• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA

DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA

RANTAUPRAPAT

TESIS

Oleh

ALWI MUJAHIT HASIBUAN

027012003/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA

DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA

RANTAUPRAPAT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALWI MUJAHIT HASIBUAN

027012003/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT

Nama Mahasiswa : Alwi Mujahit Hasibuan

Nomor Pokok : 027012003

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (Syahyunan, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc.)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 5 Januari 2008

===========================================================

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP

Anggota : 1. Syahyunan, SE, M.Si

2. Prof.dr. Aman Nasution, MPH.

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA

RANTAUPRAPAT

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 5 Januari 2008

(6)

ABSTRAK

Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat, masih minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa Puskesmas menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan. Hal ini diperkirakan karena pembangunan pelayanan kesehatan, tidak menyentuh demand masyarakat sebagai konsumen pelayanan kesehatan dasar tersebut.

Survei, bersifat analitik dengan tipe Explanatory Research, dengan sampel seluruh pasien berumur ≥ 17 tahun, yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori Non Askes. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.

Hasil penelitian, menunjukkan pandangan terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan, diperoleh dengan kategori kurang baik, terhadap Sarana dan Prasarana, dengan kategori baik, Tarif, dengan kategori kurang baik. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan, diperoleh hasil dengan kategori baik. Dari hasil uji statistik terbukti bahwa terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan dan Tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, sedangkan Sarana dan Prasarana tidak berpengaruh.

(7)

ABSTRACT

The use of Puskesmas (Community Health Center) as a basic health service center in the community is still minimal. The result of the Local Health Survey done in 2006 indicates that Puskesmas in the third choice for household member that seeking for medication. It is estimated that this case happens because the development of health service does not meet the demand of the community as its consumers.

This analytical explanatory research was conducted in July 2007. The samples for this study was all patient of non ASKES (do not belong to the health insurance) who were above 17 years old, and came to Puskesmas Kota Rantauprapat to get treatment. The purpose of this study is to analyze the influence of the service given by health personnel, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas, and tariff on the demand of community (non ASKES patients) on the health service available in Puskesmas Kota Rantauprapat.

The result of this study shows that the community perceived that the service given by the health personnel belongs to poor category, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas belong to good category, the tariff belongs to poor category, and the demand on the health service belongs to good category. The result of statistical test reveals that, the service given by health personnel and tariff has influence on the demand of community (non ASKES patients) in Puskesmas Kota Rantauprapat while facilities and infrastructure do not.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2 Program Studi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih,

semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Bapak Prof. Dr.

Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP, Bapak Syahyunan, SE, M.Si, selaku pembimbing

yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan sejak mulai hingga selesai tesis ini.

Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak

Prof.Dr. Aman Nasution, MPH. dan Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku penguji

yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan bobot tesis ini. Kepada

beliau yang terakhir, kami juga mengucapkan terimakasih atas dukungannya dimana

penulis sangat terbantu terutama dalam proses akhir studi penulis.

Disamping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor USU yang telah memberi kesempatan sehingga tesis ini dapat diuji.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana yang dengan kearifannya, tesis ini dimungkinkan

untuk diuji dan disempurnakan.

3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana

(9)

4. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Labuhanbatu yang memberi izin dan dukungan.

5. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun 2002.

6. Kkd. Drs.H. Hasrul Azwar, MM. Syahruzal Yusuf, SH. Drs. Ridwan Rangkuti,

M.Si. Edy Ikhsan, SH. yang selalu siap membantu bila penulis perlukan. Semoga

persaudaraan yang terbangun semakin produktif di masa mendatang.

7. Adik-adikku yang mendukung proses teknis mulai dari penelitian pendahuluan,

pengumpulan dan pengolahan data, serta penulisan akhir tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada Ibunda Hj. Siti Ramala Daulay, yang telah

memberi perhatian dan doa yang tidak putus-putusnya bagi penulis, semoga sehat

selalu dan panjang umur dalam kasih sayang dan lindungan Allah SWT.

Ucapan terimakasih dan permohonan maaf yang tulus, kepada istri tercinta dr.

Hj. Yeva Erince Yusuf dan anak-anakku tersayang Rizky Ridhani, Medina Handayani,

Fathin Muhammad Ababil Hasibuan dan Assyifa Maulida, yang hak-haknya sering

terabaikan, tapi selalu memberikan semangat dan dukungan serta pengorbanan selama

penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Semoga Allah SWT membalas

kebaikan yang telah dilakukan dengan limpahan ridho dan hidayah-Nya.

Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, karenanya saran untuk

perbaikan sangat diperlukan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kesehatan

masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Labuhanbatu.

