PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA
DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP
PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN
KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA
RANTAUPRAPAT
TESIS
Oleh
ALWI MUJAHIT HASIBUAN
027012003/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA
DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP
PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN
KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA
RANTAUPRAPAT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALWI MUJAHIT HASIBUAN
027012003/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT
Nama Mahasiswa : Alwi Mujahit Hasibuan
Nomor Pokok : 027012003
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (Syahyunan, SE, M.Si) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc.)
Telah diuji
Pada tanggal : 5 Januari 2008
===========================================================
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP
Anggota : 1. Syahyunan, SE, M.Si
2. Prof.dr. Aman Nasution, MPH.
PERNYATAAN
PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP
PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA
RANTAUPRAPAT
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, 5 Januari 2008
ABSTRAK
Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat, masih minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa Puskesmas menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan. Hal ini diperkirakan karena pembangunan pelayanan kesehatan, tidak menyentuh demand masyarakat sebagai konsumen pelayanan kesehatan dasar tersebut.
Survei, bersifat analitik dengan tipe Explanatory Research, dengan sampel seluruh pasien berumur ≥ 17 tahun, yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori Non Askes. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.
Hasil penelitian, menunjukkan pandangan terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan, diperoleh dengan kategori kurang baik, terhadap Sarana dan Prasarana, dengan kategori baik, Tarif, dengan kategori kurang baik. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan, diperoleh hasil dengan kategori baik. Dari hasil uji statistik terbukti bahwa terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan dan Tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, sedangkan Sarana dan Prasarana tidak berpengaruh.
ABSTRACT
The use of Puskesmas (Community Health Center) as a basic health service center in the community is still minimal. The result of the Local Health Survey done in 2006 indicates that Puskesmas in the third choice for household member that seeking for medication. It is estimated that this case happens because the development of health service does not meet the demand of the community as its consumers.
This analytical explanatory research was conducted in July 2007. The samples for this study was all patient of non ASKES (do not belong to the health insurance) who were above 17 years old, and came to Puskesmas Kota Rantauprapat to get treatment. The purpose of this study is to analyze the influence of the service given by health personnel, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas, and tariff on the demand of community (non ASKES patients) on the health service available in Puskesmas Kota Rantauprapat.
The result of this study shows that the community perceived that the service given by the health personnel belongs to poor category, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas belong to good category, the tariff belongs to poor category, and the demand on the health service belongs to good category. The result of statistical test reveals that, the service given by health personnel and tariff has influence on the demand of community (non ASKES patients) in Puskesmas Kota Rantauprapat while facilities and infrastructure do not.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2 Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU, Medan.
Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan
kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih,
semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Bapak Prof. Dr.
Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP, Bapak Syahyunan, SE, M.Si, selaku pembimbing
yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan sejak mulai hingga selesai tesis ini.
Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak
Prof.Dr. Aman Nasution, MPH. dan Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku penguji
yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan bobot tesis ini. Kepada
beliau yang terakhir, kami juga mengucapkan terimakasih atas dukungannya dimana
penulis sangat terbantu terutama dalam proses akhir studi penulis.
Disamping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor USU yang telah memberi kesempatan sehingga tesis ini dapat diuji.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana yang dengan kearifannya, tesis ini dimungkinkan
untuk diuji dan disempurnakan.
3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana
4. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Labuhanbatu yang memberi izin dan dukungan.
5. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun 2002.
6. Kkd. Drs.H. Hasrul Azwar, MM. Syahruzal Yusuf, SH. Drs. Ridwan Rangkuti,
M.Si. Edy Ikhsan, SH. yang selalu siap membantu bila penulis perlukan. Semoga
persaudaraan yang terbangun semakin produktif di masa mendatang.
7. Adik-adikku yang mendukung proses teknis mulai dari penelitian pendahuluan,
pengumpulan dan pengolahan data, serta penulisan akhir tesis ini.
Ucapan terima kasih kepada Ibunda Hj. Siti Ramala Daulay, yang telah
memberi perhatian dan doa yang tidak putus-putusnya bagi penulis, semoga sehat
selalu dan panjang umur dalam kasih sayang dan lindungan Allah SWT.
Ucapan terimakasih dan permohonan maaf yang tulus, kepada istri tercinta dr.
Hj. Yeva Erince Yusuf dan anak-anakku tersayang Rizky Ridhani, Medina Handayani,
Fathin Muhammad Ababil Hasibuan dan Assyifa Maulida, yang hak-haknya sering
terabaikan, tapi selalu memberikan semangat dan dukungan serta pengorbanan selama
penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan yang telah dilakukan dengan limpahan ridho dan hidayah-Nya.
Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, karenanya saran untuk
perbaikan sangat diperlukan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Labuhanbatu.
