1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR TABEL ... 5
DAFTAR GAMBAR... 6
DAFTAR SINGKATAN ... 7
BAB I PENDAHULUAN ... 10
BAB II KEGIATAN INTERNAL ... 11
2.1 Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang ... 11
2.1.1 Koordinasi Perencanaan: Klarifikasi Kesesuaian Proyek Infrastruktur Strategis dalam RPJMN 2015-2019 dan RKP 2015-2016 dengan Renstra KL dan Renja KL ... 11
2.1.2 Koordinasi Perencanaan: Pembahasan Hasil Tinjauan Lapangan terkait Aspek Kelembagaan dan Regulasi Penanggulangan Bencana dalam RPJMN 2015-2019 ... 11
2.1.3 Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah... 12
2.1.4 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: Pemberian Tanggapan RZWP3K ... 12
2.1.5 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: NSPK ... 13
2.1.6 Selaku Anggota Pokja I BPKRN: RTR KSN ... 13
2.1.7 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: Pengelolaan KSK ... 14
2.1.8 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: RTR KSN ... 14
2.1.9 Selaku Anggota Pokja II BJPRN: Penyusunan Permendagri ... 14
2.1.10 Selaku Anggota Pokja IV BKPRN: Sinkronisasi Infrastruktur ... 15
2.1.11 Pembangunan Kilang Mintak Bontang ... 15
2.1.12 Selaku Anggota Pokja IV BKPRN: LP2B ... 16
2.2 Kegiatan Utama Subdit Pertanahan ... 17
2.2.1 Penyusunan Renja K/L ... 17
2.2.2 Pemantauan Bidang Pertanahan ... 17
2.2.3 Pembahasan Usulan Penambahan Program Pertanahan Nasional di Daerah . 17 2.2.4 Koordinasi Penyepakatan Nomenklatur Kementerian ATR/BPN ... 18
2.2.5 Rapat Penajaman kegiatan Prioritas sesuai Janji Presiden/Wakil Presiden terkait Kemneterian ATR/BPN ... 19
2.2.6 Penyusunan Rancangan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunana RPI2JM ... 19
2.2.7 Pemetaan urusan Bidang Pertanahan ... 19
2.2.8 Rakor Pembahasan Perubahan Perpres 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ... 20
2 2.2.9 Strategi Pencadangan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Melalui Lembaga Penyediaan Tanah ... 20
2.2.10 FGD Percepatan Penyelesaian Konflik Agraria di Indonesia ... 21
2.3 Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi ... 21
2.3.1 Manajemen Pengetahuan/Knowledge Management TRP ... 21
2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP ... 22
2.3.3 Sosialisasi Kajian TRP ... 23
2.3.4 Buletin TRP Edisi II 2015 ... 24
2.3.5 Newsletter TRP ... 24
2.3.6 Himpunan Regulasi terkait Tata Ruang Pertanahan ... 24
2.4 Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional ... 24
2.4.1 Faslitasi dan Mediasi: Persiapan Rakernas dan Format Kelembagaan BKPRN ... 24
2.4.2 Fasilitasi dan Mediasi : Koordinasi Penyusunan RDTR Kawasan industri Prioritas (KIP) dan Sekitarnya ... 25
2.4.3 Penyusunan Laporan: Kegiatan BKPRN Semester 1/2015 ... 25
2.4.4 Pembelajaran Implementasi UU 41/1999 dan Kaitannya dengan UU 26/2007... 25
2.4.5 Kunjungan Lapangan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan RKP 2014 dan RKP 2015 Bidang Tata Ruang ke Provinsi Nusa Tenggara Timur .... 25
2.4.6 Pengembangan Media Komunikasi Bidang Penataan Ruang ... 26
2.5 Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN) ... 26
2.5.1 Rapat Koordinasi Penyusunan Perpres Reforma Agraria ... 26
2.5.2 Publikasi dan Sosialisasi Reforma Agraria Nasional ... 27
2.5.3 Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif ... 27
2.5.4 Percepatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi ... 28
2.5.5 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bulan September 2015... 28
BAB III KEGIATAN EKSTERNAL ... 30
3.1 Diskusi Awal Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional (RUU PRUN) ... 30
3.2 Persiapan Seminar Tanah Adat/Ulayat ... 30
3.3 Penyempurnaan Grand Design Kota Baru ... 31
3.4 Diskusi Terfokus Peran Serta Dunia Usaha dalam Penataan Ruang ... 31
3.5 FGD Sinkronisasi Proyek Infrastruktur dan Kawasan Startegis RPJMN 2015-2019 Pulau Sumatera ... 32
3
3.7 Fasilitasi Perluasan Pabrik PT Bridon di Cibitung, Bekasi ... 33
3.8 FGD Pendampingan Progam GEF-RIMBA ... 33
3.9 Rapat Koordinasi Pengusulan KEK Lhoksumawe ... 34
3.10 Pre-Departure Short Course ... 34
3.11 Rapat Pemberian Tanggapan Terhadap Dokumen Final RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara ... 35
3.12 FGD Pemetaan Kapasitas Bappeda untuk Penguatan Kapasitas Perencanaan Daerah 36 3.13 Rapat Koordinasi One Data One Map Kalimantan Timur Pulau Derawan ... 36
3.14 USAID Indonesia Clean Energy Program Phase II (ICED II) ... 37
3.15 Entry Meeting Evaluasi RB dan Akuntabilitas Kinerja ... 37
3.16 Pembahasan Rencana Perpanjangan Program Protarih ... 38
3.17 FGD Sinkronisasi Proyek Infrastruktur dan Kawasan Strategis RPJMN 2015-2019 (Regional Kalimantan dan Sulawesi) ... 39
3.18 Kunjungan Kerja Bappeda Serang ... 39
3.19 Konsinyasi ke-3 Penyusunan Pedoman Penataan Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana... 39
3.20 Pembahasan Laporan Pendahuluan Penyusunan RDTR KI Bitung dan Teluk Bintuni 40 3.21 Pembahasan Penyerapan Anggaran Sampai Bulan September dan Pelaksanaan E-Purchasing ... 40
3.22 FGD Fasilitasi Forum Penataan Ruang Pulau/Kepulauan ... 41
3.23 Penyusunan Grand Design dan Master Plan Pembangunan Kota Baru Publik di Indonesia ... 41
3.24 Konsultasi terkait Raperda No. 5 tahun 2006 tentang RPJPD Kabupaten Sidoarjo... 42
3.25 Pembahasan Konsep dan Rancangan e-Planing dan e-Budgeting dalam Kegiatan Quick Wins Kementerian PPN/Bappenas ... 42
3.26 Ekspose Hasil Pemetaan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Skala 1:250.000 ... 43
3.27 Penyusunan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Agropolitan ... 43
3.28 Kunjungan Lapangan ke Jababeka untuk Pengembangan Kota Baru di Indonesia ... 44
3.29 Pembahasan Materi Raperpres Sempadan Pantai ... 44
3.30 Seminar Pengembangan Technopark ... 45
3.31 Kunjungan DPRD Kabupaten Banyumas ... 45
3.32 Program Dukungan Implementasi Tata Ruang dan Pembangunan Rendah Karbon di Provinsi Papua... 46
3.33 Temu Pakar dalam Rangka Kegiatan Pengembangan Wilayah Terisolir di Pulau Jawa Bagian Selatan dan Pulau Sumatera Bagian Barat ... 46
4 3.35 Rapat Koordinasi Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi Kalimantan Timur ... 47 3.36 FGD Penyusunan Materi Teknis Pengembangan Kawasan Minapolitan ... 48 3.37 Pembahasan Draft Pedoman Integrasi Adaptasi Perubahan Iklim ke dalam Rencana Tata Ruang di Indonesia ... 48
BAB IV RENCANA KEGIATAN ... 49
BAB V PENUTUP ... 56
5
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pengunjung Situs TRP (trp.or.id) ... 22
Tabel 2. Jumlah Pengunjung Portal TRP (tataruangpertanahan.com) ... 22
Tabel 3. Rencana Kegiatan Subdit Tata Ruang ... 49
Tabel 4. Rencana Kegiatan Subdit Pertanahan ... 49
Tabel 5. Rencana Kegiatan Subdit Informasi dan Sosialisasi... 50
Tabel 6. Rencana Kegiatan Sekretariat BKPRN ... 51
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah Pengunjung Situs TRP (trp.or.id) ... 23 Gambar 2. Jumlah Pengunjung Portal TRP (tataruangpertanahan.com) ... 23 Gambar 3. Rencana dan Realisasi Anggaran Dit. TRP Bulan September 2015 ... 29
7
DAFTAR SINGKATAN
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial
BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BPN : BadanPertanahanNasional
DIRJEN : Direktorat Jenderal FGD : Focus Group Discussion INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi K/L : Kementerian/Lembaga KEMHUT : Kementerian Kehutanan
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KSN : Kawasan Strategis Nasional
LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LH : Lingkungan Hidup
PERPRES : PeraturanPresiden POKJA : Kelompok Kerja PP : Peraturan Pemerintah PU : Pekerjaan Umum
PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAN : Reforma Agraria Nasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SCDRR : Safer Community through Disaster Risk Reduction SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan
TRP : Tata Ruang dan Pertanahan ADB : Asian Development Bank AKG : Angka Kecukupan Gizi
ALKI : Alur Laut Kepulauan Indonesia
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APIP : Aparatur Pengawa Internal Pemerintah ARG : Anggaran Responsif Gender
BANGDA : Pembangunan Daerah
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial
8 BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BLU : Badan Layanan Umum
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BP : Badan Pengembangan
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPHN : Badan Pembinaan Hukum Nasional BPN : Badan Pertanahan Nasional