Medan, 5 Januari 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Alwi Mujahit Hasibuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan, 19 Nopember 1965

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gatot Subroto, No. 70, Rantauprapat. Telp.06247001200

RIWAYAT PENDIDIKAN

1972 – 1976 : SD Negeri 21, Padang Sidimpuan

1977 – 1981 : SMP Negeri 2, Padang Sidimpuan

1981 – 1982 : SMA Negeri 1, Padang Sidimpuan

1982 – 1984 : SMA Negeri 16, Jakarta Barat

1984 – 1994 : Fakultas Kedokteran Universitas`Sumatera Utara, Medan

2002 – 2007 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

RIWAYAT PEKERJAAN

1995 – 1998 : Dokter PTT, Kepala Puskesmas Batu Ajo, Kec. Kota

Pinang, Kab. Labuhanbatu.

1999 – 2001 : Dokter, di Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab.

Labuhanbatu.

2001 – 2002 : Kepala Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab.

Labuhanbatu.

2002 – 2004 : Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Subdis Bina Kesmas,

Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.

2004 – 2006 : Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan,

Subdis Bina Yankes, Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.

(11)

DAFTAR ISI

2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.... 10

(12)

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Kota Rantauprapat... 45

4.1.9 Pengaruh Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan... 60

4.1.10 Gambaran Umum Informan Penelitian ..………... 63

4.1.11 Pandangan Informan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan... 66

4.1.12 Pandangan Informan Terhadap Sarana dan Prasarana... 69

4.1.13 Pandangan Informan Tentang Tarif... 72

(13)

5.6 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam

Pelayanan Kesehatan... 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 101

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu

Labuhanbatu Tahun 2002-2006... 3

1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)……..… 4

3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan Sarana dan Prasarana, Tarif terhadap Demand Masyarakat... 36

3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid ... 39

3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner dengan Teknik Belah Dua ... 40

4.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas ... 44

4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 ... 45

4.3 Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 ... 45

4.4 Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat ... 46

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 47

4.6 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan ... 49

4.7 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan (Kategori) ... 51

4.8 Pandangan Responden Tentang Sarana dan Prasarana... 53

4.9 Pandangan Responden terhadap Sarana dan Prasarana (Kategori).... 54

4.10 Pandangan Responden Terhadap Tarif... 55

(15)

4.12 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan... 57

4.13 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan (Kategori) ... 59

4.14 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) secara bersama-sama terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) ... 60

4.15 Uji ANOVA... 61

4.16 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y)... 61

4.17 Karakteristik Informan Tokoh Masyarakat... 64

4.18 Pandangan Informan tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan... 67

4.19 Pandangan Informan tentang Sarana dan Prasarana... 70

4.20 Pandangan Informan tentang Tarif... 72

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan

(needs)... 10

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Valid ... 106

2. Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat dari Berbagai Kalangan 111

3. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ... 112

4. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Labuhanbatu……….. 113

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di

Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya

perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang

optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya

pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi

kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.

Puskesmas sebagai unit kesehatan masyarakat terdepan memiliki peranan

penting dalam mewujudkan masyarakat sehat menuju Indonesia Sehat, yakni

masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata serta memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Puskesmas yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya

peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya

penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun

kuantitas, sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004).

Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.

(19)

pembantu serta puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2002 jumlah puskesmas di

seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit, puskesmas

keliling 5.084 unit (perahu 716 unit, ambulance 1.302 unit). Sedangkan puskesmas

yang telah dilengkapi rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459

unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2004).

Untuk Propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2003 tercatat 343 fasilitas

pelayanan kesehatan berupa Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara, 2004) dan di Kabupaten Labuhanbatu sendiri saat ini tercatat 36

Puskesmas yang melayani pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat Labuhanbatu

(Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2004).

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, Puskesmas belum dimanfaatkan

secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data Propinsi Sumatera Utara hasil

Susenas tahun 2002 (BPS), dari penduduk yang berobat jalan tercatat 15,17 %

memanfaatkan Puskesmas, 4,79 % yang memanfaatkan Puskesmas Pembantu dan

hanya 6,62 % yang memanfaatkan rawat inap di Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas

Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004).

Di Kabupaten Labuhanbatu, kondisi ini juga tidak jauh berbeda.

Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat ternyata

masih sangat minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa

Puskesmas hanya menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari

(20)

survey ini adalah praktek dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan

(Survei Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2006).

Kondisi ini, memprihatinkan mengingat berbagai upaya yang sudah

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan dasar terasa sia-sia melihat minimnya angka pemanfaatan

Puskesmas oleh masyarakat. Dari upaya yang dilakukan, baik pembangunan fisik,

maupun non fisik selama 5 tahun terakhir, ternyata belum mampu meningkatkan

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

Puskesmas.

