengan pembuatan alat peraga teleskop. Sebelum siswa

mulai bekerja, terlebih dahulu peneliti membagi siswa menjadi lima

kelompok dengan memperhatikan gender karena proses

pembuatannya membutuhkan kekuatan fisik. Setelah dibagi dalam

kelompok peneliti membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada

setiap kelompok.

Sebelum memulai mengerjakan, peneliti terlebih dahulu

menjelaskan tentang LKS yang dibagikan kepada siswa dengan alat

peraga teleskop yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Namun dalam

proses pembuatannya peneliti memberikan kebebasan kepada setiap

kelompok untuk berkreasi sendiri dalam membuatnya. Selama proses

mengerjakannya siswa sangat berantusias untuk mengerjakannya.

Interaksi peneliti dengan siswa selama mengerjakannya juga baik.

Siswa selalu menanyakan kesulitan dalam proses pembuatan. Peneliti

juga berkeliling melihat kinerja kelompok dan menanyakan kesulitan

yang dihadapi serta memberikan solusi terhadap masalah tersebut.

Semua kelompok sangat antusias dalam mengerjakannya. Namun

karena keterbatasan jumlah alat yakni gergaji besi untuk memotong

pipa paralon maka beberapa kelompok harus terpaksa mengantri untuk

(54)

dibawa oleh peneliti. Sebelumnya peneliti sudah memberitahukan

kepada siswa untuk membawa, namun pada saat penelitian semua

siswa tidak membawa sehingga terpaksa hanya menggunakan alat

yang dibawa oleh peneliti. Selain itu juga kehabisan perekat karena

banyaknya pemakaian dari siswa. Akhirnya peneliti meminta bantuan

dua siswa untuk membelinya di toko terdekat. Meski demikian siswa

terlihat sangat bersemangat dan antusias dalam mengerjakannya.

Setelah semua kelompok selesai membuatnya, peneliti dibantu

observer mendokumentasikan hasil yang telah dikerjakan oleh siswa.

Penelitian dilanjutkan dengan pengambilan data terakhir yakni angket

dan soal posttest. Saat siswa mengerjakan angket dan soal, waktu

menunjukan pukul 13.30, dimana merupakan waktu pulang sekolah.

Sehingga, terlihat siswa mengerjakannya dengan terburu-buru dan

jawaban kurang maksimal. Setelah semua mengumpulkan

pekerjaannya peneliti menutup pertemuan dengan mengevaluasi

sedikit proses yang sudah dikerjakan oleh siswa dan juga memberikan

apresiasi serta ucapan terimakasih kepada semua siswa yang telah

melancarkan penelitian

c. Wawancara

Karena saat penelitian berlangsung peneliti tidak sempat

mewawancarai siswa, peneliti diberi kesempatan untuk mewawancarai

siswa pada hari Sabtu 18 Maret 2017. Pada saat itu di sekolah sedang

(55)

Wawancaranya terjadi di luar kelas dan pada saat siswa sedang

beraktivitas melakukan pembersihan lingkungan sekolah.

Karena siswa berkelompok saat kerja bakti maka peneliti

menanyakan secara umum dan siapa saja boleh menjawab. Untuk

melakukan wawancara itu sendiri peneliti juga ikut bergabung dalam

kelompok kerja siswa. Ada dua kelompok yang diwawancara pada

saat itu. Yakni satu kelompok dari kelas kontrol dan satu kelompok

lagi dari kelas eksperimen. Selain bertanya kepada siswa, siswa juga

mengajukan beberapa pertanyaan pada peneliti, Sehingga terjadi

sharing pengalaman juga saat wawancara.

B. DATA DAN ANALISIS

1. Pemahaman belajar

a. Analisis data pretest dan posttest peserta didik kelas kontrol

Jumlah peserta didik yang dijadikan sampel pada penelitian

ini adalah 28 orang. Dibawah ini disajikan hasil dari pretest dan

[image:55.595.85.517.250.765.2]

posttest peserta didik.

Tabel 4.1. Data Nilai pretest dan posttest peserta didik.

No

Skor

pretest posttest

01 5 34

02 7 35

03 27 40

04 6 46

05 2 12

06 4 49

(56)

08 11 42

09 5 14

10 14 44

11 7 12

12 4 31

13 9 11

14 14 44

15 5 37

16 7 18

17 5 12

18 10 40

19 11 39

20 2 40

21 18 31

22 3 39

23 7 6

24 1 25,5

25 1 23

26 11 25

27 10 24

28 17 31

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas

kontrol peneliti melakukan uji test-t menggunakan analisis paired

[image:56.595.86.524.100.715.2]

sample test pada pretest dan posttest peserta didik.