Medan, 5 Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama : Alwi Mujahit Hasibuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan, 19 Nopember 1965
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gatot Subroto, No. 70, Rantauprapat. Telp.06247001200
RIWAYAT PENDIDIKAN
1972 – 1976 : SD Negeri 21, Padang Sidimpuan
1977 – 1981 : SMP Negeri 2, Padang Sidimpuan
1981 – 1982 : SMA Negeri 1, Padang Sidimpuan
1982 – 1984 : SMA Negeri 16, Jakarta Barat
1984 – 1994 : Fakultas Kedokteran Universitas`Sumatera Utara, Medan
2002 – 2007 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
RIWAYAT PEKERJAAN
1995 – 1998 : Dokter PTT, Kepala Puskesmas Batu Ajo, Kec. Kota
Pinang, Kab. Labuhanbatu.
1999 – 2001 : Dokter, di Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab.
Labuhanbatu.
2001 – 2002 : Kepala Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab.
Labuhanbatu.
2002 – 2004 : Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Subdis Bina Kesmas,
Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.
2004 – 2006 : Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan,
Subdis Bina Yankes, Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.
DAFTAR ISI
2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.... 10
3.2.2 Waktu Penelitian ... 33
4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Kota Rantauprapat... 45
4.1.9 Pengaruh Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan... 60
4.1.10 Gambaran Umum Informan Penelitian ..………... 63
4.1.11 Pandangan Informan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan... 66
4.1.12 Pandangan Informan Terhadap Sarana dan Prasarana... 69
4.1.13 Pandangan Informan Tentang Tarif... 72
5.6 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam
Pelayanan Kesehatan... 95
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 99
5.1 Kesimpulan ... 99
5.2 Saran ... 101
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu
Labuhanbatu Tahun 2002-2006... 3
1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)……..… 4
3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan Sarana dan Prasarana, Tarif terhadap Demand Masyarakat... 36
3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid ... 39
3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner dengan Teknik Belah Dua ... 40
4.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas ... 44
4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 ... 45
4.3 Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 ... 45
4.4 Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat ... 46
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 47
4.6 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan ... 49
4.7 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan (Kategori) ... 51
4.8 Pandangan Responden Tentang Sarana dan Prasarana... 53
4.9 Pandangan Responden terhadap Sarana dan Prasarana (Kategori).... 54
4.10 Pandangan Responden Terhadap Tarif... 55
4.12 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan... 57
4.13 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan (Kategori) ... 59
4.14 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) secara bersama-sama terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) ... 60
4.15 Uji ANOVA... 61
4.16 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y)... 61
4.17 Karakteristik Informan Tokoh Masyarakat... 64
4.18 Pandangan Informan tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan... 67
4.19 Pandangan Informan tentang Sarana dan Prasarana... 70
4.20 Pandangan Informan tentang Tarif... 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan
(needs)... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Valid ... 106
2. Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat dari Berbagai Kalangan 111
3. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ... 112
4. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Labuhanbatu……….. 113
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.
Puskesmas sebagai unit kesehatan masyarakat terdepan memiliki peranan
penting dalam mewujudkan masyarakat sehat menuju Indonesia Sehat, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Puskesmas yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya
penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun
kuantitas, sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
pembantu serta puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2002 jumlah puskesmas di
seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit, puskesmas
keliling 5.084 unit (perahu 716 unit, ambulance 1.302 unit). Sedangkan puskesmas
yang telah dilengkapi rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459
unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2004).
Untuk Propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2003 tercatat 343 fasilitas
pelayanan kesehatan berupa Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Utara, 2004) dan di Kabupaten Labuhanbatu sendiri saat ini tercatat 36
Puskesmas yang melayani pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat Labuhanbatu
(Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2004).
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, Puskesmas belum dimanfaatkan
secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data Propinsi Sumatera Utara hasil
Susenas tahun 2002 (BPS), dari penduduk yang berobat jalan tercatat 15,17 %
memanfaatkan Puskesmas, 4,79 % yang memanfaatkan Puskesmas Pembantu dan
hanya 6,62 % yang memanfaatkan rawat inap di Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004).
Di Kabupaten Labuhanbatu, kondisi ini juga tidak jauh berbeda.
Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat ternyata
masih sangat minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa
Puskesmas hanya menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari
survey ini adalah praktek dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan
(Survei Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2006).
Kondisi ini, memprihatinkan mengingat berbagai upaya yang sudah
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dasar terasa sia-sia melihat minimnya angka pemanfaatan
Puskesmas oleh masyarakat. Dari upaya yang dilakukan, baik pembangunan fisik,
maupun non fisik selama 5 tahun terakhir, ternyata belum mampu meningkatkan
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Puskesmas.
