• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN

KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr PIRNGADI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

HERRI NOVITA BR TARIGAN

117046015/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN

KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr PIRNGADI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERRI NOVITA BR TARIGAN

117046015/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS

(5)
(6)

Judul Tesis : Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Nama Mahasiswa : Herri Novita Br Tarigan

Nomor Induk mahasiswa : 117046015

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

(7)

pelaksana yang minimal sudah bekerja di ruang rawat inap selama 2 tahun dengan teknik quota sampling, data dianalisa dengan menggunakan uji Spearman. Dengan hasil budaya organisasi Klan tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat, budaya organisasi Adhokrasi berhubungan dengan kepuasan kerja perawat, budaya organisasi Market dan Hierarki juga tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan alat ukur yang lebih konkrit mengukur budaya organisasi, alat ukur yang dianjurkan untuk mengukur budaya organisasi adalah dengan teknik observasi atau wawancara supaya budaya organisasi perawat yang akan diukur sesuai dengan budaya organisasi yang sebenarnya mereka adopsi. Lokasi penelitian yang digunakan juga di sarankan dilakukan di Rumah Sakit swasta dimana Rumah Sakit swasta umumnya menuntut kinerja perawatnya lebih profesional, profesionalisme yang dimaksud tentunya tidak di peroleh dengan mudah tapi harus selaras dengan gaji yang diterima oleh perawat, promosi atau kenaikan jabatan dan keberlanjutan pendidikan (seminar/pelatihan keperawatan).

(8)

Title of the Thesis : The Correlation between Organizational Culture and Nurses Work Satisfaction in RSUD Dr Pirngadi Medan

Name of Student : Herri Novita Br Tarigan

Std. ID Number : 117046015

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

(9)

did not have any correlation with nurses’ work satisfaction, organizational culture of Adhokrasi had correlation with nurses’ work satisfaction, and organizational culture of Market and Hierarchy did not have any correlation with nurses’ work satisfaction. It is expected the next researcher to use more concrete gauge measuring organizational culture, which is recommended gauge to measure organizational culture is by observation or interview techniques so that nurses organizational culture that will be measured in accordance with their actual organizational culture adoption. Study sites were used as well in the advise is done in a private hospital where the private hospital nurse generally requires more professional performance, professionalism is certainly not easily obtained but must be aligned with the salary received by a nurse, or a promotion and the promotion of sustainability education (training of nursing).

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tesis dengan judul “ Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU), dr. Dedi Ardinata, M.Kes beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU. Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada Prof. Dr. Ir Albiner Siagian selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis dan kepada pembimbing II Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS yang telah banyak membantu dan membimbing mulai dari penyusunan proposal sampai dengan penyelesaian laporan tesis ini. Terima kasih banyak atas waktu yang telah Bapak dan Ibu luangkan untuk membimbing saya dan mohon maaf apabila ada sikap maupun perilaku saya yang tidak berkenan di hati Bapak dan Ibu selama saya melakukan bimbingan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan Iwan Rusdi, S.Kp., MNS selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan masukan serta kritik dan saran kepada penulis dalam penyelesaian laporan tesis ini.

(11)

terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi perawat pelaksana yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah yang telah banyak memberikan dorongan moril dalam penyelesaian proposal sampai dengan tesis. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas cinta dan dukungan yang diberikan oleh suami penulis Elieser Imanta Bukit dan kedua malaikat kecil yang senantiasa memberikan kebahagiaan kepada penulis yaitu Queen Shenly Bukit dan Finola Selvidia Bukit dalam menyelesaikan laporan tesis ini.

Akhirnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.

Penulis menyadari laporan Tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 28 Agustus 2013

Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Herri Novita Br Tarigan, S.Kep., Ns.

Tempat/Tanggal Lahir : Delitua, 19 Oktober 1980

Alamat : Jl. Gereja No 4, lingkungan 4 Delitua Timur

-20355-

No. Telp./Hp : 081 260 38 1564

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Negeri No 104269 Pintu Besi 1993

SLTP SMP Negeri I Delitua 1996

SMU SMU Negeri I Pancur Batu 1999

Diploma III Akper Deli Husada Delitua 2002

Ners PSIK Universitas Padjadjaran Bandung 2006

(13)

Riwayat Pekerjaan:

Staf Dosen di STIKes Medistra Lubuk Pakam mulai 2006 s.d 2009

Staf Dosen di STIKes Deli Husada Delitua mulai 2009 s.d Sekarang

Koordinator Ners Deli Husada Delitua mulai Juli 2013 s.d sekarang

Kegiatan akademik selama studi:

Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA diMedan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta

Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta

Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal 20 Juli 2012 sebagai Peserta

Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013 sebagai Peserta

Seminar Keperawatan “Aplikasi Action Research dalam Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan” di Medan tanggal 8 Mei 2013 sebagai Peserta

Publikasi:

(14)

Proceeding:

(15)

DAFTAR ISI

2.4 Proses Pembentukan Budaya Organisasi ... 11

2.5 Tipe Budaya Organisasi ... 13

2.5.1 Budaya Klan ... 13

2.5.2 Budaya Adhokrasi ... 14

2.5.3 Budaya Market ... 15

2.5.4 Budaya Hierarki ... 16

2.6 Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) ... 18

2.7 Aktivitas untuk Meningkatkan Budaya Organisasi Positif ... 19

2.8 Teori Keperawatan terkait Budaya Organisasi ... 21

(16)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

4.3 Budaya Organisasi Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 38

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 39

4.5 Distribusi Responden berdasarkan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 40

4.6 Hubungan Budaya Organisasi Klan, Adhokrasi, Market, dan Hierarki dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 41

4.7 Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 42

BAB 5. PEMBAHASAN ... 43

5.1 Hubungan Budaya Organisasi Klan dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 44

5.2 Hubungan Budaya Organisasi Adhokrasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 46

5.3 Hubungan Budaya Organisasi Market dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 47

5.4 Hubungan Budaya Organisasi Hierarki dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 48

5.5 Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 50

(17)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional ... 32 Tabel 2 Karakteristik Demografi Responden ... 37 Tabel 3 Rerata Budaya Organisasi Responden di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2013 (N = 51) ... 39 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya Organisasi

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan (N = 51) ... 39 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan

Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan (N = 51) ... 40 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya Organisasi

dan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat (N = 51) ... 40 Tabel 7 Hubungan Budaya Organisasi Klan, Adhokrasi, Market dan

(19)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka penelitian ... 29 Skema 2 Model Sunrise Leininger ... 23 Skema 3 Model Integrative Budaya Organisasi Dengan Kepuasan Kerja .. 26

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 57

a. Informed Consent ... 58

b. Instrumen Penelitian ... 59

Lampiran 2 Biodata Penerjemah Instrumen Penelitian ... 67

Lampiran 3 Ijin Penelitian ... 70

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan.. 71

b. Surat Persetujuan Etik Penelitian ... 72

c. Surat persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan ... 73

d. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan ... 74

e. Surat Selesai Melaksanakan Uji Validitas dan Reliabilitas dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan .. 75

(21)

Judul Tesis : Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Nama Mahasiswa : Herri Novita Br Tarigan