BPS : Badan Pusat Statistik BTOR : Back to Office Report BUMN : Badan Usaha Milik Negara BUTARU : Buletin Tata Ruang CBA : Cost Benefit Analysis DAS : Daerah Aliran Sungai DIRJEN : Direktur Jenderal DISTANBEN : Dinas Tanggap Bencana DIT : Direktorat
DITJEN : Direktorat Jenderal
DJBM : Direktorat Jenderal Bina Marga DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya DJPR : Direktorat Jenderal Penataan Ruang
DPCLS : Dampak Penting dan Cakupan Luas serta Bernilai Strategis DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah EAT : Evaluasi Akhir Tahun
EKPS : Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral FIR : Flight Information Region
FGD : Focus Group Discussion
FPRLH : Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup GGGI : Global Green Growth Institute
GUP : Ganti Uang Persediaan
ICLEI : International Council for Local Environmental Initiatives IKK : Indikator Kinerja Kegiatan
IKU : Indikator Kinerja Utama IO : Input Output
INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi IRIO : Inter Regional Input Output IRTAMA : Inspektur Utama
JICA : Japan International Cooperation Agency K/L : Kementerian/Lembaga
KAK : Kerangka Acuan Kerja KANTAH : Kantor Pertanahan KANWIL : Kantor Wilayah
KAPET : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KDB : Koefisien Dasar Bangunan
9 KEK : Kawasan Ekonomi Khusus
KEMHUT : Kementerian Kehutanan KEMDAGRI : Kementerian Dalam Negeri KEMENHUB : Kementerian Perhubungan KEMENKO : Kementerian Koordinator KEMEN PU : Kementerian Pekerjaan Umum KEP : Kawasan Ekonomi Potensial KH : Kesatuan Hidrologi
KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLB : Koefisien Lantai Bangunan
KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KORPRI : KORPS Pegawai Republik Indonesia
KPBPB : Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan
KPJM : Kinerja Pengeluaran Jangka Menengah
KP3EI : Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia KSN : Kawasan Strategis Nasional
KSPPN : Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional KSST : Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular
KTB : Koefisien Tinggi Bangunan KWH : Koefisien Wilayah Hijau KWT : Koefisien Wilayah Terbangun KZB : Koefisien Zona Terbangun KZH : Koefisien Zona Hijau
LFA : Logical Framework Analysis
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAMPID : Lampiran Pidato Presiden
LAPAN : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LH : Lingkungan Hidup
10
BAB I
PENDAHULUAN
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki dua jenis kegiatan, yang dibagi menjadi: 1) kegiatan internal; dan 2) kegiatan eksternal. Kegiatan internal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sesuai dengan rencana kegiatan direktorat yang telah disusun pada awal tahun 2015. Khusus untuk kegiatan internal, kegiatan ini dijelaskan ke dalam bentuk kegiatan utama dan sub kegiatan. Sedangkan kegiatan eksternal adalah kegiatan yang mengundang Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar. Umumnya, kegiatan ini bersifat koordinasi lintas sektor.
Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan September 2015 oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Laporan ini merupakan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam mengelola perencanaan pembangunan bidang Tata Ruang dan Pertanahan, yang dijabarkan ke dalam kegiatan Sub Direktorat Tata Ruang, Sub Direktorat Pertanahan, Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi, Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), dan sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN).
11
BAB II
KEGIATAN INTERNAL
Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan.
Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa mendatang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja.
Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.
2.1
Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang
2.1.1 Koordinasi Perencanaan: Klarifikasi Kesesuaian Proyek Infrastruktur
Strategis dalam RPJMN 2015-2019 dan RKP 2015-2016 dengan Renstra
KL dan Renja KL
Subdit Tata Ruang telah menyelenggarakan Rapat Klarifikasi Kesesuaian Proyek-Proyek Infrastruktur Strategis dalam RPJMN 2015-2019 dan RKP 2015-2016 dengan Renstra KL dan Renja KL pada 4 September 2015 di Ruang Sekretariat BKPRN, dengan Kasubdit Tata Ruang selaku Pimpinan Rapat.
Tujuan rapat ini adalah untuk melakukan klarifikasi kepada direktorat mitra K/L terkait infrastruktur data rencana pembangunan infrastruktur strategis dalam RPJMN 2015-2019, RKP 2015-2016, Renstra dan Renja KL, untuk selanjutnya data ini akan diserahkan ke Menko Perekonomian untuk dijadikan acuan revisi RTRW provinsi, kabupaten dan kota. Saat ini, telah diperoleh list Infrastruktur Strategis Bidang Transportasi (RPI2JM 2015-2019 dari Dit. Transportasi).
Dalam waktu dekat Dit.TRP akan meminta data softcopy kepada direktorat terkait hingga apa bisa diberikan (data hanya sampai tahun 2016, lokus hanya hingga kabupaten dll).
2.1.2 Koordinasi Perencanaan: Pembahasan Hasil Tinjauan Lapangan terkait
Aspek Kelembagaan dan Regulasi Penanggulangan Bencana dalam
RPJMN 2015-2019
Pada tanggal 16 September 2015 di Ruang Rapat SG-5 Bappenas, Subdit Tata Ruang menyelenggarakan Rapat Pembahasan Hasil Tinjauan Lapangan terkait Aspek Kelembagaan dan regulasi Penanggulangan Bencana dalam RPJMN 2015-2019, dengan tujuan untuk meminta masukan dari lingkungan internal Bappenas terkait Hasil Tinjauan Lapangan terkait Aspek Kelembagaan dan Regulasi Penanggulangan Bencana dalam RPJMN 2015-2019. Rapat tersebut dipimpin oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan.
12 Beberapa poin-poin diskusi dalam Rapat:
 Beberapa regulasi terkait kebencanaan perlu dilakukan suatu harmonisasi dan sinkronisasi agar tidak ada benturan antar peraturan yang berlaku;
 Diperlukan koordinasi program lintas sektor khususnya bagi pencegahan dan mitigasi bencana dan harus dituangkan ke dalam RPJMD;
 Diperlukan penguatan kapasitas koordinasi BPBD dengan kelas organisasi yang sesuai;
 Beberapa inovasi dalam upaya mengurangi resiko bencana pernah diajukan oleh beberapa instansi terkait, namun karena anggaran yang dibutuhkan sangat besar, sehingga menjadi bahan pertimbangan yang panjang dan hingga saat ini tidak terlaksana;
 Koordinasi dengan K/L selama ini sudah berjalan, hanya saja jarang menyentuh hingga level substansi;
 Perlu kesepahaman bahwa untuk hal kebencanaan hanya satu unit lembaga yang mengkoordinasukan hal tersebut, yaitu BNPB;
 Diperlukan integrasi rencana mitigasi bencana daerah pesisir dan pulau-pulau kecil ke dalam RZWP3K;
 Penyusunan peta dan informasi kerentanan untuk melaksanakan sosialisasi yang tepat sasaran bagi masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana;
 Rencana Tata Ruang perlu mengintegrasikan aspek kebencanaan dalam rangka pengurangan risiko bencana.
Dalam rapat, KKDT juga telah melakukan penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah dan Rekomendasi Awal Pelaksanaan Strategi Nasional Penanggulangan Bencana dalam RPJMN 2015-2019. Masukan dan informasi yang disampaikan dalam rapat akan menjadi perbaikan dalam perbaikan penyusunan Rekomendasi Kegiatan dari Daftar Inventarisasi Masalah yang akan disusun.
2.1.3 Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah
Dalam rangka penyusunan dan penulisan Buku Profil Tata Ruang, Subdit Tata Ruang telah melakukan konfirmasi hasil pengisian kuesioner dari dareah dan inventarisasi hasil pengisian kuesioner. Hingga bulan September 2015, telah terkumpul pengisian kuesioner untuk 8 Provinsi dan telah siap terbit Buku Profil Tata Ruang untuk 7 Provinsi (Jambi, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, dan Gorontalo). Saat ini, sedang dilakukan penyusunan Buku Profil Tata Ruang untuk Provinsi Kaliamntan Tengah dan masih dalam tahap pengkonfirmasian daerah untuk mengisi kuesioner yang telah dikirimkan.
2.1.4 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: Pemberian Tanggapan RZWP3K
Selaku anggota dalam Pokja I BKPRN, Subdit Tata Ruang telah hadir dalam Rapat Pemberian Tanggapan terhadap Dokumen Final RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara yang diselenggarakan pada 6 September 2015 di Ruang Rapat Cakalang, Gedung Minabahari III, KKP. Rapat bertujuan untuk menginventarisasi masukan atau saran dari anggota BKPRN dalam rangka penyempurnaan dokumen final RZWP3K Provinsi Utara.