Dari APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 sampai dengan
Tahun Anggaran 2006, tercatat dana yang dialokasikan untuk kesehatan sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2002-2006
Sumber : APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 - 2006
Tahun Anggaran Jumlah Dana
2002 Rp. 3.359.469.000
2003 Rp. 9.170.650.505
2004 Rp. 9.098.177.692
2005 Rp. 9.797.524.331
2006 Rp. 21.260.588.057
Dengan jumlah anggaran yang diuraikan di atas ditambah dengan dana
APBN, APBD Propinsi dan pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk Pembangunan Kesehatan dari
Tabel 1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)
Tahun Anggaran Jumlah
2004 Rp 4.064.580.000,-
2005 Rp 5.728.801.385,-
2006 Rp 2.984.980.000,-
Sumber : Proposal DFA PHP II Tahun 2004, 2005, 2006
Dengan jumlah Anggaran yang begitu besar ternyata selama lima tahun
terakhir ini Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu belum mampu meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagai pilihan pertama
sarana pencarian pengobatan. Hal ini terjadi diperkirakan karena pembangunan
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tidak menyentuh demand
(permintaan) dari masyarakat umum sebagai konsumen dari pelayanan kesehatan
dasar tersebut.
Penelitian sebelumnya (Lubis, 2006), menunjukkan ada pengaruh persepsi
tentang pelayanan spesialis terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Buchari yang dikutip Lubis (2006), yang mengatakan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu
faktor sistem pelayanan kesehatan seperti kelengkapan program, tersedianya
pelayanan spesialis, teraturnya pelayanan dan hubungan antara dokter/tenaga
kesehatan lainnya dengan pasien. Demikian juga pendapat Dever yang dikutip oleh
Azhari (2002) dalam Lubis (2006), yang menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan
Selanjutnya Lubis (2006) menemukan bahwa; semakin lengkap fasilitas
maka semakin tinggi tingkat permanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Lapau (1997) dalam Lubis (2006) yang menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh system pelayanan kesehatan yang
bersangkutan yang tergambar dalam persepsi masyarakat terhadap tipe organisasi,
kelengkapan program kesehatan yang didalamnya tersedia tenaga dan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kota Rantauprapat,
bahwa sebagian besar yang memanfaatkan layanan Puskesmas adalah masyarakat
kalangan menengah ke bawah dan PNS (pengguna ASKES, termasuk ASKESKIN)
yakni 18.091 jumlah kunjungan dari 28.899 jumlah kunjungan (Puskesmas Kota
Rantauprapat, 2006).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas Kota Rantauprapat belum
bisa menjaring konsumen dari kalangan menengah ke atas (non ASKES) karena
pelayanan yang diberikan belum bisa memenuhi permintaan yang diharapkan oleh
masyarakat kalangan menengah ke atas tersebut. Padahal kondisi objektif yang ada di
Kota Rantauprapat bagi masyarakat kalangan menengah ke atas bila merasa ada
keluhan sakit, tidak jarang langsung ke Malaysia atau Singapura karena merasa
permintaannya akan pelayanan kesehatan terpenuhi di negara tetangga tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di Puskesmas Kota Rantauprapat tentang pengaruh pelayanan
masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota
Rantauprapat. Hal ini perlu dilakukan karena keberadaan Puskesmas Rantauprapat
sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di Kota Rantauprapat yang memiliki jumlah
penduduk 44.494 jiwa dengan 9.700 Kepala Keluarga dimana 4.025 Kepala Keluarga
merupakan keluarga menengah ke atas (Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006).
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat
(non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?
2. Bagaimana pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non
ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?
3. Bagaimana pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di
Puskesmas Kota Rantauprapat ?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan
masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota
1.4Hipotesis
1. Ada pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non
ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.
2. Ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non
ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.
3. Ada pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas
Kota Rantauprapat.
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencana Dinas
Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk menyusun program pembangunan
pelayanan kesehatan lebih lanjut.
1.5.2 Sebagai bahan masukan bagi perencana di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang lain dalam menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permintaan (Demand) Kesehatan
2.1.1 Pengertian Demand Kesehatan
Dalam menjelaskan konsep demand sektor kesehatan perlu ada pembedaan
mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting mengingat
terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya.
Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan
merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga
timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Demand untuk
menjadi sehat tidak sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat
tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan
status kesehatannya
Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu
modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam
menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan
kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang
menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap
demand akan kesehatan. (Trisnantoro, 2006).
Grossman (1972), menggunakan teori modal manusia (human capital)
kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk
bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan.
Grossman menguraikan demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang
membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain (Trisnantoro,
2006):
1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk
menghasilkan kesehatan.
2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat
menghasilkannya, menggunakan waktu untuk mengusahakan peningkatan
kesehatan, disamping menggunakan pelayanan kesehatan.
3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak
terdepresiasi dengan segera.
4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan
investasi.
