KAJIAN DEBIT DAN KUALITAS AIR SUNGAI DI BERBAGAI KAWASAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI
RAHMAT HIDAYAT 040303011 ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KAJIAN DEBIT DAN KUALITAS AIR SUNGAI DI BERBAGAI KAWASAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI
Oleh :
RAHMAT HIDAYAT 040303011 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara, Medan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf MP. ) ( Ir. Razali MP.
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing )
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi : Kajian Debit Dan Kualitas Air Sungai Di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak Bharat
Nama : Rahmat Hidayat
NIM : 040303011
Departeman : Ilmu Tanah
Program Studi : Konservasi Tanah dan Air
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP )
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing ( Ir. Razali, MP )
Mengetahui
Ketua Departemen ( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP )
ABSTRAK
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten
Pakpak Bharat dilaksanakan pada 26 sungai yang terdapat di kabupaten Pakpak
Bharat. Penelitian/kajian ini menggunakan metode survey dengan pengambilan
sampel air dan pengukuran debit. Dari sampel air tersebut dianalisis pH air,
tempratrur air,tempratur udara (di lapangan), BOD, COD dan sedimentasi di
laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai-sungai yang terdapat di
Kabupaten Pakpak Bharat memiliki debit yang bervariasi dari 0,10 M3/det hingga 39,75 M3/det. Sedangkan kualitas air sungai yang terdapat di kawasan ini secara keseluruhan tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas air sungai yang
masih dalam tingkat diperbolehkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
ABSTRACT
Study on Flow discharge and River Water Quality in Pakpak Barat
regency is conducted to 26 rivers which are contained in Pakpak Barat regency.
The research uses water sampling survey method and flow measurement. The
water sample will be analyzed the pH , water temperature, air temperature (on
site), COD, BOD and sedimentation on laboratory.
Research result shown rivers in Pakpak Barat has various flow from 0.10
m3/s to 39.75 m3/s. Generally, the river water quality in the area is good. It is shown by river water quality remain at tolerance stage following Government
Policy (Peraturan Pemerintah) No. 82/2001 about Water Quality Treatment and
Waste Control.
RIWAYAT HIDUP
RAHMAT HIDAYAT, dilahirkan di Takengon pada tanggal 29 Juni 1986
anak dari Ayahanda Muhammad Salim BA dan Ibunda Khadijah K. Ama. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Adapun Riwayat Pendidikan yang pernah ditempuh adalah :
• SD Negeri 106161 Laut Dendang, Medan tahun 1992 s/d 1998.
• SLTP Negeri 1 Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang tahun 1998 s/d 2001.
• SMU Swasta UISU Medan tahun 2001 s/d 2004.
• Masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP tahun 2004 di
Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah dengan minat studi Konservasi
Tanah dan Air.
Adapun kegiatan yang diikuti penulis selama berada di Fakultas Pertanian
adalah :
• Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA)
• Pengurus Pengajian Al-Bayan Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
USU Periode 2007-2008
• Wakil Ketua Panitia Penghijauan Bantaran Sungai Bahorok dengan
Penanaman Pohon Pakam (pemotia spp) tahun 2008
• Mengikuti Seminar Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara, 15
Maret 2008
• Mengikuti Seminar Analisis Pemetaan Potensi Aliran Sungai di Kabupaten
Kabupaten Pakpak Bharat di Kantor BAPPEDA Pakpak Bharat, 13
November 2008
• Mengikuti Seminar Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu di
Hotel Antares Medan, 15 Desember 2008
• Mengikuti Seminar dan Lokakarya Membudayakan Tindakan Konservasi
Sumber Daya Alam pada Setiap Aspek Kehidupan, 31 Januari 2009
• Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di kebun Sarang Giting
PTPN III Kecamatan Sarang Giting Kabupaten Deli Serdang, Juni sampai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul
dalam skripsi ini adalah Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai
Kawasan Kabupaten Pakpak Bharat yang merupakan salah satu syarat untuk
dapat memperoleh Gelar Sarjana di Departem,en Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Ir. Razali, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa pula kepada seluruh dosen staf pengajar Departemen Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak
memberikan masukan, arahan dan juga bimbingan kepada penulis selama
menjalani perkuliahan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan khususnya kepada Ayahanda
tercinta M. Salim BA dan Ibunda Khadijah K. Ama, abang saya Algannaharu ST,
adik saya Mardlatillah dan seluruh keluarga besar saya atas segala doa, perhatian
dan jerih payah yang telah diberikan baik dalam bentuk materi, tenaga dan juga
fikiran.
Kepada seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Tanah : Fitra Syawal, Faisal
Syafwan, M. Iqbal Perdana, Heri kapolda, Husni, Roy, Andar, Robin, Rio, Tulus,
Yessi, Antri, Eka, dan semua stambuk 2003 sampai 2008 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, All Crew 236, teman-teman asisten seluruh laboratorium
yang ada di Departemen Ilmu tanah, karyawan jurusan, Retno Wulandari, Arumi
Kartika Sari. Kepada sahabat saya, Acun, Mada, Haris Pane, Aceh, Ardi, Tegoeh,
Yansen, Ook, Kimung, serta Meli Sarani yang pernah memberikan pelajaran
hidup yang sangat berarti kepada saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan skripsi ini kedepan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
BOD (Biochemical Oxygen Demand) ... 12
COD (Chemical Oxygen Demand) ... 14
Suhu ... 15
Kualitas Air/Baku Mutu Air ... 17
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
Bahan dan Alat Penelitian ... 21
Metoda Penelitian... 22
Pelaksanaan Penelitian ... 22
Analisis Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ... 24
Pembahasan ... 35
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 61
Saran ... 61
DAFTAR TABEL
Halaman
Pembagian Kelas dengan Parameter Fisika dan Kimia Anorganik Berdasarkan PP
No 82 Tahun 2001 ... .... 20
Debit Aliran Sungai Utama (Induk Sungai) dan Anak Sungai Di Kabupaten
Pakpak Bharat pada Setiap Lokasi (Titik Koordinat) Pengukuran/
Pengamatan ... .... 25
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat tehadap Sedimentasi ... .... 26
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat tehadap Ph Air Sungai di Lapangan ... .... 28
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat tehadap Ph Air Sungai di Laboratorium ... .... 29
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat tehadap BOD ... .... 30
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat terhadap COD ... .... 31
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat tehadap Suhu Udara ... … 33
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten Pakpak
Bharat terhadap Suhu Air ... … 34
Pengelompokan Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Kelas Debit
Menurut Data yang Diperoleh ... … 36
Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat yang Dapat Dimanfaatkan untuk PLTMH,
Selain Lae Kombih ... .... 40
Kondisi Fisik yang Mendukung Beberapa Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat
Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat yang dapat Digunakan sebagai Sumber Air
Irigasi Berdasarkan Debit Minimal 0,625 M3/Det ... … 44
Perkiraaan Luas Areal Persawahan yang dapat Diairi oleh Sungai di Kabupaten
Pakpak Bharat yang dapat Digunakan sebagai Sumber Air Irigasi Berdasarkan
Debit Minimal 0,625 M3/Det ... .... 45
Pengelompokan Sungai dii Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Kelas
Sedimentasi Menurut PP No 82 Tahun 2001 ... … 49
Pengelompokan Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Kelas BOD
Menurut PP No 82 Tahun 2001 ... … 53
Pengelompokan Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Kelas COD
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Sebagian Profil (Badan Sungai) Lae Ordi dan Lae Kombih: a. Air Terjun Lae Une
(Anak Lae Ordi) di Bagian Tengah-Hulu, b. Badan Air Lae Ordi di Bagian
Tengah-Hilir Desa Majanggut ii, c. Badan Air Lae Kombih di Bagian Hulu, dan d.