Nomor Induk mahasiswa : 117046015

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

(22)

pelaksana yang minimal sudah bekerja di ruang rawat inap selama 2 tahun dengan teknik quota sampling, data dianalisa dengan menggunakan uji Spearman. Dengan hasil budaya organisasi Klan tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat, budaya organisasi Adhokrasi berhubungan dengan kepuasan kerja perawat, budaya organisasi Market dan Hierarki juga tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan alat ukur yang lebih konkrit mengukur budaya organisasi, alat ukur yang dianjurkan untuk mengukur budaya organisasi adalah dengan teknik observasi atau wawancara supaya budaya organisasi perawat yang akan diukur sesuai dengan budaya organisasi yang sebenarnya mereka adopsi. Lokasi penelitian yang digunakan juga di sarankan dilakukan di Rumah Sakit swasta dimana Rumah Sakit swasta umumnya menuntut kinerja perawatnya lebih profesional, profesionalisme yang dimaksud tentunya tidak di peroleh dengan mudah tapi harus selaras dengan gaji yang diterima oleh perawat, promosi atau kenaikan jabatan dan keberlanjutan pendidikan (seminar/pelatihan keperawatan).

(23)

Title of the Thesis : The Correlation between Organizational Culture and Nurses Work Satisfaction in RSUD Dr Pirngadi Medan

Name of Student : Herri Novita Br Tarigan

Std. ID Number : 117046015

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

(24)

did not have any correlation with nurses’ work satisfaction, organizational culture of Adhokrasi had correlation with nurses’ work satisfaction, and organizational culture of Market and Hierarchy did not have any correlation with nurses’ work satisfaction. It is expected the next researcher to use more concrete gauge measuring organizational culture, which is recommended gauge to measure organizational culture is by observation or interview techniques so that nurses organizational culture that will be measured in accordance with their actual organizational culture adoption. Study sites were used as well in the advise is done in a private hospital where the private hospital nurse generally requires more professional performance, professionalism is certainly not easily obtained but must be aligned with the salary received by a nurse, or a promotion and the promotion of sustainability education (training of nursing).

(25)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Budaya dalam organisasi meliputi segala sesuatu yang ada di organisasi

termasuk kepercayaan, norma, nilai-nilai, filosofi, tradisi dan pengorbanan.

Budaya dalam organisasi termasuk hasil karya, pandangan, nilai, asumsi,

simbol-simbol, bahasa dan perilaku yang efektif. Budaya organisasi meliputi pula

kerangka kerja komunikasi, baik formal maupun informal, meliputi struktur status

atau peran yang berhubungan dengan ciri-ciri pekerja dan penerima pelayanan

atau pasien (Swanburg, 2000)

Sejak awal tahun delapan puluhan, membangun budaya organisasi sudah

sangat menarik perhatian baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Tujuan

konsep budaya organisasi adalah mengetahui bagaimana budaya mempengaruhi

perilaku para pekerja dan menyamakan pandangan mereka. Pandangan ini

didasari dengan penerimaan para pekerja dan lingkungan kerja mereka jadi lebih

baik ketika orientasi para pekerja sejalan dengan karakteristik organisasi

(Vanderberghe, 2009)

Ketika hasil dan produktivitas kerja menurun baik dalam jumlah ataupun

macamnya, yang perlu diperhatikan adalah keadaan sosial, teknis dan sistem

manajerial (birokrasi) yang menjadi bagian dari budaya organisasi. Seseorang

yang bekerja dengan berani dan percaya diri, dengan disiplin dan keinginan untuk

tahan bekerja keras menunjukkan budaya kerja yang baik, seseorang yang merasa

(26)

tidak dapat dipercaya, atau acuh tak acuh sebagai hasil ketidakpuasan terhadap

kerja dan lingkungan organisasi (Swanburg, 2000)

Saat ini rumah sakit menghadapi tantangan besar yaitu kekurangan sumber

daya dibandingkan dengan sebelumnya. Rumah sakit sangat ditantang oleh

lingkungan eksternal dan internal untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien. Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional yang populasinya paling

banyak di rumah sakit sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan

biaya kesehatan. Perawat memiliki potensi dalam pemecahan masalah dalam

sistem perawatan kesehatan. Kepuasan kerja perawat dan budaya berorganisasi

adalah dasar yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas rumah sakit. Hasil

penelitian yang diperoleh umumnya menyatakan bahwa karyawan yang puas

dengan pekerjaanya akan membuat mereka bekerja lebih produktif dan komit juga

terhadap pekerjaanya.

Antara manajer dan peneliti akademis percaya bahwa budaya organisasi

dapat menjadi pendorong sikap karyawan dan efektivitas organisasi dan performa.

Untuk menguji kemungkinan ini, berbagai langkah budaya organisasi telah

berkorelasi dengan berbagai hasil individu dan organisasi. Jadi apa yang telah kita

pelajari pertama, beberapa penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi

signifikan berkorelasi dengan perilaku dan sikap karyawan. Misalnya budaya

konstruktif positif berhubungan dengan kepuasan kerja, niat untuk tinggal di

perusahaan dan inovasi dan negatif terkait dengan menghindari kerja (Kreitner &

Kinicki, 2007) Pekerjaan perawat dipengaruhi oleh budaya organisasi. Organisasi

(27)

siapa yang mengontrak, bagaimana mereka berkembang, dan bagaimana mereka

membayar. Memahami budaya dan menafsirkannya dengan benar akan meraih

sukses, jika perawat terampil dalam berperilaku yang baik dan mampu mengatur

strategi yang sejalan dengan norma budaya dan nilai-nilai budaya. Keefektifan

sebuah organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi yaitu fungsi manjemen

yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, kepemimpinan dan

pengontrolan (Koontz & Weirich, 2006).

Budaya organisasi secara signifikan dapat mempengaruhi perasaan

seseorang di dalam organisasi. Hal ini juga dapat mempengaruhi sejauhmana

individu merasa puas dengan pekerjaannya didalam organisasi. Hal ini sangat

berpengaruh dalam penilaian budaya organisasi dan kepuasan kerja. Kepuasan

kerja tidak hanya berhubungan dengan bekerja, tetapi merupakan interaksi antara

karyawan dengan lingkungan kerja. Salah satu hal yang terpenting untuk masa

yang akan datang adalah budaya organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Lovas

(2007) di Republik Slovak meneliti tentang hubungan budaya organisasi dan

kepuasan kerja di sektor publik, dimana berdasarkan empat budaya organisasi

yaitu Adhokrasi, Market, Hierarki dan Klan diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja

menunjukkan hasil adanya hubungan yang positif dengan budaya organisasi Klan,

dan menunjukkan tidak ada hubungan antara kepuasan kerja dengan budaya

organisasi Market, sedangkan untuk budaya organisasi Adhokrasi memiliki

hubungan yang positif dengan kepuasan kerja, dan budaya organisasi Hierarki

(28)

Riset menunjukkan bahwa budaya kuat yang mendorong antisipasi dan

keterlibatan pekerja dalam ikut membuat keputusan mempengaruhi kinerja

organisasi secara positif. Penelitian yang dilakukan di luar negeri khususnya di

Australia menunjukkan bahwa ada hubungan antara budaya organisasi ( birokrasi,

inovatif, support) dengan kepuasan kerja perawat (Lok & Crawdford, 1999). Hasil

survei yang dilakukan oleh Wyatt & Harrison (2010) menemukan bahwa faktor

yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja; yaitu 82 % hubungan dengan kolega,