Untuk lebih memahami demand terhadap kesehatan, dapat dilakukan
dengan memahami pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand) dan
Keinginan (Wants)
Permintaan (demands)
Kebutuhan (Needs)
Gambar 2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs)
Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan haru mendapatkan penanganan medis
Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran
Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup
Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya
Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat
dilukiskan sebagai fenomena gunung es, dimana demand yang benar merupakan
bagian dari need. Need akan pelayanan kesehatan berwujud sebagai gunung es, yang
sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. Sedikit tersebut bersifat variatif. Pada
negara maju, puncak gunung es akan terlihat lebih besar dibanding negara yang
miskin. (Trinantoro, 2006)
2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Menurut Tjiptoherjanto dkk (1994), menyatakan bahwa terdapat dua
pendekatan yang digunakan untuk membahas permintaan masyarakat terhadap
a. The Agency Relationship atau dikenal juga dengan Supplier Induced Demand
Model.
Dalam model ini menyatakan hubungan kebutuhan dan permintaan
merupakan suatu yang rumit, hal ini diargumentasikan bahwa:
1. Seseorang mempunyai keinginan akan kesehatan yang lebih baik dari keadaan
yang dimiliki saat ini.
2. Sebagian aktif memperoleh pelayanan kesehatan misalnya dengan secara rutin
melakukan pemeriksaan pada dokter pribadi.
3. Terkadang dokter tidak sependapat dengan tentang penilaian kebutuhan dan
permintaan. Para dokter menyatakan bahwa beberapa kebutuhan dan permintaan
tidak selalu membutuhkan perawatan.
Apakah kebutuhan dan permintaan dapat digabung? Salah satu cara untuk
menggabungkan adalah dengan pendekatan agency relationship (hubungan
keagenan), dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi
pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang pelayanan kesehatan. Kejadian
ini disebabkan oleh sifat pelayanan kesehatan, dimana dokterlah yang aktif bertindak
melakukan permintaan.
Untuk menunjang hubungan tersebut secara efisien menurut Artells (1981),
diperlukan tiga kelompok informasi, yakni:
1. Pengetahuan dasar medis yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya tidak
harus dimiliki pasien. Informasi ini menyangkut pengetahuan untuk melakukan
2. Keterangan tentang keadaan pasien yang meliputi pengetahuan tentang symptom
dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter untuk
menerapkan ilmunya terhadap kasus yang ada.
3. Informasi tentang penilaian pasien itu sendiri mengenai penyakit yang
dideritanya.
b. Investment Model oleh Grossman (1972)
Model ini menyebutkan bahwa permintaan terhadap pelayanan kesehatan
merupakan derivasi dari permintaan terhadap pelayanan itu sendiri. Menurut
terminologi Becker (1965), kesehatan merupakan komoditi penting. Dengan
menggunakan dasar pengetahuan tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku
konsumen dalam Human Capital Approach dimana area pemilihannya diperluas
hingga mencakup pemilihan atas status kesehatan.
Diantara kedua pendekatan ini terdapat perbedaan mengenai asumsi
kedudukan pasien dalam model permintaan, dimana pada pendekatan pertama
mengatakan bahwa peranan pasien sangat kecil dibanding petugas kesehatan,
sedangkan model Grossman mengatakan bahwa pasien memiliki informasi dan
kebebasan dalam menentukan permintaannya. Dalam hal ini pasien diasumsikan
mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya, sehingga permintaan akan
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor di bawah ini,
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:
1) Kebutuhuan berbasis Fisiologis
Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, menekankan pentingnya keputusan
petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan
pelayanan medis. Keputusan ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan
status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini, demand terhadap pelayanan
kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi.
2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan
Secara sosio antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi
oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Disamping itu,
masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal penting sehingga
mengakibatkan sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya,
sebagian lain, tidak memperhatikannya.
3) Variabel-variabel Ekonomi
Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif.
Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang
membutuhkan penanganan medis segera, faktor tarif, mungkin tidak berperan
dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.
apabila tidak ditolong segera, korban dapat meninggal dunia atau cacat seumur
hidup.
4) Penghasilan Masyarakat
Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan
kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya
kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal
ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota/ kabupaten dan
puskesmas.
5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Adanya asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap
pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif
sebagai hambatan. Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi, maka
demand akan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Peningkatan demand ini
dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh
asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan
sebanyak-banyaknya.
6) Variabel-variabel Demografis dan Umur
Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan
kuratif. Semakin tua seseorang, akan meningkatkan demandnya terhadap
pelayanan kuratif, sementara demand terhadap pelayanan kesehatan preventif,
7) Jenis Kelamin
Demand wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Kondisi ini karena dua hal. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang
lebih tinggi dibanding laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah,
sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih
besar dibanding laki-laki. Pada kasus-kasus darurat, perbedaan ini tidak nyata.
8) Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih
tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan
status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
9) Faktor-faktor lain
Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu
pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi.
Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas
ekonomi untuk meningkatkan demand. Pelayanan kesehatan tradisional seperti
para tabib, dukun dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat
kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia, telah memperhatikan
faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya
dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang
meningkatkan demand. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui
perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga
Sedangkan menurut Wirick yang dikutip oleh Sorkin (1984), ada lima
faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan
meliputi:
1. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan
2. Kesadaran akan adanya kebutuhan tersebut
3. Motivasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
4. Tersedianya sumber keuangan
5. Tersedianya pelayanan kesehatan
Selanjutnya, Azwar (1988), yang dikutip oleh Siregar (2004), berpendapat
bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan, amat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, soial budaya dan sosial ekonomi. Jika tingkat pendidikan baik,
keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif
kebutuhan dan demandnya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana
tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan
sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan, atau tidak memungkinkan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2.2 Puskesmas
2.2.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).
Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua
golongan umur dan jenis kelamin.
Pengertian terpadu atau integrasi menurut WHO bila dilihat dari aspek
fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan
fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu
kesatuan.
Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan
kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk
melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan di bawah satu
administrasi dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi
dengan koordinasi yang baik (Depkes, 1999).
2.2.2 Fungsi Puskesmas
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk sumber pembiayaannya
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan per orangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Per orangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas menempuh langkah-langkah
antara lain:
1) Mengumpulkan informasi keadaan lingkungan geografis, demografis, morbiditas,
sosio budaya dan sosio ekonomi penduduk serta keadaan infra struktur untuk
melakukan analisis situasi dan menetapkan situasi serta menetapkan diagnosis
masalah masyarakat di wilayah kerjanya.
2) Berdasarkan hasil diagnosis masalah masyarakat, menyusun rencana kerja sesuai
dengan kebijaksanaan dan petunjuk yang diberikan dari Dinas Kesehatan Daerah
Tingkat II sebagai atasannya.
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan
memperhatikan kebutuhannya, mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat yang
2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat kaitannya dengan kapan
seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan
tersebut. Berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya akan
menjawab bila merasa ada gangguan kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah tahu
dan tidak dapat menjawab dengan pasti, kapan akan sakit. Hal ini menjelaskan,
bahwa selaku konsumen pelayanan kesehatan, seseorang selalu dihadapkan pada
masalah ketidakpastian.
Menurut Kasl dan Cobb (1966), alasan untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan (medis) ada 3 hal yaitu (1) Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan
kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat); (2) Untuk
mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala
penyakit yang dirasakan (perilaku sakit); dan (3) Untuk mengobati penyakit, jika
penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar
penyakit tidak bertambah parah (peran sakit – sick role behavior). (Becker dkk,
dalam Muhazam F, 1995).
Dalam ilmu ekonomi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah
kesehatan itu sendiri dan sekaligus akan menghasilkan dampak yang lainnya. Dari
sudut pandang permintaan, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya
sehingga memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk menjaga
baik, mungkin disebabkan oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup yang
lebih baik dibanding bila mereka mengalami gangguan kesehatan.
Menurut Arrow (1963), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan
akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya
sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena misalnya persoalan informasi
yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari
informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk
melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994).
Menurut Department of Health Education and Welfare, USA (Lapau,
1997), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu:
1. Faktor regional dan residence
regional misalnya ; Jakarta, Jawa Barat,dll.
residence misalnya ; Rural dan Urban
2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan
a. Tipe dari organisasi, misalnya ; rumah sakit, puskesmas,dll.
b. Kelengkapan program kesehatan.
c. Tersedianya fasilitas dan tenaga medis.
d. Teraturnya pelayanan.
e. Hubungan antara dokter/ tenaga kesehatan lainnya dengan penderita.
f. Adanya asuransi.
4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan.
a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status
perkawinan, besar keluarga, kebangsaan, dan suku bangsa, serta agama.
b. Faktor sosio psikologis, yang meliputi sikap/ persepsi terhadap pelayanan
kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan
kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya.
c. Faktor ekonomis yang meliputi status sosioekonomis (pendidikan dan
pekerjaan) dan pendapatan.
d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah
penderita dengan tempat pelayanan kesehatan.
e. Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala
penyakit yang dirasakan oleh penderita, status terbatasnya keaktifan yang
kronis, hari-hari di mana tidak dapat melakukan tugas dan diagnosa.
