• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG

KETAHANAN KELUARGA LAMPUNG PEPADUN DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN ADAT

MARGA BUNGA MAYANG SUNGKAI

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2021

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DAN USUL PENELITIAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

RINGKASAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Urgensi Penelitian ... 3

1.5 Kontribusi Teoritis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan State of The Art ... 5

2.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 6

2.3 Tinjauan Tentang Ketahanan Keluarga ... 8

2.4 Tinjauan Adat Istiadat Lampung Pepadun ... 10

2.5 Roadmap Penelitian ... 12

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Operasional Penelitian ... 13

3.2 Jenis dan Lokasi Penelitian ... 14

3.3 Fokus Penelitian ... 14

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 14

3.5 Teknik Analisis Data ... 14

3.6 Indikator Capaian Terukur ... 15

3.7 Tahapan Penelitian ... 15

3.8 Susunan Anggota dan Pembagian Tugas ... 15

BAB IV BIAYA DAN JADWAL 4.1 Anggaran Biaya ... 16

4.2 Jadwal ... 16

REFERENSI ... 17 LAMPIRAN 1 RINCIAN ANGGARAN BIAYA

(3)

RINGKASAN

Angka perceraian di Provinsi Lampung pada tahun 2019 mencapai 12.674 didominasi dengan cerai gugat. Pada tahun 2020, gugatan perceraian selama tahun 2020 sebanyak 14.000 kasus. Angka ini mengalami mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Perceraian bisa dihindari apabila ketahanan keluarga terwujud. Pada penelitian ini membahas bagaimana konsep ketahanan keluarga dalam perspektif budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai dan peran lembaga adat dalam mengimplementasikannya.

Tujuan penelitian adalah a) Mendeskripsikan dan menganalisis konsep ketahanan keluarga dalam perkspektif Budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai. b) Mendeskripsikan dan menganalisis peran Lembaga Adat Lampung Pepadun dalam mewujudkan ketahanan keluarga.

Target yang ingin dicapai adalah a) Teridentifikasinya masalah ketahanan keluarga pada masyarakat Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai. b) Teridentifikasinya peran Lembaga Adat dalam mewujudkan ketahanan keluarga

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Tahapan diawali mengkaji permasalahan ketahanan keluarga di Provinsi Lampung. Selanjutnya pengambilan data primer dan sekunder melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ke lokasi penelitian. Kemudian melakukan kompilasi teori dan data, adapun teori yang dikompilasi meliputi implementasi kebijakan publik, kebijakan ketahanan keluarga, dan adat istiadat Lampung Pepadun masyarakat adat Marga Bunga Mayang Sungkai. Setelah itu menganalisis dengan interactive model hingga terbangun konsep ketahanan keluarga dalam perspektif budaya Lampung Pepadun Masyarakat Adat Marga Bunga Mayang Sungkai serta bagaimana peran lembaga adatnya.

Luaran penelitian adalah a) Laporan akhir dan laporan keuangan penelitian.

b) Prosiding terindeks SCOPUS (1st Lekantara Annual Conference on Government, Public Administration, Politics, Law and Social Sciences (LeGALS) c) Makalah dipresentasikan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan LPPM Unila. d) Artikel akan dipresentasikan pada (1st Lekantara Annual Conference on Government, Public Administration, Politics, Law and Social Sciences (LeGALS) pada tanggal 2 Agustus 2021.

Kata Kunci: Ketahanan Keluarga, Lampung Pepadun

(4)

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang

Pengadilan Agama se-Provinsi Lampung mencatat angka perceraian di Provinsi Lampung pada tahun 2019 mencapai 12.674 kasus (Kumpastuntas.co, 21 Juli 2020). Angka perceraian didominasi dengan cerai gugat. Pada tahun 2020, total perkara yang masuk ke Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung sebanyak 16.453 pemohon. Untuk gugatan perceraian selama tahun 2020 sebanyak 14.000 kasus (lampost.co, 22 Januari 2020). Angka ini mengalami mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Kondisi demikian sangat memprihatinkan. Berikut ini beberapa data mengenai perceraian di Provinsi Lampung:

Tabel 1. Kondisi Perceraian di Beberapa Kabupaten/Kota Provinsi Lampung

No Tahun Cerai Talak Cerai Gugat Jumlah

1 2019 2.824 9.852 12.674

2 2020 3.000 11.000 14.000

Total 5.824 20.852 26.674

Sumber: Data diolah (2021)

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat perceraian di Provinsi Lampung mengalami peningkatan dalam kurun waktu dua tahun. Angka perceraian didominasi cerai gugat. Menurut Petugas Pelayanan Informasi dan Pengaduan PTA Bandar Lampung, pemicu gugatan perceraian didominasi persoalan pertikaian pasangan suami istri secara terus menerus; permasalahan ekonomi keluarga dan orang ke tiga (Lampost, 22 Januari 2021).

Sistem perkawinan masyarakat adat Lampung Pepadun menganut asas

“Ngejuk – Ngakuk” (memberi-mengambil). Orangtua nantinya memberikan serta merelakan anak gadisnya (muli) untuk diambil oleh bujang (menghanai).

Proses pengambilan ini dapat dilakukan dengan cara sebambangan atau dibambang (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

(5)

Ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki serta menanggulangi masalah yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun psikososial keluarga. Harapannya keluarga mampu hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.

Menurut UU nomor 52 Tahun 2009 keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual, dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. Gubernur Lampung, pada tanggal 29 Agustus 2018 menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No.4 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga.

Keberhasilan implementasi Perda tersebut dipengaruhi oleh upaya komprehensif, berkesinambungan, gradual, koordinatif dan optimal secara berkelanjutan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten Kota, pemangku kepentingan, dunia usaha, masyarakat serta keluarga dalam menciptakan, mengoptimalisasi keuletan, ketangguhan keluarga untuk berkembang guna hidup harmonis.

