LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PENGEMBANGAN DAN PENGEMASAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI
GUGUS II KECAMATAN MARGA
OLEH:
MADE JUNIANTARI, S.Pd., M.Pd. (0006068702) NI PUTU SRI RATNA DEWI, S.Pd., M.Pd. (0007038603) NI KETUT DESIA TRISTIANTARI, S.Pd., M.Pd. (0013128901)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha
SPK NOMOR: 870/UN48.15/PM/2017
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
OKTOBER 2017
ii
iii PRAKATA
“Om Swastiastu”
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa karena atas Asung Kerta Waranugraha-Nya laporan akhir program Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul “Pelatihan Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi Guru di Gugus II Kecamatan Marga”
dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.
Kerja keras bukanlah satu-satunya jaminan terlaksananya program, ini, namun sumbangan ide, tenaga, dan motivasi berbagai pihak telah menjadi kontribusi yang begitu berharga sehingga program yang direncanankan dapat terlaksana dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan program pengabdian kepada masyarakat.
2. Kepala Gugus II Kecamatan Marga yang telah bersedia bekerja sama sehingga program ini dapat terlaksana dengan baik dan mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan kompetensi guru.
3. Guru-guru di SD Negeri 1 Petiga, SD Negeri 2 Petiga, SD Negeri 3 Petiga, SD Negeri 2 Payangan, dan SD Negeri 3 Payangan yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelatihan demi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar.
4. Tim pelaksana yang sudah bekerja keras demi telaksananya program ini.
Semoga apa yang telah diberikan memperoleh pahala dari Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dilaksanakan pada P2M ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan program selanjutnya.
“Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”
Singaraja, Oktober 2017 Tim Pelaksana
iv RINGKASAN
PELATIHAN PENGEMBANGAN DAN PENGEMASAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI
GUGUS II KECAMATAN MARGA
Program Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru mitra yaitu di Gugus 1 Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan, beberapa di antaranya yaitu : 1) guru kurang memahami tentang program pendidikan karakter; 2) guru mengalami kendala dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, 3) guru belum memiliki pengalaman langsung dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas, dan 4) guru memerlukan pendampingan dalam menyusun dan mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Dengan berkoordinasi dengan kepala gugus dan tim pengabdian kepada masyarakat (P2M), maka masalah di atas dapat dipecahkan dengan solusi mengadakan pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter bagi guru di Gugus II Kecamatan Marga.
Solusi yang telah dikoordinasikan dilaksanakan dalam tiga kegiatan utama yaitu: 1) pemaparan garis besar mengenai program pendidikan karakter, 2) penyusunan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, dan 3) pendampingan dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter yang berhasil disusun. Pelatihan ini melibatkan guru-guru Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di wilayah Gugus II Kecamatan Maga yaitu SD Negeri 1 Petiga, SD Negeri 2 Petiga, SD Negeri 3 Petiga, SD Negeri 2 Payangan, dan SD Negeri 3 Payangan.
Hasil kegiatan menunjukkan respons positif guru dalam mengikuti kegiatan pelatihan dan meningkatnya kompetensi guru dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Hal ini dapat dilihat dari persentase kehadiran peserta sebesar 100%, respons positif peserta terhadap kegiatan pelatihan sebesar 90,96%, dan 84% dari total peserta telah berhasil menyusun perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Namun karena evaluasi program masih berjalan maka luaran program ini belum sepenuhnya terselesaikan dan masih perlu disempurnakan kembali.
Kata kunci: kompetensi guru, perangkat pembelajaran, pendidikan karakter
v DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PRAKATA ... iii
RINGKASAN ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Analisis Situasi ... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Kegiatan ... 4
1.4 Manfaat Kegiatan ... 4
BAB II TEGET DAN LUARAN ... 6
2.1 Target ... 6
2.2 Luaran ... 6
BAB III METODE PELAKSANAAN ... 7
3.1 Waktu dan Tempat ... 7
3.2 Metode Pelaksanaan ... 7
3.3 Pelaksanaan Kegiatan ... 8
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ... 10
4.1 Kelayakan Perguruan Tinggi ... 10
4.2 Kelayakan Tim Pelaksana ... 16
BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ... 18
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 24
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 25
7.1 Simpulan ... 25
7.2 Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
LAMPIRAN ... 27
vi DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Permasalahan dan Solusi ... 7
Tabel 4.1 Karya Ilmiah Dosen Undiksha ... 14
Tabel 4.2 HKI Dosen Undiksha ... 14
Tabel 4.3 Pengabdian Undiksha Tiga Tahun Terakhir ... 15
Tabel 4.4 Organisasi dan Pengalaman Tim Pelaksana ... 16
Tabel 5.1 Data Respons Guru Terhadap Kegiatan Pelatihan ... 20
vii DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Kegiatan ... 9
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Gugus II Kecamatan Marga terdiri dari 5 sekolah dasar yang tersebar pada beberapa desa di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Sekolah yang termasuk ke dalam Gugus II Kecamatan Marga yaitu SD N 1 Petiga, SD N 2 Petiga, SD N 3 Petiga, SD N 2 payangan, dan SD N 3 Payangan. Jumlah guru di Gugus II Kecamatan Marga adalah 44 Orang di mana SD N 1 Petiga 10 Orang, SD N 2 Petiga 8 Orang, SD N 3 Petiga 9 Orang, SD N 2 Payangan 10 Orang, dan SD N 3 Payangan 7 Orang. Berdasarkan data tanggal lahir, umur mereka berkisar antara 25 hingga 59 tahun. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh para guru di Gugus tersebut terdiri atas PGAH, SPG, DII, dan S1 PGSD (berdasarkan data guru lapor bulan, 2016). Tempat tinggal para guru sekolah dasar di Gugus II Kecamatan Marga umumnya tersebar pada beberapa desa, diantaranya Desa Tua, Desa Baru, Desa Bayan, Desa Pinge, Desa Susut, Desa Cau, Desa Petiga, Desa Geluntung dan Desa Payangan.
Untuk mendapatkan informasi terkait peran KKG dalam membina kompetensi pedagogik guru, maka dilakukan wawancara dengan Ketua Gugus II Kecamatan Marga Ibu Ni Ketut Raci, S.Pd., yang sekaligus kepala SD Negeri 3 Petiga. Berdasarkan informasi beliau, kegiatan yang biasa dilakukan oleh KKG di Gugus II adalah penyusunan silabus dan RPP di setiap awal semester untuk setiap mata pelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selain itu, guru-guru juga menerima pengarahan dari pengawas atau guru calon pengawas dalam penyusunan RPP, penyusunan instrumen evaluasi, dan penulisan karya ilmiah. Akan tetapi pengarahan tersebut masih bersifat teoritis, umum, tanpa diikuti dengan kegiatan evaluasi secara menyeluruh terhadap kegiatan pengarahan.