Badan Air Lae Kombih di Bagian Hilir (Lae Ikan)……….. 36
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Lae Kombih di Desa Tinada
Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat………. 37
Air Terjun Lae Une (Anak Sungai Lae Ordi) Di Desa Kecupak (Gambar A Dan
B) Dan Air Terjun Mbilulu (Anak Sungai Lae Kombih) Di Desa Prongil (Gambar
C Dan D) Kabupaten Pakpak Bharat……….. 47
Sebagian Profil (Badan Sungai) Lae Ordi yang Sangat Sesuai untuk Wisata Air,
Terutama Arum Jeram………. 48
Sebagian Besar Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat Airnya Masih Sangat Jenih
(A Dan B), dan Belum Tercemar Ditandai dengan Adanya Cacing Air yang Masih
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lebar dan Kedalaman Penampang Basah Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat
pada Setiap Lokasi (Titik) Pengamatan ... .... 63
Elevasi dan Topografi di Sekitar Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat pada Setiap
Lokasi (Titik) Pengamatan ... .... 64
Penggunaan Lahan, Bentuk dan Dasar Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat pada
Setiap Lokasi (Titik) Pengamatan ... .... 65
Titik Koordinat dan Elevasi (Ketinggian Tempat di Atas Permukaan Laut) dari
Beberapa Jembatan Sungai yang Terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat ... .... 66
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Pakpak Bharat pada
Periode 2001-2005 ... .... 66
Distribusi Titik Pengamatan ke Dalam Das Utama di Kabupaten Pakpak
Bharat ... .... 67
Peta distribusi besarnya debit aliran sungai di Kabupaten Papak Bharat ... ... .68
Peta distribusi nilai pH air pada sungai-sungai di Kabupaten Pakpak Bharat . .... 69
Peta temperatur udara dan temperatur air sungai di Kabupaten Pakpak
Bharat ... .... 70
Peta distribusi nilai BOD air sungai di Kabupaten Pakpak Bharat ... .... 71
Peta distribusi nilai COD air sungai di Kabupaten Pakpak Bharat ... .... 72
Peta distribusi bahan terlarut pada air sungai di Kabupaten Pakpak Bharat .... .... 73
ABSTRAK
Kajian Debit dan Kualitas Air Sungai di Berbagai Kawasan Kabupaten
Pakpak Bharat dilaksanakan pada 26 sungai yang terdapat di kabupaten Pakpak
Bharat. Penelitian/kajian ini menggunakan metode survey dengan pengambilan
sampel air dan pengukuran debit. Dari sampel air tersebut dianalisis pH air,
tempratrur air,tempratur udara (di lapangan), BOD, COD dan sedimentasi di
laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai-sungai yang terdapat di
Kabupaten Pakpak Bharat memiliki debit yang bervariasi dari 0,10 M3/det hingga 39,75 M3/det. Sedangkan kualitas air sungai yang terdapat di kawasan ini secara keseluruhan tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas air sungai yang
masih dalam tingkat diperbolehkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
ABSTRACT
Study on Flow discharge and River Water Quality in Pakpak Barat
regency is conducted to 26 rivers which are contained in Pakpak Barat regency.
The research uses water sampling survey method and flow measurement. The
water sample will be analyzed the pH , water temperature, air temperature (on
site), COD, BOD and sedimentation on laboratory.
Research result shown rivers in Pakpak Barat has various flow from 0.10
m3/s to 39.75 m3/s. Generally, the river water quality in the area is good. It is shown by river water quality remain at tolerance stage following Government
Policy (Peraturan Pemerintah) No. 82/2001 about Water Quality Treatment and
Waste Control.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan
manusia, tanpa air maka kehidupan di muka bumi ini tidak akan ada. Air
diperlukan juga bagi pertanian, perikanan, peternakan, transportasi, industri,
pembangkit listrik dan kepentingan lainnya. Air sering bahkan selalu
menimbulkan berbagai masalah bagi kehidupan di dunia ini terutama apabila
manusia tidak berhati-hati dalam menggunakan, melindungi, dan
mengkonservasikannya. Tetapi apabila kita mampu untuk memanfaatkan air ini
maka dapat dipergunakan demi kesejahteraan kita. Seluruh keperluan air bagi
manusia pada dasarnya dicukupi oleh ketersediaan air yang berasal dari air
permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan berasal dari air sungai, air danau,
waduk, dan curah hujan. Sedangkan sumber air tanah berasal dari air tanah bebas
dan air tanah tertekan.
Daerah aliran sungai merupakan daerah tangkapan air hujan yang
kemudian dialirkan melalui sungai yang berakhir di laut. Dengan fungsinya
sebagai daerah tangkapan air hujan, daerah aliran sungai merupakan suatu
ekosistem yang penting bagi pertanian, pariwisata dan industri. Namun seringkali
daerah aliran sungai tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya dengan
mengutamakan kepentingan pribadi terjadi perusakan hutan yang dilakukan secara
Kabupaten PakPak Bharat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang kaya akan potensi aliran sungai yang dapat dikembangkan
untuk berbagai keperluan, oleh karena itu potensi aliran sungai tersebut harus
diungkap untuk diupayakan dalam usaha untuk meningkatkan kesejateraan
masyarakat melalui kegiatan berbagai sektor yang berkaitan dengan potensi aliran
sungai. Potensi yang cukup besar tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai
stakeholder baik dalam kegiatan sektor pengairan, pertanian, peternakan,
perikanan, industri, parawisata, dan lain sebagainya. Pembangunan di berbagai
sektor ini pada hakekatnya selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga
menciptakan landasan yang kokoh dan kuat menuju tinggal landas yaitu
tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, dimana terdapat kemampuan dan
kekuatan sektor pertanian, industri, dan jasa yang maju serta didukung oleh
kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Seperti diketahui bahwa tujuan
pembangunan adalah dalam rangka meningkatkan taraf hidup menuju masyarakat
yang adil, makmur dan sejahtera.
Pada saat ini disadari bahwa Kabupaten PakPak Bharat memiliki potensi
aliran sungai yang cukup banyak tetapi belum tersedia data yang dapat
memperlihatkan ke arah mana potensi tersebut dapat dimanfaatkan.
Analisa-analisa aliran sungai seperti panjang sungai, lebar sungai, debit sungai, kualitas
air, daerah tangkapan air, dan sebagainya belum tersedia. Demikian juga lokasi
potensi aliran sungai yang dapat dilihat dalam bentuk peta belum tersedia
sehingga informasi tersebut belum diketahui oleh pihak terkait dan
kajian/studi analisis dan pemetaan potensi aliran sungai yang terdapat di
Kabupaten PakPak Bharat.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan
Kabupaten Pakpak Bharat
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi untuk kepentingan perkembangan daerah Pakpak
Bharat.
- Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana pada
TINJAUAN PUSTAKA
Debit
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk
perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama
pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan
gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah
aliran sungai.
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam
laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran.
Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan
karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya
kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau
tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995).
Pengoperasian PLTA Lae Renun juga terancam oleh penurunan debit air
sungai Lae Renun. Ancaman turunnya debit air sungai dapat terjadi
sewaktu-waktu mengingat perambahan hutan lindung Lae Pondom sebagai daerah
tangkapan air sungai ini. Kalau tahun 1982 debit air Sungai Lae Renun mencapai
mengoperasikan dua turbin di PLTA Lae Renun, butuh 10 meter kubik perdetik
(http://www.geocities.com).
