Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
i
KATA PENGANTAR
Dengan Senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika ini akhirnya dapat diselesaikan. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung tiap tahun. Kegiatan ini merupakan sebuah wadah bagi pendidik, peneliti dan pemerhati pendidikan matematika untuk mendifusikan kajian ilmiah serta untuk meningkatkan kerjasama diantara peserta.
Persoalan budaya dan karakter bangsa belakangan ini menjadi sorotan masyarakat. Keprihatinan terkait berbagai aspek kehidupan diungkap dan dibahas di media massa, Selain itu, para pemuka masyarakat, ahli, pengamat pendidikan, dan pengamat sosial mengangkat persoalan budaya dan karakter bangsa pada berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, perilaku kekerasan dan perusakan, kejahatan seksual, pola hidup yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat. Berbagai alternatif penyelesaian telah diajukan seperti peraturan, undang-undang, dan penegakan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi atau mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa seperti itu adalah pendidikan. Oleh karena itu, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 mengambil tema “Implementasi Pembelajaran Inovatif Matematik Dalam Mengambangkan Kemampuan Pedidik dan Peserta Didik untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” yang diselenggarakan di Kampus STKIP Siliwangi Bandung pada tanggal 07 Desember 2016.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi atas penyelenggaraan Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika ini sehingga berhasil dengan baik, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Bapak Ketua STKIP Siliwangi Bandung beserta jajarannya, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika, Steering Committee serta semua panitia yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kekhilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
iii
SAMBUTAN KETUA PANITIA
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP SILIWANGI BANDUNG
Assalamu’alaikum wr wb,
Salam sejahtera bagi kita semua.
Bapak, Ibu, dan Saudara/I peserta seminar yang berbahagia.
Dengan senantiasa mengharapkan Rahmat dan Ridho Allah SWT karena telah mempertemukan kita pada acara Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di STKIP Siliwangi Bandung dalam keadaan sehat wal’afiat semoga seminar ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi kita semua, Amiin.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema, “Implementasi Pembelajaran Matematika Inovatif dalam Mengembangkan Kemampuan Pendidik dan Peserta Didik untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” yang bertujuan 1) untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan (khususnya pendidikan matematika) dalam menerapkan pembelajaran inovatif yang relevan dan bersinergi dengan pendidikan nilai dan karakter khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)., 2) mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau kajian dalam lingkup matematika dan pendidikan matematika, dan 3) membangun kesinambungan antara lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian dalam mengembangkan dan mengaplikasikan karakter dalam pembelajaran matematika menuju masyarakat Indonesia yang bernafaskan Iman, Ilmu, dan Ikhsan. Kegiatan seminar ini diharapkan menjadi kegiatan tahunan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.
Panitia seminar mengundang tiga narasumber sebagai pembicara utama, Ketiga orang tersebut adalah Ibu Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si, Bapak Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed, dan Ibu Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo. Ketiga narasumber tersebut akan menyampaikan makalahnya dalam setiap sesi yang berbeda, selain makalah dari ketiga pembicara utama, panitia menerim. makalah dari pemakalah berbagai propinsi untuk dipresentasikan dalam sesi paralel. Seminar ini juga dihadiri oleh peserta pendengar yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Guru dan Praktisi dunia pendidikan.
Seminar ini terselenggara berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ketua STKIP Siliwangi Bandung beserta Jajarannya, Bapak Ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Bapak/Ibu Pengurus Organisasi Profesi Indo-MS yang telah membantu menjadikan seminar ini sebagai agenda resmi kegiatan seminar yang ada di Indo-MS sehingga seminar ini dapat menjadi fasilitator bagi para anggota Indo-MS dalam mempublikasikan karya-karya ilmiah baik hasil penelitian maupun kajian teori pada bidang matematika. Selain itu, kami atas nama panitia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kehilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.
Akhirnya, kami berharap seminar ini dapat memberikan manfaat bagi kita yang hadir disini khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Bandung, 07 Desember 2016 Ketua Panitia
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i KATA SAMBUTAN ... iii DAFTAR ISI ... iv PEMBICARA UTAMA
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF MELALUI DESIGN RESEARCH
Oleh : Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si ... 1
RESILIENSI MATEMATIK(MATHEMATICAL RESILIENCE)
Oleh : Utari Sumarmo ... 23 PEMAKALAH
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN RESILIANASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMA
Oleh : Adi Nurjaman1, Indah Puspita Sari2 ... 43 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING
Oleh : M. Afrilianto1, Tina Rosyana2... 50 PEMBELAJARAN BILANGAN DESIMAL MENGGUNAKAN KONTEKS PENGUKURAN DI
KELAS V
Oleh : Ari Puspita Rahayu 1, Ratu Ilma Indra Putri 2, Darmawijoyo 2 ... 54 PENERAPAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMA
Oleh : Asep Ikin Sugandi... 62 DESAIN PEMBELAJARAN MATERI REFLEKSI MENGGUNAKAN MOTIF KAIN BATIK
UNTUK SISWA KELAS VII
Oleh : Dina Novrika1), Ratu Ilma Indra Putri2) dan Yusuf Hartono2) ... 73 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA SMK DENGAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.