Dari APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 sampai dengan

Tahun Anggaran 2006, tercatat dana yang dialokasikan untuk kesehatan sebagai

berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2002-2006

Sumber : APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 - 2006

Tahun Anggaran Jumlah Dana

2002 Rp. 3.359.469.000

2003 Rp. 9.170.650.505

2004 Rp. 9.098.177.692

2005 Rp. 9.797.524.331

2006 Rp. 21.260.588.057

Dengan jumlah anggaran yang diuraikan di atas ditambah dengan dana

APBN, APBD Propinsi dan pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk Pembangunan Kesehatan dari

(21)

Tabel 1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)

Tahun Anggaran Jumlah

2004 Rp 4.064.580.000,-

2005 Rp 5.728.801.385,-

2006 Rp 2.984.980.000,-

Sumber : Proposal DFA PHP II Tahun 2004, 2005, 2006

Dengan jumlah Anggaran yang begitu besar ternyata selama lima tahun

terakhir ini Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu belum mampu meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagai pilihan pertama

sarana pencarian pengobatan. Hal ini terjadi diperkirakan karena pembangunan

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tidak menyentuh demand

(permintaan) dari masyarakat umum sebagai konsumen dari pelayanan kesehatan

dasar tersebut.

Penelitian sebelumnya (Lubis, 2006), menunjukkan ada pengaruh persepsi

tentang pelayanan spesialis terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini

sesuai dengan pendapat Buchari yang dikutip Lubis (2006), yang mengatakan ada

beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu

faktor sistem pelayanan kesehatan seperti kelengkapan program, tersedianya

pelayanan spesialis, teraturnya pelayanan dan hubungan antara dokter/tenaga

kesehatan lainnya dengan pasien. Demikian juga pendapat Dever yang dikutip oleh

Azhari (2002) dalam Lubis (2006), yang menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan

(22)

Selanjutnya Lubis (2006) menemukan bahwa; semakin lengkap fasilitas

maka semakin tinggi tingkat permanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lapau (1997) dalam Lubis (2006) yang menyatakan bahwa

pelayanan kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh system pelayanan kesehatan yang

bersangkutan yang tergambar dalam persepsi masyarakat terhadap tipe organisasi,

kelengkapan program kesehatan yang didalamnya tersedia tenaga dan fasilitas

pelayanan kesehatan.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kota Rantauprapat,

bahwa sebagian besar yang memanfaatkan layanan Puskesmas adalah masyarakat

kalangan menengah ke bawah dan PNS (pengguna ASKES, termasuk ASKESKIN)

yakni 18.091 jumlah kunjungan dari 28.899 jumlah kunjungan (Puskesmas Kota

Rantauprapat, 2006).

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas Kota Rantauprapat belum

bisa menjaring konsumen dari kalangan menengah ke atas (non ASKES) karena

pelayanan yang diberikan belum bisa memenuhi permintaan yang diharapkan oleh

masyarakat kalangan menengah ke atas tersebut. Padahal kondisi objektif yang ada di

Kota Rantauprapat bagi masyarakat kalangan menengah ke atas bila merasa ada

keluhan sakit, tidak jarang langsung ke Malaysia atau Singapura karena merasa

permintaannya akan pelayanan kesehatan terpenuhi di negara tetangga tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Puskesmas Kota Rantauprapat tentang pengaruh pelayanan

(23)

masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota

Rantauprapat. Hal ini perlu dilakukan karena keberadaan Puskesmas Rantauprapat

sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di Kota Rantauprapat yang memiliki jumlah

penduduk 44.494 jiwa dengan 9.700 Kepala Keluarga dimana 4.025 Kepala Keluarga

merupakan keluarga menengah ke atas (Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006).

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat

(non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?

2. Bagaimana pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non

ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?

3. Bagaimana pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di

Puskesmas Kota Rantauprapat ?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga

kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan

masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota

(24)

1.4Hipotesis

1. Ada pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non

ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.

2. Ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non

ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.

3. Ada pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas

Kota Rantauprapat.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencana Dinas

Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk menyusun program pembangunan

pelayanan kesehatan lebih lanjut.

1.5.2 Sebagai bahan masukan bagi perencana di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang lain dalam menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permintaan (Demand) Kesehatan

2.1.1 Pengertian Demand Kesehatan

Dalam menjelaskan konsep demand sektor kesehatan perlu ada pembedaan

mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting mengingat

terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya.

Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan

merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga

timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Demand untuk

menjadi sehat tidak sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat

tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan

status kesehatannya

Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu

modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam

menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan

kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang

menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap

demand akan kesehatan. (Trisnantoro, 2006).

Grossman (1972), menggunakan teori modal manusia (human capital)

(26)

kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk

bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan.

Grossman menguraikan demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang

membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain (Trisnantoro,

2006):

1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk

menghasilkan kesehatan.

2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat

menghasilkannya, menggunakan waktu untuk mengusahakan peningkatan

kesehatan, disamping menggunakan pelayanan kesehatan.

3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak

terdepresiasi dengan segera.

4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan

investasi.

Untuk lebih memahami demand terhadap kesehatan, dapat dilakukan

dengan memahami pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand) dan

(27)

Keinginan (Wants)

Permintaan (demands)

Kebutuhan (Needs)

Gambar 2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs)

Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan haru mendapatkan penanganan medis

Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran

Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup

Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya

Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat

dilukiskan sebagai fenomena gunung es, dimana demand yang benar merupakan

bagian dari need. Need akan pelayanan kesehatan berwujud sebagai gunung es, yang

sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. Sedikit tersebut bersifat variatif. Pada

negara maju, puncak gunung es akan terlihat lebih besar dibanding negara yang

miskin. (Trinantoro, 2006)

2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Menurut Tjiptoherjanto dkk (1994), menyatakan bahwa terdapat dua

pendekatan yang digunakan untuk membahas permintaan masyarakat terhadap

(28)

a. The Agency Relationship atau dikenal juga dengan Supplier Induced Demand

Model.

