• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Prioritas

Masalah Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri

Pada Head Injury di RSUD dr. Pirngadi

Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi D III Keperawatan

Oleh

YUDHA SETIADI

112500017

Program Studi D III Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkatkan kepada Allah Yang Maha Esa, yang

telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaika

Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ahlimadya Keperawatan dari Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas

Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun judul Karya Tulis

Ilmiah adalah “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Gangguan Rasa

Nyaman: Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan”.

Dalam penyelesain Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan dan arahan dari pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini saya mengucakan terimah kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Afidarti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Mula Tarigan S.kp M.kep, selaku sekretaris program studi Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Dewi Elizadiana Suza, S.Kp, MNS, PhD selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

(4)

6. Yang terhormat kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Sunardi dan Ibunda

Laistiya S.Pd serta saudara saya Yudhi Setiawan S.Pd dan Handoko

Kurniawan yang terus memberikan motivasi bagi saya dan memberikan

bantuan baik secara materil maupun moril, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah

berpartisipasi dan mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan

hati. Saya mengharapkan kritrik dan saran serta masukan dari semua pihak demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juni 2014

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

Bab 2 Pengelolaan Kasus 2.1 Konsep Dasar Nyeri ... 5

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri ... 12

2.2.1 Pengkajian ... 12

2.2.2 Analisa Data ... 15

2.2.3 Rumusan Masalah ... 17

2.2.4 Perencanaan ... 17

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ... 21

2.3.1 Pengkajian ... 21

2.3.2 Analisa Data ... 32

2.3.3 Rumusan Masalah ... 33

2.3.4 Perencanaan ... 34

(6)

Bab 3 Kesimpulan dan Sarans

3.1 Kesimpulan ... 38

3.2 Saran ... 38

Daftar Pustaka

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lebih dari setengah dari seluruh kematian anak karena kecelakaan lalu

lintas. Hampir semua kecelakaan lalu lintas terjadi saat anak berjalan kaki dan

ditabrak oleh kendaraan yang berjalan. Anak sering mengalami head injury atau

cedera kepala saat terjatuh dari tempat tidur, pelbet atau jendela, saat turun tangga,

turun dari pohon dan lain sebagainya. Biasanya terauma tersebut tidak fatal,

namum perlu perawatan di rumah sakit. Head injury merupakan penyebab

kematian tersering pada kecelakaan anak (Hull & Johnston, 2008).

Head injury atau cedara kepala merupakan akibat salah satu dari kedua

mekanisme dasar yaitu kontak bentur dan guncangan lanjut. Kontak bentur terjadi

bila kepala membentur dan menabrak suatu objek sedangkan gunjangan lanjut

merupakan akibat peristiwa guncangan kepala yang hebat, baik disebabkan oleh

pukulan maupun bukan karena pukulan (Satyanegara, 2010).

Cedera kepala adalah trauma yang disebabkan oleh kekuatan fisik

eksternal yang dapat menimbulakan atau merubah tingkat kesadaran. Hal tersebut

dapat berubah kerusakan atau gangguan kegiatan sehari-hari (Donna, 1995).

Klasifikasi head injury atau cedera kepala terbagi atas cedera kepala

ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Pertama cedera kepala

ringan yaitu klien tidak akan mengalami kehilangan kesadaran, biasanya klien

akan mengeluh nyeri kepala dan pusing. Klien dapat menderita hematoma pada

kulit kepala. Kedua cedera kepala sedang yaitu keadaan tingkat kesadaran (GCS)

(8)

terdapat kejang. Ketiga cedera kepala berat yaitu cedera kepala dengan tingkat

kesadaran (GCS) antara 3-8, tingkat kesadaran koma (Mansjoer, 2001).

Cedera kepala dimaksudkan sebagai trauma di daerah kulit kepala,

tengkorak, otak, kontusio serebal atau laserasi, fraktur dan cedera pembuluh

darah. Jenis fraktur tengkoraktermasuk linear (lebih umum pada anak), tertekan,

terbuka (terdapat hubungan antara lasersi kulit kepala dan otak) dan basilar

(termasuk dasar atau kubah tengkorak). Komplikasi cidera kepala dapat berupa

peningkatan tekanan intrakranial (TIK), perdarahan epidural atau subdural dan

edema serebal. Prognosis bergantung pada beratnya cedera dan lama koma (Speer,

2008).

Dari hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 3 Juni 2014 pada An. A

mengatakan bahwa nyeri pada bagian luka bekas kecelakaan lalu lintas

mengakibatkan klien merasa sakit dan meringis kesakitan.

Untuk mengatasi nyeri dibutuhkan asuhan keperawatan yang efektif.