Oleh : Eka Senjayawati ... 88 DESAIN PEMBELAJARAN MATERI MERANCANG MODEL MATEMATIKA DARI MASALAH PROGRAM LINEAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh : Eli Yuliana ………... 95 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN DISKURSIFUNTUK MENGEMBANGKAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND MAHASISWA
Oleh : Elsa Komala... 104 PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME GUNA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS SISWA SMP
Oleh : Eva Dwi Minarti ... 111 TABEL RASIO DAN GRAFIK DALAM DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS PMRI UNTUK
MENGEMBANGKAN PENALARAN PERBANDINGAN (PROPORTIONAL REASONING)
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
v
PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIFMATEMATIS SISWA SMADENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DISERTAI STRATEGI WHAT IF
Oleh : Harry Dwi Putra ... 131 PEMBELAJARAN PERKALIAN PECAHAN MENGGUNAKAN PLASTIK MIKA DI KELAS V
Oleh : Helni Indrayati1, Ratu Ilma Indra Putri2, Somakim3 ……… 139 PENGEMBANGAN SOAL OPEN-ENDED PADA POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN
DAN VOLUME BALOK
Oleh : Henry Kurniawan1, Ratu Ilma Indra Putri2, Yusuf Hartono2 ……….. 145 PENGGUNAAN LENGHT MODELSDAN METODE BALANCING PADA PEMBELAJARAN
PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
Oleh: Hermaini1 Ratu Ilma 2, Darmawijoyo3 ... 152 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MAHASISWA
Oleh: Ika Wahyu Anita ... 161 PENGARUH VISUAL BASIC APPLICATION FOR EXCEL TERHADAP KEMAMPUAN
KREATIF MAHASISWA TENTANG DEFINISI DAN TEOREMA MATEMATIKA
Oleh: Martin Bernard... 167 ANALISA TERHADAP KECEMASAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA
Oleh: Masta Hutajulu... 176 PENERAPAN PENDEKATAN INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA
Oleh: Maya Siti Rohmah ... 183 PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN
PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION
Oleh: Ratni Purwasih ... 187 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER UNTUK MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN OPERASI PERKALIANSISWA SEKOLAH DASAR
Oleh: Siti Chotimah... 197
OPTIMALISASI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
Oleh: Sukasno, Drajat Friansah, & Intiana Hijrah Yumanif ... 202 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOMETRI RUANG MELALUIPROBLEM BASED
LERNING (PBL) BERBANTUAN GEOGEBRA 5.0 UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL-SPATIAL THINKING MAHASISWA
Oleh: Sumarni 1), Anggar Titis Prayitno2) ... 210 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
MATERI VOLUME KUBUS UNTUK SISWA SMP
Oleh: Tarsudin1, Zulkardi2, Darmawijoyo2 ... 221 OPTIMALISASI PENGGUNAAN VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh: Usman Aripin ... 225 PENERAPAN METODE CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING
TERHADAP DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
vi
DESAIN PEMBELAJARAN MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh: Yuliarti Effendy1), Ratu Ilma Indra Putri2), Ely Susanti3) …... 241 PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
vii
PEMBICARA
UTAMA
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2015
Program Studi Pendidikan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
STKIP Siliwangi
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 1
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF
MELALUI DESIGN RESEARCH
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 23
RESILIENSI MATEMATIK
(MATHEMATICAL RESILIENCE)
Utari Sumarmo, STKIP Siliwangi Bandung utari-sumarmo@dosen.stkipsiliwangi.ac,id
utari.sumarmo@gmail.com
A.
Pendahuluan: Rasional Pentingnya Resiliensi Matematik
Beberapa studi (antara lain Ashcraft, 2002, Baloglu, dan Koçak, 200, dan Hoffman 2010, dalam Johnston-Wilder, Lee, 2010a) menemukan banyak siswa mengalami kesulitan dan ketidaksukaan dalam belajar matematika, misalnya mereka menunjukkan rasa cemas dan menghindar dari kegiatan yang memerlukan penalaran matematik. Rasa cemas dalam belajar matematika juga dilaporkan dalam beberapa studi lain (misalnya, Ashcraft, 2002 and Rodarte-Luna & Sherry 2008, dalam Johnston-Wilder, Lee, 2010a) yang menunjukkan bahwa banyak siswa belajar matematika dengan rasa takut. Demikian pula sejumlah studi menemukan bahwa siswa sekolah menengah masih mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematik (Hulukati, 2006, Mudrikah, 2013, Nurcholis, 2012, Offirston, 2012, Rachmat, 2014, Rohendi, 2009, Yonandi, 2010) dan dalam penalaran matematik (Abdurachman, 2014, Armiati, 2011, Bernard, 2015, Budiyanto, 2014, Herman, 2006, Koswara, 2012, Offirston, 2012, Rosliawati, 2014, Rusmini, 2008, Setiawati, 2014, Supriyanti, 2010). Namun setelah mendapat pembelajaran inovatif yang melibatkan pendidikan nilai dan karakter, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan kemampuan matematik siswa lainnya meningkat dan siswa menunjukkan sikap positif terhadap belajar matematika.
Pada dasarnya, ketika guru memilih dan melaksanakan pendekatan pembelajaran matematika tertentu selain mereka berusaha membantu siswa mengatasi kesulitan mencapai kemampuan matematik, mereka juga berusaha mengembangkan sikap positif terhadap matematika dan belajar matematika. Sikap positif tersebut antara lain termuat dalam rasa percaya diri (self confidence), kemampuan diri (self efficacy), konsep diri (self concept), tekun dan tangguh menghadapi tantangan atau kesulitan dalam belajar matematika. Johnston-Wilder, Lee, (2010a) menamakan sikap tekun dan tangguh tersebut dengan istilah resiliensi matematik (Mathematical Resilience).
Resiliensi matematik diperlukan ketika guru bermaksud mendidik siswa menggunakan matematika, dan berpikir serta bersikap secara matematik dan bukan sekadar memperoleh nilai baik atau lulus ujian matematika saja. Siswa dengan resiliensi yang kuat selain ia akan memiliki kemampuan matematik yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan ujian, yang lebih penting adalah mereka juga memilki keterampilan matematik yang diperlukan di luar sekolah dan berkeinginan menerapkannya kapan saja ketika diperlukan. Pengembangan resiliensi matematik juga memerlukan sikap reflektif dan peka terhadap belajar matematika. Siswa dengan resiliensi matematik yang baik, sadar bahwa andai mereka berpikir keras, berdiskusi dengan temannya, membaca idea-idea matematik dan merefleksi pengetahuan yang diperolehnya, maka mereka juga akan tangguh dan dapat mengatasi hambatan dalam
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
24 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
belajar matematik serta mampu menyelesaikan masalah matematik yang sulit (Johnston-Wilder, Lee, 2010a).
B.
Pengertian Resiliensi Matematik
Beberapa pakar mendefinisikan istilah resiliensi matematik (mathematical resilience) dalam pengertian yang hampir serupa. Dweck (2000, dalam Lee and Johnston-Wilder, 2010a) mengemukakan resiliensi matematik memuat sikap tekun atau gigih dalam menghadapi kesulitan, bekerja atau belajar kolaboratif dengan teman sebaya, memiliki keterampilan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik, dan menguasai teori belajar matematik. Siswa dengan resiliensi matematik yang kuat, akan berhasil baik dalam matematika di sekolah meskipun dalam kondisi yang kurang disenangi. Mereka memiliki sikap: adaptif atau dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan; dapat menghadapi ketidakpastian, masalah dan tantangan; menyelesaikan masalah secara logis dan fleksibel; mencari solusi kreatif terhadap tantangan; bersifat ingin tahu dan belajar dari pengalaman; memiliki kemampuan mengontrol diri; sadar akan perasaannya; memiliki jaringan sosial yang kuat dan mudah memberi bantuan. (Adolphs, R. & Damasio, A. R. 2001, dalam Johnston-Wilder, Lee, Garton, Goodlad, dan Brindley, 2013).