79.7 % lingkungan kerja, 35.5 % peluang untuk berkembang, dan 31.2 % program

mentoring. Archibald (2006) juga menyarankan faktor-faktor yang berkontribusi

terhadap kepuasan bekerja perawat dapat digunakan sebagai dasar membuat

kebijakan dalam meningkatkan situasi bekerja yang kondusif. Dalam hal ini

peneliti ingin melihat di Indonesia dengan karakteristik responden yang berbeda

berdasarkan latar belakang pendidikan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam profesi keperawatan, manajemen, yang berbeda, apakah pada perawat di

Indonesia khususnya di Medan apakah ada hubungan antara budaya organisasi

dengan kepuasan kerja perawat.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan merupakan salah

satu rumah sakit pemerintah yang terletak di Kota Medan memiliki jumlah

perawat yang cukup besar yaitu 190 orang yang bekerja diruang rawat inap RSUD

Dr Pirngadi Kota Medan, yang bekerja dengan status PNS. Cara mengevaluasi

kehadiran bekerja perawat PNS adalah dengan cara finger scan walaupun perawat

datang terlambat dan pulang lebih awal tidak ada punishment yang jelas karena

(29)

pulang tepat waktu berdasarkan hasil wawancara dengan bidang pelayanan

keperawatan/medik.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas perlu diteliti

bagaimana budaya organisasi perawat tersebut di ruang kerjanya masing-masing

dan apakah budaya berorganisasi para perawat tersebut membuat mereka puas

dengan pekerjaannya

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian dalam

penelitian ini adalah bagaimana hubungan budaya organisasi dengan kepuasan

kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengidentifikasi budaya organisasi perawat di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

1.3.2 Untuk mengidentifikasi kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

1.3.3 Untuk menganalisis hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja

perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah hipotesis alternatif

(Ha) yaitu Ada hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja

(30)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Menumbuhkan budaya organisasi yang kuat/positif bagi para perawat,

sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja perawat dalam

melaksanakan pekerjaan mereka setiap hari dan pada akhirnya kepuasan

kerja tersebut akan meningkatkan kinerja perawat perawat yang bekerja

di Rumah Sakit.

1.5.2 Sebagai masukan bagi instansi pelayanan bagaimana cara

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Fakta dan Konsep

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi

Kota Medan yang merupakan rumah sakit tipe B yang terletak di kota Medan

yang merupakan pusat rujukan di Sumatera bagian utara. Rumah Sakit Umum

Daerah Dr Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda

dengan peletakan batu pertama pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan

pada tahun 1930. Salah satu tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah

Dr Pirngadi Kota Medan adalah menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

Manajemen rumah sakit memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk melakukan

penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan dengan

ketentuan mahasiswa yang melakukan penelitian mengikuti aturan yang dibuat

oleh bidang Diklat (Profil RSUD Dr Pirngadi, 2012).

2.2 Budaya Organisasi

Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara

berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat

anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang

menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya

waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan

manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara

(32)

secara intensif, secara luas dianut, semakin jelas disosialisasikan dan diwariskan

serta berpengaruh terhadap lingkungan dan perilaku manusia. Budaya yang kuat

akan mendukung terciptanya sebuah prestasi yang positif bagi anggotanya dalam

hal ini budaya yang diinternalisasikan pihak pimpinan akan berpengaruh terhadap

sistem perilaku para pendidik dan staf dibawahnya baik di dalam organisasi

maupun di luar organisasi (Ndraha, 2003).

Idealnya tiap perusahaan memiliki budaya, yakni suatu sistem nilai yang

merupakan kesepakatan kolektif dari semua yang terlibat dalam perusahaan. Yang

dimaksud dengan kesepakatan disini adalah dalam hal cara pandang tentang

bekerja dan unsur-unsurnya. Suatu sistem nilai merupakan konsepsi nilai yang

hidup dalam alam pemikiran sekelompok manusia/karyawan dan manajemen.

Lalu persepsi itu melahirkan makna dan pandangan hidup yang akan

mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan dan manajemen. Pada

hakikatnya, bekerja dapat dipandang dari berbagai perspektif seperti bekerja

merupakan bentuk ibadah, cara manusia mengaktualisasikan dirinya, bentuk nyata

dari nilai-nilai, dan sebagai keyakinan yang dianutnya. Semua pandangan itu

dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya yang bermutu dalam pencapaian

tujuan organisasi dan individu. Karena itu setiap karyawan dan manajemen

seharusnya memiliki sudut pandang atau pemahaman yang sama tentang makna

budaya kerja dan batasan bekerja. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli

memberi pengertian budaya organisasi sebagai berikut:

Budaya organisasi adalah sebagai nilai-nilai dominan yang didukung oleh

(33)

dan pelanggan, cara kerja yang dilakukan ditempat organisasi, asumsi dan

kepercayaan dasar yang terdapat diantara anggota organisasi (Robbins, 1994).

Budaya organisasi adalah sebagai potret atau rekaman hasil proses budaya yang

berlangsung dalam suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini (Ndraha, 2003)

Budaya organisasi adalah sistem symbol dan interaksi unik pada setiap

organisasi. mengenai cara berpikir, berperilaku, berkeyakinan yang sama-sama

dimiliki oleh anggota unit. Budaya organisasi adalah keseluruhan nilai organisasi,

bahasa, riwayat, jaringan komunikasi formal dan informal, ritual dan

kebiasaan-kebiasaan (Hein, 1998 dalam Marquis & Huston, 2010). Budaya organisasi adalah

berbagi keyakinan, nilai-nilai dan asumsi yang telah ada didalam organisasi itu

sendiri (Huber, 2000)

Budaya organisasi adalah himpunan bersama, diambil untuk diberikan

implisit asumsi bahwa kelompok memegang dan yang menentukan bagaimana ia

memandang, berpikir dan bereaksi terhadap lingkungan. Definisi ini menyoroti 3

karakteristik penting dalam budaya organisasi yaitu : budaya organisasi diteruskan

kepada karyawan baru melalui sosialisasi, budaya organisasi mempengaruhi

perilaku karyawan di tempat kerja, dan yang terakhir budaya organisasi dilakukan

pada tingkatan yang berbeda (Kreitner & Kinicki, 2007)

Bedasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi

sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu yang

bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus

dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut

(34)

lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang

membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari

lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya

dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif

tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan

dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia atau

seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan

dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak,

agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan

perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah

budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan

sebagainya (Koesmono, 2005).

Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para

anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah lahirnya

kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya

organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku

manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu

maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan

pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleh keaneka ragaman sumber-sumber

(35)

2.3 Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi menurut Kreitner & Kinicki, 2007 ada empat

yaitu :

1. Sebagai identitas organisasi

2. Memfasilitasi tumbuhnya komitmen bersama

3. Meningkatkan stabilitas sistem sosial

4. Menumbuhkan kepekaan bagi anggota organisasi

2.4 Proses Pembentukan Budaya Organisasi

Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam

dalam suatu budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari

perorangan atau kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Ndraha (2003)

menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya :

1. Pendiri organisasi

2. Pemilik organisasi

3. Sumber daya manusia asing

4. Luar organisasi

5. Orang yang berkepentingan dengan organisasi (stakeholder)

6. Masyarakat

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan

cara : Kontak budaya, benturan budaya, penggalian budaya. Pembentukan budaya

tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun memerlukan waktu dan

bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam

(36)

sejumlah hal. Calon anggota organisasi mungkin akan disaring berdasarkan

kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi. Kepada anggota

organisasi yang baru terpilih bisa diajarkan gaya organisasi secara eksplisit.

Kisah-kisah atau legenda-legenda historis bisa diceritakan terus menerus untuk

mengingatkan setiap orang tentang nilai-nilai organisasi dan apa yang

dimaksudkan.

Para manajer bisa secara eksplisit berusaha bertindak sesuai dengan contoh

budaya dan gagasan budaya tersebut. Begitu juga, anggota organisasi yang senior

bisa mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka secara terus menerus dalam

percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-perayaan khusus.

Orang-orang yang berhasil mencapai gagasan-gagasan yang tertanam

dalam budaya ini dapat terkenal dan dijadikan pahlawan. Proses alamiah dalam

identifikasi diri dapat mendorong anggota muda untuk mengambil alih nilai dan

gaya mentor mereka. Barangkali yang paling mendasar, orang yang mengikuti

norma-norma budaya akan diberi imbalan (reward) sedangkan yang tidak, akan

mendapat sanksi (punishment). Imbalan (reward) bisa berupa materi atau pun

promosi jabatan dalam organisasi tertentu sedangkan untuk sanksi (punishment)

tidak hanya diberikan berdasar pada aturan organisasi yang ada semata, namun

juga bisa berbentuk sanksi sosial. Dalam arti, anggota tersebut menjadi isolated

di lingkungan organisasinya. Karena budaya ini telah berevolusi selama

bertahun-tahun melalui sejumlah proses belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit

(37)

2.5 Tipe Budaya Organisasi

Cameron & Quinn mengembangkan Competing Value Framework yang

diharapkan dapat membantu para peneliti mengidentifikasikan kuat-lemahnya

budaya organisasi suatu perusahaan. Competing Value Framework terdiri dari dua

dimensi. Dimensi pertama berdasarkan pada struktur yang membedakan antara

flexibility yaitu kriteria efektif yang menekankan pada keluwesan, diskresi, dan

dinamis, dengan controlling yaitu kriteria efektif yang menekankan pada

kestabilan, keteraturan, dan pengendalian. Sedangkan dimensi kedua berdasarkan

kriteria efektif yang menekankan pada orientasi terhadap lingkungan internal

perusahaan seperti integrasi, dan kesatuan dengan orientasi terhadap lingkungan

eksternal perusahaan seperti keunikan, inovasi, dan persaingan. Kedua dimensi

secara bersama-sama membentuk empat alternatif budaya organisasi, yaitu

Adhokrasi, Market, Hierarki dan Klan.

1. Budaya Klan

Suatu budaya yang sangat menekankan keakraban dan ikatan emosi untuk

saling berbagi, sehingga organisasi lebih seperti sebuah keluarga besar

ketimbang entitas ekonomi. Jika budaya hierarki dicirikan oleh

kegiatan-kegiatan penghasil laba (profit centers), maka budaya klan memiliki nilai

yang diutamakan yaitu kerja tim (teamwork), partisipasi dan konsensus.

Pemimpin organisasi diposisikan sebagai pembimbing (mentor) atau

bahkan figur orangtua. Organisasi diikat oleh kekuatan loyalitas atau

tradisi. Sukses didefinisikan berdasarkan kepekaan terhadap konsumen

(38)

memfasilitasi kerjasama yang efektif, kohesif, bekerja dengan lancar dan

menunjukkan kinerja yang tinggi. Memfasilitasi hubungan interpersonal

yang efektif diantara sesama anggota organisasi, seperti kemampuan

memberi umpan balik yang suportif, mendengarkan dan mampu

memecahkan masalah-masalah interpersonal. Membantu anggota

organisasi untuk meningkatkan kinerja, memperluas kompetensi, dan

memperoleh peluang-peluang untuk pengembangan diri. Dengan ciri

budaya organisasi sebagai berikut:

a) Sifat organisasinya kekeluargaan

b) Melibatkan pegawai dalam setiap pengambilan keputusan

c) Lingkungan kerja yang ramah dimana setiap orang saling berbagi

d) Organisasi dijalankan atas dasar loyalitas dan tradisi

e) Komitmen yang tinggi

2. Budaya Adhokrasi

Asal katanya adalah ad hoc yang mengacu kepada unit-unit yang bersifat

temporer, bertugas khusus (specialized) dan dinamis. Adhokrasi adalah

suatu kultur yang sangat dinamis, dijiwai semangat kewiraswastaan

(enterpreunership) dan kreativitas. Nilai yang diutamakan adalah inovasi

dan keberanian mengambil resiko. Ikatan yang menyatukan organisasi

adalah komitmen terhadap eksperimen dan inovasi. Tujuan jangka panjang

organisasi adalah pertumbuhan dan meraih sumber daya baru. Sukses

diukur dari penemuan produk atau jasa baru yang inovatif. Budaya

(39)

berinovasi, memperluas alternatif, menjadi lebih kreatif dan memfasilitasi

munculnya ide-ide baru. Memahami visi, misi dan tujuan organisasi

dengan jelas. Berorientasi terhadap peningkatan kinerja, fleksibilitas dan

perubahan produktif diantara anggota organisasi dalam kehidupan karir

mereka. Dengan ciri budaya organisasi sebagai berikut

a) Siap menghadapi perubahan dan tantangan

b) Setiap individu memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, sesuai

dengan tugas atau masalah yang dihadapi

c) Inovasi produk dan jasa

d) Lingkungan yang dinamis dan kreatif

e) Kesuksesan berarti produk/jasa yang unik dan asli

f) Hal yang menyatukan organisasi adalah komitmen untuk

bereksperimen dan inovasi

3. Budaya Market

Istilah pasar (market) disini tidak mengacu kepada fungsi marketing atau

perilaku konsumen yang ada dipasar, melainkan suatu tipe organisasi yang

memfungsikan dirinya sebagai pasar itu sendiri. Budaya pasar beroperasi

terutama dengan mekanisme ekonomi pasar, dengan melakukan

transaksi-transaksi yang ditujukan untuk menciptakan keunggulan kompetitif.

Konsep penting dalam tipe organisasi ini adalah “transaction cost”.

