• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Koefisien Kontingensi

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 76-80)

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .572 .000

N of Valid Cases 38

Adapun hipotesis yang akan diuji diformulasikan sebagai berikut :

Ho : Tidak Terdapat asosiasi antara kemampuan Pemecahan masalah dengan Disposisi matematis

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

70 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

H1 : Terdapat Asosiasi antara kemampuan Pemecahan masalah dengan Disposisi matematis

Berdasarkan hasil pada Tabel 8 didapat nilai sign. = 0,000 < 0,05 jadi Ho ditolak artinya terdapat asosiasi antara kemampuan pemecahan masalah dengan disposisi matematis siswa, sedangkan dari Tabel 8 Koefisien kontinegnsi C= 0,572 dan Cmak = 0.816. Jadi didapat C = 0,69 C mak, yang termasuk dalam kriteria cukup tinggi.

C. Pembahasan

Dari hasil pengolahan data didapat bahwa kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan berbasis masalah lebih baik dari pada pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

a) Dilihat dari sajian Bahan ajar

Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk permasalahan, memungkinan siswa untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan konsep, prosedur, serta prinsip dalam metematika melalui suatu aktivitas belajar secara bervariasi meliputi kegiatan yang bersifat individual, kelompok maupun kelas. Setiap kegiatan yang dikembangkan diawali dengan sajian masalah yang berfungsi sebagai salah satu stimulus dan pemicu siswa untuk berpikir. Berarti masalah bertindak sebagai kendaraan proses belajar untuk mencapai tujuan. Konsep pembelajaran seperti itu, dapat memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi, investigasi dan pemecahan masalah. Pada saat melakukan eksplorasi dan investigasi siswa berusaha mengaitkan suatu konsep matematika dengan konsep yang lainnya dan mampu merumuskan suatu konsep dengan kata-katanya sendiri. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

b) Dalam fase model pembelajaran berbasis masalah ini banyak mengharuskan mereka untuk saling bertukar pikiran sehingga melatih kemampuan berpikir yang mereka miliki. Dimulai dari orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Langkah pertama adalah orientasi siswa pada masalah. Pada langkah ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang diperlukan selama pelajaran serta memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah dengan contoh situasi masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah guru mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada langkah ini guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah, hal ini sesuai dengan langkah pada pemecahan masalah yaitu memahami masalah, pada tahap ini siswa dibimbing untuk mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Langkah selanjutnya membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Dalam langkah ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa, siswa dituntun untuk membuat rencana penyelesaian masalah yang dihadapi, hal ini sesuai dengan langkah pemecahan masalah yang

Langkah selanjutnya adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Dalam tahap ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan bimbingan dari

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 71 guru dan kelompok lain menanggapi. Melalui proses pembelajaran ini, siswa akan terlibat aktif dan diberikan kesempatan untuk melaksanakan penyelesaian dengan cara memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum dan melakukan pembuktian bahwa langkah yang dipilih sudah benar, hal sesuai dengan langkah pemecahan masalah yaitu melakukan perhitungna.

Langkah yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada langkah ini, guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi serta mengklarifikasi hasil diskusi kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan langkah pemecahan masalah yang keempat yaitu memeriksa kembali hasil.

Dari uraian di atas jelas bahwa langkah –langkah dalam pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah, Dalam situsi seperti itu kemampuan pemecahan matematis siswa tergali secara maksimal, karena siswa akan menfaatkan kemampuan kognitifnya dalam upaya mencari solusi dan konfirmasi terhadap pengetahuan yang ada dalam pikiran mereka.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan pemecahan matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan berbasis masalah lebih baik dari pada pendekatan biasa dilihat dari keseluruhan dan TKAS.

2. Disposisi matematis siswa siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan berbasis masalah lebih baik dari pada pendekatan biasa dilihat dari keseluruhan dan TKAS

3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan TKAS terhadap kemampuan pemecahan matematis.

4. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan TKAS terhadap disposisi matematis siswa

5. Terdapat asosiasi yang cukup tinggi antara kemampaun pemecahan masalah matematis siswa dengan disposisi matematis siswa.

E. Saran-Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai beikut : 1. Seyogyanya para guru dapat menerapkan pendekatan berbasis masalah dalam

pembelajaran matematika khususnya untuk topik-topik terpilih dan esesnsial dalam matematika guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk tingkat sekolah yang lain dan kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya.

Daftar Pustaka

Hendriana, H dan Sumarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung : Refika Aditama

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi. UPI Bandung : Tidak Dipublikasikan.

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

72 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Sumarmo, U. (2012). Bahan Belajar Mata Kuliah Proses Berpikir Matematik Program S2 Pendidikan Matematika.Diktat Kuliah. Bandung : STKIP Siliwangi Bandung.

TIMSS. International Student Achievement in Mathematics. http://timss.bc.edu/timss 1999i/pdf/T99i_math_01.pdf. 1999.

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 73

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI REFLEKSI

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 76-80)