Sejak awal Agustus debit air Sungai Tuntang hanya berkisar 5,83 meter
kubik per detik sehingga PLTA Jelok hanya mengoperasikan dua mesin
pembangkit dan menghasilkan daya listrik 7,5 MW Pada pertengahan Agustus
debit air terus menyusut hingga 3,34 meter per detik sehingga PLTA Jelok hanya
mengoperasikan satu mesin pembangkit yang menghasilkan daya listrik 4 MW.
“Sebenarnya satu mesin pembangkit ini bisa maksimal menghasilkan daya listrik
hingga 5 MW jika debit airnya mencapai empat meter kubik per detik. Dengan
kondisi (menurunnya debit air) ini, kami harus benar-benar berhemat karena
pengguna air Sungai Tuntang juga banyak, antara lain PDAM, petani, dan
nelayan. Hingga kini, kami baru bisa mempertahankan elevasi Rawapening
setinggi 461,20 meter di atas permukaan laut (mdpl). Padahal, Balai Pengelolaan
Sumber Daya Air (BPSDA) Jawa Tengah (Jateng) yang berkompeten mengatur
penggunaan air Sungai Turitang sudah meminta agar elevasi dipertahankan
setinggi 461,67 mdpl,” tutur Sriyoto, Supervisor Senior PLTA Jelok
Tiga mesin pembangkit yang ada di PLTA Timo bisa menghasilkan daya
maksimal 12 MW. Untuk menghasilkan daya maksimal tersebut dibutuhkan aliran
air dengan debit 15,3 meter kubik per detik. Penurunan debit air sungai pada
musim kemarau ini membuat PLTA Timo hanya bisa mengoperasikan satu mesin
pembangkit listrik. Setelah kolam tandon harian dikuras awal Agustus lalu, PLTA
Timo sempat mengoperasikan dua mesin pembangkit dan hanya menghasilkan
3,5 meter-4 meter kubik per detik sehingga PLTA Timo hanya mengoperasikan
satu mesin pembangkit dan hanya menghasilkan daya listrik maksimal 3 MW
Debit air dari saluran primer Kali Progo-Manggis, berasal dari Bendung
Badran, Kabupaten Temanggung. Air yang mengalir dari saluran primer
sepanjang 19,7 kilometer ini diteruskan ke 13 saluran sekunder sepanjang 57,5
kilometer. Secara keseluruhan, aliran air irigasi dari Kali Progo-Manggis ini
mengaliri 3.392 hektar sawah, mulai dari Desa Badran, Kabupaten Temanggung,
hingga Desa Blondo, Kabupaten Magelang.
Debit air irigasi di Kali Progo dan Kali Manggis ini biasanya akan
menyusut drastis pada bulan Agustus dan September. Pada September lalu, debit
irigasi bahkan sempat mencapai angka terendah, 1.700 liter per detik.
Di Kabupaten Purworejo dan Kedungputri, debit air maksimal juga telah
dicapai di daerah irigasi Kedungputri dan Boro. Minggu ini, debit air di dua
daerah irigasi tersebut bahkan telah mencapai 5.000 liter per detik, ujar Kepala
Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo Sudarmono.
Pada awal musim kemarau, daerah irigasi Kedungputri hanya memiliki
debit air 2.000 liter per detik. Pada September lalu, debit air bahkan menyusut
hingga 700-800 liter detik. Daerah irigasi ini mengaliri areal sawah seluas 4.341
hektar. Daerah irigasi Boro mengaliri 5.127 hektar sawah. Pada September lalu,
debir air di daerah irigasi ini bahkan hanya berkisar 100 liter per detik.
Tiga daerah irigasi lainnya, menurut Sudarmono, saat ini baru mencapai
363 hektar sawah, saat ini memiliki debit air 625 liter per detik, dan daerah irigasi
Penungkulan memiliki debit air 750 liter per detik (kompas. Com 2008).
Laju aliran permukaan adalah jumlah atau volume air yang mengalir pada
suatu titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m3 per detik atau m3 per jam.
Laju aliran permukaan dikenal juga dengan istilah debit. Besarnya debit
ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Q = A V
dimana : Q = debit air (m3/detik atau m3/jam)
A = luas penampang air (m2)
V = kecapatan air melalui penampang tersebut (m/detik)
(Arsyad, 1989).
Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk ke dalam alur sungai berupa
aliran permukaan, aliran air di bawah permukaan, aliran air bawah tanah dan
butir-butir hujan yang langsung jatuh kedalam alur sungai. Debit aliran sungai
akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah
hujan selesai. Gambar tentang naik turunnya debit sungai menurut waktu disebut
hidrograf. Bentuk hidrograf suatu sungai tegantung dari sifat hujan dan sifat-sifat
daerah aliran sungai yang bersangkutan (Arsyad,2006).
Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih alamiah adalah
debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air
permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada
Sedangkan sungai besar, sebagian besar debit alirannya berasal dari sungai-sungai
kecil dan sungai sedang diatasnya. Sehingga aliran air sungai besar tidak mesti
menggambarkan kondisi hujan dilokasi yang bersangkutan. Aliran dasar pada
sungai kecil terbentuk dari aliran mata air dan air tanah, sedang aliran dasar pada
sungai besar dibentuk dari aliran dasar sungai-sungai kecil dan sedang diatasnya
(Maryono, 2005).
Sedimentasi dan Erosi
Sedimentasi adalah hasil proses erosi, baik hasil erosi permukaan, erosi
parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian
bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai dan waduk.
Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi
yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat
tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut
dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam
waduk (Asdak, 1995).
Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat
yang mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk ke dalam
suatu badan air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang terbawa masuk ke
dalam sungai hanya sebagian saja dari tanah yang tererosi dari tempatnya.
Sebagian lagi dari tanah yang terbawa erosi akan mengendap pada suatu tempat di
lahan bagian bawah tempat erosi pada DAS tersebut (Arsyad, 2006).
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan
Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau peroses sedimentasi.
Sedimentasi adalah proses yang bertanggung jawab atas terbentuknuya
dataran-dataran alluvial yang luas yang banyak terdapat di dunia, oleh karena memberikan
keuntungan karena memberikan lahan untuk perluasan pertanian atau pemukiman.
Akan tetapi, bagaimanapun juga sedimen yang dihasilkan oleh erosi yang cepat
pada tanah-tanah yang salah kelola lebih banyak menimbulkan kerugian atau
malapetaka bagi kehidupan manusia. Sedimen menyebabkan pendangkalan badan
air tersebut, yang dapat menimbulkan kerugian karena mengurangi fungsi badan
air yang mengalami pendangkalan tersebut (Arsyad, 2006).
Tanah yang terangkut oleh erosi umumnya mengandung unsur-unsur atau
senyawa kimia dan pestisida dalam jumlah banyak. Bahan-bahan kimia tersebut
akan melarut dalam air sungai, air danau, air waduk dan air laut di tepi pantai.
Disamping itu sedimen yang melarut ini mengakibatkan kekeruhan yang tinggi,
menurunnnya oksigen terlarut sehingga berakibat buruk bagi kehidupan ikan,
menyuburkan pertumbuhan gulma air: disamping beberapa unsur yang terlarut
bersifat meracun (nitrit dan bahan aktif pestisida) (Hakim dkk, 1986).
Aliran merupakan hal yang prinsip untuk pengangkutan sedimen pada
tanah. Endapan-endapannya dapat dilihat hampir disemua tempat disebut
alluvium, nama umum untuk pengendapan diluar laut. Sedimen berbeda dari
tempat ke tempat lain tergantung pada tipe alirannya, energi yang tersedia untuk
kerja dan sifat dari bahan sedimen (Munir, 1996).
