Scientific Disertai Strategi What If Not NOT
1. Pendahuluan Latar belakang
Kemampuan berpikir matematis menjadi fokus dalam pembelajaran matematika di sekolah. Guru mestinya memfasilitasi siswa agar dapat melatih kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa, salah satunya adalah kemampuan berpikir reflektif matematis. Garrison, et al (2004) menyatakan bahwa apabila kemampuan berpikir reflektif dikembangkan pada siswa, mereka akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir terbuka, toleran terhadap ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan berpikir secara mandiri.
Namun, hasil penelitian Nindiasari (2011) pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa hampir 60% siswa belum memberikan hasil memuaskan dalam mengerjakan soal-soal yang memuat indikator proses berpikir reflektif matematis. Ini menunjukkan bahwa tes kemampuan berpikir reflektif matematis jarang
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
132 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
dilatihkan guru pada siswa. Menurut Herman (2012) bahwa tugas matematika yang diberikan kepada siswa harus dapat membuat siswa melakukan aktivitas mengamati dan mengeksplorasi fenomena-fenomena matematika sehingga menuntut siswa berpikir secara optimal sesuai kemampuannya.
Dalam kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini menekankan guru menggunakan pendekatan scientific dalam pembelajaran. Dalam pendekatan scientific terdapat aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyimpulkan (Kemdikbud, 2013). Berdasarkan wawancara dengan tiga guru di SMAN Cimahi, siswa kesulitan dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang dihadapi. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan strategi what if not dengan cara mengubah informasi atau data, menambah informasi pada data, mengubah nilai data yang ada dengan pertanyaan yang sama, dan mengubah pertanyaan dengan data yang sama.
Melalui strategi ini siswa dapat membuat pertanyaan berdasarkan permasalahan yang mereka hadapi dan melakukan refleksi untuk memeriksa kebenaran dari jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengingat begitu pentingnya kemampuan berpikir reflektif untuk dilatihkan pada siswa, perlu disusun instrumen untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa SMA melalui pendekatan scientific disertai strategi what if not.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan instrumen kemampuan berpikir reflektif matematis pada siswa SMA dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan tersusunnya instrumen kemampuan berpikir reflektif matematis siswa SMA dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not..
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan pihak yang terkait untuk menggunakan instrumen ini dalam mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa sekolah menengah pada materi aturan pencacahan. Selain itu, siswa menjadi berkembang kemampuan berpikir matematis tingkat tingginya dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir reflektif matematis.
2. Metode Penelitian
2.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan instrumen untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Instrumen yang disusun divalidasi oleh tim ahli. Instrumen yang telah valid diujicobakan di tiga sekolah menengah dengan peringkat tinggi, sedang, dan rendah, yaitu SMAN 2, 3, dan 4 Cimahi.
2.2. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah dua orang tim ahli yang akan memvalidasi instrumen, tiga guru yang mengajar matematika di masing-masing sekolah menengah untuk diwawancara, dan sepuluh siswa kelas XII yang telah mempelajari materi aturan pencacahan untuk uji coba instrumen.
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 133
2.3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan instrumen, serta uji ahli dan terbatas. Studi pendahuluan bertujuan untuk menelaah teori tentang kemampuan berpikir reflektif matematis, pendekatan scientific, dan strategi what if not. Pada tahap pengembangan tersusun instrumen yang sesuai dengan kajian teori yang dirujuk.
2.4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari silabus mengenai materi aturan pencacahan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan scientific disertai strategi what if not, dan tes kemampuan berpikir reflektif matematis. Untuk memperoleh seperangkat instrumen yang valid digunakan pedoman wawancara, catatan lapangan, dan lembar penilaian. Pedoman wawancara untuk mewawancarai guru dalam memperoleh masukan terhadap instrumen. Catatan lapangan untuk mencatat masukan dari guru dan siswa terhadap instrumen yang digunakan. Lembar penilaian untuk memperoleh nilai dari dua orang tim ahli sebagai validator terhadap layak atau tidaknya instrumen yang dipakai. Tes digunakan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari kelima butir soal.