Dalam model ini menyatakan hubungan kebutuhan dan permintaan

merupakan suatu yang rumit, hal ini diargumentasikan bahwa:

1. Seseorang mempunyai keinginan akan kesehatan yang lebih baik dari keadaan

yang dimiliki saat ini.

2. Sebagian aktif memperoleh pelayanan kesehatan misalnya dengan secara rutin

melakukan pemeriksaan pada dokter pribadi.

3. Terkadang dokter tidak sependapat dengan tentang penilaian kebutuhan dan

permintaan. Para dokter menyatakan bahwa beberapa kebutuhan dan permintaan

tidak selalu membutuhkan perawatan.

Apakah kebutuhan dan permintaan dapat digabung? Salah satu cara untuk

menggabungkan adalah dengan pendekatan agency relationship (hubungan

keagenan), dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi

pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang pelayanan kesehatan. Kejadian

ini disebabkan oleh sifat pelayanan kesehatan, dimana dokterlah yang aktif bertindak

melakukan permintaan.

Untuk menunjang hubungan tersebut secara efisien menurut Artells (1981),

diperlukan tiga kelompok informasi, yakni:

1. Pengetahuan dasar medis yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya tidak

harus dimiliki pasien. Informasi ini menyangkut pengetahuan untuk melakukan

(29)

2. Keterangan tentang keadaan pasien yang meliputi pengetahuan tentang symptom

dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter untuk

menerapkan ilmunya terhadap kasus yang ada.

3. Informasi tentang penilaian pasien itu sendiri mengenai penyakit yang

dideritanya.

b. Investment Model oleh Grossman (1972)

Model ini menyebutkan bahwa permintaan terhadap pelayanan kesehatan

merupakan derivasi dari permintaan terhadap pelayanan itu sendiri. Menurut

terminologi Becker (1965), kesehatan merupakan komoditi penting. Dengan

menggunakan dasar pengetahuan tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku

konsumen dalam Human Capital Approach dimana area pemilihannya diperluas

hingga mencakup pemilihan atas status kesehatan.

Diantara kedua pendekatan ini terdapat perbedaan mengenai asumsi

kedudukan pasien dalam model permintaan, dimana pada pendekatan pertama

mengatakan bahwa peranan pasien sangat kecil dibanding petugas kesehatan,

sedangkan model Grossman mengatakan bahwa pasien memiliki informasi dan

kebebasan dalam menentukan permintaannya. Dalam hal ini pasien diasumsikan

mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya, sehingga permintaan akan

(30)

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor di bawah ini,

mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:

1) Kebutuhuan berbasis Fisiologis

Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, menekankan pentingnya keputusan

petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan

pelayanan medis. Keputusan ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan

status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini, demand terhadap pelayanan

kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi.

2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan

Secara sosio antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi

oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Disamping itu,

masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal penting sehingga

mengakibatkan sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya,

sebagian lain, tidak memperhatikannya.

3) Variabel-variabel Ekonomi

Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif.

Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang

membutuhkan penanganan medis segera, faktor tarif, mungkin tidak berperan

dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.

(31)

apabila tidak ditolong segera, korban dapat meninggal dunia atau cacat seumur

hidup.

4) Penghasilan Masyarakat

Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan

kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya

kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal

ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota/ kabupaten dan

puskesmas.

5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Adanya asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap

pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif

sebagai hambatan. Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi, maka

demand akan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Peningkatan demand ini

dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh

asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan

sebanyak-banyaknya.

6) Variabel-variabel Demografis dan Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan

kuratif. Semakin tua seseorang, akan meningkatkan demandnya terhadap

pelayanan kuratif, sementara demand terhadap pelayanan kesehatan preventif,

(32)

7) Jenis Kelamin

Demand wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi dibanding laki-laki.

Kondisi ini karena dua hal. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang

lebih tinggi dibanding laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah,

sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih

besar dibanding laki-laki. Pada kasus-kasus darurat, perbedaan ini tidak nyata.

8) Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih

tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan

status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

9) Faktor-faktor lain

Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu

pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi.

Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas

ekonomi untuk meningkatkan demand. Pelayanan kesehatan tradisional seperti

para tabib, dukun dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat

kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia, telah memperhatikan

faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya

dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang

meningkatkan demand. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui

perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga

(33)

Sedangkan menurut Wirick yang dikutip oleh Sorkin (1984), ada lima

faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan

meliputi:

1. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan

2. Kesadaran akan adanya kebutuhan tersebut

3. Motivasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

4. Tersedianya sumber keuangan

5. Tersedianya pelayanan kesehatan

Selanjutnya, Azwar (1988), yang dikutip oleh Siregar (2004), berpendapat

bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan, amat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, soial budaya dan sosial ekonomi. Jika tingkat pendidikan baik,

keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif

kebutuhan dan demandnya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana

tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan

sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan, atau tidak memungkinkan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

2.2 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

(34)

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).

Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua

golongan umur dan jenis kelamin.

Pengertian terpadu atau integrasi menurut WHO bila dilihat dari aspek

fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan

fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu

kesatuan.

Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan

kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk

melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan di bawah satu

administrasi dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi

dengan koordinasi yang baik (Depkes, 1999).

2.2.2 Fungsi Puskesmas

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di

samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

(35)

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk sumber pembiayaannya

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan per orangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan

dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat

setempat.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan Kesehatan Per orangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah

(36)

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).

Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas menempuh langkah-langkah

antara lain:

1) Mengumpulkan informasi keadaan lingkungan geografis, demografis, morbiditas,

sosio budaya dan sosio ekonomi penduduk serta keadaan infra struktur untuk

melakukan analisis situasi dan menetapkan situasi serta menetapkan diagnosis

masalah masyarakat di wilayah kerjanya.

2) Berdasarkan hasil diagnosis masalah masyarakat, menyusun rencana kerja sesuai

dengan kebijaksanaan dan petunjuk yang diberikan dari Dinas Kesehatan Daerah

Tingkat II sebagai atasannya.

3) Memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan

memperhatikan kebutuhannya, mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat yang

(37)

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat kaitannya dengan kapan

seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan

tersebut. Berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya akan

menjawab bila merasa ada gangguan kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah tahu

dan tidak dapat menjawab dengan pasti, kapan akan sakit. Hal ini menjelaskan,

bahwa selaku konsumen pelayanan kesehatan, seseorang selalu dihadapkan pada

masalah ketidakpastian.

Menurut Kasl dan Cobb (1966), alasan untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan (medis) ada 3 hal yaitu (1) Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan

kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat); (2) Untuk

mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala

penyakit yang dirasakan (perilaku sakit); dan (3) Untuk mengobati penyakit, jika

penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar

penyakit tidak bertambah parah (peran sakit – sick role behavior). (Becker dkk,

dalam Muhazam F, 1995).

Dalam ilmu ekonomi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah

kesehatan itu sendiri dan sekaligus akan menghasilkan dampak yang lainnya. Dari

sudut pandang permintaan, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya

sehingga memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk menjaga

(38)

baik, mungkin disebabkan oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup yang

lebih baik dibanding bila mereka mengalami gangguan kesehatan.

Menurut Arrow (1963), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan

akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya

sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena misalnya persoalan informasi

yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari

informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk

melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994).

Menurut Department of Health Education and Welfare, USA (Lapau,

1997), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu:

1. Faktor regional dan residence

regional misalnya ; Jakarta, Jawa Barat,dll.

residence misalnya ; Rural dan Urban

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan

a. Tipe dari organisasi, misalnya ; rumah sakit, puskesmas,dll.

b. Kelengkapan program kesehatan.

c. Tersedianya fasilitas dan tenaga medis.

d. Teraturnya pelayanan.

e. Hubungan antara dokter/ tenaga kesehatan lainnya dengan penderita.

f. Adanya asuransi.

(39)

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan.

a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status

perkawinan, besar keluarga, kebangsaan, dan suku bangsa, serta agama.

b. Faktor sosio psikologis, yang meliputi sikap/ persepsi terhadap pelayanan

kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan

kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya.

c. Faktor ekonomis yang meliputi status sosioekonomis (pendidikan dan

pekerjaan) dan pendapatan.

d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah

penderita dengan tempat pelayanan kesehatan.

e. Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala

penyakit yang dirasakan oleh penderita, status terbatasnya keaktifan yang

kronis, hari-hari di mana tidak dapat melakukan tugas dan diagnosa.

Andersen dan Newman (1979) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003), menyatakan model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu

atau memenuhi satu atau lebih dari lima tujuan berikut:

a. Untuk melukiskan hubungan-hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor

penentu (determinan) dari penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Untuk menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian

pelayanan kesehatan yang berat sebelah.

c. Untuk meringankan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan dari pelayanan

(40)

d. Untuk menyarankan cara-cara manipulasi kebijaksanaan yang ada dan

berhubungan dengan variabel-variabel, agar dapat memberikan perubahan

perilaku terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.

e. Untuk menilai program yang sudah dilakukan, terutama dalam pemeliharaan/

perawatan kesehatan yang baru.

Andersen dan Anderson membuat 7 kategori model penggunaan pelayanan

kesehatan yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan sebagai penentu

(determinan-determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. Ketujuh model tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Model Demografi (Kependudukan)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin,

status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran

mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur dan jenis kelamin), dan juga

siklus hidup (status perkawinan dan besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa

penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan

variabel di atas.