Lahan kritis di Indonesia telah mencapai 28 juta hektar yang terdapat di
kawasan hutan dan non-hutan. Namun, pendekatan berdasarkan daerah aliran
Hal ini beranjak dari kenyataan bahwa terjadinya erosi bisa diketahui dengan
perubahan pola aliran sungai. Hingga sekarang ini, dengan pendekatan DAS
(daerah aliran sungai), diketahui bahwa hampir semua sungai besar di tanah air
dapat digolongkan kedalam DAS-DAS kritis. Bukti dari hal ini adalah terjadinya
banjir kiriman yang melanda banyak daerah aliran sungai di seluruh tanah air
yang merusak tidak hanya daerah pemukiman penduduk tetapi areal pertanian.
Sebagai misal, banjir yang melanda beberapa kecamatan Indragiri Hilir, Jambi,
dan Palembang sekitar bulan desember 1991 dan 1992 (Rahim,2003).
Kebanyakan lembah sungai berpenduduk padat dan tanah digunakan
secara intensif. Potensi untuk penggunaan pertanian sangat bergantung pada
keadaan hidrologi, keserasiannya untuk dialiri, bahaya kegaraman dan kesuburan
tanah. Oleh karena itu di bagian hulu oleh kebanyakan daerah tadahan
pembabatan hutan meningkat maka lepas sungai meningkat pula dan acapkali
menyulitkan pengendalian banjir. Penghutanan kembali dan perlindungan hutan di
daerah tadahan mutlak penting pada banyak negeri (Buringh, 1993).
pH
pH adalah derajat keasaaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan
"keasaman" di sini adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air.
Nama pH berasal dari potential of hydrogen. Secara matematis, pH
didefinisikan dengan
Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila
memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa,
sedangkan nilai pH<7 menunjukan keasaman
pada aliran air (sungai) alamiah, pembentukan pH dalam aliran air tersebut
sangat ditentukan oleh reaksi karbondioksida. Besarnya angka pH dalam suatu
perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan
dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang
amat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. pH air juga mempunyai
peranan penting bagi kehidupan ikan dan fauna lain yang hidup di perairan
tersebut. Umumnya, perairan dengan tingkat pH yang lebih kecil daripada 4,8 dan
lebih besar daripada 9,2 sudah dapat dianggap tercemar (Asdak, 1995).
Tingkat keasaman air atau sering juga dikatakan sebagai kekuatan asam
(pH) termasuk parameter kualitas air. Air yang belum terpolusi biasanya berada
pada skala Ph 6,0-8,0. Sebagai contoh, air hujan mempunyai pH sekitar 5,6, air
laut pH 8,1, dan pH air di bawah pH 5,0 dinyatakan sebagai air tepolusi. Besar pH
air dapat diukur dengen menggunakan pH meter (Situmorang, 2007).
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion
OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7
pada kesetimbangan :
H2O = H+ + OH
-Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak
kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya
Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah Selain mengunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur
dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktifitas suatu
larutan
BOD
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik
ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh
dari proses oksidasi.
Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari
tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur
bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam
suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia
yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh
bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya
sedangkan D.O (oksigen terlarut) akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang
B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4ppm, air
BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi
bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah
bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika
konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen
terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan
oksigen tinggi (Fardiaz, 1992).
Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu
200C selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang
dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen
terlarut sebelum dan setelah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 200C
ini hanya menghitung sebanyak 68 % bahan organik yang teroksidasi, tetapi suhu
dan waktu yang digunakan tersebut merupakan standar uji karena untuk
mengoksidasi bahan organik seluruhnya secara sempurna diperlukan waktu yang
lebih lama, yaitu mungkin sampai 20 hari, sehingga dianggap tidak efisien.
Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah :
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh
bahan-bahan organik atau bahan-bahan-bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga
”intermediate oxygen demand”.
2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari.
3. Uji BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat
menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira kira 68 % dari
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air,
sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti.
Air yang hampir murni memiliki nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang
mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni, tetapi kemurnian air
ini diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih (Fardiaz, 1992).
COD
Untuk mengetahui jumlah bahan organik didalam air dapat dilakukan
suatu uji yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari
suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD (chemical oxygen demand),
yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan, misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat didalam air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi
daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa
sering tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi
biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. 96 % hasil uji COD yang
dilakukan selama 10 menit kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama 5
hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu uji BOD juga dapat mengganggu
COD karena khlor dapat bereaksi dengan kalium dikhromat. Cara pencegahannya
adalah dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan membentuk senyawa
kompleks dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira
Pengujian COD dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa organik
yang dapat dioksidasi di dalam air tetapi dengan menggunakan senyawa kimia
sebagai sumber oksigen. Senyawa kimia yang digunakan sebagai oksidator adalah
pengoksida kuat kalium bikromat (K2Cr2O7), karena senyawa ini akan dapat
mengoksidasi senyawa organik menjadi senyawa CO2 dan H2O dengan persamaan
reaksi
CxHyOz + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Penentuan COD di laboratorium dilakukan secar titrasi, dimana banyaknya
bikromat yang diperlukan dalam reaksi adalah setara dengan banyaknya oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik. Dalam reaksi ini senyawa
bikromat adalah sebagai sumber oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik.
Kelebihan penentuan COD adalah sangat cepat, yaitu hanya dibutuhkan waktu 1 –
2 jam untuk analisis (Situmorang, 2007).
Suhu Air
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses
industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari
bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai
atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih
tinggi dari suhu asalnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut :
1. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
3. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air
lainnya akan mati.
(Fardiaz, 1992)
Aktivitas manusia di dalam industri seperti pada pengoprasian peralatan
industri membutuhkan air sebagai bahan pendingin mesin-mesin, sehingga suhu
air buangan yang berasal dari industri menjadi lebih panas bila dibandingkan
dengan suhu air yang terdapat di lingkungan asalnya. Mengalirkan air yang
berasal dari buangan industri dalam keadaan panas ke dalam air buangan akan
meningkatkan suhu air. Apabila suhu air meningkat maka kelarutan oksigen di
dalam air juga akan semakin menurun. Perubahan panas yang sangat besar pada
air yang disebabkan oleh industri sangat berbahaya terhadap kehidupan organisme
di dalam air karena sangat sedikit kehidupan air yang tahan terhadap air panas.
Akan tetapi, apabila perubahan panas ini hanya disebabkan oleh perubahan
musim, misalnya musim panas dan musim dingin, maka prubahan panas ini masih
bisa ditoleransi oleh beberapa jenis makhluk hidup di dalam air. Kenaikan suhu
air dapat meningkatkan daya mematikan (daya racun) senyawa kimia di dalam air
(Situmorang, 2007).
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan
aktivitas biologi, dan pada gilirannya, memerlukan lebih banyak oksigen di dalam
perairan tersebut. Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkorelasi
negativ, yaitu kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas
memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses-proses biologi
di dalam air.
Kenaikan suhu air suatu perairan alamiah umumnya disebabkan oleh
aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran air tersebut. Dengan
adanya penebangan atau pembukaan vegetasi di sepanjang tebing aliran tersebut
mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus ke
permukaan aliran air tersebut dan, pada gilirannya akan meningkatkan suhu
didalam air (Asdak, 1995).