Pakar lain (Newman, 2004, Johnston-Wilder dan Lee, 2010a) mendefinisikan resiliensi matematik sebagai sikap bermutu dalam belajar matematika yang meliputi: percaya diri akan keberhasilannya melalui usaha keras; menunjukkan tekun dalam menghadapi kesulitan; berkeinginan berdiskusi, merefleksi, dan meneliti. Dengan resiliensi tersebut memungkinkan siswa dapat mengatasi hambatan dalam belajar matematik. Pada dasarnya, dalam belajar apapun diperlukan resiliensi. Namun bukan berarti bahwa resiliensi matematik sebagai akibat beragam faktor seperti jenis pembelajaran, hakekat matematika, dan pandangan bahwa kemampuan matematik bersifat tetap (Newman, 2004, Johnston-Wilder, Lee, 2010a). Selanjutnya Johnston-Wilder dan Lee (2010a) mengemukakan bahwa resiliensi matematik memiliki empat faktor yaitu: (a) percaya bahwa kemampuan otak dapat ditumbuhkan; b) pemahaman personal terhadap nilai-nilai matematika; (c) pemahaman bagaimana cara bekerja dalam matematika; dan (d) kesadaran akan dukungan teman sebaya, orang dewasa lainnya, ICT, internet, dan lain-lainnya. Mereka juga mengemukakan bahwa pengembangan resiliensi matematik memerlukan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan sikap di atas tumbuh dan menciptakan suasana kelas matematik yang positif sehingga siswa dapat mengatasi hambatan dalam mencapai konsep-konsep matematika (Lee, Johnston-Wilder, 2013, dalam Lugalia, Johnston-Wilder dan Goodall, 2013)
Selain itu, untuk mengembangkan cara berpikir (mindset), Lee, dan Johnston-Wilder (2013, dalam Lugalia, Johnston-Wilder dan Goodall, 2013), mengemukakan tiga faktor kunci untuk mengembangkan resiliensi matematik yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk: (a) memilih dan menetapkan sesuatu yang akan dikerjakannya selama di kelas; (b) melatih mereka sendiri sebagai bagian dari lingkungannya; dan (c) merasakan dirinya terlibat dalam proses belajar, baik dalam sikap dan nilai. Dalam lingkungan seperti itu, siswa termotivasi bersikap tekun dan gigih dalam menghadapi kesulitan, dan memahami nilai bekerja secara kolaboratif dengan teman sebaya, mencapai kemampuan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik mereka, memeriksa pertanyaan, dan memiliki keyakinan yang tangguh dan efektif serta berusaha lebih keras untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 25
Kooken, J., Welsh, M. E., Mccoach, D. B., Johnson-Wilder, S. and Lee, C. (2013) mengkonsepkan resiliensi mattematik sebagai sikap adaptif positif terhadap matematika yang memberi kesempatan siswa tetap melanjutkan belajar matematika meski menghadapi kesulitan. Beberapa faktor sikap positif tersebut di antaranya adalah: nilai, daya juang atau resiliensi dan pertumbuhan. Sikap positif yang kuat seperti di atas akan mendukung siswa bersikap tekun dan gigih menghadapi kesulitan atau hambatan, sedangkan siswa yang rendah sikapnya akan kehilangan sikap tekun dan gigih atau menyerah ketika menghadapi kesulitan. Dengan kata lain, resiliensi matematik merupakan serangkaian sikap yang memberikan respons positif terhadap belajar matematika.
C.
Mengukur Resiliensi Matematik
Berikut ini disajikan contoh kuesioner untuk mengukur resiliensi matematik yang digunakan dalam studi Johnston-Wilder dan Lee (2010b). Kuesioner meliputi beberapa komponen yaitu: a) Pendapat terhadap inteligensi dan belajar secara umum; b) Pendapat terhadap belajar matematika; c) Kepercayaan terhadap belajar matematika .
1.
Pendapat terhadap inteligensi dan belajar dalam pelajaran secara
keseluruhan
1) Pikirkan semua pengalamanmu selama di sekolah dan jawablah pertanyaan berikut. Bubuhkan tanda v pada kalimat yang Anda pandang benar
___ ketika saya mendapat tugas baru di sekolah, biasanya saya mampu mempelajarinya ___ ketika saya mendapat tugas baru di sekolah, saya sering berpikir bahwa saya tidak dapat
mempelajarinya.
Sekarang nyatakan pendapatmu terhadap pernyataan berikut. Bacalah tiap kalimat dan lingkarilah bilangan yang menunjukkan derajat kesetujuan anda terhadap kalimat yang bersangkutan. Ingatlah bahwa tak ada pilihan jawaban anda yang benar atau yang salah 2) Andai saya tahu bahwa saya tidak mampu mengerjakan suatu tugas dengan baik,mungkin
saya tidak akan mengerjakannya meskipun saya harus mempelajarinya.
1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 3) Meskipun saya benci mengakuinya saya kadang-kadang lebih suka mendapat nilai baik
daripada banyak belajar
1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 4) Saya dapat mempelajari pengetahuan baru namun saya tidak dapat mengubah inteligensi
dasar saya.
1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 5) Andaikan saya harus memilih antara memperoleh “nilai baik” dan memperoleh
tantangan di kelas, saya akan memilih:
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
26 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
a. Betul sekali a. Betul sekali b. Betul b. Betul
c. Hampir betul c. Hampir betul
2.
Pendapat terhadap belajar matematika (a)
Bubuhkan tanda V sesuai dengan pendapat anda
___ ketika saya mendapat tugas matematik baru, biasanya saya yakin dapat mempelajarinya ___ ketika saya mendapat tugas matematik baru, seringkali saya berpikir tidak dapat
mempelajarinya
Lingkari nomor yang paling sesuai dengan pendapat anda.
6. Saya akan dapat lebih pandai matematika bila saya bekerja keras.
1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 3.
Pendapat terhadap belajar matematika (b)
Bubuhkan tanda V yang melukiskan pendapat anda. Anda dapat membubuhkan sebanyak yang anda suka. Apapun jawaban anda tidak ada yang salah.