Para guru dalam KKG Gugus II kecamatan Marga juga mengeluhkan ketidakpuasan terhadap program pengarahan yang tidak diimbangi dengan contoh instrumen yang tepat, contoh penerapannya, dan contoh evaluasi pembelajaran yang memuat penilaian secara menyeluruh mencakup penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Apabila kegiatan pelatihan dilaksanakan oleh dosen, biasanya kegiatan hanya dilaksanakan di tingkat kecamatan, sehingga para guru tidak merasakan kesempatan untuk mendapat bimbingan secara detail. Terkait dengan program pendidikan karakter, menurut Ibu Ni Ketut Raci, S.Pd., juga memberikan gambaran bahwa pengarahan terkait pembelajaran terintegrasi dengan program pendidikan karakter juga sempat diberikan oleh pihak koordinator pengawas yang terbatas
2 langsung pada penyusunan RPP yang berkarakter tanpa adanya penyegaran kembali mengenai program pendidikan karakter, dan tidak menekankan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan program pendidikan karakter. Hal ini ditambah lagi dengan kondisi guru yang tidak terbiasa menggunakan laptop dan internet untuk mengakses mengenai program pendidikan karakter yang sesuai dengan harapan kurikulum.
Untuk aspek penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya biasanya lebih banyak menekankan pada aspek kognitif akan tetapi penilaian afektif dan psikomotorik seperti penilaian aktivitas belajar susah untuk dilakukan karena belum tersedianya instrumen yang sesuai. Guru menghadapi kendala dalam merancang instrumen penilaian aktivitas belajar siswa yang baik dan benar. Jika kondisi ini dibiarkan, maka siswa hanya paham tentang teori tanpa adanya pemahaman pada sikap kegiatan belajar yang baik dan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran tidak dapat diterapkan dengan maksimal. Hal ini merupakan ancaman bagi sikap belajar siswa ketika mereka memasuki jenjang sekolah menengah.
Guru haruslah menyadari bahwa aktivitas belajar yang diharapkan muncul dari siswa adalah yang berdasarkan karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Berdasarkan tahap perkembangan intelektual oleh Piaget (dalam Ratumanan, 2002), siswa sekolah dasar (usia 6- 12 tahun) berada pada tahap operasional konkrit di mana siswa masih terikat dengan objek konkrit yang dapat ditangkap oleh panca indera. Selain itu, siswa pada tahap ini sifat egois siswa juga mulai berkurang dan lebih menonjolkan komunikasi sosial yang baik dengan temannya. Melihat karakteristik siswa seperti itu, pembelajaran di sekolah dasar akan sangat baik apabila mampu memfasilitasi kebutuhan siswa yang ingin bergabung dalam kelompok dan berdiskusi. Guru dapat mengarahkan aktivitas belajar yang sesuai dan melakukan penilaian seberapa baik siswa melaksanakan kegiatan tersebut di kelas.
Apabila guru dapat memahami program pendidikan karakter, maka guru dapat mengarahkan aktivitas siswanya pada nilai-nilai karakter bangsa. Aktivitas pembelajaran dapat diarahkan dengan mengacu pada 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan sebagaimana yang tertuang dalam Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 adalah: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab (Kemdikbud, 2010). Meskipun telah dirumuskan ada 18 nilai pembentuk karakter bangsa, di setiap satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya. Pemilihan nilai-nilai tersebut berpijak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Hal ini dilakukan melalui analisis
3 konteks, sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang dikembangkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, baik penulis maupun guru di Gugus II Kecamatan Marga merasa sangat perlu untuk melakukan program pelatihan pegembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter di mana perangkat pembelajaran yang dimaksud meliputi: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrument penilaian yang mendukung program pendidikan karakter.
Pengembangan dalam kegiatan pelatihan ini dimaksudkan sebagai kegiatan mendesain suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang dijadikan acuan/pedoman yang dalam hal ini adalah program pendidikan karakter bangsa, sedangkan pengemasan diartikan sebagai kegiatan menyusun perangkat perdasarkan rumusan dan pedoman yang diharapkan pada kurikulum yang berlaku dalam hal ini mencakup sistematika perangkat pembelajaran.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian analisis situasi, permasalahan yang dapat diidentifikasi dan diprioritaskan untuk diselesaikan adalah:
1. Guru-guru di sekolah mitra kurang memahami tentang program pendidikan karakter.
2. Guru-guru di sekolah mitra mengalami kendala dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, LKS, dan instrument penilaian berorientasi pendidikan karakter.
3. Guru-guru di sekolah mitra belum memiliki pengalaman langsung dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas.
4. Guru-guru di sekolah mitra memerlukan pendampingan dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan memberikan solusi berupa pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter bagi guru di Gugus II Kecamatan Marga. Dengan demikian, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah kegiatan pelatihan dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai program pendidikan karakter?
4 2. Apakah kegiatan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter?
3. Apakah kegiatan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas?
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan pemahaman guru mengenai program pendidikan karakter.
2. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
3. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas?
1.4 Manfaat Kegiatan
Hasil pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini akan memberikan kontribusi positif terhadap usaha peningkatan kualitas pendidikan, khususnya bagi guru-guru sekolah dasar di Gugus II Kecamatan Marga dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Secara eksplisit manfaat pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Peserta pelatihan yaitu para guru sekolah dasar di Gugus II Kecamatan Marga, program ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman guru tentang bagaimana cara mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
2. Pemerintah Kabupaten Tabanan, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan Tabanan, khususnya pada jenjang SD, yakni mengimplementasikan pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran di sekolah dasar yang telah diberlakukan secara nasional.
5 3. Undiksha, program ini sangat bermanfaat dalam menjalin kerja sama yang bermutu antara LPTK dengan kalangan masyarakat luas, sehingga tenaga dan berbagai potensi yang ada dapat disumbangkan kepada khalayak luas, khususnya yang berkenan dengan sektor pendidikan.
6 BAB II
TARGET DAN LUARAN
2.1 Target
Program pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan untuk guru-guru di Gugus II Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan yang terdiri dari SD N 1 Petiga, SD N 2 Petiga, SD N 3 Petiga, SD N 2 payangan, dan SD N 3 Payangan. Tiap sekolah diwakili oleh 5 orang guru sehingga target peserta program ini adalah 25 peserta dari guru-guru SD di Gugus II. Namun pada pelaksanaannya jumlah peserta dari Gugus II yang datang adalah 23 peserta, sehingga dapat disimpulkan target tercapai. Tidak hanya melibatkan guru, program ini juga melibatkan 2 orang mahasiswa yang juga berperan sebagai peserta dengan tema pelatihan mendukung tugas akhir kuliah. Sehingga total peserta adalah 25 orang. Tidak hanya itu, program ini juga melibatkan 1 orang narasumber (narasumber 1) yang khusus membahas mengenai Rancangan Perangkat Pembelajaran (RPP) berdasarkan Kurikulum 2013 yang mencakup penilaian kognitif dan afektif, 3 orang dari Tim pelaksana kegiatan (ketua sebagai narasumber 2, dan anggota 1 sebagai narasumber 3), dan 1 orang teknisi yang membantu kelancaran pelatihan.