Andersen dan Newman (1979) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), menyatakan model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu
atau memenuhi satu atau lebih dari lima tujuan berikut:
a. Untuk melukiskan hubungan-hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor
penentu (determinan) dari penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Untuk menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian
pelayanan kesehatan yang berat sebelah.
c. Untuk meringankan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan dari pelayanan
d. Untuk menyarankan cara-cara manipulasi kebijaksanaan yang ada dan
berhubungan dengan variabel-variabel, agar dapat memberikan perubahan
perilaku terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.
e. Untuk menilai program yang sudah dilakukan, terutama dalam pemeliharaan/
perawatan kesehatan yang baru.
Andersen dan Anderson membuat 7 kategori model penggunaan pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan sebagai penentu
(determinan-determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. Ketujuh model tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Model Demografi (Kependudukan)
Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin,
status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran
mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur dan jenis kelamin), dan juga
siklus hidup (status perkawinan dan besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa
penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan
variabel di atas.
2) Model-model Struktur Sosial (Social Structure Models)
Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan,
dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari
individu atau keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi
bahwa orang-orang dengan latar belakang, status sosial tertentu akan
3) Model-model Sosial Psikologis (Psychological Social Models)
Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pengertian kerentanan
terhadap penyakit, pengertian keseluruhan daripada penyakit, keuntungan yang
diharapkan dari pengambilan tindakan menghadapi penyakit, kesiapan tindakan
individu. Dalam model ini variabel yang digunakan merupakan ukuran dari sikap
dan keyakinan individu.
4) Model-model Sumber Keluarga (Family Resource Models)
Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga,
cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan dan
pihak-pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini
menggambarkan tingkat ekonomi keluarga dan digunakan untuk mengukur
kemampuan membayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan
mereka.
5) Model-model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Models)
Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah penyediaan pelayanan
kesehatan dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan, serta sumber dari
masing-masing dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai
ekonomis yang berfokus pada ketersediaan di masyarakat.
6) Model-model Organisasi (Organization Models)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah gaya hidup (style) praktek
petugas yang pertama kali kontak dengan pasien. Model ini mencerminkan
perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan.
7) Model Sistem Kesehatan (Health System Models)
Model sistem kesehatan mengintegrasikan ke enam model di atas menjadi satu
yang sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap
penggunaan pelayanan kesehatan maka akan diperhitungkan keenam model di
atas (Notoatmodjo, 2003).
Selanjutnya, kenyataan menunjukkan bahwa problem kesehatan ditandai
oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang dilakanakan oleh provider. Kegagalan ini
memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive
health behavior) yang oleh Becker (1974) dikembangkan menjadi model
kepercayaan kesehatan (health belief model). (Notoatmodjo, 2003).
Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut Depkes RI
(1999) dapat disebabkan oleh:
1. Jarak yang jauh ( faktor geografi)
2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi)
3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)
4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh menurut Depkes (1999) dapat
1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan
Tempat pelayanan yang tidak strategis/ sulit dicapai, menyebabkan
berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil.
2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia
Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya
akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan.
3. Keterjangkauan informasi
Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan
kesehatan yang ada.
Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih
mendetail adalah faktor tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif di
Puskesmas.
2.3.1 Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, 1999).
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan
Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter
umum dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga
kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga
Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi
fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi
radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan,
refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Wijono,
1999).
Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat,
yakni:
1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.
2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga
kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri.
3. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan
masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri.
4. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian
lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya
kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut
2.3.2 Sarana dan Prasarana
Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah
sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik
pada tingkat individu maupun masyarakat.
Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan
memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu :
1. Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang
dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap
memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin
2. Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan
kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
3. Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama
(Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999)
Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan ke depan akan
diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan
memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk.
Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan
prasarana kesehatan harus diikuti dengan peningkatan kemampuan manajerial yang
profesional dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi
pelayanan untuk menjamin keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan
2.3.3 Tarif
Tarif adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk
memperoleh jasa pelayanan. Tarif tidak sama dengan harga. Harga adalah besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang. Sekalipun perbedaan tarif
dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota mayarakat, perbedaan ini
sulit dimengerti. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan
sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Pengertian seperti ini jelas tidak sesuai, karena dalam pengertian biaya
tersebut telah termasuk harga barang, misalnya obat-obatan, yang pengelolaannya
sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan pelayanan kesehatan.
Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan amat penting. Untuk menjamin
kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus menetapkan besarnya tarif
yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Untuk
itu, beberapa faktor perlu diperhitungkan. Faktor-faktor yang dimaksud untuk suatu
sarana pelayanan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam :
1. Biaya investasi
2. Biaya kegiatan rutin, terdiri dari direct cost dan indirect cost.
3. Biaya rencana pengembangan
4. Besarnya target keuntungan. (Azwar, 1996).
Tarif puskesmas merupakan biaya pelayanan kesehatan yang diberikan
suatu puskesmas, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode
berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dalam pelayanan swasta, tarif pelayanan juga
dapat berfluktuasi, tetapi tidak secepat perubahan pada komoditas tertentu. Tarif
puskesmas yang ditetapkan pemerintah umumnya tidak berfluktuasi dan cenderung
berlaku untuk masa 3 – 6 tahun. Akibatnya, tarif tersebut tidak selalu dapat menutupi
biaya-biaya untuk memproduksi jasa pelayanan di puskesmas.