Dalam rapat disampaikan bahwa, Dokumen RZWP3K Provinsi Sulawesi perlu mengintegrasikan kegiatan terkait infrastruktur dengan Kegiatan Strategis Jangka Menengah
13 Nasional di Provinsi Sulawesi Utara dalam Buku III RPJMN 2015-2019. RTRW Provinsi Sulawesi Utara telah ditetapkan melalui Perda No. 1 Tahun 2014 sehingga untuk pengelokasian ruang khususnya pada wilayah kecamatan pesisir (daratan pesisir) agar dipastikan telah mengadopsi dan sesuai dengan ketentuan RTRW Provinsi. Seluruh masukan tersebut akan menjadi bahan untuk penyempurnaan dokumen final RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara.
Selanjutnya, Tim RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara akan melakukan konsultasi teknis dengan BIG untuk verifikasi peta dasar maupun peta tematik. Akan dilakukan kegiatan evaluasi dengan Menteri Dalam Negeri setelah adanya persetujuan bersama dengan DPRD Provinsi Sulawesi Utara.
2.1.5 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: NSPK
Pada tanggal 10 September 2015 di Ruang Rapat Lantai 2, Gedung Kementerian ATR, telah diselenggarakan Rapat Pembahasan Kajian KDB, KWT dan KZT. Rapat terselenggara dengan tujuan untuk melakukan formulasi perhitungan KDB, KZT dan KWT di KSN Perkotaan. Beberapa kendala yang disampaikan dalam rapat, antara lain:
1. Penggunaan istilah tidak seragam yaitu KWT (KSN Sarbagita, Mebidangro, Mamminasata) dengan KZB (KSN Jabodetabekpunjur);
2. Penentuan nilai KWT/KZB memiliki besaran ambang batas yang sama pada zonasi dan daerah yang berbeda;
3. Nomenklatur persil dalam KDB tidak sinkron dengan nomenklatur yang ada di RDTR yaitu blok/sub blok.
Kerangka regulasi pedoman ini akan disusun dalam bentuk Permen ATR/BPN. Selanjutnya, Tim teknis/konsultan akan melakukan pembahasan internal terkait masukan yang diberikan di dalam forum dan akan dilakukan rapat lanjutan.
2.1.6 Selaku Anggota Pokja I BPKRN: RTR KSN
Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam FGD Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) untuk KSN Mahato, Bukit Dua Belas, dan KSN Berbak. Rapat yang diselenggarakan pada 21 September 2015 di Hotel Golden Boutique Melawai Jakarta, bertujuan untuk menggali informasi Raperpres KSN Mahato, KSN Bukit Dua Belas dan KSN Berbak.
Beberapa permasalahan dalam pengelolaan dan pengembangan ketiga KSN adalah: 1. Ketidakjelasan tata batas kawasan/delineasi kawasan;
2. Peta pola dan struktur ruang yang masih harus diverifikasi BIG;
3. Indikasi program yang belum disusun (seharusnya dapat disinkronkan dengan rencana pembangunan daerah dan peraturan Kemen LHK terkait pengelolaan hutan); 4. Kelembagaan pengelolaan kawasan hutan yang lemah;
5. Pelibatan masyarakat disekitar kawasan masih rendah.
Selanjutnya, akan dilakukan penyempurnaan perumusan konsep, strategi dan kebijakan dalam penyusunan Raperpres KSN Mahato, KSN Bukit Dua Belas dan KSN Berbak.
14
2.1.7 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: Pengelolaan KSK
Selaku anggota pokja I BKPRN, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam Semiloka Pengelolaan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Koridor Taman Nasional Betung Kerihun-Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), yang diselenggarakan pada 28 September 2015 di Hotel Aryaduta. Dalam rapat tersebut disampaikan perlunya pengaturan kewenangan yang jelas serta sinergitas perencanaan antara KSK Koridor TNBK-TNDS dengan Kawasan Startegis Nasional Betung Kerihun serta Perbatasan dan Jantung Kaliamantan (HoB). Selanjutnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan mengkoordinasikan pengelolaan KSK Koridor TNBK-TNDS secara terpadu bersama dengan Pemenrintah Kebupaten Kapuas Hulu.
2.1.8 Selaku Anggota Pokja I BKPRN: RTR KSN
Selaku Anggota Pokja I BKPRN, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam FGD dalam rangka Penyiapan Materi Teknis Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam-Bintan-Karimun (BBK), yang diselenggarakan pada 28 September 2015 di Ruang Rapat Aqua II, Hotel Grand Kemang. Rapat ini diselenggarakan untuk menggali masukan terhadap RTR KSN BBK yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2011 yang akan memasuki waktu Peninjauan Kembali. Berikut pokok pembahasan dalam rapat:
1. Kawasan BBK yang akan dijadikan kawasan Free Trade Zone (FTZ) masih memerlukan tambahan instrumen hukum;
2. Dalam rangka penyiapan Materi Teknis review RTR KSN BBK, kementerian ATR telah melakukan Monev untuk melihat kesesuaian implementasi dengan Perpres No. 87 tahun 2011;
3. Penilaian monev ini didasarkan pada kesesuaian waktu, program, lokasi, dan anggaran. Selain itu, monev ini juga menginventaris permasalahan apa saja yang terjadi di daerah BBK, yang kemudian akan menjadi masukan terhadap review RTR KSN BBK;
4. Kementerian Pertahanan memberikan informasi bahwa hingga sat ini belum ada perubahan atas wilayah pertahanan yang masuk dalam kawasan BBK;
5. Kemenperin memberikan masukan bahwa di wilayah BBK tidak mungkin dijadikan kawasan hutan lindung karena wilayah tersebut secara eksisting bukan lagi menjadi kawasan hutan.
Akan ada serial FGD selanjutnya untuk menggali informasi dari berbagai stakeholder dalam rangka peninjauan kembali RTR BBK. Saran dan informasi yang diberikan oleh sektor akan menjadi masukan dalam laporan monev untuk dijadikan masukan dalam review RTR KSN BBK.
2.1.9 Selaku Anggota Pokja II BJPRN: Penyusunan Permendagri
Pada tanggal 8 September 2015 di Ruang Rapat Lantai 2, Direktorat Jenderal Binda Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri telah diselenggrakan Rapat Pembahasan Penyusunan Permendagri tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Perda tentang Rencana Tata Ruang Daerah, dengan tujuan sebagai soft launching Rancangan Revisi Permendagri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Raperda Tentang RTR Daerah.
15 Poin-poin penting diskusi:
1. Apabila akan dilakukan pendelegasian ke Pemerintah Provinsi, maka Pemerintah Pusat harus menyiapkan tools dan melakukan pembinaan yang baik. (menyusun pedoman dan melakukan roadshow ke daerah);
2. Pemberian delegasi, tidak dilepas begitu saja ke daerah. Sebaiknya ada pengaturan bahwa Daerah wajib melaporkan hasil pembahasan evaluasi kepada Kemendagri dan tembusan ke anggota BKPRN;
3. Akan dilakukan pembahasan lebih detail terkait substansi baru dalam revisi permendagri 28/2008 pada pertemuan selanjutnya.
Pada saat ini, pembahasan yang dilakukan masih belum membahas materi Permendagri tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Perda tentang Rencana Tata Ruang Daerah. Selanjutnya, Kemendagri akan melakukan perbaikan terhadap substansi revisi permendagri, dan Kementerian Perekonomian akan mengkoordinasikan perumusuan terobosan/deregulasi percepatan sinkronisasi dan integrasi kebijakan-kebijakan nasional dalam RTRW.
2.1.10 Selaku Anggota Pokja IV BKPRN: Sinkronisasi Infrastruktur
Pada tanggal 7 September 2015 di Hotel Aryaduta, Subdit Tata Ruang telah hadir dalam FGD Sinkronisasi Proyek Infrastruktur dan Kawasan Strategis RPJMN 2015-2019 (Regional Bali, Nusa Tenggara, Maluku). Tujuan diselenggarakannya FGD ini adalah untuk melakukan identifikasi sinkronisasi dan integrasi kebijakan dan program pembangunan infrastruktur prioritas dan kawasan strategis dalam RPJMN 2015-2019 pada RTRW provinsi di Pulau Bali, Nusa Tenggara dan Maluku.
Hingga saat ini belum teridentifikasi seluruh infrastruktur strategis kabupaten hingga tahun 2019. Pengembangan infrastruktur strategis serta kawasan strategis dalam RPJMN 2015-2019 masih bersifat indikatif, sehingga masih bisa dilakukan penyesuaian dan dimintakan persetujuan Presiden dalam sidang kabinet atau rapat terbatas. Pendetailan pengembangan infrastruktur strategis dan kawasan strategis dilakukan ke dalam RKP dan akan disinkronkan ke dalam PK RTRWN. Kemenko Perekonomian akan menginventarisir infrastruktur strategis dan kawasan strategis dalam RPJMN 2015-2019 yang belum terakomodir dalam RTRWP untuk kemudian merumuskan kriteria prioritas dan merumuskan terobosan/deregulasi yang diperlukan guna mempercepat integrasi.
2.1.11 Pembangunan Kilang Mintak Bontang
Dalam rangka pembahasan sumber pendanaan ideal untuk site preparation sehingga Pembangunan Kilang Minyak Bontang dapat dimulai secepatnya pada Januari 2016 dan terkait dengan perizinan pemanfaatan ruang proyek pembangunan tersebut, Asisten Deputi Produktivitas Energi, Kementerian Perekonomian menyelenggarakan FGD dan Penganggaran Proyek Pembangunan Kilang Minyak Bontang pada 3 September 2015 di Hotel Aryaduta.
