• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA KOREAN WAVE DAN PERILAKU FAN ENTREPRENEURSHIP TERHADAP MINAT

BERWIRAUSAHA ( STUDI KASUS PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU )

OLEH

W FILDZAH MASTURAH 160502038

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA KOREAN WAVE DAN PERILAKU FAN ENTREPRENEURSHIP TERHADAP MINAT

BERWIRAUSAHA (STUDI KASUS PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship terhadap Minat Berwirausaha yang dilakukan kepada mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara stambuk 2016-2019 dengan kriteria responden yang merupakan seorang fans Korean Wave dengan jumlah yang tidak diketahui. Setelah dihitung maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 90 responden. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan pembagian angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship berpengaruh signifikan terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sumatera Utara. Secara parsial, masing-masing variabel Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Berwirausaha. Perilaku Fan Entrepreneurship merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi Minat Berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Kata Kunci: Budaya Korean Wave, Perilaku Fan Entrepreneurship, Minat Berwirausaha, Budaya Populer

(7)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF KOREAN WAVE CULTURE AND BEHAVIOR OF FAN ENTREPRENEURSHIP ON ENTREPRENEURSHIP

INTEREST (STUDY CASE ON UNDERGRADUATE STUDENTS OF MANAGEMENT IN THE

FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS USU)

The purpose of this study was to determine and analyze the influence of Korean Wave Culture and Fan Entrepreneurship Behavior on Entrepreneurial Interest conducted by undergraduate students of Management, Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra. The population in this study were students of the Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra in 2016- 2019 with an unknown number of respondents who were Korean Wave fans. After calculating, the sample size is 90 respondents. The analytical method used is descriptive analysis method and multiple linear regression analysis method. This type of research is associative research, and the data used are primary data and secondary data obtained through documentation study and questionnaire distribution. The results of this study indicate that simultaneously Korean Wave Culture and Fan Entrepreneurship Behavior have a significant effect on Entrepreneurial Interest in Undergraduate Students of Management, Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra. Partially, each variable Korean Wave Culture and Entrepreneurship Fan Behavior has a positive and significant effect on Entrepreneurial Interest. Entrepreneurship Fan Behavior is the most dominant variable influencing Entrepreneurial Interest in Undergraduate Students of Management, Faculty of Economics and Business, University of North Sumatra.

Keywords: Korean Wave Culture, Fan Entreprenurship Behavior, Entrepreneurial Interest, Popular Culture

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus Pada

Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU)” guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Strata-1 Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, yakni Bapak Drg.H.W Jauhari, M.A.R.S dan Ibunda Hj.Erna Triyuni, A.Md yang telah membesarkan peneliti dan mendidik peneliti dengan penuh kasih sayang dan perjuangan yang tidak dapat terbalaskan. Peneliti mempersembahkan tugas akhir dan gelar Sarjana ini kepada kedua orang tua peneliti sebagai salah satu ucapan terima kasih peneliti untuk segala kasih sayang serta pengorbanan kedua orang tua peneliti yang tidak ada habisnya. Pada kesempatan kali ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Arief Qaedi Hutagalung, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang

(9)

telah selalu memberikan bimbingan, arahan serta dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

4. Ibu Dra. Marhaini, MS, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik serta saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki serta menghasilkan tugas akhir yang lebih baik lagi.

5. Ibu Inneke Qamariah, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik, saran serta ide-ide yang banyak sekali membantu peneliti untuk menghasilkan tugas akhir yang lebih baik lagi.

6. Kakak kandung peneliti W. Erja Marcsalita, SH dan abang ipar peneliti Indra Sasmita Nasution, SE serta keponakan tersayang Muhammad Azzam Khalif Nasution dan Saira Adiva Nasution.

7. Para “Elangg”, Ekky Irawan dan Muhammad Fathur Arvian, saudara-saudara

“Borahae” peneliti Vanisia, Eugenia, Cindy, dan Lia, Nurhaliza, serta teman- teman semasa perkuliahan Derial, Risa, Rama, Datok, Jihan, Liza, Hafiz, Bella, Tifani dan Deliyana yang sudah banyak sekali membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta menemani semasa perkuliahan.

8. Bangtan Sonyeondan (BTS), yang terdiri dari Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, yang telah menjadi salah satu alasan peneliti untuk meneliti judul skipsi ini.

Medan, Agustus 2020

Peneliti,

W Fildzah Masturah

(10)

NIM. 160502038

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Kewirausahaan ... 14

2.1.1 Pengertian kewirausahaan ... 14

2.1.2 Minat Berwirausaha ... 19

2.2 Faktor Kebudayaan ... 22

2.2.1 Budaya (Culture) ... 23

2.2.2 Budaya Populer ... 23

2.2.3 Commodity Fetishm ... 24

2.3 Budaya Korean Wave ... 25

2.4 Fanatisme ... 29

2.5 Fan Entrepreneurship ... 30

2.6 Peneliti Terdahulu ... 35

2.7 Kerangka Konseptual ... 36

2.7.1 Pengaruh Budaya Korean Wave Terhadap Minat Berwirausaha ... 37

2.7.2 Pengaruh Perilaku Fan Entrepreneurship Terhadap Minat Berwirausaha ... 38

2.8 Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.3 Batasan Operasional ... 40

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.4.1 Variabel Bebas (X) ... 41

3.4.2 Variabel Terikat (Y) ... 41

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 42

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.6.1 Populasi ... 43

3.6.2 Sampel... 43

(12)

3.7 Jenis Data ... 44

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

3.9.1 Uji Validitas ... 45

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 47

3.10 Teknik Analisis Data ... 48

3.10.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 48

3.10.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 49

3.11 Uji Asumsi Klasik ... 49

3.11.1 Uji Normalitas ... 49

3.11.2 Uji Heterokedastisitas ... 50

3.11.3 Uji Multikolinearitas ... 50

3.12 Koefisien Determinasi (R2) ... 50

3.13 Uji Hipotesis ... 51

3.13.1 Uji Signifikansi Pengaruh Serempak (Uji-F) .. 51

3.13.2 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji-t) ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU ... 53

4.2 Analisis Deskriptif ... 54

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.... 55

4.2.2 Karakteristik Responden Berdsarkan Jenis Kelamin ... 55

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk ... 56

4.3 Analisis Deskriptif Variabel ... 56

4.3.1 Budaya Korean Wave ... 57

4.3.2 Perilaku Fan Entrepreneurship... 60

4.3.3 Minat Berwirausaha ... 63

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 66

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 68

4.5.1 Uji Normalitas ... 68

4.5.2 Uji Heterokedastisitas ... 69

4.5.3 Uji Multikolinearitas ... 69

4.6 Koefisien Determinasi (R2) ... 70

4.7 Uji Hipotesis ... 70

4.7.1 Uji Signifikan Secara Serempak (Uji-F) ... 70

4.7.2 Uji Signifikan Secara Parsial (Uji-t) ... 71

4.8 Pembahasan ... 72

4.8.1 Pengaruh Budaya Korean Wave (X1) Terhadap Minat Berwirausaha ... 72

4.8.2 Pengaruh Perilaku Fan Entrepreneurship (X2) Terhadap Minat Berwirausaha ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 79 DAFTAR LAMPIRAN ... 81

(14)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Peneliti Terdahulu ... 36