Dengan demikian ia adalah suatu kultur yang berorientasi kepada hasil

(result oriented), dimana nilai-nilai yang dianggap penting adalah daya

(40)

organisasi adalah melakukan aktivitas-aktivitas kompetitif sasaran dan

target-target yang terukur. Sukses diukur dari pangsa pasar dan

penguasaan pasar. Budaya organisasi market akan memacu

kemampuan-kemampuan bersaing dan orientasi yang agresif untuk melebihi kinerja

pesaing. Menumbuhkan motivasi dan menginspirasi anggota organisasi

untuk proaktif, melakukan upaya ekstra, dan bekerja lebih gigih. Memacu

orientasi untuk pelayanan konsumen dalam hal ini konsumen yang

dimaksud adalah pasien, melibatkan mereka dan memberikan pelayanan

keperawatan yang memuaskan bagi pasien. Dengan ciri budaya organisasi

sebagai berikut:

a) Lingkungan kerja yang berorientasi pada hasil

b) Pemimpin bekerja keras dalam mengarahkan dan bersaing

c) Hal yang menyatukan organisasi ialah keinginan untuk menang

d) Rencana jangka panjang fokus pada persaingan dan pencapaian target

e) Kesuksesan artinya menguasai pasar dan penetration

4. Budaya Hierarki

Suatu kultur yang sangat formal dan terstruktur, dimana segala sesuatu

yang dilakukan adalah beradasarkan prosedur-prosedur yang sudah

ditentukan. Kultur ini melakukan kontrol internal terutama dengan

peraturan, spesialisasi, fungsi dan sentralisasi keputusan. Nilai yang

dianggap pentingnya adalah efisiensi dan kelancaran jalannya organisasi.

Kekuatan yang mengikat organisasi menjadi satu adalah aturan-aturan atau

(41)

kelancaran jadwal dan penghematan biaya. Koordinasi vertikal, aturan,

kebijakan dan prosedur. Budaya organisasi hierarki membantu anggota

organisasi untuk memperjelas tentang apa yang diharapkan dari mereka,

bagaimana budaya dan standar-standar yang berlaku dalam organisasi, dan

bagaimana anggota organisasi dapat menyesuaikan diri dengan

sebaik-baiknya dalam lingkungan kerja. Melaksanakan prosedur-prosedur dan

sistem monitoring berjalan dengan baik. Melaksanakan koordinasi didalam

organisasi serta unit-unit eksternal dan berbagai informasi antar bagian.

Dengan ciri budaya organisasi sebagai berikut:

a) Lingkungan kerja yang stabil, formal dan terstruktur

b) Adanya prosedur yang mengatur tentang apa yang harus dilakukan

c) Menjalankan organisasi dengan baik, stabil dan efisien sangat penting

d) Aturan dan kebijakan yang berlaku

e) Pegawai dan pekerjaannya selalu dikontrol

f) Wewenang dalam mengambil keputusan sangat jelas

Pembagian budaya menjadi empat bagian ini tidak dimaksudkan untuk

membedakan tipe kultur pada organisasi yang satu dengan yang lainnya secara

eksklusif. Secara umum setiap organisasi mengandung keempat tipe budaya

organisasi ini sekaligus, dimana antara organisasi yang satu dengan yang lainnya

dibedakan pada titik berat budaya yang dominan. Jika dilakukan pengukuran,

dengan satu instrumen yang khusus dibuat untuk tujuan ini, maka akan dihasilkan

(42)

masing-masing tipe budaya, yang menggambarkan kecenderungan budaya dominannya

(Kusdi, 2011)

2.6 Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI)

Tujuan OCAI adalah untuk menilai enam dimensi kunci budaya

organisasi, yaitu: (1) Karateristik Dominan, (2) Kepemimpinan Organisasi, (3)

Pengelolaan Karyawan, (4) Perekat Organisasi, (5) Penekanan Strategis, (6)

Kriteria Sukses. Instrumen ini berbentuk sebuah kuesioner yang memerlukan

tanggapan dari responden cukup dengan memberikan enam pertanyaan. Instrumen

ini terbukti bermanfaat dan akurat dalam mendiagnosa aspek-aspek penting

organisasi yang berkenaan dengan budaya. Tujuan dari instrumen ini adalah untuk

mengidentifikasi budaya organisasi saat ini. Instrumen ini terdiri dari enam

pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban. Setiap

responden diminta memberikan penilaian pada setiap alternatif jawaban. Penilaian

tertinggi diberikan kepada alternatif jawaban yang paling menyerupai keadaan

organisasi tempatnya berada. Untuk menentukan organisasi mana yang akan

diberi penilaian, setiap responden memikirkan organisasi yang dipimpin oleh

pimpinannya, unit organisasi tempatnya bekerja yang memiliki batasan-batasan

yang jelas. Penilaian yang diberikan menyatakan penilaian terhadap keadaan

organisasi saat ini, berdasarkan hasil penilaian akan didapatkan suatu profil

organisasi. Tujuan penyusunan profil organisasi adalah untuk mengetahui budaya

(43)

2.7 Aktivitas Untuk Meningkatkan Budaya Organisasi Positif

Menurut Swanburg tahun 2000 ada beberapa aktivitas yang dapat

meningkatkan budaya organisasi karyawan yang positif, aktivitas yang di maksud

adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan misi organisasi, tujuan dengan menerima masukan dari

perawat-perawat praktisi, termasuk tujuan-tujuan pribadi

2. Memberikan kepercayaan dan keterbukaan selama berkomunikasi

termasuk meningkatakan dan memberi umpan balik serta memberikan

motivasi

3. Memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang termasuk

pengembangan karir dan program pendidikan berkelanjutan

4. Meningkatkan kerja tim

5. Meminta perawat praktisi untuk menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan

mereka selama pertemuan, konferensi dan survei

6. Memasarkan organisasi keperawatan kepada perawat-perawat praktisi,

profesi yang lain dan juga kepada masyarakat

7. Mengikuti semua aktivitas-aktivitas termasuk pelaksanaan keperawatan

8. Menganalisa sistem kompensasi semua organisasi keperawatan dan

strukturnya untuk memberi penghargaan atas kompetensi dan

produktivitasnya

9. Meningkatkan harga diri, autonomi, dan rasa percaya diri dalam

melaksanakan keperawatan, termasuk perasaan tentang pengalamannya

(44)

10.Ditekankan pada program-program untuk mengenali kontribusi

pelaksanaan pelayanan keperawatan dalam organisasi

11.Mengkaji hal-hal yang tidak diperlukan serta mengatasi dan memberikan

hukuman serta membatasinya

12.Memberi keamanan dalam bekerja dilingkungan yang dapat memberikan

kesempatan bebas untuk mengemukakan ide-ide dan pertukaran opini

tanpa mengatasi saling menuduh, yang terjadi akibat laporan negatif

tentang penampilan, konseling yang negatif, konfrontasi, konflik atau

kehilangan pekerjaan

13.Antara atasan dan bawahan selalu bekerjasama

14.Membantu perawat praktisi untuk mencapai kemajuan dan

mengembangkan kekuatan mereka

15.Melibatkan dan memberikan loyalitas, keramahan dan kejelasan/kepastian

16.Mengembangkan strategi perencanaan termasuk desentralisasi pembuatan

keputusan dan partisipasi dalam pelaksanaan keperawatan

17.Menjadi model peran dengan berperilaku baik alam pelaksanaan

keperawatan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Australia yang di publikasikan

dan bisa diakses di jurnal online (Leadership and Organizational Development

Journal) menyatakan bahwa ada hubungan antara budaya organisasi dan kepuasan

(45)