2.5. Teknik Analisis Data
2.5.1. Data Pedoman Wawancara dan Catatan Lapangan..
Dianalisis dengan memisahkan data yang penting dan tidak penting serta menyusun data untuk diinterpretasikan sebagai pedoman melakukan perbaikan instrumen
.
2.5.2. Lembar penilaian.
Dianalisis dengan mengklasifikasi pilihan kedua validator pada masing-masing butir penilaian untuk melihat layak atau tidaknya instrumen. Rumus yang digunakan untuk menentukan kelayakan instrumen (Purwanto, 2010), yaitu:
100% k N Nk Keterangan: N : Persentase aspek k : Jumlah nilai dari aspek
Nk : Jumlahnilai yang harus dicapai Kriteria kelayakan ditetapkan, sebagai berikut: Sangat layak : 83,5% - 100%
Layak : 64% - 83% Cukup layak : 44,5% - 63% Tidak layak : 25% - 44%
2.5.3. Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis.
Tes yang telah diujicobakan pada siswa dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran denganrumus (Ruseffendi, 2005). Untuk menentukan validitas butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:
2
2 2 2 xy N XY X Y r N X X N Y Y Keterangan:X : Nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan ΣX : Jumlah nilai-nilai X
ΣX² : Jumlah kuadrat nilai-nilai X
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
134 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
ΣY : Jumlah nilai-nilaiY
ΣY² : Jumlah kuadrat nilai-nilai Y
XY : Perkalian nilai-nilai X dan Y perorangan ΣXY : Jumlah perkalian nilai X dan Y
N : Banyaknya pasangan nilai
Kriteria validitas butir soal ditetapkan, sebagai berikut: Sangattinggi : 0,90 rxy 1, 00
Tinggi : 0, 70rxy 0,90
Sedang : 0, 40rxy 0, 70
Rendah : 0, 20rxy 0, 40
Sangatrendah : 0, 00rxy 0, 20
Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus, sebagai berikut:
2 2 2 1 j i p j DB DB b r x b DB dengan 2 2 2 i i i X X DB N N dan 2 2 2 j Y Y DB N N Keterangan:
: Koefisien reliabilitas tes
b : Banyaksoal
: Variansi skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan
: Variansi skor soal tertentu (soal ke-i)
∑ : Jumlah variansi skor seluruh soal menurut skor soal tertentu Kriteria reliabilitas tes ditetapkan, sebagai berikut:
Sangattinggi : 0,90 rp 1, 00
Tinggi : 0, 70 rp 0,90
Sedang : 0, 40 rp 0, 70
Rendah : 0, 20 rp 0, 40
Sangatrendah : 0, 00 rp 0, 20
Untuk menentukan daya pembeda butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:
A B p A JB JB D JS SMI Keterangan:
Dp : Indeks daya pembeda : Jumlah skor kelas atas
Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 135 JSA : Jumlah skor kelas atas atau bawah(25% dari jumlah seluruh peserta tes) SMI : Skor maksimal ideal
Kriteria daya pembeda butir soal ditetapkan, sebagai berikut: Sangatbaik : 0, 70 Dp 1, 00
Baik : 0, 40Dp 0, 70
Sedang : 0, 20Dp 0, 40
Kurangbaik : 0, 00Dp 0, 40
Tidakbaik : Dp 0, 00
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus, sebagai berikut:
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
: Banyaknya jawaban benar kelompok atas
: Banyaknya jawaban benar kelompok bawah
JSA : Jumlah skor kelas atas atau bawah(25% dari jumlah seluruh peserta tes) SMI : Skor maksimal ideal
Kriteria tingkat kesukaran butir soal ditetapkan, sebagai berikut: TerlaluSukar : Ik 0, 00
Sukar : 0, 00Ik 0, 30
Sedang : 0, 30Ik 0, 70
Mudah : 0, 70Ik 1, 00
TerlaluMudah : Ik 1, 00