Poin-poin penting pada sesi diskusi kedua terkait kepastian perizinan pemanfaatan ruang proyek pembangunan kilang minyak Bontang dalam RTRW
16 a. Hingga saat ini rencana pembangunan kilang minyak Bontang belum masuk dalam Raperda RTRWP Kaltim, karena usulan resmi dan data teknis terkait usulan tersebut belum diterima oleh BKPRD Provinsi Kalimantan Timur.
 Namun, rencana pembangunan Kilang Minyak Bontang telah selaras dengan kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kota Bontang sebagai Kawasan Industri Berbasis Migas dan Kondensat.
 Usulan tersebut dapat diakomodir dalam Raperda RTRWP Kaltim sebelum ditetapkan, yakni pada tahap penyempurnaan hasil pembahasan Pansus DPRD Provinsi atau pada tahap evaluasi oleh Kemendagri.
b. Delineasi:
 Lokasi yang direncanakan berlokasi di Kelurahan Satimpo dan Bontang Lestari;
 Berada disebelah selatan dari PT. Badak LNG;
 Sebagian kecil berada di Hutan Lindung dan RTH;
 Direncanakan akan dilakukan kegiatan reklamasi (untuk memenuhi kekurangan luas lahan area pembangunan kilang karena sebagian kecil area pembangunan kilang merupakan area airlane landing approach);
 Pembangunan Kilang pada Peruntukkan RTH tidak diperkenankan, perlu percepatan penyusunan RDTR yang akan mengatur pengendalian kawasannya;
 Diperlukan koordinasi dengan KLHK untuk pelepasan kawasan hutan lindung;
 Diperlukan percepatan penetapan RZWP3K Provinsi Kalimantan Timur;
 PT Pertamina perlu segera menyelesaikan delineasi kawasan yang lebih rinci dan diperkirakan selesai pada bulan September 2015.
c. Namun demikian, secara umum Rencana Pembangunan Kilang Minyak Bontang telah sesuai dengan RTR Kota Bontang Tahun 2012-2032, hal ini sesuai dengan bunyi pasal 26 dan 56.
 Pasal 26: Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut, salah satunya mencakup pengembangan terminal khusus di Kelurahan Satimpo berfungsi sebagai Terminal Khusus yang diperuntukkan untuk kegiatan/aktivitas industri Migas;
 Pasal 56: Pengembangan Kawasan Industri salah satunya adalah industri besar yaitu Industri Petrokimia dan Migas di Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Satimpo, dan kelurahan Bontang Lestari.
Selanjutnya, Walikota Bontang akan akan mengadakan pertemuan dengan Kanwil BPN Bontang terkait sertifikasi tanah dan akan dilakukan penyampaian surat terkait pemanfaatan ruang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur Kalimantan Timur untuk mengakomodir proyek kilang minyak Bontang dalam rancangan Perda RTRW Provinsi Kalimantan Timur.
2.1.12 Selaku Anggota Pokja IV BKPRN: LP2B
Rapat ini diselenggarakan pada tanggal 3 September 2015 di Hotel Salak Heritage Bogor. Rapat ini bertujuan membahas rancangan Inpres tentang Moratorium Alih Fungsi Lahan Sawah yang dikhususkan pada Kab/Kota yang belum menetapkan perda RTRWnya.
Beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam penyusunan Inpres yaitu: 1. Dasar hukum penentuan “sawah” yang akan diatur dalam Inpres; 2. Ketidaksinkronan data pertanian/sawah;
17 4. Komitmen pemda yang hingga saat ini belum terlihat karena pada prosesnya belum
melibatkan pemda secara aktif.
Selanjutnya, perlu dikonsultasikan kepada Setkab terkait dasar hukum penentuan “sawah” yang akan diatur di dalam Inpres mengingat lahan tersebut bukan LP2B sehingga tidak dapat menggunakan UU No. 41 Tahun 2009 tentang LP2B dan perlu dilakukan sinkronisasi data pertanian/sawah antara Kementerian Pertanian, BPN, dan BPS.
2.2
Kegiatan Utama Subdit Pertanahan
2.2.1 Penyusunan Renja K/L
Subdit Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sedang melakukan pengisian renja K/L kedalam aplikasi. Renja K/L Kemneterian ATR/BPN sudah disampaikan tetapi belum dilakukan pembahasan lebih lanjut. Hingga saat ini ADIK masih dalam tahap penyusunan oleh Kementerian ATR. Selanjutnya, akan dilakukan pembahasan lebih lanjut bersama Kementerian ATR/BPN dan Kementerian Keuangan.
2.2.2 Pemantauan Bidang Pertanahan
Pada tanggal 20-22 September 2015, Subdit Pertanahan telah melakukan Monitoring dan Evaluasi Bidang Pertanahan Provinsi NTT. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data hasil pelaksanaan kegiatan bidang pertanahan di Provinsi NTT Tahun 2014 dan Tahun 2015 hingga triwulan III, serta membahas isu spesifik terkait tanah adat/ulayat dalam mendukung kebijakan kepastian hukum hak atas tanah.
Secara umum, pelaksanaan kegiatan bidang pertanahan di Provinsi NTT tahun 2014 mencapai target yang ditetapkan. Dalam penyerapan keuangan dari setiap target yang dialokasikan, persentase rata-rata penyerapan sebesar 96 persen. Namun, data yang diperlukan belum semua disampaikan oleh Kanwil BPN, sehingga perlu dilakukan koordinasi kembali dengan Kanwil BPN NTT untuk mendapatkan data. Selanjutnya, akan dilakukan penyelesaian laporan Monev.
2.2.3 Pembahasan Usulan Penambahan Program Pertanahan Nasional di
Daerah
Pada tanggal 15 September 2015 di Operation Room Kemneterian ATR/BPN, Kepala Biro Keuangan, Kementerian ATR/BPN menyelenggarakan Rapat Pembahasan Usulan Penambahan Program Pertanahan Nasional di Daerah.
Berikut beberapa hal penting yang disampaikan dalam rapat tersebut:
a. Kementerian ATR/BPN mengusulkan adanya penambahan satu program untuk kegiatan yang ada di daerah dibawah koordinasi Sekretariat Jenderal (Sekjen). Usulan tersebut diperlukan untuk kemudahan administrasi pelaksanaan anggaran kegiatan Kantah/Kanwil;
b. Penambahan program dibawah koordinasi Sekjen tidak mengilangkan hubungan fungsional teknis (pembina teknis) dengan Dirjen teknis yang membidangi kegiatan tersebut;
18 c. Kelebihan dari adanya penambahan satu program tersebut akan mengurangi jumah DIPA Kementerian ATR/BPN menjadi 527. Hal ini dikarenakan setiap Kanwil dan Kantah hanya memiliki 1 (satu) DIPA dari sebelumnya bisa 5-7 DIPA untuk 1 (satu) Kantah. Selain itu, apabila terdapat revisi anggaran akan lebih mudah dan lebih cepat prosesnya;
d. Pola yang diusulkan oleh Kementerian ATR/BPN mirip dengan pola yang ada Kementerian Luar Negeri yaitu apa yang dilakukan oleh daerah merupakan cerminan yang ada di Pusat. Terkait dengan hal ini maka dapat dibentuk satu program baru dengan satu kegiatan dan output kegiatannya adalah output terakhir;
e. Dit. Sistem Penganggaran, Kementerian Keuangan menyampaikan bahwa tidak perlu ada penambahan program baru di daerah apabila outputnya masih ada hubungan dengan Dirjen teknis.
Subdit Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Saat ini status BPN sudah menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN sehingga yang ditonjolkan tidak hanya fungsi pelayanan pertanahan saja sama seperti saat masih BPN, sehingga perlu ada tambahan intervensi kebijakan dan koordinasi antar K/L;
b. Terkait dengan kebutuhan data untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan, dengan pola saat ini masih BPN (tanggungjawab ada di Dirjen) dirasakan kesulitan mengumpulkan data tersebut. Untuk itu, dikhawatirkan apabila diserahkan ke Daerah maka pengumpulan data memerlukan waktu yang lebih lama lagi;
c. Usulan penambahan program di daerah dibawah koordinasi Sekjen akan membuat pengukuran kinerja sulit dilakukan terutama apabila ada target yang tidak tercapai maka siapa yang akan bertanggungjawab;
d. Nomenklatur kegiatan (IKP dan IKK) sulit dirumuskan karena kegiatannya sama dengan kegiatan yang ada di level kegiatan Kementerian ATR (Pusat);
e. Kementerian PPN/Bappenas tetap berkeinginan tidak perlu ada penambahan program baru untuk mengakomodir kegiatan di daerah.
Usulan penambahan program untuk kegiatan di daerah oleh Kementerian ATR/BPN dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan dan administrasinya. Namun, belum mempertimbangkan penilaian kinerja setiap pegawai sesuai dengan tugasnya. Selain itu, akan mempersulit siapa yang akan bertanggungjawab terhadap pencapaian target nasional. Selanjutnya, Kementerian ATR/BPN akan melakukan pembahasan dengan Kemneterian PAN/RB terkait pengukuran kinerja setiap individu dan akan dilaporkan kepada Kementeriabn PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.