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 42

3.2 Penilaian Pada Skala Likert ... 43

3.3 Uji Validitas Budaya Korean Wave (X1) ... 46

3.4 Uji Validitas Perilaku Fan Entrepreneurship (X2) ... 46

3.5 Uji Validitas Minat Berwirausaha (Y) ... 47

3.4 Uji Reliabilitas ... 48

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 56

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk ... 56

4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Korean Wave (X1) ... 57

4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Fan Entrepreneurship (X2) ... 60

4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Minat Berwirausaha ... 63

4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 67

4.8 Uji Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov ... 68

4.9 Uji Heterokedastisitas dengan Glejser ... 69

4.10 Uji Multikolinearitas ... 69

4.11 Koefisien Determinasi (R2) ... 70

4.12 Uji Signifikan Secara Serempak (Uji-F) ... 71

4.13 Uji Signifikan Secara Parsial (Uji-t) ... 71

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

1.1 Data Pendapat Mengenai Budaya Korean Wave Pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis USU ... 8 1.2 Data Pendapat Mengenai Perilaku Fan Entrepreneurship

Pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis USU ... 9 1.3 Data Pendapat Mengenai Minat Berwirausaha Pada

Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis USU ... 10 2.1 Indikator Fan Entrepreneurship ... 33 2.2 Kerangka Konseptual ... 38

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian Skripsi ... 81

2. Distribusi Jawaban Kuisioner Penelitian ... 85

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91

4. Data Karakteristik Responden ... 93

5. Output Regresi Linier Berganda... 94

6. Uji Asumsi Klasik ... 96

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, dengan kekayaan alam yang melimpah, penduduk dengan jumlah besar dan tenaga kerja muda yang juga berjumlah besar. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa segala sesuatu di masa sekarang sudah serba mahal yang banyak membuat masyarakat menjadi serba kekurangan. Lapangan pekerjaan semakin sempit karena persaingan semakin ketat. Oleh sebab itu, berwirausaha sangat diperhitungkan pada saat ini karena untuk berwirausaha tidak memerlukan kualifikasi yang spesifik. Semua orang bisa berwirausaha dengan modal sedikit, kreatifitas serta minat untuk berwirausaha dari dirinya sendiri.

Selama ini Mahasiswa cenderung berfikir bagaimana setelah selesai pendidikan dan mendapat Gelar Keserjanaannya, dapat diterima dan berkerja sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun di Badan Usaha Milik Negara. Hal tersebut terjadi karena selama ini kebanyakan Mahasiswa berfikir dengan bekerja di instansi tersebut gaji yang akan diterima sudah pasti jumlahnya, berbeda seperti berwirausaha yang dimana pendapatannya tergantung dari hasil penjualan.

Namun di Era Milenial saat ini dengan semakin terbatasnya lapangan pekerjaan, akhirnya banyak kalangan mahasiswa yang tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan dimasa depan yang cerah yaitu berwirausaha.

Kewirausahaan jika dioperasionalkan oleh mahasiswa dengan baik maka akan memberi kontribusi yang besar terhadap kehidupan mahasiswa. Minimal dalam

(18)

2

jangka pendek, mahasiswa yang bersangkutan mampu mendapatkan uang tambahan serta mandiri dalam kehidupannya saat ini maupun selepas lulus pendidikan nantinya, sehingga tidak ada kata pengangguran dalam dirinya.

Kesuksesan berwirausaha dipengaruhi oleh minat. Minat merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 2006). Minat adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang meminta/menyuruh (Tarmudji, 2000).

Minat berwirausaha adalah kesadaran seseoarang yang dapat menimbulkan adanya keinginan menyukai sesuatu dengan aktif melakukan kegiatan yang menjadi obyek kesukaanya tanpa mau bergantung pada orang lain dan berkeinginan keras dalam usaha yang dilakukannya.

Subandono (2007), mengemukakan bahwa minat wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung resiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut.

Seiring berkembangnya zaman, teknologi informasi pun semakin meningkat di era modern ini. Melalui media massa, masyarakat dengan sangat mudah mendapatkan info terkini. Hal tersebut dapat mempermudah penyebaran budaya-budaya asing yang disukai masyarakat luas yang disebut budaya populer.

Beberapa tahun belakangan ini demam Korea atau Korean Wave telah masuk kedalam pasar industri di Indonesia, dengan sangat cepat. Korean Wave adalah fenomena mengalirnya atau menyebarnya budaya populer Korea Selatan ke dunia

(19)

internasional. Hal ini dapat terlihat bagaimana antusiasme dari warga Indonesia yang dengan cepat menerima budaya yang dibawa dari negeri gingseng tersebut.

Korea Selatan mencoba mengenalkan budaya mereka melalui drama – drama korea yang tayang di beberapa stasiun televisi swasta serta boyband dan girlband yang tidak hanya menampilkan genre musik pop korea yang enak untuk didengar, tetapi penampilan mereka pun benar – benar disiapkan dari segi kostum, aksesoris, tarian hingga olah tubuh mereka sengaja dibuat seragam. Dimana gaya berpakaian mereka terkenal unik sehingga mampu membuat trend baru dikalangan masyarakat terutama remaja yang sedang menggandrungi idola mereka.

Korea Selatan menjadi salah satu negara di dunia yang dianggap berhasil dalam menggunakan dan mempromosikan produk budaya yang dimiliki sebagai bentuk kekuatan baru negaranya. Berbagai produk budaya Korea Selatan mulai dari drama, musik, fashion serta gaya hidup mulai mewarnai kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia. Budaya Korea Selatan berkembang sangat pesat dan meluas serta diterima publik sampai menghasilkan sebuah fenomena demam Korean Wave (Simbar, 2016).

Awalnya istilah Korean Wave diciptakan di China pada pertengahan 1999 oleh jurnalis Beijing yang terkejut oleh popularitas hiburan Korea Selatan yang berkembang pesat di China. Korean Wave mengacu pada penyebaran budaya Korea Selatan di seluruh dunia atau kecintaan terhadap eksport budaya Korea Selatan. Berawal dari industri hiburan yakni K-Pop dan K-Drama yang mengawali era kebudayaan Korea Selatan di kancah internasional. Dari sebuah budaya menjadi sebuah brand image, itulah Korean Wave. Tidak bisa dipungkiri bahwa

(20)

4

cukup banyak orang yang tertarik menonton K-Drama (Drama Korea) serta menikmati K-Pop (Korean Pop), makanan khas Korea, pakaian khas Korea, belajar bahasa Korea (Hangul) bahkan brand-brand Korea sudah mulai tersebar luas di pasar.

Seiring dengan perkembangan budaya korea di Indonesia membuat sebagian masyarakat luas menjadi terbiasa mengkonsumsi segala hal yang berhubungan dengan Korean Wave, dan menyebabkan mulai terjadinya pergeseran budaya di kalangan masyarakat yang dimana jika sebelumnya hampir seluruh masyarakat di Indonesia terbiasa mengkonsumsi budaya dari dalam negeri, Hollywood maupun Bollywood, tetapi sejak budaya Korea masuk dan perlahan mewabah di Indonesia secara tidak langsung membuat hampir sebagian masyarakat mulai beralih menikmati segala hal baru yang dibawa oleh budaya dari negeri gingseng tersebut.

Para penggemar Korean Wave yang hampir di dominasi oleh para remaja yang telah terpengaruh oleh budaya Korea Selatan tersebut mulai mengikuti cara berpakaian, gaya rambut, gaya bicara, sampai gaya hidup dari para idola mereka.