Permasalahan ketahanan keluarga juga dipicu dari fenomena perkawinan anak. (Widyawati & Pierewan, 2017) mengemukakan bahwasanya pada saat ini orang-orang melakukan pernikahan anak bukan hanya dilatarbelakangi oleh faktor ketaatan kepada agama untuk menghindari adanya zina, akan tetapi lebih kepada kurangnya aspek religiusitas sehingga terjerumus pada kehamilan di luar nikah pada umur yang masih dini. Sementara itu, dalam penelitian (Mahfudin &

Waqiah, 2016) menyatakan bahwa masalah yang dialami oleh pasangan pernikahan usia muda ialah seperti adanya keegoisan antara pasangan itu sendiri, terjadinya pertengkaran, percekcokan, bentrokan antar suami-istri yang jika ini terus menerus dapat berdampak pada perceraian yang tidak melalui peradilan dikarenakan pernikahan mereka yang tidak secara hukum/sirri.

Berdasarkan uraian permasalahan perceraian diatas menunjukkan ketahanan keluarga belum terwujud. Pada penelitian ini membahas bagaimana konsep ketahanan keluarga dalam perspektif budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai. Jika konsep ketahanan keluarga dalam perspektif budaya dapat terinternalisasi pada masyarakat maka dapat meredam angka

(6)

perceraian. Aminuzzaman (2013) menyatakan faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan adalah partisipasi masyarakat dan stakeholder; adanya perspektif jangka panjang dan visi; keberlanjutan pemerintah;

peraturan yang mendukung; sinergi antara aturan. Dari uraian tersebut, kesamaan visi dan kolaborasi sangat diperlukan dalam implementasi kebijakan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah konsep ketahanan keluarga dalam perspektif Budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai?

b. Bagaimanakah peran lembaga adat Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai dalam mewujudkan ketahanan keluarga?

1.3. Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis konsep ketahanan keluarga dalam perkspektif Budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis peran Lembaga Adat Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai dalam mewujudkan ketahanan keluarga

1.4. Urgensi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk:

a. Melakukan identifikasi masalah ketahanan keluarga pada masyarakat Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai.

b. Melakukan identifikasi konsep ketahanan keluarga dan peran Lembaga Adat Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai dalam mewujudkan ketahanan keluarga.

c. Hasil penelitian ini akan diseminarkan pada 1st Lekantara Annual Conference on Government, Public Administration, Politics, Law and Social Sciences (LeGALS) pada tanggal 2 Agustus 2021 yang artikel ilmiahnya dimuat dalam prosiding terindeks SCOPUS. Selain itu, makalah akan dipresentasikan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan LPPM Universitas Lampung.

(7)

1.5. Kontribusi Teoritis

Penelitian ini diharapkan berkontribusi secara akademik terhadap ilmu administrasi publik, khususnya dalam kajian kolaborasi stakeholder dalam implementasi kebijakan publik. Upaya mewujudkan ketahanan keluarga akan berhasil dengan baik jika ada kolaborasi stakeholder. Perlu adanya keterlibatan lembaga adat dalam menjaga nilai-nilai ketahanan keluarga dalam perspektif budaya. Hal ini penting dikaji karena memiliki kontribusi signifikan dalam menekan angka perceraian dan mewujudkan keberhasilan implementasi kebijakan ketahanan keluarga di Provinsi Lampung dengan perspektif budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan State of the Art

Landasan state of the art adalah beberapa contoh penelitian terdahulu.

Penelitian sebelumnya berfungsi untuk analisis dan memperkaya pembahasan penelitian serta membedakannya dengan penelitian yang pernah dilakukan. Dalam penelitian ini disertakan beberapa judul jurnal penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan konsep ketahanan keluarga.

Tabel 1. State of the art No. Judul Jurnal dan

Peneliti

Tahun Penelitian

Metode penelitian

Hasil penelitian

1. Judul: Ketahanan Keluarga dan Kontribusinya Bagi

Penanggulangan Faktor Terjadinya Perceraian.

Peneliti: Rizqi Maulida Amalia, dkk.

Jurnal Al- Azhar

Indonesia Seri Humaniora, Vol. 4, No. 2, 2017: 129-135

Kualitatif Pemahaman masyarakat tentang ketahanan keluarga diperlukan agar setiap pasangan memahami esensi berumah tangga. Peran BP4 dalam menjembatani penyelesaian konflik perlu dioptimalkan. Penguatan sendi keluarga dalam berbagai aspek dapat meminimalisir tingkat perceraian.

2. Judul: Membangun Ketahanan Keluarga dengan Komunikasi Interpersonal Peneliti:

Muhammad Thariq.

SIMBOLIKA, Vol. 3, No. 1, 2017: 34-44

Kualitatif Deskriptif

Komunikasi interpersonal berperan penting dalam membentuk ketahanan keluarga dan menguatkan fungsi keluarga dalam membentuk karakter generasi muda bangsa di tengah tatangan keluarga yag semakin berat.

3. Judul: Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Ketahanan Keluarga Tenaga Kerja Indonesia Peneliti: Lalu Saefullah, dkk

Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis, Vol.

2, No. 2, 2018:

119-132

Kuantitatif Korelasional

Tingkat dukungan sosial yang diterima keluarga TKI cukup baik, meskipun mayoritas mempunyai ketahanan keluarga yan rendah. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial terhadap ketahanan keluarga.

4. Judul: Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga di Kampung KB RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta Peneliti:

Mujahidatul Musfiro, dkk

PLACENTUM Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol. 7, NO. 2, 2019: 61-66

Obeservasion al analitik

Responden memiliki ketahanan keluarga yang baik, meliputi ketahanan legalitas dan keutuhan keluarga, ketahanan fisik,

ketahanan ekonomi, ketahanan sosial- psikologi, ketahanan sosial budaya.

