INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
FITRIYA NINGRUM 180600185
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
Tahun 2022 Fitriya Ningrum
Penyebab Pasien Mengalami Gag Reflex Saat Pengambilan Radiografi Periapikal di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
xi + 35 halaman
Radiografi intra oral merupakan teknik radiografi dengan film berada di dalam rongga mulut pasien salah satunya adalah radiografi periapikal. Permasalahan yang sering terjadi saat melakukan radiografi intra oral adalah gag reflex. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode pengambilan sampel secara simple random sampling dan didapatkan sampel 100 orang pasien.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner pada Desember 2021-Januari 2022.
Analisis data secara univarian dan dihitung dalam bentuk persentase. Hasil penelitian penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal akibat faktor psikologis yaitu karena benda asing dimasukkan ke dalam mulut sebesar 3%, merasa cemas/takut sebesar 1%, merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu besar sebesar 3%, sudah merasa mual sebesar 1%. Penyebab gag reflex karena faktor sosial yaitu merasa tidak nyaman 2%, dan karena faktor pemicu lainnya yaitu jari operator di dalam mulut terlalu banyak berpindah tempat sebesar 2%. Kesimpulannya, penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara akibat faktor psikologis yaitu sebesar 3%, faktor sosial 2% dan faktor pemicu lainnya yaitu sebesar 2%.
Daftar rujukan : 21 (2012-2020)
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji skripsi
Medan, 14 Maret 2022 Pembimbing : Tanda Tangan
drg. Cek Dara Manja., Sp. RKG (K)
NIP: 19730713 200212 2 003 ..………
ii
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripi ini telah dipertahankan di hadapan penguji pada tanggal 14 Maret 2022
TIM PENGUJI
KETUA : 1. drg. Cek Dara Manja., Sp. RKG (K) ANGGOTA : 1. drg. Dewi Kartika., MDSc
2. drg. Maria Novita Helen Sitanggang., MDSc
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, keselamatan, rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tersayang, bapak Suprihatin, AMd.kep dan mamak almh. Erni br Tarigan, serta kakak Ayu Lestari S.Pd, abang Juhardi Siswanto S.Sos, adik penulis Sri Ulina dan keponakan Alzhea Grizelle atas doa, dukungan, semangat, serta kekuatan yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berhasil tanpa bantuan, bimbingan, arahan, serta kerjasama dari pihak lain. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. drg. Essie Octaria, Sp.KGA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. drg. Cek Dara Manja., Sp. RKG(K) selaku dosen pembimbing dan Ketua Departemen Radiologi Kedokteran Gigi yang telah memberikan waktu luang, arahan, tenaga, dorongan dan dukungan yang sangat besar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. drg. Dewi Kartika, MDSc dan drg. Maria Novita Helen Sitanggang, MDSc, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, masukan, serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.
4. drg. Astrid Yudhit, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah menuntun penulis dalam kegiatan menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi.
5. Seluruh staf pengajar, pegawai dan radiografer Departemen Radiologi Kedokteran Gigi yang turut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
iv
6. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, dan memberikan ilmu selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Bolang Imat Tarigan, Iting Teran br Ginting, kakak Selviany br Tarigan, Randy Tarigan, Rinaldy Tarigan serta teman-teman dekat penulis yaitu Ye, Brina, Mirza, Bruni, Rida, Yaya, Dhila, Kiki, Nadya, Indri, Sella, Titi, Ririn, Sari, Alfiana, Rianda yang telah mendukung, membantu dan menghibur penulis, serta teman satu departemen skripsi dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak apabila terdapat kekurangan serta kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 14 Maret 2022 Penulis,
Ftriya Ningrum NIM : 180600185
v DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... …....
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi ... 5
2.2 Jenis Radiografi Kedokteran Gigi ... 5
2.1.1 Radiografi Intra Oral... 6
2.1.2 Radiografi Ekstra Oral ... 8
2.3 Definisi Gag reflex ... 12
2.3.1 Mekanisme Terjadinya Gag reflex ... 12
2.3.2 Etiologi Gag reflex ... 13
2.4 Penatalaksanaan Gag reflex ... 14
2.4.1 Penatalaksanaan Terapeutik... 14
2.4.2 Penatalaksanaan Psikosomatis ... 15
2.5 Kerangka Teori ... 17
2.6 Kerangka Konsep... 18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
3.3 Populasi dan Sampel ... 19
vi
3.3.1 Populasi ... 19
3.3.2 Sampel ... 19
3.4 Variabel dan Definisi Operasional... 20
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 21
3.5.1 Metode Pengumpulan Data... 21
3.5.2 Prosedur Penelitian ... 21
3.6 Aspek Pengukuran ... 22
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 22
3.7.1 Pengolahan Data ... 22
3.7.2 Analisis Data ... 22
3.8 Etika Penelitian ... 22
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33