Besarnya tarif Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medis
berpedoman kepada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
dengan memperhatikan pertimbangan dari organisasi profesi setempat (Wijono,
1999).
Selain pertimbangan organisasi profesi, perhitungan tarif biasanya juga
mempertimbangkan:
1. Jasa Konsultasi Dokter
2. Biaya Suntikan dan Obat-Obatan
3. Jasa Tindakan Medik
4. Jasa Penunjang Medik
5. Jasa Perawatan
6. Komponen lain yang berhubungan dengan penunjang pelayanan kesehatan
Dari uraian teoritis diatas tentunya diperlukan penetapan tarif yang tepat,
dengan memperhatikan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar di
satu sisi dan biaya sebenarnya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan yang
2.4 Landasan Teori
Menurut Sorkin (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada konsumen
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor demografi, struktur sosial, belief,
akses pelayanan kesehatan, status kesehatan berdasarkan evaluasi klinis.
Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik
tentang status kesehatannya akan mempunyai demand dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik
tentang pelayanan petugas kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik
tentang keberadaan sarana prasarana Puskesmas akan mempunyai demand dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik
tentang pembiayaan kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi
demand pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis,
penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti tarif,
ada tidaknya asuransi dan penghasilan, pendidikan, variabel-variabel demografis dan
pengaruh jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengaruh
inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain terkait secara kompleks (Trisantono, 2006).
2.5 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini faktor yang berpengaruh terhadap demand masyarakat
memanfaatkan puskesmas adalah faktor pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan
prasarana Puskesmas serta tarif. Berdasarkan hal di atas, maka kerangka konsep
penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
PELAYANAN TENAGA KESEHATAN
TARIF SARANA/ PRASARANA PUSKESMAS
DEMAND MASYARAKAT MEMANFAATKAN
PUSKESMAS
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik
dengan tipe Explanatory Research yakni untuk menjelaskan pengaruh variabel
penelitian melalui pengujian hipotesis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat
Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari
penduduk yang non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat sementara jumlah
penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup
banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, studi
pendahuluan, penyiapan proposal, kolokium, pelaksanaan penelitian, pengolahan
data dan penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang
3.3Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berusia 17 tahun
ke atas yang pernah berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori non
ASKES.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke
Puskesmas Kota Rantauprapat pada bulan Juli 2007 yang bersedia diwawancarai
(accidental sampling). Jumlah sampel diperoleh sebanyak 57 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer: diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan
informan yang berpedoman pada kuesioner dan daftar pertanyaan penelitian
yang telah disiapkan.
2. Data sekunder, berupa data dasar, diperoleh dari Laporan Puskesmas Kota
Rantauprapat.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam kepada
tokoh masyarakat dari berbagai kalangan (yang berdomisili di wilayah kerja
1. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Labuhanbatu
2. Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu
3. Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)
4. Wartawan
5. Aktivis LSM
6. Aktivis Perempuan
7. Ulama
8. Pendeta
9. Seniman
Data wawancara mendalam (kualitatif), digunakan sebagai komplementer
dari data yang dikumpulkan dengan wawancara kuesioner dan data sekunder.
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1. Pelayanan tenaga kesehatan adalah pandangan responden tentang pelayanan yang
diberikan oleh petugas (dokter, paramedis dan pegawai adminitrasi) yang bekerja
di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi,
keahlian/ kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan
yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di Puskesmas
tersebut.
2. Sarana dan prasarana kesehatan adalah pandangan responden tentang kondisi dan
kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan
laboratorium dan sebagainya), yang dapat mempengaruhi permintaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.
3. Tarif adalah adalah pandangan responden terhadap sejumlah uang yang harus
dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi
permintaan masyarakat di Puskesmas Kota Rantauprapat.
4. Demand adalah realisasi permintaan terhadap kesehatan dengan memanfaatkan
atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota
Rantauprapat jika responden merasakan keluhan sakit.
3.6 Metode Pengukuran
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana, serta Tarif terhadap Demand
Pengukuran variabel meliputi pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan
selanjutnya dikategorikan berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan
kesehatan terhadap demand dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kota Rantauprapat dengan tiga (3) skala pengukuran, yaitu:
a. Kategori baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang
pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang
baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75
% dari nilai maksimalnya.
b. Kategori kurang baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang
pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang
kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi.
Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya.
c. Kategori tidak baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang
pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang
tidak baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar tidak terpenuhi.
