• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIS MATEMATIS MAHASISWA

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 168-174)

Ika Wahyu Anita

Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung anita.iw2013@yahoo.com

ABSTRAK

Studi ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa calon guru saat menghadapi mata kuliah analisis, sehingga perlu dikembangkan sebuah pembelajaran yang diharapkan mampu mendorong mahasiswa aktif dan kooperatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Studi ini berbentuk penelitian tindakan kelas ini disusun dalam tiap lima kali pertemuan untuk setiap siklusnya.Sampel diambil pada mahasiswa calon guru pendidikan matematika yang menempuh mata kuliah Struktur Aljabar di STKIP Siliwangi Bandung. Instrumen penelitian berupa tes berbentuk uraian dan angket tertutup. Studi ini menunjukkan bahwa pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Twoberhasil memunculkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, serta menunjukkan antusiasme mahasiswa dalam berpatner mempelajari mata kuliah.

Kata kunci: The power of two, Berpikir Kritis Matematis

1. Pendahuluan

Efek berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah makin dirasakan saat ini. Tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi makin nyata, terutama oleh para lulusan perguruan tinggi. Seseorang akan survive bersaing dengan tenaga ahli dari dalam dan luar negeri, apabila ia menguasai tidak hanya ilmu pengetahuan secara teoritis. Penguasaan terhadap skilldan pengalaman sangat dibutuhkan, selain itu kematangan pola pikir yang akan berpengaruh pada bagaimana seseorang mengambil keputusan dan berprilaku. Hal ini yang melatarbelakangi Perpres RI no.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang menyatakan bahwa kualitas lulusan yang dihasilkan harus sesuai dengan pencapaian pembelajaran lulusan.Setiap universitas dan sekolah tinggi harus membekali mahasiswa lulusannya tidak hanya dengan ilmu secara teoritis, namun juga ketrampilan, konsep pola pikir yang matang dan penguasaan lapangan Menyesuaikan dengan arahan KKNI, program studi pendidikan matematika STKIP Siliwangi Bandung menyusun misi yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menghasilkan tenaga pengajar yang memiliki kompetensi, berdaya saing nasional, mampu mengembangkan diri, tanggap dan dapat mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perubahan dan kemajuan IPTEK khususnya yang menyangkut pendidikan matematika (Tim SPMI, 2014). Misi ini yang harus senantiasa dijadikan patokan bagi dosen untuk mengajar. Perkuliahan harus diarahkan salah satunya untuk membentuk pola pikir mahasiswa sehingga berpengaruh pada kemampuan untuk menjadi problem solve

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

162 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Setiap mata kuliah yang diajarkan seyogyanya mahasiswa terus didorong untuk mampu mengembangkan pola pikirnya hingga pada tahap berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking). Mata kuliah Struktur Aljabar adalah salah satu mata kuliah yang menuntut mahasiswa untuk mampu menganalisis dan menemukan pembuktian dan penyelesaian merujuk pada konsep-konsep berupa definisi, aksioma, dan teorema, bukan sekedar penggunaan rumus dan melakukan perhitungan operasional, sehingga perlu penajaman proses berpikir kritis matematis. Hal ini sejalan dengan yang tertuang dalam tujuan pembelajaran BSNP bahwa matematika digunakan sebagai cara bernalar (berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama) (Hidayat, 2012).

Konsep berpikir kritis yang diambil pada penelitian ini sejalan dengan pendapat Sumarmo (2012) bahwa berpikir kritis adalah berpikir evaluatif yang melibatkan kriteria yang relevan dalam mengakses informasi disertai dengan ketepatan, relevansi, kepercayaan, konsistensi dan konsep bias. Berpikir kritis ini dimungkinkan akan efektif jika dilakukan dengan pembelajaran dalam kelompok kecil. Selanjutnya Sumarmo pada tulisan yang sama juga menyebutkan indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: 1) memusatkan pada suatu pertanyaan, 2) menganalisa argumen, 3) bertanya dan menjawab untuk klarifikasi, 4) menggunakan sumber yang terpercaya, 4) menggunakan sumber terpercaya, 5) mengamati dengan kriteria, 6) deduksi da induksi, 7) membuat pertimbangan, 8) bertanya secara jelas dan beralasan, 9) berusaha memahami dengan baik, 10) menilai sesuatu secara menyeluruh, 11) tetap relevan ke masalah pokok, 12) berusaha mencari alternatif.

Pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Two merupakan pembelajaran yang menunjukkan manfaat bersinergi bersama. Pembelajaran ini menitikberatkan pada belajar bersama dalam kelompok sangat kecil berjumlah dua orang. Pembelajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan kerjasama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri untuk mencapai kompetensi (Mafatih, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan Asmawati tahun 2012 dan Suprihatin tahun 2013pada siswa di sekolah, menunjukkan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan pencapaian siswa.

Pembelajaran dengan konsep The Power of Two membagi peserta didik belajar bersama dalam kelompok kecil secara heterogen baik kemampuan, ras, jenis kelamin, dan satu sama lain saling membantu (Trianto, 2007). Hal ini dimungkinkan untuk mahasiswa berdiskusi dengan lebih efektif. Dosen memberi stimulasi berupa permasalahan yang harus dianalisis dan disusun pembuktian-pembuktian dan penyelesaiannya. Sehingga judul penelitian ini yaitu “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power of Two Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa”.

Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui dan menelaah perkembangan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Two.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas untuk mencari formula terbaik melalui pembelajaran berulang yang terus menerus dan berkesinambungan. Penelitian ini terdiri dari dua siklus pembelajaran dimana setiap siklus terdapat rantai kegiatan yang berulang, yaitu rencana, tindakan, observasi/ pengamatan dan refleksi. Tidak ada pembatasan banyaknya siklus pembelajaran, sehingga dosen dapat menghentikan siklus jika dirasa tujuan telah tercapai.Penelitian yang direncanakan yaitu lima kali pertemuan untuk setiap siklus. Model

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 163 tindakan kelas diambil dari model Kemmis dan Mc. Taggart (Hendriana dan Afrilianto, 2014) seperti gambar berikut:

Gambar 1

Model Kemmis dan Taggart

Sampel penelitian adalah mahasiswa calon guru matematika program studi pendidikan matematika di STKIP Siliwangi Bandung berjumlah 39 orang yang menempuh mata kuliah Struktur Aljabar pada tahun ajaran 2016/2017.

Sesuai dengan tipe siklus yang dipilih, tahap perencanaan dilakukan denganmenyiapkanseluruh perangkat pembelajaran dan instrumen. Tahap pelaksanaan tindakan yaitu pembentukan kelompok kecil berjumlah dua orang dengan pola pembagian acak, dimana dosen membagi patner belajar tanpa dasar tertentu. Kemudian dosen memberi stimulus berupa penjelasan mengenai konsep yang dipalajari, setelah itu beberapa permasalahan diberikan yang harus dipecahkan bersama. Pada tahap ini juga dilakukan tahap observasi, dimana dosen berkeliling untuk melihat bagaimana mahasiswa beradaptasi dengan patnernya untuk merumuskan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan.

Tahap refleksi berisi kegiatan presentasi dari beberapa kelompok yang memiliki penyelesaian yang berbeda dengan kelompok lain dilanjutkan dengan pengambilan keputusan penyelesaian mana yang paling tepat, paling sesuai dan paling mudah dipahami seluruh mahasiswa. Kegiatan evaluasidilakukan dosen berdasar proses kerja selama waktu diskusi dan presentasi,serta tugas.

Instrumen berupa lembar observasi keaktifan dan sikap mhasiswa selama proses perkuliahan berlangsung dengan jawaban ya atau tidak. Dimana jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Analisis observasi dilakukan dengan deskriptif kuantitatif. Kedua data hasil observasi dan hasil tes tertulis dipersentase kemudian dilihat pengelompokan berdasar kriteria yang telah ditetapkan.

Tabel 1

Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi

Persentase (p) Kriteria

0% ≤ x ≤ 25% Kurang baik

26% ≤ x ≤ 50% Cukup

51% ≤ x ≤ 75% Baik

76% ≤ x ≤ 100% Sangat baik

(Barbara dan Hariastuti, 2011) Siklus 1 Rencana Tindakan Observasi Refleksi Siklus 2 Rencana Tindakan Observasi Refleksi

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

164 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Soal tes terdiri dari dua jenis, yaitu soal mengukur kemampuan awal mahaasiswa terhadap materi prasyarat dan soal kemampuan berpikir kritis matematis. Tes kemampuan berpikir kritis matematis diberikan pada setiap akhir siklus dengan skor maksimal 4.

Tabel 2

Kriteria Tes Kemampuan Matematis (%)

Persentase (x) Kriteria

0% ≤ x ≤ 33,32% Rendah

33,33% ≤ x ≤ 66,65% Sedang

66,66% ≤ x ≤ 100% Tinggi

(Rofiah dalam Pramesti et all, 2014)

3. Hasil Penelitian

Sebelum pelaksanaan siklus tindakan kelas pada pertemuan pertama, dosen menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan selama perkuliahan. Dosen mengajak mahasiswa untuk membuat peraturan bersama dalam perkuliahan. Kemudian dosen mengingatkan kembali tentang beberapa materi prasyarat pada mata kuliah ini. Di akhir, dosen melakukan tes awal untuk mengukur penguasaan mahasiswa terhadap materi prasyarat. Dosen berusaha untuk menekankan pada mahasiswa untuk dapat berperan aktif dalam pembelajaran jika ingin berhasil pada mata kuliah Struktur Aljabar.

Tes awal menunjukkan bahwa kemampuan awal mahasiswa dengan kriteria tinggi sebesar 19,11%, kriteria sedang sebesar 35,23% dan kriteria rendah sebesar 45,66% dengan rata-rata nilai tes yang dicapai yaitu 15,5. Sedangkan pada pra siklus kualifikasi hasil observasi hanya sebesar 19,02% artinya bahwa respon mahasiswa kurang baik terhadap pembelajaran. Hasil tinjauan kegiatan pra siklus ini menunjukkan mahasiswa kurang termotivasi dan menganggap bahwa pembelajaran kurang menyenangkan. Dosen diharap terus memotivasi dan memberi penguatan positif pada mahasiswa untuk berusaha lebih baik lagi selama pembelajaran.