6.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Radiografi periapikal ... 5
2. Radiografi bitewing ... 6
3. Radiografi oklusal ... 7
4. Radiografi panoramik... 8
5. Radiograf sefalometri ... 8
6. Radiografi postero-anterior ... 9
7. Radiografi lateral-jaw ... 10
8. Radiografi mandibular oblique lateral ... 10
9. Radiografi reverse-town ... 11
10. Radiografi submentovertex... 12
11. Lokalisasi titik akupuntur Ren-24 ... 15
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Karakteristik usia pasien yang dilakukan radiografi periapikal di Instalasi
Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Lokalisasi titik akupuntur Ren-24 ... 24 2. Jenis kelamin pasien yang dilakukan radiografi periapikal di Instalasi
Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Sumatera Utara ... 25 3. Jenis kelamin pasien yang mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi
periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. ... 25 4. Perbandingan pasien yang mengalami gag reflex dan tidak mengalami
gag reflex di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara ... 25 5. Penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi
periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara ... 26 6. Penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi
periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara berdasarkan setiap faktor ... 27
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar kuesioner penelitian 2. Ethical clearance
3. Informed consent
4. Lembar persetujuan setelah pemberian penjelasan informed consent 5. Rincian biaya penelitian
6. Jadwal pelaksanaan skripsi 7. Curriculum vitae
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiografi dalam bidang kedokteran gigi gigi antara lain digunakan untuk melihat gigi geligi, kondisi tulang maupun densitas tulang seseorang. Pemanfaatan radiografi dalam bidang kedokteran merupakan salah satu upaya dalam menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan radiografi sangat penting di setiap tahap penatalaksanaan kasus dalam kedokteran gigi. Kemampuan radiografi yaitu dapat memperlihatkan area yang tidak terlihat secara klinis hal ini menyebabkan radiografi dianggap sebagai pemeriksaan klinis dari pemeriksaan lanjutan.1
Radiografi di dunia kedokteran gigi dibagi menjadi dua macam berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral. Radiografi intra oral merupakan teknik pemotretan dengan film dental berada di dalam rongga mulut pasien yaitu radiografi periapikal, radiografi bitewing dan radiografi oklusal.
Radiografi ekstra oral merupakan teknik pemotretan radiografi dengan film berada di luar mulut pasien, diantaranya adalah radiografi panoramic, sefalometri, postero- anterior, lateral jaw dan lain lain.1,2
Salah satu radiografi intra oral adalah radiografi periapikal. Radiografi periapikal adalah radiografi intra oral yang dapat menunjukkan mahkota dan akar gigi termasuk jaringan periapeks. Radiografi periapikal salah satunya digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang periodontal, dan juga sebagai pemeriksaan penunjang perawatan endodontik. Setiap radiografi radiografi periapikal biasanya menunjukkan dua hingga empat gigi.2
Permasalahan yang sering terjadi di saat melakukan radiografi intra oral adalah gag reflex. Gag reflex juga biasa disebut gagging adalah mekanisme pertahanan tubuh normal yang mencegah benda asing masuk ke faring, laring, dan trakea. Stimulasi langit-langit lunak atau sepertiga posterior lidah dapat memicu gag reflex yang mengakibatkan kontraksi otot-otot lidah dan dinding faring. Pasien dengan frekuensi
gag reflex yang tinggi tidak bisa mentolerir film dental yang dimasukkan ke dalam mulut.3
Menurut Akarslan dan Bicer tahun 2012 pada penelitiannya dengan menggunakan kuesioner gagging problem assessment (GPA) sebesar 46,3% pasien dengan skor GPA 1.00-1.74 memiliki risiko rendah mengalami gag reflex atau tidak mengalami gag reflex. Pasien dengan skor GPA 1.75-3.24 sebesar 28,4% memiliki risiko sedang mengalami gag reflex dan gag reflex berat dengan skor GPA 3.25-4.00 sebesar 25,3%.
Pada penelitian ini juga didapatkan kemungkinan pengaruh tingkat pendidikan yang dapat menyebabkan pasien mengalami gag reflex.4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh randal et al. tahun 2014 dari 478 sampel, lebih dari 50% sampel pernah mengalami gag reflex saat melakukan perawatan gigi setidaknya sekali. Pasien yang memiliki frekuensi gag reflex yang tinggi memiliki kepercayaan negatif tentang kedokteran gigi. Sedangkan pasien yang memiliki frekuensi gag reflex yang rendah dan sedang memiliki lebih sedikit kepercayaan negatif terhadap kedokteran gigi. Begitupun dengan ketakutan akan perawatan gigi, pasien yang memiliki frekuensi gag reflex yang tinggi memiliki ketakutan akan perawatan gigi lebih tinggi dibanding dengan pasien yang memiliki frekuensi gag reflex yang rendah dan sedang.