2.8 Teori Keperawatan terkait Budaya Organisasi

Madeleine Leininger adalah seorang perawat antropolog terkemuka,

mengungkapkan pandangannya dalam transkultural keperawatan yang

dipublikasikan pada tahun 1970an. Leininger menyatakan bahwa care adalah inti

sari keperawatan dan merupakan gambaran keperawatan yang dominan, berbeda,

dan mempersatukan. Ia menekankan bahwa rasa caring terhadap sesama, meski

merupakan fenomena yang universal, bervariasi antar budaya dalam hal ekspresi,

proses, dan pola ; rasa caring terhadap sesama secara umum merupakan warisan

budaya

Konsep utama teori transkultural :

1. Culture care : Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang

dipelajari dan diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu

mempertahankan kesejahteraan hidup dan kesehatan serta meningkatkan

kondisi dan cara hidupnya

2. World view : Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang

kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai

3. Culture and Social Structure Dimention : Pengaruh dan faktor-faktor

budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup religius, kekeluargaan,

politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang

saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam

konteks lingkungan yang berbeda

4. Generic Care System : Budaya tradisional yang diwariskan untuk

(46)

meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan

kematiannya

5. Professional system : Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi

pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran

di instansi pendidikan formal serta melakukan pelayanan kesehatan secara

profesional

6. Culture Care Preservation : Upaya untuk mempertahankan dan

memfasilitasi tindakan profesional untuk mengambil keputusan dalam

memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau kelompok sehingga

dapat mempertahankan kesejahteraan

7. Culture Care Acomodation : Teknik negosiasi dalam memfasilitasi

kelompok orang dengan budaya tertentu untuk beradaptasi/berunding

terhadap tindakan dan pengambilan keputusan

8. Cultural Care Repattering : Menyusun kembali dalam memfasilitasi

tindakan dan pengambilan keputusan profesional yang dapat membawa

perubahan cara hidup seseorang

9. Culture Congruent/Nursing Care : Suatu kesadaran untuk menyesuaikan

nilai-nilai budaya/keyakinan dan cara hidup individu/golongan atau

institusi dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermanfaat.

Leininger membuat model Sunrise untuk menjelaskan teorinya mengenai

keragaman asuhan budaya dan kesemestaan. Model ini menekankan bahwa

kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen struktur sosial, seperti teknologi,

(47)

legal dan politis, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan. Faktor sosial ini

disampaikan dalam lingkup lingkungan, ungkapan bahasa, dan etnohistori.

Masing-masing sistem ini merupakan bagian dari struktur sosial masyarakat

dimanapun ; ungkapan, pola, dan praktik asuhan kesehatan juga merupakan

bagian integral dari aspek struktur sosial ini. Leininger menyajikan tiga model

intervensi agar perawat dapat membantu masyarakat dari budaya yang berbeda :

1. Pemeliharaan dan pelestarian asuhan budaya

2. Akomodasi, negosiasi asuhan budaya atau kombinasi keduanya

3. Restrukturisasi dan pemolaan kembali asuhan budaya

(Kozier et al, 2010)

Gambar 1 Model Sunrise Leininger 2.9 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan salah satu dari beberapa indikator mekanisme

(48)

komitmen terhadap organisasi. Apabila pekerja sangat puas dengan pekerjaan

mereka dan memiliki pengalaman emosi yang positif selama bekerja, performa

kerja mereka akan jauh lebih baik dan memilih untuk tetap bekerja dalam waktu

lama di tempat kerja mereka (Colquitt et al, 2009).

Kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang menyenangkan tentang

penampilan kerja dan pengalaman kerja. Dengan kata lain dapat diartikan dengan

bagaimana perasaan tentang pekerjaan dan apa yang dipikirkan tentang pekerjaan.

Pegawai dengan kepuasan kerja yang tinggi memiliki pengalaman perasaan positif

ketika memikirkan rutinitas atau aktivitas mereka. Pegawai dengan kepuasan kerja

rendah memiliki pengalaman perasaan negatif ketika memikirkan rutinitas atau

aktivitas mereka (Colquitt et al, 2009).

Ada lima nilai yang sangat penting yang memepengaruhi kepuasan kerja

yaitu : kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap promosi, kepuasan terhadap

pengawasan, kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap pekerjaan itu

sendiri. Kepuasan terhadap gaji mengacu kepada perasaan karyawan tentang gaji

mereka, apakah karyawan merasa gaji yang mereka terima sesuai dengan

pekerjaannya, apakah gaji yang mereka terima memenuhi seluruh kebutuhan

hidup mereka dengan kata lain aspek penting dari kepuasan akan gaji adalah

apakah gaji yang mereka terima sesuai dengan yang mereka inginkan. Kepuasan

terhadap promosi mengacu kepada perasaan karyawan tentang kebijakan promosi

perusahaan, termasuk apakah promosi sering dilakukan, adil dan didasarkan

kepada kemampuan. Kepuasan terhadap pengawasan mencerminkan perasaan

(49)

dan dapat berkomunikasi dengan baik, apakah dengan pengawasan diberikan

reward untuk kinerja yang baik. Kepuasan terhadap rekan kerja mengacu kepada

apakah rekan kerja mereka cerdas, bertanggung jawab, membantu, menyenangkan

dan menarik atau justru sebaliknya rekan kerjanya malas, suka menggosip, tidak

menyenangkan dan membosankan. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri

mencerminkan perasaan karyawan tentang tugas-tugas dan pekerjaan, termasuk

apakah pekerjaan mereka menantang, menarik, dihormati, bukannya

membosankan, berulang-ulang dan tidak nyaman (Colquitt et al, 2009).

Kepuasan kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan

instrumen yang sudah baku dan dipublikasikan di jurnal online (Management

research news, 2006. Kerangka kerja atau frame work yang menggambarkan teori

budaya organisasi berhubungan dengan dan kepuasan kerja dapat dilihat seperti

(50)
(51)

Berdasarkan integrative model of organizational behavior diatas dapat

diambil asumsi bahwa berdasarkan mekanisme organisasi yaitu budaya organisasi

mempunyai hubungan ataupun pengaruh terhadap mekanisme individu yang

salah satunya adalah kepuasan kerja karyawan, dimana kepuasan kerja ini

nantinya akan juga sangat mempengaruhi outcome individu yaitu terhadap kinerja

karyawan dan komitmen mereka terhadap pekerjaan dan organisasi atau institusi

kerja mereka.

2.10 Landasan Teori

Dari penelitian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja, dari beberapa artikel

yang diperoleh melalui jurnal online penelitian tidak hanya dilakukan terhadap

perawat sebagai sampel penelitiannya tetapi pegawai di profesi yang lain juga

sudah banyak diteliti sebagai sampelnya terutama di bidang perbankkan dan

bisnis, tapi dalam penelitian ini yang akan menjadi sampelnya adalah perawat di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan.