Pendapat 1: Menyelesaikan soal matematik membutuhkan waktu yang lama.
a. Penyelesaian masalah matematika yang perlu waktu lama tidak akan mengganggu saya b. Saya merasa dapat menyelesaikan soal matematika yang memerlukan waktu lama c. Saya dapat mengerjakan soal matematika yang sukar bila saya gigih (tekun)
d. Bila saya tidak dapat menyelesaikan soal matematika dalam waktu singkat, mungkin saya tidak dapat mengerjakannya
e. Bila saya tidak dapat cepat menyelesaikan soal matematika, saya akan berhenti mencoba menyelesaikannya
f. Saya tidak begitu pandai dalam menyelesaikan soal matematika dan perlu beberapa waktu untuk membayangkannya.
Pendapat 2: Mengenai pemahaman matematika
a. Diperlukan waktu yang cukup untuk menemukan alasan bahwa suatu solusi masalah matematika memenuhi
b. Seseorang yang tidak memahami bahwa suatu jawab adalah benar, menunjukkan ia tidak paham masalah yang bersangkutan
c. Untuk menemukan suatu jawab yang benar, adalah penting memahami mengapa jawab tersebut itu benar.
d. Adalah suatu yang tidak penting mengetahui kebenaran suatu prosedur sepanjang memberikan jawab yang benar.
e. Menemukan suatu jawab yang benar adalah lebih penting daripada memahami alasan jawab tersebut benar
f. Adalah tidak masalah apakah saya memahami suatu soal matematika selama saya memperoleh jawab yang benar
Pendapat 3: Mengenai kegunaan matematika
a. Saya mempelajari matematika karena saya tahu manfaatnya b. Memahami matematika membantu saya menjalani hidup c. Matematika adalah mata pelajaran yang berguna dan penting d. Matematika tidak berguna dalam pekerjaan saya
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 27
e. Matematika tidak relevan dengan kehidupan saya f. Belajar matematika menghamburkan waktu.
Berdasarkan pendapat pakar pada Bagian B, Sumarmo (2015) merangkumkan indikator resiliensi matematik sebagai berikut: a) menunjukkan sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan, dan ketidakpastian; b) menunjukkan keinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya; c) memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan; d) menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri; e) memiliki rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, dan memanfaatkan beragam sumber; f) memiliki kemampuan mengontrol diri; sadar akan perasaannya.
Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliensi Matematik yang disusun dengan respons derajat kesetujuan (Model A) dan respons derajat frekuensi terlaksananya kegiatan/perasaan (Model B) seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Butir-butir pernyataan, kegiatan, dan atau perasaan berikut dapat dimodifikasi sesuai dengan kemampuan matematik, konten matematika, serta subyek penelitian yang bersangkutan.
TABEL 1
CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL A)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan kesetujuan Anda terhadap pernyataan berikut.
Keterangan: SS: Sangat setuju TS : Setuju
S: Setuju STS: Sangat tidak setuju
No. Pernyataan Respons
A. Indikator: Sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras, tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian
SS S TS STS
1. Saya yakin dapat bertahan mempelajari materi matematika yang
sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Saya malas menuliskan rumus yang digunakan pada tiap
langkah penyelesaian soal matematika (-)
3. Saya berusaha mengerjakan sendiri masalah matematika
sampai selesai meski perlu kerja keras (+) 4. Saya percaya dapat memeriksa sendiri kebenaran penyelesaian
soal matematika yang kompleks (+) 5. Saya yakin akan berhasil dalam tes matematika yang akan
datang setelah gagal pada tes sebelumnya (+)
6. Saya ragu dapat menyusun masalah matematika sebaik pekerjaan teman lain (-)
7. Saya menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah
matematik yang beresiko gagal (-) 8. Saya sengaja memilih soal latihan pembuktian matematika
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
28 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
9. Saya frustasi menghadapi ulangan matematika setelah mendapat
nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) 10. Saya berusaha memperbaiki tugas matematika yang belum
sempurnameski perlu kerja keras (+) B. Indikator:berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi
bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya
Ss S TS STS
11. Saya senang menjelaskan penyelesaian tugas matematika yang
sulit kepada teman lain (+) 12. Saya merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang
mengalami kesulitan belajar matematika (-)
13. Saya merasa nyaman berdiskusi matematika dengan teman sebaya yang baru kenal (+)
14. Saya merasa sukar mencari teman untuk diminta bantuan mengatasi kesulitan belajar matematika (-)
15. Saya berusaha menyesuaikan diri ketika belajar matematika di lingkungan baru (+) 16. Saya merasa sungkan menyampaikan kesulitan belajar
matematika kepada teman baru (-) C. Indikator: memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi
kreatif terhadap tantangan
SS S TS STS
17. Saya berani menawarkan gagasan baru ketika belajar kelompok matematika (+)
18. Saya mencoba cara yang berbeda dari contoh yang ada di buku teks matematika (+)
19. Saya merasa lebih aman mengerjakan tugas seperti tugas teman yang pandai matematika (-)
20 Saya menghindar menyelesaikan soal matematika yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-)
21. Saya sengaja memilih soal latihan matematika yang bersifat
open-ended sebagai latihan berpikir kreatif (+)
22. Saya mengelak mengerjakan soal matematika yang menuntut memberi beragam alasan (-)
D. Indikator: Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri,
SS S TS STS
23. Saya berusaha mencari cara baru menyelesaikan ma-salah
matematika ketika gagal dengan cara lama (+) 24. Saya cemas belajar matematika setelah mendapat nilai buruk
dalam ulangan matematika yang lalu (-)
25. Saya berlatih lagi lebih keras setelah salah menyelesai-kan masalah matematika yang sulit (+)
26. Saya berpendapat kegagalan dalam ujian matematika yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)
27. Saya malas menyelesaikan soal pembuktian matema-tika setelah gagal dalam soal pembuktian yang lalu (-)
28. Saya mengerjakan ulang penyelesaian soal matematika yang salah meski perlu waktu lama (+)
29. Semangat belajar menurun setelah kalah dalam seleksi siswa berprestasi matematik antar sekolah (-)
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 29
E. Indikator: Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber
SS S TS STS
30. Saya mencoba membandingkan penjelasan topik matematika yang sama dari beragam buku (+)
31. Saya bosan mempelajari matematika dari beragam buku (-)
32. Saya bersyukur menemukan artikel melalui internet yang relevan dengan tugas matematika saya (+)
33. Saya berpendapat mempelajari beragam buku sumber matematika akan menguatkan pemahaman (+) 34. Saya bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari
beragam buku matematika (-)