(9)

5. Judul: Dampak Pandemi Covid-19 Terhdap Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Peneliti: Theresia Vania Radhitya, dkk

Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, Vol.

2, No. 2, 2020:

111-119

Studi Literatur

Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung, terjadi peningkatan angka

KDRT.Penyebabnya karena adanya karantina di rumah yang membuat korban terperangkap bersama dengan pelaku KDRT. Selain itu, setres akibat perekonomian yang menurun karena pandmei juga memicu penyebab terjadinya KDRT.

6. Judul: Budaya Batobo dan Ketahanan Sosial Keluarga

Peneliti: Yantri Maputra,dkk

Prociding of The

International Conference on Psycology and Multiculuralis m. 2017

Kualitatif Batobo merupakan model ketahanan keluarga dalam bentuk komunitas.Batobo dapat menjalankan proses penguatan ketahanan keluarga mulai dari kedudukan batobo dalam budaya, proses yang dilaksanakan dalam batobo yang melahirkan dampak ketahanan keluarga pada aspek fisik, sosial, dan psikologi serta keagamaan.

7 Judul: Ketahanan Keluarga Sebagai Basis Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19.

Penulis: Dwi Yunianto

Ta’dibuna, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, No. 1, 2020: 1-12

Kualitatif Deskriptif

Peran orangtua dala proses pendidikan dalam keluarga adalah: ikut aktif dalam proses pendidikan; menjadi teladan dalam keluarga; menggunakan sarana-sarana atau metode seperti nasihat, kisah, peristiwa atau hukuman; orangtua hendaknya memberikan materi pendiidkan seperti agama, sosial, jasmani, moral, dll.

8 Judul: Manajemen Komunikasi Keluarga Saat Pandemi Covid-19.

Peneliti: Ana kuswanti, dkk

SALAM, Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 7, No. 8, 2020:

707-722

Kualittaif Cara yang dapat ditempuh dalam mewujudkan manajemen komunikasi keluarga agar tercipta keluarga yang harminis dna sejahtera adalah: manajemen waktu dengan baik; jadikan waktu dengan anak menjadi pertemuan yang berkualitas;

jalin komunikasi yang baik dengan pengurus anak; jangan ganti kasih sayang dengan uang; pengawasan pada anak.

9 Judul:

Mempersiapkan Ketahanan Keluarga Selama Adaptasi Kebiasan Baru di Masa Pandemi Covid-19.

Penulis: Maulana Rezi Ramadhana

Jurnal

Kependudukan Indonesia, 2020: 61-68

Kuantitatif Tipe keluarga, sosial ekonomi keluarga (pekerjaan orang tua), dan tipe pemukiman keluarga menunjukkan perbedaan emosi positif, emosi negatif dan berpengaruh signifikan terhadap ketahanan keluarga selama isolasi COVID-19. Implikasi dari penelitian ini mengarah pada fungsi keluarga dalam memperkuat ketahanan keluarga untuk mempersiapkan adaptasi kebiasaan baru di Indonesia.

10 Judul: Civil Society (Women

Organization)on Supporting Family Resilience in Lampung Province.

Peneliti: Meiliyana, dkk

International Conference on Social and Political Sciences (ICOSAPS), volume 510, 2020.

Kualitatif Civil society play important role in the implementation of Perda No 4/2018 since it helps local government become more democratic in society view by provide clear information about the purpose of the Perda. However some of those civil society organizations still lack of formal legitimacy that result on lack of political will to contribute more effective in more legitimate governance.

(10)

11 Judul: Membangun Ketahanan Sosial Keluarga dalam Keberagaman Peneliti: Khotibul Umam

Welfare: Jurnal Ilmu

Kesejahteraan Sosial. Vol. 9, No. 1. 2020:

19-33

Penelitian Pustaka

Untuk membangun ketahanan sosial dalam keluarga dalam keberagaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni:

pertama, membangun harmoni interaksi sosial yang akan menciptakan keselarasan sosial. Kedua, adanya empati sosial dalam masyakarat. Ketiga, adanya ketidak agresifan seseorang, karena manusia dengan yang memiliki perilaku agresif dominasi kecondongan sikap egoism.

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2021 2.2 Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Edward III (1980), implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi- konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

Dunsire (1978) membahas mengenai beberapa gejala tentang implementasi dan menamakannya sebagai implementation gap. Suatu istilah yang dimaksudkannya untuk menjelaskan suatu keadaan di mana dalam proses kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang dicapai. Besar kecilnya perbedaan tersebut sedikit banyak akan tergantung pada apa yang oleh Williams (1971;1975) disebut sebagai implementation capacity dari organisasi atau aktor kelompok organisasi (Abdul Wahab, 2005).

Kebijakan apapun yang dimiliki negara sebenarnya mengandung risiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn (1986) telah membagi pengertian kegagalan kebijakan dalam dua kategori, yaitu non implementation dan unsuccesful implementation. Sementara itu, implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala suatu kebijakan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan (misalnya terjadi pergantian kekuasaan atau terjadi bencana alam) maka akan mengakibatkan kegagalan implementasi kebijakan atau tidak tercapainya tujuan

(11)

akhir yang diinginkan. Biasanya kebijakan yang memiliki resiko gagal disebabkan oleh faktor-faktor berikut: pelaksanaannya jelek (bad execution), kebijakannya sendiri yang memang jelek (bad policy) atau kebijakan itu memang bernasib jelek (bad luck).

