• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR"

Copied!
263
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

i

KATA PENGANTAR

Dengan Senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika ini akhirnya dapat diselesaikan. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung tiap tahun. Kegiatan ini merupakan sebuah wadah bagi pendidik, peneliti dan pemerhati pendidikan matematika untuk mendifusikan kajian ilmiah serta untuk meningkatkan kerjasama diantara peserta.

Persoalan budaya dan karakter bangsa belakangan ini menjadi sorotan masyarakat. Keprihatinan terkait berbagai aspek kehidupan diungkap dan dibahas di media massa, Selain itu, para pemuka masyarakat, ahli, pengamat pendidikan, dan pengamat sosial mengangkat persoalan budaya dan karakter bangsa pada berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, perilaku kekerasan dan perusakan, kejahatan seksual, pola hidup yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat. Berbagai alternatif penyelesaian telah diajukan seperti peraturan, undang-undang, dan penegakan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi atau mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa seperti itu adalah pendidikan. Oleh karena itu, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 mengambil tema “Implementasi Pembelajaran Inovatif Matematik Dalam Mengambangkan Kemampuan Pedidik dan Peserta Didik untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” yang diselenggarakan di Kampus STKIP Siliwangi Bandung pada tanggal 07 Desember 2016.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi atas penyelenggaraan Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika ini sehingga berhasil dengan baik, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Bapak Ketua STKIP Siliwangi Bandung beserta jajarannya, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika, Steering Committee serta semua panitia yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kekhilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.

(2)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(3)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

iii

SAMBUTAN KETUA PANITIA

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP SILIWANGI BANDUNG

Assalamu’alaikum wr wb,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Bapak, Ibu, dan Saudara/I peserta seminar yang berbahagia.

Dengan senantiasa mengharapkan Rahmat dan Ridho Allah SWT karena telah mempertemukan kita pada acara Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di STKIP Siliwangi Bandung dalam keadaan sehat wal’afiat semoga seminar ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi kita semua, Amiin.

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema, “Implementasi Pembelajaran Matematika Inovatif dalam Mengembangkan Kemampuan Pendidik dan Peserta Didik untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” yang bertujuan 1) untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan (khususnya pendidikan matematika) dalam menerapkan pembelajaran inovatif yang relevan dan bersinergi dengan pendidikan nilai dan karakter khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)., 2) mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau kajian dalam lingkup matematika dan pendidikan matematika, dan 3) membangun kesinambungan antara lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian dalam mengembangkan dan mengaplikasikan karakter dalam pembelajaran matematika menuju masyarakat Indonesia yang bernafaskan Iman, Ilmu, dan Ikhsan. Kegiatan seminar ini diharapkan menjadi kegiatan tahunan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

Panitia seminar mengundang tiga narasumber sebagai pembicara utama, Ketiga orang tersebut adalah Ibu Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si, Bapak Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed, dan Ibu Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo. Ketiga narasumber tersebut akan menyampaikan makalahnya dalam setiap sesi yang berbeda, selain makalah dari ketiga pembicara utama, panitia menerim. makalah dari pemakalah berbagai propinsi untuk dipresentasikan dalam sesi paralel. Seminar ini juga dihadiri oleh peserta pendengar yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Guru dan Praktisi dunia pendidikan.

Seminar ini terselenggara berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ketua STKIP Siliwangi Bandung beserta Jajarannya, Bapak Ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Bapak/Ibu Pengurus Organisasi Profesi Indo-MS yang telah membantu menjadikan seminar ini sebagai agenda resmi kegiatan seminar yang ada di Indo-MS sehingga seminar ini dapat menjadi fasilitator bagi para anggota Indo-MS dalam mempublikasikan karya-karya ilmiah baik hasil penelitian maupun kajian teori pada bidang matematika. Selain itu, kami atas nama panitia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kehilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.

Akhirnya, kami berharap seminar ini dapat memberikan manfaat bagi kita yang hadir disini khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Bandung, 07 Desember 2016 Ketua Panitia

(4)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i KATA SAMBUTAN ... iii DAFTAR ISI ... iv PEMBICARA UTAMA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF MELALUI DESIGN RESEARCH

Oleh : Prof. Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si ... 1

RESILIENSI MATEMATIK(MATHEMATICAL RESILIENCE)

Oleh : Utari Sumarmo ... 23 PEMAKALAH

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN RESILIANASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMA

Oleh : Adi Nurjaman1, Indah Puspita Sari2 ... 43 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING

Oleh : M. Afrilianto1, Tina Rosyana2... 50 PEMBELAJARAN BILANGAN DESIMAL MENGGUNAKAN KONTEKS PENGUKURAN DI

KELAS V

Oleh : Ari Puspita Rahayu 1, Ratu Ilma Indra Putri 2, Darmawijoyo 2 ... 54 PENERAPAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMA

Oleh : Asep Ikin Sugandi... 62 DESAIN PEMBELAJARAN MATERI REFLEKSI MENGGUNAKAN MOTIF KAIN BATIK

UNTUK SISWA KELAS VII

Oleh : Dina Novrika1), Ratu Ilma Indra Putri2) dan Yusuf Hartono2) ... 73 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA SMK DENGAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.

Oleh : Eka Senjayawati ... 88 DESAIN PEMBELAJARAN MATERI MERANCANG MODEL MATEMATIKA DARI MASALAH PROGRAM LINEAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh : Eli Yuliana ………... 95 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN DISKURSIFUNTUK MENGEMBANGKAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND MAHASISWA

Oleh : Elsa Komala... 104 PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME GUNA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS SISWA SMP

Oleh : Eva Dwi Minarti ... 111 TABEL RASIO DAN GRAFIK DALAM DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS PMRI UNTUK

MENGEMBANGKAN PENALARAN PERBANDINGAN (PROPORTIONAL REASONING)

(5)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

v

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIFMATEMATIS SISWA SMADENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DISERTAI STRATEGI WHAT IF

Oleh : Harry Dwi Putra ... 131 PEMBELAJARAN PERKALIAN PECAHAN MENGGUNAKAN PLASTIK MIKA DI KELAS V

Oleh : Helni Indrayati1, Ratu Ilma Indra Putri2, Somakim3 ……… 139 PENGEMBANGAN SOAL OPEN-ENDED PADA POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN

DAN VOLUME BALOK

Oleh : Henry Kurniawan1, Ratu Ilma Indra Putri2, Yusuf Hartono2 ……….. 145 PENGGUNAAN LENGHT MODELSDAN METODE BALANCING PADA PEMBELAJARAN

PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

Oleh: Hermaini1 Ratu Ilma 2, Darmawijoyo3 ... 152 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO UNTUK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MAHASISWA