35. Saya putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika (-)
36. Saya mencoba merangkum kajian topik matematika tertentu dari beberapa buku sumber yang relevan (+)
37. Saya menghindar mencoba cara baru membuktikan masalah matematik yang belum tahu hasilnya (-)
F. Indikator: memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.
SS S TS STS
38. Saya kesal ketika mendapat kritik keras terhadap pekerjaan matematika saya (-)
39. Saya memahami perasaan teman saya yang gagal menyelesaikan soal matematika yang sukar (+)
40. Saya merasa sulit mengungkapkan pemahaman matematik saya kepada orang lain (-)
41. Saya merasa percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas matematika yang sudah dikerjakan (+)
42. Saya putus asa ketika gagal mempertahankan idea (menyelesaikan soal) matematika di depan kelas (-)
TABEL 2
CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan SS: Sering sekali JR: Jarang
SR: Sering JS : Jarang sekali A. Indikator: Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak
mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian
SS SR JR JS
1. Merasa yakin dapat bertahan mempelajari materi mate-matika
yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Merasa malas menyertakan rumus yang digunakan pada tiap
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
30 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
3. Berusaha mengerjakan sendiri masalah matematika sampai
selesai meski perlu kerja keras (+) 4. Yakin mampu memeriksa sendiri kebenaran proses
penyelesaian soal matematika yang kompleks (+) 5. Merasa yakin akan berhasil dalam tes matematika yang akan
datang setelah gagal pada tes sebelumnya (+)
6. Merasa ragu dapat menyusun masalah matematika sebaik pekerjaan teman lain (-)
7. Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah
matematik yang beresiko gagal (-) 8. Sengaja memilih soal latihan pembuktian matematika yang sulit
sebagai latihan berpikir (+) 9. Merasa frustasi menghadapi ulangan matematika sete-lah
mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) 10. Berusaha memperbaiki tugas matematika yang belum
sempurnameski perlu kerja keras (+) B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi
bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya
SS SR JR JS
11. Merasa senang menjelaskan penyelesaian tugas matematika
yang sulit kepada teman lain (+) 12. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami
kesulitan belajar matematika (-)
13. Merasa nyaman berdiskusi matematika dengan teman yang baru kenal (+)
14. Merasa sukar mencari teman untuk diminta bantuan mengatasi kesulitan belajar matematika (-)
15. Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar matematika di lingkungan baru (+) 16. Merasa sungkan menyampaikan kesulitan belajar matematika
kepada teman baru (-) C. Indikator : memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi
kreatif terhadap tantangan SS SR JR JS
17. Berani menawarkan gagasan baru ketika belajar kelompok matematika (+)
18. Mencoba cara yang berbeda dari contoh yang ada di buku teks matematika (+)
19. Merasa lebih aman mengerjakan tugas seperti tugas teman yang pandai matematika (-)
20. Menghindar menyelesaikan soal matematika yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-)
21. Sengaja memilih soal latihan matematika yang bersifat open-ended sebagai latihan berpikir kreatif (+)
22. Mengelak mengerjakan soal matematika yang menuntut memberi beragam alasan (-)
D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 31
23. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah
matematika ketika gagal dengan cara lama (+) 24. Merasa cemas belajar matematika setelah mendapat nilai buruk
dalam ulangan matematika yang lalu (-)
25. Berlatih lagi lebih keras setelah salah menyelesaikan masalah matematika yang sulit (+)
26. Berpendapat kegagalan dalam ujian matematika yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)
27. Malas menyelesaikan soal pembuktian matematika setelah gagal dalam soal pembuktian yang lalu (-)
28. Mengerjakan ulang penyelesaian soal matematika yang salah meski perlu waktu lama (+)
29. Merasa semangat belajar menurun setelah kalah dalam seleksi siswa berprestasi mateamatik antar sekolah (-)
E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, mere-fleksi,
meneliti, memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS
30. Mencoba membandingkan penjelasan topik matematika yang sama dari beragam buku (+)
31. Merasa bosan mempelajari matematika dari beragam buku (-)
32. Bersyukur menemukan artikel baru melalui internet yang relevan dengan tugas matematika dihadapi (+)
E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, mere-fleksi,
meneliti, memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS
33. Berpendapat mempelajari beragam buku sumber matematika akan menguatkan pemahaman (+)
34. Merasa bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam buku matematika (-)
35. Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika (-)
36. Mencoba merangkum kajian topik matematika tertentu dari beberapa buku sumber yang relevan (+)
37. Menghindar mencoba cara baru membuktikan masalah matematik yang belum tahu hasilnya (-)
F. Indikator : memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol
diri dan sadar akan perasaannya. SS SR JR JS
38. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap pekerjaan matematika saya (-)
39. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal matematika yang sukar (+)
40. Merasa sulit mengungkapkan pemahaman matematik saya kepada orang lain (-)
41. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas matematika yang sudah dikerjakan (+)
42. Putus asa ketika gagal mempertahankan idea (menyelesaikan soal) matematika di depan kelas (-)
Catatan:1) Pilihan respons netral atau kadang-kadang dapat ditiadakan sesuai dengan keinginan peneliti
2) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 3) Susun skala kembali dengan butir-butir pernyataan/kegiatan/perasaan secara acak
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
32 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Berikut ini disajikan contoh modifikasi Skala Resiliensi Tabel 2 yaitu Tabel 3 yang dikaitkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematik dan problem posing pada konten matriks dan deret pada subyek siswa SMA.