2) Model-model Struktur Sosial (Social Structure Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan,

dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari

individu atau keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi

bahwa orang-orang dengan latar belakang, status sosial tertentu akan

(41)

3) Model-model Sosial Psikologis (Psychological Social Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pengertian kerentanan

terhadap penyakit, pengertian keseluruhan daripada penyakit, keuntungan yang

diharapkan dari pengambilan tindakan menghadapi penyakit, kesiapan tindakan

individu. Dalam model ini variabel yang digunakan merupakan ukuran dari sikap

dan keyakinan individu.

4) Model-model Sumber Keluarga (Family Resource Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga,

cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan dan

pihak-pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini

menggambarkan tingkat ekonomi keluarga dan digunakan untuk mengukur

kemampuan membayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan

mereka.

5) Model-model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah penyediaan pelayanan

kesehatan dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan, serta sumber dari

masing-masing dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai

ekonomis yang berfokus pada ketersediaan di masyarakat.

6) Model-model Organisasi (Organization Models)

Dalam model ini variabel yang dipakai adalah gaya hidup (style) praktek

(42)

petugas yang pertama kali kontak dengan pasien. Model ini mencerminkan

perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan.

7) Model Sistem Kesehatan (Health System Models)

Model sistem kesehatan mengintegrasikan ke enam model di atas menjadi satu

yang sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap

penggunaan pelayanan kesehatan maka akan diperhitungkan keenam model di

atas (Notoatmodjo, 2003).

Selanjutnya, kenyataan menunjukkan bahwa problem kesehatan ditandai

oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan

penyembuhan penyakit yang dilakanakan oleh provider. Kegagalan ini

memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive

health behavior) yang oleh Becker (1974) dikembangkan menjadi model

kepercayaan kesehatan (health belief model). (Notoatmodjo, 2003).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut Depkes RI

(1999) dapat disebabkan oleh:

1. Jarak yang jauh ( faktor geografi)

2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi)

3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh menurut Depkes (1999) dapat

(43)

1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan

Tempat pelayanan yang tidak strategis/ sulit dicapai, menyebabkan

berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil.

2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia

Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya

akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan.

3. Keterjangkauan informasi

Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan

kesehatan yang ada.

Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih

mendetail adalah faktor tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif di

Puskesmas.

2.3.1 Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, 1999).

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga

kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan

(44)

Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter

umum dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga

kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga

Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,

mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi

fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi

radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan,

refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Wijono,

1999).

Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat,

yakni:

1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga

kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri.

3. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan

masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri.

4. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian

lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya

kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut

(45)

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah

sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik

pada tingkat individu maupun masyarakat.

Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan

memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu :

1. Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang

dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap

memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin

2. Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan

kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

3. Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama

(Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999)

Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan ke depan akan

diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan

memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk.

Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan

prasarana kesehatan harus diikuti dengan peningkatan kemampuan manajerial yang

profesional dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi

pelayanan untuk menjamin keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan

(46)

2.3.3 Tarif

Tarif adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk

memperoleh jasa pelayanan. Tarif tidak sama dengan harga. Harga adalah besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang. Sekalipun perbedaan tarif

dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota mayarakat, perbedaan ini

sulit dimengerti. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan

sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan. Pengertian seperti ini jelas tidak sesuai, karena dalam pengertian biaya

tersebut telah termasuk harga barang, misalnya obat-obatan, yang pengelolaannya

sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan pelayanan kesehatan.

Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan amat penting. Untuk menjamin

kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus menetapkan besarnya tarif

yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Untuk

itu, beberapa faktor perlu diperhitungkan. Faktor-faktor yang dimaksud untuk suatu

sarana pelayanan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam :

1. Biaya investasi

2. Biaya kegiatan rutin, terdiri dari direct cost dan indirect cost.

3. Biaya rencana pengembangan

4. Besarnya target keuntungan. (Azwar, 1996).

Tarif puskesmas merupakan biaya pelayanan kesehatan yang diberikan

suatu puskesmas, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode

(47)

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dalam pelayanan swasta, tarif pelayanan juga

dapat berfluktuasi, tetapi tidak secepat perubahan pada komoditas tertentu. Tarif

puskesmas yang ditetapkan pemerintah umumnya tidak berfluktuasi dan cenderung

berlaku untuk masa 3 – 6 tahun. Akibatnya, tarif tersebut tidak selalu dapat menutupi

biaya-biaya untuk memproduksi jasa pelayanan di puskesmas.

Besarnya tarif Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medis

berpedoman kepada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

dengan memperhatikan pertimbangan dari organisasi profesi setempat (Wijono,

1999).