Oleh: Ika Wahyu Anita ... 161 PENGARUH VISUAL BASIC APPLICATION FOR EXCEL TERHADAP KEMAMPUAN

KREATIF MAHASISWA TENTANG DEFINISI DAN TEOREMA MATEMATIKA

Oleh: Martin Bernard... 167 ANALISA TERHADAP KECEMASAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Oleh: Masta Hutajulu... 176 PENERAPAN PENDEKATAN INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA

Oleh: Maya Siti Rohmah ... 183 PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN

PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION

Oleh: Ratni Purwasih ... 187 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER UNTUK MENGEMBANGKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN OPERASI PERKALIANSISWA SEKOLAH DASAR

Oleh: Siti Chotimah... 197

OPTIMALISASI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

Oleh: Sukasno, Drajat Friansah, & Intiana Hijrah Yumanif ... 202 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOMETRI RUANG MELALUIPROBLEM BASED

LERNING (PBL) BERBANTUAN GEOGEBRA 5.0 UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL-SPATIAL THINKING MAHASISWA

Oleh: Sumarni 1), Anggar Titis Prayitno2) ... 210 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA

MATERI VOLUME KUBUS UNTUK SISWA SMP

Oleh: Tarsudin1, Zulkardi2, Darmawijoyo2 ... 221 OPTIMALISASI PENGGUNAAN VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh: Usman Aripin ... 225 PENERAPAN METODE CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING

TERHADAP DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP

(6)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

vi

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh: Yuliarti Effendy1), Ratu Ilma Indra Putri2), Ely Susanti3) …... 241 PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP

(7)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

vii

PEMBICARA

UTAMA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2015

Program Studi Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

STKIP Siliwangi

(8)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 1

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF

MELALUI DESIGN RESEARCH

(9)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(10)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(11)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(12)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(13)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(14)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(15)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(16)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(17)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(18)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(19)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(20)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(21)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(22)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(23)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(24)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(25)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(26)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(27)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(28)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(29)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

(30)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 23

RESILIENSI MATEMATIK

(MATHEMATICAL RESILIENCE)

Utari Sumarmo, STKIP Siliwangi Bandung utari-sumarmo@dosen.stkipsiliwangi.ac,id

utari.sumarmo@gmail.com

A.

Pendahuluan: Rasional Pentingnya Resiliensi Matematik

Beberapa studi (antara lain Ashcraft, 2002, Baloglu, dan Koçak, 200, dan Hoffman 2010, dalam Johnston-Wilder, Lee, 2010a) menemukan banyak siswa mengalami kesulitan dan ketidaksukaan dalam belajar matematika, misalnya mereka menunjukkan rasa cemas dan menghindar dari kegiatan yang memerlukan penalaran matematik. Rasa cemas dalam belajar matematika juga dilaporkan dalam beberapa studi lain (misalnya, Ashcraft, 2002 and Rodarte-Luna & Sherry 2008, dalam Johnston-Wilder, Lee, 2010a) yang menunjukkan bahwa banyak siswa belajar matematika dengan rasa takut. Demikian pula sejumlah studi menemukan bahwa siswa sekolah menengah masih mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematik (Hulukati, 2006, Mudrikah, 2013, Nurcholis, 2012, Offirston, 2012, Rachmat, 2014, Rohendi, 2009, Yonandi, 2010) dan dalam penalaran matematik (Abdurachman, 2014, Armiati, 2011, Bernard, 2015, Budiyanto, 2014, Herman, 2006, Koswara, 2012, Offirston, 2012, Rosliawati, 2014, Rusmini, 2008, Setiawati, 2014, Supriyanti, 2010). Namun setelah mendapat pembelajaran inovatif yang melibatkan pendidikan nilai dan karakter, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan kemampuan matematik siswa lainnya meningkat dan siswa menunjukkan sikap positif terhadap belajar matematika.

Pada dasarnya, ketika guru memilih dan melaksanakan pendekatan pembelajaran matematika tertentu selain mereka berusaha membantu siswa mengatasi kesulitan mencapai kemampuan matematik, mereka juga berusaha mengembangkan sikap positif terhadap matematika dan belajar matematika. Sikap positif tersebut antara lain termuat dalam rasa percaya diri (self confidence), kemampuan diri (self efficacy), konsep diri (self concept), tekun dan tangguh menghadapi tantangan atau kesulitan dalam belajar matematika. Johnston-Wilder, Lee, (2010a) menamakan sikap tekun dan tangguh tersebut dengan istilah resiliensi matematik (Mathematical Resilience).

Resiliensi matematik diperlukan ketika guru bermaksud mendidik siswa menggunakan matematika, dan berpikir serta bersikap secara matematik dan bukan sekadar memperoleh nilai baik atau lulus ujian matematika saja. Siswa dengan resiliensi yang kuat selain ia akan memiliki kemampuan matematik yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan ujian, yang lebih penting adalah mereka juga memilki keterampilan matematik yang diperlukan di luar sekolah dan berkeinginan menerapkannya kapan saja ketika diperlukan. Pengembangan resiliensi matematik juga memerlukan sikap reflektif dan peka terhadap belajar matematika. Siswa dengan resiliensi matematik yang baik, sadar bahwa andai mereka berpikir keras, berdiskusi dengan temannya, membaca idea-idea matematik dan merefleksi pengetahuan yang diperolehnya, maka mereka juga akan tangguh dan dapat mengatasi hambatan dalam

(31)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

24 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

belajar matematik serta mampu menyelesaikan masalah matematik yang sulit (Johnston-Wilder, Lee, 2010a).

B.

Pengertian Resiliensi Matematik

Beberapa pakar mendefinisikan istilah resiliensi matematik (mathematical resilience) dalam pengertian yang hampir serupa. Dweck (2000, dalam Lee and Johnston-Wilder, 2010a) mengemukakan resiliensi matematik memuat sikap tekun atau gigih dalam menghadapi kesulitan, bekerja atau belajar kolaboratif dengan teman sebaya, memiliki keterampilan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik, dan menguasai teori belajar matematik. Siswa dengan resiliensi matematik yang kuat, akan berhasil baik dalam matematika di sekolah meskipun dalam kondisi yang kurang disenangi. Mereka memiliki sikap: adaptif atau dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan; dapat menghadapi ketidakpastian, masalah dan tantangan; menyelesaikan masalah secara logis dan fleksibel; mencari solusi kreatif terhadap tantangan; bersifat ingin tahu dan belajar dari pengalaman; memiliki kemampuan mengontrol diri; sadar akan perasaannya; memiliki jaringan sosial yang kuat dan mudah memberi bantuan. (Adolphs, R. & Damasio, A. R. 2001, dalam Johnston-Wilder, Lee, Garton, Goodlad, dan Brindley, 2013).