Bisnis, psikologi, dan manajemen telah menulis secara luas tentang prilaku

organisasi dan psikologi organisasi. Menulis dalam berbagai disiplin ilmu,

termasuk keperawatan, menggunakan banyak istilah untuk menggambarkan ciri –

ciri dalam organisasi mereka yang berdampak kepada kepuasan kerja anggota dan

efektifitas institusional (Sleutel, 2000). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

budaya organisasi sangat signifikan berkorelasi dengan perilaku karyawan dan

sikap. Misalnya budaya konstruktif positif berhubungan dengan kepuasan kerja,

(52)

Berdasarkan teori Sunrise Leininger ada tujuh faktor budaya yang

mempengaruhi kesehatan individu yaitu : faktor teknologi, faktor keagamaan dan

filosofis, sistem sosial dan kekerabatan, nilai budaya, faktor legal dan politis,

faktor ekonomi, dan faktor pendidikan. Akan tetapi dari ketujuh faktor budaya

yang mempengaruhi kesehatan tersebut satu faktor yang terkait dengan penelitian

ini yaitu faktor legal dan politis, dimana faktor ini terkait dengan budaya

organisasi yang dikemukakan oleh Cameron & Quinn yaitu budaya organisasi

hierarki yang meliputi tentang kebijakan, peraturan, standar yang dibuat oleh

organisasi dan dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi.

Untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi dan kepuasan kerja

perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan akan diukur

dengan menggunakan kuesioner yang telah baku yang telah dipublikasikan

melalui jurnal online (Management research News, 2006) dengan jumlah

pernyataan sebanyak 45 buah pernyataan. Mengukur budaya organisasi akan

digunakan juga instrumen penelitian yang sudah baku yang diadopsi dari

organizational culture assesment (OCAI) dengan jumlah pernyataan sebanyak 24

buah.

2.11 Kerangka Konsep

Penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas dan satu variabel terikat.

Keempat variabel bebas diambil budaya organisasi berdasarkan teori Cameron &

Quinn tahun 1999 yang terdiri dari : budaya organisasi Adhokrasi, budaya

(53)

Leininger yaitu faktor legal dan politis dan budaya organisasi Klan. Sedangkan

Variabel terikat adalah kepuasan kerja perawat.

Berdasarkan landasan teori diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

ditunjukkan dalam skema dibawah ini :

Gambar 3 Kerangka Penelitian Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja. Gambar diatas menjelaskan bahwa keempat budaya organisasi yaitu Budaya Organisasi Klan, Adhokrasi, Market, dan Hierarki akan diketahui berdasarkan instrumen OCAI akan diteliti hubungannya dengan kepuasan kerja perawat Budaya Organisasi

• Klan

• Adhokrasi

• Market

• Hierarki

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi

untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja

perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Dr Pirngadi Kota Medan dengan jumlah ruangan rawat inap umum

sebanyak 20 ruangan. Dengan pertimbangan di ruang rawat inap ada tim kerja dan

adanya pembagian shift kerja untuk melihat budaya organisasi dan kepuasan kerja

perawat.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan dengan status

(55)

3.3.2 Sampel

Besarnya sampel minimal dihitung menggunakan rumus yang dikutip dari

Dahlan (2010), sebagai berikut :

n = 50,51 dibulatkan menjadi 51 orang

Maka berdasakan perhitungan diatas didapatkan sampel sebanyak 51

orang. Sampel akan diambil dengan teknik quota sampling dari 20 ruangan rawat

inap ditetapkan 2 orang perawat bagi ruangan yang jumlah perawatnya dibawah

15 orang dan 3 orang bagi ruangan yang jumlah perawatnya 15-21 orang, dan

perawat yang akan mejadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Masa kerja minimal 2 tahun dan perawat dengan status kepegawaian PNS

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan kuesioner. Dimana digunakan 1 set kuesioner untuk

mengukur budaya organisasi perawat dan 1 set kuesioner untuk mengukur

kepuasan kerja perawat. Kuesioner ini akan melalui proses dengan mengedarkan

(56)

kepada sejumlah subjek penelitian untuk mendapatkan tanggapan, informasi, dan

jawaban yang akan subjek penelitian pilih sesuai dengan pendapat mereka

masing-masing.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

Pada tabel berikut ini disajikan variabel, definisi operasional, alat ukur dan

skala ukur.

Tabel 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

(57)
(58)

Perawat Profesi yang memberikan jasa pelayanan keperawatan kepada klien yang sakit dan dirawat inap yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr Pirngadi Kota Medan

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran data diawali dengan memberikan penjelasan kepada

subjek penelitian mengenai tujuan dan manfaat penelitian, petunjuk dan cara

pengisian, waktu yang diperlukan untuk mengisi kuesioner, serta kesediaan subjek

penelitian bersifat sukarela, selanjutnya subjek penelitian diminta untuk

menandatangani informed consent. Setelah itu, peneliti memberikan kuesioner

kepada subjek penelitian untuk diisi. Metode pengukuran data untuk mengukur

budaya organisasi akan digunakan kuesioner OCAI dengan memberikan skor

yang paling sesuai dengan budaya organisasi yang paling diadopsi oleh institusi

kerja kemudian akan dihitung rerata total skor budaya organisasi, sehingga dari

rerata tersebut akan diketahui budaya apa yang dimiliki oleh organisasi.

(59)

dengan 5 pilihan jawaban yang terdiri dari; sangat tidak setuju nilai 1, tidak setuju

nilai 2, ragu nilai 3, setuju nilai 4 dan sangat setuju nilai 5.

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui kuesioner akan dianalisa dengan teknik

statistik. Data tentang budaya organisasi akan dihitung rata-ratanya, rata-rata

budaya organisasi akan ditampilkan dalam bentuk tabel sehingga akan diketahui

budaya organisasi apa yang paling digunakan. Metode analisis data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Spearman. Proses

analisa data ini akan dilakukan dengan cara komputerisasi.

3.8 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik

Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan memperhatikan aspek-aspek etika penelitian yang meliputi antara lain:

informed consent, anonimity dan confidentiality dengan uraian sebagai berikut:

3.8.1 Informed Consent

Sebelum dilakukan pengumpulan data, setiap responden terlebih dahulu

menandatangani lembar persetujuan responden (informed consent) setelah

mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan pelaksanaan penelitian ini.

3.8.2 Anonimity

Memberikan jaminan terhadap identitas diri dalam penggunaan subjek

(60)

kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner yang akan

dibagikan untuk diisi jawaban oleh responden.

3.8.3 Confidentiality

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, informasi dalam penelitian ini semata-mata hanya

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan didirikan oleh

pemerintah kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu

pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus

1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah dr.

W. Bays, pada tahun 1939 diserahkan kepada dr. A.A. Messing. Pada tahun 1979

sesuai dengan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 tahun 1979

tanggal 25 Juni, RSU Pusat Medan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah

Dr Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia pertama

menjadi pimpinan Rumah Sakit Pirngadi. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi

daerah, Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan pada tanggal

27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari pemerintah provinsi Sumatera

Utara kepada Pemerintah Kota Medan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan merupakan Rumah

Sakit milik Pemerintah Kota Medan, beralamat di Jl. Prof. H. M. Yamin, SH No

17 Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Visi Rumah Sakit ini adalah menjadi

rumah sakit pusat rujukan dan unggulan di sumatera bagian utara tahun 2015.

