• Tidak ada hasil yang ditemukan

STKIP Siliwangi

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 50-53)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi resiliansi (sikap mempertahankan) dan kemampuan matematika siswa yang masih kurang dalam pembelajaran ini didasakan kepada emosional dan karakter yang ditunjukan oleh dirinya sendiri. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan disain kelompok kontrol pretes-postes yang melibatkan paling tidak dua kelompok. Metode eksperimen digunakan karena ada pemanipulasian perlakuan, dimana kelas yang satu mendapat pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang lain mendapat pembelajaran dengan cara biasa, pada awal dan akhir kedua kelas diberi tes. Pencapaian dan peneningkatan kemampuan pemahaman matematik dan resiliansi matematik siswa SMA yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan cara biasa. Terdapat asosiasi antara kemampuan pemahaman matematik dengan resiliansi matematik.

Kata Kunci : Pemahaman Matematik, Pembelajaran Berbasis Masalah, Resiliansi Matematik

A. Pendahuluan

Sikap siswa dalam melakukan pembelajaran berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya ini didasakan kepada emosional dan karakter yang ditunjukan oleh dirinya sendiri. Membangun sikap siswa yang tangguh tentu saja memerlukan waktu yang tidak sedikit begitu pula dengan perlakuan yang pasti akan berbeda untuk setiap siswa. Johnston-Wilder, S., & Lee, C. (2010) mengemukakan, ketahanan (resiliansi) sangatlah diperlukan untuk membangun mental yang baik untuk menghadapi hambatan dalam matematik.

Sikap positif seperti itulan yang sangat diperlukan oleh siswa ini bertujuan untuk mengatasi setiap kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh siswa. Kemampuan resiliansi menunjukan bahwa bagaimana sikap siswa dalam mempertahakannya. Dweck (Johnston-Wilder, S., & Lee, C.(2010)) mengemukakan, resiliansi metematik memuat sikap tekun atau gigih dalam menghadapi kesulitan, bekerja atau belajar kolaboratif dengan teman sebaya, memiliki keterampilan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik dan menguasai teori belajar matematik. Ini berbading lurus dengan siswa yang resiliansi kuat akan berhasil baik dalam menghadapi masalah matematik di sekolah ataupun pada kondisi yang kurang disenangi.

Selain itu, dalam membangun sikap siswa yang tangguh tentu saja diperlukan kemampuan pemahaman yang baik pula sehingga tercipta harmonisasi antara sikan dengan kemampuan pemahaman matematik. Polya (Ahmad, 2005 : 15) dengan jelas menyatakan bahwa tahapan pertama dalam memecahkan masalah matematika adalah memahami masalah matematika itu sendiri. Salah satu model pembelajaran yang dapat menunjang proses kreatif matematis

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

44 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

siswa adalah pembelajaran berbasis masalah, baik masalah sehari-hari maupun masalah matematika. Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk berfikir secara logis, rasional dan kreatif

Dewey (Trianto, 2007:67) “belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistim saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dapat dicari pemecahannya dengan baik

Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Resilianasi dan Pemahaman Matematik Siswa SMA. Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah pencapaian dan peningkaan resiliansi dan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada cara biasa?, Apakah ada asosiasi antara kemampuan pemahaman matematik dengan resiliansi matematik Siswa SMA?

B. Kajian Teori

1. Resiliansi Matematik

Dalam beberapa istilah para pakar memberikan pengertian tentang resiliansi Dweck (Sumarmo, 2016) mengemukakan resiliansi matematik memuat sikap rekun atau teguh dalam mengahadapi kesulitan, bekerja atau belajar kolaboratif dengan teman sebaya, memiliki keterampilan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik, dengan menguasai teori belajar matematik. Newman (Sumarmo, 2016) sebagai sikap bermutu dalam belajar matematik yang meliputi: percaya diri akan keberhasilannya melalui usaha keras, menunjukan tekun dalam menghadapi kesulitan, berkeinginan berdiskusi, merefleksi, dan meneliti.

Johnston-Wilder, S., & Lee, C.(2010) mengemukakan bahwa resiliansi matematik memiliki empat indicator: 1) percaya bahwa kemampuan otak dapat ditumbuhkan, 2) pemahaman personal terhadap nilai nilai matematik, 3) pemahaman bagaimana cara bekerja dalam matematika, dan 4) kesadaran akan dukungan teman sebaya.

2. Pemahaman Matematik

Pemahaman matematik adalah ranah kemampuan kognitif yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

Ruseffendi (2006:221). Dinyatakan, ada tiga macam pemahaman, a) Pengubahan (translation) misalnya mengubah soal kata-kata ke dalam symbol dan sebaliknya, b) Pemberian arti (interpretation) misalnya mampu mengartikan suatu kesamaan, c) Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation) misalnya mampu memperkirakan suatu kecenderungan dari diagram.

Polya (Sumarmo, 2012:6) membedakan empat jenis pemahaman, 1) Pemahaman mekanikal : dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana, 2) Pemahaman induktif: dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa, 3) Pemahaman rasional: dapat membuktikan

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 45 kebenaran sesuatu, 4) Pemahaman intuitif: dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik.

Kemampuan siswa dalam pemahaman matematik memiliki indikator tertentu. NCTM (Hendriana. 2009:17) menyatakan, Pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari: (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) Menggunakan model, diagram dan symbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah salah satu pendekatan yang efektif dalam proses berfikir. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan kepada suatu permasalaha yang memerluakan penyelesaian yanh baik sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal. Arens (Trianto, 2007) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah: 1) pengajuan pertanyaan, 2) fokus pada keterkaitan ilmu, 3) penyelidikan yang autentik, 4) dapat mengahasilkan serta memperlihatkan hasil karya, 5) belajar berkolaborasi.

Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam membantu guru untuk memberikan berbagai informasi sebanyak banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri (Triantio, 2007).

Dalam perkembangannya pembelajarn berbasis masalah memeiliki kelebihan dan kekurangan menurut Sudjana (Trianto, 2007) kelebihan pembelajaran berbasis masalah 1) realistic, 2) konsep yang sesuai, 3) memupuk inquiry, 4) memupuk kemampuan problem solving, selain itu terdapat pula kekuranganya 1) persiapan pemebelajaran yang kompleks, 2) sulit mencari permasalahan yang rekevan, 3) terjadi salah konsep, 4) waktu yang panjang.

C. Hasil dan Pembahasan

1.

Hasil Penelitian

Tabel 1.1

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Kemampuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes % Postes % Gain Pretes % Postes % Gain

Pemahaman Matematik 7.83 30.05 17.58 69.95 0.79 5.17 29.10 14.28 61.40 0.64 s 1.45 2.23 0.17 1.34 2.87 0.13 SMI 20 1 20 1 Resiliansi 77.83 67 72.48 63 s 9.72 9.22 SMI 120 120

Terlihat pada Tabel 1.1 rata-rata skor pretes kemampuan pemahaman matematik kelompok eksperimen 7.83 dan kelompok kontrol 5.17. Dari kedua skor tersebut terlihat bahwa selisih rata-rata antara kedua kelompok tersebut adalah 2.66 yang artinya rata-rata skor kemampuan pemahaman matematik kedua kelas tidak jauh berbeda. Simpangan baku rata-rata pretes

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

46 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

kemampuan pemahaman matematis kelompok eksperimen 1.45 sedangkan kelompok kontrol 1.34. Selisih simpangan baku antara kedua kelompok tersebut adalah 0,11 yang berarti kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki sebaran data yang relatif sama. Dilihat dari persentase rataan skor pretes kemampuan pemahaman matematis kelompok eksperimen 30.05% dan kelompok kontrol 29.10%, yang artinya persentase kemampuan pemahaman matematik kelompok eksperimen sedikit lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

Selanjutnya rata-rata nilai postes kemampuan kreatif matematis kelompok eksperimen adalah 17.58 dan kelompok konrol 14.28 menunjukkan selisih 3.30 yang berarti ada perbedaan antara rata-rata kemampuan pemahaman matematik kedua kelompok tersebut setelah diberi perlakuan. Dilihat dari simpangan baku rata-rata postes kemampuan kreatif matematis kelompok eksperimen 2.23sedangkan kelompok kontrol 2.87 berarti sebaran data kelompok kontrol lebih besar daripada kelompok eksperimen. Setelah diberi perlakuan, persentase rataan skor postes kemampuan kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing menjadi 69.95% dan 61.40% yang artinya persentase kemampuan pemahaman matematik kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan persentase kelompok kontrol

Tabel 1.2

Analsis Data Pretes Kemampuan Pemahaman Matematik

Kelas

St.

Dev

Normalitas

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 50-53)