TABEL 3
CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan SS: Sering sekali JS : Jarang sekali
SR: Sering JR : Jarang
No. Kegiatan, Perasaan, Pendapat Respons
A. Indikator : Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian
SS SR JR JS
1. Merasa yakin dapat bertahan menyelesaikan masalah deret tak
hingga yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Merasa malas menyusun pertanyaan yang relevan untuk soal
penerapan matriks dalam masalah sehari-hari yang sulit (-) 3. Berusaha berlatih menyusun pertanyaan sendiri tentang deret
yang tidak sederhana meski perlu kerja keras (+) A. Indikator : Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak
mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian
SS SR JR JS
4. Merasa yakin mampu merinci langkah-langkah proses
perhitungan penerapan deret dalam geometri (+) 5. Merasa ragu akan berhasil dalam ulangan matriks yang akan
datang setelah gagal pada ulangan sebelumnya (-) 6. Merasa cemas dapat menyusun pertanyaan sebelum
menyelesaikan masalah deret sebaik pertanyaan teman lain (-) 7. Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan soal matriks
yang mungkin gagal (-) 8. Sengaja memilih soal latihan penerapan deret dalam masalah
sehari-hari yang mempunyai beragam cara sebagai latihan
berpikir (+) 9. Merasa frustasi merinci masalah yang kompleks tentang matriks
ke dalam masalah bagiannya yang lebih sederhana (-) 10. Merasa kehabisan akal memperbaiki tugas masalah deret dalam
geometri dengan cara yang tidak biasakarena perlu kerja keras (-)
B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya
SS SR JR JS
11. Merasa senang menjelaskan cara menyusun beragam pertanyaan dari serangkaian informasi tentang matriks yang sulit kepada teman lain (+)
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 33
12. Merasa terganggu membantu teman yang mengalami kesulitan menyatakan suatu pertanyaan ke dalam bentuk pertanyaan lain tentang deret (-)
13. Merasa nyaman berdiskusi penerapan matriks dalam masalah sehari-hari dengan teman yang baru kenal (+) 14. Merasa sukar mendapat teman untuk mengatasi kesulitan
menyusun pertanyaan tentang penerapan deret (-)
15. Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar penerapan deret pada
masalah sehari-hari di lingkungan baru (+) 16. Merasa sungkan menyampaikan kesulitan menyelesaikan soal
deret tak hingga kepada teman baru (-) C.. Indikator : memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi
kreatif terhadap tantangan SS SR JR JS
17. Berani menawarkan gagasan baru tentang penerapan deret ketika belajar kelompok (+)
18. Mencoba mengajukan pertanyaan yang berbeda terhadap serangkaian informasi tentang matriks (+)
19. Merasa lebih aman mengerjakan perhitungan limit yang sulit seperti tugas teman yang pandai matematika (-)
20. Menghindar menyelesaikan soal penerapan deret tak hingga yang memiliki beragam cara penyelesaian (-) 21. Sengaja memilih latihan beragam pertanyaan tentangoperasi
pada matrikssebagai latihan berpikir kreatif (+)
22. Mengelak menyusun pertanyaan lanjutan setelah mendapat solusi masalah deret (-)
D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk
membangun motivasi diri, dan kontrol diri SS SR JR JS
23. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah matriks
setelah gagal dengan cara lama (+) 24. Merasa cemas belajar penerapan deret pada masalah geometri
setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) 25. Berlatih lagi lebih keras setelah salah merinci langkah-langkah
penyelesaian masalah deret disertai aturan yang digunakan (+) 26. Berpendapat kegagalan dalam ulangan matriks yang lalu
menjadi pengalaman berharga (+)
27. Malas merinci suatu masalah deret yang kompleks ke dalam masalah bagian-bangiannya yang lebih sederhana (-)
28. Mengerjakan ulang tugas menyusun pertanyaan tentang matriks yang salah meski perlu waktu lama (+)
29. Merasa semangat belajar menurun setelah gagal dalam ulangan matriks yang lalu (-)
E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi,
meneliti, memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS
30. Mencoba membandingkan uraian tentang penerapan deret dalam geometri yang sulit dari beragam buku (+)
31. Merasa bosan mempelajari matriks dari beragam buku (-) 32. Bersyukur menemukan beberapa artikel melalui internet
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
34 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
33. Berpendapat mempelajari beragam buku sumber tentang matriks akan menguatkan pemahaman (+)
34. Merasa bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam uraian tentang deret tak hingga (-)
35. Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesai-kan tugas penerapan matriks pada masalah sehari-hari (-) 36. Mencoba merangkum kajian penerapan deret dalam masa-lah
geometri dari beberapa buku sumber yang relevan (+) 37. Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah
penerapan matriks yang belum pasti hasilnya (-)
F. Indikator : memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.
38. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap tugas kelompok menyusun pertanyaan tentang deret (-)
39. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal matriks yang sukar (+)
40. Merasa sulit menyatakan pertanyaan tentang penerapan anti turunan ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-) 41. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas tentang
deret yang sudah dikerjakan (+)
42. Putus asa ketika gagal menyusun pertanyaan lanjutan setelah memperoleh solusi kepada teman lain (-)
Catatan: 1) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 2) Susun pernyataan/kegiatan/perasaan sesuai dengan konten dan kemampuan
matematik yang diteliti
Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliensi (Tabel 4) yang berkaitkan dengan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematik pada konten peluang pada subyek siswa SM yang dimodifikasi dari Skala Resiliensi Matematik pada Tabel 3
TABEL 4
CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE)
(MODEL B) Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan SS: Sering sekali JS : Jarang sekali
SR: Sering JR : Jarang
No Kegiatan, Perasaan, Pendapat Respons
A. Indikator : Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian dalam berpikir kritis dan kreatif matematik
SS SR JR JS 1. Merasa yakin dapat bertahan latihan mengajukan pertanyaan
tentang kombinasi disertai dengan alasan meski perlu waktu yang lama (+)
2. Menghindar mengajukan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang berbeda ketika belajar permutasi yang sulit (-)
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 35