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erin et al. tahun 2017 didapatkan dari 30 sampel sebanyak 7 orang (23.3%) mengalami gag reflex dalam pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi RSGM Universitas Baiturrahmah. Sebanyak 6 orang mengalami gag reflex disebabkan oleh faktor somatik dan 1 orang karena faktor psikogenik.6 Menurut Choudhari et al. tahun 2018 gagging biasanya terjadi selama pengambilan radiografi molar ketiga menggunakan radiografi periapikal, biasanya terjadi karena adanya ketakutan dari prosedur yang tidak diketahui atau adanya jaringan yang sangat sensitif yang memicu gag reflex.7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Affrin dan Dhanraj tahun 2020 yang melakukan analisis kuesioner dalam bentuk presentase, sebesar 43% pasien dari kelompok usia 6-10 tahun mengalami gag reflex dan sebesar 33% pasien mengalami gag reflex diluar dari kelompok usia tersebut. Kecemasan dan ketakukan ditemukan
menjadi alasan utama pasien mengalami gag reflex dengan presentase 63% diikuti oleh kondisi medis dengan presentase 17%.8
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk mengetahui penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penyebab pasien mengalami gag reflex dalam pengambilan raduografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
2. Bagaimana perbandingan jumlah pasien yang mengalami gag reflex dan tidak mengalami gag reflex dalam pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab pasien mengalami gag reflex dalam pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Utara.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jumlah pasien yang mengalami gag reflex dan tidak mengalami gag reflex dalam pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal yang dapat menghambat proses pengambilan radiografi
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi operator maupun mahasiswa kepaniteraan klinik dalam menangani pasien yang mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Perkembangan alat radiografi di dunia kedokteran gigi terus berkembang yang dimulai oleh William D. pada tahun 1913. Beliau menyempurnakan penemuan rontgen dengan memodifikasi sebuah tabung katoda sinar-X yang berisi kawat pijar. Kemudian berkembang lagi pada tahun 1966, yaitu dengan munculnya sinar-X untuk intra oral dengan long beam yang dipakai sampai saat ini. Lalu francis mouyen pada tahun 1987 memperkenalkan radiografi digital untuk pertama kali dengan berkembang menjadi cone-beam computed tomography yang menampilkan hasil radiografi dua dimensi (2D) ataupun tiga dimensi (3D) pada layar komputer. Di Indonesia sarana radiografi digital sendiri sudah banyak digunakan. Walaupun demikian pemeriksaan radiografi menggunakan konvensional tetap menjadi andalan bagi praktisi kedokteran gigi di indonesia. Salah satu alasannya yaitu membutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengganti radiografi konvensional menjadi radiografi digital. Alasan lainnya dokter gigi masih kurang menggunakan radiografi digital karena penggunaan teknologi yang baru membutuhkan pelatihan tambahan untuk memahami cara kerja alat tersebut.9
2.2 Jenis Jenis Radiografi Kedokteran Gigi
Jenis radiografi kedokteran gigi ada dua yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral. Radiografi intra oral terdiri dari radiografi periapikal, radiografi bitewing dan radiografi oklusal. Radiografi ekstra oral diantaranya adalah radiografi panoramic, sefalometri, postero-anterior, lateral jaw, mandibular oblique lateral, reverse-town, submentovertex, dan lainnya.10
2.2.1 Radiografi Intra Oral
Radiografi intra oral adalah jenis pemeriksaan radiografi yang memperlihatkan gigi, struktur tulang dan keadaan di sekeliling gigi dengan film berada di dalam mulut pasien.
Radiografi intra oral terdiri dari radiografi periapikal, radiografi bitewing dan radiografi oklusal.10
a. Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal bertujuan untuk melihat mahkota gigi, akar gigi, tulang alveolar dan jaringan sekitar gigi secara lebih luas. Radiografi periapikal dapat memperlihatkan 3-4 gigi dalam satu film. Radiografi periapikal memiliki dua teknik dalam pengambilannya yaitu teknik paralel dan teknik bisekting. Kegunaan radiografi periapikal yaitu untuk mendeteksi infeksi dan inflamasi, letak dan keadaan gigi yang tidak erupsi, perawata endodontik, penilaian sebelum dan sesudah operasi apikal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar.11
Gambar 1. Radiografi periapikal12 b. Radigrafi Bitewing
Radiografi bitewing bertujuan untuk memperlihatkan struktur interproksimal gigi baik mahkota, daerah interproksimal, puncak tulang alveolar serta jaringan yang ada disekitarnya pada maksila dan mandibular dalam film yang sama. Dalam satu film radiografi bitewing dapat memperlihatkan 3-4 gigi pada maksila dan mandibular.
Indikasi utama penggunaan radiografi bitewing adalah untuk melihat karies interproksimal terutama karies dini.10
Gambar 2. Radiografi bitewing10 c. Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal bertujuan untuk memperlihatkan struktur yang lebih luas dari maksila dan mandibula dalam satu film dengan menggunakan film khusus. Radiografi oklusal terbagi atas radiografi oklusal maksila dan radiografi oklusal mandibula.
