• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundangan PP NO 8 TH 1990

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Perundangan PP NO 8 TH 1990"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG JALAN TOL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan, perlu diselenggarakan Jalan Tol yang merupakan j alan alt ernat if lint as j alan umum yang sudah ada;

b. bahwa penyelenggaraan Jalan Tol t ersebut perlu diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lalu Lint as dan Angkut an Jalan Raya (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2742);

3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

(2)

(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 37);

7. Perat uran Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293);

8. Perat uran Pemerint ah Nomor 6 Tahun 1988 t ent ang Koordinasi Kegiat an Inst ansi Vert ikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

MEMUTUSKAN:

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN TOL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:

1. Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang pembinaan j alan;

2. Jalan Umum adalah j alan yang diperunt ukkan bagi lalu lint as umum;

3. Jalan Tol adalah j alan umum yang kepada para pemakainya dikenakan kewaj iban membayar t ol;

(3)

5. Penyelenggaraan Jalan Tol adalah semua kegiat an perwuj udan sasaran dan kegiat an operasi Jalan Tol;

6. Perwuj udan sasaran Jalan Tol adalah meliput i kegiat an-kegiat an perencanaan t eknik, pembangunan, dan pemeliharaan Jalan Tol; 7. Kegiat an Operasi Jalan Tol adalah pengumpulan t ol, pengat uran

pemakaian dan pengamanan Jalan Tol, sert a usaha lain yang sesuai dengan maksud dan t uj uan Penyelenggaraan Jalan Tol;

8. Badan adalah Badan Usaha Milik Negara Jalan Tol yang diserahi wewenang Penyelenggaraan Jalan Tol;

9. Pemakai Jalan Tol adalah pemakai j alan yang menggunakan kendaraan bermot or dengan membayar t ol.

BAB II

JARINGAN JALAN TOL

Bagian Pert ama

Maksud dan Tuj uan Penyelenggaraan Jalan Tol

Pasal 2

(1) Jalan diselenggarakan dengan maksud unt uk mewuj udkan pemerat aan pembangunan dan hasil-hasilnya sert a keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhat ikan keadilan, yang dapat dicapai dengan cara membina j aringan j alan yang berasal dari pemakai j alan.

(4)

Bagian Kedua Peranan Jalan Tol

Pasal 3

Jalan Tol berperan:

a. Unt uk melayani j asa dist ribusi ut ama yang mempunyai spesif ikasi bebas hambat an agar dicapai t ingkat ef isiensi yang maksimal dalam penggunaan sumber daya.

b. Sebagai pemacu pengembangan wilayah unt uk mewuj udkan keseimbangan ant ar daerah.

Bagian Ket iga Syarat -syarat Jalan Tol

Pasal 4

(1) Jalan Tol merupakan alt ernat if lint as j alan umum yang ada dan pada dasarnya merupakan j alan baru.

(2) Jalan Tol didesain berdasarkan kecepat an rencana paling rendah 80 (delapan puluh) kilomet er per j am unt uk Jalan Tol ant ar kot a dan 60 (enam puluh) kilomet er per j am unt uk Jalan Tol di wilayah perkot aan.

(5)

(4) Jumlah j alan masuk ke Jalan Tol dibat asi secara ef isien dan Tdidesain sedemikian rupa sehingga semua j alan masuk t erkendali.

Pasal 5

(1) Jalan Tol memberi pelayanan keamanan dan keselamat an lalu lint as yang mant ap.

(2) Jalan Tol harus mempunyai spesif ikasi:

a. Tidak ada persilangan sebidang dengan j alan lain at au prasarana t ransport asi yang lain.

b. Sekurang-kurangnya t erdiri dari dua j alur unt uk masing-masing arah.

c. Lebar bahu j alan yang cukup unt uk digunakan sebagai laj ur darurat .

(3) Pada set iap Jalan Tol:

a. Dilakukan pemagaran unt uk keamanan keselamat an lalu lint as Jalan Tol.

b. Pada t empat -t empat yang diperlukan diadakan j embat an/ t erowongan penyeberangan orang dan hewan.

(4) Pada t empat -t empat yang membahayakan bagi pemakai Jalan Tol diadakan rel pengaman at au kabel pengaman.

(5) Ket ent uan t eknik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), dan (4), diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 6

(6)

det eksi pengamanan, at au pelayanan lain yang memungkinkan pert olongan dengan segera ke t empat kej adian, sert a upaya pengamanan t erhadap pelanggaran, kecelakaan, dan gangguan keamanan lainnya.

(2) Pada Jalan Tol ant ar kot a di masing-masing j urusan set iap j arak 50 (lima puluh) kilomet er t ersedia sekurang-kurangnya sat u t empat ist irahat .

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) t idak berlaku pada Jalan Tol di dalam wilayah perkot aan.

(4) Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur oleh Ment eri.