2.2 Luaran
Luaran dari program pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Pengetahuan tentang program pendidikan karakter dalam pembelajaran.
2. Keterampilan mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
3. Keterampilan mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas.
4. Perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
5. Artikel.
7 BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Pelatihan Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi Guru di Gugus II Kecamatan Marga” telah terlaksana mulai Tanggal 25 Juli 2017 sampai dengan 9 Agustus 2017. Tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan di SD Negeri 3 Petiga.
3.2 Metode Pelaksanaan
Permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I dapat diselesaikan dengan meningkatkan pemahaman guru-guru di Gugus II Kecamatan Marga dengan meningkatkan pemahaman dan keterampilan tentang program pendidikan karakter, mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, dan mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian bentuk kegiatan pengabdian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pemaparan mengenai program pendidikan karakter.
2. Pelatihan mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
3. Pendampingan dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas.
Solusi yang ditawarkan untuk setiap permasalahan yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Permasalahan dan Solusi
Masalah Sub Masalah Solusi
Rendahnya pemahaman dan keterampilan guru-guru SD di Gugus II Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan tentang tentang program
Guru-guru di sekolah mitra kurang memahami tentang program pendidikan karakter.
Pemaparan mengenai program pendidikan karakter.
Guru-guru di sekolah mitra mengalami kendala dalam
Pelatihan mengembangkan dan mengemas perangkat
8 pendidikan karakter,
mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelas.
mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
Guru-guru di sekolah mitra belum memiliki pengalaman langsung dalam
mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas.
Pendampingan dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran di kelas
3.3 Pelaksanaan Kegiatan
Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada program pengabdian kepada masyarakat ini dapat dijelaskan berdasarkan Gambar 3.1 berikut.
9 Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Kegiatan
PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN
MENENTUKAN JUMLAH PESERTA PELATIHAN
PROSEDUR MENENTUKAN TEMPAT
PELATIHAN
MENYUSUN MODUL PELATIHAN
MENGIRIM SURAT UNDANGAN PELATIHAN
REGISTRASI PESERTA PELATIHAN
PERSIAPAN TEMPAT PELATIHAN DAN SARANA PELATIHAN YANG MENDUKUNG
PERENCANAAN DAN PENENTUAN JADWAL
PELATIHAN PELAKSANAAN PELATIHAN
EVALUASI PELATIHAN
MENGIRIM SERTIFIKAT PELATIHAN PELAKSANAAN PELATIHAN
10 BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kelayakan Perguruan Tinggi
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 ayat (2) menyatakan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada prinsipnya, fungsi pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara profesional oleh setiap perguruan tinggi dengan prinsip akuntabilitas, jaminan mutu, dan transparansi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) merupakan lembaga terdepan dalam pengembangan pengabdian kepada masyarakat di Undiksha. Lembaga ini dituntut untuk berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Semua itu merupakan sumbangsih Undiksha dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat di tingkat daerah, wilayah, nasional, dan dunia.
Undiksha sebelumnya merupakan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) tetapi sudah mengemban mandat perluasan untuk mengelola bidang-bidang non kependidikan.
Saat ini, kajian utama Undiksha masih dalam bidang pendidikan disertai bidang-bidang lainnya yang mendukung bidang kajian utama tersebut. Pengkajian dilakukan secara komprehensif untuk semua disiplin ilmu yang diemban menuju arah pengembangan Undiksha sebagai pusat pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkualitas, berdaya saing tinggi, berbudaya serta humanis berlandaskan Tri Hita Karana. Oleh karena itu, Undiksha menjadikan bidang kependidikan, baik pendidikan formal, non-formal, maupun informal sebagai bidang unggulan. Pengembangan Undiksha juga memperhatikan beberapa isu penting yakni: 1) isu global, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN; 2) isu nasional, seperti Poros Maritim, Pembangunan Desa, Desa Perbatasan, Lima Komoditas Swasembada (Beras, Jagung, Kedelai, Gula dan Sapi), dan Reformasi Budaya; 3) isu wilayah, yakni Membangun Desa Mandiri; serta 4) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Daerah (PEMDA), baik pemerintah kabupaten/kota setempat maupun pemerintah provinsi.
11 Mempertimbangkan hal tersebut, Undiksha mencanangkan beberapa bidang unggulan dalam program pengabdian kepada masyarakat yang dapat dirumuskan menjadi beberapa tema, seperti diuraikan berikut ini.
1) Pengembangan Sumber Daya.
2) Penerapan IPTEKS.
3) Pengembangan Wilayah dan Dampak Lingkungan.
4) Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis.
5) Pengembangan Pendidikan Sekolah.
6) Pengembangan Pendidikan Non Formal
LPPM dalam mengelola Pengabdian kepada masyarakat berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, yakni standar hasil, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pelaksana, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, serta standar pendanaan dan pembiayaan.
1) Standar Hasil. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dari hasil penelitian yang sesuai dengan kaidah ilmiah dan harus mampu menciptakan inovasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
2) Standar Isi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat harus berdampak positif pada pembangunan masyarakat, bangsa dan negara di berbagai sektor.
3) Standar Proses. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat direncanakan, dilakukan, dikendalikan, dan ditingkatkan sesuai dengan sistem peningkatan mutu pengabdian kepada masyarakat yang berkelanjutan.
4) Standar Penilaian. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat mulai dari perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan pelaporan dievaluasi oleh tim yang dibentuk sesuai peraturan yang berlaku.
5) Standar Pelaksana. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh staf yang kompeten di bidangnya.
6) Standar Sarana dan Prasarana. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat didukung oleh sarana dan prasarana yang mampu menghasilkan temuan ilmiah dan solusi masalah di masyarakat.
7) Standar Pengelolaan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok, namun dalam pelaksanaannya tetap harus melembaga.
12 8) Standar Pendanaan dan Pembiayaan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan melalui mekanisme hibah blok dan kompetisi yang didasarkan pada prinsip otonomi dan akuntabilitas.
Fungsi pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara profesional oleh setiap perguruan tinggi dengan prinsip akuntabilitas, jaminan mutu, dan transparansi. Ukuran profesionalisme dan kesiapan PT dapat dilakukan berdasarkan: (1) rasio jumlah pengabdian kepada masyarakat dengan jumlah guru besar dan jumlah doktor; (2) jumlah penelitian yang telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI); (3) jumlah pengabdian kepada masyarakat yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan internasional, (4) jumlah pengabdian kepada masyarakat yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas, dan (5) jumlah penelitian dan pengabdian kepada yang telah dikompilasi untuk dijadikan buku ajar sebagai bahan pengayaan bahan kuliah mahasiswa. Untuk menjamin hal tersebut, perlu disusun Rencana Strategis (Renstra) LPPM yang cermat dan dinamis untuk kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat untuk masa lima tahun ke depan (2017-2021). Renstra tersebut akan menjadi pedoman perencanaan pengabdian kepada masyarakat yang akurat disertai dengan pelaksanaan dan monitoring yang akuntabel agar tercapai sasaran yang kongkrit.