3. Berusaha mengerjakan sendiri soal penerapan konsep kombinasi dan permutasi sampai selesai meski berbeda dengan jawaban teman dan perlu kerja keras (+)
4. Merasa ragu dapat memeriksa kebenaran tiap langkah proses
perhitungan peluang dua kejadian (-) 5. Merasa takut mempertahankan pendapat sendiri tentang kombinasi
beberapa unsur yang berbeda dengan pendapat teman dalam diskusi kelompok (-)
6. Merasa yakin dapat menyusun pertanyaan mengenai kombinasi dan permutasi sebaik pertanyaan teman lain (+)
7. Berani mencoba cara baru menyelesaikan soal peluang kejadian
yang saling lepas meski beresiko gagal (+) 8. Takut memilih soal latihan memeriksa kebenaran proses
perhitungan peluang beberapa kejadian yang rumit (-) 9. Merasa frustasi mendapat tugas merinci langkah-langkah
menyelesaikan soal peluang disertai dengan aturan yang digunakan (-) 10. Merasa kehabisan akal memperbaiki tugas analogi tentang
kombinasi dan permutasi yang belum sempurnakarena perlu kerja keras (-)
B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya
SS SR JR JS 11. Merasa senang menjelaskan cara menyederhanakan masalah
matematika yang ruwet ke dalam bagian-bagiannya yang lebih sederhana kepada teman baru (+)
12. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami kesulitan menyelesaikan perhitungan peluang kejadian yang tidak sederhana (-)
B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya
SS SR JR JS 13. Merasa nyaman berdiskusi masalah peluang dalam peristiwa
sehari-hari dengan teman yang baru kenal (+) 14. Merasa sukar mendapat teman untuk mengatasi kesulitan
menyusun pertanyaan tentang kombinasi dan permutasi (-) 15. Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar penerapan kombi-nasi
dan permutasi pada masalah sehari-hari di lingkungan baru (+) 16. Merasa sungkan menyampaikan kesulitan mengidentifikasi data
yang relevan dalam masalah sehari-hari kepada teman baru (-) C. Indikator : memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi
kreatif terhadap tantangan SS SR JR JS
17. Berani menawarkan cara baru menerapkan konsep peluang dalam masalah sehari-hari ketika belajar kelompok (+)
18. Mencoba mengajukan pertanyaan yang berbeda dari serangkaian informasi matematika yang diberikan (+)
19. Merasa lebih aman mengerjakan perhitungan permutasi yang sulit seperti tugas teman yang pandai matematika (-)
20. Menghindar menyelesaikan soal penerapan konsep kombinasi yang memiliki beragam cara penyelesaian (-)
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
36 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
21. Sengaja memilih soal latihan peluang dengan cara yang tidak biasa sebagai latihan berpikir kreatif (+)
22. Mengelak memilih soal latihan peluang dua kejadian yang mempunyai beragam cara penyelesaian (-)
D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk
membangun motivasi diri, dan kontrol diri SS SR JR JS
23. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah kombi-nasi dan permutasi setelah gagal dengan cara lama (+)
24. Merasa cemas belajar penerapan konsep peluang pada masa-lah sehari-hari setelah gagal dalam soal sebelum-nya (-)
25. Merasa semangat belajar menurun setelah gagal dalam memeriksa kebenaran suatu pernyataan kombinasi beberapa unsur (-)
26. Berpendapat kegagalan dalam ulangan peluang yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)
27. Mengerjakan ulang tugas memeriksa kebenaran proses perhitungan peluang yang salah dengan cara lain meski perlu waktu lama (+) E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti,
memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS
28 Mencoba membandingkan penjelasan konsep kombinasi beberapa unsur yang sulit dari beragam buku (+)
29. Merasa bosan mempelajari konsep peluang dari beragam buku (-)
30. Bersyukur menemukan artikel baru melalui internet yang relevan dengan tugas menyusun pertanyaan tentang peluang kejadian yang saling lepas (+)
31. Berpendapat mempelajari beragam buku sumber peluang akan menguatkan pemahaman (+)
32. Merasa bingung mempelajari penjelasan konsep kombinasi yang berbeda dari beragam buku (-)
33. Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas penerapan konsep peluang pada masalah sehari-hari (-)
34. Mencoba merangkum kajian konsep permutasi dan kombinasi dari beberapa buku sumber yang relevan (+)
No. Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri
dan sadar akan perasaannya. SS SR JR JS
35. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap penyelesaian soal kombinasi yang saya kerjakan (-)
36. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal peluang beberapa kejadian yang sukar (+)
37. Merasa sulit menyatakan suatu pertanyaan tentang kombinasi ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-)
38. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas peluang yang sudah dikerjakan (+)
39. Putus asa ketika gagal menjelaskan penyelesaian soal pene-rapan konsep permutasi dan kombinasi kepada teman lain (-)
40. Menghindar menjelaskan cara baru menyelesaikan masalah peluang yang belum pasti hasilnya (-)
Catatan:1) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 2). Susun pernyataan/kegiatan/perasaan sesuai dengan konten dan kemampuan matematik
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 37
yang diteliti
Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliensi Matematik (Tabel 5) yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis, dan problem posing matematik untuk mahasiswa dalam konten Peluang
TABEL 5
CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK MATHEMATICAL RESILIENCE)
(MODEL B) Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan Ss : Sering sekali Js : Jarang sekali
Sr : Sering Jr : Jarang
No.
Kegiatan, Perasaan, Pendapat Respons
Indikator : sikap tekun, yakin, dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah dan kegagalan.
Ss Sr Jr Js
1. Bertahan mempelajari materi peluang yang sulit meski dalam waktu
yang lama (+) 2. Menghindar menyelesaikan soal peluang yang disertai dengan alasan
yang relevan (-)
3. Memilih sendiri soal latihan masalah peluang yang rumit meski perlu kerja keras (+) 4. Merasa ragu dapat memeriksa kebenaran proses penyelesaian soal
materi peluang yang non-rutin (-) 5. Merasa yakin akan berhasil baik dalam tes materi peluang yang
akan datang (+)
6. Merasa ragu dapat menyusun pertanyaan dalam materi peluang sebaik pertanyaan teman lain (-)
7. Merasa cemas dapat memeriksa kerelevanan data dalam soal materi
peluang yang kompleks (-) 8. Merasa malas menyertakan rumus/aturan yang digunakan dalam
menyelesaikan soal materi peluang (-)
9. Mengelak memilih soal latihan menyusun pertanyaan yang memiliki
beragam jawab dalam materi peluang (-) A. Indikator : sikap tekun, yakin, dan tidak mudah menyerah
menghadapi masalah dan kegagalan.