BAB III

PENYELENGGARAAN JALAN TOL

Bagian Pert ama Program Pengadaan dan Program Pemeliharaan Jalan Tol

Pasal 7

(7)

Bagian Kedua Pengadaan Jalan Tol

Paragraf 1

Perencanann Teknik Jalan Tol

Pasal 8

(1) Prast udi kelayakan Jalan Tol merupakan suat u kumpulan dokumen hasil st udi yang memberikan gambaran produk yang ingin diwuj udkan yang t erdiri dari analisa perkembangan ekonomi daerah, analisa proyeksi lalu lint as, analisa perkiraan biaya konst ruksi dan analisa kelayakan ekonomi sert a analisa sosial budaya.

(2) Prast udi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Ment eri.

(3) St udi kelayakan Jalan Tol merupakan suat u kumpulan dokumen hasil st udi yang memberikan gambaran produk yang ingin diwuj udkan yang t erdiri dari analisa perkembangan ekonomi daerah, analisa proyeksi lalu lint as, analisa kelayakan ekonomi dan keuangan sert a prarencana t eknik.

(4) Pelaksanaan st udi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan oleh Badan.

Pasal 9

(8)

(2) Rencana t eknik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus memenuhi ket ent uan t eknik j alan mengenai:

a. Daerah Manf aat Jalan Tol yang meliput i badan j alan, saluran t epi j alan, dan ambang pengaman;

b. Daerah Milik Jalan Tol yang meliput i Daerah Manf aat Jalan Tol dan sej alur t anah t ert ent u di luar Daerah Manf aat Jalan Tol; c. Daerah Pengawasan Jalan Tol yang meliput i sej alur t anah

t ert ent u di luar Daerah Milik Jalan Tol yang berada di bawah pengawasan Pembina Jalan;

d. Dimensi Jalan Tol;

e. Beban rencana, volume lalu lint as dan kapasit as Jalan Tol; f . Persyarat an geomet rik Jalan Tol;

g. Konst ruksi Jalan Tol;

h. Kelest arian lingkungan hidup.

(3) Rencana t eknik Jalan Tol harus memperhat ikan keadaan sert a f akt or pengaruh lingkungan dan harus menggambarkan hasil

opt imal sesuai dengan kebut uhan pemakai Jalan Tol dan penghemat an sumber daya.

(4) Ket ent uan t eknik Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur oleh Ment eri.

Paragraf 2

Pembangunan Jalan Tol

Pasal 10

(9)

Pasal 11

(1) Pembangunan Jalan Tol dilaksanakan sesuai dengan rencana t eknik Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

(2) Pembangunan Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t ermasuk pembangunan j alan penghubung.

(3) Pelaksanaan pembangunan Jalan Tol diusahakan agar menj alin keselamat an dan t idak menimbulkan gangguan t erhadap masyarakat sekit arnya.

(4) Ket ent uan t ent ang t at a cara pembangunan Jalan Tol guna memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diat ur oleh Ment eri.

Pasal 12

(1) Dalam hal pembangunan Jalan Tol menggunakan j alan yang t elah ada, maka Badan menyediakan j alan penggant i.

(2) Jalan penggant i sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diadakan agar lint as j alan umum yang t elah ada t ersebut t et ap berf ungsi.

(3) Jalan penggant i sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai j umlah laj ur dan kondisi lapis permukaan yang sekurang-kurangnya sama . dengan laj ur dan kondisi lapis permukaan lint as j alan yang digant ikan.

(4) Jalan umum yang ada harus t et ap berperan selama pelaksanaan pembangunan j alan umum penggant i sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum selesai.

(10)

Pasal 13

Dalam hal pembangunan Jalan Tol berlokasi di at as j alan yang t elah ada, maka j alan yang ada t ersebut harus t et ap berf ungsi dengan baik.

Pasal 14

(1) Dalam hal pelaksanaan pembangunan Jalan Tol mengganggu j alur lalu lint as yang t elah ada, maka Badan t erlebih dahulu menyediakan j alan penggant i sement ara.

(2) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhat ikan pendapat inst ansi yang t erkait .

Pasal 15

Dalam hal pembangunan Jalan Tol akan melint as di at as at au di bawah j alan keret a api, maka persyarat an t ekniknya dit et apkan bersama oleh Ment eri dan Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang perkeret aapian dengan mengut amakan kepent ingan umum dan memperhat ikan pihak yang memiliki bangunan yang t elah ada lebih dahulu.

Bagian Ket iga Pemeliharaan Jalan Tol

Pasal 16

(1) Badan waj ib memelihara Jalan Tol dan j alan penghubung.

(2) Pemeliharaan Jalan Tol meliput i perawat an, rehabilit asi, penunj angan, dan peningkat an Jalan Tol.