Pakar lain (Newman, 2004, Johnston-Wilder dan Lee, 2010a) mendefinisikan resiliensi matematik sebagai sikap bermutu dalam belajar matematika yang meliputi: percaya diri akan keberhasilannya melalui usaha keras; menunjukkan tekun dalam menghadapi kesulitan; berkeinginan berdiskusi, merefleksi, dan meneliti. Dengan resiliensi tersebut memungkinkan siswa dapat mengatasi hambatan dalam belajar matematik. Pada dasarnya, dalam belajar apapun diperlukan resiliensi. Namun bukan berarti bahwa resiliensi matematik sebagai akibat beragam faktor seperti jenis pembelajaran, hakekat matematika, dan pandangan bahwa kemampuan matematik bersifat tetap (Newman, 2004, Johnston-Wilder, Lee, 2010a). Selanjutnya Johnston-Wilder dan Lee (2010a) mengemukakan bahwa resiliensi matematik memiliki empat faktor yaitu: (a) percaya bahwa kemampuan otak dapat ditumbuhkan; b) pemahaman personal terhadap nilai-nilai matematika; (c) pemahaman bagaimana cara bekerja dalam matematika; dan (d) kesadaran akan dukungan teman sebaya, orang dewasa lainnya, ICT, internet, dan lain-lainnya. Mereka juga mengemukakan bahwa pengembangan resiliensi matematik memerlukan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan sikap di atas tumbuh dan menciptakan suasana kelas matematik yang positif sehingga siswa dapat mengatasi hambatan dalam mencapai konsep-konsep matematika (Lee, Johnston-Wilder, 2013, dalam Lugalia, Johnston-Wilder dan Goodall, 2013)

Selain itu, untuk mengembangkan cara berpikir (mindset), Lee, dan Johnston-Wilder (2013, dalam Lugalia, Johnston-Wilder dan Goodall, 2013), mengemukakan tiga faktor kunci untuk mengembangkan resiliensi matematik yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk: (a) memilih dan menetapkan sesuatu yang akan dikerjakannya selama di kelas; (b) melatih mereka sendiri sebagai bagian dari lingkungannya; dan (c) merasakan dirinya terlibat dalam proses belajar, baik dalam sikap dan nilai. Dalam lingkungan seperti itu, siswa termotivasi bersikap tekun dan gigih dalam menghadapi kesulitan, dan memahami nilai bekerja secara kolaboratif dengan teman sebaya, mencapai kemampuan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik mereka, memeriksa pertanyaan, dan memiliki keyakinan yang tangguh dan efektif serta berusaha lebih keras untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

(32)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 25

Kooken, J., Welsh, M. E., Mccoach, D. B., Johnson-Wilder, S. and Lee, C. (2013) mengkonsepkan resiliensi mattematik sebagai sikap adaptif positif terhadap matematika yang memberi kesempatan siswa tetap melanjutkan belajar matematika meski menghadapi kesulitan. Beberapa faktor sikap positif tersebut di antaranya adalah: nilai, daya juang atau resiliensi dan pertumbuhan. Sikap positif yang kuat seperti di atas akan mendukung siswa bersikap tekun dan gigih menghadapi kesulitan atau hambatan, sedangkan siswa yang rendah sikapnya akan kehilangan sikap tekun dan gigih atau menyerah ketika menghadapi kesulitan. Dengan kata lain, resiliensi matematik merupakan serangkaian sikap yang memberikan respons positif terhadap belajar matematika.

C.

Mengukur Resiliensi Matematik

Berikut ini disajikan contoh kuesioner untuk mengukur resiliensi matematik yang digunakan dalam studi Johnston-Wilder dan Lee (2010b). Kuesioner meliputi beberapa komponen yaitu: a) Pendapat terhadap inteligensi dan belajar secara umum; b) Pendapat terhadap belajar matematika; c) Kepercayaan terhadap belajar matematika .

1.

Pendapat terhadap inteligensi dan belajar dalam pelajaran secara

keseluruhan

1) Pikirkan semua pengalamanmu selama di sekolah dan jawablah pertanyaan berikut. Bubuhkan tanda v pada kalimat yang Anda pandang benar

___ ketika saya mendapat tugas baru di sekolah, biasanya saya mampu mempelajarinya ___ ketika saya mendapat tugas baru di sekolah, saya sering berpikir bahwa saya tidak dapat

mempelajarinya.

Sekarang nyatakan pendapatmu terhadap pernyataan berikut. Bacalah tiap kalimat dan lingkarilah bilangan yang menunjukkan derajat kesetujuan anda terhadap kalimat yang bersangkutan. Ingatlah bahwa tak ada pilihan jawaban anda yang benar atau yang salah 2) Andai saya tahu bahwa saya tidak mampu mengerjakan suatu tugas dengan baik,mungkin

saya tidak akan mengerjakannya meskipun saya harus mempelajarinya.

1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 3) Meskipun saya benci mengakuinya saya kadang-kadang lebih suka mendapat nilai baik

daripada banyak belajar

1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 4) Saya dapat mempelajari pengetahuan baru namun saya tidak dapat mengubah inteligensi

dasar saya.

1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 5) Andaikan saya harus memilih antara memperoleh “nilai baik” dan memperoleh

tantangan di kelas, saya akan memilih:

(33)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

26 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

a. Betul sekali a. Betul sekali b. Betul b. Betul

c. Hampir betul c. Hampir betul

2.

Pendapat terhadap belajar matematika (a)

Bubuhkan tanda V sesuai dengan pendapat anda

___ ketika saya mendapat tugas matematik baru, biasanya saya yakin dapat mempelajarinya ___ ketika saya mendapat tugas matematik baru, seringkali saya berpikir tidak dapat

mempelajarinya

Lingkari nomor yang paling sesuai dengan pendapat anda.

6. Saya akan dapat lebih pandai matematika bila saya bekerja keras.

1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 3.

Pendapat terhadap belajar matematika (b)

Bubuhkan tanda V yang melukiskan pendapat anda. Anda dapat membubuhkan sebanyak yang anda suka. Apapun jawaban anda tidak ada yang salah.

Pendapat 1: Menyelesaikan soal matematik membutuhkan waktu yang lama.

a. Penyelesaian masalah matematika yang perlu waktu lama tidak akan mengganggu saya b. Saya merasa dapat menyelesaikan soal matematika yang memerlukan waktu lama c. Saya dapat mengerjakan soal matematika yang sukar bila saya gigih (tekun)

d. Bila saya tidak dapat menyelesaikan soal matematika dalam waktu singkat, mungkin saya tidak dapat mengerjakannya

e. Bila saya tidak dapat cepat menyelesaikan soal matematika, saya akan berhenti mencoba menyelesaikannya

f. Saya tidak begitu pandai dalam menyelesaikan soal matematika dan perlu beberapa waktu untuk membayangkannya.