Terdapat beberapa hal dalam Korean Wave seperti, K-Pop (Korean Pop), K- Drama (Korean Drama), K-Food (Korean Food), K-Fashion (Korean Fashion).

Hal inilah yang membuat para pemilik modal maupun pengusaha untuk dapat menciptakan pasar mereka, dimana dengan menciptakan pasar yang sesuai dengan kondisi dari mewabahnya demam Korean Wave ini maka akan membuat terbentuknya sebuah masyarakat atau sekelompok orang yang konsumtif.

Boyband dan Girlband menjadi menjadi salah satu hal yang paling

(21)

mendominasi sebagai image Korea Selatan. Fenomena berkembangnya Korean Wave ini pada akhirnya menimbulkan fenomena fanatisme terhadap Korean Wave itu sendiri. Fanatisme akan berdampak kepada gaya hidup individu itu sendiri, mereka akan mulai mengikuti style dari idolanya, membeli segala hal yang bersangkutan dengan idolanya seperti merchandise, album, poster, bermacam produk branded yang dimana idolanya menjadi brand ambassador produk itu sendiri, bahkan rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menonton konser dengan harga yang tidak murah.

Banyak fandom yang juga berlomba-lomba untuk berusaha menaikkan reputasi dari idol mereka dengan cara membeli album serta merchandise dari idol tersebut. Fandom itu sendiri adalah sebuah kepanjangan dari Fans Kingdom yang artinya komunitas penggemar idol. Fandom memegang peranan yang cukup besar bagi reputasi serta pencapaian prestasi dari seorang Idol. Mereka akan membeli hal-hal yang bersangkutan dengan idolnya dan itu dianggap seperti mendukung serta menaikkan reputasi idol mereka masing-masing. Pada umumnya penjualan album adalah hal yang utama yang dapat mengantarkan Idol tersebut mencapai kesuksesan serta penghargaan dan hal ini tidak luput dari peranan fandom.

Melihat hal seperti ini banyak pihak mulai melihat adanya sebuah peluang untuk membuat bisnis serta menghasilkan pendapatan yang lumayan. Mereka membuat replika dari berbagai macam merchandise dari Idol K-Pop karena, salah satu usaha yang dapat menghasilkan keuntungan finansial yang cukup besar adalah merchandise K-Pop. Fans cenderung membeli barang-barang yang berkaitan dengan idolanya baik itu official maupun tidak, ditambah juga harga

(22)

6

merchandise official sangat mahal dibandingkan merchandise yang replika sehingga banyak fans yang lebih banyak membeli merchandise yg replika. Hal tersebut yang membuat banyak orang melihat peluang bisnis yang menjanjikan dalam bisnis merchandise K-Pop (Korean Pop).

Peluang bisnis ini juga tidak luput dari perhatian para fans, banyak fans yang memanfaatkan peluang bisnis ini sebagai sumber penghasilannya. Pada umumnya, mereka akan memulai bisnis sebagai reseller produk merchandise replika dari China. China banyak sekali mengeluarkan produk merchandise K-Pop replika ataupun merchandise produks sendiri yang berkaitan dengan Idol K-Pop dengan harga yang sangat murah dari harga Rp.500,- sampai Rp.300.000,-. Tidak sedikit juga fans yang memulai usahanya dengan barang yang ia produksi sendiri.

Bowwowofficial adalah salah satu contoh fans yang memproduksi serta menjual sendiri merchandise seperti poster, stiker, kartu foto. Produk mereka habis hanya dalam waktu 1 jam dengan harga berkisar Rp.20.000,- sampai Rp210.000,-.

Dapat dilihat bahwa antusiasme para fans sangat besar dalam membeli serta mengumpulkan produk-produk yang berhubungan dengan idola mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa banyak fans yang dapat memanfaatkan kesenangannya sebagai sebuah peluang untuk dirinya bisa mendapatkan pendapatan. Kebanyakan fans K-Pop adalah remaja baik pelajar ataupun mahasiswa dan untuk mahasiswa peluang bisnis seperti ini sangat cocok untuk mendapatkan penghasilan lebih karena memiliki resiko yang rendah serta dapat dikerjakan dengan waktu yang dapat disesuaikan sendiri. Banyak mahasiswa yang memulai usahanya melalui online shop ataupun bazaar yang kerap

(23)

diselenggarakan di area kampus. Hampir semua penjual merchandise K-Pop adalah seorang fans, karena dia akan menjadi lebih paham akan keinginan, kebutuhan serta kesenangan fans lainnya dan kebanyakan para penjual itu adalah seorang mahasiswa.

Tidak hanya merchandise, dalam dunia Korean Wave ada sebuah acara yang kerap diselenggarakan para fans setiap salah seorang Idol nya akan berulang tahun, acara tersebut adalah Cupsleeve/Cupholder Event. Dalam acara ini, para fans dari fandom Idol yang berulang tahun akan berkumpul bersama. Acara ini juga adalah sebuah peluang bisnis karena untuk mengikuti acara ini fans harus membayar Rp.30.000,- sampai Rp.100.000,-. Untuk mengikuti acara tersebut fans akan membayar dengan harga yang ditentukan untuk mendapatkan 1 buah minuman, 1 buah Cupsleeve/Cupholder, serta merchandise. Acara ini pastinya akan diselenggarakan oleh seorang fans juga karena ia melihat sebuah peluang bisnis untuk dirinya mendapatkan keuntungan serta kesenangan pribadi sebagai seorang fans. Namun, untuk acara seperti ini keuntungan yang diraih tidak akan sebanyak keuntungan yang dapat diraih jika menjual merchandise tetapi jika penyelenggara mendapatkan sponsor maka keuntungannya bisa meningkat.

Selama ini jika diperhatikan, pengaruh budaya lainnya serta antusiasme komunitas penggemar budaya lainnya tidak sekuat seperti budaya Korean Wave ini dalam hal membuat para fans-nya sangat berantusias untuk berlomba-lomba membeli serta berwirausaha dan berkarya menciptakan produknya sendiri yang berhubungan dengan Idolanya. Untuk mendapatkan isu dan permasalahan yang terletak pada objek penelitian ini, maka peneliti melakukan pra-survey secara acak

(24)

8

kepada 30 mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang merupakan mahasiswa aktif serta penggemar Korean Wave yang terdiri atas 5 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang sampel, dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sumber : Hasil Pra-Survey (2020)

Gambar 1.1

Data Pendapat Mengenai Budaya Korean Wave Pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Berdasarkan grafik pada Gambar 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa 63 persen responden pada pra-survey adalah penggemar Korean Wave dan sisanya 37 persen bukan merupakan penggemar Korean Wave. Didapatkan 83 persen responden setuju bahwa mereka menyadari sudah banyak mahasiswa yang sudah terkena demam Korean Wave di masa sekarang ini dimana presentase tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan 17 persen dari responden tidak setuju. Hal ini semakin memperkuat hasil yang didapatkan yang menyatakan bahwa semua responden pra-survey mengakui adalah seorang fans Korean Wave baik laki-laki

63%

83%

37%

17%

P E N G G E M A R B U D A Y A K O R E A N W A V E B A N Y A K M A H A S I S W A Y A N G S U D A H T E R K E N A D E M A M K O R E A N W A V E Ya Tidak

(25)

maupun perempuan dan memang terbukti banyak mahasiswa yang sudah terkena demam Korean Wave.