(11)

Pasal 17

(1) Pemeliharaan Jalan Tol dilaksanakan menurut rencana t eknik pemeliharaan Jalan Tol.

(2) Pelaksanaan pemeliharaan Jalan Tol diusahakan agar t idak menimbulkan gangguan t erhadap masyarakat sekit arnya dan t idak merugikan pemakai j alan.

(3) Ket ent uan t ent ang t at a cara pemeliharaan Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur oleh Ment eri.

Bagian Keempat Ut ilit as

Pasal 18

Persyarat an memasang, membangun, memperbaiki, menggant i baru, memindahkan, dan merelokasi bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as yang t erlet ak di dalam, pada, sepanj ang, melint as di at as at au di bawah set iap Jalan Tol diat ur oleh Ment eri.

Pasal 19

(1) Apabila unt uk kepent ingan penyelenggaraan Jalan Tol suat u bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as yang t elah ada yang t erlet ak di dalam pada, sepanj ang, melint as di at as at au di bawah. Jalan Tol, harus dipindahkan at au direlokasi dari Jalan Tol maka pemiliknya harus memindahkan at au merelokasi bangunan ut ilit as t ersebut .

(12)

pada lokasi baru dibebankan kepada Badan.

Pasal 20

(1) Pemanf aat an lahan dan at au bangunan di Daerah Milik Jalan Tol oleh pihak lain unt uk bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as dapat dilakukan sepanj ang t idak mengganggu penyelenggaraan Jalan Tol.

(2) Pemanf aat an lahan dan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan set elah mendapat perset uj uan dari Badan.

(3) Jika t erj adi pengembangan Jalan Tol maka bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus direlokasi at au dibangun kemball, maka t erhadap relokasi at au pembangunan kembali bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as t ersebut menj adi beban dan t anggung j awab pemilik ut ilit as yang bersangkut an.

Bagian Kelima Pengoperasian Jalan Tol

Paragraf 1 Pengumpulan Tol

Pasal 21

Sist em pengumpulan t ol diat ur oleh Ment eri.

Pasal 22

(1) Pada ruas Jalan Tol t ert ent u kepada pemakai Jalan Tol dapat diberikan karcis langganan t ol.

(13)

Paragraf 2

Pengat uran Pemakaian Jalan Tol dan Pengamanan Jalan Tol

Pasal 23

(1) Pemakaian Jalur Lalu Lint as Jalan Tol diat ur sebagai berikut : a. Jalur lalu lint as diperunt ukkan bagi arus lalu lint as pemakai

Jalan Tol.

b. Laj ur sebelah kanan hanya diperunt ukkan bagi kendaraan yang mendahului kendaraan lain.

c. Dilarang menarik/ menderek/ mendorong kendaraan kecuali menggunakan kendaraan derek yang dit et apkan oleh Badan. d. Dilarang membuang benda dengan sengaj a/ t idak sengaj a di

sepanj ang Jalan Tol.

e. Dilarang berhent i di sepanj ang Jalan Tol.

(2) Pemakaian Laj ur Bahu Jalan Tol diat ur sebagai berikut :

a. Laj ur bahu j alan dapat digunakan bagi arus lalu lint as dalam keadaan darurat .

b. Laj ur bahu j alan diperunt ukan bagi kendaraan yang berhent i darurat .

c. Dilarang menarik/ menderek/ mendorong kendaraan dilaj ur bahu j alan.

d. Dilarang membuang benda dengan sengaj a/ t idak sengaj a di laj ur bahu j alan

(3) Pemakaian Median Jalan Tol diat ur sebagai berikut :

a. Median digunakan sebagai j alur pemisah ant ara dua j alur lalu lint as yang berlawanan arah.

(14)

(4) Pemakaian Gerbang Tol diat ur sebagai berikut :

a. Bangunan Gerbang Tol dipergunakan unt uk pelaksanaan pengumpulan Tol.

b. Di Gerbang Tol pemakai j alan waj ib menghent ikan kendaraan unt uk mengambil karcis masuk dan at au membayar t ol.

c. Dilarang menaikkan dan at au menurunkan penumpang dan at au barang dan at au hewan di Gerbang Tol.

(5) Tempat ist irahat di Jalan Tol digunakan sebagai t empat berhent i sement ara bagi pemakai j alan.

Pasal 24

Pemakaian Daerah Milik Jalan Tol diat ur sebagai berikut :

a. Daerah Milik Jalan Tol diperunt ukan bagi Daerah Manf aat Jalan Tol dan pelebaran j alan maupun penambahan j alur lalu lint as di kemudian hari sert a kebut uhan ruangan unt uk pengamanan Jalan Tol.

b. Dengan t et ap memperhat ikan keamanan lalu lint as dan konst ruksi j alan, Badan dapat menggunakan Daerah Milik Jalan Tol di luar Daerah Manf aat Jalan Tol unt uk memasang iklan, bangunan ut ilit as, dan at au ut ilit as sert a bangunan lainnya.