Manajemen nyeri merupakan intervensi yang dapat menurunkan rasa nyeri

sehingga nyeri dapat ditoleransi oleh klien. Manajemen nyeri tidak hanya untuk

menghilangkan atau menurunkan nyeri tetapi sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas hidup, kemampuan dan kemandirian klien dalam merawat diri serta

membantu klien untuk bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut saya mengangkat judul KTI yaitu Asuhan

Keperawatan dengan gangguan kebutuhan dasar rasa nyaman (nyeri) pada kasus

(9)

1.2 Tujuan

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah merumuskan beberapa tujuan,

antara lain :

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada An. A dengan kasus

head injury.

2. Mengidentifikasi gangguan rasa nyaman: nyeri yang dialami klien An.

A di ruang IX Bedah Anak RSU dr. Pirngadi Medan.

1.2.1 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan pada An. A

dengan prioritas masalah rasa nyaman: nyeri

2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada An. A dengan

prioritas masalah rasa nyaman: nyeri

3. Mampu menetapkan rencana intervensi asuhan keperawatan pada An.

A dengan prioritas masalah rasa nyaman: nyeri

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada An. A dengan

prioritas masalah rasa nyaman: nyeri

5. Mampu melakukan evaluasi pada An. A dengan prioritas masalah rasa

nyaman: nyeri

1.3 Manfaat

1. Instansi Pendidikan

Sebagai tolok ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penulisan

Karya Tulis Ilmiah untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi

(10)

2. Perawat

Masukan agar perawat lebih bertanggung jawab dalam memberikan

kontribusi penanganan masalah nyeri pada klien.

3. Klien

Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kenyamanan untuk klien

selama proses hospitalisasi.

4. Penulis

Dapat menambah pengetahuan tentang intervensi terhadap gangguan rasa

nyaman nyeri serta meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi

(11)

BAB 2

PENGOLAHAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Nyeri

Nyeri adalah sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan

meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (Wilkinson, 2007).

Nyeri juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah

Mc.Caffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang

dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang

mengatakan merasakan nyeri. Defenisi ini menempatkan seorang pasien sebagai

expert (ahli) di bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang

ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran

yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling

akurat dan tepat dalam mendefenisikan nyeri (Prasetyo, 2010).

mengalaminya

(Tamsuri, 2007).

Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan

peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik

dengan nyeri merupakan suatu gejala yang umum. Kemajuan dibidang medis

telah menghasilkan upaya-upaya teraupetik dan diagnostik yang seringkali

menimbulkan ketidaknyamanan. Perawat setiap hari memberi asuhan keperawatan

kepada klien yang mengalami nyeri. Salah satu ketakutan yang paling dini

dirasakan setiap klien yang di diagnosis suatu penyakit ialah kekhawatiran nyeri

(12)

2.1.1 Klasifikasi Nyeri

Nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis

(Berger, 1992).

1. Nyeri Akut

Nyeri akut biasan mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan

dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera

telah terjadi. Jadi kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik,

nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri akut

umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan.

Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan

atau memerlukan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2001).

2. Nyeri Kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus

yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak

mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati

karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyebabnya. Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang

menderita nyeri kronis setelah suatu cedera atau proses penyakit, hal ini diduga

bahwa ujung ujung saraf yang normalnya tidak mentransmisikan nyeri menjadi

mampu untuk memberikan sensasi nyeri, atau ujung-ujung saraf yang normalnya

hanya mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri menjadi mampu

mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang

(13)

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri. Seorang perawat harus

menguasai dan memahami faktor-faktor tersebut dengan memberikan pendekatan

yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami

masalah nyeri (Prasetyo, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara

lain:

1. Usia

Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak

dan oranag dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua

kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa

bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang

banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan

mengekspresikan nyeri pada orang tua atau perawat. Sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak (Prasetyo, 2010).

2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai

respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan

faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus

berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam

waktu yang sama (Prasetyo, 2010).

3. Budaya

Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam

masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien

(14)

4. Makna Nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi penglaman nyeri dan cara

seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat

bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lainya yang

nyeri karena dipukul suaminya (Prasetyo, 2010).

5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervarasi dalam intesintas dan tingkat keparahan pada

masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan,sedang atau

jadi merupakan nyeri yang berat (Prasetyo, 2010).

6. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang

dirasakan seseorang seringkali meningkatkan presepsi nyeri, akan tetapi nyeri

juga dapat menimbulkan perasaan ansietas (Prasetyo, 2010).

7. Keletihan

Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan

sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu (Prasetyo, 2010).

8. Pengalaman Sebelumnya

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya,

akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut akan mudah dalam

menghadapi nyeri pada masa mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan

nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang

mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, 2010).