Tabel 4.2 Hasil Uji Test-T Dan Post-Test Kelas Kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 8.2857 28 5.83639 1.10297

Posttest 30.3036 28 12.67934 2.39617

(57)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) 95% Confidence

Interval of the

Difference

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest

-22.01786 12.51701 2.36549 -26.87145 -17.16427 -9.308 27 .000

Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa

t = -9,308 dengan level signifikan Oleh karena p =

0,000 maka hasilnya signifikan, yang menunjukkan pretest

dan posttest terdapat perbedaan.

Hasil analisis dengan SPSS menunjukkan bahwa mean

pretest = 8,9 dan mean posttest = 30,30. Karena mean pretest

lebih besar daripada mean posttest maka ada peningkatan

pemahaman setelah diberikan treatment yakni pembelajaran

dengan metode ceramah.

b. Analisis data pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen

Jumlah peserta didik untuk kelas eksperimen sebanyak 28

orang. Dibawah ini disajikan hasil dari pretest dan posttest peserta

(58)
[image:58.595.84.510.112.614.2]

Tabel 4.3 Data Nilai pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen

Nomor

Skor

pretest posttest

01 10 15

02 8 34,5

03 2 10

04 7 10

05 9 12

06 8 28,5

07 8 12

08 9 11

09 15 34,5

10 19 11

11 9 11

12 11 35,5

13 7 12

14 10 11

15 7 28,5

16 1 12

17 8 15

18 8 11

19 6 15

20 5 10

21 15 18

22 6 11

23 8 25

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas

ekperimen peneliti melakukan uji test-t menggunakan analisis

(59)
[image:59.595.85.530.164.618.2]

Tabel 4.4 Hasil Uji Test-T Dan Post-Test Kelas eksperimen

Dari Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat

bahwa t = -4,687 dengan level signifikan Oleh karena p

= 0,000 maka hasilnya signifikan yang menunjukan

pretest dan posttest terdapat perbedaan.

Mean pretest = 8,52 dan mean posttest = 17,10 Karena

mean pretest lebih besar daripada mean posttest maka ada

peningkatan pemahaman setelah diberikan treatment yakni

pembelajaran dengan metode eksperimen.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest 8.5217 23 3.91813 .81699

posttest 17.1087 23 8.94168 1.86447

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) 95% Confidence Interval

of the Difference

Mean

Std.

Deviation Std.

Error

Mean Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest

(60)

c. Analisis Pretest Kelas Kontrol Dan Pretest Kelas Eksperimen

Untuk mengetahui hasil belajar awal peserta didik, peneliti

membandingkan hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berikut disajikan data pretest masing-masing kelas yakni kelas

[image:60.595.85.508.197.754.2]

kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel 4.5 Data Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.

Nomor

(kelas eksperimen) pretest

Nomor

(kelas kontrol) pretest

01 10 01 5

02 8 02 7

03 2 03 27

04 7 04 6

05 9 05 2

06 8 06 4

07 8 07 9

08 9 08 11

09 15 09 5

10 19 10 14

11 9 11 7

12 11 12 4

13 7 13 9

14 10 14 14

15 7 15 5

16 1 16 7

17 8 17 5

18 8 18 10

19 6 19 11

20 5 20 2

21 15 21 18

22 6 22 3

23 8 23 7

24 1

25 1

(61)

27 10

28 17

Hasil tes uji-t untuk dua kelompok indenpenden menggunakan

[image:61.595.84.565.203.750.2]

SPSS sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Uji Test-T pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

Group Statistics

Kelomp

ok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pretest 1.00 23 8.5217 3.91813 .81699

2.00 28 8.2857 5.83639 1.10297

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Prete

st

Equal variances

assumed

3.457 .069 .166 49 .869 .23602 1.42557 -2.62878 3.10083

Equal variances

not assumed

(62)

Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa

t = 0,16 dengan level signifikan Oleh karena p = 0,86

dimana p maka hasilnya tidak signifikan. Berarti hasil

belajar awal kelas kontrol dan eksperimen sama.

d. Analisis Posttest Kelas Kontrol Dan Posttest Kelas Eksperimen

Untuk mengetahui hasil belajar akhir peserta didik, peneliti

membandingkan hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berikut disajikan data posttest masing-masing kelas yakni kelas

[image:62.595.82.511.233.745.2]

kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel 4.7 Data Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.