Manajemen Strategi Bidang Keperawatan RSU Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

diorientasikan pada 4 (empat) perspektif penting yaitu perspektif proses pelayanan

medis, perspektif pembelajaran dan peningkatan SDM medis, perspektif sarana /

(62)

tersebut sangat penting dalam menjaga kualitas pelayanan medis. Pelanggan yang

puas tidak mungkin ada tanpa adanya produk/ jasa yang baik yang dihasilkan dari

proses pelayanan yang baik. Produk dan proses pelayanan yang baik tidak

mungkin diberikan jika tidak ada tenaga medis yang puas dengan pekerjaannya.

4.2 Karakteristik Demografi Responden

Pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai minggu

pertama bulan Juli 2013 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan. Pada

tabel di bawah ini ditampilkan distribusi dan frekuensi karakteristik demografi

responden yaitu perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Dr Pirngadi Kota Medan.

Tabel 2 Karakteristik Demografi Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2013 (N = 51)

(63)

Kategori Frekuensi %

Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa usia responden terbanyak

pada usia antara 32-37 tahun sebanyak 20 orang (39 %), kemudian usia 26-31

tahun sebanyak 16 orang (31 %), selanjutnya responden yang berusia antara 44-49

tahun sebanyak 6 orang (12 %), lalu berusia 38-43 tahun sebanyak 5 orang (10

%), berusia 50-55 tahun sebanyak 3 orang (6 %) dan yang terakhir adalah berusia

20-25 tahun 1 orang (2 %) dengan jumlah total responden sebanyak 51 orang.

Diketahui pula bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan

dengan jumlah responden sebanyak 45 orang (88,%), dan responden laki-laki

hanya berjumlah 6 orang (12 %). Selanjutnya berdasarkan tabel diatas diketahui

pula bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan diploma 3 sebanyak

45 orang dengan persentase 88%, dan sarjana sebanyak 5 orang responden

dengan persentase sebesar 12 % dengan jumlah total responden sebanyak 51

orang

4.3 Budaya Organisasi Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik deskriptif

(64)

Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan, maka pada tabel di bawah ini dapat

dilihat rerata skor tertinggi sampai skor terendah.

Tabel 3 Rerata Budaya Organisasi Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2013 (N = 51)

Budaya Organisasi Rerata Skor Standar Deviasi

Klan 44,2 6,837

Adhokrasi 31,7 5,281

Market 31,2 3,009

Hierarki 34,1 7,855

Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa rerata responden yang

menggunakan budaya organisasi Klan adalah 44,2, rerata responden yang

menggunakan budaya organisasi Adhokrasi adalah 31,7, rerata responden yang

menggunakan budaya organisasi Market adalah 31,2, dan rerata responden yang

menggunakan budaya organisasi Hierarki adalah 34,1

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Pada tabel 4 ditampilkan distribusi frekuensi responden yang memiliki

budaya organisasi Klan, Adhokrasi, Market dan Hierarki di ruang rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya Organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan (N = 51)

Budaya Organisasi Frekuensi %

(65)

Market

Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui bahwa bahwa responden yang memilih

budaya organisasi Klan adalah 38 orang dengan persentase sebesar 74 %, budaya

organisasi Adhokrasi sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 4 %, budaya

organisasi Market sebanyak 1 orang responden sebesar 2 %, selanjutnya budaya

organisasi Hierarki sebanyak 10 orang atau sebesar 20 %.

4.5 Distribusi Responden berdasarkan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Pada Tabel 5 ditampilkan distribusi frekuensi kepuasan kerja responden di

ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan (N = 51)

Kepuasan Perawat Frekuensi %

Puas

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa responden yang memiliki

tingkat kepuasan kerja cukup puas adalah sebanyak 41 orang responden atau

sebesar 80 %, dan responden yang memiliki tingkat kepuasan kerja puas adalah

(66)

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya Organisasi dan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat (N = 51)

Budaya Organisasi

Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui bahwa responden yang menggunakan

budaya organisasi Klan yang puas dengan pekerjaaannya adalah sebanyak 6 orang

responden dan yang cukup puas sebanyak 32 orang, responden yang

menggunakan budaya organisasi Adhokrasi dan cukup puas dengan pekerjaannya

adalah 2 orang responden, kemudian responden yang menggunakan budaya

organisasi Market 1 orang yang cukup puas dengan pekerjaannya, selanjutnya

responden yang menggunakan budaya organisasi Hierarki yang puas dengan

pekerjaannya sebanyak 4 orang responden dan 6 orang responden cukup puas.

4.6 Hubungan Budaya Organisasi Klan, Adhokrasi, Market, dan Hierarki

dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Pada Tabel 7 di bawah ini ditampilkan total skor budaya organisasi Klan,

Adhokrasi, Market dan Hierarki dengan kepuasan kerja perawat dan nilai

correlation coefficient, standar deviasi, nilai rerata serta signifikansinya di ruang

(67)

Tabel 7 Hubungan Budaya Organisasi Klan, Adhokrasi, Market dan Hierarki dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Budaya

Berdasarkan Tabel 7 di atas melalui uji Spearman diketahui bahwa nilai P

Klan adalah 0,564 > 0,05 dimana Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya bahwa

budaya organisasi Klan tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan. Berdasarkan Tabel 7 di

atas juga melalui uji Spearman diketahui bahwa nilai P adalah 0,015 < 0,05

dimana Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa budaya organisasi

Adhokrasi berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr Pirngadi Kota Medan. Berdasarkan Tabel 7 di atas melalui uji

Spearman diketahui bahwa nilai P adalah 0,167 > 0,05 dimana Ho diterima dan

(68)

dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota

Medan. Berdasarkan Tabel di atas melalui uji Spearman diketahui bahwa nilai P

adalah 0,994 > 0,05 dimana Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya bahwa

budaya organisasi Hierarki tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan.

4.7 Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan

Pada tabel 8 di bawah ini ditampilkan korelasi Spearman antara budaya

organisasi dengan kepuasan kerja perawat. Tabel terdiri atas koefisien korelasi (r),

dan nilai p dengan jumlah responden penelitian sebanyak 51 orang.

Budaya Organisasi

Kepuasan Kerja Perawat r -0,142

p 0,321

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai p adalah 0,321>0,05

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara budaya

organisasi dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr

Pirngadi Kota Medan, dimana Ha dalam penelitian ini ditolak dan Ho yang

Gambar

Gambar 1 Model Sunrise Leininger
Gambar 2 Model Integrative Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja
Gambar 3  Kerangka Penelitian Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja. Gambar diatas menjelaskan bahwa keempat budaya organisasi yaitu Budaya Organisasi Klan, Adhokrasi, Market, dan Hierarki akan diketahui berdasarkan instrumen OCAI akan diteliti hubungannya dengan kepuasan kerja perawat
Tabel 1 Definisi Operasional
+6

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN HAEMODIALISA PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.. PIRNGADI MEDAN

Kompetensi social skill perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Mean

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan melalui wakil direktur bidang administrasi umum RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Motto

Gambaran kepuasan kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan.. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Kepuasan kerja perawat pada aplikasi metode tim primer dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan (studi kuantitatif di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)..

pirngadi Medan, bagaimana akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian kerjasama operasional mesin hemodyalisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan dan bagaimana

Judul Tesis : Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum

Hubungan Mekanika Tubuh Perawat Dengan Resiko Terjadinya Low Back Pain (LBP) pada Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan Tahun 2014.. xv + 54 hal + 6 tabel + 1 skema