(15)

9. Dukungan Keluarga dan Suport Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan

dan perlindungan dari anggota keluarga lain. Walaupun nyeri masik dirasakan

oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan

(Prasetyo, 2010).

2.1.3 Etiologi Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab

yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik

misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah. Secara

psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.

Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya

serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf resptor nyeri ini terletak dan tersebar

pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.

Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis

dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2008).

2.1.4 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua

orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

(16)

Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran

pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

1. Karakteristik Nyeri

Karakteristik nyeri meliputi lokasi, penyebaran nyeri, dan kemungkinan

penyebaran, durasi (menit, jam, hari, bulan) serta irama (terus-menerus, hilang

timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas nyeri

(Tamsuri, 2007).

2. Faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri

Berbagai perilaku sering diidentifikasi klien sebagai faktor yang mengubah

intensitas nyeri, dan apa yang diyakini klien dapat membantu dirinya. Perilaku ini

sering didasarkan pada upaya try and error (Tamsuri, 2007).

3. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

Misalnya, terhadap pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan

orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan

dengan ansietas dan nyeri kronis yang berhubungan dengan depresi (Tamsuri,

2007).

4. Kekhawatiran individu tentang nyeri

Dapat meliputi masalah yang luas seperti beban ekonomi, prognosis serta

berpengaruh terhadap peran dan citra diri (Tamsuri, 2007).

2.1.5 Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

yang dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

(17)

1. Face rating scale (FRS)

Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran

skala nyeri menggunakan face rating scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai

dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis

untuk “nyeri berat”.

2. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)

Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti

alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0

sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10

mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif

(18)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Manusia Rasa Nyaman (Nyeri)

2.2.1 Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai

ketika pasien melaporkan adanya nyeri yang dialami pasien, walaupun dalam

observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang

dilaporkan oleh klien adalah nyata (Prasetyo, 2010).

1. Karakteristik Nyeri (metode P, Q, R, S, T )

a. Faktor pancetus (P : provacate) : perawat mengkaji tentang penyebab

atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat

melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.

Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat

harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan

perasaan-perasaan apa saja yang mencetuskan nyeri (Prasetyo, 2010).

b. Kualitas (Q : quality) : kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif

yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan dalam

kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah seperti

tertindih, perih, tertusuk, dll. Dimana setiap klien mungkin berbeda-beda

dalam melaporkan kualitas nyeri yang ddirasakan (Prasetyo, 2010).

c. Lokasi (R: region) : untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta

klien menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman

oleh klien. Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang lokasi

nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istilah yang

(19)

abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik

dibandingkan “klien menyatakan bahwa nyeri terasa pada bagian

abdomen” (Prasetyo, 2010).

d. Keparahan (S: severe) : tingkat keparahan pasien tentang nyeri

merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien

diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri

ringan, sedang dan berat (Prasetyo, 2010).

e. Durasi (T: time) : perawat menanyakan pada klien menentukan awitan,

durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakkan “kapan nyeri

dirasakan?, apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama

setiap hari?, seberapa sering nyeri kambuh?, atau yang lainnya dengan

kata yang semakna (Prasetyo, 2010).

2. Prinsip-Prinsip Pengkajian Nyeri Pada Anak

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional, beberapa strategi

pengkajian harus digunakan untuk mendapatkan informasi tentang nyeri salah

satu pendekatan terhadap pengkajian nyeri pada anak-anak adalah QUEST

(Wong, 2009).

a. Question the child (tanyakan pada anak) : anak-anak mungkin tidak

mengetahui apa itu arti kata nyeri dan membutuhkan bantuan untuk

menjelaskannya dengan bahasa yang dikenal. Meminta anak untuk

menunjukkan lokasi nyeri juga sangat berguna, bermain dapat menjadi

cara lain untuk membantu anak mengungkapkan rasa tidak nyaman

(20)

b. Use a pain rating scale (gunakan skala nyeri) : penggunaan skala nyeri

pada anak-anak merupakan tindakan berifat kuantitatif. Agar anak-anak

tidak bingun dengan instruksi yang diberikan terlebih dahulu

mengenalkan skala tersebut pada anak dengan memfasilitasi

penggunaanya pada saat anak tersebut benar-benar mengalami nyeri

(Wong, 2009).

c. Evalute behavioral and physiologic changes (evaluasi

perubahan-perubahan sikap dan fisiologis) : perubahan-perubahan perilaku merupakan

indikator umum nyeri dan sangat bermanfaat dalam mengkaji nyeri pada

anak-anak. Respon perilaku anak terhadap nyeri berubah sejalan dengan

pertambahan usia (Wong, 2009).