Selain pertimbangan organisasi profesi, perhitungan tarif biasanya juga

mempertimbangkan:

1. Jasa Konsultasi Dokter

2. Biaya Suntikan dan Obat-Obatan

3. Jasa Tindakan Medik

4. Jasa Penunjang Medik

5. Jasa Perawatan

6. Komponen lain yang berhubungan dengan penunjang pelayanan kesehatan

Dari uraian teoritis diatas tentunya diperlukan penetapan tarif yang tepat,

dengan memperhatikan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar di

satu sisi dan biaya sebenarnya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan yang

(48)

2.4 Landasan Teori

Menurut Sorkin (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada konsumen

dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor demografi, struktur sosial, belief,

akses pelayanan kesehatan, status kesehatan berdasarkan evaluasi klinis.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik

tentang status kesehatannya akan mempunyai demand dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik

tentang pelayanan petugas kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik

tentang keberadaan sarana prasarana Puskesmas akan mempunyai demand dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik

tentang pembiayaan kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi

demand pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis,

penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti tarif,

ada tidaknya asuransi dan penghasilan, pendidikan, variabel-variabel demografis dan

(49)

pengaruh jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengaruh

inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain terkait secara kompleks (Trisantono, 2006).

2.5 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini faktor yang berpengaruh terhadap demand masyarakat

memanfaatkan puskesmas adalah faktor pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan

prasarana Puskesmas serta tarif. Berdasarkan hal di atas, maka kerangka konsep

penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

PELAYANAN TENAGA KESEHATAN

TARIF SARANA/ PRASARANA PUSKESMAS

DEMAND MASYARAKAT MEMANFAATKAN

PUSKESMAS

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik

dengan tipe Explanatory Research yakni untuk menjelaskan pengaruh variabel

penelitian melalui pengujian hipotesis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari

penduduk yang non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat sementara jumlah

penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup

banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, studi

pendahuluan, penyiapan proposal, kolokium, pelaksanaan penelitian, pengolahan

data dan penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang

(51)

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berusia 17 tahun

ke atas yang pernah berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori non

ASKES.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke

Puskesmas Kota Rantauprapat pada bulan Juli 2007 yang bersedia diwawancarai

(accidental sampling). Jumlah sampel diperoleh sebanyak 57 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer: diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan

informan yang berpedoman pada kuesioner dan daftar pertanyaan penelitian

yang telah disiapkan.

2. Data sekunder, berupa data dasar, diperoleh dari Laporan Puskesmas Kota

Rantauprapat.

Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam kepada

tokoh masyarakat dari berbagai kalangan (yang berdomisili di wilayah kerja

(52)

1. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Labuhanbatu

2. Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu

3. Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)

4. Wartawan

5. Aktivis LSM

6. Aktivis Perempuan

7. Ulama

8. Pendeta

9. Seniman

Data wawancara mendalam (kualitatif), digunakan sebagai komplementer

dari data yang dikumpulkan dengan wawancara kuesioner dan data sekunder.

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Pelayanan tenaga kesehatan adalah pandangan responden tentang pelayanan yang

diberikan oleh petugas (dokter, paramedis dan pegawai adminitrasi) yang bekerja

di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi,

keahlian/ kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan

yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di Puskesmas

tersebut.

2. Sarana dan prasarana kesehatan adalah pandangan responden tentang kondisi dan

kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan

(53)

laboratorium dan sebagainya), yang dapat mempengaruhi permintaan masyarakat

dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.

3. Tarif adalah adalah pandangan responden terhadap sejumlah uang yang harus

dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi

permintaan masyarakat di Puskesmas Kota Rantauprapat.

4. Demand adalah realisasi permintaan terhadap kesehatan dengan memanfaatkan

atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota

Rantauprapat jika responden merasakan keluhan sakit.

3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana, serta Tarif terhadap Demand

Pengukuran variabel meliputi pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan

(54)

selanjutnya dikategorikan berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan

kesehatan terhadap demand dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kota Rantauprapat dengan tiga (3) skala pengukuran, yaitu:

a. Kategori baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang

pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang

baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75

% dari nilai maksimalnya.

b. Kategori kurang baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang

pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang

kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi.

Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya.

c. Kategori tidak baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang

pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang

tidak baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar tidak terpenuhi.

Nilainya < 40 % dari nilai maksimalnya.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat ukur, terlebih dahulu dilakukan uji

validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan). Uji coba dilakukan kepada 20

(55)

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner mampu

mengukur apa yang mau diukur, dengan melakukan uji korelasi antara skor (nilai)

tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan

mempunyai korelasi yang bermakna (construct validity), berarti semua item dalam

kuesioner, mengukur konsep yang diukur. Teknik yang dipakai adalah korelasi

product moment. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap pertanyaan itu

significant, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment. Bila item tidak valid,

harus diganti, direvisi atau dihilangkan (Notoatmodjo, 2005).