Menurut Fischer et al., 2015 menyatakan proses ideal implementasi kebijakan akan mencakup unsur-unsur inti berikut:

a. Spesifikasi rincian program (yaitu bagaimana dan oleh lembaga atau organisasi mana program harus dilaksanakan? Bagaimana seharusnya hukum/program ditafsirkan?)

b. Alokasi sumber daya (yaitu bagaimana anggaran didistribusikan? Siapa yang akan menjalankan program? Unit organisasi mana yang akan bertanggungjawab untuk melaksanakannya?)

c. Keputusan (yaitu, bagaimana keputusan suatu kasus dilakukan?)

Tiga generasi penelitian implementasi dapat dibagi menjadi tiga pendekatan teoritis yang berbeda pada studi implementasi:

a. Model top-down menekankan kemampuan pembuat keputusan untuk menghasilkan tujuan kebijakan yang tegas, pengendalian tahap implementasi.

b. Kritik buttom-up melihat birokrat lokal sebagai aktor utama dalam penyampaian kebijakan dan memahami implementasi sebagai proses negosiasi dalam jaringan pelaksana.

c. Teori hibrida, mengatasi kesenjangan dan menggabungkan unsur-unsur model top-down, buttom-up, dan model teoritis lainnya.

2.3 Tinjauan Tentang Ketahanan Keluarga

Kajian tentang keluarga dimulai sejak tahun 1800-an dengan tujuan kebutuhan untuk memperbaiki dan menyelesaikan masalah-masalah sosial.

Artinya, di dalam sebuah keluarga tentu banyak terjadi masalah-masalah sosial.

Keluarga dipandang sebagai institusi yang mudah pecah sehingga perlu dilindungi. Perubahan sosial yang berlangsung cepat, industrialisasi, dan urbanisasi dipandang sebagai faktor yang dapat menyebabkan disorganisasi keluarga (Thomas dan Wicox dalam Sussman dan Steinmetz dalam Sunarti, 2006).

Pandangan lain mengatakan, keluarga merupakan pranata sosial yang sangat penting bagi kehidupan sosial dimanapun. Keluarga merupakan wadah sejak dini bagi masyarakat untuk dapat melakukan peranan-peranannya pada masa

(12)

yang akan datang. Goode dalam Sjafari (2014) menyatakan bahwa dalam era perubahan global, struktur keluarga dalam masyarakat juga mengalami perubahan menjadi bentuk conjugal, yaitu, keluarga menjadi semakin mandiri melakukan peran-perannya lebih terlepas dari hubungan kerabat-kerabat luas baik dari pihak suami maupun istri. Secara ekonomi, keluarga conjugal itu berdiri sendiri, tempat tinggal juga tersendiri, tidak bersatu dengan keluarga luas.

Keluarga merupakan sebuah sistem, Walker dan Crocker dalam Sunarti (2006) menyatakan keluarga yang juga merupakan sebuah sistem, diartikan sebagai unit sosial dimana individu terlibat secara intim didalamnya, dibatasi oleh aturan keluarga, terdapat hubungan timbal balik dan saling memengaruhi antar anggota keluarga setiap waktu. Sedangkan Kreppner dan Lerner (1989) menyatakan bahwa terdapat beberapa perbedaan perspektif mengenai pandangan keluarga sebagai sistem, yaitu: (1) suatu sistem interaksi umum anggota keluarga, (2) suatu seri interaksi yang dilakukan dua pihak (diadic), (3) sejumlah interaksi antara seluruh subkelompok keluarga: diadic, triadic, dan tetradic, serta (4) sistem hubungan internal keluarga sebagai reaksi terhadap sistem sosial yang lebih luas (Klein dan White dalam Sunarti, 2006).

Departemen Sosial dalam Sjafari (2014) menyatakan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Struktur internal keluarga terdiri dari: (1) Status sosial, (2) Peran sosial, dan (3) Norma sosial. Bila dilihat menurut fungsinya, keluarga jelas memiliki peran dalam melaksanakan proses sosialisasi.

Zanden (1986) dalam Sunarti (2006) menyatakan bahwa fungsi keluarga sebagai wahana terjadinya sosialisasi antara individu dengan warga yang lebih besar.

Menurut Blood dalam Sjafari (2014), bentuk sosialisasi dan transfer nilai dalam lingkungan internal keluarga bisa bermacam-macam di antaranya:

a. Keluarga relatif memiliki keteraturan dalam bersikap akan mengembangkan sikap sosial yang baik dan kebiasaan berperilaku kepada anggota keluarga.

b. Akan terbentuk pola hubungan antar anggota keluarga berbentuk penyesuaian nilai sebagai dasar bagi hubungan sosial dan interaksi yang lebih luas.

c. Adanya interaksi internal yang dapat melahirkan ikatan keluarga yang akrab dan hangat, sehingga anak akan akan memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban, tanggung jawab yang diharapkan.

d. Penyelaman terhadap kehidupan sehari-hari yang berupa peristiwa-peristiwa yang menyenangkan, menyedihkan, penolakan, belas kasihan, dan frustasi

(13)

akan berpengaruh terhadap sikap mental anggota keluarga (anak) menjadi lebih berpikir dewasa karena belajar dari pengalaman (reinforcement).

Sedangkan untuk fungsi keluarga itu sendiri, secara detail Departemen Sosial dalam Sjafari (2014) mengemukakan ada 10 fungsi keluarga secara umum, yaitu fungsi produksi, afeksi, perlindungan, pendidikan, keagamaan, sosial budaya, sosialisasi, pengembangan lingkungan, ekonomi, rekreatif, kontrol sosial.

Ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki serta menanggulangi masalah yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun psikososial keluarga. Membentuk ketahanan keluarga, memerlukan transformasi nilai, struktural, dan kultural. Hal ini sejalan dengan pemikiran Saptandari (2014) yang juga mengacu pada pemikiran Sutrisno (2005) mengenai transformasi.