d. Secure parent’s involvement (pastikan keterlibatan orang tua) : orang tua

harus memainkan peranan utama dalam pengkajian nyeri yang dialami

anak mereka. Beberapa orang tua mungkin tidak pernah melihat anaknya

dalam keadaan nyeri berat. Peran orang tua sangat penting untuk

mengkaji nyeri anak secara lebih baik, perawat dapat mewawancari

orang tua tentang pengalaman nyeri anak sebelumnya (Wong, 2009).

e. Take the cause of pain into account (pertimbangkan penyebab nyeri) :

pada saat anak-anak menunjukan perilaku atau petunjuk lain yang

mengisyaratkan adanya nyeri, alasan untuk ketidaknyamanan tersebut

harus diselidiki. Kondisi patologik dapat memberikan petunjuk tentang

intensitas dan jenis nyeri (Wong, 2009).

f. Take action evaluate results (lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya) :

(21)

teknik pengurangan nyeri efektif untuk semua anak. Oleh karena itu

catatan pengkajian nyeri digunakan untuk memantau efektivitas

intervensi (Wong, 2009).

2.2.2 Analisa Data

Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan,

membandingkan pola ini dengan kesehatan yang normal dan menarik konklusi

tentang respon klien. Perawat memperhatikan pola kecendrungan sambil

memeriksa kelompok data. Kelompok data terdiri atas batas karakteristik (Potter

& Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan

keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap

awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan dat

dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu

digunakan untuk menentukan diagnonis keperawatan, merencanakan asuhan

keperawatan, serta tidakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat

secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data

(Prasetyo, 2010).

Tujuan Pengumpulan Data

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

(22)

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

berikutnya.

Karakteristik Data menurut (Wilkinson, 2007).

Data Subjektif

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat.

Data Objektif

1. Posisi untuk menghidari nyeri

2. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai

kaku)

3. Respon autonomik (misalnya, diaforsis, perubahan tekanan darah,

pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil)

4. Perubahan selera makan

5. Prilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan aktivitas

lain, aktivitas berulang)

6. Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan

berkebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela nafas panjang)

7. Perilaku menjaga atau sikap melindungi

8. Fokus menyempit (misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses

piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun)

9. Bukti nyeri yang dapat diamatai

10. Berfokus pada diri sendiri.

11. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak

(23)

2.2.3 Rumusan Masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah nyeri bisa pula

dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA,

label diagnosis untuk masalah nyeri meliputi Gangguan Mobilisasi dan Risiko

Infeksi. Sedangkan label diagnosis dengan masalah nyeri sebagai etiologi

bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Mubarak, 2008).

Diagnosa-diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan ganguan

nyeri (Prasetyo, 2010).

1. Nyeri yang berhubungan dengan:

a. Cedera fisik atau trauma

b. Penurunan suplai darah ke jaringan

c. Proses melahirkan normal

2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan:

a. Jaringan parut

b. Kontrol nyeri yang tidak adekuat

c. Kanker maligma

3. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri kronis.

4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan.

5. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan:

a. Nyeri muskuloskeletal

b. Nyeri insisi

2.2.4 Perencanaan

Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat

(24)

diharapkan dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada diagnosa

keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada

diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan

pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau masalah kesehatan klien.

Misalnya, nyeri yang berhubungan dengan nyeri insisi akut berespons terhadap

analgesik, sedangkan nyeri yang berhubungan dengan kontraksi persalinan dini

dapat dikurangi dengan latihan relaksasi.

Saat mengembangkan rencana perawatan, perawat menyeleksi prioritas

berdasarkan tingkat nyeri klien dari efeknya pada kondisi klien. Untuk nyeri akut

dan berat, adalah penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan nyeri

sesegera mungkin. Analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan

menurunkan kesempatan nyeri mengalami perburukan. Setelah nyeri yang klien

rasakan hilang, perawat merencanakan terapi lain, seperti relaksasi atau aplikasi

panas untuk meningkatkan efek analgesik.

Perawat memberi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami nyeri,

tujuan berorientasi pada klien dapat mencakup hal-hal berikut:

1. Klien menyatakan merasa sehat dan nyaman

2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri

3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini

4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab ia merasa nyeri

(25)

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil :

- Nyeri berkurang atau terkontrol

- Skala nyeri menurun 0-3

- Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri

- Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan - Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Lakukan pengkajian secara

komprehensif tentang nyeri

meliputi lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri dan faktor

presipitasi.

2. Observasi respon nonverbal

dari ketidaknyamanan

(misalnya wajah meringis)

terutama ketidakmampuan

untuk berkomunikasi secara

efektif.