Sumber : Hasil Pra-Survey (2020)

Gambar 1.2

Data Pendapat Mengenai Perilaku Fan Entrepreneurship Pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Berdasarkan grafik pada Gambar 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa 100%

responden pada pra-survey setuju bahwa berbisnis di bidang Korean Wave akan lebih menguntungkan jika wirausahawan tersebut adalah seorang fans Korean Wave, karena sang penjual akan lebih mudah untuk memahami serta membaca keinginan para fans lainnya. Sang penjual ini dapat dengan mudah membaca pasar dan menilai produk apa yang dapat menjadi daya tarik bagi para fans. Lalu 70%

responden pada pra-survey mengetahui atau pernah melihat mahasiswa yang merupakan seorang fans Korean Wave serta mempunyai usaha di bidang Korean Wave sedangkan 30% dari responden tidak mengetahui ataupun mengenal mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang merupakan seorang fans serta

100%

70%

0%

30%

A K A N L E B I H D I U N T U N G K A N J I K A P E N J U A L A D A L A H S E O R A N G F A N S

M E N G E T A H U I M A H A S I S W A Y A N G S E O R A N G F A N S D A N M E M P U N Y A I U S A H A D I B I D A N G K O R E A N W A V E Ya Tidak

(26)

10

mempunyai usaha di bidang Korean Wave. Dengan lebih tingginya presentase tersebut, dapat ditunjukkan bahwa wirausahawan bidang Korean Wave sudah tidak asing lagi di area Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

Sumber : Hasil Pra-Survey (2020)

Gambar 1.3

Data Pendapat Mengenai Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Berdasarkan grafik pada Gambar 1.3 tersebut dapat dilihat bahwa 93 persen responden pada pra-survey setuju bahwa pada masa sekarang ini Korean Wave berpengaruh cukup besar untuk berbisnis dibandingkan dengan budaya populer lainnya dan 7 persen responden lainnya tidak berfikir demikian. Hal ini semakin diperkuat dengan banyaknya jumlah bisnis Korean Wave yang dapat kita lihat semakin banyak tersebar luas, contohnya seperti restoran khas Korea Selatan, kosmetik dari Korea Selatan yang sudah mulai banyak masuk ke Indonesia, makanan khas Korea Selatan yang sudah mulai banyak diperjual belikan di supermarket Indonesia serta pernak-pernik yang serba K-Pop maupun

93%

60%

7%

40%

K O R E A N W A V E B E R P E N G A R U H C U K U P B E S A R U N T U K B I S N I S D I B A N D I N G K A N

B U D A Y A P O P U L E R L A I N N Y A

T E R T A R I K U N T U K B E R W I R A U S A H A D I B I D A N G K O R E A N W A V E Ya Tidak

(27)

K-Drama. Kemudian, 60 persen responden pada pra-survey menyatakan berminat untuk berwirausaha di bidang Korean Wave dan para responden tersebut merupakan fans Korean Wave dan 40 persen responden lainnya tidak berminat untuk berwirausaha di bidang Korean Wave walaupun responden merupakan fans Korean Wave. Dengan presentase 60 persen yang berminat, hal ini menunjukkan bahwa banyak fans yang mulai tertarik untuk memulai bisnis di bidang Korean Wave selain karena hal tersebut merupakan kesenangannya, mereka juga melihat ada peluang bisnis yang cukup besar di masa sekarang ini akibat dari dampak demam Korean Wave.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Budaya USU)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship secara serempak berpengaruh terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU?

2. Apakah Budaya Korean Wave berpengaruh terhadap Minat Berwirausaha bagi mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU?

3. Apakah Perilaku Fan Entrepreneurship berpengaruh terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan

(28)

12

Bisnis USU?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship secara serempak terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas dan Bisnis USU.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Budaya Korean Wave terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

3. Untuk menegatahui dan menganalisis pengaruh Perilaku Fan Entrepreneurship terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dapat menjadi bahan pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai seberapa besar Pengaruh Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship terhadap Minat berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

2. Bagi Program Studi

Dapat menjadi bahan masukan serta bahan penelitian bagi program studi

(29)

untuk memahami pengaruh Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan dapat menambah referensi perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bagi Penggemar Budaya Korean Wave

Agar para penikmat atau penggemar Budaya Korean Wave mengetahui pengaruh yang ditimbulkan serta dampak dari Korean wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship terhadap Minat Berwirausaha.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan pembanding serta pengembangan bagi peneliti seterusnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan Pengaruh Budaya Korean Wave dan Perilaku Fan Entrepreneurship terhadap Minat Berwirausaha.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kewirausahaan

2.1.1 Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah mengenai kedisiplinan. Dimana terjadinya proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengerahkan seluruh waktu dan tenaganya dalam menghadapi tantangan hidup. Dan dengan disiplin menerapkan proses sistematis penerapan kreativitas serta inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan memantau peluang di pasar (Zimmerer & Scarborough, 2005).

Pengertian wirausaha menurut Tarmudji (2000) adalah Wirausaha bila ditinjau dari etimologinya berasal dari kata “wira” dan “usaha”, kata wira berarti

“teladan” atau patut dicontoh, sedangkan “usaha” berarti “berkemauan keras”.

Jadi seorang wirausaha dapat diartikan sebagai berikut: “Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan tindakan yang bermanfaat dan patut menjadi teladan hidup”. Atau lebih sederhana dirumuskan sebagai, “Seseorang yang berkemauan keras dalam bisnis yang patut menjadi teladan hidup”. Untuk menjadi seorang wirausahawan yang berhasil, seorang wirausaha harus mempunyai tekad dan kemauan yang keras untuk mencapai tujuan usahanya.

Kewirausahaan adalah penciptaan atau inovasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa baru dalam organisasi organisasi yang baru. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kewirausahaan antara lain kondisi perusahaan, keberanian mengambil resiko, inovasi dan budaya (Schuler, 1986).

Inovasi bukan sekedar menciptakan sesuatu yang baru, tetapi sesuatu yang

(31)

dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam berwirausaha atau pada lokalitas tertentu (Lionberger & Gwin, 1982). Salah satu karakter penting dari wirausahawan adalah kemampuannya berinovasi. Tanpa adanya inovasi, sebuah usaha tidak dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah. Pelanggan tidak selamanya akan mengkonsumsi produk yang sama. Pelanggan akan mencari produk lain dari perusahaan lain yang dirasakan dapat memuaskan kebutuhannya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus mampu melihat adanya peluang, menganalisa peluang, berinovasi dan mengambil keputusan untuk mencapai keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya dan kelanjutan usahanya sebelum peluang tersebut dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memacu sebuah mimpi dan berusaha merealisasikannya karena adanya kepercayaan yang tinggi akan kesuksesan yang dapat diraih.

Hisrich (2001) mengemukakan bahwa kewirausahaan diartikan sebagai sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan oleh individu yang menanggung resiko utama dalam hal modal waktu, dan komitmen karir atau menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa mungkin dapat terlihat unik ataupun tidak, tetapi dengan berbagai cara nilai akan dihasilkan oleh seseorang pengusaha dengan menerima dan menempatkan keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan. Hisrich (2001) menjelaskan lagi bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko

(32)

16

keuangan, fisik, serta resiko yang mengiringi, menerima moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi.

Menurut Drucker (dalam Suryana, 2003) dalam bukunya Innovation and entrepreneurship mengemukakan perkembangan teori kewirausahaan menjadi tiga (3) tahapan:

1. Teori yang mengutamakan peluang usaha. Teori ini disebut teori ekonomi, yaitu wirausaha akan muncul dan berkembang apabila ada peluang ekonomi.