Menurut Saptandari (2014) diperlukan perubahan sistematis dalam pembangunan keluarga demi mewujudkan ketahanan, kesejahteraan, serta peningkatan kualitas pola pengasuhan di dalam keluarga. Sehingga untuk mewujudkannya diperlukan perubahan sistemik, struktural dan kultural secara bersama-sama. Konstruksi seperti ini dilakukan demi keseimbangan ketahanan keluarga mengingat peran dan fungsi di dalam keluarga telah banyak mengalami pergeseran di tengah arus modernitas.

Ketahanan keluarga (family strength atau family resilience) menurut Frankenberger (1998) dalam buku panduan ketahanan keluarga yang ditulis oleh Badan Pusat Statistika (BPS) merupakan kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar antara lain: pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial. Pandangan lain mendefinisikan ketahanan keluarga sebagai suatu kondisi dinamik keluarga yang memiliki keuletan, ketangguhan, dan kemampuan fisik, materil, dan mental untuk hidup secara mandiri (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994).

2.4 Tinjauan Adat Istiadat Lampung Pepadun

Suku Lampung adalah salah satu kelompok masyarakat melakukan upacara penobatan adat dengan menggunakan ritual yang disebut Pepadun, yaitu tahta adat yang digunakan dalam upacara adat bernama Cakak Pepadun. Pepadun adalah sebuah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat

(14)

penobatan raja-raja adat dari Paksi Pak Skala Brak serta keturunannya. Pepadun mempunyai dua makna, yaitu: pertama, bermakna memadukan pengesahan atau pengaduan untuk mentasbihkan bahwa orang yang duduk di atasnya adalah raja;

kedua, bermakna tempat mengadukan segala hal ihwal dan mengambil keputusan bagi mereka yang pernah mendudukinya, Sabarudin (2013).

Secara umum masyarakat adat suku Pepadun di Lampung menganut prinsip garis keturunan ayah, dimana anak sulung dari keturunan terbesar (berimbang) memiliki kekuasaan adat. Setiap anak tertua adalah penyeimbang, yaitu anak yang mewarisi kepemimpinan ayahnya, yaitu kepala keluarga atau kepala kerabat sedarah. Menurut adat istiadat suku Pepadun di Lampung, ada dua cara perkawinan, yaitu Rasan Sanak dan Rasan Tuho. Kerabat Rasan menikah dengan kerabat Rasan (Sebambangan) atas kehendak dua orang muda (muleimenganai), membawa gadis dari masa lajang ke keluarga dan ke kepala adatnya, kemudian diselesaikan melalui perundingan damai antara kedua pihak.

Tindakan mereka disebut "Mulei Ngelakai". Jika seorang gadis berlari atas sendiri, itu akan disebut "cakak lakai / nakat". Dalam acara larian ini jika terjadi perbuatan melarikan atau si gadis dipaksa lari bukan atas maunya. Perbuatan inipun disebut

“Tunggang” / “Ditengkep”. Perbuatan tersebut masuk kategori pelanggaran adat muda dan mudi sehingga dapat berakibat fatal yaitu bisa terkena hukum adat atau biasa disebut denda. Namun pada umumnyapun seringkali dapat terselesaikan secara damai oleh para penyimbang di kedua belah pihak.

Perkawinan lagi dapat terjadi pada masyarakat adat, tetapi paling sering terjadi pada masyarakat Batak, Lampung, Bali, Bugis / Makassar, dan Maluku. Di wilayah ini, meski kawin lari melanggar kebiasaan, ada aturan untuk menyelesaikan persoalan. Perkawinan lari bukanlah bentuk perkawinan, melainkan pelamaran, karena dari peristiwa perkawinan lari itu, dapat berlaku perkawinan yang jujur, smanda atau bebas / mandiri berdasarkan situasi negosiasi. diantara satu sama lain.

Sistem kawin lari dapat dibedakan lagi menjadi “kawin bersama” dan “kawin paksa”, yaitu perkawinan atas persetujuan anak perempuan (perempuan) pada waktu yang ditentukan, atau gadis itu secara diam-diam dibawa pergi dari kediamannya oleh kerabat bujang, atau si gadis datang sendiri ke tempat kediaman pihak bujang. Segala sesuatunya berjalan menurut tata tertib adat.

Namun di suku Lampung tidak bisa disebut kawin lari, melainkan bisa disebut Nikah Sebambangan. Dalam suku pepadun sebambangan adalah adat dimana bujang akan mengambil gadis yang dibawa ke keluarga bujang. Dalam hal

(15)

ini,sebelumnya telah terjadi kesepakatan antara bujang dan gadis itu, tetapi keluarga gadis itu tidak tahu, Jika bujangan dan gadis telah menyetujui rencana pelarian terlebih, biasanya gadis tersebut akan menulis surat kepada keluarga sebagai pemberitahuan dan uang warisan (duit tengepik / sigeh) yang ditinggalkan di kamarnya ketika dia pergi. Jadi secara umum, sebambangan adalah adat perkawinan yang bertujuan untuk menghindari berbagai kewajiban sebelum menikah (seperti melakukan lamaran atau peminangan), atau bisa juga menghindari salah satu kerabat atau orang tua yang tidak sependapat menikah dengan bujang atau keluarga bujang. Tradisi larian masyarakat adat Lampung Pepadun masih berlangsung hingga saat ini karena merupakan tradisi pada jaman dahulu.

2.5 Roadmap Penelitian

Gambar 1. Roadmap Penelitian

Keterangan :

Kajian penelitian terdahulu Rencana penelitian 2021

Judul: Ketahanan Keluarga:

Perspektif Budaya Batobo Peneliti:

Yantri Maputra,d kk

Judul: Dampak Pandemi Covid-19 Terhdap Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Peneliti: Theresia Vania Radhitya, dkk

Konsep ketahanan keluarga dalam perspektif Budaya Lampung Pepadun

Marga Bunga Mayang Sungkai dan peran lembaga

adat dalam mewujudkan ketahanan keluarga Judul: Pengaruh

Dukungan Sosial Terhadap Ketahanan Keluarga Tenaga Kerja Indonesia Peneliti: Lalu Saefullah, dkk Judul: Membangun

Ketahanan Keluarga dengan Komunikasi Interpersonal

Peneliti: Muhammad Thariq.