Siklus pertama dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah teori himpunan, pertemuan kedua membahas operasi biner dan sifat-sifatnya, pertemuan ketiga membahas tentang relasi, fungsi, pemetaan dan relasi ekuivalen, pertemuan keempat membahas grup dan subgrup. Selama empat pertemuan, dosen memberi penugasan dirumah. Hal ini dilakukan agar setiap mahasiswa makin terbiasa dengan patnernya masing-masing. Pertemuan kelima dilakukan tes kemampuan berpikir kritis matematis.

Analisis data dan hasil observasi pada siklus pertama menunjukkan bahwa kriteria tinggi sebesar 29,01%, kriteria sedang sebesar 40,65% dan kriteria rendah sebesar 30,34% dengan rata-rata nilai tes yang dicapai yaitu 18,5. Sedangkan kualifikasi hasil observasi sebesar 40,39%. Hasil observasi menunjukkan peningkatan aktifitas mahasiswa yang cukup besar dibanding dengan hasil observasi pra siklus.

Siklus kedua juga dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Perencanaan dan tindakan yang disusun hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus pertama, namun dilakukan beberapa perbaikan dan penambahan waktu diskusi. Dosen memberi kesempatan lebih banyak pada

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 165 mahasiswa untuk berinteraksi baik dengan dosen maupun antar kelompok. Dosen juga mendorong untuk setiap mahasiswa lebih banyak berinteraksi dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya, salah satu cara yang diambil adalah dengan memberi banyak tugas yang harus diselesaikan bersama. Pada pertemuan pertama pada siklus kedua ini materi yang dibahas adalah grup abelian dan sifat-sifatnya, pertemuan kedua membahas grup permutasi, pertemuan ketiga membahas subgrup permutasi, sedangkan pertemuan keempat membahas grup siklik dan pertemuan kelima dilakukan tes kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang kedua.

Analisis data pada siklus kedua menunjukkan bahwa 41,27% dengan kriteria tinggi, 44,06% kriteria sedang dan 14,67% mahasiswa dengan kriteria rendah dengan rata-rata nilai tes 25,75. Sedangkan kualifikasi hasil observasi meningkat sebesar 50,09%. Dari hasil perbandingan antara pra siklus, siklus pertama dan siklus kedua menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa. hal ini menunjukkan bahwa pola pikir kritis mahasiswa sudah mulai berkembang walau masih perlu dikembangkan lebih lanjut.Dapat dilihat bahwa mahasiswa secara keseluruhan berada pada kategori sedang, ini dimungkinkan untuk melakukan studi lebih lanjut untuk lebih meningkatkan tingkat perkembangan pola pikir kritis mahasiswa.

Hasil observasi menunjukkan keaktifan dan aktivitas mahasiswa cenderung meningkat, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Two ini dapat meningkatkan keterlibatan dan keaktifan belajar. Hal ini juga menunjukkan bahwa belajar bersama akan lebih efektif daripada belajar secara individu. Studi ini dapat dijadikan rujukan oleh mahasiswa untuk lebih meningkatkan hubungan dengan teman sejawatnya dalam belajar sehingga dapat saling memberi semangat dan motivasi dan saling memberi engaruh yang positif satu sama lain.

4. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh yaitu:

1) Perkuliahan dengan pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Two yang dilaksanakan berjalan dengan cukup baik;

2) Pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Twodapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa;

3) Pembelajaran Kooperatif tipe The Power of Twodapat meningkatkan keterlibatan serta keaktifan mahasiswa dikelas serta menjadikan hubungan antar mahasiswa terjalin dengan lebih baik, sehingga pada akhirnya akan mendukung pencapaian pembelajaran yang lebih merata karena adanya saling kerjasama yang positif.

Daftar Pustaka

Barbara, F.Y. & Hariastuti, R. T. (2011). Meningkatkan Partisipasi Siswa Mengikuti Layanan Informasi Melalui Penggunaan Media Permainan. Jurnal Psikologi Pendidikandan Bimbingan, 12 (2), 1-13.

Hendriana, H. & Afrilianto, M. (2014). Panduan bagi Guru, Penelitian Tindakan Kelas Suatu Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Refika Aditama

Hidayat, W. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW). Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. UNY

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

166 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Mafatih, A. B. H. (2007). Makalah Strategi Belajar dengan Cara Kooperatif (Bidang Studi IPS). Tersedia di http://media.diknas.go-id. Diakses pada tanggal 01 Desember 2016.

Pramesti, G. et all. (2014). Pengembangan Media Game Intraktif Bilingual Berbasis Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas. Infinity, Vol.3, no.1, 1-17.

Sumarmo, U. (2012). Bahan Belajar Mata Kuliah Proses berpikir Matematika Program S2 Pendidikan Matematika. STKIP Siliwangi Bandung.

Tim SPMI. (2014). Profil STKIP Siliwangi Bandung. Bandung: STKIP

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 167

PENGARUH VISUAL BASIC APPLICATION FOR EXCEL

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 168-174)