2.2.4 Koordinasi Penyepakatan Nomenklatur Kementerian ATR/BPN
Pada Rapat Koordinasi Pembahasan Nomenklatur Kemneterian ATR/BPN, telah dilakukan pembahasan di internal subdit pertanahan, masukan yang ada telah disampaikan kepada BPN. Dari pihak internal BPN juga telah melakukan pembahasan nomeklatur, sehingga terdapat perbedaan antara nomenklatur yang disampaikan ke Bappenas sebelumnya. Untuk melakukan pembahasan nomenklatur Kementerian ATR/BPN akan diagendakan rapat lanjutan pada Bulan Agustus 2015.
19
2.2.5 Rapat Penajaman kegiatan Prioritas sesuai Janji Presiden/Wakil
Presiden terkait Kemneterian ATR/BPN
Pada 9 September 2015, Direktur Tata Ruang dan Kasubdit Pertanahan hadir dalam Rapat Penajaman Kegiatan Prioritas sesuai Janji Presiden/Wakil Presiden terkait Kementerian ATR/BPN. Rapat bertujuan untuk membahas kegiatn prioritas Tahun 2016 sesuai janji Presiden/Wakil Presiden terkait dengan Kementerian ATR/BPN.
Beberapa usulan yang disampaikan dalam rapat tersebut, antara lain:
 Untuk target setiap tahunnya apakah bisa dibuat ‘range’ dengan mendasarkan pada asumsi;
 Penyesuaian output kegiatan apakah dimungkinkan dengan dasar keterbatasan SDM dan anggaran;
 Selain target kegiatan reformasi agraria yang terkait dengan aset tanah (aset reform) sebaiknya dalam matriks KSP dapat ditambahkan terkait pemberdayaan masyarakat (access reform). Hal ini dikarenakan pelaksanaan redistribusi tanah juga melibatkan beberapa K/L untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat seperti Kementan, KKP, Kemen Koperasi dan UKM, dan Kemen Desa, PDT, dan Transmigrasi. Untuk itu, perlu dirumuskan tugas dan tanggung jawab masing-masing K/L terkait tersebut dalam pencapaian reforma agraria;
 Terkait dengan access reform, perlu ada kewenangan yang menjadikan Kementerian ATR/BPN sebagai koordinator reforma agraria. Hal ini diusulkan agar masuk ke dalam draf Perpres tentang Reforma Agraria yang menjadi salah satu target quick wins;
 Kementerian ATR/BPN perlu menambahkan keterangan luas lahan, lokasi, subyek pada tahapan B12 berdasarkan SK redistribusi TOL.
Selanjutnya, perlu pemetaan lebih lanjut kegiatan-kegiatan yang lintas sektor dan memerlukan koordinasi lebih lanjut.
2.2.6 Penyusunan Rancangan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunana RPI2JM
Sebagai tindaklanjut hasil pembahasan Rancangan Juklak tentang penyusunan Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM), maka diselenggarakan FGD Penyusunan Rancangan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) pada 25 September 2015 di Grand Zuri Hotel, BSD City Serpong. Pada FGD tersebut membahas mengebai konsistensi isi antara Draf Rancangan peraturan menteri dengan petunjuk pelaksanaan.Draft Petunjuk Pelaksanaan saat ini sudah ditambahkan pembahasan terkait monev menggunakan PP 36/2006. Selanjtunya, akan dilakukan konsultasi publik internal Bappenas.
2.2.7 Pemetaan urusan Bidang Pertanahan
Dalam rangka membahas persiapan pemetaan urusan pemerintahan bidang pertanahan sesuai amanat UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, Diretur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah I, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan Rapat Persiapan Pemetaan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan pada 21 September 2015 di Ruang Rapat Praja Bakti, Ditjen Bina Bangda Kemendagri.
20 Berdasarkan peraturan yang berlaku, urusan pertanahan di daerah perlu diwadahi dengan dibentuknya dinas, disepakati dinas yang menangani urusan pertanahan akan disatukan dengan dinas lain. Selanjutnya, akan dibentuk tim teknis untuk membahas usulan Dinas yang membidangi masalah pertanahan serta nomenklatur program dan kegiatannya berdasarkan pada 9 bidang yang tercantum dalam UU 23/2014 terkait urusan pertanahan.
2.2.8 Rakor
Pembahasan
Perubahan
Perpres
71/2012
tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum
Untuk dapat terselenggaranya pembahasan usulan penambahan program pengelolaan pertanahan di daerah, Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah, Kemenko Perekonomian mengundang Bappenas turut hadir dalam Rakor Pembahasan Perubahan Perpres 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, pada 28 September 2015 di Ruang Rapat Lt. 1, kantor Menko Perekonomian.
Perubahan Perpres tersebut dilakukan sebagai tindaklanjut dari arahan Presiden untuk melakukan deregulasi beberapa peraturan perundangan untuk mempercepat pembangunan dan investasi infrastruktur. Secara umum, perubahan dilakukan pada beberapa pasal yang mengatur ketentuan mengenai kerangka waktu.
Selanjutnya, Kementerian ATR/BPN akan mendiskusikan secara internal terhadap pasal-pasal yang masih belum disepakati dan akan dilakukan pertemuan lebih lanjut yang akan ditentukan kemudian.
2.2.9 Strategi Pencadangan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum Melalui Lembaga Penyediaan Tanah
Pada 29 September 2015, di Diamond Room Grand Mercure, Asdep Perumahan Pertanahan dan Kerjasama Kemenko Perekonomian menyelenggarakan FGD Strategi Pencadangan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Melalui Lembaga Penyediaan Tanah. Terdapat isu yang dibahas dalam rapat bahwa Kementerian ATR/BPN merasa Lembaga Penyediaan Tanah tidak diperlukan, untuk mempercepat proses pengadaan tanah dilakukan dengan perbaikan dan penguatan regulasi yang telah ada sebelumnya. Beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh ADB terkait dengan pembentukan lembaga penyediaan tanah meliputi a) Percepatan pembentukan BLU untuk mengelola dana penyediaan tanah; b) pendanaan awal operasional bank tanah di jalankan dengan metode top-up; dan c) menyandingkan mekanisme KPPIP yang telah berjalan dengan konsep BLU land bank yang akan dibentuk sehingga diketahui kelemahan sistem operasionalnya. Dalam rapat tersebut kementerian ATR/BPN memberikan beberapa catatan terhadap konsep pembentukan lembaga penyediaan tanah yaitu terkait pengelolaan dan pengawasan penggunaan tanah yang telah dibeli oleh lembaga penyediaan tanah dan belum didistribusikan kepada instansi yang memerlukan.
Stakeholder terkait menyambut baik rencana pembentukan lembaga penyedia tanah dan dianggap penting bagi stakeholder pengguna tanah. Selanjutnya, akan dilaksanakan diskusi lebih lanjut untuk membahas rencana pembentukan bank tanah.
21
2.2.10 FGD Percepatan Penyelesaian Konflik Agraria di Indonesia
Pada tanggal 14 September 2015 di Ruang Rapat Komnas HAM, telah diselenggarakan FGD Percepatan Penyelesaian Konflik Agraria di Indonesia. Tujuan FGD ini adalah untuk membahas upaya percepatan penyelesaian kasus konflik agraria di Indonesia. Pada kesempatan yang diberikan, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas turut menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Upaya penyelesaian konflik pertanahan telah dirumuskan dalam RPJMN 2015-2019 dengan isu kepastian hukum hak atas tanah dan ketimpangan P4T melalui kebijakan:
 Perubahan pendaftaran tanah publikasi positif;
 Redistribusi tanah dan pemberdayaan masyarakat;
 Pencadangan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum;
 Peningkatan pelayanan pertanahan.
b. Sebelumnya untuk mempercepat upaya penyelesaian kasus pertanahan diusulkan pembentukan kamar khusus pertanahan di Pengadilan Negeri dalam RPJMN 2015-2019 namun ditolak oleh Mahkamah Agung sehingga saat ini penyelesaian kasus dilakukan melalui optimalisasi peran Kementerian ATR/BPN.
c. Pemerintah memiliki Quickwins dan Program Lanjutan dalam upaya menyelesaikan kasus pertanahan yaitu:
 Pilot project penyelesaian kasus pertanahan di 34 Provinsi termasuk kasus tanah di PLTU Batang dan Indramayu;
 Berkurangnya kasus pertanahan sebanyak 50 persen dalam lima tahun mendatang;
 Terkait usulan pembentukan KNPKA disampaikan bahwa komisi tersebut tidak memiliki putusan hukum untuk menyelesaikan konflik tanah yang mengarah pada tindak perdata maupun pidana sehingga tidak akan efektif keberadaannya. Selain itu, bertentangan dengan semangat dari Kementerian PAN/RB yang sedang menata ulang keberadaan LPNK.