Ketahanan keluarga dan peran lembaga

adat dalam perspektif kearifan

lokal (Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang

Sungkai) Judul: Ketahanan

Keluarga dan Kontribusinya Bagi Penanggulangan Faktor Terjadinya Perceraian.

Peneliti: Rizqi Maulida Amalia, dkk.

Judul: Ketahanan Keluarga Sebagai Basis Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19.

Penulis: Dwi Yunianto

Judul: Manajemen Komunikasi Keluarga Saat Pandemi Covid-19.

Peneliti: Ana kuswanti, dkk

Judul: Mempersiapkan Ketahanan Keluarga Selama Adaptasi Kebiasan Baru di Masa Pandemi Covid-19.

Penulis: Maulana Rezi Ramadhana Judul: Analisis Faktor-

Faktor Ketahanan

Keluarga di Kampung KB RW 18 Kelurahan

Kadipiro Kota Surakarta Peneliti: Mujahidatul Musfiro, dkk

Judul: Civil Society (Women

Organization)on Supporting Family Resilience in Lampung Province.

Peneliti: Meiliyana, dkk

Judul: Membangun

Ketahanan Sosial Keluarga dalam Keberagaman Peneliti: Khotibul Umam

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Operasional Penelitian

Gambar 2. Kerangka Operasional Penelitian

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2021

Berdasarkan bagan alur diatas, diketahui bahwa penelitian dengan judul

“Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Budaya Lampung Pepadun Masyarakat Adat Marga Bunga Mayang Sungkai”. Proses diawali dengan mengkaji permasalahan ketahanan keluarga di Provinsi Lampung. Selanjutnya pengambilan data primer dan sekunder melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ke lokasi penelitian. Kemudian melakukan kompilasi teori dan data, adapun teori yang dikompilasi meliputi implementasi kebijakan publik, kebijakan

Mulai

Permasalahan Perceraian dan Ketahanan Keluarga di Provinsi Lampung

Konsep Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Budaya Lampung Pepadun Masyarakat Adat Marga Bunga Mayang Sungkai dan Peran Lembaga Adat dalam Mewujudkan

Ketahanan Keluarga ANALISIS DATA

(Interactive Model) menurut Miles, Huberman and Saldana, 2014

KOMPILASI TEORI DAN DATA

Data Primer (wawancara, observasi) Data Sekunder (dokumentasi) TINJAUAN

PUSTAKA/TEORI:

1. Implementasi Kebijakan Publik 2. Kebijakan Ketahanan

Keluarga 3. Adat istiadat

Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai

DESAIN PENELITIAN:

Pengambilan data

(17)

14

ketahanan keluarga, dan adat istiadat Lampung Pepadun masyarakat adat Marga Bunga Mayang Sungkai. Setelah itu menganalisis dengan interactive model hingga terbangun konsep ketahanan keluarga dalam perspektif budaya Lampung Pepadun Masyarakat Adat Marga Bunga Mayang Sungkai serta peran lembaga adat dalam mewujudkan ketahanan keluarga.

3.2. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002) mendefinisikan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Bunga Mayang Sungkai, Kabupaten Lampung Utara.

3.3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah

a. Konsep ketahanan keluarga dalam perspektif Budaya Lampung Pepadun Masyarakat Adat Marga Bunga Mayang Sungkai.

b. Peran lembaga adat Lampung Pepadun dalam mewujudkan ketahanan keluarga

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Emzir (2011) yaitu a) observasi, wawancara dan dokumen lokasi. Observasi, wawancara dan dokumen lokasi akan dilakukan kepada masyarakat dan Lembaga Adat Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai, Lampung Utara.

3.5 Teknis Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan beberapa langkah sesuai teori Miles et all., (2014) yaitu menganalisis data dengan tiga langkah: kondensasi data (data condensation), menyajikan data (data display), dan menarik simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification). Kondensasi data merujuk pada proses selecting, focusing, simplifiying, abstracting, dan transforming (Miles et all, 2014)

(18)

3.6 Indikator Capaian Terukur

Indikator capaian terukur dari penelitian ini adalah dikenalinya konsep ketahanan keluarga dalam perspektif Budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai dan peran lembaga adat dalam mewujudkan ketahanan keluarga.

3.7 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini yaitu:

1. Tahap pertama. Pada tahap ini dilakukan kajian konsep ketahanan keluarga dan peran lembaga adat dalam perspektif Budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai. Pengumpulan data primer dan sekunder melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Tahap ke dua, menganalisis informasi mengenai konsep ketahanan keluarga dan peran lembaga adat dalam perspektif Budaya Lampung Pepadun Marga Bunga Mayang Sungkai. Observasi dan wawancara tambahan untuk pemantapan hasil. Selanjutnya mengidentifikasi langkah strategis penguatan ketahanan keluarga dengan nilai-nilai kearifan lokal, kemudian melakukan FGD lanjutan.

3. Tahap ke tiga, merekonstruksi langkah strategis Kolaborasi stakeholder dalam penguatan ketahanan keluarga pada masyarakat adat Bunga Mayang Sungkai

3.8. Susunan Anggota Tim dan Pembagian Tugas

Pembagian tugas untuk masing-masing anggota peneliti adalah:

1. Ketua tim bertugas mengarahkan, mengkoordinasikan anggota tim dan pembahasan hasil penelitian.

2. Anggota pertama sebagai bendahara project, dan analisis data.

3. Anggota kedua sebagai anggota tim, bertanggung jawab pada penelusuran data sekunder dan administrasi penelitian.

(19)

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL

4.1 Anggaran Biaya

Anggaran biaya dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.

Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian yang Diajukan

No Komponen Biaya Biaya yang diusulkan

1 Pengadaan Alat dan Bahan Rp 5.007.000

2 Travel Expenditure Rp 6.100.000

3 ATK/BHP Rp 5.693.000

4 Laporan/Diseminasi/Publikasi Rp 3.200.000

TOTAL Rp 20.000.000

4.2 Jadwal

Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan dengan rencana kegiatan yang tersusun dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Kerangka Operasional Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan

a Perizinan dan administrasi surat menyurat

√ b Penelusuran data sekunder dan

pembuatan proposal

√ √ c Penyusunan/ pemetaan masalah √ 2 Pelaksanaan

a Identifikasi kondisi riil dan pemetaan masalah

b Observasi dan wawancara mendalam √ √

c Pengolahan hasil lapangan √ √

d Analisis data √ √ √

e Penulisan luaran (Artikel nasional dan internasional)

√ √ √

3 Penyusunan Proposal

a Penyusunan laporan kemajuan √

b Penyusunan laporan akhir √ √

c Pelaksanaan seminar nasional dan internasional

(20)

REFERENSI

Amalia, Rizqi Maulida., et al. 2017. Ketahanan Keluarga dan Kontribusinya Bagi Penanggulangan Faktor Terjadinya Perceraian. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora. Vol. 4, No. 2, 129-135.

Aminuzzaman, S.M. Dynamic of Public Policy: Determinants of Policymaking and Implementation in Bangladesh. Public Organiz Rev. 13, 443-458.

https://doi.org/10.1007/s11115-013-0262-7.

Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington:

Congressional Quarterly Press.

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada Pusat.

Fischer, Frank, Gerald J. Miller, dan Mara S. Sidney. 2015. Handbook Analisis Kebijakan Publik (Diterjemahkan oleh Imam Baihaqie). Bandung: Nusa Media.

Frankenberger, T.R., & McCaston, M.K. 1998. The Household Livelihood Security Concept. Food Nutrition and Agriculture, 30-35.

Keluarga, K., Indonesia, A., Sisingamangaraja, J., Masjid, K., Al, A., & Baru, K.

(2017). Ketahanan Keluarga dan Kontribusinya Bagi Penanggulangan Faktor Terjadinya Perceraian. 4(2), 129–135.

Kupas Tuntas - Perceraian Tahun 2020 di Bandar Lampung Capai 5325 Kasus.

(n.d.). Retrieved February 26, 2021, from

https://kupastuntas.co/2020/07/21/perceraian-tahun-2020-di-bandar-lampung- capai-5325-kasus . Diakses pada 22 Februari 2021.

Kuswanti, Ana., et al. 2020. Manajemen Komunikasi Keluarga Saat Pandemi Covid- 19. SALAM, Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Vol. 7, No. 8, 707-722.

Mahfudin, A., & Waqiah, K. (2016). Pernikahan Dini dan Pengaruhnya terhadap Keluarga di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Jurnal Hukum Keluarga Islam, 1(1), 33–49.

Maputra, Yantri., et al. 2017. Budaya Batobo dan Ketahanan Sosial Keluarga.

Prociding of The International Conference on Psycology and Multiculuralism.

Meiliyana., dkk. 2020. Civil Society (Women Organization)on Supporting Family Resilience in Lampung Province. International Conference on Social and Political Sciences (ICOSAPS). Vol. 510, 2020.

(21)

Moleong, Lexy. (2002). Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. remaja Rosdakarya.

Musfiro, Mujahidatul. 2019. Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga di Kampung KB RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta. PLACENTUM Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya. Vol. 7, NO. 2, 61-66.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung No.4 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Radhitya, Theresia Vania., et.al. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhdap Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik. Vol. 2, No. 2, 111-119.

Ramadhana, Maulana Rezi. 2020. Mempersiapkan Ketahanan Keluarga Selama Adaptasi Kebiasan Baru di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal KependudukanIndonesia. 61-68.

Sabaruddin. 2013. Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir. Jakarta: Buletin Way Lima Manjau.

Saefullah, Lalu., et al. 2018. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Ketahanan Keluarga Tenaga Kerja Indonesia. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis. Vol.

2, No. 2, 119-132.

Saptandari, Pinky. 2014. Prestasi perempuan Harus Dilihat, Bukan Hanya Sebagai Simbolisasi Politik. Jurnal Perempuan. http://www.jurnalperempuan.org/warta- feminis/pinky-saptandari-prestasi-perempuan-harus-dilihat-bukan-hanya- sebagai-simbolisasi-politik. Diakses pada 23 Februari 2021.

Sjafari, Agus. 2014. Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok,Yogyakarta: FISIP Untirta Press.

Sunarti, Euis. 2006. Indikatr Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi dan Keberlanjutannya. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Thariq, Muhamad. Membangun Ketahanan Keluarga dengan Komunikasi Interpersonal. SIMBOLIKA. Vol. 3, No. 1, 2017: 34-44.

Umam, Khotibul. 2020. Membangun Ketahanan Sosial Keluarga dalam

(22)

Keberagaman. Welfare: Jurnal Ilu Kesejahteraan Sosial. Vol. 9, No. 1. 19-33.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No.161. Sekretariat Negara. Jakarta.

Widyawati, E., & Pierewan, A. C. (2017). Determinan Pernikahan Usia Dini Di Indonesia. SOCIA Jurnal Ilmu Sosial, 14(4), 55–70.

Yuniarto, Dwi. 2020. Ketahanan Keluarga Sebagai Basis Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19. Ta’dibuna, Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 3, No. 1, 1-12.

Lampost.co. 2021. 14 Ribu Gugatan Perceraian Diajukan Sepanjang 2020. (n.d.).