2. Teori yang mengutamakan tanggapan orang terhadap peluang, yakni teori sosiologi, yang mencoba menerangkan mengapa beberapa kelompok sosial menunjukkan tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha dan teori psikologi yang mencoba menjawab karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha berhasil atau tidak berhasil.

3. Teori yang mengutamakan hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya. Teori ini disebut juga dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba memahami pola perilaku wurausaha. Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena kewirausahaan bisa merupakan sebuah pilihan kerja atau pilihan karir.

Menurut Suriani (2013) ada beberapa kiat-kiat yang seharusnya dimiliki seorang wirausaha agar berhasil dalam membangun bisnisnya, yaitu:

1. Inovatif

Seorang wirausahawan harus terus berinovasi untuk menemukan hal-hal baru yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain itu hal ini dibutuhkan agar wirausahawan tetap memiliki peluang yang besar untuk bersaing di pasar.

(33)

2. Berani Mengambil Resiko

Seorang wirausahawan harus dapat membuat perhitungan yang matang, tetapi berani menanggung resiko jika perhitungannya salah. Keberanian mengambil resiko, merupakan persepsi sesorang atas kemungkinan memperoleh keuntungan bila rencananya sukses dengan memikirkan konsekuensinya bila gagal. Keberanian mengambil resiko yang membedakan antara wirausahawan, dan manajer.

3. Kesempatan

Seorang Wirausahawan selalu mencari dan memanfaatkan setiap peluang yang ada bahkan dapat memanfaatkan ancaman sebagai kesempatan untuk meciptakan produk atau jasa yang baru atau lebih baik dari yang sudah ada.

4. Memiliki Motif Berprestasi

Seorang wirausahawan yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang kuat harus memiliki dorongan atau motivasi yang baik, kemampuan berfikir, kompetensi hubungan manusia, keterampilan teknis dan komunikasi. Hal-hal tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang wirausahawan dapat terus berprestasi dalam bisnisnya.

5. Kesabaran dan Kesiapan

Dalam memulai usaha apapun tentunya selalu beresiko gagal, kesulitan dana dan lain sebagainya. Agar berhasil maka diperlukan waktu, kesabaran dan kesiapan dalam mengahadapi kendala-kendala tersebut.

6. Tidak Menunggu Semua Ada Tersedia

Seorang wirausahawan dalam memulai usaha tidak perlu menunggu

(34)

18

semuanya ada tersedia, yang harus ia lakukan adalah memanfaatkan yang ada dan melengkapi sambil berjalan. Namun, hal mendasar yang perlu dimiliki untuk memulai suatu bisnis adalah ide, gagasan dan cara mengeksekusi rencana yang telah ditentukan.

7. Memiliki Hubungan Sosial Yang Baik

Seorang wirausahawan dalm memulai dan menjalankan usaha sering memerlukan bantun orang lain seperti keluarga, teman dan bank. Namun, sebelum mencari dukungan dari orang lain, harus memulai dari dirinya sendiri.

8. Menyukai Apa Yang Dilakukannya

Modal utama dalam menjalani usaha adalah menyenangi usaha yang dilakukannya. Tanpa minat ia akan mudah menyerah di tengah jalan apabila mengalami berbagai persoalan.

9. Menguasai Ilmu Dalam Bidang Usaha Yang Dilakukannya

Seorang wirausahawan harus memiliki pemahaman yang baik menyangkut usaha yang dia lakukan. Hal ini sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan bisnis kedepannya, dimana dengan ilmu yang dimilikinya, seorang wirausahawan dapat mengatasi ancaman dan peluang yang dihadapinya.

Selain itu, konsumen juga cenderung membeli barang atau jasa di tempat yang pengelolaan atau penyajiannya baik.

10. Memiliki Modal Usaha

Seorang wirausahawan dalam memulai suatu usaha tentunya memerlukan modal, dapat berupa modal sendiri atau kerjasama dengan orang lain, selain itu dapat berupa hubungan baik dan kepercayaan.

(35)

2.1.2 Minat Berwirausaha

Menurut Djaali (2012), minat (interest) adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang memperintahkan. Pada dasarnya minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya. Apabila seseorang telah melaksanakan kesungguhannya kepada suatu objek maka minat ini akan menuntun seseorang untuk memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau memiliki objek tersebut.

Selain itu minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu sebagai kebutuhannya. Minat berwirausaha merupakan suatu yang berasal dari masing-masing individu yang turut menentukan keberhasilan setiap orang dalam berbagai bidang seperti studi, kerja, kegiatan, maupun yang lainnya. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian terhadap bidang tertentu. Minat merupakan keinginan yang timbul dalam diri individu tersebut dinyatakan dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap suatu objek atau keinginan yang akan memuaskan kebutuhan. Dan minat berwirausaha berawal dari keinginan serta ketertarikan dan kesediaan untuk bekerja keras dalam berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yang akan dihadapi, senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan usaha yang diciptakannya.

(36)

20

Minat dapat dibentuk melalui pengalaman langsung atau pengalaman yang mengesankan yang menyediakan kesempatan bagi individu untuk mempraktekkan, memperoleh umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang mengarah pada efikasi personal dan pengharapan atas hasil yang memuaskan (Sondari, 2009).

Minat berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung resiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut.

Minat berwirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha (Subandono, 2007).

Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, keteratrikan serta ketersediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras dengan adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yang akan dihadapi, sennatiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan usaha yang diciptakannya. Minat berwirausaha tersebut tidak hanya keinginan dari dalam diri saja tetapi harus melihat ke depan dalam potensi mendirikan usaha.

Minat berwirausaha dapat diukur dengan (Bhandari, 2006):

1. Prestis sosial, merupakan suatu rasa penghargaan tersendiri yang dirasakan sesorang bila melakukan salah satunya dengan berwirausaha untuk dilihat di masyarakat ataupun diakui oleh lingkungan sehingga menaikkan derajatnya.

2. Tantangan pribadi, merupakan suatu tantangan untuk diri sendiri yang membuat seseorang ingin membuktikan apakah dia mampu atau tidak

(37)

melakukan suatu hal yang mungkin belum pernah dilakukan sehingga memicu dirinya untuk belajar dan mencoba.

3. Menjadi bos, adalah keinginan untuk menjadi bos suatu saat nanti atau mendirikan usahanya sendiri.

4. Inovasi, yang berarti menciptakan sesuatu yang baru ataupun mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi berbeda dari yang lainnya.

5. Kepemimpinan, merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

6. Fleksibilitas, merupakan kelonggaran saat memiliki suatu usaha sendiri seperti jam kerja yang dapat diatur sendiri.

7. Keuntungan, merupakan profit atau laba yang diperoleh dari usaha yang dibangunnya sendiri.

Menurut Sutanto (dalam Sifa, 2016) indikator minat berwirausaha ada empat (4) yaitu:

1. Perasaan Senang

Mahasiswa yang memiliki rasa senang atau suka terhadap suatu kegiatan usaha, tidak ada keterpaksaan dan motivasi untuk terus berwirausaha. Oleh karena itu perasaan senang akan memotivasi mahasiswa untuk terus mencoba berwirausaha.

2. Ketertarikan

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik untuk berwirausaha atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsan oleh kegiatan berwirausaha itu sendiri. Biasanya mahasiswa tertarik

(38)

22

untuk melakukan kegiatan usaha dikarenakan beberapa faktor di antaranya pengalaman dan hobi.