Indikasi utama penggunaan radiografi oklusal adalah untuk memperlihatkan lokasi dari akar gigi dan supernumerary teeth, gigi impaksi maupun yang tidak erupsi, deteksi keberadaan salivary stone pada kelenjar submandibula, evaluasi sinus maksilaris, perluasan kista, tumor (jinak dan ganas) pada maksila dan mandibula.10
Gambar 3. Radiografi oklusal10
2.2.2 Radiografi Ekstra Oral
Radiografi ekstra oral merupakan jenis pemeriksaan radiografi yang meluas pada kepala dan leher dengan film berada di luar mulut. Radiografi esktra oral diantaranya adalah radiografi panoramic, radiografi sefalometri, radiografi potero-anterior, radiografi lateral jaw, radiografi mandibula oblique lateral, radiografi reverse-town, radiografi submentovertex, dan lain-lain.10
a. Radiografi panoramik
Radiografi panoramik atau orthopanthography/OPG dapat memberikan gambaran umum dari struktur fasial yaitu lengkung-lengkung gigi maksila, mandibular, dan struktur pendukung lainnya. Kelebihan radiografi ini adalah dapat memperlihatkan gambaran yang luas pada struktur fasial dan gigi-geligi, dosis radiasi yang diterima pasien relatif rendah, pasien nyaman saat dilakukan pengambilan foto, dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulut.11
Gambar 2. Radiografi panoramik13 b. Radiografi sefalometri
Radiografi sefalometri merupakan radiografi dari tulang wajah terstandarisasi dan dapat digandakan yang sering duganakan pada ortodonti untuk menilai hubungan gigi ke rahang dan rahang ke tulang wajah. Standarisasi penting untuk perkembangan
sefalometri pengukuran dan perbandingan titik-titik spesifik, jarak dan garis pada tulang wajah yang merupakan bagian dari penilaian ortodonti. Nilai paling besar didapat dari
radiografi sefalometri jika dicatat dan digitalisasi dan ini juga sangat penting untuk mengamati perkembangan dari perawatan.11
Gambar 3. Radiografi sefalometri11 c. Radiografi postero-anterior
Radiografi poster-anterior adalah jenis radiografi yang digunakan untuk melihat trauma dan perkembangan abnormal pada tulang tengkorak. Radiografi postero-anterior dapat memperlihatkan gambaran kubah tulang tengkorak, sinus frontalis, dan tulang rahang yang mengalami perubahan dimensi mediolateral.10
Gambar 4. Radiografi postero-anterior11
d. Radiografi lateral jaw
Radiografi lateral jaw adalah jenis radiografi yang dapat membantu memperlihatkan bagian lateral tulang wajah. Radiografi lateral jaw digunakan untuk diagnosis fraktur dan keadaan patologis tengkorak dan wajah.10
Gambar 5. Radiografi lateral jaw11 e. Radiografi mandibula oblique lateral
Radiografi mandibula oblique lateral memiliki dua radiografi untuk mengevaluasi tulang mandibular yaitu radiografi badan mandibula yang dapat melihat gambaran badan mandibula dari regio premolar hingga molar serta bagian inferior mandibula dan radiografi mandibula ramus yang dapat membantu memperlihatkan ramus mandibular dari sudut ke kondilus untuk mengevaluasi gigi molar pada maksila dan mandibula.10
Gambar 6. Radiografi mandibula oblique lateral11
f. Radiografi reverse-town
Radiografi reverse-town adalah jenis radiografi yang digunakan untuk memperlihatkan kondisi kondilus yang mengalami pergeseran dan dapat membantu melihat dinding postero lateral maksila.10
Gambar 7. Radiografi reverse-town11 g. Radiografi submentovertex
Radiografi submentovertex adalah jenis radiografi yang digunakan untuk melihat struktur anatomi dari dasar kranium, posisi kepala kondilus, sinus sphenoid, dinding lateral sinus masksilaris, arkus zygomatikus dan posisi mandibula. Radiografi ini dapat
mendeteksi lesi patologis destruktif/ekspansif pada palatum dan dasar cranium, fraktur zygoma, ketebalan tulang mandibula sebelum perawatan osteotomi.14
Gambar 8. Radiografi submentovertex11 2.3 Definisi Gag reflex
Gag reflex adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk membebaskan jalan nafas dan mengeluarkan benda asing dari posterior orofaring dan saluran pencernaan bagian atas.
Stimulasi palatum lunak atau sepertiga posterior belakang lidah dapat memicu gag reflex yang mengakibatkan kontraksi otot-otot lidah dan dinding faring. Gag reflex dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor psikologis, faktoe sosial dan faktor pemicu lainnya. Kondisi kesehatan umum pasien juga berpengaruh terhadap gag reflex. Kondisi kronis seperti nasal polip atau tersumbatnya saluran nasal, deviasi septum dapat menyebabkan peningkatan terjadinya gag reflex.15
2.3.1 Mekanisme Terjadinya Gag Reflex
Mekanisme gag reflex dimulai saat adanya sentuhan atau iritasi pada palatum lunak atau bagian belakang lidah yang menyebabkan kontraksi cepat pada otot orofaringeal untuk membebaskan jalan nafas. Pada saat muntah, gerakan peristlastik menjadi spasmodik, arahnya terbalik dan tidak terkendali. Saat stimulus muntah terjadi pada
rongga mulut, serabut afferen dari nervus trigeminal, glosofaringeal, dan vagus membawa stimulus ke medulla oblongata, dan impuls efferen dari medulla oblongata mengakibatkan meningkatnya gerakan otot yang spasmodik dan tidak bisa dikendalikan yang merupakan karakteristik kejadian muntah. Pusat medulla oblongata dekat dengan pusat muntah, jantung dan salivasi, dan struktur-struktur ini akan terstimulasi saat gagging terjadi.15
2.3.2 Etiologi Gag reflex
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan pasien mengalami gag reflex saat dilakukan pengambilan radiografi periapikal diantaranya faktor psikogenik, faktor sosial, dan faktor pemicu lainnya.