Pasal 25

Pemakaian Daerah Pengawasan Jalan Tol diat ur sebagai berikut :

a. Kondisi Daerah Pengawasan Jalan Tol t idak boleh menyebabkan pandangan bebas pengemudi dan keamanan konst ruksi Jalan Tol t erganggu.

(15)

Jalan Tol.

Pasal 26

(1) Dalam hal sebagian at au seluruh j alan umum t anpa t ol yang ada t idak berf ungsi sebagaimana mest inya. maka Jalan Tol yang merupakan j alan alt ernat if dari j alan umum t anpa t ol t ersebut dengan sendirinya menj adi j alan umum t anpa t ol.

(2) Jalan umum t anpa t ol yang ada t idak berf ungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri at au pej abat yang dit unj uk.

Pasal 27

(1) Dalam keadaan darurat sebagian at au seluruh ruas Jalan Tol t ert ent u dapat dit ut up sement ara.

(2) Pada saat penut upan sement ara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Badan harus melaporkan penut upan t ersebut kepada Ment eri, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(3) Penut upan sement ara ruas Jalan Tol waj ib diumumkan kepada masyarakat pada hari mulai dit ut upnya ruas Jalan Tol t ersebut . (4) Pembukaan kembali . ruas Jalan Tol yang dit ut up sement ara

(16)

Paragraf 3

Hak dan Kewaj iban Pemakai Jalan Tol

Pasal 28

Pemakai Jalan Tol waj ib menaat i perat uran perundang-undangan lalu lint as j alan 'umum yang berlaku dan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku t ent ang Jalan Tol.

Pasal 29

Set iap pemakai Jalan Tol waj ib membayar t ol kepada Badan sesuai dengan t arif yang dit et apkan.

Pasal 30

Pemakai Jalan Tol waj ib membayar sebesar dua kali t arif t ol j arak t erj auh pada ruas Jalan Tol yang bersangkut an dalam hal:

a. Tidak dapat menunj ukkan karcis t anda masuk Jalan Tol pada saat membayar t ol.

b. Menunj ukkan karcis t anda masuk yang rusak pada saat membayar t ol.

c. Tidak dapat menunj ukkan karcis t anda masuk yang benar at au yang sesuai dengan arah perj alanan pada saat membayar t ol.

Pasal 31

(1) Pemakai Jalan Tol waj ib menggant i kerugian Badan yang diakibat kan oleh kesalahannya, sebesar nilai kerusakan yang dit imbulkan at as kerusakan pada:

(17)

d. Sarana penunj ang penyelenggaraan Jalan Tol.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula unt uk j alan penghubung.

Pasal 32

Pemakai Jalan Tol berhak menunt ut gant i rugi kepada Badan at as kerugian yang merupakan akibat kesalahan dari Badan dalam penyelenggaraan Jalan Tol.

Paragraf 4 Kewaj iban Badan

Pasal 33

(1) Pada set iap Jalan Tol Badan waj ib menyediakan unit ambulans, unit pert olongan penyelamat an, unit penderekan, dan unit pelayanan kepada pemakai Jalan Tol.

(2) Badan waj ib menyediakan unsur pengamanan Jalan Tol bekerj asama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 34

Badan waj ib mengusahakan agar Jalan Tol selalu dalam keadaan memenuhi syarat unt uk dioperasikan.

Pasal 35

(1) Badan waj ib menggant i kerugian yang diderit a oleh Pemakai Jalan Tol sebagai akibat kesalahan dalam penyelenggaraan Jalan Tol.

(18)

Bagian Keenam Usaha-usaha

Pasal 36

(1) Lahan di Daerah Milik Jalan Tol dapat diusahakan sebagai t empat ist irahat dan pelayanan, sepanj ang hal it u masih merupakan sarana penunj ang penyelenggaraan Jalan Tol.

(2) Pengusahaan lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh Badan bekerj asama dengan pihak lain.

(3) Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) diat ur oleh Ment eri.

Pasal 37

(1) Iklan dapat dipasang pada t empat -t empat di Daerah Milik Jalan Tol yang dit et apkan oleh Badan.

(2) Pemasangan iklan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak mengurangi hak-hak Pemerint ah Daerah set empat sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) diat ur oleh Ment eri.

Bagian Ket uj uh

Wewenang Penyelenggaraan Jalan Tol

Pasal 38

(1) Pemerint ah menyerahkan unt uk sebagian at au seluruhnya wewenang penyelenggaraan Jalan Tol kepada Badan.

(2) Penyelenggaraan Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh Badan bekerj asama dengan pihak lain.

(19)

melepaskan wewenang penyelenggaraan Jalan Tol yang ada pada Badan.

(4) Kerj asama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan berdasarkan izin Ment eri.

BAB IV

PENETAPAN STATUS JALAN TOL. JENIS KENDARAAN, DAN TARIF TOL

Pasal 39

(1) Penet apan suat u ruas j alan sebagai Jalan Tol, dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(2) Penet apan suat u ruas Jalan Tol menj adi j alan umum t anpa t ol dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(3) Penet apan ruas Jalan Tol menj adi j alan umum t anpa t ol sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan apabila :

a. Tuj uan penyelenggaraan Jalan Tol sudah t ercapai, at au b. Persyarat an Jalan Tol t idak t erpenuhi, at au

c. Fungsi Jalan Tol sebagai alt ernat if j alan umum t idak berperan lagi.

Pasal 40

(20)

BAB V PEMBIAYAAN

Pasal 41

Biaya pra-st udi kelayakan dan pembeasan t anah unt uk pembangunan Jalan Tol dit anggung oleh Pemerint ah.

Pasal 42

Pembiayaan unt uk penyelenggaraan Jalan Tol yang meliput i biaya St udi kelayakan, biaya perencanaan t eknik, biaya pembangunan, dan biaya pengoperasian sert a biaya pemeliharaan dit anggung oleh Badan at au oleh Badan kerj a-sama dengan pihak lain.

BAB VI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 43

(1) Barang siapa melanggar ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, 28, dan 29 dikenakan ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah t indak pidana pelanggaran.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

(21)

Tol t et ap ber laku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum diubah at au diat ur kembali berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

(2) Perubahan at au pengat uran kembali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)selambat -lambat nya dilaksanakan dalam j angka wakt u 2 (dua) t ahun sej ak dit et apkan Perat uran Pemerint ah ini. (3) Kerj asama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud Pasal 38

ayat (2) yang t elah ada t et ap berlaku dan disesuaikan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan. Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di Jakart a pada t anggal 24 Maret 1990

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 24 Maret 1990

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(22)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990

TENTANG JALAN TOL

I. UMUM

1. Pert umbuhan dan pemerat aan kehidupan masyarakat ant ara lain t ercermin pada pola perkembangan lalu lint as barang dan penumpang. Perkembangan ini diusahakan unt uk dit ampung secara ef isien. Ef isiensi relat if pada j aringan prasarana perhubungan mempunyai kait an erat dengan st rukt ur pengembangan wilayah, sedang nilai absolut nya merupakan ukuran bagi t ingkat perkembangan wilayahnya. Pengukuran ef isiensi secara prakt is dapat dilakukan melalui pengukuran kecepat an rat a-rat a dan volume sat uan angkut an. Makin besar volume sat uan angkut an dan makin t inggi kecepat an rat a-rat a yang dapat dit empuh, makin besar pula daya t ampung suat u ruas j alan, berart i akan makin ef isien ruas j alan yang dimaksud. Pada gilirannya pemakaian j alan yang ef isien akan mengunt ungkan kedua belah pihak yait u pemakai j alan dan pembina j alan. Keunt ungan ini akan memberikan dorongan yang lebih besar pada pert umbuhan dan pemerat aan semua aspek kehidupan.

2. Pada umumnya wilayah-wilayah yang t elah t inggi t ingkat perkembangannya menunj ukkan adanya pot ensi f inansial yang cukup t inggi. Mengingat pert umbuhan wilayah yang t idak seimbang, j ust ru di wilayah-wilayah dengan t ingkat perkembangan yang cukup t inggilah yang selalu memerlukan

(23)

bermot or yang berhent i at au berj alan dan at au bergerak dengan kecepat an sangat rendah akibat t erbaurnya peranan j alan. Pemborosan t idak langsung ant ara lain nilai relat if dan kepent ingan t iap pemakai j alan menyangkut segi wakt u dan kenyamanan.

3. Pengadaan Jalan Art eri membut uhkan biaya invest asi yang sangat besar. Padahal unt uk membina seluruh j aringan yang ada sekarang ini biaya yang t ersedia set iap t ahunnya masih j auh dari memadai. Mengingat azas pemerat aan dalam pemakaian seluruh j aringan j alan dan mengingat kemampuan pembiayaan yang masih j auh dari memadai, maka sulit lah kiranya unt uk membebankan pembiayaan Jalan Art eri dalam wilayah-wilayah yang t elah mencapai t ingkat perkembangan yang cukup t inggi pada Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara (APBN). Oleh karena it u unt uk pengadaan dan pengelolaan ruas-ruas Jalan Art eri sepert i it u dicarikan sumber dana di luar APBN, yait u dari pemakai j alan it u sendiri.

4. Pemerint ah mempunyai t ugas melaksanakan pekerj aan yang menurut ukuran waj ar t idak dapat dit angani sendiri oleh rakyat ant ara lain pembinaan j aringan j alan. Oleh karena it u pada dasarnya j aringan j alan umum t erbuka unt uk lalu lint as umum t anpa adanya pungut an bagi pemakainya.

Set iap pungut an perlu diat ur dengan perat uran perundang undangan. Adanya Jalan Tol, yang kepada para pemakainya dikenakan kewaj iban membayar t ol, perlu dibat asi seket at mungkin yait u hanya t erbat as pada daerah-daerah yang t elah menunj ukkan t ingkat perkembangan sedemikian rupa sehingga biaya pembangunan Jalan Tol t ersebut dibebankan kepada pemakainya.

(24)

Jalan Tol. Pelaksanaan lebih lanj ut pengat uran penyelenggaraan Jalan Tol memerlukan adanya Perat uran Pemerint ah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Ist ilah-ist ilah yang dirumuskan dalam Pasal ini dimaksudkan agar supaya t erdapat keseragaman pengert ian at as isi Perat uran Pemerint ah ini, sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman dalam penaf sirannya.

Angka 1

Cukup j elas

Angka 2

Cukup j elas

Angka 3

Cukup j elas

Angka 4

Cukup j elas

Angka 5

Yang dimaksud dengan perwuj udan sasaran adalah perwuj udan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan.

Angka 6

Cukup j elas

Angka 7

(25)

menunj ang penyelenggaraan j alan Tol ant ara lain mengusahakan st asiun pengisian bahan bakar, t elepon umum, rest oran dan t empat ist irahat (rest area).

Angka 8

Yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara Jalan Tol adalah Badan Hukum Usaha Negara Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan.

Angka 9

Cukup j elas

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Tingkat perkembangan yang t inggi t ercermin dari t ingginya t ingkat kepadat an j asa dist ribusi.

Pasal 3

Huruf a

Dengan adanya j alan bebas hambat an maka pemborosan penggunaan sumber daya dan wakt u dapat dihindari.

Huruf b

Dengan dibangunnya Jalan Tol di wilayah t ert ent u maka t ercipt a kemudahan-kemudahan bagi pelayanan j asa dist ribusi sehingga memacu pert umbuhan perekonomian ant ar daerah. Dengan demikian suat u daerah dapat mengej ar t ingkat perkembangan daerah lain yang lebih t inggi.

Pasal 4

(26)

Yang dimaksud dengan merupakan alt ernat if adalah bahwa selain Jalan Tol, sebelumnya harus ada lint as j alan umum lain yang mempunyai asal dan t uj uan yang sama unt uk menggunakan at au t idak menggunakan Jalan Tol.

Pembangunan Jalan Tol yang merupakan sat u kesat uan sist em dengan pembangunan j alan umum, adalah kegiat an mewuj udkan ruas j alan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 Perat uran Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan. Dalam kondisi t ert ent u, pembangunan Jalan Tol dapat dilakukan dengan menggunakan j alan yang sudah ada.

Ayat (2)

Kecepat an rencana Jalan Tol di wilayah perkot aan lebih rendah dari pada di luar kot a mengingat adanya ket erbat asan dalam menent ukan lint asan j alan (alignment ) di wilayah t ersebut yang pada umumnya padat dengan bangunan permanen.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan muat an sumbu t erpusat t unggal kendaraan adalah muat an t erpusat kendaraan yang dipikul oleh sat u sumbu. Yang dimaksud dengan muat an sumbu t erpusat t andem kendaraan adalah muat an t erpusat kendaraan yang dipikul oleh dua sumbu yang bekerj a sebagai sat u kesat uan.

Ayat (4)

Jalan masuk t erkendali ialah j alan masuk yang dilengkapi dengan j alur peralihan (t aper) agar kendaraan yang masuk dapat menyesuaikan kecepat annya dengan kecepat an kendaraan di Jalan Tol. Jalan masuk (access) adalah j alan yang diperunt ukkan kendaraan unt uk masuk ke dan keluar dari Jalan Tol.

Pasal 5

(27)

Cukup j elas

Ayat (2)

Huruf a dan b

Sif at Jalan Tol t ersebut harus dicapai pada t ahap akhir sesuai dengan kebut uhan lalu lint as menurut krit eria umum yang berlaku didasari at as keamanan kendaraan, kelancaran lalu lint as, dan kenyamanan yang waj ar dari pemakai Jalan Tol.

Pelaksanaan secara bert ahap unt uk mencapai t ingkat akhir ini harus dilandasi at as kepadat an lalu lint as. Pada j embat an t ol apabila lalu lint as masih dapat dit ampung dengan baik, maka j umlah laj ur cukup sat u unt uk masing- masing arah.

Huruf c

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Cukup j elas

Ayat (5)

Cukup j elas

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

(28)

ist irahat dapat dilengkapi dengan ant ara lain st asiun pengisian bahan bakar, rest oran, t oko kecil, dan bengkel.

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 7

Program pengadaan dan program pemeliharaan j alan Tol yang disusun dengan memperhat ikan Rencana Pembangunan Lima Tahunan adalah merupakan gabungan susunan j adwal wakt u pelaksanaan masing-masing rencana individual pengadaan dan pemeliharaan Jalan Tol disert ai biaya yang diperlukan set iap t ahun, sebagai pedoman evaluasi dana dan kegiat an pelaksanaan t ahunan.

Program pengadaan dan program pemeliharaan Jalan Tol dapat disusun oleh Badan dan diusulkan kepada Pembina Jalan unt uk dit et apkan.

Yang dimaksud Pembina Jalan dalam pasal ini adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 but ir 4 Perat uran Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan.

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

(29)

yang t erdiri dari gambar t eknik dan analisa perkiraan biaya konst ruksi yang bersif at pendahuluan, sebelum rencana t eknik dilaksanakan.

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Selain memperhat ikan ket ent uan-ket ent uan pelest arian lingkungan hidup, dalam membuat rencana t eknik harus ada koordinasi dengan inst ansi t erkait .

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 10

Cukup j elas

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

(30)

t erkait .

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Ket ent uan ini dimaksudkan agar lalu lint as di j alan umum t et ap lancar selama pelaksanaan pembangunan di Jalan Tol.

Ayat (5)

Cukup j elas

Pasal 13

Cukup j elas

Pasal 14

Ayat (1)

Dalam hal lalu lint as pada j alan yang ada t erganggu oleh pembangunan Jalan Tol, maka sudah selayaknya Badan menyediakan j alan penggant i sement ara (det our) agar gangguan t erhadap lalu lint as sekecil mungkin.

(31)

Inst ansi yang t erkait ant ara lain Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), Depart emen Perhubungan dan Pemerint ah Daerah set empat .

Pasal 15

Cukup j elas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 18

Yang dimaksud dengan ut ilit as adalah sarana pelayanan umum berupa ant ara lain saluran list rik, saluran t elepon, pipa-pipa gas, air minum, sanit asi kot a.

(32)

Pasal 19

Ayat (1)

Pemindahan dimaksud dalam ayat ini dilakukan dengan memperhat ikan syarat -syarat yang dit et apkan dalam Pasal 18.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 20

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan t idak mengganggu penyelenggaraan Jalan Tol ant ara lain t idak mengganggu keamanan, konst ruksi, dan kelancaran lalu lint as Jalan Tol.

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 21

Pada dasarnya pengumpulan t ol ada dua sist em, yait u sist em pengumpulan t ol t erbuka dan sist em pengumpulan t ol t ert ut up. Yang dimaksud dengan sist em pengumpulan t ol t erbuka adalah sist em pengumpulan t ol yang kepada pemakainya diwaj ibkan membayar t ol pada saat melewat i gerbang t ol. Yang dimaksud dengan sist em pengumpulan t ol t ert ut up adalah sist em pengumpulan t ol yang kepada pemakainya diwaj ibkan mengambil t anda masuk pada gerbang masuk dan membayar t ol pada gerbang keluar.

Pasal 22

Ayat (1)

(33)

membeli karcis langganan t ol unt uk sej umlah pemakaian dan at au unt uk j angka wakt u t ert ent u.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan yang sebagian at au seluruh j alur lalu lint as t idak dapat berf ungsi karena ant ara lain kej adian kecelakaan lalu lint as, pekerj aan pemeliharaan.

Huruf b

Pada dasarnya kendaraan t idak diperkenankan berhent i disepanj ang j alur bahu j alan. Yang dimaksud dengan kendaraan berhent i darurat adalah kendaraan yang berhent i sebent ar karena keadaan darurat yang disebabkan ant ara lain kendaraan mogok, menert ibkan muat an, gangguan lalu lint as, gangguan f isik pengemudi.

Huruf c

Cukup j elas

Huruf d

Cukup j elas

Ayat (3)

Huruf a

(34)

Huruf b

Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan yang sebagian at au seluruh j alur lalu lint as dan j alur bahu j alan t idak dapat berf ungsi karena ant ara lain kej adian kecelakaan lalu lint as, pekerj aan pemeliharaan. Pengat uran memot ong/ melint as median t ersebut diat ur oleh Badan.

Ayat (4)

Cukup j elas

Ayat (5)

Tempat berhent i sement ara sebagaimana dimaksud dalam ayat ini ant ara lain digunakan unt uk ist irahat , menambah bahan bakar, memperbaiki kendaraan.

Pasal 24

Huruf a

Cukup j elas

Huruf b

Cukup j elas

Pasal 25

Huruf a

Cukup j elas

Huruf b

Dalam rangka memperhat ikan keamanan lalu lint as dan konst ruksi Jalan Tol t ersebut . maka dalam pemasangan iklan dan bangunan lain di Daerah Pengawasan Jalan Tol harus t erlebih dahulu mendapat rekomendasi t eknis dari Badan.