Nomor

(kelas eksperimen) posttest

Nomor

(kelas kontrol) pretest

01 15 01 34

02 34,5 02 35

03 10 03 40

04 10 04 46

05 12 05 12

06 28,5 06 49

07 12 07 44

08 11 08 42

09 34,5 09 14

10 11 10 44

11 11 11 12

12 35,5 12 31

13 12 13 11

14 11 14 44

15 28,5 15 37

(63)

17 15 17 12

18 11 18 40

19 15 19 39

20 10 20 40

21 18 21 31

22 11 22 39

23 25 23 6

24 25,5

25 23

26 25

27 24

28 31

Hasil tes uji-t untuk dua kelompok indenpendent menggunakan

[image:63.595.86.539.110.625.2]

SPSS sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Test-T Posttest Untuk Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Group Statistics

Kelomp

ok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Posttest 1.00 23 17.1087 8.94168 1.86447

(64)

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Postt

est

Equal variances

assumed

4.484 .039 -4.203 49 .000 -13.19488 3.13976 -19.50446 -6.88529

Equal variances

not assumed

-4.346 47.998 .000 -13.19488 3.03609 -19.29936 -7.09039

Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa t =

-4,203 dengan level signifikan Oleh karena p = 0,000

dimana p maka hasilnya signifikan. Berarti hasil belajar akhir

kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan.

mean posttest kelas kontrol = 30,30 dan mean posttest kelas

ekperimen = 17,10. Karena mean posttest kelas ceramah lebih

besar dari mean posttest kelas eksperimen maka dapat dikatakan

menggunakan metode ceramah lebih baik dari pada menggunakan

(65)

2. Minat Belajar

Peneliti mengambil data minat belajar untuk dua kelas yakni untuk

kelas kontrol dan kelas ekperimen. Untuk mengetahui minat belajar

peserta didik, peneliti menggunakan angket minat belajar.

a. Analisis data angket pretest dan posttest peserta didik kelas

kontrol

Di bawah ini disajikan data minat angket pretest dan posttest

peserta didik kelas kontrol

Tabel 4.9 Data Angket Minat Pretest Dan Posttest Kelas

Kontrol

Nomor pretest posttest

01 33 32

02 32 33

03 36 34

04 32 31

05 21 22

06 34 29

07 37 29

08 32 37

09 36 26

10 28 33

11 34 32

12 35 35

13 28 35

14 32 30

15 37 34

16 38 38

17 36 33

18 27 29

19 29 30

20 31 37

21 37 36

[image:65.595.87.510.206.750.2]
(66)

23 29 31

24 35 30

25 27 24

26 35 34

27 33 22

28 37 34

Untuk mengetahui peningkatan minat belajar peserta didik kelas

kontrol peneliti melakukan uji test-t menggunakan analisis paired

[image:66.595.84.576.112.620.2]

sample test pada pretest dan posttest peserta didik.

Tabel 4.10 Uji Test-T Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 preangket 32.7143 28 4.02637 .76091

postangket 31.5357 28 4.19419 .79263

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 preangket -

postangket

1.17857 4.29516 .81171 -.48692 2.84406 1.452 27 .158

Dari hasil analisis menggunakan SPSS dapat dilihat bahwa

t = 1,45 dengan level signifikan

Gambar

Gambar 2. Proses Pembentukan Bayangan Pada Teleskop .................................
Gambar 1. Contoh teleskop
Gambar 2. Proses pembentukan Bayangan Pada Teleskop
Tabel 3.1 Pre-test and Post-test Control Groupdan experiment group
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEMANFAATAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI UNTUK MENGUKUR MINAT BELAJAR DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-G SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA PADAi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi hidrosfer di kelas X-6 SMA Negeri 2 Sidikalang dengan penerapan model

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 14 Medan

Gambaran umum indikator pembuatan keputusan karir Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012 memiliki hasil: (1) pemahaman diri terhadap kekuatan dan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pengaruh fasilitas sekolah dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 2 Perbaungan

Abstrak: Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Ma’rang. Penelitian ini bertujuan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran pemahaman konsep fisika peserta didik kelas X di

Tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan peran fasilitas belajar terhadap minat belajar peserta didik kelas X di SMA Negeri 1