Berpedoman pada renstra tersebut LPPM Undiksha harus mampu: 1) menghasilkan penelitian sesuai prioritas nasional, wilayah, dan daerah, serta unggulan penguruan tinggi; 2) meningkatkan kualitas dan kuantitas karya ilmiah dosen di dalam jurnal internasional; 3) meningkatkan perolehan HKI secara nasional maupun internasional; 4) menciptakan inovasi teknologi dan melakukan alih teknologi, dan 5) melakukan pengentasan masyarakat tersisih.
Riwayat Undiksha cukup panjang, berawal dari pendirian Kursus B1 Perniagaan dan B1 Bahasa Indonesia Tahun 1955 di Singaraja, yang selanjutnya berkembang menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) cabang Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya pada Tahun 1960. Tahun 1962 FKIP cabang Universitas Airlangga diintegrasikan ke Universitas Udayana (UNUD) yang baru berdiri. Kebijakan pemerintah pusat membentuk IKIP pada Tahun 1963 berimplikasi pada pengintegrasian FKIP UNUD ke IKIP Malang. Hal ini tidak berlangsung lama karena Tahun 1968 IKP Malang cabang Singaraja kembali diintegrasikan ke UNUD menjadi dua fakultas, yakni Fakultas Keguruan (FKg) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). FKg dan FKIP UNUD kembali dilebur menjadi FKIP UNUD tahun 1983. Perubahan besar terjadi Tahun 1993 saat FKIP UNUD menjadi lembaga mandiri dengan nama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Singaraja. STKIP Singaraja berubah status menjadi IKIP Negeri Singaraja Tahun 2001 dan akhirnya menjadi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang dikukuhkan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia N0. 11
13 Tahun 2006, tanggal 11 Februari 2006. Sesuai dengan Organisasi Tata Kerja (OTK) dan draf Statuta Undiksha tahun 2016, Undiksha saat ini memiliki program pascasarjana dan tujuh fakultas, yakni:
1) Fakultas Ilmu Pendidikan, 2) Fakultas Bahasa dan Seni,
3) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), 4) Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial,
5) Fakultas Teknik dan Kejuruan,
6) Fakultas Olah Raga dan Kesehatan, dan 7) Fakultas Ekonomi
Tujuh fakultas menaungi 39 jurusan sedangkan program pascasarjana menaungi 11 program studi jenjang Magister (S2) dan 3 program studi jenjang Doktor (S3). Terkait dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, OTK dan draf Statuta Undiksha tahun 2016 mengintegrasikan Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian kepada masyarakat menjadi Lembaga pengabdian kepada masyarakat (LPPM). LPPM membawahkan dua pusat, yaitu Pusat Penelitian dan Pusat Pengabdian kepada masyarakat. Dalam operasionalnya, kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bersifat monodisiplin dapat dikelola dan dilaksanakan oleh setiap jurusan tetapi tetap berkomunikasi dengan LPPM dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring. Di lain sisi, pengabdian kepada masyarakat yang bersifat interdisiplin memerlukan wadah untuk koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring, sehingga dilakukan oleh LPPM. Fungsi koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh Pusat- pusat Layanan di bawah bendera Pusat Pengabdian kepada masyarakat.
Saat ini, Pusat Penelitian Undiksha menaungi 7 Pusat Layanan, yaitu:
1) Pusat Layanan Pengembangan Sumber Daya, 2) Pusat Layanan Penerapan IPTEKS,
3) Pusat Layanan Pengembangan wilayah dan Dampak Lingkungan, 4) Pusat Layanan Kuliah Kerja Nyata (KKN),
5) Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis, 6) Pusat Layanan Pengembangan Pendidikan Sekolah, dan 7) Pusat Layanan Pengembangan Pendidikan Non Formal
14 Pusat-pusat layanan diarahkan untuk mendukung pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat di Undiksha dalam mencapai dua sasaran. Pertama, pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat, sekolah, dan pemerintah.
Kedua, pengabdian kepada masyarakat mampu memberdayakan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sampai dengan tahun 2016 secara kontinu terjadi peningkatan dalam kuantitas dan kualitas luaran penelitian yang dilaksanakan oleh para peneliti Undiksha, baik yang didanai melalui hibah kompetitif tingkat nasional maupun tingkat internal Undiksha. Publikasi ilmiah menunjukkan kecenderungan yang semakin baik dari tahun ke tahun. Jika jumlah publikasi makalah ilmiah dalam jurnal internasional dipakai sebagai acuan, maka dapat dikatakan sudah terjadi peningkatan yang signifikan. Untuk tiga tahun terakhir ini, staf dosen Undiksha sudah menghasilkan beberapa karya ilmiah yang dipublikasikan di beberapa jurnal, baik nasional maupun internasional. Karya ilmiah yang dihasilkan dosen Undiksha pada tiga tahun terakhir adalah seperti tercantum pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Karya Ilmiah Dosen Undiksha
No Jenis Karya Jumlah Judul
Total 2014 2015 2016
1 Jurnal ilmiah terakreditasi DIKTI 4 14 6 24
2 Jurnal ilmiah internasional 5 18 21 44
3 Buku tingkat nasional 17 114 62 193
4 Buku tingkat internasional 0 0 0 0
5 Karya seni tingkat nasional 0 0 0 0
6 Karya seni tingkat internasional 0 0 0 0
7 Karya sastra tingkat nasional 0 0 0 0
8 Karya sastra tingkat internasional 0 0 0 0
Total 26 146 89 261
Staf dosen Undiksha juga sudah menghasilkan paten/HKI dari hasil penelitian mereka.
Produk HKI yang dihasilkan staf Undiksha untuk tiga tahun terakhir sebanyak empat buah dengan rincian seperti tercantum pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 HKI Dosen Undiksha
No Jenis Karya
Bentuk
Penghargaan Nasional/
Internasional Paten HKI
1 Proses Pengolahan Air Limbah Tekstil Menggunakan Biofilm Konsorsium
Nasional
15 Bakteri yang Ditempatkan dalam Reaktor
Sederhana Semianaerob (Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, M.Si)
2 Elektroda Biosensor untuk Penentuan Gliserida Menggunakan Enzim Lipase Termostabil (Dr. I Nyoman Tika, M.Si.)
Nasional
3 Enzim Lipase Termostabil dari Bakteri Termofilik Isolat Banyuwedang (Dr. I Nyoman Tika, M.Si.)
Nasional
4 Nanokomposit Silika-Karbon sebagai Penguat Kayu Sintetik dari Serat
Lignoselulosa Berbahan Biomassa Tropis Kaya Silikon (Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc.)