3. Kaji efek pengalaman nyeri

terhadap kualitas hidup

1. Mempengaruhi pilihan / pengawasan

keefektifan intervensi.

2. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi

persepsi / reaksi terhadap nyeri

3. Mengetahui sejauh mana pengaruh

(26)

4. Ajarkan menggunakan teknik

nonanalgetik (relaksasi

progresif, latihan napas dalam,

imajinasi, sentuhan terapeutik.)

5. Kontrol faktor-faktor

lingkungan yang yang dapat

mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan

(ruangan, suhu, cahaya, dan

suara)

Kolaborasi

Penggunaan kontrol analgetik, jika

perlu.

4. Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan kontrol dan

meningkatkan harga diri dan

kemampuan koping

5. Memberikan ketenangan kepada pasien

sehingga nyeri tidak bertambah

Analgetik dapat mengurangi pengikatan

mediator kimiawi nyeri pada reseptor

nyeri sehingga dapat mengurangi

(27)

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus

2.3.1 Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

I. Biodata

Identitas Pasien

Nama : An. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 10 tahun

Statur Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl.T bongkar IX No.48 Kec. Medan Denai

Tanggal Masuk RS : 03 Juni 2014

No.Register : 00.92.79.24

Ruangan/Kamar : R.IX/kamar I

Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 03 Juni 2014

Tanggal Operasi : -

(28)

II. Keluhan Utama :

An. A mengeluh sulit melakukan aktivitas dan nyeri di sekitar lukanya karena

adanya hematom dan benjolan disertai luka lecet pada kepala setelah An. A

mengalami kecelakaan lalu lintas.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

An. A mengatakan penyebabnya di karenakan kecelakaan lalu lintas.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

An. A mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah saat di

berikan obat dan istirahat.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

An. A mengatakan nyeri pada daerah luka seperti rasa gatal pada

daerah luka.

2. Bagaimana dilihat

An. A terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan

konsentrasi menjawab pertanyaan dan terlihat lemah di atas tempat

tidur.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Luka berada di bagian muka dan pipi di sebelah kanan.

2. Apakah menyebar

(29)

D. Severity

An. A mengatakan keadaan yang sekarang sangat mengganggu aktivitas

sehari-hari.

E. Time

Waktu nyeri sering muncul.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

A. Penyakit yang pernah dialami

Demam dan diare.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

An. A mengatakan jika sakit pergi ke puskesmas di sekitar rumah.

C. Pernah dirawat/dioperasi

An. A mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi.

D. Lama dirawat

An. A mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.

E. Alergi

An. A tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan.

F. Imunisasi

Menurut dari keterangan keluarga An. A (ibu) An. A mendapatkan

imunisasi lengkap yaitu polio, dpt-hb, bcg dan campak.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

A. Orang Tua

(30)

B. Saudara Kandung

An. A memiliki 2 saudara kandung dan tidak ada mengalami penyakit

keturunan.

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak mempunyai penyakit keturunan dari keluarga An. A

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada

Gejala : tidak ada

Riwayat pengobatan/perawatan : tidak ada

E. Anggota keluarga yang meninggal

Tidak ada anggota keluarga yg meninggal.

F. Penyebab meninggal

Tidak ada anggota keluarga yg meninggal.

VI. Riwayat Keadaan Psikologi

A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan keadaan sekarang yang dialami adalah akibat

kelalaiannya.

B. Konsep Diri

− Gambaran Diri : pasien mengatakan sedih dengan

keadaan tubuhnya karena ada luka di

bagian mukanya.

− Ideal Diri : pasien mengatakan ingin cepat kembali

(31)

− Harga Diri : pasien merasa malu dengan dirinya

karena terdapat luka di daerah muka

dan pipinya.

− Peran Diri : pasien merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara

− Identitas : pasien ingin cepat sembuh dan segera

pulang

C. Keadaan Emosi

Keadaan emosi masih dapat terkontrol.

D. Hubungan Sosial

− Orang yang berarti

An. A mengatakan orang yang berarti adalah orang tua dan

keluarganya

− Hubungan dengan keluarga

An. A menjalin hubungan baik dengan keluarga

− Hubungan dengan orang lain

An. A dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Tidak ada hambatan dalam berhubungan.

E. Spiritual

− Nilai dan keyakinan

An. A memeluk agama Islam dan percaya dengan Tuhannya.