Pada pengukuran validitas kuesioner yang terlampir pada proposal penelitian

terhadap 20 responden, didapatkan hasil; dari 42 item kuesioner yang diuji, 21 item

valid pada taraf signifikansi 0,01 dengan derajat kebebasan (df) hitung lebih besar

dari nilai derajat kebebasan tabel (df tabel = 0,561). Dari 21 item yang tidak valid, 18

belas item dihilangkan, 3 item karena masih dibutuhkan, dilakukan revisi. Item

pertanyaan yang direvisi adalah pertanyaan nomor 7 tentang jumlah kunjungan ke

puskesmas dan 2 pertanyaan tentang tarif. Tabel 3.2 berikut ini adalah hasil uji

(56)

Tabel 3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid

No. Item Hasil korelasi dengan Variabel y Keterangan

1. Tujuh 630 direvisi

13. Sembilan belas 190 dihilangkan

14. Dua puluh 379 dihilangkan

22. Dua puluh delapan -244 dihilangkan

23. Dua puluh sembilan 524 dihilangkan

24. Tiga Puluh a dihilangkan

33. Tiga puluh sembilan 652* Valid

34. Empat puluh 521 dihilangkan

35. Empat puluh satu 652* Valid

36. Empat puluh dua 887** Valid

37. Empat puluh tiga 68 Direvisi

38. Empat puluh empat 147 Direvisi

39. Empat puluh lima 147 dihilangkan

40. Empat puluh enam 754* Valid

41. Empat puluh tujuh 652* Valid

42. Empat puluh delapan 643* Valid

Sumber : Hasil penelitian, 2007 (data diolah)

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat

(57)

konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Cara perhitungan

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan membagi

dua pertanyaan valid secara acak dan dilakukan uji korelasi dengan rumus korelasi

product moment antara belahan pertama dan belahan kedua (Notoatmodjo, 2005).

Kemudian dilanjutkan dengan pengujian dengan rumus Sperman – Brown sebagai

berikut (Alhusin, 2002) :

2 r ½ ½

Setelah diuji validitas, item kuesioner yang sudah valid diuji reliabilitas

dengan menggunakan teknik belah dua. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel

3.3 berikut.

Tabel 3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner Dengan Teknik Belah Dua

Ganjil Genap

Ganjil Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

Genap Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

Dapat dilihat, bahwa hasil korelasi antara skore item ganjil dan genap adalah

(58)

menunjukkan bahwa korelasi signifikans pada alpha 0,01. Selanjutnya hasil diuji

dengan rumus Sperman – Brown :

2 r ½ ½ r 11 = ---

(1 + r ½ ½ )

2 x 0,969 1,938 r 11 = --- = --- = 0,98

(1 + 0,969) 1,969

Dari hasil, perhitungan Sperman – Brown diatas, didapat korelasi yang tinggi.

Dengan demikian, item-item pada test di atas, memiliki tingkat reliabilitas yang

tinggi.

3.8 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan beberapa uji statistik menggunakan

program komputer:

a. Analisis Univariat

Untuk melihat gambaran setiap karateristik dan variabel independen (bebas)

yaitu: umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan pandangan responden

terhadap pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas;

dan variabel dependen (terikat) yang meliputi demand masyarakat dalam

pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.

b. Analisis Bivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Sederhana

Untuk menguji dan menganalisa masing-masing pengaruh antara persepsi

(59)

dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota

Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Sederhana.

c. Analisis Multivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Berganda

Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan,

sarana dan prasarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam

pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian

Puskesmas Kota Rantauprapat, terletak di Kecamatan Rantau Utara,

Kabupaten Labuhanbatu. Puskesmas ini berada di Ibukota Kabupaten Labuhanbatu,

Rantauprapat, yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu,

sekaligus menjadi pusat pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Secara geografis

wilayah kerja Puskesmas, terletak di Pantai Timur Sumatera dengan wilayah sebelah

Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pangkatan, sebelah Barat, berbatasan dengan

Kecamatan Bilah Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau

Selatan, sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Perlayuan

Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari

penduduk yang non ASKES, sementara jumlah penduduk yang mempunyai

kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas

tersebut. Puskesmas ini mempunyai luas wilayah kerja 47,47 Ha, yang terdiri dari 7

Gambar

Tabel 1.1   Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten                          Labuhanbatu Tahun 2002-2006
Tabel 1.2  Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten                       Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)
Gambar 2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs)
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana  dan  Prasarana,  serta  Tarif  terhadap   Demand
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh faktor-faktor sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses pelayanan dan lay out kantor baik secara simultan/bersama-sama

Dari hasil penelitian tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Padangsari, secara umum pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas

Kesimpulan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan, sarana prasarana fasilitas di puskesmas yang merujuk pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii masih

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh Etika Tenaga Kesehatan terhadap Pemberian Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Madising Na Mario Kota Parepare, dengan nilai p (value)

Dari hasil penelitian tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Padangsari, secara umum pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas

Temuan dari penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan pada Puskesmas Tuntungan sudah cukup efektif, karena dalam proses pelayanan kesehatan

Temuan dari penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan pada Puskesmas Tuntungan sudah cukup efektif, karena dalam proses pelayanan kesehatan

Pada tanggal 22 Agustus 2014 ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan dan