Ss Sr Jr Js
10. Berlatih menyusun pertanyaan disertai alasan yang relevan dalam materi peluang (+)
11. Merasa cemas mendapat tugas menyusun masalah berkaitan dengan
pemecahan masalah materi peluang (-) 12. Berusaha menyempurnakan penyelesaian soal peluang yang sulit
meski perlu kerja keras (+) 13. Menghindar mencoba cara penyelesaian soal peluang yang berbeda
dengan contoh dari dosen (-) 14. Menyerah ketika menghadapi tugas memeriksa kebenaran proses
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
38 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
15. Menghindar dari tugas merinci masalah utama ke dalam sub-masalah yang berkaitan dengan materi peluang (-)
B. Indikator : berkeinginan bersosialisasi dan berdiskusi dengan lingkungannya; beradaptasi
SS SR JR JS
16. Merasa cemas menyampaikan kesulitan menyelesaikan soal materi peluang kepada teman (-)
17. Berdiskusi dengan teman kelompok kerja mencari cara baru
menye-lesaikan soal peluang setelah gagal dengan cara yang lama (+) 18. Merasa senang menjelaskan cara menyusun masalah dari
serangkaian informasi dalam materi peluang kepada teman lain (+) 19. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami
kesulitan menyatakan suatu masalah ke dalam bentuk lainnya dalam materi peluang (-)
20. Merasa senang berdikusi membahas beragam pemecahan masalah materi peluang disertai alasan yang relevan(+) 21. Merasa sukar mencari teman untuk memeriksa kebenaran proses
perhitungan yang sulit dalam materi peluang (-) 22. Merasa canggung belajar materi peluang dengan teman yang
pandai dalam materi peluang (-) 23. Merasa nyaman berdiskusi tentang menyusun masalah dalam materi
peluang dengan siapapun (+) 24. Merasa sukar beradaptasi dalam situasi belajar baru ketika memulai
perkuliahan peluang (-)
25. Merasa cocok belajar dengan siapapun untuk menyusun masalah dalam materi peluang (+)
C. Indikator : Memunculkan ide/cara baru dalam menyelesaikan masalah matematik
SS SR JR JS
26. Berani mengemukakan gagasan ketika belajar kelompok memeriksa
kebenaran proses penyelesaian masalah peluang (+) 27. Menghindar mencoba cara yang berbeda dari cara penyele-saian
masalah peluang yang diberikan dosen (-)
28. Menghindar menyelesaikan soal peluang yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-)
29. Mengelak cara baru menyelesaikan soal peluang yang menuntut memberi alasan yang relevan (-)
30. Sengaja memilih beragam soal latihan menyusun masalah dalam materi peluang sebagai latihan berpikir kreatif (+) D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk
membangun motivasi diri
SS SR JR JS
31. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan soal peluang setelah
gagal dengan cara lama (+) 32. Merasa cemas atas kegagalan dalam memeriksa kebenaran proses
perhitungan dalam materi peluang yang lalu (-) 33. Berlatih lagi setelah gagal menyusun masalah dalam materi peluang
(+)
34. Berpendapat kegagalan dalam tes dalam materi peluang yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)
35. Menjadi malas menyusun masalah materi peluang setelah gagal dalam tugas yang lalu (-)
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 39
36. Mengerjakan ulang soal menyusun perkiraan dalam materi peluang yang salah (+)
37. Menghindar tugas memeriksa kebenaran pernyataan dalam materi
peluang setelah salah dalam tugas sebelumnya (-) 38. Merasa semangat belajar menurun ketika gagal menyatakan suatu
masalah ke bentuk masalah lainnya dalam materi peluang (-) 39. Terdorong belajar lebih keras setelah gagal merinci pertanyaan
utama ke dalam sub-pertanyaan tentang materi peluang (+) E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti,
memanfaatkan beragam sumber
SS SR JR JS
40. Merasa senang membandingkan penjelasan materi peluang yang sama dari beragam buku (+)
41. Berpendapat bahwa mempelajari materi peluang dari beragam buku
adalah memboroskan waktu (-) 42. Mengucap syukur menemukan penjelasan baru tentang materi
peluang melalui internet (+) 43. Merasa putus asa mencari sumber yang relevan untuk tugas
menyusun makalah dalam materi peluang (-)
44. Merasa bingung mempelajari penjelasan materi peluang yang berbeda dari beragam buku sumber (-)
F. Indikator : memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.
SS SR JR JS
45. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap penyelesaian soal peluang yang sudah dikerjakan (-)
46. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal peluang beberapa kejadian yang sukar (+)
47. Merasa sulit menyatakan suatu pertanyaan tentang peluang ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-)
48. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas peluang yang sudah dikerjakan (+)
49. Putus asa ketika gagal menjelaskan penyelesaian soal pene-rapan konsep permutasi dan kombinasi kepada teman lain (-)
50. Menghindar menjelaskan cara baru menyelesaikan masalah peluang yang belum pasti hasilnya (-)
Daftar Pustaka
Abdurachman, D. (2014). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi serta Disposisi Matematik Siswa SMP melalui Pembelajaran inkuiri Terbimbing. Tesis pada Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Armiati. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi Matematis, dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Bernard, M. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Serta Disposisi Matematik Siswa SMK dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Game Adobe Flash Cs 4.0. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi. Tidak diterbitkan.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
40 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Budiyanto, A.M. (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir logis dan kreatif matematik serta kemadirian belajar siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Tesis magister pada Program Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung. Sebagian tesis dipublikasikan dalam International Journal of Education Vol.8, No. 1. Desember 2014. pp 54-63. Graduate School, Indonesia University of Education.
Herman, T. (2006) . Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.
Hulukati, E. (2006). Mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP melalui pembelajaran generatif. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. tidak dipublikasi.
Johnston-Wilder, S. & Lee, C. (2010a). “Mathematical Resilience”. Mathematics Teaching, 218, 38–41.
Johnston-Wilder, S. & Lee, C. (2010b). Developing Mathematical Resilience. Paper presented at the BERA annual conference at Warwick University.
Johnston-Wilder,S., Lee, C., Garton, E. , S. Goodlad, J. Brindley ,(2013). Developing Coaches For Mathematical Resilience. Laporan suatu Proyek Percobaan Penelitian
Joubert, M. (Ed.) Proceedings of the British Society for Research into Learning Mathematics
28(3), November 2008. From Informal Proceedings 28-3 (BSRLM) available at bsrlm.org.uk © the author – 54. Does Articulation Matter when Learning Mathematics?
Kooken, J., Welsh, M. E., Mccoach, D. B., Johnson-Wilder, S. and Lee, C. (2013).
Measuring mathematical resilience: an application of the construct of resilience to the study of mathematics. In: American Educational Research Association (AERA) 2013 Annual Meeting: Education and Poverty: Theory, Research, Policy and Praxis, 27 April - 1 May 2013, San Francisco, CA, USA.
Koswara, U. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Program Autograph”. Tesis pada PPS UPI Bandung. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan Vol VI. No.2, 125-131, July 2012
LugaliaM., Sue Johnston-Wilder, S. and Goodall, J.(2013), The Role of ICT in Developing Mathematical Resilience in Learners. Laporan Penelitian di The University of Warwick, Institute of Education, Coventry (UNITED KINGDOM).
Mudrikah, A. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa SMA. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. tidak dipublikasi.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 41
Mulyana, A. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masala. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung. Tidak diterbitkan.
Nurcholis, E. (2012). Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA melalui Pendekatan Berbasis Masalah Berbantuan Komputer. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan Vol VI. No.2, 125-131, July 2012.
Offirston. T. (2012). “Pendekatan Inkuiri Berbantuan Software Cinderella untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTs” Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikanVol VI. No.2, 101-106, July 2012
Rachmat, U,S. (2014). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik serta Kepercayaan Diri Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual berbantuan Mathematical Manupulative. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung, tidak dipublikasi.
Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah. Matematik: Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.
Rusmini, (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa SMP melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Cabri Geometry II.
Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Setiawati, E. (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Habit of
Mind Matematis, melalui Pembelajaran berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan
Supriyanti, N. R. (2010). Keefetifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams A Chievement Division (STAD) Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas X. Semarang: Under Graduates Thesis Universitas Negeri Semarang.
Yonandi (2010). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
42 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi