• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 121-124)

SISWA SMP

10. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan diperoleh dalam setiap tahap penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif . Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 23 for Windows.

Berdasarkan data yang diperoleh, yaitu data pretes, postes, dan N-gain kemampuan kompetensi strategis matematis secara deskriptif tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Deskriptif Statistik Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis Siswa

Variabel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis N 36 36 36 35 35 35 xmaks 34 96 0,94 33 79 0,76 xmin 7 58 0,42 7 65 0,28 20,89 80,06 0,75 21,20 64,97 0,55 S 7,86 9,84 0,13 7,31 8,67 0,11 SMI=100

Tampak bahwa rerata kemampuan awal siswa pada kemapuan kompetensi strategis siswa relatif sama. Tetapi nampak pada kemampuan akhir reratanya lebih besar kelas yang mendapatkan pendekatan konstruktivisme dibanding dengan kelas yang mendapat pembelajaran biasa. Rata-rata peningkatan lebih besar kelas yang mendapatkan pendekatan konstruktivisme dibanding dengan kelas yang mendapat pembelajaran biasa. Simpangan baku setiap data baik pretes, postes, maupun n-gain pada kedua kelas relatif tidak jauh berbeda.

Selanjutnya akan dilakukan uji statistik untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol memiliki rataan yang sama. Kemudian akan dilanjutkan dengan menganalisis gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk memastikan apakah peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis kedua kelas tersebut berbeda secara signifikan atau tidak. Untuk melihat uji rataan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, dengan derajat signifikansi setiap uji sebesar 0,05 atau tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Dibawah ini merupakan hasil uji nomalitas, homogenitas dan rerata pretes, postes dan n-gain kemampuan kompetensi strategis siswa, hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS. Hipotesis untuk uji normalitas:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian, jika p value (sig.) lebih dari sama dengan α maka H0 diterima dan jika p value (sig.) kurang dari α maka H0 ditolak, dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 115

Tabel 3

Uji Normalitas Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis Siswa

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretes Eksperimen ,144 36 ,057 ,952 36 ,118 Kontrol ,120 35 ,200* ,959 35 ,214 Postes Eksperimen ,096 36 ,200* ,966 36 ,330 Kontrol ,136 35 ,099 ,968 35 ,385 Gain Eksperimen ,104 36 ,200* ,955 36 ,154 Kontrol ,131 35 ,133 ,947 35 ,090

Baik dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk data pretes, postes maupun n-gain di kedua kelas tidak berdistribusi normal, sehingga untuk menghitung reratanya, digunakan uji non parametrik.

Adapun hipotesis statistik untuk data pretes kemampuan kompetensi strategis matematis siswa sebagai berikut:

H0 : H1 :

Keterangan :

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan kompetensi strategis matematis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis statistik untuk uji data postes sebagai berikut:

H0 : Kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol.

H1 : Kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Hipotesis statistik untuk uji data n-gain sebagai berikut:

H0 : Peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol.

H1 : Pemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Kriteria pengujian, jika p value (sig.) lebih dari sama dengan α maka H0 diterima dan jika p value (sig.) kurang dari α maka H0 ditolak, dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05

Tabel 4

Uji Rerata Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis

Pretes Postes Gain

Mann-Whitney U 623,000 162,000 157,50 0 Wilcoxon W 1289,00 0 792,000 787,50 0 Z -,081 -5,387 -5,435

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

116 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. ,915b ,000b ,000b 95% Confidence Interval Lower Bound ,851 ,000 ,000 Upper Bound ,980 ,041 ,041

Monte Carlo Sig. (1-tailed) Sig. ,451b ,000b ,000b 95% Confidence Interval Lower Bound ,335 ,000 ,000 Upper Bound ,566 ,041 ,041

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dengan Mann-Whitney U adalah 0,936 lebih dari 0,05 untuk data pretes, maka H0 diterima, sehingga tidak terdapat perbedaan secara signifikan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa dari kedua kelas tersebut. Dengan kata lain antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak terdapat perbedaan kemampuan awal.

Sedangkan untuk data postes dihitung dengan uji sig. 1 tailed dan didapatkan signifikasi reratanya adalah 0,000 dengan kata lain H0 di tolak, artinya kemampuan kompetensi strategis siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.

Perhitungan untuk gain ternormalisasipun sama, menggunakan uji signifikansi satu pihak dan didapatkan signifikasi reratanya adalah 0,000 dengan kata lain H0 di tolak, artinya peningkatan kemampuan kompetensi strategis siswa menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.

Hasil analisis data tersebut didukung dengan pendapat ahli bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor interen pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).

Wheatley (1991: 12) mengemukakan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka. 3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling

memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Volume 4, Tahun 2016. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 117 Tytler (1996: 20) mengemukakan rancangan pembelajaran dalam mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, sebagai berikut: (1)memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri; (2)memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif: (3)memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru: (4)memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa; (5)mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka: dan (6)menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Hal-hal tersebut di atas mendorong kelas yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan kelas yang menggunakan pembelajaran biasa.

Pembelajaran biasa dalam penelitian ini berupa pembelajaran kovensional, yang memiliki kekhasan lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru (Ruseffendi, 2006: 294). Langkah-langkah dalam model pembelajaran konvensional Ruseffendi (2006: 351) antara lain: (1)guru menerangkan suatu konsep; (2)guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya; (3)guru memberikan soal latihan; (4)siswa menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas-tugas serta ulangan atau tes yang diberikan guru.

Secara umum pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran biasa berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan tidak mengalami hambatan yang berarti. Aktivitas guru pada tiap pertemuan selalu ada peruabahan ke arah yang lebih baik. Begitu juga dengan aktivitas siswa, semakin menunjukkan aktivitas positif yang relevan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun hasil yang didapat kemampuan akhir dan peningkatan kemampuan kompetensi strategis siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan pembelajaran biasa.

11. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dikemukakandi atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berkut:

(1) Kemampuan kompetensi strategis siswa SMP yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pembelajaran biasa.

(2) Peningkatan kemampuan kompetensi strategis siswa SMP yang menggunakan konstruktivisme lebih baik dari pembelajaran biasa.

Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran berhubungan dengan penelitian ini, adalah sampel penelitian yang diambil hanya dua kelas sehingga hasil penelitian ini belum tentu sesuai dengan sekolah atau daerah lain yang memiliki karakteristik dan psikologi siswa yang berbeda. Diharapkan kepada peneliti lainnya agar bisa menggunakan sampel yang lebih besar, dengan tujuan memperkecil kesalahan dan mendapatkan generalisasi yang lebih akurat.

Dalam dokumen Volume 4, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 121-124)