a. Faktor psikologis
Gag reflex dapat terjadi karena faktor psikologis dari pasien. Salah satu faktor psikologis yang dapat menyebabkan gag reflex adalah ketakutan. Sering kali ketakukan bukan hanya dari nyeri, beberapa pasien mengalami gag reflex karena ketakutan yang tidak normal terhadap benda asing yang masuk ke dalam mulutnya contohnya film dental. Pasien sudah merasa ketakutan saat operator memegang film dental. Ketakutan semakin bertambah saat operator mulai memasukkan film dental kedalam mulut pasien dan pasien akan langsung muntah. Faktor lain juga dapat disebabkan karena sugesti yang dibuat sendiri oleh pasien. Pasien memikirkan bahwa film dental terlalu besar di dalam mulut pasien dan pasien menciptakan sugesti rasa muntah akan terjadi jika film dental ditempatkan di dalam mulut pasien. Dan sugesti akan terus bertambah jika pasien tidak berusaha menghilangkannya sendiri.16
b. Faktor sosial
Pasien yang memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol dapat menyebabkan peradangan pada faring dan mengakibatkan hiversensitifitas yang meningkatkan gag reflex. Medikasi atau obat yang biasa dikonsumsi oleh pasien juga dapat dipertimbangkan sebagai penyebab gag reflex karena obat tersebut juga dapat memiliki efek samping yang mengakibatkan rasa ingin muntah.
Pasien yang sedang sakit juga dapat memicu terjadinya gag reflex.17
c. Faktor pemicu lainnya
Selain faktor psikologis dan faktor sosial, terdapat juga faktor pemicu lain yang bisa menyebabkan gaging. Faktor tersebut antara lain terdapat lapisan plak yang tebal pada lidah, pasien memiliki penyakit mulut seperti mukositis yang mengenai lidah dan palatum. Pasien memiliki lidah yang terlalu besar sehingga ruang di dalam mulut menjadi sempit untuk ditempatkan film18. Gag reflex juga dapat dipicu oleh stimulasi reseptor sensorik visual, penciuman dan pendengaran.20
2.4 Penatalaksanaan Gag reflex
Penatalaksanaan pasien yang mengalami gag reflex pada pengambilan radiografi periapikal diantaranya penatalaksanaan teraupatik dengan metode akupuntur dan pemberian anastesi lokal atau analgetik, penatalaksanaan psikosomatis dengan relaksasi, teknik mengangkat kaki, dan distraksi.19
2.4.1 Penatalaksanaan Terapeutik a. Akupuntur
Pasien yang mengalami gag reflex pada saat pengambilan radiografi periapikal dapat dikontrol dengan metode akupuntur. Metode akupuntur ini tergolong cepat, murah, aman, dan teknik yang relatif tidak invasif. Pertama kali akupuntur ditemukan oleh kaisar Hung Ti pada tahun 2.500 SM. Berbagai teknik akupuntur telah dikembangkan seluruh tubuh ataupun hanya bagian spesifik seperti tangan atau telinga.20
Terdapat beberapa metode akupuntur yang berbeda untuk mengurangi gaging. Salah satunya adalah dengan merangsang akupuntur-ConceptionVessel 24 atau biasa disebut Ren-24. Ren-24 terletak tepat diantara bagian bawah bibir dan dagu. Titik ini ditekan dengan jari telunjuk, dengan tekanan yang dapat ditahan. Tekan dan tahan selama 5 menit. Rangsangan akan menahan repson gag reflex untuk sementara dan prosedur perawatan gigi sudah bisa dilaksanakan.20
Metode akupuntur pada titik lain adalah telinga juga telah ditemukan. Dickinson meneliti sepuluh sukarelawan mencoba akupuntur telinga untuk mengontrol gag reflex selama perawatan gigi. Metode ini menggunakan jarum akupuntur yang ditusukkan di
titik anti-gagging spesifik pada kedua telinga, digerakkan cepat dan ditinggalkan.
Setelah perawatan, jarum dilepaskan dari telinga pasien. Dari penelitian tersebut diperoleh metode akupuntur telinga berhasil mengontrol gag reflex.20
Gambar 9. Lokalisasi titik akupuntur Ren-2421 b. Pemberian anastesi lokal atau analgetik
Semprot rongga mulut pasien dengan anastesi lokal sebelum film dental dimasukkan ke dalam mulut pasien. Tindakan alternatif lain pasien yang mengalami gag reflex dapat diberikan analgetik seperti analgetik nitrogen oksida yang memiliki efek mengurangi rasa ingin muntah, tidak seperti efek anastesi umum, analgetik ini tidak mempengaruhi reflex batuk.13
2.4.2 Penatalaksanaan Psikosomatis a. Relaksasi
Operator berusaha membuat pasien santai dan tenang dengan suara yang menenangkan dan operator mampu meyakinkan pasien bahwa operator sangat kompeten sehingga film dental tidak mungkin tersangkut di tenggorokan. Operator
jangan pernah menyebutkan kemungkinan terjadi gagging karena pasien tidak akan memikirkan gagging jika tidak diingatkan.18
b. Teknik mengangkat kaki
Menginstruksikan kepada pasien untuk mengangkat kedua kakinya ketika ia merasa ingin muntah.18
c. Distraksi
Instruksikan kepada pasien untuk mengambil nafas yang dalam dari hidung ketika film akan ditempatkan di dalam mulut. Hal ini dapat mengurangi rasa ingin muntah karena bernafas melalui hidung dapat mencegah dorongan udara melewati jaringan sensitive di palatum. Disarankan juga untuk meminta pasien membuka mata pada saat prosedur pengambilan radiografi periapikal berlangsung. Kedua hal ini mungkin memberikan kesibukan kepada pasien sehingga pikiran pasien dapat teralihkan dari pemikiran tentang rasa ingin muntah.18
2.5 Kerangka Teori
Radiologi Kedokteran Gigi
Intra Oral Ekstra Oral
Oklusal Periapikal Bitewing
gag reflex
Faktor Etiologi
Psikogenik Sosial Pemicu Lain
Panoramik Sefalometri
Postero-anterior
Lateral jaw
Radiografi mandibula oblique lateral Radiografi reverse-town Submentovertex
2.6 Kerangka Konsep
gag reflex Pasien yang melakukan radiografi
periapikal
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana pengumpulan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara dengan waktu penelitian pada bulan Juni 2021 hingga Februari 2022.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Seluruh pasien yang melakukan pengambilan radiografi kedokteran gigi.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang dilakukan pengambilan radiografi periapikal. Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi adalah pasien yang berusia 12-50 tahun
Kriteria eksklusi adalah pasien yang tidak bersedia mengisi kuisioner pada saat dilakukan penelitian
Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑛 =𝑍21 −𝑎
2 𝑝(1 − 𝑝) 𝑑2
=1 2 ( 1 ) 2
= 2 n = 97,2 ~ 98 Keterangan:
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku pada α tertentu n = besar sampel
p = proporsi kategori variable yang diteliti = 85,5%
d = presisi (0,07) atau 7%
Presisi penelitian adalah kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh yaitu 7% sehinggga jumlah minimal sampel adalah 98 orang, pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 100 orang.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional No Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Pengukuran
Hasil Ukur Skala Pengukuran
1. Gag reflex Mekanisme
pertahanan tubuh
normal untuk
melindungi jalan
nafas dan
menghalangi benda asing masuk ke faring, laring dan trakea
Kuesioner Pertanyaan 1-4 : Psikogenik 5-7 : Sosial 8-12 : Pemicu lainnya
Nominal
2. Radiografi periapikal
Radiografi intra oral dapat
memperlihatkan gigi, struktur tulang dan keadaan sekitar gigi dan film berada di dalam rongga mulut pasien
Kuesioner Nominal
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada pasien mengenai penyebab pasien mengalami gag reflex.
3.5.2 Prosedur Penelitian
1. Pengurusan izin dari Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
2. Pembagian kuesioner kepada pasien yang melakukan pengambilan radiografi periapikal
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan dan analisis data
3.6 Aspek Pengukuran
Untuk mengetahui penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal dengan memberikan jawaban pada kuisioner yang di isi oleh pasien. Jumlah pertanyaan 12 dengan bentuk jawaban ya dan tidak. Faktor penyebab gag reflex akan dikelompokkan yaitu:
1. Jawaban ya pada pertanyaan no 1-4 merupakan faktor psikologis
2. Jawaban ya pada pertanyaan no 5-7 merupakan faktor sosial
3. Jawaban ya pada pertanyaan no 8-12 merupakan faktor pemicu lainnya
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui proses : a. Penyuntingan data (editing)
Pemeriksaan data yang telah terkumpul b. Membuat kode (coding)
Memasukkan kode di setiap jawaban dengan skor/nilai c. Memasukkan data (entry)
Memasukkan data ke dalam komputer.
d. Tabulasi
Menyajikan data dalam bentuk tabel.
3.7.2 Analisis Data
Data diolah secara deskriptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk persentase.
3.8 Etika Penelitian
Etika dalam penelitian ini mencaku : a. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada pasien, manfaat yang diperoleh dari penelitian serta menjelaskan cara menjawab pertanyaan pada kuesioner kemudian memberikan lembar persetujuan kepada subjek.
b. Ethical clearance
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nomor surat 1374/KEP/USU/2021 yang didasarkan pada ketentuan etika baik bersifat internasional maupun nasional.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal dimulai pada bulan Desember terhadap 100 pasien yang melakukan pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek pada penelitian ini diperoleh secara simple random sampling dan penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian didapatkan hanya sebagian kecil pasien mengalami gag reflex. Frekuensi usia pasien didapatkan rata- rata adalah 27,63 tahun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik usia pasien yang dilakukan radiografi periapikal di Instalasi
Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara
Usia Frekuensi %
< 20 Tahun 22 22,0
21-25 Tahun 28 28,0
26-30 Tahun 20 20,0
31-35 Tahun 8 8,0
36-40 Tahun 13 13,0
> 40 Tahun 9 9,0
Total 100 100,0
Frekuensi pasien berdasarkan jenis kelamin paling banyak didominasi oleh perempuan dengan persentase 64% (64 orang), sedangkan pasien laki-laki memiliki jumlah persentase 36% (36 orang) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis kelamin pasien yang dilakukan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 36 36,0
Perempuan 64 64,0
Total 100 100,0
Frekuensi pasien yang mengalami gag reflex berdasarkan jenis kelamin yaitu laki- laki dengan presentase 5,56% (dua orang) dari 36 orang dan perempuan dengan presentase 1,56% (satu orang) dari 64 orang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis kelamin pasien yang mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 2 5,56
Perempuan 1 1,56
Pasien yang mengalami gag reflex di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara memiliki persentase 3% (tiga orang) sedangkan yang tidak mengalami gag reflex sebesar 97% (97 orang) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan pasien yang mengalami gag reflex dan tidak mengalami gag reflex di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Gag Reflex Frekuensi %