Pendapat 2: Mengenai pemahaman matematika

a. Diperlukan waktu yang cukup untuk menemukan alasan bahwa suatu solusi masalah matematika memenuhi

b. Seseorang yang tidak memahami bahwa suatu jawab adalah benar, menunjukkan ia tidak paham masalah yang bersangkutan

c. Untuk menemukan suatu jawab yang benar, adalah penting memahami mengapa jawab tersebut itu benar.

d. Adalah suatu yang tidak penting mengetahui kebenaran suatu prosedur sepanjang memberikan jawab yang benar.

e. Menemukan suatu jawab yang benar adalah lebih penting daripada memahami alasan jawab tersebut benar

f. Adalah tidak masalah apakah saya memahami suatu soal matematika selama saya memperoleh jawab yang benar

Pendapat 3: Mengenai kegunaan matematika

a. Saya mempelajari matematika karena saya tahu manfaatnya b. Memahami matematika membantu saya menjalani hidup c. Matematika adalah mata pelajaran yang berguna dan penting d. Matematika tidak berguna dalam pekerjaan saya

(34)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 27

e. Matematika tidak relevan dengan kehidupan saya f. Belajar matematika menghamburkan waktu.

Berdasarkan pendapat pakar pada Bagian B, Sumarmo (2015) merangkumkan indikator resiliensi matematik sebagai berikut: a) menunjukkan sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan, dan ketidakpastian; b) menunjukkan keinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya; c) memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan; d) menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri; e) memiliki rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, dan memanfaatkan beragam sumber; f) memiliki kemampuan mengontrol diri; sadar akan perasaannya.

Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliensi Matematik yang disusun dengan respons derajat kesetujuan (Model A) dan respons derajat frekuensi terlaksananya kegiatan/perasaan (Model B) seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Butir-butir pernyataan, kegiatan, dan atau perasaan berikut dapat dimodifikasi sesuai dengan kemampuan matematik, konten matematika, serta subyek penelitian yang bersangkutan.

TABEL 1

CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL A)

Petunjuk:

Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan kesetujuan Anda terhadap pernyataan berikut.

Keterangan: SS: Sangat setuju TS : Setuju

S: Setuju STS: Sangat tidak setuju

No. Pernyataan Respons

A. Indikator: Sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras, tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian

SS S TS STS

1. Saya yakin dapat bertahan mempelajari materi matematika yang

sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Saya malas menuliskan rumus yang digunakan pada tiap

langkah penyelesaian soal matematika (-)

3. Saya berusaha mengerjakan sendiri masalah matematika

sampai selesai meski perlu kerja keras (+) 4. Saya percaya dapat memeriksa sendiri kebenaran penyelesaian

soal matematika yang kompleks (+) 5. Saya yakin akan berhasil dalam tes matematika yang akan

datang setelah gagal pada tes sebelumnya (+)

6. Saya ragu dapat menyusun masalah matematika sebaik pekerjaan teman lain (-)

7. Saya menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah

matematik yang beresiko gagal (-) 8. Saya sengaja memilih soal latihan pembuktian matematika

(35)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

28 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

9. Saya frustasi menghadapi ulangan matematika setelah mendapat

nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) 10. Saya berusaha memperbaiki tugas matematika yang belum

sempurnameski perlu kerja keras (+) B. Indikator:berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi

bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya

Ss S TS STS

11. Saya senang menjelaskan penyelesaian tugas matematika yang

sulit kepada teman lain (+) 12. Saya merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang

mengalami kesulitan belajar matematika (-)

13. Saya merasa nyaman berdiskusi matematika dengan teman sebaya yang baru kenal (+)

14. Saya merasa sukar mencari teman untuk diminta bantuan mengatasi kesulitan belajar matematika (-)

15. Saya berusaha menyesuaikan diri ketika belajar matematika di lingkungan baru (+) 16. Saya merasa sungkan menyampaikan kesulitan belajar

matematika kepada teman baru (-) C. Indikator: memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi

kreatif terhadap tantangan

SS S TS STS

17. Saya berani menawarkan gagasan baru ketika belajar kelompok matematika (+)

18. Saya mencoba cara yang berbeda dari contoh yang ada di buku teks matematika (+)

19. Saya merasa lebih aman mengerjakan tugas seperti tugas teman yang pandai matematika (-)

20 Saya menghindar menyelesaikan soal matematika yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-)

21. Saya sengaja memilih soal latihan matematika yang bersifat

open-ended sebagai latihan berpikir kreatif (+)

22. Saya mengelak mengerjakan soal matematika yang menuntut memberi beragam alasan (-)

D. Indikator: Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri,

SS S TS STS

23. Saya berusaha mencari cara baru menyelesaikan ma-salah

matematika ketika gagal dengan cara lama (+) 24. Saya cemas belajar matematika setelah mendapat nilai buruk

dalam ulangan matematika yang lalu (-)

25. Saya berlatih lagi lebih keras setelah salah menyelesai-kan masalah matematika yang sulit (+)

26. Saya berpendapat kegagalan dalam ujian matematika yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)

27. Saya malas menyelesaikan soal pembuktian matema-tika setelah gagal dalam soal pembuktian yang lalu (-)

28. Saya mengerjakan ulang penyelesaian soal matematika yang salah meski perlu waktu lama (+)

29. Semangat belajar menurun setelah kalah dalam seleksi siswa berprestasi matematik antar sekolah (-)

(36)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 29

E. Indikator: Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber

SS S TS STS

30. Saya mencoba membandingkan penjelasan topik matematika yang sama dari beragam buku (+)

31. Saya bosan mempelajari matematika dari beragam buku (-)

32. Saya bersyukur menemukan artikel melalui internet yang relevan dengan tugas matematika saya (+)

33. Saya berpendapat mempelajari beragam buku sumber matematika akan menguatkan pemahaman (+) 34. Saya bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari

beragam buku matematika (-)

35. Saya putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika (-)

36. Saya mencoba merangkum kajian topik matematika tertentu dari beberapa buku sumber yang relevan (+)

37. Saya menghindar mencoba cara baru membuktikan masalah matematik yang belum tahu hasilnya (-)

F. Indikator: memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.

SS S TS STS

38. Saya kesal ketika mendapat kritik keras terhadap pekerjaan matematika saya (-)

39. Saya memahami perasaan teman saya yang gagal menyelesaikan soal matematika yang sukar (+)

40. Saya merasa sulit mengungkapkan pemahaman matematik saya kepada orang lain (-)

41. Saya merasa percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas matematika yang sudah dikerjakan (+)

42. Saya putus asa ketika gagal mempertahankan idea (menyelesaikan soal) matematika di depan kelas (-)

TABEL 2

CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B)

Petunjuk:

Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan SS: Sering sekali JR: Jarang

SR: Sering JS : Jarang sekali A. Indikator: Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak

mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian

SS SR JR JS

1. Merasa yakin dapat bertahan mempelajari materi mate-matika

yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Merasa malas menyertakan rumus yang digunakan pada tiap