Konflik pertanahan yang terjadi selama ini jumlahnya terus meningkat dan penanganannya secara sektoral dan belum komprehensif. Untuk itu, perlu ada upaya percepatan penyelesaian konflik agraria. RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan telah merumuskan beberapa kebijakan dalam jangka menengah untuk membantu mengurangi jumlah kasus pertanahan. Upaya jangka pendek untuk dapat membantu menyelesaikan kasus pertanahan adalah dengan melakukan review peraturan terkait SDA dan pertanahan serta mendorong Kementerian ATR/BPN untuk menjadi koordinator dalam penyelesaian kasus bekerja sama dengan K/L terkait.
2.3 Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi
2.3.1 Manajemen Pengetahuan/Knowledge Management TRP
Knowledge Management Kedeputian Regional, saat ini sedang dilakukan penyusunan aplikasi interface KM kedeputian. Jika aplikasi telah selesai, akan diujicobakan ke para PIC Kedeputian Regional. Untuk konsinyasi awal konsolidasi penysuunan KM Bappeda Muara Enim, diagendakan kembali pada Oktober 2015. Hal tersebut dikarenakan perubahan APBD masih direvisi oleh Gubernur. Jadwal kunjungan ke Bppeda Muara Enim pun diundur menjadi Bulan Oktober 2015 (tentative).
22
2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP
Dit. TRP memiliki 4 media informasi dan sosialisasi elektronik, yaitu : 1) Portal TRP (tataruangpertanahan.com); 2) Situs internet TRP (trp.or.id) dimana berita dalam situs TRP diperbaharui setiap hari; 3) Milis TRP, dan 4) FB TRP. Kegiatan rutin dalam pengelolaan media ini adalah penambahan konten, perbaikan sistem, penambahan menu, dan evaluasi. Berikut data statistik perkembangan jumlah kunjungan Situs TRP:
Tabel 1. Jumlah Pengunjung Situs TRP (trp.or.id)
Month Unique visitors Number of visits Pages Jan-15 282 354 511 Feb-15 234 293 525 Mar-15 674 844 1.312 Apr-15 731 925 1.694 Mei-15 1.301 1.459 1.975 Juni-15 984 1.153 1.572 Juli-15 1.012 1.124 1.536 Agst-15 1.154 1.334 1.817 Sept-15 1.386 1.723 2.295
Tabel 2. Jumlah Pengunjung Portal TRP (tataruangpertanahan.com)
Month Unique visitors Number of visits Pages Jan-15 1.848 2.195 6.332 Feb-15 1.742 2.110 6.220 Mar-15 2.430 2.864 7.752 Apr-15 2.521 2.887 7.951 Mei-15 3.000 3.340 7.528 Juni-15 3.747 4.140 8.539 Juli-15 2.993 3.246 6.519 Agst-15 3.306 3.631 6.053 Sept-15 3.855 4.402 11.225
23 Gambar 1. Jumlah Pengunjung Situs TRP (trp.or.id)
Gambar 2. Jumlah Pengunjung Portal TRP (tataruangpertanahan.com)
Berdasarkan data statistik diatas, pada Bulan September 2015, jumlah pengunjung situs TRP mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Pada Bulan Agustus 2015, jumlah pengunjung situs TRP 1.334 Pengunjung, dan di Bulan September 2015 jumlah pengunjung naik menjadi 1.723 Pengunjung. Begitu pula dengan keadaan Portal TRP yang mengalami kenaikan, pada Bulan Agustus 2015 pengunjung sekitar 3.631 Pengunjung dan mengalami kenaikan pada Bulan September 2015 menjadi 4.402 Pengunjung. Untuk menghadapi kenaikan dan penurunan yang terjadi pada situs dan portal TRP, Subdit Infosos TRP telah melakukan pengelolaan dan updating seluruh media informasi TRP dan untuk penginformasian berita di situs sudah menggunakan hyperlink ke bahan-bahan terkait.
2.3.3 Sosialisasi Kajian TRP
Selain Subdit Tata Ruang, Subdit Infosos juga turut berpartisipasi dalam Konferensi IRSA 2015 yang akan diselenggarakan pada tanggal 3-5 Agustus 2015 di Bali. Dalam penyusunan dan pensubmitan paper kajian evaluasi outcome ke panitia, kajian yang lulus seleksi untuk dipresentasikan di Konferensi IRSA adalah “Evaluasi Outcome Penyelenggaraan Penataan Ruang”, dengan Ibu Mia Amalia sebagai Presenter.
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept
Unique visitors 234 674 731 1.301 984 1.012 1.154 1.386 Number of visits 293 844 925 1.459 1.153 1.124 1.334 1.723 Pages 525 1.312 1.694 1.975 1.572 1.536 1.817 2.295 0 500 1000 1500 2000 2500
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept
Unique visitors 1.742 2.430 2.521 3.000 3.747 2.993 3.306 3.855 Number of visits 2.110 2.864 2.887 3.340 4.140 3.246 3.631 4.402 Pages 6.220 7.752 7.951 7.528 8.539 6.519 6.053 11.225 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000
24
2.3.4 Buletin TRP Edisi II 2015
Pada Bulan September 2015, Subdit Infosos Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melakukan pembagian tugas penulisan artikel Buletin Edisi II dan saat ini sedang melakukan penyusunan kisi-kisi untuk artikel dari narasumber dan kisi-kisi pertanyaan wawancara. Selanjutnya, akan dilakukan konfirmasi kepada narasumber terkait kesediaan sebagai narasumber Buletin TRP Edisi II 2015.
2.3.5 Newsletter TRP
Pada Bulan September 2015, telah terbit dan akan segera dipublikasikannya Newsletter September 2015 di media informasi TRP. Saat ini, Subdit Infosos sedang melakukan proses penyusunan kerangka untuk Newsletter Oktober 2015.
2.3.6 Himpunan Regulasi terkait Tata Ruang Pertanahan
Subdit Infosos adalah koordinator dalam menyiapkan produk tata ruang pertanahan dalam bentuk CD himpunan regulasi. Hingga saat ini telah dilakukan update materi dan penyebaran CD himpunan regulasi ke setiap pertemuan koordinasi terkait tata ruang dan pertanahan. Selanjutnya, Subdit Infosos akan menyiapkan CD Himpunan Regulasi edisi terbaru.
2.4
Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional
2.4.1 Faslitasi dan Mediasi: Persiapan Rakernas dan Format Kelembagaan
BKPRN
Pada 1 September 2015, Sekretariat BKPRN menyelenggarakan Rapat terkait Usulan Format Kelembagaan Koordinasi Penataan Ruang dan Persiapan Rakernas BKPRN 2015 di Hotel Aston, Jakarta. Rapat diselenggarakan dalam rangka pembahasan usulan kelembagaan koordinasi penataan ruang dan pendetailan persiapan penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2015.
Persiapan Penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2015:
a. Hal yang perlu disiapkan: i) Surat undangan Rakernas kepada daerah; ii) Surat permohonan pembukaan kepada Menko Perekonomian; iii) Surat Permohonan penyampaian paparan kepada Menteri; iv) Surat Permohonan kepada Gubernur Penanggap; v) Surat permohonan sebagai Ketua Sidang dan narasumber Sidang Komisi yang ditujukan kepada para pejabat Eselon I terkait (Ditjen Tata Ruang); vi) Undangan kepada para panitia dan peserta pusat (Ditjen Tata Ruang).
b. Tugas Bappenas:
 Penyusunan Bahan Sidang Pleno Menteri PPN/Bappenas;
 Penyusunan TOR;
 Penyusunan Jadwal;
 Penyiapan kisi-kisi materi Menteri;
 Format kesepakatan Sidang Komisi;
25 Update rancangan TOR Rakernas BKPRN 2015 telah disampaikan kepada Kementerian ATR pada hari Senin, 7 September 2015.
2.4.2 Fasilitasi dan Mediasi : Koordinasi Penyusunan RDTR Kawasan industri
Prioritas (KIP) dan Sekitarnya
Pada tanggal 9 September 2015, Sekretariat BKPRN telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Eselon III BKPRN: Review Progres Penyusunan RDTR KIP dan Sekitarnya. Dalam pertemuan tersebut telah disepakatinya 1) Pemetaan penyediaan peta dasar skala besar untuk RDTR Kawasan Industri dan Sekitarnya dan 2) Penggunaan delineasi cakupan RDTR dan Sekitarnya berdasarkan rekomendasi Kementerian ATR/BPN.
2.4.3 Penyusunan Laporan: Kegiatan BKPRN Semester 1/2015
Sekretariat BKPRN telah menyelenggarakan Rapat Pembahasan Draft Awal Laporan BKPRN Semester I tahun 2015 pada 28 September 2015 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN. Rapat ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi pelaksanaan agenda kerja BKPRN per akhir Juni 2015 dan pemaparan draft awal laporan kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2015. Dengan adanya penyelenggaraan rapat tersebut, didapatkannya konfirmasi atas draft awal laporan kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2015 dari Kementerian ATR, Kemen LHK, Kemenko Perekonomian, dan Kementerian Pertanian. Selanjutnya, akan dilakukan pengiriman draft laporan kegiatan BKPRN Semester 1 tahun 2015 dari Sekretariat BKPRN kepada Es. II K/L anggota BKPRN.
Dalam penyusunan materi laporan koordinasi strategis Sekretariat BKPRN Semester 1 Tahun 2015, sudah tersusunnya drat laporan koordinasi. Namun, belum sepenuhnya data terkumpul, sehingga difinalisasi draft laporan koordinasi strategis Sekretariat BKPRN Semester 1/2015 belum dapat terselesaikan.