− Kegiatan ibadah

(32)

VII. Status Mental

− Tingkat Kesadaran : Compos mentis

− Penampilan : Rapi

− Pembicaraan : Sesuai

− Alam kesadaran : Lesu

− Afek : Sesuai

− Interaksi selama wawancara : kooperatif dan Kontak

mata ada

− Persepsi : Tidak ada

− Proses piker : Sesuai pembicaraan

− Isi pikir : Pasien tidak menunjukan

gejala-gejala diatas

− Waham : Tidak ada waham

− Memori : Masih dapat mengingat

kejadian dulu dan

sekarang

VIII.Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

Baik, luka yang di alami masih tertutup perban

B. Tanda-tanda Vital

− Suhu tubuh : 37,50

− Tekanan darah : 110/70 mmHg

C

− Nadi : 84x/menit

(33)

− Skala nyeri : 6

− TB : 123 cm

− BB : 39 kg

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan Rambut

− Bentuk : Simetris

− Ubun-ubun : Simetris

− Kulit kepala : luka lecet, pelipis kanan

(+) pipi kanan (+)

Rambut

− Penebaran dan keadaan rambut : rambut bersih dan rapi

− Bau : tidak ada bau

− Warna kulit : hitam

Wajah

− Warna kulit : sawo matang

− Wajah : lengkap

Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris

− Palpebra : normal

− Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak pucat

dan skelra berwarna

− Pupil : ukuran pupil kiri/karan:

(34)

− Kornea dan iris : transparan,halus, bersih

dan jernih

− Visus : tidak dilakukan

− Tekanan bola mata tidak dilakukan

Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris dan tidak ada

kelainan

− Lubang hidung cuping hidung : ukuran normal

− Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan

Telinga

− Bentuk telinga : Normal, simetris

− Ukuran telinga : Normal

− Lubang telinga : bersih, tidak ada kotoran

− Ketajaman pendengaran : normal

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : kering

− Keadaan gusi dan gigi : bersih

− Keadaan lidah : berwarna merah muda

Leher

− Posisi trachea/thyroid : normal, teraba pada kedua

sisi

− Suara : normal

− Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran

(35)

− Vena jugularis : tampak ketika berbicara

− Denyut nadi karotis : teraba

Pemeriksaan integument

− Kebersihan : kulit bersh

− Kehangatan : 37,50

− Warna : sawo matang

C

− Turgor : kembali cepat < 2 detik

− Kelembaban : keadaan kulit lembab

− Kelainan pada kulit : adanya luka pada bagian

muka sebelah kanan

Pemeriksaan thoraks/dada

− Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest,

flail chest, kifos koliasis): normal

− Pernafasa (frekwensi,irama): frekwensi 24x/menit, irama vesikuler

− Tanda kesulitan bernafas: tidak ada tanda kelainan

IX. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

I. Pola Makan dan Minum

− Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari

− Nafsu/selera makan : pasien mengatakan selera

makan seperti biasa

− Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri uluu hati

− Alergi : tidak ada alergi makanan

− Mual dan muntah : tidak ada mual dan

(36)

− Nampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa)

− Waktu pemberian makanan : 08.00 wib, 14.00 wib,

19.00 wib

− Jumlah dan jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah

− Waktu pemberian cairan/minuman : minum apabila haus

− Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)

Tidak ada kesulitan untuk makan.

II. Perawatan Diri/Personal Hygiene

− Kebersihan tubuh : pasien selama mengalami

luka bakar hanya di lap

oleh orang tua

− Kebersihan gigi dan mulut : bersih

− Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih

III. Pola Kegiatan/Aktivitas

− Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti

pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total :

Saat ini pasien dalam melakukan kegiatan membutuhkan bantuan

− Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :

Untuk saat ini pasien tidak ada melakukan kegiatan ibadah

IV. Pola eliminasi

1. BAB

− Pola BAB : 1-2 kali / hari

− Karakter feses : normal

(37)

− BAB terakhir : sore

− Diare : tidak ada diare

− Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan

laksatif

2. BAK

− Pola BAK : 2-3 kali / hari

− Karakter urine : normal

− nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK

− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak ada

− Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan

diuretik

(38)

2.3.2 Analisa Data

No Data Etiologi

Masalah

Keperawatan

1. DS :

Klien mengeluhkan nyeri pada

lokasi luka di bagian kepala,

skala nyeri 6, nyeri timbul pada

saat klien melakukan pergerakan

atau perubahan posisi dan akan

berkurang jika klien beristirahat

DO :

a. Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 22 x/menit

T : 37,5o

b. Tampak klien menahan rasa

sakit saat beraktivitas. C

Adanya luka kepala

Nyeri

Gangguan rasa

(39)

2. DS :

Klien mengatakan bahwa klien

sering terbangun dimalam hari

karena nyeri sering muncul saat

klien tidur

DO :

Klien tampak lemas dan kantung

mata sedikit membengkak.