Retrieved February 26, 2021, from https://m.lampost.co/berita-14-ribu-gugatan- perceraian-diajukan-sepanjang-2020.html. Diakses pada 22 Februari 2021.

(23)

Rencana Anggaran Belanja

NO ITEM Kuantitas Satuan Harga (Rp Jumlah

A Pengadaan Alat dan Bahan

1 Foto Copi dan Jilid Proposal 6 eks 70.000 420.000

2 Fotocopy Bahan Rapat 1 433 lembar 200 86.600

3 Fotocopy Bahan Rapat 2 551 lembar 200 110.200

4 Fotocopy Bahan Rapat 3 576 lembar 200 115.200

5 Fotocopy Bahan Rapat 4 445 lembar 200 89.000

6 Fotocopy Bahan Rapat 5 543 lembar 200 108.600

7 Fotocopy Bahan Rapat 6 421 lembar 200 84.200

8 Fotocopy Bahan Rapat 7 429 lembar 200 85.800

9 Fotocopy Bahan Rapat 8 427 lembar 200 85.400

35 Pengadaan Alat Kesehatan (Masker) 2 Kotak 200.000 400.000 36 Pengadaan Alat Kesehatan (Hand Sanitizer) 12 buah 12.500 150.000

30 Catridge Canon ip2770 Black 2 buah 357.000 714.000

31 Catridge Canon ip2770 Color 2 buah 380.000 760.000

20 Penggaris 60 Cm (Besi) 2 Buah 18.000 36.000

21 Penghapus Pensil 7 Buah 4.000 28.000

22 Penghapus Whiteboard 1 Buah 11.000 11.000

40 Tempat Isolasi Ban 2 Buah 25.000 50.000

23 Pensil 2B 1 Lusin 13.000 13.000

11 Foto Copi Bahan Turun Lapangan (4 Kali) 800 Lembar 200 160.000

12 Pengadaan Bahan Pustaka 1 paket 1.500.000 1.500.000

Sub Total 5.007.000 B Travel Expenditure

13 Transport Pengurusan Izin 2 OK 150.000 300.000

14 Transport Pengambilan Data 1 6 OK 100.000 600.000

14 Transport Pengambilan Data 2 6 OK 100.000 600.000

14 Transport Pengambilan Data 3 6 OK 100.000 600.000

14 Transport Pengambilan Data 4 6 OK 100.000 600.000

16 Transport Tim Olah Data 4 OK 400.000 1.600.000

16 Transport Tim Penyusunan Artikel 6 OK 300.000 1.800.000 Sub Total 6.100.000 C ATK dan Bahan Habis Pakai

17 Konsumsi dan Snack Rapat (8 Kali) 6 orang 400.000 2.400.000 24 Konsumsi dan Snack Tim Penyusun Artikel 6 OK 150.000 900.000

25 Konsumsi dan Snack Tim Olah Data 4 OK 200.000 800.000

26 Konsumsi dan Snack Tim Analisis Data 4 OK 200.000 800.000

24 Refill Tinta Canon Magenta 2 Buah 44.000 88.000

25 Refill Tinta Canon Black 2 Buah 44.000 88.000

26 Refill Tinta Canon Cyan 2 Buah 44.000 88.000

27 Refill Tinta Canon Yellow 2 Buah 44.000 88.000

28 Kertas HVS F4 70 Gram 3 Rim 45.000 135.000

29 Kertas HVS A4 70 Gram [10] 3 Rim 50.000 150.000

37 Kertas Buffalo 3 Pack 32.000 96.000

39 Amplop Putih Polos No.110 2 Kotak 18.000 36.000

42 Lakban Isolasi 2" (Transparan) 2 Roll 12.000 24.000 sub total 5.693.000 D Laporan/Diseminasi/Publikasi

44 Pendaftaran Seminar Nasional 1 paket 500.000 500.000

45 Publikasi Jurnal 1 paket 500.000 500.000

47 Transport Tim Analisis Data 4 OK 400.000 1.600.000

48 Foto Copi dan Jilid Laporan 6 paket 100.000 600.000

Sub Total 3.200.000 TOTAL 20.000.000

Gambar

Tabel 1. Kondisi Perceraian di Beberapa Kabupaten/Kota Provinsi  Lampung
Tabel 1. State of the art  No.  Judul Jurnal dan
Gambar 1. Roadmap Penelitian
Gambar 2. Kerangka Operasional Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahannya adalah bahwa oleh sebagain pihak dipandang sebagai kewenangan yang berlebihan, hal tersebut didasarkan pada anggapan bahwa penentuan titik singgung

Kurniawati, 2020: 2). Di sisi lain, untuk menunjang proses perkuliahan praktik keterampilan berbicara bahasa Prancis maka akan lebih optimal jika penggunaan video

Hasil penelitian tahap pertana ini diharapkan dapat memberikan kajian mengenai pentingnya optimalisasi pemanfaatan lahan kering masam di Provinsi Lampung untuk

Hal ini dengan menilik pada kegiatan riset yang telah kami lakukan sebelumnya dimana sejak tahun 2015-2020 berorientasi pada teknologi sel dan elektroda,

Berdasarkan hal ini, diperlukan analisis eksplanatory faktor yang mendorong perilaku aman petani dalam menggunakan pestisida berdasarkan Health Belief Model di

Dengan tersedianya data yang terkait kosakata Bahasa Inggris dalam buku pelajaran Bahasa Inggris, berbagai upaya dapat direncanakan dan dilakukan untuk

Selain dapat membuar ureter iritasi, batu ginjal juga dapat tersangkut dalam ureter atau uretra (saluran akhir pembuangan urine) sehingga bakteri terakumulasi dan

Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin, yaitu mengajukan pertanyaan dikemukakan secara bebas, artinya kalimat tidak terpaku pada pedoman