Kualita air / Baku Mutu Air
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau
peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya
ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan,
pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
Standar kualitas air minum yang pertama kali dibuat oleh manusia adalah
bebas dari kekeruhan, rasa dan bau. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
kini manusia telah membuat standar kualitas air minum yang layak untuk
diminum serta tidak berdampak negativ bagi kesehatan. Di Indonesia standar
kualitas air ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor : 20 Tahun 1990
yang menetapkan kualitas air melalui 4 golongan yaitu:
1. Kualitas air golongan A sebagai baku mutu air untuk air minum tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Kualitas air golongan B sebagai baku mutu air untuk air baku.
3. Kualitas air golongan C sebagai baku mutu air untuk perikanan dan
peternakan.
4. Kualitas air golongan D sebagai baku mutu air untuk keperluan pertanian dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri, Pembangkit Listrik
Tenaga Air.
Agar air layak untuk dikonsumsi sebagai air minum maka air yang berasal
dari berbagai jenis sumber air harus terlebih dahulu diolah. Secara umum,
pengolahan air dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu (1) pengolahan untuk
keperluan domestik misalnya air konsumsi rumah tangga, (2) pengolahan untuk
keperluan khusus industri, dan (3) pengolahan air untuk layak dibuang ke
lingkungan. Tingkat kesulitan pengolahan air untuk konsumsi manusia tergantung
pada jenis sumber air. Misalnya, air untuk keperluan domestik harus di
desinfektasi untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan
bisa ditoleransi. Akan tetapi, berbeda dengan air yang akan digunakan untuk
industri, misalnya untuk pendingin mesin-mesin industri, kesadahan air harus
dihilangkan serendah mungkin agar tidak terjadinya pengendapan di dalam mesin
dan kehadiran bakteri dan mikroorganisme di dalam air tidak menjadi masalah.
Demikian dengan air limbah yang akan dikembalikan kedalam air sungai maka
pengolahannya juga harus lebih ketat agar semua senyawa pencemar yang
membahayakan lingkungan dapat dihilangkan dan tidak mencemari lingkungan
(Situmorang, 2007).
Sungai dan danau yang dijumpai hampir di semua tempat pada mulanya,
sebelum mendapat gangguan manusia, mempunyai kualitas air yang bersifat
alamia. Debu, mineral-mineral atmosfer dan berbagai macam gas banyak yang
terlarut di dalam air hujan yang pada gilirannya akan menentukan status kualitas
air alamiah badan air atau sungai tersebut. Mineral dan gas yang umum ditemukan
terlarut dala air hujan adalah karbon, sulfur, sodium, kalsium, nitrogen, oksigen
dan silikon. Selama barlangsungnya proses intersepsi air hujan, air lolos dan air
aliran batang akan membawa serta lebih banyak bahan mineral dan unsur-unsur
organik dari tubuh vegetasi (daun dan batang/cabang).
Seiring dengan perjalanan air yang telah bercampur dengan mineral
tersebut ke permukaan tanah maka kemudian akan terjadi pencampuran dan
pertukaran mineral dan unsur-unsur hara yang bersal dari komponen-komponen
fauna dan flora di dalam tanah. Ketika pada akhirnya air tersebut muncul sebagai
aliran air sungai, maka unsure-unsur organik dan non-organik yang terlarut dalam
aliran sungai tersebut merupakan perwakilan dari unsur-unsur mineral yang ada
pembentuk status kualitas air akan mengalami perubahan lebih lanjut karena air
tersebut akan berinteraksi dengan berbagai jenis vegetasi yang tumbuh di
pingir-pinggir sungai (riparian vegetation) (Asdak, 1995).
Tabel 1 : Pembagian kelas dengan parameter fisika dan kimia anorganik berdasarkan PP no 82 tahun 2001.
Parameter satuan kelas keterangan
I II III IV air minum secara konvesional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/ L
KIMIA ANORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, Total Fosfat sbg
P mg/L 0,2 0,2 bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1 air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/L
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pakpak Bharat yang terletak pada
koordinat 02o15’00” - 03o32’00” Lintang Utara dan 90oO0’ - 98o31’ Bujur Timur
Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten baru hasil pemekaran (berdasarkan UU
No.9/Tahun 2003) dari Kabupaten Dairi. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus
2008 sampai dengan november 2008.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : sungai sebagai objek
penelitian, contoh air sungai sebagai bahan yang di teliti, kertas saring untuk
menyaring sedimen, aquadest untuk membersihkan pH meter, botol aqua 600 ml
untuk menampung air pengendapan sedimen, jerigen sebagai wadah penampung
air dari sungai, label nama untuk menandai wadah dan bahan-bahan lain yang
mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah stop watch untuk menghitung waktu aliran
air, pelampung untuk mengetahui kecepatan aliran air, GPS untuk menentukan
titik koordinat penelitian, meteran untuk menghitung dalam dan lebar sungai,
timbangan untuk menimbang sedimen, gelas ukur untuk pembanding banyaknya
jumlah/volume air sungai yang dipakai, oven untuk mendapatkan endapan
sedimen, pH meter untuk mengukur pH, termometer untuk mengukur suhu,
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan mengacu pada peta
rupa bumi Kabupaten Pakpak Bharat untuk mengetahui proses dan panjang
sungai. Dari sampel yang ditemukan di Kabupaten Pakpak Bharat, ditentukan titik
pengamatan. Pada titik pengamatan tersebut diambil contoh air, dilakukan
pengukuran debit, pengukuran tempratur udara, tempratur air dan pH air. Sampel
air yang dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan data sesuai parameter yang
telah ditetapkan.
Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian pustaka
mengenai kualitas air dan sedimentasi. Melengkapi alat yang akan digunakan
dalam pelaksanaan penelitian.
Penetapan Titik Sampel
Lokasi pengambilan sampel air dilakukan di beberapa sungai dengan
kedalaman yang berbeda.
Pengambilan Contoh Sampel
Pengambilan contoh air akan dilakukan langsung dengan menggunakan
jerigen sebagai wadah untuk menampung air.
Air yang telah diambil akan dianalisis dan dilihat tingkat sedimentasi dan
kualitas air yang terkandung dalam titik-titik sampel tersebut. Adapun yang akan
dianalisis adalah BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand), pH. dan yang akan diukur adalah suhu, tingkat sedimentasi dan debit.
Parameter yang Diamati - pH (H2O) (metode elektrometri)
- BOD (metode SNI)
- COD (metode refluks tertutup)
- Sedimentasi (pengukuran dengan menggunakan kertas Whatman 42)
- Debit (pengukuran tidak langsung menggunakan pelampung)
- Suhu (penggunaan termometer)
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis
kualitatif dengan menggolongkan ke dalam klasifikasi sehingga kisaran yang
diperoleh dalam standart kualitas air atau standart debit dan standart lain yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penilitian
Debit
Debit aliran sungai pada studi ini ditentukan berdasarkan persamaan Q =
A x V melalui pengukuran secara langsung lebar dan kedalaman penampang
basah sungai untuk mendapatkan luas penampang basahnya (A), serta pengukuran
secara langsung kecepatan aliran (V) menggunakan metoda pelampung.
Perbedaan nilai debit disebabkan karena Lae Kombih dan Lae Ordi
merupakan induk sungai yang mengalir di kawasan Daerah Pakpak Bharat.
Terdapat banyak sungai yang memiliki nilai debit di bawah 5. Ini merupakan
anak-anak sungai. Aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih
menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan. Sedangkan sungai
besar, sebagian besar debit alirannya berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai
sedang diatasnya. Sehingga aliran air sungai besar tidak mesti menggambarkan
kondisi hujan dilokasi yang bersangkutan. Hasil penghitungan debit sungai
dimaksud pada setiap titik pengamatan di setiap sungai dan anak sungai di
Tabel 2. Debit aliran sungai utama (induk sungai) dan anak sungai di Kabupaten Pakpak Bharat pada setiap lokasi (titik koordinat) pengukuran/pengamatan.