Nilainya < 40 % dari nilai maksimalnya.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat ukur, terlebih dahulu dilakukan uji
validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan). Uji coba dilakukan kepada 20
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner mampu
mengukur apa yang mau diukur, dengan melakukan uji korelasi antara skor (nilai)
tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan
mempunyai korelasi yang bermakna (construct validity), berarti semua item dalam
kuesioner, mengukur konsep yang diukur. Teknik yang dipakai adalah korelasi
product moment. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap pertanyaan itu
significant, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment. Bila item tidak valid,
harus diganti, direvisi atau dihilangkan (Notoatmodjo, 2005).
Pada pengukuran validitas kuesioner yang terlampir pada proposal penelitian
terhadap 20 responden, didapatkan hasil; dari 42 item kuesioner yang diuji, 21 item
valid pada taraf signifikansi 0,01 dengan derajat kebebasan (df) hitung lebih besar
dari nilai derajat kebebasan tabel (df tabel = 0,561). Dari 21 item yang tidak valid, 18
belas item dihilangkan, 3 item karena masih dibutuhkan, dilakukan revisi. Item
pertanyaan yang direvisi adalah pertanyaan nomor 7 tentang jumlah kunjungan ke
puskesmas dan 2 pertanyaan tentang tarif. Tabel 3.2 berikut ini adalah hasil uji
Tabel 3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid
No. Item Hasil korelasi dengan Variabel y Keterangan
1. Tujuh 630 direvisi
13. Sembilan belas 190 dihilangkan
14. Dua puluh 379 dihilangkan
22. Dua puluh delapan -244 dihilangkan
23. Dua puluh sembilan 524 dihilangkan
24. Tiga Puluh a dihilangkan
33. Tiga puluh sembilan 652* Valid
34. Empat puluh 521 dihilangkan
35. Empat puluh satu 652* Valid
36. Empat puluh dua 887** Valid
37. Empat puluh tiga 68 Direvisi
38. Empat puluh empat 147 Direvisi
39. Empat puluh lima 147 dihilangkan
40. Empat puluh enam 754* Valid
41. Empat puluh tujuh 652* Valid
42. Empat puluh delapan 643* Valid
Sumber : Hasil penelitian, 2007 (data diolah)
3.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat
konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Cara perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan membagi
dua pertanyaan valid secara acak dan dilakukan uji korelasi dengan rumus korelasi
product moment antara belahan pertama dan belahan kedua (Notoatmodjo, 2005).
Kemudian dilanjutkan dengan pengujian dengan rumus Sperman – Brown sebagai
berikut (Alhusin, 2002) :
2 r ½ ½
Setelah diuji validitas, item kuesioner yang sudah valid diuji reliabilitas
dengan menggunakan teknik belah dua. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel
3.3 berikut.
Tabel 3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner Dengan Teknik Belah Dua
Ganjil Genap
Ganjil Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Genap Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Dapat dilihat, bahwa hasil korelasi antara skore item ganjil dan genap adalah
menunjukkan bahwa korelasi signifikans pada alpha 0,01. Selanjutnya hasil diuji
dengan rumus Sperman – Brown :
2 r ½ ½ r 11 = ---
(1 + r ½ ½ )
2 x 0,969 1,938 r 11 = --- = --- = 0,98
(1 + 0,969) 1,969
Dari hasil, perhitungan Sperman – Brown diatas, didapat korelasi yang tinggi.
Dengan demikian, item-item pada test di atas, memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi.
3.8 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan beberapa uji statistik menggunakan
program komputer:
a. Analisis Univariat
Untuk melihat gambaran setiap karateristik dan variabel independen (bebas)
yaitu: umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan pandangan responden
terhadap pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas;
dan variabel dependen (terikat) yang meliputi demand masyarakat dalam
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.
b. Analisis Bivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Sederhana
Untuk menguji dan menganalisa masing-masing pengaruh antara persepsi
dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota
Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Sederhana.
c. Analisis Multivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Berganda
Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan,
sarana dan prasarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian
Puskesmas Kota Rantauprapat, terletak di Kecamatan Rantau Utara,
Kabupaten Labuhanbatu. Puskesmas ini berada di Ibukota Kabupaten Labuhanbatu,
Rantauprapat, yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu,
sekaligus menjadi pusat pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Secara geografis
wilayah kerja Puskesmas, terletak di Pantai Timur Sumatera dengan wilayah sebelah
Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pangkatan, sebelah Barat, berbatasan dengan
Kecamatan Bilah Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau
Selatan, sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Perlayuan
Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat
Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari
penduduk yang non ASKES, sementara jumlah penduduk yang mempunyai
kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas
tersebut. Puskesmas ini mempunyai luas wilayah kerja 47,47 Ha, yang terdiri dari 7