Pasal 26

(35)

Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini Badan waj ib membuat Berit a Acara pert anggungj awaban mengenai t idak adanya pemasukan pendapat an t ol sert a melaporkan keadaan dimaksud kepada Ment eri.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 27

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah apabila sebagian at au seluruh lebar j alur Jalan Tol t idak dapat dilalui kendaraan akibat adanya kecelakaan/ kebakaran/ f orce maj eure at au keadaan lainnya yang dapat membahayakan pemakai Jalan Tol.

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 28

Cukup j elas

Pasal 29

Cukup j elas

Pasal 30

Huruf a

Cukup j elas

(36)

Yang dimaksud dengan kerusakan karcis t anda masuk adalah kerusakan f isik karcis t anda masuk sehingga t idak dapat dibaca oleh alat pembaca karcis at au diragukan dat a dan ident it as pint u gerbang masuk oleh alat pembaca karcis

Huruf c

Cukup j elas

Pasal 31

Ayat (1)

Pemenuhan gant i rugi oleh pemakai Jalan Tol kepada Badan t idak melepaskan t unt ut an t indak pidana yang dilakukannya.

Ayat (2)

Jalan penghubung disini adalah j alan penghubung yang menj adi t anggung j awab Badan.

Pasal 32

Yang dimaksud dengan kesalahan dari Badan dalam penyelenggaraan Jalan Tol adalah apabila Badan nyat a-nyat a t idak memenuhi kewaj iban-kewaj ibannya dalam penyelenggaraan Jalan Tol.

Pasal 33

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 34

Yang dimaksud dengan memenuhi syarat unt uk dioperasikan adalah ant ara lain:

(37)

perencanaan t eknik yang disyarat kan.

b. Memenuhi kelengkapan rambu-rambu lalu lint as, t anda-t anda j alan dan perlengkapan j alan lainnya.

c. Memant au dan menert ibkan lalu lint as unt uk menj aga keamanan, kelancaran dan keselamat an pemakai j alan.

Pasal 35

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 37

Ayat (1)

Pemasangan iklan di Daerah Milik Jalan Tol yang dit et apkan oleh Badan harus memperhat ikan ket ent uan Pasal 24 huruf b Perat uran Pemerint ah ini.

Ayat (2)

Hak-hak Pemerint ah Daerah dalam ayat ini ant ara lain pemberian izin unt uk pemasangan iklan.

(38)

Cukup j elas

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Yang dimaksud kerj a sama ant ara lain berbent uk Usaha Pat ungan (Joint Vent ure) at au Usaha Gabungan (Join Operat ion). Yang dimaksud dengan pihak lain ant ara lain BUMN/ BUMD, Perusahaan Swast a Nasional at au dan Koperasi. Bagian-bagian penyelenggaraan Jalan Tol yang menj adi obyek kerj a sama dengan pihak lain dapat berupa pembangunan, pemeliharaan, dan pengoperasian Jalan Tol.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan t idak melepaskan wewenang penyelenggaraan Jalan Tol adalah bahwa ket ent uan st andar dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengoperasian Jalan Tol t et ap berada dan menj adi t anggung j awab Badan sepenuhnya.

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 39

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

(39)

t ol yang mempunyai asal dan t uj uan yang sama dengan Jalan Tol t idak dapat berf ungsi lagi. Dengan demikian Jalan Tol menj adi j alan umum t anpa t ol.

Pasal 40

Cukup j elas

Pasal 41

Pembebasan t anah sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini sudah t ermasuk pembebasan dari hak-hak lain yang berada di at as, sepanj ang dan di bawah t anah t ersebut

Pasal 42

Cukup j elas

Pasal 43

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 44

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 45

Referensi

Dokumen terkait

[r]

– Untuk menggambar pada screen, komputer membutuhkan sinkronisasi dengan pola scanning dari raster. Diperlukan memori

Rancang Bangun Smart E-commerce Pada Pogram IPTEK Bagi Masyarakat (IbM) Untuk Meningkatkan Pemasaran Produk Handicraft Reog Pada UMKM di Kabupaten Ponorogo, Universitas

™ Sistem operasi yang ditulis dengan bahasa tingkat tinggi akan mudah dipindahkan ke perangkat keras lain, tapi bisa mengurangi kecepatan dan membutuhkan penyimpanan yang

referensi yaitu sahabat dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan adalah sebagian besar dari total responden yaitu sebanyak 38.

Pembangunan Sistem Informasi Pengelolaan Data Pegawai Dan Penggajian Pada Unit Pelaksana Teknis Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah.. Dasar

Sebuah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi keseimbangan

Melihat permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mengembangkan aplikasi berbasis android yang menggunakan algoritma fuzzy