Ya 3 3,0
Tidak 97 97,0
Total 100 100,0
Frekuensi Penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara
Faktor Gag Reflex n (%)
Ya Tidak
n % n %
Psikologis
1. Ada benda asing yang dimasukkan ke dalam mulut 3 3 97 97 2. Merasa cemas/takut untuk dilakukan pemeriksaan
radiografi 1 1 99 99
3. Merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu
besar 3 3 97 97
4. Sebelum operator memasukkan film ke dalam mulut
sudah merasa mual 1 1 99 99
Sosial
1. Mudah merasa jijik 0 0 100 100
2. Merasa tidak nyaman 2 2 98 98
3. Merasa tidak enak badan 0 0 100 100
Pemicu Lainnya
1. Jari operator di dalam mulut terlalu banyak
berpindah tempat 2 2 98 98
2. Tangan operator ada aroma yang tidak sedap 0 0 100 100 3. Badan operator ada aroma yang tidak sedap 0 0 100 100 4. Instalasi radiologi ada aroma yang tidak sedap 0 0 100 100 5. Merasa ada rasa yang tidak sedap dari film yang
dimasukkan ke dalam mulut 0 0 100 100
Faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gag reflex, faktor tertinggi adalah psikologis dimana persentase pasien yang mengalami gag reflex akibat faktor psikologis adalah 3% (tiga orang), sedangkan pasien yang mengalami gag reflex
disebabkan dari faktor sosial sebanyak 2% (dua orang) dan pemicu lainnya sebanyak 2% (dua orang). Seluruh pasien yang mengalami gag reflex disebabkan oleh lebih dari satu faktor penyebab gag reflex dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara berdasarkan setiap faktor
Faktor Gag Reflex n (%)
Ya Tidak
Psikologis 3 (3%) 97 (97%)
Sosial 2 (2%) 98 (98%)
Pemicu Lainnya 2 (2%) 98 (98%)
BAB 5 PEMBAHASAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan subjek penelitian pasien yang melakukan pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. Subjek penelitian diambil secara simple random sampling dengan menggunakan kuesioner.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (tabel 2), jenis kelamin pasien yang dilakukan pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara pasien paling banyak didominasi oleh perempuan dengan persentase 64% (64 orang). Sedangkan pasien laki-laki memiliki jumlah persentase 36% (36 orang).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (tabel 3), jenis kelamin pasien yang mengalami gag reflex yaitu laki-laki dengan presentase 5,5% (dua orang) dari 36 orang dan perempuan dengan presentase 1,5% (satu orang) dari 64 orang. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pasien yang mengalami gag reflex maupun yang tidak mengalami gag reflex. Hal ini sesuai dengan penelitian Akarslan dan Bicer tahun 2012 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dengan kejadian gag reflex selama radiografi intra oral.4
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (tabel 4), perbandingan pasien yang mengalami gag reflex dan yang tidak mengalami gag reflex. Pasien yang mengalami gag reflex di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara memiliki persentase 3% (tiga orang) sedangkan yang tidak mengalami gag reflex sebesar 97% (97 orang). Hal ini menggambarkan bahwa hanya sebagian kecil pasien mengalami gag reflex. Pada saat penelitian pasien yang tidak mengalami gag reflex saat peneliti bertanya merasakan mual saat pengambilan radiografi periapikal dengan yakin
menjawab tidak merasakan mual. Hal ini kemungkinan karena pasien tidak merasa takut dan operator sangat kompeten saat menempatkan film di dalam mulut pasien.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erin et al. pada tahun 2017 didapatkan dari 30 pasien sebanyak tujuh orang (23.3%) mengalami gag reflex dan 23 orang (76,7%) tidak mengalami gag reflex dalam pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi RSGM Universitas Baiturrahmah.6
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (tabel 5) pada faktor psikologis, terdapat dua faktor yang menjadi penyebab utama gag reflex yaitu ada benda asing yang dimasukkan ke dalam mulut dan pasien merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu besar. Faktor tersebut memiliki persentase gag reflex paling tinggi yaitu 3% (tiga orang). Pasien mengalami gag reflex kemungkinan karena sugesti yang dibuat sendiri oleh pasien. Pasien memikirkan bahwa film dental terlalu besar di dalam mulut pasien dan pasien menciptakan sugesti rasa muntah yang akan terjadi jika film dental di masukkan ke dalam mulutnya. Sugesti tersebut akan terus bertambah jika pasien tidak berusaha menghilangkannya.15
Faktor psikologis lainnya yang menyebabkan pasien mengalami gag reflex yaitu pasien merasa cemas/takut untuk dilakukan pemeriksaan radiografi dan sebelum operator memasukkan film ke dalam mulut sudah merasa mual tetapi memiliki persentase gag reflex yang lebih rendah yaitu hanya 1% (satu orang). Hal ini kemungkinan karena pasien merasa takut akan perawatan gigi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Randal et al. tahun 2014 pasien yang memiliki frekuensi gag reflex yang tinggi memiliki ketakukan akan perawatan gigi lebih tinggi dibanding dengan pasien yang memiliki frekuensi gag reflex yang rendah dan sedang.5
Berdasarkan faktor sosial, faktor yang menyebabkan pasien mengalami gag reflex yaitu pasien merasa tidak nyaman dengan persentase tertinggi yaitu 2% (dua orang).