(37)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

30 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

3. Berusaha mengerjakan sendiri masalah matematika sampai

selesai meski perlu kerja keras (+) 4. Yakin mampu memeriksa sendiri kebenaran proses

penyelesaian soal matematika yang kompleks (+) 5. Merasa yakin akan berhasil dalam tes matematika yang akan

datang setelah gagal pada tes sebelumnya (+)

6. Merasa ragu dapat menyusun masalah matematika sebaik pekerjaan teman lain (-)

7. Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah

matematik yang beresiko gagal (-) 8. Sengaja memilih soal latihan pembuktian matematika yang sulit

sebagai latihan berpikir (+) 9. Merasa frustasi menghadapi ulangan matematika sete-lah

mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) 10. Berusaha memperbaiki tugas matematika yang belum

sempurnameski perlu kerja keras (+) B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi

bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya

SS SR JR JS

11. Merasa senang menjelaskan penyelesaian tugas matematika

yang sulit kepada teman lain (+) 12. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami

kesulitan belajar matematika (-)

13. Merasa nyaman berdiskusi matematika dengan teman yang baru kenal (+)

14. Merasa sukar mencari teman untuk diminta bantuan mengatasi kesulitan belajar matematika (-)

15. Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar matematika di lingkungan baru (+) 16. Merasa sungkan menyampaikan kesulitan belajar matematika

kepada teman baru (-) C. Indikator : memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi

kreatif terhadap tantangan SS SR JR JS

17. Berani menawarkan gagasan baru ketika belajar kelompok matematika (+)

18. Mencoba cara yang berbeda dari contoh yang ada di buku teks matematika (+)

19. Merasa lebih aman mengerjakan tugas seperti tugas teman yang pandai matematika (-)

20. Menghindar menyelesaikan soal matematika yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-)

21. Sengaja memilih soal latihan matematika yang bersifat open-ended sebagai latihan berpikir kreatif (+)

22. Mengelak mengerjakan soal matematika yang menuntut memberi beragam alasan (-)

D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk

(38)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 31

23. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah

matematika ketika gagal dengan cara lama (+) 24. Merasa cemas belajar matematika setelah mendapat nilai buruk

dalam ulangan matematika yang lalu (-)

25. Berlatih lagi lebih keras setelah salah menyelesaikan masalah matematika yang sulit (+)

26. Berpendapat kegagalan dalam ujian matematika yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)

27. Malas menyelesaikan soal pembuktian matematika setelah gagal dalam soal pembuktian yang lalu (-)

28. Mengerjakan ulang penyelesaian soal matematika yang salah meski perlu waktu lama (+)

29. Merasa semangat belajar menurun setelah kalah dalam seleksi siswa berprestasi mateamatik antar sekolah (-)

E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, mere-fleksi,

meneliti, memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS

30. Mencoba membandingkan penjelasan topik matematika yang sama dari beragam buku (+)

31. Merasa bosan mempelajari matematika dari beragam buku (-)

32. Bersyukur menemukan artikel baru melalui internet yang relevan dengan tugas matematika dihadapi (+)

E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, mere-fleksi,

meneliti, memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS

33. Berpendapat mempelajari beragam buku sumber matematika akan menguatkan pemahaman (+)

34. Merasa bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam buku matematika (-)

35. Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika (-)

36. Mencoba merangkum kajian topik matematika tertentu dari beberapa buku sumber yang relevan (+)

37. Menghindar mencoba cara baru membuktikan masalah matematik yang belum tahu hasilnya (-)

F. Indikator : memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol

diri dan sadar akan perasaannya. SS SR JR JS

38. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap pekerjaan matematika saya (-)

39. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal matematika yang sukar (+)

40. Merasa sulit mengungkapkan pemahaman matematik saya kepada orang lain (-)

41. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas matematika yang sudah dikerjakan (+)

42. Putus asa ketika gagal mempertahankan idea (menyelesaikan soal) matematika di depan kelas (-)

Catatan:1) Pilihan respons netral atau kadang-kadang dapat ditiadakan sesuai dengan keinginan peneliti

2) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 3) Susun skala kembali dengan butir-butir pernyataan/kegiatan/perasaan secara acak

(39)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

32 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Berikut ini disajikan contoh modifikasi Skala Resiliensi Tabel 2 yaitu Tabel 3 yang dikaitkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematik dan problem posing pada konten matriks dan deret pada subyek siswa SMA.

TABEL 3

CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B)

Petunjuk:

Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan SS: Sering sekali JS : Jarang sekali

SR: Sering JR : Jarang

No. Kegiatan, Perasaan, Pendapat Respons

A. Indikator : Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian

SS SR JR JS

1. Merasa yakin dapat bertahan menyelesaikan masalah deret tak

hingga yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Merasa malas menyusun pertanyaan yang relevan untuk soal

penerapan matriks dalam masalah sehari-hari yang sulit (-) 3. Berusaha berlatih menyusun pertanyaan sendiri tentang deret

yang tidak sederhana meski perlu kerja keras (+) A. Indikator : Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak

mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian

SS SR JR JS

4. Merasa yakin mampu merinci langkah-langkah proses

perhitungan penerapan deret dalam geometri (+) 5. Merasa ragu akan berhasil dalam ulangan matriks yang akan

datang setelah gagal pada ulangan sebelumnya (-) 6. Merasa cemas dapat menyusun pertanyaan sebelum

menyelesaikan masalah deret sebaik pertanyaan teman lain (-) 7. Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan soal matriks

yang mungkin gagal (-) 8. Sengaja memilih soal latihan penerapan deret dalam masalah

sehari-hari yang mempunyai beragam cara sebagai latihan

berpikir (+) 9. Merasa frustasi merinci masalah yang kompleks tentang matriks

ke dalam masalah bagiannya yang lebih sederhana (-) 10. Merasa kehabisan akal memperbaiki tugas masalah deret dalam

geometri dengan cara yang tidak biasakarena perlu kerja keras (-)

B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya

SS SR JR JS

11. Merasa senang menjelaskan cara menyusun beragam pertanyaan dari serangkaian informasi tentang matriks yang sulit kepada teman lain (+)

(40)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 33

12. Merasa terganggu membantu teman yang mengalami kesulitan menyatakan suatu pertanyaan ke dalam bentuk pertanyaan lain tentang deret (-)

13. Merasa nyaman berdiskusi penerapan matriks dalam masalah sehari-hari dengan teman yang baru kenal (+) 14. Merasa sukar mendapat teman untuk mengatasi kesulitan

menyusun pertanyaan tentang penerapan deret (-)

15. Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar penerapan deret pada

masalah sehari-hari di lingkungan baru (+) 16. Merasa sungkan menyampaikan kesulitan menyelesaikan soal

deret tak hingga kepada teman baru (-) C.. Indikator : memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi

kreatif terhadap tantangan SS SR JR JS

17. Berani menawarkan gagasan baru tentang penerapan deret ketika belajar kelompok (+)

18. Mencoba mengajukan pertanyaan yang berbeda terhadap serangkaian informasi tentang matriks (+)

19. Merasa lebih aman mengerjakan perhitungan limit yang sulit seperti tugas teman yang pandai matematika (-)

20. Menghindar menyelesaikan soal penerapan deret tak hingga yang memiliki beragam cara penyelesaian (-) 21. Sengaja memilih latihan beragam pertanyaan tentangoperasi

pada matrikssebagai latihan berpikir kreatif (+)

22. Mengelak menyusun pertanyaan lanjutan setelah mendapat solusi masalah deret (-)

D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk

membangun motivasi diri, dan kontrol diri SS SR JR JS

23. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah matriks

setelah gagal dengan cara lama (+) 24. Merasa cemas belajar penerapan deret pada masalah geometri

setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) 25. Berlatih lagi lebih keras setelah salah merinci langkah-langkah

penyelesaian masalah deret disertai aturan yang digunakan (+) 26. Berpendapat kegagalan dalam ulangan matriks yang lalu

menjadi pengalaman berharga (+)

27. Malas merinci suatu masalah deret yang kompleks ke dalam masalah bagian-bangiannya yang lebih sederhana (-)

28. Mengerjakan ulang tugas menyusun pertanyaan tentang matriks yang salah meski perlu waktu lama (+)

29. Merasa semangat belajar menurun setelah gagal dalam ulangan matriks yang lalu (-)

E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi,

meneliti, memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS

30. Mencoba membandingkan uraian tentang penerapan deret dalam geometri yang sulit dari beragam buku (+)

31. Merasa bosan mempelajari matriks dari beragam buku (-) 32. Bersyukur menemukan beberapa artikel melalui internet

(41)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

34 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

33. Berpendapat mempelajari beragam buku sumber tentang matriks akan menguatkan pemahaman (+)

34. Merasa bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam uraian tentang deret tak hingga (-)

35. Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesai-kan tugas penerapan matriks pada masalah sehari-hari (-) 36. Mencoba merangkum kajian penerapan deret dalam masa-lah

geometri dari beberapa buku sumber yang relevan (+) 37. Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah

penerapan matriks yang belum pasti hasilnya (-)

F. Indikator : memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.

38. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap tugas kelompok menyusun pertanyaan tentang deret (-)

39. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal matriks yang sukar (+)

40. Merasa sulit menyatakan pertanyaan tentang penerapan anti turunan ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-) 41. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas tentang

deret yang sudah dikerjakan (+)

42. Putus asa ketika gagal menyusun pertanyaan lanjutan setelah memperoleh solusi kepada teman lain (-)

Catatan: 1) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 2) Susun pernyataan/kegiatan/perasaan sesuai dengan konten dan kemampuan

matematik yang diteliti

Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliensi (Tabel 4) yang berkaitkan dengan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematik pada konten peluang pada subyek siswa SM yang dimodifikasi dari Skala Resiliensi Matematik pada Tabel 3

TABEL 4

CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE)

(MODEL B) Petunjuk:

Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan SS: Sering sekali JS : Jarang sekali

SR: Sering JR : Jarang

No Kegiatan, Perasaan, Pendapat Respons

A. Indikator : Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian dalam berpikir kritis dan kreatif matematik

SS SR JR JS 1. Merasa yakin dapat bertahan latihan mengajukan pertanyaan

tentang kombinasi disertai dengan alasan meski perlu waktu yang lama (+)

2. Menghindar mengajukan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang berbeda ketika belajar permutasi yang sulit (-)

(42)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 35

3. Berusaha mengerjakan sendiri soal penerapan konsep kombinasi dan permutasi sampai selesai meski berbeda dengan jawaban teman dan perlu kerja keras (+)

4. Merasa ragu dapat memeriksa kebenaran tiap langkah proses

perhitungan peluang dua kejadian (-) 5. Merasa takut mempertahankan pendapat sendiri tentang kombinasi

beberapa unsur yang berbeda dengan pendapat teman dalam diskusi kelompok (-)

6. Merasa yakin dapat menyusun pertanyaan mengenai kombinasi dan permutasi sebaik pertanyaan teman lain (+)

7. Berani mencoba cara baru menyelesaikan soal peluang kejadian

yang saling lepas meski beresiko gagal (+) 8. Takut memilih soal latihan memeriksa kebenaran proses

perhitungan peluang beberapa kejadian yang rumit (-) 9. Merasa frustasi mendapat tugas merinci langkah-langkah

menyelesaikan soal peluang disertai dengan aturan yang digunakan (-) 10. Merasa kehabisan akal memperbaiki tugas analogi tentang

kombinasi dan permutasi yang belum sempurnakarena perlu kerja keras (-)

B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya

SS SR JR JS 11. Merasa senang menjelaskan cara menyederhanakan masalah

matematika yang ruwet ke dalam bagian-bagiannya yang lebih sederhana kepada teman baru (+)

12. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami kesulitan menyelesaikan perhitungan peluang kejadian yang tidak sederhana (-)

B. Indikator :berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya

SS SR JR JS 13. Merasa nyaman berdiskusi masalah peluang dalam peristiwa

sehari-hari dengan teman yang baru kenal (+) 14. Merasa sukar mendapat teman untuk mengatasi kesulitan

menyusun pertanyaan tentang kombinasi dan permutasi (-) 15. Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar penerapan kombi-nasi

dan permutasi pada masalah sehari-hari di lingkungan baru (+) 16. Merasa sungkan menyampaikan kesulitan mengidentifikasi data

yang relevan dalam masalah sehari-hari kepada teman baru (-) C. Indikator : memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi

kreatif terhadap tantangan SS SR JR JS

17. Berani menawarkan cara baru menerapkan konsep peluang dalam masalah sehari-hari ketika belajar kelompok (+)

18. Mencoba mengajukan pertanyaan yang berbeda dari serangkaian informasi matematika yang diberikan (+)

19. Merasa lebih aman mengerjakan perhitungan permutasi yang sulit seperti tugas teman yang pandai matematika (-)

20. Menghindar menyelesaikan soal penerapan konsep kombinasi yang memiliki beragam cara penyelesaian (-)

(43)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

36 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

21. Sengaja memilih soal latihan peluang dengan cara yang tidak biasa sebagai latihan berpikir kreatif (+)

22. Mengelak memilih soal latihan peluang dua kejadian yang mempunyai beragam cara penyelesaian (-)

D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk

membangun motivasi diri, dan kontrol diri SS SR JR JS

23. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah kombi-nasi dan permutasi setelah gagal dengan cara lama (+)

24. Merasa cemas belajar penerapan konsep peluang pada masa-lah sehari-hari setelah gagal dalam soal sebelum-nya (-)

25. Merasa semangat belajar menurun setelah gagal dalam memeriksa kebenaran suatu pernyataan kombinasi beberapa unsur (-)