Head injury

Skala nyeri 6

Raut wajah tampak

lemas

1. Gangguan rasa nyaman nyeri

2. Gangguan pola tidur

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan

akibat kecelakaan ditandai dengan adanya luka di kepala klien, mengeluh

nyeri dan meringis keasakitan, karakteristik nyeri setempat tidak

menyebar, skala nyeri 6.

2. Ganguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala ditandai dengan

(40)

2.3.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien:

1. Nyeri berkurang/hilang

2. Klien melaporkan nyeri berkurang

3. Skala nyeri menurun 0-3

4. Klien tampak tenang

5. Tanda-tanda vital dalam batas normal

6. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji nyeri, lokasi nyeri,

skala nyeri.

2. Berikan kesempatan klien

untuk menceritakan

keluhannya.

3. Kaji tanda-tanda vital klien.

1. Berguna dalam

pengawasan keefektifan

obat, dan kemajuan

penyembuhan.

2. Mengetahui keadaan

umum klien melalui

tanda-tanda vital.

3. Memberikan

kenyamanan pada klien

untuk mengurangi nyeri

(41)

4. Berikan klien posisi yang

nyaman.

5. Beri kesempatan klien untuk

istirahat pada saat nyeri

berkurang.

6. Anjurkan keluarga untuk

berbincang dengan klien

juga pada saat sedang tidak

nyeri.

7. Kolaborasi pemberiaan

analgesik sesuai program.

4. Membantu mengurangi

ketegangan akibat nyeri

5. Membantu menurunkan

stress klien dalam

keadaan sakit.

6. Memulihkan kekuatan

tubuh

7. Menurunkan stress klien

dan membantu klien

mengalihkan perhatian

dari rasa nyeri dan

yntuk menghilangkan

atau mengurangi nyeri.

Selasa

03.06/

2014

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat

mempertahankan pola tidur dalam batas normal ± 8 jam

perhari.

Rencana Tindakan Rasional

1. Lakukan pengkajian

masalah gangguaan tidur

dan penyebab kurang tidur.

1. Memberikan informasi

dasar dalam

menentukan rencana

(42)

2. Anjurkan minum susu satu

jam sebelum tidur.

3. Berikan tempat tidur yang

nyaman, bersih dan bantal

yang nyaman.

2. Meningkatkan jam tidur

3. Mengurangi gangguan

tidur

2.3.5 Implementasi dan Evaluasi

Hari/

1 1. Mengkaji nyeri, lokasi nyeri,

skala nyeri klien.

2. Mengkaji tanda-tanda vital

klien.

3. Mendengarkan klien

menceritakan keluhannya.

4. Memberikan analgesik sesuai

program.

S : Klien melaporkan

nyerinya dibagian

luka kepala

O: Tanda-tanda vital:

TD= 110/70 mmHg

(43)

2 1. Lakukan pengkajian masalah

gangguaan tidur dan penyebab

kurang tidur.

2. Anjurkan minum susu satu

jam sebelum tidur.

3. Berikan tempat tidur yang

nyaman, bersih dan bantal

yang nyaman.

S: klien mengatakan

sering tebangun ketika

tidur.

O: klien terlihat lemas

dan ada kantung mata.

A: masalah belum

teratasi

(44)

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar pada An. A gangguan

rasanyaman yaitu nyeri. Klien mengatakan nyeri di daerah kepala seperti di

tusuk-tusuk, klien terlihat gelisah, klien meringis kesakitan, TD 110/70,Temp

37,50

2. Diagnosa keperawatan yang ditemui yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri

berhubungan dengan trauma jartingan akibat kecelakaan ditandai dengan

adanya luka di kepala.

C, HR 84 x/menit, RR 22 x/menit, dan klien tampak cemas.

3. Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada An. A dibuat suatu

perencanaan untuk memecahkan masalah yang disusun sesuai dengan

perencanaan dan prioritas masalah serta dengan sarana dan fasilitas yang

tersedia dirumah sakit.

4. Implementasi yang dilakukan penulis pada An. A sesuai dengan rencana

tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan dengan sarana dan

fasilitas yang ada dirumah sakit.

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit

Diharapkan lebih mengutamakan dan menjaga kesterilan alat serta lebih

(45)

2. Bagi Perawat

a. Pada saat melakukan pengkajian pada klien , perawat berperan aktif,

menanyakan kepada klien tentang apa yang dirasakan klien dan keluarga

selama menderita penyakit ini agar perawat menegakkan diagnosa

keperawatan yang aktif.

b. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan hendaknya diberitahukan kepada

klien untuk mempermudah melaksanakan intervensi keperawatan.

c. Dalam merencanakan pemecahan masalah hendaknya klien dan keluarga

di ikutsertakan, sehingga terjalin kerja sama yang baik untuk

mempermudah pemecahan masalah.

d. Diharapkan kepada perawat memberikan healths education, kepada klien

dan keluarga agar rutin minum obat secara teratur, dosis tepat, waktu

tepat dan kepada keluarga mengawasi pemakaian obat selama 3 bulan

untuk mencegah kekambuhan (infeksi sekunder), mengurangi aktivitas

dan menganjurkan pada klien untuk cukup istirahat.

e. Menilai tingkat kebersihan terhadap pemecahan masalah, diharapkan

kepada perawat untuk melakukan implementasi yang jelas direncakan

sesuai dengan prioritas masalah kesehatan klien, untuk mencapai hasil

yang maksimal sehingga masalah teratasi

3. Bagi klien dan keluarga

a. Perlu memperhatikan pola istirahat tidur klien agar klien dapat tidur

dengan tenang dan jam istirihat tidur klien terpenuhi,

b. Dan disaran untuk membatasi aktivitas yang akan mengganggu keadaan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Tekhnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bare G, Brende & Smeltzer C, Suzanne. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi dan Praktek Klinis. Eidisi 9, Jakarta: EGC.

David, Hull & Derek, I, Johnston. (2008). Dasar Dasar Pediatrik. Edisi 3, Jakarta: EGC.

Donna, Ignatavicius D. (1991). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aescalapius FKUI.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan pertama, Jakarta: EGC.

Nanda. (2012). Diagnosis Keperawatan. Edisi 9, Jakarta : EGC.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Jakarta : EGC.

Prasetyo, Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi 1, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah saraf. Edisi 4, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Speer, Kathleen, Morgan. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical Pathways. Edisi 3, Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7 , Jakarta: EGC.

(47)

Lampiran

Catatan Perkembangan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No.

Dx

Hari/

Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan

Evaluasi

a. Mengkaji nyeri, lokasi

nyeri, skala nyeri

b. Memberikan klien

posisi yang nyaman

pada waktu tidur atau

duduk.

c. Memberikan

kesempatan klien untuk

menceritakan

Tanda-tanda vital:

TD= 110/70 mmHg

meringis kesakitan

A : masalah belum

Teratasi.

P : intervensi

(48)

2 Selasa,

a. Lakukan pengkajian

masalah gangguaan tidur

dan penyebab kurang

tidur.

b. Anjurkan minum susu

satu jam sebelum tidur.

c. Berikan tempat tidur

yang nyaman, bersih dan

bantal yang nyaman.

S: klien mengatakan

a. Mengkaji nyeri, lokasi

nyeri, skala nyeri

b. Memberikan klien posisi

yang nyaman.

c. Periksa Tanda-tanda

vital klien

Tanda-tanda vital:

TD= 110/70 mmHg

tenang, Wajah tidak

(49)

A : masalah sebagian

a. Lakukan pengkajian

masalah gangguaan tidur

dan penyebab kurang

tidur.

b. Berikan tempat tidur

yang nyaman, bersih dan

bantal yang nyaman.

S: klien mengatakan

a. Mengkaji nyeri, lokasi

nyeri, skala nyeri

b. Memberikan klien

posisi yang nyaman

pada waktu tidur atau

duduk.

c. Periksa tanda-tanda

vital klien

Tanda-tanda vital:

TD= 110/70 mmHg

HR = 84 x/menit

RR = 22 x/menit

(50)

Skala nyeri 5

Klien tampak lebih

tenang, Wajah tidak

pucat.

A : masalah sebagian

teratasi.

a. Lakukan pengkajian

masalah gangguaan

tidur dan penyebab

kurang tidur.

b. Anjurkan minum susu

satu jam sebelum tidur.

c. Berikan tempat tidur

yang nyaman, bersih

dan bantal yang

nyaman.

A : masalah teratasi

sebagian.

P : intervensi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain : mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tanda-tanda vital, mengajarkan teknik

Klien membuat diagnosis bahwa ia mengalami nyeri dan perawat bekerja untuk menerapkan teknik-teknik dan keterampilan yang pada akhirnya akan menghilangkan nyeri (Potter

Evaluasi perawat terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya

Pasien dengan tindakan ini mengalami gangguan rasa nyaman nyeri karena post operasi, nyeri yang dialami adalah nyeri akut, yang termasuk nyeri akut yaitu nyeri yang terjadi setelah

Evaluasi perawat terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul), menetapkan respon

Resiko tinggi cedera (jatuh) berhubungan dengan kekuatan otot menurun, kepincangan pada kaki kanan ditandai dengan pasien mengatakan sering hampir jatuh di rumah karena nyeri

Data yang muncul pada hari ke-2, klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena merasakan nyeri pada bagian dimana terdapat luka, tidur malam pukul 20.00 wib, dan