Nasional
Beberapa ukuran yang dapat menjadi indikator bahwa penelitian di Undiksha telah menjadi solusi bagi permasalahan nyata adalah dengan meningkatnya jumlah pengabdian kepada masyarakat dari tahun ke tahun. Penelitian yang dilakukan mayoritas sudah berorientasi ke penerapan dalam wujud pengabdian kepada masyarakat sebagai solusi permasalahan nyata di berbagai bidang. Sebaliknya, pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan mayoritas (80%) sudah berbasis hasil penelitian, sehingga memiliki pijakan ilmiah yang kuat untuk diterapkan di dunia usaha dan industri atau di masyarakat umum. Pada tiga tahun terakhir, total pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan pada rentang waktu tiga tahun terakhir adalah seperti tercantum pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Pengabdian Undiksha Tiga Tahun Terakhir No Sumber Pembiayaan Jumlah Judul Pengabdian
Total 2014 2015 2016
1 Pembiayaan sendiri oleh pelaksana PkM 0 0 0 0
2 PT/yayasan yang bersangkutan 72 92 123 287
3 Kemdiknas/Kementerian lain terkait 20 32 28 80
4 Institusi dalam negeri di luar kemdiknas/kementrian lain terkait
5 2 2 9
5 Institusi luar negeri 0 0 0 0
Total 97 126 153 376
Menurut OTK Undiksha tahun 2016, LPPM Undiksha adalah unsur penyelenggara penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang membina dan mengkoordinasikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan penelitian dan pengkajian.
LPPM Undiksha mengkoordinasikan, memantau, dan menilai: 1) kegiatan penelitian yang diselenggarakan oleh pusat-pusat kajian, fakultas/program pascasarjana, serta unit-unit di
16 bawahnya; dan 2) kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh pusat layanan, fakultas/program pascasarjana, serta unit-unit di bawahnya. Pusat Kajian merupakan unsur pelaksana kegiatan penelitian yang bersifat multi/antarbidang, sedangkan Pusat Layanan merupakan unsur pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bersifat multi/antarbidang.
4.2 Kelayakan Tim Pelaksana
Undiksha merupakan perguruan tinggi negeri satu-satunya di Bali Utara, memiliki tanggung jawab moral dan sosial dalam mencerdaskan masyarakat, baik masyarakat sekitarnya maupun masyarakat Bali. Dalam bidang pendidikan, di bawah koordinasi LPPM, Undiksha telah banyak melakukan aktivitas-aktivitas pengabdian yang bersinergi dengan Dinas Pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dalam hal ini peningkatan kompetensi guru. Terkait dengan pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk meningkatkan kompetensi guru, Undiksha memiliki banyak SDM yang memadai, auditorium, dan sarana prasarana untuk menunjang pelaksanaan seminar, workshop pengkajian kurikulum, dan penyusunan perangkat pembelajaran.
Kompetensi tim yang terlibat dalam kegiatan PkM ini memiliki keahlian yang sesuai dengan keberhasilan program yang dirancang. Adapun kualifikasi tim yang terliat, yaitu memiliki jenjang pendidikan S2 dengan latar belakang ilmu pendidikan Matematika, Pendidikan IPA, dan Pendidikan Dasar. Semua tim memiliki pengalaman yang baik dalam hal implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Tim pelaksana ini terdiri dari dosen- dosen yang memiliki relevansi ilmu dengan program PkM. Keahlian, pengalaman, dan dukungan dari tim pengusul dapat dijelaskan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Organisasi dan Pengalaman Tim Pelaksana
Nama/Status Keahlian/Pengalaman Dukungan Made Juniantari, S.Pd.,
M.Pd./Ketua Pelaksana
Keahlian Pendidikan Matematika, dengan pengalaman mengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, Strategi Pembelajaran Matematika, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar.
Pernah mengikuti workshop Pendidikan Karakter yang diselenggarakan oleh LPPM Undiksha Th. 2015. Telah berhasil melaksanakan penelitian terkait
Dukungan materi tentang konsep dan implementasi pendidikan karakter, implementasi pembelajaran berorientasi pendidikan karakter pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar, pengembangan dan
pengemasan pembelajaran berorientasi pendidikan
17 dengan pengembangan bahan ajar
berorientasi pendidikan karakter di perguruan tinggi pada Th. 2016 dan pengabdian kepada masyarakat pada Tahun 2016 yang berkaitan dengan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter.
karakter sesuai dengan teori- teori belajar, strategi belajar inovatif, dan penyusunan instrumen evaluasi
pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
Ini Putu Sri Ratna Dewi, S.Pd., M.Pd./Anggota Pelaksana
Keahlian Pendidikan IPA, dengan pengalaman mengampu mata kuliah strategi belajar mengajar. Pernah melakukan penelitian tentang lokal genius pengaruhnya terhadap
keterampilan proses sains pada tahun 2016 dan pengabdian kepada
masyarakat tentang pelatihan penyusunan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter di Gugus I Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan pada tahun 2016.
Dukungan materi tentang lokal genius dalam implementasinya dalam pembelajaran yang erat kaitannya dengan
implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar.
Ni Ketut Desia Tristiantari, S.Pd., M.Pd./Anggota Pelaksana
Keahlian Pendidikan Dasar, dengan pengalaman mengampu mata kuliah Kurikulum dan Perencanaan
Pembelajaran, Belajar dan
Pembelajaran Sekolah Dasar, Profesi Keguruan, Perkembangan Peserta Didik, dan Sosiologi Pendidikan.
Pernah melakukan pengabdian kepada masyarakat pada Th. 2016 berkaitan dengan implementasi active learning untuk meningkatkan kompetensi pedagogik KKG.
Dukungan materi tentang konsep pendidikan di sekolah dasar, kurikulum dan perencanaan
pembelajaran di sekolah dasar, dan metode active learning sebagai model pengintegrasian pendidikan karakter.
18 BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Pelatihan Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi Guru di Gugus II Kecamatan Marha” telah terlaksana mulai Tanggal 25 Juli 2017 sampai dengan 9 Agustus 2017 di SD Negeri 3 Petiga Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Banyak peserta yang mengikuti pelatihan adalah sebanyak 25 peserta. Kegiatan yang telah terlaksana meliputi kegiatan 1) pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter yang terdiri dari dua sub kegiatan yaitu pemaparan garis besar mengenai program pendidikan karakter dan pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter yang diselenggarakan pada Tanggal 25-26 Juli 2017, 2) pendampingan dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas yang diselenggarakan pada Tanggal 9 Agustus 2017.
Pada awal pelaksanaannya, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah melalui tahap perancangan kegiatan pelatihan yang meliputi kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan kepada UPTD Kecamatan Marga, Kepala Gugus II Kecamatan Marga, Para Kepala Sekolah di lingkungan Gugus II Kecamatan Marga, penentuan lokasi pelaksanaan, koordinasi dengan narasumber, teknisi, dan merancang modul pelatihan bersama tim pelaksana, penentuan jadwal pelatihan, dan menyiapkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan. Semua kegiatan yang dirancang pada tahap perancangan ini melalui koordinasi yang baik dari pihak penyelenggara maupun pihak sekolah mitra. Selain itu, agar pelatihan mampu memberikan kontribusi secara langsung bagi penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan yang guru laksanakan, tim pelaksana menganalisis perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) dan pedoman penilaian yang guru-guru biasa terapkan. Berdasarkan kajian ini, maka pelaksanaan diharapkan dapat langsung membantu guru dalam membuat perangkat pembelajaran yang lebih baik.