Simbol Nama Sungai Status Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Debit
(M3/det)
Desa Koordinat
N E
A1 Lae Sicike-cike
Anak sungai Pardomuan 0432514 0273122 0,24
A2 Lae Mbulan Anak sungai Lae Langge Namuseng
0427140 0278340 19,42
A4 Lae Une Anak sungai Kecupak I 0421082 0282049 0,68
A5 Lae Simeratah Anak sungai Kecupak I 0415725 0282733 0,42
A6 Lae Kuta
Tengah
Anak sungai Kecupak I 0415060 0282868 0,21
A7 Lae Kandes Anak sungai Bandar Baru 0413458 0288003 0,10
A8 Lae Ordi Induk
sungai
Majanggut II 0413938 0283045 22,85
A9 Lae
Salembatu
Anak sungai Boang Manalu 0425179 0282636 0,42
A10 Lae Angkat Anak sungai Kuta Jungak 0429431 0285893 1,12
A11 Lae Peradah Anak sungai Siempatrube I 0429130 0288071 0,44
A12 Lae Tepuh Anak sungai Siempatrube I 0429063 0287503 0,10
A13 Lae Kombih Induk
sungai
Siempatrube II 0427950 0283506 39,75
A14 Lae Mbilulu Anak sungai Buluh Tellang 0427642 0288699 4,22
A15 Lae Kerajaan Anak sungai Kutadame 0422559 0291517 1,13
A16 Lae
Pengiringan
Anak sungai Kutasaga 0422547 0292046 4,01
A17 Lae Paku Anak sungai Sukaramai 0418031 0293692 2,29
A18 Lae Arkis Anak sungai Sukaramai 0418031 0294163 1,72
A19 Lae Ndarsal Anak sungai Bandar Baru 0417364 0289612 1,28
A20 Lae Merkena Anak sungai Majanggut I 0422060 0288043 0,20
A21 Lae Kemenir Anak sungai Tinada 0424424 0287214 1,76
A22 Lae Mbarak Anak sungai Perolihen 0412292 0294405 1,51
A23 Lae Tomel Anak sungai Mbinalum 0410897 0294569 0,21
A24 Lae Buluhdidi Anak sungai Malum 0406348 0294022 3,10
A25 Lae Malum Anak sungai Malum 0402166 0294906 0,58
A26 Lae
Bertungun
Anak sungai Malum 0401072 0296047 0,63
Sumber : Data primer hasil perhitungan Lapangan
Sedimentasi
Hasil analisi terhadap sedimentasi, diketahui bahwa sedimentasi tertinggi
terdapat di sungai Lae Markena desa Majanggut I senilai 636,75 mg/l. Sedangkan
mg/l. Data hasil analisis debit dan kualitas air terhadap sedimentasi disajikan pada
tabel 3.
Tabel 3. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap sedimentasi.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Residu terlarut (mg/L)
Desa Koordinat
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 178,75
A2 Lae Mbulan Lae Langge
Namuseng
0433636 0277826 186,00
A3 Lae Ordi Panang-galan
Binanga Boang
0427140 0278340 188,25
A4 Lae Une Kecupak I 0421082 0282049 203,75
A5 Lae Simeratah Kecupak I 0415725 0282733 141,50
A6 Lae Kuta Tengah Kecupak I 0415060 0282868 168,75
A7 Lae Kandes Bandar Baru 0413458 0288003 133,75
A8 Lae Ordi Majanggut II 0413938 0283045 411,5
A9 Lae Salembatu Boang Manalu 0425179 0282636 444,5
A10 Lae Angkat Kuta Jungak 0429431 0285893 82,75
A11 Lae Peradah Siempat-rube I 0429130 0288071 139,25
A12 Lae Tepuh Siempat-rube I 0429063 0287503 175,00
A13 Lae Kombih Siempat-rube II 0427950 0283506 121,50
A14 Lae Mbilulu Buluh Tellang 0427642 0288699 158,25
A15 Lae Kerajaan Kutadame 0422559 0291517 160,00
A16 Lae Pengiringan Kutasaga 0422547 0292046 151,25
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 59,50
A18 Lae Arkis Sukaramai 0418031 0294163 160,5
A19 Lae Ndarsal Bandar Baru 0417364 0289612 183,75
A20 Lae Merkena Majanggut I 0422060 0288043 636,75
A21 Lae Kemenir Tinada 0424424 0287214 98,75
A22 Lae Mbarak Perolihen 0412292 0294405 39,75
A23 Lae Tomel Mbinalum 0410897 0294569 37,00
A24 Lae Buluhdidi Malum 0406348 0294022 37,50
A25 Lae Malem Malum 0402166 0294906 35,75
A26 Lae Bertungun Malum 0401072 0296047 20,75
Sumber: Data primer hasil pengukuran
Dari tabel 3, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara Lae Markena desa
Majanggut I senilai 636,75 mg/l dibandingkan dengan Lae Bertungun desa
Malum senilai 20,75 mg/l. Yang menyebabkan hal ini terjadi adalah Lae Markena
berada pada ketinggian 717 m dpl sedangkan Lae Bertungun pada ketinggian 395
m dpl (lampiran 2) yang mengindikasikan bahwa ketinggian tempat yang lebih
lebih tinggi merupakan hulu sungai sedangkan ketinggian tempat yang lebih
disebabkan oleh dasar sungai Lae Markena berbatu sedangkan Lae Bertungun
berpasir (lampiran 3).
pH Lapangan
Hasil analisis terhadap pH air di lapangan, diketahui bahwa pH lapangan
tertinggi terdapat di sungai Lae Mbilulu Desa Buluh Tellang senilai 7,0.
Sedangkan pH lapangan terendah terdapat di sungai Lae Mbarak, Lae Tepuh, Lae
Ordi, Lae Selembatu, Lae Angkat dan Lae Pradah dengan nilai 6,0.
Pada dasarnya pH air sungai yang terdapat di sungai-sungai Pakpak Bharat
tergolong netral. Hal ini dapat kita ketahui dari nilai pH dengan kisaran 6 s/d 7.
Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan sungai-sungai yang terdapat di
Kabupaten Pakpak Bharat tergolong baik dan belum terkontaminasi. Data hasil
Tabel 4. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap pH air sungai di lapangan.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Nilai pH Air Sungai
Desa Koordinat Lapangan
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 6,5
A2 Lae Mbulan Lae Langge
A13 Lae Kombih Siempatrube
II
Kutasaga 0422547 0292046 6,5
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 6,5
Sumber : Data primer hasil pengukuran Lapangan
pH Laboratorium
Sama halnya dengan seperti pH lapangan diatas, nilai pH laboratorium
juga tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Pada pH laboratorium
didapatkan hasil bahwa nilai pH tertinggi terdapat pada sungai Lae Buluhdidi di
Desa Malum dengan nilai 7,19. Sedangkan nilai pH terendah adalah 6,45 di
Tabel 5. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap pH air sungai di laboratorium.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Nilai pH Air Sungai
Desa Koordinat Laboratorium
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 6,45
A2 Lae Mbulan Lae Langge
A9 Lae Salembatu Boang Manalu 0425179 0282636 6,57
A10 Lae Angkat Kuta Jungak 0429431 0285893 6,57
A11 Lae Peradah Siempatrube I 0429130 0288071 6,67
A12 Lae Tepuh Siempatrube I 0429063 0287503 6,61
A13 Lae Kombih Siempatrube II 0427950 0283506 6,62
A14 Lae Mbilulu Buluh Tellang 0427642 0288699 6,68
A15 Lae Kerajaan Kutadame 0422559 0291517 6,83
A16 Lae
Pengiringan
Kutasaga 0422547 0292046 6,68
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 6,93
Sumber : Data primer hasil analisis Laboratorium
BOD
Data hasil analisis debit dan kualitas air terhadap Biological Oxygen
Demand (BOD) disajikan pada tabel 6. Hasil analisi terhadap data tersebut
diketahui bahwa BOD tertinggi terdapat di sungai Lae Paku desa Sukaramai dan
Lae Ndarsal senilai 8,12 mg/l desa Bandar Baru. Sedangkan BOD terendah
terdapat di sungai Lae Ordi desa Pananggalan Binanga Boang dengan nilai 4,37
Tabel 6. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap BOD.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran BOD (mg/L)
Desa Koordinat
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 6,22
A2 Lae Mbulan Lae Langge
A9 Lae Salembatu Boang Manalu 0425179 0282636 5,32
A10 Lae Angkat Kuta Jungak 0429431 0285893 7,17
A11 Lae Peradah Siempat-rube I 0429130 0288071 5,32
A12 Lae Tepuh Siempat-rube I 0429063 0287503 7,17
A13 Lae Kombih Siempat-rube II 0427950 0283506 5,32
A14 Lae Mbilulu Buluh Tellang 0427642 0288699 7,17
A15 Lae Kerajaan Kutadame 0422559 0291517 7,17
A16 Lae Pengiringan Kutasaga 0422547 0292046 7,17
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 8,12
Sumber : Data primer hasil analisis Laboratorium
Dari tabel 6, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
BOD tertinggi dan terendah di sungai tersebut. Lae Paku dan Lae Ndarsal
merupakan sama-sama anak sungai sedangkan Lae Ordi merupakan induk sungai.
Hal ini disebabkan oleh Lae Paku dan Lae Ndarsal berada pada ketinggian 567
dan 573 m dpl. Sedangkan Lae Ordi pada ketinggian 920 m dpl yang
mengindikasikan Lae Ordi (hulu) pada ketinggian tersebut memiliki tingkat BOD
lebih kecil yang disebabkan Lae Ordi berada di daerah pegunungan dan belum
banyak didiami oleh penduduk. Sementara Lae Paku dan Lae Ndarsal (hilir) telah
COD
Hasil analisi terhadap data tersebut diketahui bahwa COD tertinggi
terdapat di sungai Lae Selembatu desa Boang Manalu senilai 22,31 mg/l.
Sedangkan COD terendah terdapat di sungai Lae Kuta Tengah desa Kecupak I
dan Lae Ordi desa Majanggut II senilai 3,19 mg/l.
Tabel 7. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap COD.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran COD
(mg/L)
Desa Koordinat
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 7,97
A2 Lae Mbulan Lae Langge Namuseng 0433636 0277826 9,56
A3 Lae Ordi Pananggalan Binanga
Boang
A9 Lae Salembatu Boang Manalu 0425179 0282636 22,31
A10 Lae Angkat Kuta Jungak 0429431 0285893 15,93
A11 Lae Peradah Siempat-rube I 0429130 0288071 7,97
A12 Lae Tepuh Siempat-rube I 0429063 0287503 7,97
A13 Lae Kombih Siempat-rube II 0427950 0283506 4,78
A14 Lae Mbilulu Buluh Tellang 0427642 0288699 6,37
A15 Lae Kerajaan Kutadame 0422559 0291517 9,56
A16 Lae Pengiringan Kutasaga 0422547 0292046 12,75
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 11,16
Sumber : Data primer hasil analisis Laboratorium
Perbedaan nilai COD ini disebabkan karena pengambilan sampel sungai
Lae Ordi dan Lae Kuta Tengah berada di daerah hulu sungai, sedangkan Lae
banyak sehingga banyaknya endapan dan buangan bahan kimia pada sampel yang
diambil.
Suhu Udara
Hasil analisi terhadap data tersebut diketahui bahwa suhu udara tertinggi
terdapat di sungai Lae Tepuh desa Siempatrube I senilai 30 OC dan Lae Bertungun
desa Malum. Sedangkan suhu udara terendah terdapat di sungai Lae Sicike-cike
desa Pardomuan dengan nilai 22 OC serta Lae Peradah dan Lae Arkis dengan nilai
yang sama.
Didapati perbedaan suhu yang cukup jauh. Hal ini dikarenakan kawasan
pengambilan sampel suhu yang berbeda-beda sesuai dengan topografi dan elevasi
serta vegetasi sungai sehingga suhu udara yang didapat juga berbeda. Data hasil
Tabel 8. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap suhu udara.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Temp. udara
(OC)
Desa Koordinat
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 22
A2 Lae Mbulan Lae Langge
A16 Lae Pengiringan Kutasaga 0422547 0292046 27
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 25
Sumber : Data primer hasil analisis Lapangan
Suhu Air
Hasil analisi terhadap suhu air didapatkan suhu air tertinggi terdapat di
sungai Lae Malem desa Malum dan Lae Bertungun desa Malum dengan nilai 25
O
C. Sedangkan suhu air terendah terdapat di sungai Lae Angkat desa Kuta Jungak
Tabel 9. kajian debit dan kualitas air sungai di berbagai kawasan Kabupaten Pakpak Bharat tehadap suhu air.
Simbol Nama Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Temp. air (OC)
Desa Koordinat
N E
A1 Lae Sicike-cike Pardomuan 0432514 0273122 18
A2 Lae Mbulan Lae Langge
A16 Lae Pengiringan Kutasaga 0422547 0292046 24
A17 Lae Paku Sukaramai 0418031 0293692 21
Sumber : Data primer hasil analisis Lapangan
Perbedaan suhu air dikarenakan Lae Malem desa Malum dan Lae
Bertungun desa Malum dengan nilai 25 OC berada pada ketinggian tempat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Lae Angkat desa Kuta Jungak dan Lae Peradah
desa Siempatrube I dengan nilai 17 OC. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan
banyaknya buangan yang terdapat di sungai yang menyebabkan suhu air
meningkat seperti akibat dari pembuangan limbah rumah tangga yang di buang ke
Pembahasan
Debit
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa debit sungai utama (induk sungai)
yang terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat jauh lebih besar dibandingkan debit
anak-anak sungainya. Seperti diketahui, berdasarkan peta jaringan sungai di
Kabupaten Pakpak Bharat terdapat tiga induk sungai (sungai utama), yaitu Lae
Kombih, Lae Ordi, dan Lae Gundur. Hanya saja dalam penelitian ini
menggunakan dua sungai utama yaitu Lae Kombih dan Lae Ordi. Debit di Lae
Kombih mencapai 9-400 kali lebih besar dibandingkan debit pada anak-anak
sungainya, sedangkan debit di Lae Ordi mencapai 32-100 kali lebih besar
dibandingkan debit anak-anak sungainya.
Gambar 1. Sebagian profil (Badan Sungai) Lae Ordi dan Lae Kombih: A. Air terjun Lae Une (anak Lae Ordi) di bagian tengah-hulu, B. Badan air Lae Ordi di bagian tengah-hilir Desa Majanggut II, C. Badan air Lae Kombih di bagian hulu, dan D. Badan air Lae Kombih di bagian hilir (Lae Ikan).