2.4.4 Pembelajaran Implementasi UU 41/1999 dan Kaitannya dengan UU
26/2007
Pada tanggal 23 September 2015, Sekretariat BKPRN telah menyelenggarakan pertemuan internal untuk membahas pendalahan isu-isu terkait implementasi UU 41/1999. Dalam rapat tersebut telah teridentifikasinya isu-isu terkait implementasi UU 41/1999 sebagai bahan kajian harmonisasi UU 41/1999 sebagai bahan penyusunan KAK Kajian. Selanjutnya, akan dilakukan pematangan TOR kegiatan singkat pembelajaran implementasi UU 41/1999 dan kaitannya dengan UU 26/2007.
2.4.5 Kunjungan Lapangan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
RKP 2014 dan RKP 2015 Bidang Tata Ruang ke Provinsi Nusa Tenggara
Timur
Pada tanggal 21 September 2015, Sekretariat BKPRN, Subdit Tata Ruang dan Starf ahli Monev TRP menyelenggarakan kunjungan lapangan ke Provinsi NTT. Rapat dipimpin oleh Perwakilan Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur.
26 Beberapa hasil kesimpulan dari sosialisasi RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan serta pemantauan dan evaluasi Bidang Tata Ruang ke Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
1. Isu Strategis Tematik Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi NTT meliputi : a. Bidang Tata Ruang : Adanya pemekaran wilayah di Provinsi NTT yang
menyebabkan terhambatnya penetapan Perda RTRW Kabupaten Malaka, masih belum optimalnya implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten Kota yang disebabkan oleh beberapa faktor, pada saat ini Perda No. 1 Tahun 2011 tentang RTRWP NTT sedang dalam proses Peninjauan Kembali (PK);
b. Bidang Pertanahan : Masih banyaknya klaim Tanah Adat oleh Masyarakat Hukum Adat yang menyebabkan terhambatnya pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan masih kurangnya jumlah serta kompetensi Juru Ukur Pertanahan di Kanwil BPN Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Terkait pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan NTT-Timur Leste sebagaimana amanat Perpres No. 179 Tahun 2014 tentang RTR KSN Perbatasan Negara, saat ini belum berjalan optimal karena:
a. Masih adanya 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Belu yaitu Kecamatan Raimanuk yang belum dimasukkan sebagai salah satu kawasan perbatasan NTT-Timur Leste dalam Perpres No. 179 Tahun 2014, sehingga kecamatan tersebut belum dapat diprioritaskan pembangunanya dalam kawasan perbatasan;
b. Belum dijadikannya indikasi program Perpres No. 179 Tahun 2014 sebagai acuan pembangunan kawasan perbatasan oleh stakeholder terkait, hanya Kementerian Pekerjaan Umum yang mulai menjalankan salah satu indikasi program Perpres tersebut yaitu pelebaran jalan nasional selebar 12 meter mulai dari Mutoain sampai dengan Mutoasin;
c. Adanya tumpang tindih kewenangan antara Kementerian ATR dan BNPP dalam penyusunan 10 (sepuluh) RDTR Perbatasan NTT-Timur Leste, sehingga menyebabkan terhambatnya acuan perizinan kawasan dengan skala rinci yang dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah.
Penyelesaian Isu Strategis Tematik Bidang Tata Ruang dan Pertanahan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya akan dibawa pada Rakernas BKPRN Tahun 2015.
2.4.6 Pengembangan Media Komunikasi Bidang Penataan Ruang
Peran Sekretariat BKPRN dalam Pengembangan Media Komunikasi bidang Penataan Ruang adalah mengkoordinasikan penambahan regulasi terkait tata ruang dalam Web dan Milis BKPRN seabanyak 460 regulasi hingga Bulan September 2015. Selanjutnya, Sekretariat BKPRN akan melanjutkan pemutakhiran data informasi melalui Web dan Milis BKPRN.
2.5
Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN)
2.5.1 Rapat Koordinasi Penyusunan Perpres Reforma Agraria
Dalam rangka mengidentifikasi capaian dan progres penyusunan perpres reforma agraria oleh Kementerian ATR, Subdit Pertanahan Bappenas menyelenggarakan Rapat Koordinasi Penyusunan Perpres tentang Reforma Agraria, pada 30 September 2015 di Ruang Rapat 203 Lt. 3, Bappenas.
27 Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut, antara lain sebagai berikut
:
a. Rancangan Peraturan Presiden tersebut harus memberikan kewenangan penuh kepada Menteri ATR/BPN untuk bertindak atas nama presiden dalam melakukan program Reforma Agraria;
b. Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN menyampaikan agar substansi yang dalam Perpres tersebut meliputi kegiatan legalisasi aset dan redistribusi tanah mulai dari pra sampai dengan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini sudah sesuai dengan arahan RPJMN 2015-2019;
c. Perpres harus memberikan kewenangan kepada Kementerian ATR/BPN untuk melakukan pra-legalisasi aset dan redistribusi tanah dengan mengidentifikasi sumber-sumber tanah yang dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria seperti: pelepasan kawasan hutan dan tanah terlantar. Hal ini dilakukan dengan merevisi peraturan perundangan yang terkait;
d. Perpres perlu juga mengatur agar menambah kekuatan negara untuk melindungi pelaksanaan Reforma Agraria dari ancaman baik internal maupun eksternal pemerintahan. Selain itu, agar dapat mengentaskan para mafia di segala bidang dalam tata niaga produk Reforma Agraria.
Substansi yang perlu diatur dalam Perpres tentang Reforma Agraria tersebut meliputi kegiatan legalisasi aset dan redistribusi tanah mulai dari pra sampai dengan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini sudah sesuai dengan arahan RPJMN 2015-2019. Perpres juga perlu mengatur kewenangan Kementerian ATR/BPN untuk mengkoordinasikan pelaksanaan reforma agraria secara penuh. Akan dilakukan koordinasi lanjutan terkait substansi Perpes Reforma Agraria pada awal Bulan November 2015.
2.5.2 Publikasi dan Sosialisasi Reforma Agraria Nasional
Dalam pembuatan Majalah Agraria Indonesia Edisi II, Sekretariat RAN akan memulai tahap pencetakan, namun adanya artikel yang belum selesai, menjadikan majalah Agraria Indonesia Edisi II belum dapat naik cetak. Percepatan penyusunan artikel dan pencetakan ditargetkan terselesaikan pada pertengahan Bulan Oktober 2015. Sedangkan untuk Majalah Agraria Indonesia Edisi IIII, telah diselengagrakan Rapat untuk menentukan tema MAI Edisi III, dan disepakati “Adat Ulayat” menjadi tema selanjutnya. Selanjutnya, akan dilakukan pembagian tugas penyusuunan artikel MAI Edisi III.
2.5.3 Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif
Dalam Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif, Sekretariat RAN telah menyelenggarakan Koordinasi Lanjutan Penyepakatan Pelaksanaan Pilot Project Tata Batas Kawasan Hutan, pada 10 September 2015 di Ruang Rapat 203 Bappenas. Rapat ini bertujuan untuk menyepakati teknis pelaksanaan pilot project tata batas kawasan hutan dengan membentuk tim tata batas hutan yang melibatkan perwakilan setiap K/L dan instansi terkait.
Pada kesempatan rapat kali ini mempertemukan pihak dari Kementerian ATR/BPN dengan Kementerian LH dan Kehutanan dalam mempersiapkan pelaksanaan pilot project tata batas kawasan hutan. Dan dari pihak BIG menyediakan data peta skala besar untuk kebutuhan pilot project. Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kementerian ATR/BPN perlu menyiapkan peta dasar dan data spasial lain untuk kebutuhan teknis pelaksanaan tata batas kawasan hutan, apabila data tersebut belum ada maka perlu disediakan agar tidak menjadi kendala
28 dalam pelaksanaannya pilot project. Akan dibentuk tim teknis pelaksanaan tata batas kawasan hutan, sebagai bentuk koordinasi yang melibatkan Kementerian ATR/BPN, Kementerian LH dan Kehutanan, Badan Informasi Geospasial (BIG), Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH), pemerintah daerah, dan masyarakat. Pilot project tata batas kawasan hutan, dimulai di Provinsi Bali dengan hutan yang dipilih adalah Hutan Yeh Ayeh. Rapat koordinasi pelaksanaan Tata Batas Kawasan Hutan bersama Bappenas, BIG, Kemen. ATR, dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta koordinasi pembentukan Tim Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan, direncanakan pada minggu ke-II Bulan Oktober 2015.
2.5.4 Percepatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi
Dalam Diskusi Rencana Teknis Seminar Tanah Adat Ulayat yang diselenggarakan pada 10 September 2015, di Ruang Rapat 01 Wisma Bakrie. Rapat ini bertujuan untuk berkoordinasi lebih lanjut terkait percepatan sertipikasi tanah transmigrasi, dengan melakukan uji coba/pilot project pada beberapa daerah menggunakan skema Peraturan Bersama 4 Menteri. Upaya percepatan sertifikasi tanah transmigrasi perlu dilakukan karena melihat data setiap tahun capaian kegiatan rendah, sedangkan bidang tanah transmigrasi masih banyak. Dengan ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan percepatan sertipikasi tanah transmigrasi, perlu disusun flowchart bisnis proses pelaksanaan sertifikasi tanah transmigrasi.