Kemudian, tahap kegiatan pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter meliputi tahap pemaparan materi tentang garis besar program pendidikan karakter, pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, dan kegiatan pendampingan pengimplementasian perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter yang berhasil
19 dibuat. Pada tahap pelaksanaan ini, nara sumber 1, I Made Citra Wibawa, S.Pd., M.Pd., yang merupakan dosen tetap Jurusan Guru Pendidikan Dasar (PGSD) Undiksha, memberikan pemaparan mengenai rancangan RPP yang memuat penilaian kognitif dan penilaian sikap yang sesuai dengan pedoman Kurikulum 2013. Topik materi yang disampaikan oleh narasumber 1 telah sesuai dengan tema pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter bagi guru SD dan sesuai juga dengan latar belakang pendidikan S3 yang sedang ditempuhnya yaitu program studi Pendidikan Dasar program Pascasarjana Undiksha. Setelah pemaparan materi dari narasumber 1, dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai program pendidikan karakter dan rancangan perangkat pembelajarannya oleh narasumber 2, Made Juniantari, S.Pd., M.Pd., (ketua tim pelaksana) di mana sebelumnya pernah mengikuti pelatihan pendidikan karakter yang diselenggarakan oleh LPPPM Undiksha Tahun 2015, dan selanjutnya materi tentang implementasi lokal genius dalam upaya mendukung program pendidikan karakter yang disampaikan oleh narasumber 2, Ni Putu Sri Ratna Dewi, S.Pd., M.Pd. (anggota tim pelaksana).
Setelah pemaparan materi, guru-guru diajak untuk menganalisis nilai-nilai karakter yang dapat dibangkitkan dari siswa dan diterapkan berdasarkan mata pelajaran yang diampu dan dilanjutkan dengan menurunkan indikator-indikator nilai karakter tersebut yang selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam pengembangkan dan mendesain kegiatan pembelajaran pada perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tagihan Kurikulum 2013 dan sesuai dengan indikator sikap yang diharapkan muncul dalam pembelajaran. Pada pelatihan ini, tim pelaksana kegiatan membantu guru-guru dalam merancang desain pembelajaran yang sesuai dengan harapan pendidikan karakter, dan cara mengevaluasi hasil pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan adanya perangkat pembelajaran ini, diharapkan guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, memaksimalkan peran sikap siswa dalam belajar yang menunjang keberhasilan belajar, dan memberikan tindak lanjut yang tepat mengenai aspek nilai karakter yang perlu dibina untuk siswanya sehingga pembinaan lebih terarah dan bermuara pada optimalnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam belajar.
Setelah membantu guru dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, selanjutnya kegiatan yang terlaksana adalah kegiatan pendampingan dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Pada tahap ini sebelum pelaksanaannya di kelas, perangkat pembelajaran yang telah disusun didiskusikan terlebih dahulu untuk memastikan dapat digunakan secara praktis dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, kegiatan
20 pendampingan juga bertujuan agar guru-guru dapat secara riil merasakan manfaat program pelatihan yang telah diberikan. Dengan adanya pendampingan guru-guru diharapkan mulai terbiasa melakukan pembelajaran berorientasi pendidikan karakter untuk memaksimalkan peran sikap belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran secara terarah dan optimal.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dapat dikatakan telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari semua peserta pelatihan sejumlah 25 orang dapat mengikuti kegiatan pelatihan sesuai jadwal kegiatan yang diberikan. Data hasil analisis angket respons guru terhadap kegiatan pelatihan juga menunjukkan respons guru terhadap kegiatan pelatihan sangat positif. Data respons guru terhadap kegiatan pelatihan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Data Respons Guru Terhadap Kegiatan Pelatihan
No. Pernyataan Respons
SS S R TS STS
1 Materi pelatihan yang diberikan sangat menarik. 19 6 0 0 0 2 Kegiatan pelatihan yang diberikan tidak efektif dari
segi waktu dan biaya.
0 0 0 20 5
3 Materi pelatihan yang diberikan sangat mendukung pembelajaran di kelas.
23 2 0 0 0
4 Materi pelatihan yang diberikan sulit dipahami. 0 0 1 22 2 5 Kegiatan pelatihan dilakukan dengan metode yang
tepat dan menyenangkan.
20 5 0 0 0
6 Materi pelatihan yang diberikan sangat kurang relevan untuk diterapkan.
0 0 0 9 16
7 Manfaat pelatihan tidak berdampak bagi peningkatan kualitas pembelajaran.
0 0 0 17 8
8 Kegiatan pelatihan mampu memberikan inovasi dalam bidang pembelajaran yang lebih baik.
21 4 0 0 0
9 Materi pelatihan mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
8 16 1 0 0
10 Kegiatan pelatihan yang sejenis diharapkan dapat dilakukan kembali.
22 3 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.1, rata-rata skor angket respons guru terhadap kegiatan pelatihan adalah sebesar 45,48 dari skor maksimum 50 atau sebesar 90,96%. Jumlah guru yang berhasil menyusun perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter adalah sebanyak 21 orang dari total 25 guru atau sebesar 84% guru berhasil menyusun perangkat pembelajaran.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai oleh guru dalam kegiatan pelatihan, dapat dikatakan bahwa secara umum guru di Gugus II Kecamatan Marga telah memahami program pendidikan karakter, mampu mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi
21 pendidikan karakter, serta menggunakan perangkat pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter memiliki tujuan untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan mendayagunakan fisik dan psikis, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap secara terpadu untuk mencapai hasil belajar yang baik. perangkat pembelajaran yang meliputi komponen silabus, RPP, dan LKS akan mampu membantu guru dalam mengelola pembelajaran secara terpadu dengan memberdayakan nilai-nilai karakter yang telah ada dalam diri siswa. Silabus yang disusun oleh guru peserta pelatihan mampu memberikan pedoman bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual berdasarkan karakteristik materi dan nilai karakter yang sesuai dengan tingkatan proses berpikir siswa.
Silabus yang telah mengacu pada program pendidikan karakter merupakan penjabaran dari kurikulum dan atau pengembangan dari pemetaan kurikulum yang sesuai dengan harapan program pendidikan karakter dan berisi garis-garis besar materi pembelajaran.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan harapan pendidikan karakter, RPP yang diharapkan tersebut selanjutnya dirancang agar mampu membangkitkan karakter siswa melalui proses pengelolaan pembelajaran yang terarah.
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP juga akan mampu terlaksana dengan optimal apabila didukung oleh media pembelajaran yang tepat bagi siswa, salah satunya LKS.
LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tujuan dibuatnya LKS untuk mendukung pembelajaran berorientasi pendidikan karakter adalah: 1) untuk mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan nilai karakter yang diarahkan; 2) membantu siswa mengembangkan konsep; 3) melatih siswa menemukan dan mengembangkan keterampilan proses; 4) sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran; 5) membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis; 6) membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.