Dari data debit (tabel 2) dapat dikelompokkan sungai-sungai yang ada
berdasarkan kelas, jumlah sungai dan nama-nama sungai yang disajikan pada
tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 : pengelompokan sungai di Kabupaten Pakpak Bharat berdasarkan kelas debit menurut data yang diperoleh.
Kelas Kisaran (mg/l)
Jlh. Sungai Nama sungai
I < 1,0 13 Lae Sicike-cike, Lae Mbulan, Lae Une, Lae Simeratah, Lae Kuta Tengah, Lae Kandes, Lae Salembatu, Lae Peradah, Lae Tepuh, Lae Merkena, Lae Tomel, Lae Malum, Lae Bertungun
II 1,0-3,0 7 Lae Angkat, Lae Kerajaan, Lae Paku, Lae Arkis, Lae Ndarsal, Lae Kemenir, Lae Mbarak,
III 3,1 – 5,0 3 Lae Buluhdidi, Lae Pengiringan, Lae Mbilulu
IV > 5,0 3 Lae Ordi(Panang-galan Binanga Boang), Lae Ordi (Majanggut II), Lae Kombih
Berdasarkan tabel 10 dapat kita ketahui bahwa terdapat 13 sungai yang
termasuk ke dalam kelas I (<1,0 mg/L), 7 sungai kelas II ( 1,0-3,0 mg/L), 3 sungai
kelas III (3,1-5,0 mg/L) dan 3 sungai kelas IV (>5,0 mg/L). Hal ini
mengindikasikan bahwa sungai di Pakpak Bharat yang berada pada kisaran debit
> 3,1 dapat dijadikan sebagai PLTA dan PLMTH.
Dari data debit aliran sungai (Tabel 2) didukung dengan tebing-tebing
sungai berupa bongkahan batuan dengan profil melintang sungai yang umumnya
berbentuk huruf “V” dengan dasar sungai yang umumnya berbabtu (lampiran 3)
dan topografi sungai yang ummunya berada di daerah berbukit (curam) hingga
bergunung (sangat curam) (lampiran 2), maka terdapat 4 (empat) sungai yang
dapat dijadikan sumber energi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH)
yaitu Lae Pengiringan, Lae Mbilulu, Lae Ordi (Panang-galan Binanga Boang),
dan Lae Ordi (Majanggut II), selain Lae Kombih yang saat ini telah digunakan
untuk mengoperasikan dua mesin pembangkit listrik pada dua lokasi di Desa
Tinada Kecamatan Tinada dan Desa Parduhapen Kecamatan Kerajaan.
Lembaga Studi Pemantauan Lingkungan (2005) menyatakan bahwa untuk
mengoperasikan dua turbin PLTA Lae Renun membutuhkan debit aliran
sungainya minimal 10 meter kubik perdetik. Ini berarti debit aliran minimal 5
meter kubik per detik dapat menggerakkan satu turbin PLTA. Hal senada
dilaporkan oleh Kompas.Com (2006) yang memberitakan bahwa debit air sungai
Tuntang sejak awal Agustus 2006 tinggal 5,83 meter kubik per detik sehingga
PLTA Jelok hanya mengoperasikan dua mesin pembangkit dan menghasilkan
daya listrik 7,5 MW. Pada pertengahan Agustus debit air terus menyusut hingga
3,34 meter kubik per detik sehingga PLTA Jelok hanya mengoperasikan satu
mesin pembangkit yang menghasilkan daya listrik 4 MW. Sriyoto, Supervisor
Senior PLTA Jelok (dalam Kompas.Com, 2006) bahkan menyatakan bahwa
sebenarnya satu mesin pembangkit di PLTA Jelok bisa maksimal menghasilkan
daya listrik hingga 5 MW jika debit airnya mencapai 4 (empat) meter kubik per
detik.
PLTA Timo yang memanfaatkan limpasan air dari PLTA Jelok untuk
menggerakkan tiga mesin pembangkit listriknya bisa menghasilkan daya
maksimal sebesar 12 MW. Untuk menghasilkan daya maksimal tersebut
dibutuhkan aliran air dengan debit 15,3 meter kubik per detik. Penurunan debit
pada musim kemarau, dan pada pekerjaan pengurasan kolam tandon harian di
awal Agustus 2006, PLTA Timo hanya mengoperasikan dua mesin
pembangkitnya dan hanya menghasilkan daya listrik maksimal 7 MW. Sejak
pertengahan Agustus 2006, debit airnya hanya berkisar 3,5-4,0 meter kubik per
detik, sehingga PLTA Timo hanya mengoperasikan satu mesin pembangkit dan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa suatu sungai dengan
debit minimal 3,5 meter kubik per detik dapat mengoprasikan mesin pembangkit
listrik, meskipun hanya menghasilkan daya listrik maksimal 3 MW. Semakin
besar debit airnya dapat menghasilkan daya listrik yang semakin besar karena
dapat mengoperasikan lebih dari satu mesin pembangkit, pada titik (lokasi) yang
berbeda pula. Oleh sebab itu, berdasarkan Tabel 2 maka sungai-sungai di
Kabupaten Pakpak Bharat selain Lae Kombih yang dapat dimanfaatkan untuk
sumber energi pembangkit listrik tenaga air adalah Lae Ordi di Pananggalan
Binanga Boang (debit 19,42 m3/det) dan di Majanggut II (debit 22,85 m3/det), Lae
Mbilulu di Buluh Tellang (debit 4,22 m3/det), dan Lae Pengiringan di desa
Kutasaga (debit 4,01 m3/det). Sungai lainnya tidak dapat digunakan sebagai
sumber energi pembangkit listrik karena memiliki debit yang kurang dari 3,5
meter kubik per detik. Sungai-sungai yang memungkinkan untuk dijadikan
sumber energi pembangkit listrik tersebut, didukung pula oleh lebar dan
kedalaman penampang basah sungai tersebut. Lebar penampang basar sungai
dimaksud (Lae Ordi, Lae Mbilulu, dan Lae Pengiringan) berkisar antara 2-5
meter dengan kedalaman berkisar antara 1,5-6,5 meter (lampiran 1).
Selain sungai Lae Kombih (yang sudah digunakan untuk PLTMH di
Kabupaten Pakpak Bharat), empat sungai lainnya dengan debit aliran lebih dari
Tabel 11. Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat yang dapat dimanfaatkan untuk PLTMH, selain Lae Kombih.
Nama Sungai Status Sungai
Lokasi Pengamatan/Pengukuran Debit (M3/det)
Desa Koordinat
N E
0427140 0278340 19,42
Lae Ordi (Tengah-hilir)
Induk sungai
Majanggut II Kec. Kerajaan
0413938 0283045 22,85
Lae Mbilulu Anak sungai
Buluh Tellang Kec. Tinada
Dapat dimanfaatkannya sungai-sungai pada Tabel 11 untuk PLTMH
didukung pula oleh tebing-tebing sungai berupa bongkahan batuan dengan profil
melintang sungai yang umumnya berbentuk huruf “V” dengan dasar sungai yang
umumnya berbatu (Gambar 1) dan topografi sungai yang ummunya berada di
daerah berbukit (curam) hingga bergunung (sangat curam) (Tabel 12). : Data primer hasil pengukuran
Tabel 12. Kondisi fisik yang mendukung beberapa sungai di Kabupaten Pakpak Bharat yang dapat dimanfaatkan untuk PLTMH, selain Lae Kombih. Nama
Sungai Lokasi
Elevasi (mdpl)
Topografi Bentuk Sungai
1063 Bergunung (sgt.curam)
Namun demikian, sungai yang lebih rasional (prioritas utama) untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi PLTMH dari ketiga sungai tersebut pada