26. Berpendapat kegagalan dalam ulangan peluang yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)

27. Mengerjakan ulang tugas memeriksa kebenaran proses perhitungan peluang yang salah dengan cara lain meski perlu waktu lama (+) E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti,

memanfaatkan beragam sumber SS SR JR JS

28 Mencoba membandingkan penjelasan konsep kombinasi beberapa unsur yang sulit dari beragam buku (+)

29. Merasa bosan mempelajari konsep peluang dari beragam buku (-)

30. Bersyukur menemukan artikel baru melalui internet yang relevan dengan tugas menyusun pertanyaan tentang peluang kejadian yang saling lepas (+)

31. Berpendapat mempelajari beragam buku sumber peluang akan menguatkan pemahaman (+)

32. Merasa bingung mempelajari penjelasan konsep kombinasi yang berbeda dari beragam buku (-)

33. Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas penerapan konsep peluang pada masalah sehari-hari (-)

34. Mencoba merangkum kajian konsep permutasi dan kombinasi dari beberapa buku sumber yang relevan (+)

No. Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri

dan sadar akan perasaannya. SS SR JR JS

35. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap penyelesaian soal kombinasi yang saya kerjakan (-)

36. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal peluang beberapa kejadian yang sukar (+)

37. Merasa sulit menyatakan suatu pertanyaan tentang kombinasi ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-)

38. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas peluang yang sudah dikerjakan (+)

39. Putus asa ketika gagal menjelaskan penyelesaian soal pene-rapan konsep permutasi dan kombinasi kepada teman lain (-)

40. Menghindar menjelaskan cara baru menyelesaikan masalah peluang yang belum pasti hasilnya (-)

Catatan:1) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 2). Susun pernyataan/kegiatan/perasaan sesuai dengan konten dan kemampuan matematik

(44)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 37

yang diteliti

Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliensi Matematik (Tabel 5) yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis, dan problem posing matematik untuk mahasiswa dalam konten Peluang

TABEL 5

CONTOH SKALA RESILIENSI MATEMATIK MATHEMATICAL RESILIENCE)

(MODEL B) Petunjuk:

Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Keterangan Ss : Sering sekali Js : Jarang sekali

Sr : Sering Jr : Jarang

No.

Kegiatan, Perasaan, Pendapat Respons

Indikator : sikap tekun, yakin, dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah dan kegagalan.

Ss Sr Jr Js

1. Bertahan mempelajari materi peluang yang sulit meski dalam waktu

yang lama (+) 2. Menghindar menyelesaikan soal peluang yang disertai dengan alasan

yang relevan (-)

3. Memilih sendiri soal latihan masalah peluang yang rumit meski perlu kerja keras (+) 4. Merasa ragu dapat memeriksa kebenaran proses penyelesaian soal

materi peluang yang non-rutin (-) 5. Merasa yakin akan berhasil baik dalam tes materi peluang yang

akan datang (+)

6. Merasa ragu dapat menyusun pertanyaan dalam materi peluang sebaik pertanyaan teman lain (-)

7. Merasa cemas dapat memeriksa kerelevanan data dalam soal materi

peluang yang kompleks (-) 8. Merasa malas menyertakan rumus/aturan yang digunakan dalam

menyelesaikan soal materi peluang (-)

9. Mengelak memilih soal latihan menyusun pertanyaan yang memiliki

beragam jawab dalam materi peluang (-) A. Indikator : sikap tekun, yakin, dan tidak mudah menyerah

menghadapi masalah dan kegagalan.

Ss Sr Jr Js

10. Berlatih menyusun pertanyaan disertai alasan yang relevan dalam materi peluang (+)

11. Merasa cemas mendapat tugas menyusun masalah berkaitan dengan

pemecahan masalah materi peluang (-) 12. Berusaha menyempurnakan penyelesaian soal peluang yang sulit

meski perlu kerja keras (+) 13. Menghindar mencoba cara penyelesaian soal peluang yang berbeda

dengan contoh dari dosen (-) 14. Menyerah ketika menghadapi tugas memeriksa kebenaran proses

(45)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

38 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

15. Menghindar dari tugas merinci masalah utama ke dalam sub-masalah yang berkaitan dengan materi peluang (-)

B. Indikator : berkeinginan bersosialisasi dan berdiskusi dengan lingkungannya; beradaptasi

SS SR JR JS

16. Merasa cemas menyampaikan kesulitan menyelesaikan soal materi peluang kepada teman (-)

17. Berdiskusi dengan teman kelompok kerja mencari cara baru

menye-lesaikan soal peluang setelah gagal dengan cara yang lama (+) 18. Merasa senang menjelaskan cara menyusun masalah dari

serangkaian informasi dalam materi peluang kepada teman lain (+) 19. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami

kesulitan menyatakan suatu masalah ke dalam bentuk lainnya dalam materi peluang (-)

20. Merasa senang berdikusi membahas beragam pemecahan masalah materi peluang disertai alasan yang relevan(+) 21. Merasa sukar mencari teman untuk memeriksa kebenaran proses

perhitungan yang sulit dalam materi peluang (-) 22. Merasa canggung belajar materi peluang dengan teman yang

pandai dalam materi peluang (-) 23. Merasa nyaman berdiskusi tentang menyusun masalah dalam materi

peluang dengan siapapun (+) 24. Merasa sukar beradaptasi dalam situasi belajar baru ketika memulai

perkuliahan peluang (-)

25. Merasa cocok belajar dengan siapapun untuk menyusun masalah dalam materi peluang (+)

C. Indikator : Memunculkan ide/cara baru dalam menyelesaikan masalah matematik

SS SR JR JS

26. Berani mengemukakan gagasan ketika belajar kelompok memeriksa

kebenaran proses penyelesaian masalah peluang (+) 27. Menghindar mencoba cara yang berbeda dari cara penyele-saian

masalah peluang yang diberikan dosen (-)

28. Menghindar menyelesaikan soal peluang yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-)

29. Mengelak cara baru menyelesaikan soal peluang yang menuntut memberi alasan yang relevan (-)

30. Sengaja memilih beragam soal latihan menyusun masalah dalam materi peluang sebagai latihan berpikir kreatif (+) D. Indikator : Menggunakan pengalaman kegagalan untuk

membangun motivasi diri

SS SR JR JS

31. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan soal peluang setelah

gagal dengan cara lama (+) 32. Merasa cemas atas kegagalan dalam memeriksa kebenaran proses

perhitungan dalam materi peluang yang lalu (-) 33. Berlatih lagi setelah gagal menyusun masalah dalam materi peluang

(+)