3. Perhatian

Merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian. Mahasiswa yang memiliki minat pada kegiatan usaha tertentu dengan perhatian akan menumbuhkan rasa ingin berwirausaha mahasiswa.

4. Keterlibatan

Merupakan suatu usaha untuk mengerjakan kegiatan usaha, dan mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan kewirausahaan dan selalu afektif dan berkeinginan untuk berwirausaha dan selalu mengikuti perkembangan dalam bidang kewirausahaan.

2.2 Faktor Kebudayaan

Faktor – faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku wirausahawan serta konsumen. Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.

Dengan kata lain kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola- pola perilaku yang normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola – pola berfikir, merasakan dan bertindak.

Kebudayaan didefinisikan sebagai simbol dan barang – barang buatan manusia (artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat tertentu diwariskan dari

(39)

generasi yang satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu (determinants) dan pengatur (regulator) perilaku anggotanya (Kotler & Keller, 2009).

2.2.1 Budaya (Culture)

Menurut Schiffman, Kanuk, & Leslie (2007) Budaya adalah keseluruhan kepercayaan, nilai – nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu.

Menurut Kotler & Keller (2009) budaya adalah faktor penentu paling pokok dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri, sedangkan manusia perilakunya biasanya sering di pelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan yang lain pula.

Menurut Kotler & Keller (2009) budaya adalah simbol dan barang-barang buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai faktor penentu dasar keinginan perilaku seseorang.

2.2.2 Budaya Populer

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) budaya populer adalah budaya yang dikenal dan digemari kebanyakan masyarakat pada umumnya, relevan dengan kebutuhan maysrakat pada masa sekarang, serta mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga memunculkan perspektif budaya populer sebagai suatu budaya yang sudah berkembang kemudia menjadi kebiasaan yang digemari oleh banyak masyarakat.Disini, media massa, baik cetak

(40)

24

atau elektronik, menjadi salah satu ujung tombak public relation untuk menerjemahkan budaya pop langsung ke jantung peradaban masyarakat itu.

Televisi, misalnya, adalah media yang efisien dalam mengkomoditaskan segala sesuatu dan menjualnya dalam bentuk praktis agar dapat dengan mudah dicerna dan ditelan oleh masyarakat (Fertobhades, 2006).

Istilah “budaya populer" (culture popular) sendiri dalam bahasa latin merujuk secara harfiah pada "culture of the people" (budaya orang-orang atau masyarakat). Mungkin itulah sebabnya banyak pengkaji budaya yang melihat budaya yang hidup (lived culture) dan serangkaian artefak budaya yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari orang kebanyakan.

Hebdige menyatakan sebagai contoh memandang budaya populer sebagai sekumpulan artefak yang ada, seperti film, kaset, acara televisi, alat transportasi, pakaian, dan sebagainya. Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu (Fertobhades, 2006).

2.2.3 Commodity Fetishm

Dalam sebuah tulisan Theodor Adorno, Intelektual Mazhab Frankfuit (1991), rahasia sejati keberhasilan, semata-mata merupakan refleksi atas apa yang dibayar seseorang di pasar atas produk. Konsumen memgeluarkan uang yang dibayarkan untuk tiket konser Toscanini. Menurutnya pembahasan Marx tentang fetish commodity merupakan landasan teori bagaimana bentuk-bentuk budaya seperti music pop bisa berfungsi mengamankan dominasi model ekonomi, politik, maupun ideologis. Adorno menganggap bahwa uang atau harga menjelaskan serta mendominasi hubungan sosial dalam masyarakat kapitalis (Stinati, 2016).

(41)

Uang merujuk pada pertukaran yang dapat diminta dari sebuah komoditas di pasar dan harga jual belinya, sementara nilai manfaatnya merujuk pada kebermanfaatan barang bagi konsumen, nilai praktis atau manfaat sebagai sebuah komoditas (Stinati, 2016). Gagasan ini menghubungkan fetisme komoditas dengan dominasi atas pertukaran dalam pengertian bahwa uang merupakan contoh betapa berbagai relasi sosial di antara orang-orang bisa mengambil perwujudan luar biasa dari suatu hubungan yang didefinisikan oleh sebuah benda, yaitu uang.

Uang juga sekaligus merupakan sarana utama tempat nilai komoditas didefinisikan untuk mereka yang hidup dalam masyarakat kapitalis.

Adorno (dalam Stinati, 2016) mengatakan sifat memuja (dari kata fetis yang membentuk fetisisme) yang khas dari music terletak pada apa yang diberikan atau dikembalikan asas pertukaran, mengaburkan sekaligus mendominasi asas manfaat. Asas pertukaran tidak memanfaatkan nilai-nilai yang menentukan produksi dan sirkulasi komoditas tersebut. Namun demikian, untuk komoditas budaya seperti fashion, melahirkan suatu hubungan langsung dengan apa yang kita beli maka asas manfaat menjadi asas pertukaran, kemudian asas pertukaran tersebut disamarkan sebagai objek kenikmatan.

2.3 Budaya Korean Wave

Pada dasarnya Korean Wave atau Gelombang Korea adalah terjemahan dari istilah Hallyu dalam bahasa Korea yang artinya adalah “arus/aliran Han”. “Han”

yang dimaksud disini adalah Hankuk atau Korea. Hallyu Wave atau Korean Wave (Bahasa Indonesia: “Gelombang Korea”) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya

(42)

26

Korean wave memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari kebudayaan Korea. Korean wave mengacu pada penyebaran budaya Korea Selatan di seluruh dunia atau kecintaan terhadap eksport budaya Korea Selatan.

Istilah Korean Wave atau Hallyu diciptakan di China pada pertengahan 1999 oleh jurnalis Beijing terkejut oleh popularitas yang berkembang pesat hiburan dan budaya Korea di China ketika drama Korea Selatan diekspor dan menjadi sangat populer pada masa itu. (Ri'aeni, Musiam, Pertiwi, & Sugiarti, 2019)

Menurut Ariffin (2013), Korean Wave dikenal juga dengan Hallyu Wave, adalah popularitas sebuah budaya populer dari Korea Selatan di Negara-Negara Asia lainnya. Budaya Populer Korea Selatan seperti film-film, drama-drama televisi, dan musik pop sangat kuat dan drama-drama televisi adalah salah satu yang menjadi ikon budaya populer dalam Korean Wave ini.

Menurut Yecies (dalam Reimeingam, 2014), Hallyu adalah sebuah gelombang yang kental dan luas dari budaya populer Korea Selatan. Definisi yang dikemukakan oleh Han dan Lee (dalam Oh et al, 2013), Sebenarnya Korean Wave diartikan sebagai sebuah fenomena dari budaya Korean Pop, seperti drama-drama televisi, film-film, musik pop, fashion, dan game online telah digemari dan tersebar diantara masyarakat Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan Negara Asia lainnya (Astari, 2019).

Menurut Ariffin (2013) indikator dari Korean Wave yaitu:

1. Role Model (Panutan)

Sesuatu/seseorang/tokoh yang dijadikan panutan untuk dicontoh.

2. Expression of Idolization (Ekspresi dari Pemujaan)

(43)

Ekspresi atau bisa disebut perilaku seseorang yang sangat memuja Idol-nya.

Dan ini terbagi menjadi 2 (dua), yang pertama adalah Imitation (Peniruan), seseorang meniru segala hal yang dijadikan inspirasinya. Kedua, Knowledge and Consumerism (Pengetahuan dan Pola Konsumsi), perilaku seseorang yang mencari tahu tentang sesuatu yang menurut mereka senang trend an hal- hal yang patut dikonsumsi.

Fenomena budaya demam Korean Wave di Indonesia diawali dengan masuknya drama Korea Selatan, seperti Endless Love atau yang lebih dikenal dengan judul Autumn In My Heart pada tahun 2002. Drama yang sangat menarik pada masa itu telah menarik perhatian para penontonnya. Selain dari drama yang menarik, kesuksesannya tidak luput dari para aktor serta aktris yang menarik dengan kemampuan acting yang baik serta dapat diperhitungkan. Sehingga hal inilah yang menjadi titik kesuksesan para aktor serta aktris Korea Selatan, juga diikuti dengan perkembangan musik dari Korea Selatan yang lebih dikenal dengan sebutan K-Pop (Korean Pop) kian semakin marak digandrungi oleh para remaja.

Mereka mengusung genre musik dance pop, yaitu musik pop barat dikombinasikan dengan kemampuan menari serta visual yang menawan. Hal ini yang membuat grup-grup musik K-Pop yang lebih dikenal dengan sebutan Boyband dan Girlband ini benar-benar digemari di pasaran Indonesia.

Berkembangnya Korean Wave di Indonesia tidak mungkin akan maju seperti ini tanpa adanya andil yang cukup besar dari penggemar, bahkan mereka tidak akan ragu – ragu untuk membeli berbagai macam barang yang berhubungan dengan idolanya tanpa memperdulikan berapa pun harganya, karena jika itu

(44)

28

berhubungan dengan idolanya hal tersebut akan tetap dilakukan.

Tidak hanya K-Drama dan K-Pop saja yang berkembang pesat di Indonesia tetapi fashion, skincare, serta makanan Korea Selatan sudah sangat tersebar luas di Indonesia, selain beberapa hal tersebut yang paling dominan adalah makanan. Pada saat ini sudah sangat mudah sekali untuk menemukan makanan-makanan khas Korea Selatan, contoh makanan yang paling sangat mudah ditemukan adalah Tteoppokki (kue beras khas Korea Selatan), Kimbap (nasi yang dibalut dengan rumput laut dan berisi sayur-sayuran), Buddaejiggae (sup mie pedas), BBQ Korean meat (daging yang dipanggang langsung di atas pemanggangan dengan saus khas Korea Selatan), Kimchi (asinan lobak khas Korea Selatan), Gochujang Chicken (ayam yang dibumbui dengan saus pedas khas Korea Selatan), Ramyeon (mi instan khas Korea Selatan), Odeng atau Eomuk (berbentuk seperti tahu tetapi terbuat dari ikan) serta Soju (Minuman alkohol khas Korea Selatan).

Di Indonesia, kebanyakan para pengusaha makanan khas Korea Selatan akan menyesuaikan bahan-bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan makanan khas Korea Selatan sesuai dengan kultur Indonesia yakni bahan-bahan yang Halal karena Indonesia adalah Negara yang mayoritas beragama Islam, maka dari itu produk makanan Korean Wave dapat berkembang serta diterima cukup baik di kalangan masyarakat Indonesia.

Para pengusaha ini juga menyesuaikan konsep restoran mereka dengan tema yang sangat menyerupai restoran di Korea Selatan agar para pengunjung bisa merasakan suasana seperti makan di restoran Korea Selatan. Hal inilah yang

(45)

membuat perkembangan Korean Wave di Indonesia semakin pesat selain akibat dari drama dan musiknya, karena banyak masyarakat yang dapat melihat peluang bisnis yang cukup menjanjikan di masa sekarang ini akibat dari pengaruh serta antusiasme yang dihasilkan oleh Korean Wave ini di Indonesia.

2.4 Fanatisme

Menurut Seregina, Koivist dan Matilla (dalam jurnal Pertiwi, 2013), fanatisme merupakan fenomena yang sangat penting dalam budaya modern, pemasaran, serta realitas pribadi dan di sosial masyarakat, hal ini karena budaya sekarang sangat berpengaruh besar terhadap individeu dan hubungan yang terjadi di diri individu menciptakan suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetiaan, pengabdian, kecintaan, dan sebagainya (Pertiwi, 2013). Fanatisme didefinisikan sebagai pengabdian yang luar biasa untuk sebuah objek, di mana

“pengabdian” terdiri dari gairah, keintiman, dan dedikasi, dan “luar biasa” berarti melampaui rata-rata yang biasa atau tingkat objek yang dapat mengacu pada sebuah merek, produk, orang (misalnya selebriti), televise, atau kegiatan konsumsi lainnya.

Menurut Thorne dan Burner (dalam Putri, 2019), terdapat 4 poin karakteristik utama fanatisme yaitu:

1. Keterlibatan internal 2. Keterlibatan eksternal 3. Keinginan untuk memiliki 4. Interaksi sosial

Karakteristik utama tersebut melandasi 4 poin seperti, rasa suka dan kagum yang tinggi, addiction, rasa ingin untuk memiliki serta loyalitas. Poin

(46)

30

pertama yaitu rasa suka dan kagum yang tinggi merupakan tindakan dari karakteristik keterlibatan internal, para penggemar memiliki perspektif dan sikap yang berbeda dari non-penggemar. Poin kedua, yaitu addiction atau rasa candu merupakan tindakan dari karakteristik keterlibatan eksternal, dimana penggemar menunjukkan adanya keterlibatan terhadap objek fanatismenya melalui perilaku serta tindakan. Poin ketiga adanya yaitu rasa ingin untuk memiliki merupakan tindakan dari karakteristik keinginan untuk memiliki, dimana tindakan membeli serta mengoleksi benda material seperti album, poster, merchandise, dan yang lainnya merupakan tindakan nyata dari karakteristik tersebut. Poin keempat yaitu loyalitas, dilandasi oleh karakteristik keterlibatan internal sama seperti dengan poin pertama, dimana loyalitas menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap Korean Wave melampaui tingkat biasa (Putri, 2019).

Berawal dari menyukai serta mengagumi, lambat laun akan timbul rasa candu terhadap Korean Wave dilihat dari intensitas serta sejauh apa mereka larut terhadap Korean Wave, tetapi tidak sedikit juga yang memanfaatkan fanatismenya sebagai sebuah peluang bisnis di bidang Korean Wave, karena selain itu merupakan kesenangan bagi dirinya tetapi dapat menghasilkan penghasilan lebih bagi dirinya.

2.5 Fan Entrepreneurship

Pembelajaran kewirausahaan yang paling mendasar adalah untuk memahami “bagaimana peluang untuk menciptakan barang „masa depan‟ dan layanan ditemukan, diciptakan dan dieksploitasi, oleh siapa, dan dengan konsekuensi yang seperti apa”. Sementara menjadi bidang studi yang mapan di

(47)

sebuah organisasi dan literature manajemen (misalnya, McGrath dan MacMillian, dan lain-lain), peneliti kewirausahaan sebagian besar telah mengabaikan dinamika sosial yang lebih luas dan budaya yang ditanamkan perusahaan. Hal inilah yang mungkin menjelaskan mengapa konsep dari kewirausahaan masih diabaikan dalam pembelajaran budaya populer.

Namun, pembelajaran kewirausahaan adalah inti dari untuk memahami cara-cara dimana pengusaha budaya populer, baik individu maupun perusahaan di dalam dan di luar industri yang didirikan untuk mengelola serta memanfaatkan saluran pemasaran yang baru, mengakses konsumen potensial, memasukkan sarana promosi yang baru, dan menciptakan jalan untuk produk dan layanan yang terkait (Otmazgin, 2018).

Para pengusaha ini mencari peluang untuk ekspansi melalui produk budaya populer secara komersial atau dengan menggunakan produk ini sebagai daya tarik untuk meluncurkan ide bisnis baru (seperti kampanye iklan menggunakan ikon budaya populer) dan untuk membangun usaha baru. Pada awalnya, wirausahawan budaya populer tidak berbeda dari wirausahawan yang digerakkan oleh bisnis karena mereka semua mencari keuntungan dengan mengatasi hambatan, menciptakan peluang baru, dan membuat perubahan. Berdiri di antara pembelajaran ekonomi, sosiologi, dan budaya, kewirausahaan budaya dipandang sebagai “pelaksanaan kombinasi baru yang menghasilkan sesuatu yang baru dan dihargai dalam ruang lingkup budaya”.

Menurut Otmazgin (2018) dalam Jurnalnya yang berjudul Fan entrepreneurship (Fandom, Agency and The Marketing Of Hallyu In Israel), Fan

(48)

32

entrepreneurship adalah sebutan bagi seorang fan (pengagum) yang juga merupakan seorang wirausahawan. Sang penggemar ini akan memanfaatkan kesenangannya menjadi sebuah usaha yang dapat membantu dia mendapatkan penghasilan. Pada umumnya fan entrepreneurship banyak ditemukan di area Korean Wave, seperti yang kita tahu bahwa Korean Wave sangat mendominasi dunia pada saat ini karena, produk yang dihasilkan Idol Korea Selatan seperti album, merchandise, light stick, pakaian, poster, dan lainnya lebih banyak, lebih bervariasi dan lebih rutin diproduksi daripada produk yang dihasilkan Idol Western.

Pada masa sekarang ini, penggemar Korean Wave juga sudah semakin banyak dan tersebar luas di seluruh dunia. Tingkat ekonomi semua orang juga berbeda termasuk para penggemar tersebut. Pada umumnya harga merchandise yang diproduksi secara resmi oleh agensi artis tersebut akan sangat mahal bagi sebagian orang, karena hal inilah yang membuat beberapa orang mulai berfikir untuk membuat barang yang 98 persen mirip dengan barang aslinya dengan harga yang lebih murah daripada barang aslinya untuk diperjual belikan sehingga dapat terjangkau bagi semua kalangan penggemar.

Terdapat beberapa pengusaha juga menjual jasanya untuk membantu para penggemar membeli barang langsung dari Korea Selatan, karena membeli barang dari luar negeri pada umumnya harus membayar menggunakan kartu kredit atau Paypal, dikarenakan mata uang yang dipergunakan adalah mata uang asing. Tidak hanya membeli barang dari luar negeri, para pengusaha yang biasanya juga merupakan seorang penggemar ini akan menjual jasanya untuk membantu sesama penggemar dalam berburu tiket konser yang dimana pada saat konser berlangsung

(49)

mereka akan pergi bersama dalam satu grup guna untuk memudahkan proses masuk ke dalam venue konser serta menemani satu penggemar dengan penggemar lainnya agar tidak sendirian pada saat konser berlangsung. Namun, ada beberapa perbedaan penting yang harus dipertimbangkan kembali untuk membahas lebih jauh tentang fan entrepreneurship.

Sumber: Journal “Fan Entrepreneurship (Fandom, Agency, and The Marketing of Hallyu in Israel)” by Nissim Otmagzin

Gambar 2.1

Indikator Fan Entrepreneurship

Pertama, pengusaha dalam budaya populer ini dihadapkan pada ketidakpastian yang relatif tinggi. Pengusaha budaya populer bekerja di lingkungan yang sangat dinamis dimana konsumen cenderung mengubah pikiran mereka dengan cepat dam dimana produk memiliki periode pemasaran yang sangat singkat (misalnya, periode pemasaran album K-Pop, film Korea Selatan, atau K-Drama). Pekerjaan mereka dipengaruhi tidak hanya oleh kondisi makro yang menyebabkan fluktuasi dalam konsumsi, tetapi juga oleh perubahan yang kadang-kadang berubah akibat dari globalisasi (Otmazgin, 2018).

Fan Entrepreneurship

Tertanam Dalam Konteks

Lokal

Ketidakpastian Yang Tinggi

Dan Lingkungan Yang Dinamis

Implikasi Sosial Dan

Budaya Yang Lebih

Luas Bagi Konsumen Cara Baru

Untuk Berkomunikasi

Dengan Komunitas Korean Wave

(50)

34

Akibat dari lingkungan yang kreatif dan dinamis, pengusaha perlu mengkonfigurasi ulang diri mereka sendiri untuk mencapai spesialisasi pasar dan menciptakan keakraban dengan konsumen. Pada bisnis ini, pengusaha harus selalu waspada dengan tren preferensi budaya baru, menemukan cara kreatif untuk mempromosikan ide mereka, menciptakan koneksi pribadi, mendapatkan umpan balik dari pasar, dan bereaksi dengan cepat.

Kedua, karena mereka memanfaatkan daya tarik dari budaya populer ini, karya hasil dari para wirausahawan ini memiliki implikasi sosial dan budaya yang lebih luas bagi konsumen. Tidak seperti wirausahawan di bidang lainnya, para wirausahawan di bidang budaya populer ini tidak hanya menghasilkan nilai dalam arti ekonomi, tetapi juga dalam hal emosi, identifikasi, dan persepsi untuk menghasilkan kegembiraan dan antusiasme bagi para konsumennya.

Dalam kasus demam Korean Wave contohnya, dalam K-Drama mereka memperkenalkan budaya serta gaya hidup Korea Selatan sehingga masyarakat dari Negara lainnya melihat bagaimana aspek kehidupan sehari-hari dari masyarakat Korea Selatan. Perbedaannya terletak pada cara produk-produk budaya populer ini dalam mempromosikan pesan dari produknya yang memiliki potensi untuk membentuk pikiran, identitas, serta pandangan calon konsumen.

Dengan demikian, pengusaha produk budaya populer ini tidak hanya membangun mekanisme unuk memproduksi serta memasarkan tetapi juga secara tidak sengaja menyebarkan ide, emosi, dan kepekaan bersama dengan produknya.

Terakhir, tidak seperti di sektor-sektor lain yang digerakkan oleh ekonomi, motif dari para pengusaha budaya populer ini tidak murni komersial saja tetapi

Gambar

Tabel 2.1  Peneliti Terdahulu
Gambar 2.2  Kerangka Konseptual
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan variabel harga mempunyai r-
Tabel 3.6  Uji Reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saya tertarik untuk berwirausaha setelah mengikuti kegiatan bazaar, maupun

Maka dapat disimpulkan pengetahuan kewirausahaan, kepribadian wirausaha, dan faktor eksternal secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan untuk menghasilkan laba bagi investor.Menurut Sastrawan, (2016:89) mengemukakan bahwa

Menurut hasil penelitian dapat diketahui bahwa keunggulan bersaing berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja usaha, hal ini menunjukkan bahwa

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba, Asimetri Informasi, Pengungkapan Sukarela dan Ukuran Perusahaan terhadap Cost of

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Dana Otonomi Khusus dan Dana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntansi sebagai bidang ilmu, akuntan

Skripsi saya ini berjudu l ”Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman yang Terdaftar di Bursa