Karena kegiatan ini melibatkan beberapa K/L terkait, sehingga perlu ada sinkronisasi data dari masing-masing K/L (Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi, Kementerian ATR/BPN, dan Kementerian LH dan Kehutanan). Sertipikasi Tanah Transmigrasi merupakan bagian dari strategi pencapaian Prioritas Nasional Reforma Agraria 9 Juta Ha, maka diharapkan target yang diusung sebanyak 600.000 Ha bisa tercapai. Selanjutnya, akan dilaksanakan Rapat Sertipikasi Tanah Transmigrasi lanjutan pada minggu ke-3 Bulan Oktober 2015.
2.5.5 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bulan
September 2015
Pada Bulan September 2015, beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan antara lain adalah: (a) Rapat Koordinasi Persiapan Rakernas BKPRN 2015 dan Format Kelembagaan BKPRN, (b) Rapat Koordinasi Penyusunan RDTR Kawasan Industri Prioritas (KIP) dan Sekitarnya, (c) Koordinasi Penyepakatan Nomenklatur Kementerian ATR/BPN, (d) Pelaksanaan Monev Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ke Provinsi NTT, (e) Pelaksanaan Sosialisasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan di Provinsi NTT, (f) Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah untuk 8 provinsi dan Profil Pertanahan Daerah untuk 7 provinsi, (g) Kegiatan rutin update media informasi dan media sosialisasi TRP, dan (h) penerbitan e-Newsletter Bulan Agustus 2015 dan penyusunan e-Newsletter Bulan September 2015.
Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan hingga akhir Bulan September 2015 adalah 70% (persen) atau sebesar Rp. 157.260.850,-. Rincian realisasi angka tersebut adalah dari pelaksanaan kegiatan: (i) Perencanaan sebesar 80%, (ii) Pemantauan dan Evaluasi sebesar 78%, (iii) Kajian sebesar 86%, (iv) Koordinasi Strategis BKPRN sebesar 70%, (v) Koordinasi Strategis RAN sebesar 58%, (vi) Knowledge Management (KM) sebesar 69%, dan (vii) Penelaahan Renstra K/L sebesar 100%.
29 Realisasi ini dilakukan melalui TUP, UP, dan LS antara lain untuk Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Bahan untuk rapat koordinasi, Honorarium Bulanan, Belanja Jasa Konsultan dan Belanja Jasa Lainnya untuk Bulan September 2015.
Berikut merupakan diagram rencana dan realisasi penyerapan anggaran Direktorat TRP sampai dengan akhir Bulan September 2015:
Gambar 3. Rencana dan Realisasi Anggaran Dit. TRP Bulan September 2015
5 10 22 28 40 53 61 69 82 88 92 100 0 2,259,32 22,94 28,09 35 43 52 70 0 20 40 60 80 100 % Rencana % Realisasi
30
BAB III
KEGIATAN EKSTERNAL
Pada bab ini dijelaskan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas ataupun kementerian/lembaga lain pada Bulan September 2015. Kegiatan ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf.
3.1
Diskusi Awal Penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional (RUU PRUN)
Rapat yang dipimpin oleh Subdit Pedoman Perencanaan Tata Ruang, Direktorat Perencanaan Tata Ruang, Kementerian ATR ini diselenggarakan pada 1 September 2015 di Arion Swiss Bell-Hotel. Diskusi tersebut bertujuan untuk menghimpun data dan informasi terkait pengelolaan ruang udara yang telah disusun sebelumnya.
Beberapa hal pokok yang dibahas dalam pertemuan:
a. Sekretariat BKPRN telah melakukan serangkaian pembahasan di tahun 2012 untuk menginisiasi kajian penyusunan regulasi PRUN. Oleh karena itu, diusulkan agar kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian ATR ini dapat merujuk kepada hasil pembahasan tersebut dengan turut melibatkan K/L dan stakeholders terkait yang ikut dalam pembahasan sebelumnya.
b. Saat ini, Kementerian Pertahanan sedang menyusun Rancacangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Wilayah Udara. Beberapa poin penting terkait RPP Pengamanan Wilayah Udara:
 Pengamanan wilayah udara fokus kepada pengaturan pesawat negara (polisi, beacukai, dan militer) dengan penerbangan sipil. Dalam RPP ini akan diatur wewenang pesawat negara untuk melakukan tindakan kepada pesawat sipil jika dianggap mengancam pertahanan keamanan negara.
 Air Defense Indentification Zone (ADIZ) telah diatur dalam RPP ini.
 Dalam penyusunan dicapai kesepaatan bahwa pesawat sipil dapat melintasi restricted area jika telah mendapatkan izin sebelumnya dari pihak TNI AU.
 Namun, kesepakatan terkait security clearance dimana semua pesawat, baik pesawat sipil maupun pesawat negara yang terbang di wilayah domestik NKRI harus mendapatkan izin lintas dari TNI AU.
Selanjutnya, Sekretariat BKPRN akan memberikan bahan-bahan terkait kajian penyusunan regulasi PRUN kepada Kementerian ATR sebagai bahan kajian lebih lanjut, dan Kemen ATR akan melakukan serangkaian pembahasan lebih lanjut untuk penyusunan NA RUU PRUN ini dengan mengundang K/L dan pakar terkait (termasuk stakeholder yang pernah terlibat sebelumnya).
3.2
Persiapan Seminar Tanah Adat/Ulayat
Pada tanggal 3 September 2015, Subdit Pertanahan menyelenggarakan Rapat Persiapan Sminar Tanah Adat/Ulayat. Rapat yang dipimpin oleh Kasubdit Pertanahan bertujuan untuk
31 mendiskusikan persiapan rencana seminar tanah adat/ulayat termasuk kisi-kisi paparan, narasumber dan waktu pelaksanaan.
Seminar tanah adat/ulayat dilaksanakan dengan tujuan untuk meninjau dan mengevaluasi substansi Permen ATR/Ka. BPN No.9/2015 serta merumuskan tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka melaksanakan amanah perlindungan masyarakat hukum adat sesuai peraturan perundangan terdahulu. Telah disepakati Prof. Ahamd Sodiki dan Prof. Arie Sukanti sebagai narasumber dalam Seminar Tanah Adat/Ulayat yang diselenggarakan pada 17 September 2015.
3.3
Penyempurnaan Grand Design Kota BaruPada tanggal 3 September 2015 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN telah diselenggarakan Rapat Penyempurnaan Grand Design Pembangunan Kota Baru. Rapat tersebut disleenggarakan untuk mempersiapkan bahan paparan dalam rapat asosiasi profesi dan dunia usaha yang diselenggarakan pada 7 September 2015.
Berikut beberapa masukan yang kami berikan untuk penyempurnaan:
 Urgensi pembangunan kota baru perlu dijelaskan di bagian awal, yakni untuk merespons: i) Arahan Presiden agar Bappenas menyusun kriteria kota masa depan yang ramah terhadap publik dan lingkungan; ii) Arahan Nawacita dan RPJMN; iii) Isu-isu perkotaan, utamanya urbanisasi.
 Dalam narasi draft Grand Design sebaiknya dijelaskan tujuan dan sasaran penyusunan grand design, serta kurun waktu.
 Mengingat proses penyusunan Grand Design, panduan dan konsep masterplan Kota Baru berjalan simultan, perlu tetap dijaga konsistensi muatannya.
 Masukan untuk konsistensi visi-misi-prinsip pembangunan kota baru.
3.4
Diskusi Terfokus Peran Serta Dunia Usaha dalam Penataan Ruang
Pada tanggal 3 September 2015, Subdit Pemanfaatan Ruang, Kementerian ATR telah menyelenggarakan Diskusi Peran Serta Dunia Usaha dalam Penataan Ruang, di Hotel Grand Kemang. Dalam diskusi tersebut hadir sebagai narasumber perwakilan pemerintah daerah, Ir. Sarwo Handayani, MSi (Ketua Tim Gubernur DKI Jakarta untuk Percepatan Pembangunan) dan perwakilan dari dunia usaha, Ir. Bernardus Djonoputro (Komisaris PT. Jababeka Infrastructure) menyampaikan paparan materi terkait peranan dunia usaha bagi pembangunan daerah.Beberapa pokok diskusi yang menjadi masukan untuk perbaikan penyelenggaraan penataan ruang yang dapat meningkatkan peran serta dunia usaha dalam pembangunan adalah sebagai berikut:
 Kondisi tata ruang maupun dunia usaha sudah lebih maju dibandingkan kondisi terdahulu. Rencana bisnis sekarang telah mengacu pada berbagai UU terkait. Untuk memfasilitasi dunia usaha, perlu ada kejelasan atas hak pemanfaatan ruang dalam RTR agar permasalahan dapat diatasi.
 Perlu panduan detail dan terpadu mengenai monitoring dan evaluasi RTR untuk peninjauan kembali setiap lima tahun, reklamasi laut dan pembedaan pengaturan untuk wilayah dengan karakteristik seperti DKI Jakarta yang karakteristiknya kota/perkotaan (city), bukan wilayah (regional).