34. Berpendapat kegagalan dalam tes dalam materi peluang yang lalu menjadi pengalaman berharga (+)

35. Menjadi malas menyusun masalah materi peluang setelah gagal dalam tugas yang lalu (-)

(46)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 39

36. Mengerjakan ulang soal menyusun perkiraan dalam materi peluang yang salah (+)

37. Menghindar tugas memeriksa kebenaran pernyataan dalam materi

peluang setelah salah dalam tugas sebelumnya (-) 38. Merasa semangat belajar menurun ketika gagal menyatakan suatu

masalah ke bentuk masalah lainnya dalam materi peluang (-) 39. Terdorong belajar lebih keras setelah gagal merinci pertanyaan

utama ke dalam sub-pertanyaan tentang materi peluang (+) E. Indikator : Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti,

memanfaatkan beragam sumber

SS SR JR JS

40. Merasa senang membandingkan penjelasan materi peluang yang sama dari beragam buku (+)

41. Berpendapat bahwa mempelajari materi peluang dari beragam buku

adalah memboroskan waktu (-) 42. Mengucap syukur menemukan penjelasan baru tentang materi

peluang melalui internet (+) 43. Merasa putus asa mencari sumber yang relevan untuk tugas

menyusun makalah dalam materi peluang (-)

44. Merasa bingung mempelajari penjelasan materi peluang yang berbeda dari beragam buku sumber (-)

F. Indikator : memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.

SS SR JR JS

45. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap penyelesaian soal peluang yang sudah dikerjakan (-)

46. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal peluang beberapa kejadian yang sukar (+)

47. Merasa sulit menyatakan suatu pertanyaan tentang peluang ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-)

48. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas peluang yang sudah dikerjakan (+)

49. Putus asa ketika gagal menjelaskan penyelesaian soal pene-rapan konsep permutasi dan kombinasi kepada teman lain (-)

50. Menghindar menjelaskan cara baru menyelesaikan masalah peluang yang belum pasti hasilnya (-)

Daftar Pustaka

Abdurachman, D. (2014). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi serta Disposisi Matematik Siswa SMP melalui Pembelajaran inkuiri Terbimbing. Tesis pada Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Armiati. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi Matematis, dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Bernard, M. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Serta Disposisi Matematik Siswa SMK dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Game Adobe Flash Cs 4.0. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi. Tidak diterbitkan.

(47)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

40 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Budiyanto, A.M. (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir logis dan kreatif matematik serta kemadirian belajar siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Tesis magister pada Program Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung. Sebagian tesis dipublikasikan dalam International Journal of Education Vol.8, No. 1. Desember 2014. pp 54-63. Graduate School, Indonesia University of Education.

Herman, T. (2006) . Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

Hulukati, E. (2006). Mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP melalui pembelajaran generatif. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. tidak dipublikasi.

Johnston-Wilder, S. & Lee, C. (2010a). “Mathematical Resilience”. Mathematics Teaching, 218, 38–41.

Johnston-Wilder, S. & Lee, C. (2010b). Developing Mathematical Resilience. Paper presented at the BERA annual conference at Warwick University.

Johnston-Wilder,S., Lee, C., Garton, E. , S. Goodlad, J. Brindley ,(2013). Developing Coaches For Mathematical Resilience. Laporan suatu Proyek Percobaan Penelitian

Joubert, M. (Ed.) Proceedings of the British Society for Research into Learning Mathematics

28(3), November 2008. From Informal Proceedings 28-3 (BSRLM) available at bsrlm.org.uk © the author – 54. Does Articulation Matter when Learning Mathematics?

Kooken, J., Welsh, M. E., Mccoach, D. B., Johnson-Wilder, S. and Lee, C. (2013).

Measuring mathematical resilience: an application of the construct of resilience to the study of mathematics. In: American Educational Research Association (AERA) 2013 Annual Meeting: Education and Poverty: Theory, Research, Policy and Praxis, 27 April - 1 May 2013, San Francisco, CA, USA.

Koswara, U. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Program Autograph”. Tesis pada PPS UPI Bandung. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan Vol VI. No.2, 125-131, July 2012

LugaliaM., Sue Johnston-Wilder, S. and Goodall, J.(2013), The Role of ICT in Developing Mathematical Resilience in Learners. Laporan Penelitian di The University of Warwick, Institute of Education, Coventry (UNITED KINGDOM).

Mudrikah, A. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa SMA. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. tidak dipublikasi.

(48)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 41

Mulyana, A. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masala. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung. Tidak diterbitkan.

Nurcholis, E. (2012). Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA melalui Pendekatan Berbasis Masalah Berbantuan Komputer. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan Vol VI. No.2, 125-131, July 2012.

Offirston. T. (2012). “Pendekatan Inkuiri Berbantuan Software Cinderella untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTs” Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikanVol VI. No.2, 101-106, July 2012

Rachmat, U,S. (2014). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik serta Kepercayaan Diri Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual berbantuan Mathematical Manupulative. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung, tidak dipublikasi.

Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah. Matematik: Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

Rusmini, (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa SMP melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Cabri Geometry II.

Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Setiawati, E. (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Habit of

Mind Matematis, melalui Pembelajaran berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Supriyanti, N. R. (2010). Keefetifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams A Chievement Division (STAD) Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas X. Semarang: Under Graduates Thesis Universitas Negeri Semarang.

Yonandi (2010). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

(49)

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

42 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

PEMAKALAH

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2015

Program Studi Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

STKIP Siliwangi

Gambar

Tabel 1.   Statistik Deskriptif
Gambar 1. Menuliskan data berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Gambar 3. Jawaban Siswa pada Permasalahan Kedua
Gambar diatas menunjukkan siswa beriskusi mengamati beberapa motif kain batik yang akan  dientukan hasil bayangannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh kebiasaan buruk (Bad Habits) terhadap kualitas hidup, dimana kualitas hidup kelompok anak yang memiliki

PESERTA SELEKSI CALON PENYELENGGARA SHORT COURSE METODOLOGI PENELITIAN DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM TAHUN 2013. Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this

Sistem Informasi Buku Induk Siswa merupakan suatu sistem informasi yang dirancang untuk memberikan kemudahan dalam input data siswa khususnya pada SMPN 1 Kecamatan Ngebel

Karena kata istriku digunakan menyatakan suatu hal yang sudah jelas tetapi tetap di beri tambahan kata kekasihku untuk mempertegas maksudnya.. Pleonasme لاوسع

Hasil penelitian menujukkan bahwa penambahan enzim fitase dalam pakan buatan berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, pemanfaatan pakan (rasio efisiensi

Hasil pengamatan difraksi sinar X pada paduan TiAl yang diimplantasi ion Y pada energi 100 keV dan dosis ion 2,98×10 15 ion/cm 2 setelah proses oksidasi pada suhu 800 °C

perilaku ibu dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia 3-6 tahun di Desa. Karangduren Kecamatan

Kereta Api Indonesia Daerah Operasi IV Semarang terhadap penumpang kelompok rentan berupa fasilitas-fasilitas dan layanan yang disediakan bagi penumpang kelompok rentan di