22 Dengan adanya LKS siswa akan mampu termotivasi dalam belajar dan mampu berperan sebagai subjek belajar yang baik sesuai harapan program pendidikan karakter.
Selain Silabus, RPP, dan LKS, instrumen penilaian berorientasi pendidikan karakter juga sangat penting bagi guru untuk mengukur sejauh mana pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil mendukung program pendidikan karakter. Salah satu instrumen penilaian yang tepat adalah instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter. Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan yang mendayagunakan fisik dan psikis, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap secara terpadu untuk mencapai hasil belajar yang baik. Aktivitas belajar siswa hanya akan dapat diamati ketika siswa melakukan pembelajaran.
Secara umum lembar observasi yang dikembangkan didesain agar praktis dan efektif digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa sekolah dasar dan berorientasi pendidikan karakter. Bentuk akhir lembar observasi yang telah disusun terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) petunjuk penggunaan; 2) tabel pengamatan; dan 3) tabel deskriptor. Petunjuk penggunaan akan memudahkan guru dalam memahami penggunaan instrumen. Tabel pengamatan yang terdiri dari kolom nama siswa dan kolom nilai akan memudahkan guru dalam memberikan penilaian terhadap masing-masing siswa. Sedangkan tabel deskriptor akan memudahkan guru untuk mempelajari deksriptor pengamatan. Pemilihan jenis-jenis deskriptor erat kaitannya dengan pemilihan nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul dalam pembelajaran. Pemilihan nilai- nilai karakter ini dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan siswa sekolah dasar, karakteristik materi, dan masalah urgensi berkaitan dengan sikap belajar siswa yang diharapkan dapat diperbaiki.
Pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen penilaian aktivitas yang tepat dapat membantu guru untuk mengevaluasi secara lebih baik kualitas pembelajaran yang dirancangnya. Skor pengamatan aktivitas yang diperoleh guru melalui instrumen yang telah dirancang dapat dijadikan acuan mengenai tindak lanjut penanganan terhadap sikap belajar siswa. Melalui pengamatan yang baik, guru dapat mendesain pembelajaran yang lebih inovatif dan mampu membangkitkan nilai-nilai karakter siswa. Pentingnya mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter sangat dirasakan oleh guru di lingkungan Gugus II Kecamatan Marga. Hal ini terlihat dari antusias guru dalam mengikuti kegiatan pelatihan sebesar 100%, sebesar 90,96% guru peserta pelatihan memberikan respons positif terhadap kegiatan pelatihan, dan sebesar 84% guru telah berhasil mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
23 Dalam pembentukan karakter, nilai-nilai karakter dalam konteks sekolah harus ditanamkan secara konsisten meliputi tiga aspek yaitu: kurikulum, guru sebagai pelaksana pembelajaran, dan dukungan semua pihak baik sekolah, orang tua, dan masyarakat (Kurniawan, 2015). Pengintegrasian pendidikan karakter dalam konteks kurikulum haruslah dimulai dari komponen silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian pembelajaran yang menyeluruh. Guru juga memegang peran penting dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran di mana guru harus mampu memilih model pembelajaran active learning yang tepat untuk mendukung terintegrasinya nilai-nilai karakter yang ditanamkan. Pendidikan karakter juga memerlukan kerja sama antara pihak sekolah, orang tua dan masyarakat dalam hal konsistensi penanaman nilai-nilai karakter.
Meskipun pelatihan secara umum dapat dikatakan berhasil mengatasi permasalahan yang dihadapi guru di Gugus II Kecamatan Marga, namun dari hasil yang diperoleh, beberapa guru di Gugus II Kecamatan Marga masih memerlukan pembinaan lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena sebesar 26% guru masih belum berhasil mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran belajar berorientasi pendidikan karakter karena kendala dalam menentukan indikator dari nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul.
24 BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Meskipun kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Pelatihan Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi Guru di Gugus II Kecamatan Marga” telah terlaksana dengan baik yang meliputi tahapan pemaparan materi tentang garis besar program pendidikan karakter, pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter, dan pendampingan dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas, namun tim pelaksana selanjutnya akan tetap melaksanakan kegiatan pendampingan secara berkelanjutan dan membantu guru-guru dalam mengembangkan, mengemas, dan mengimplementasikan perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Hal ini dilakukan mengingat salah satu prinsip keberhasilan kegiatan ini adalah prinsip keberlanjutan, karena jika kegiatan dapat dilakukan secara terus-menerus maka hasilnya akan optimal dalam meningkatkan kompetensi pedagogi guru sekolah dasar di Gugus II Kecamatan Marga.
25 BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan bagi guru di Gugus II Kecamatan Marga telah mampu meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Hal ini dapat dilihat dari data persentase kehadiran guru peserta pelatihan sebesar 100%, respons positif guru terhadap kegiatan pelatihan sebesar 90,96%, dan 84% dari total guru telah berhasil mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran berorientasi pendidikan karakter. Guru juga telah berhasil mengimplementasikan perangkat pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga secara langsung dapat memperbaiki kualitas pembelajaran sesuai harapan program pendidikan karakter. Proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat ini dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pelatihan sejenis untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengimplementasikan program pendidikan karakter. Hasil kegiatan ini masih perlu ditindaklanjuti dalam bentuk pendampingan secara kontinu sehingga mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran.
7.2 Saran
Tingkat partisipasi dan antusiasme peserta pelatihan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini sangat tinggi. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pelatihan berikutnya di Gugus II Kecamatan Marga. Dukungan dari berbagai pihak yang meliputi kepala UPTD, Ketua Gugus, Kepala Sekolah, dan guru-guru sangat baik sehingga sangat perlu untuk dipertahankan agar dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat membantu guru- guru dalam meningkatkan kompetensi pedagoginya.
26 DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2010. Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Jakarta: Kemdikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta:
Kemendiknas.
Ratumanan, Tanwey Gerson. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Subarinah, S. 2011. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika SD yang bernuansa PAKEM menggunakan Kompermatik (Kotak Permainan Matematika Realistik.Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakata.
Sudrajat, A. Why Chaacte Education?. Jurrnal Pendidikan Karakter. Vol, 1 No. 1, 47-58.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
27
LAMPIRAN
28 Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Foto 1. Registrasi Peserta
Foto 2. Sambutan Ketua Pelaksana, Pengawas UPP Kec. Marga, dan Ketua Pusat PkM Undiksha
29 Foto 3. Pemaparan Materi Narasumber 1
Foto 4. Pemaparan Materi Narasumber 2
30 Foto 5. Pemaparan Materi Narasumber 3
Foto 6. Pendampingan di SD Negeri 3 Petiga
31 Lampiran 2. Modul Pelatihan
MODUL
PELATIHAN PENGEMBANGAN DAN PENGEMASAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI
GUGUS II KECAMATAN MARGA
Oleh:
Made Juniantari, S.Pd.,M.Pd. Dosen Prodi Pendidikan Matematika, Undiksha Ni Putu Sri Ratna Dewi, S.Pd., M.Pd. Dosen Prodi Pendidikan Biologi, Undiksha
Ni Ketut Desia Tristiantari, S.Pd., M.Pd. Dosen Jurusan PGSD, Undiksha
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
JULI, 2017
32 I. PENDAHULUAN
Dewasa ini makin disadari pentingnya pendidikan karakter sebagai upaya mengantisipasi dampak negatif kemajuan teknologi dan informasi. Perkembangan zaman yang memasuki abad teknologi dan informasi memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan moral masyarakat, baik dampak positif maupun negatif. Dalam beberapa tahun terakhir, dampak negatif dari perkembangan zaman tersebut mulai dirasakan menjangkiti masyarakat di Indonesia seperti: pola hidup konsumtif, korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, dan kehidupan politik yang tidak produktif (Mendiknas, 2010).
Memperhatikan situasi dan kondisi karakter bangsa yang memprihatinkan tersebut, pemerintah mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan karakter bangsa.
Pembangunan karakter bangsa seharusnya menjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harus selalu dipikirkan keterkaitan dan dampaknya terhadap pengembangan karakter. Hal itu tercermin dari misi pembangunan nasional yang menempatkan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks. Untuk menghadapi situasi demikian, dunia pendidikan diharapkan mampu menyesuaikan kurikulum sehingga adaptif dengan perkembangan zaman. Lembaga-lembaga pendidikan memegang peranan utama dalam mencegah dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi dan informasi tersebut, dengan mengupayakan pembentukan generasi yang cerdas secara intelektual dan memiliki karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa (Parwati, 2013).
Dalam rangka mengupayakan pembentukan generasi yang cerdas intelektual dan memiliki karakter yang baik, pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas wajib dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini mutlak diperlukan mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh peserta didik adalah dengan mengikuti pembelajaran di kelas. Dengan demikian proses pembelajaran yang berorientasi pendidikan karakter merupakan hal penting yang harus diupayakan oleh guru untuk
33 membentuk karakter positif dalam diri peserta didik. Pembentukan karakter melalui pembelajaran tersebut harus dilakukan mulai jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi sehingga karakter-karakter positif tersebut dapat terbentuk dan tertanam dengan kuat dalam diri peserta didik.
Untuk melihat sejauh mana pembelajaran berdampak bagi kemajuan kognitif dan sikap positif peserta didik, hasil belajar tidaklah hanya dapat dilihat dari penilaian tes dalam ranah kognitif saja. Penilaian hasil pembelajaran haruslah meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik agar pembelajaran berlangsung bermakna bagi peserta didik. Meskipun demikian, fakta di lapangan menunjukkan ranah afektif dan psikomotorik masih kurang diperhatikan. Ini terlihat dari kecenderungan guru hanya memberikan penilaian siswa yang hanya berdasarkan nilai tes siswa dalam ujian yang dilaksanakan. Kurangnya penilaian dan perhatian terhadap ranah afektif dan psikomotorik siswa mengakibatkan siswa cenderung memiliki anggapan nilai ujian tinggi merupakan tujuan utama dalam pembelajaran sehingga mengabaikan tujuan dari pembelajaran sesungguhnya. Kecenderungan ini tentunya menyimpang dari konsep belajar bermakna dan program pendidikan karakter.
Salah satu cara guru untuk mengetahui sejauh mana pencapaian ranah afektif dan psikomotorik siswa adalah melalui penilaian aktivitas belajar siswa. Nana Sudjana (2005) menjelaskan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud di sini adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Pemilihan aktivitas belajar yang baik tentunya perlu juga memperhatikan karakteristik siswa dan materi yang dibelajarkan.
Terkait dengan pemilihan aktivitas belajar siswa yang sesuai harapan pendidikan karakter, sangat diperlukan instrumen penilaian aktivitas belajar yang layak. Bentuk penilaian yang tepat digunakan untuk menilai aktivitas belajar adalah dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini diperkuat oleh Nana Sudjana (2005) yang menjelaskan bahwa observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Observasi harus dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Haryati (2006) menjelaskan bahwa lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau melihat gejala- gejala munculnya aspek-aspek psikomotorik yang sedang diamati.
34 Untuk membuat lembar observasi yang berkualitas yang mengacu pada harapan pendidikan karakter, terlebih dahulu harus ditentukan konstruk dari aspek yang akan diamati, dalam hal ini aspek yang akan diamati adalah aktivitas belajar siswa yang berorientasi pendidikan karakter. Dari konstruk tersebut kemudian dirancang indikator dan deskriptor yang dapat menjelaskan konstruk tersebut. Indikator dan deskriptor itulah yang menjadi pedoman pengamatan dalam lembar observasi. Menyikapi masalah ketiadaan instrumen penilaian aktivitas belajar berorientasi pendidikan karakter sebagaimana dapat dituangkan ke dalam Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) dan kurangnya informasi yang diperoleh guru tentang pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam kegiatan pembelajaran, maka Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Undiksha berinisiatif memberikan suatu kegiatan pelatihan kepada Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus II Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang berjudul
“Pelatihan Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendidikan Karakter Bagi guru di Gugus II Kecamatan marga”. Setelah kegiatan PkM ini diharapkan Guru dapat memahami bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran.
II. KAJIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Sesungguhnya pendidikan karakter telah lama dianut dan tersirat dalam program penyelenggaraan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”
Potensi yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah kapasitas bawaan (inner capacity) manusia yang perlu diaktualisasikan melalui ranah pendidikan. Artinya, hanya dengan pendidikanlah seluruh potensi yang dimiliki manusia berkembang sehingga menjadi manusia seutuhnya. Keutuhan manusia ketika mampu mengembangkan pikiran, perasaan, psikomotorik, dan yang jauh lebih penting lagi adalah hati sebagai sumber spirit yang dapat menggerakkan berbagai komponen yang ada. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Ki Hadjar
35 Dewantara dengan olah pikir, olah rasa, olah raga, dan olah hati. Artinya pendidikan harus diarahkan pada pengolahan keempat domain tersebut.
Sebagiamana tersirat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, tujuan pendidikan sebenarnya menekankan pada proses dan hasil seimbang dan serasi antara pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikotomis. Pengembangan ini merupakan tugas dari semua guru mata pelajaran. Jadi semua guru wajib mempelajari bagaimana cara mengembangkan karakter atau watak siswa agar berkembang secara optimal, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut. Sebagai konsekuensi pelaksanaan UU tersebut, maka dalam pelaksanaan pembelajaran persiapan yang disusun guru-guru termasuk silabus, RPP, dan penilaian pembelajaran harus mengindikasikan pengembangan karakter bangsa Indonesia.
Untuk memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab (Puskurbuk, 2010). Meskipun demikian tidak semua nilai tersebut harus dikembangkan dalam suatu pelajaran. Hal ini disebabkan karakteristik tiap-tiap mata pelajaran tersebut berbeda-beda dan untuk itu guru dapat memilih prioritas pengembangannya berdasarkan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Pendidikan karakter dalam konteks makro dan micro dapat dijelaskan menggunakan Gambar berikut.