Sedangkan faktor sosial lainnya tidak ada yang menyebabkan pasien mengalami gag reflex yaitu pasien mudah merasa jijik dan tidak enak badan. Pasien tidak nyaman saat film dental dimasukkan ke dalam mulut kemungkinan karena adanya jaringan yang sensitif di rongga mulut pasien. Berdasarkan penelitian Choudhari et al. tahun 2018
gagging biasanya terjadi karena adanya jaringan yang sangat sensitif yang memicu gag reflex.7
Berdasarkan faktor pemicu lainnya, faktor yang paling menyebabkan gag reflex yaitu jari operator di dalam mulut terlalu banyak berpindah tempat dengan persentase tertinggi yaitu 2% (dua orang). Hal ini kemungkinan dikarenakan pasien tidak nyaman saat jari operator terlalu banyak berpindah tempat di dalam mulut pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erin et al. tahun 2014 didapatkan hasil sebanyak enam pasien mengalami gag reflex dimana pada saat melakukan penelitian pengambilan foto periapikal dalam hal ini operator melakukan gerakan berulang dan menggeser film foto tersebut didalam mulut pasien.6
Faktor pemicu lainnya tidak ada yang menyebabkan pasien mengalami gag reflex yaitu tangan operator ada aroma yang tidak sedap, badan operator ada aroma yang tidak sedap, Instalasi Radiologi ada aroma yang tidak sedap dan merasa ada rasa yang tidak sedap dari film yang dimasukkan ke dalam mulut. Hal ini kemungkinan karena pasien tidak merasa ada yang aneh ataupun ada aroma yang tidak sedap pada operator maupun ruangan di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian, pasien yang mengalami gag reflex sebesar 3% (tiga orang) yaitu laki-laki sebesar 2% (dua orang) dan perempuan sebesar 1% (satu orang).
Pasien laki-laki yang mengalami gag reflex disebabkan faktor psikologis yaitu ada benda asing yang dimasukkan ke dalam mulut, merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu besar dan faktor sosial yaitu merasa tidak nyaman sebesar 1% (satu orang). Hal ini kemungkinan pasien merasa tidak nyaman saat film dental dimasukkan ke dalam mulut pasien karena sugesti yang dibuat sendiri oleh pasien bahwa film dental terlalu besar di dalam mulut.
Pasien laki-laki yang mengalami gag reflex disebabkan faktor psikologis yaitu ada benda asing yang dimasukkan ke dalam mulut, merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu besar dan faktor pemicu lainnya yaitu jari operator di dalam mulut terlalu banyak berpindah tempat sebesar 1% (satu orang). Hal ini kemungkinan karena sugesti yang dibuat sendiri oleh pasien, pasien merasa film dental merupakan benda asing yang
terlalu besar saat dimasukkan ke dalam mulut dan jari operator terlalu banyak berpindah tempat saat menggeser film dental di dalam mulut pasien sehingga pasien merasa mual.
Pasien perempuan yang mengalami gag reflex disebabkan faktor psikologis yaitu ada benda asing yang dimasukkan ke dalam mulut, merasa cemas/takut dilakukan pemeriksaan radiografi, merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu besar, sebelum operator memasukkan film ke dalam mulut sudah merasa mual, faktor sosial yaitu merasa tidak nyaman dan faktor pemicu lainnya yaitu jari operator di dalam mulut terlalu banyak berpindah tempat sebesar 1% (satu orang). Hal ini kemungkinan karena sugesti yang dibuat sendiri oleh pasien bahwa film dental merupakan benda asing yang terlalu besar saat dimasukkan ke dalam mulut. Pasien merasa takut/cemas kemungkinan karena pasien merasa takut akan perawatan gigi termasuk saat melakukan radiografi periapikal sehingga membuat pasien tidak nyaman. Semua yang dirasakan pasien yang mungkin menyebabkan gag reflex dilihat mulai dari masuk Instalasi Radiologi, melakukan radiografi periapikal hingga keluar dari Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Pasien yang dilakukan radiografi periapikal sebesar 77% (77 orang) pada gigi anterior (gigi 11, 12, 21, 22) dan sebesar 23% (23 orang) pada gigi posterior (gigi premolar dan molar). Pasien yang mengalami gag reflex saat dilakukan radiografi periapikal pada gigi anterior maksila sebesar 3% (tiga orang). Hal ini kemungkinan karena pasien memiliki jaringan yang sensitif di dalam rongga mulut sehingga pasien sudah merasa mual walaupun film dental hanya sedikit menyentuh palatum pasien dan kemungkinan juga karena faktor psikologis yaitu merasa film dental merupakan benda asing yang terlalu besar di dalam mulut pasien. Pasien yang dilakukan radiografi periapikal pada gigi anterior lebih banyak disebabkan karena sebagian besar merupakan pasien mahasiswa kepaniteraan klinik yang akan melakukan perawatan saluran akar pada gigi anterior.
Sebanyak tiga pasien mengalami gag reflex dari 100 pasien yang melakukan dilakukan pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. Hal ini kemungkinan karena kebanyakan pasien tidak merasakan takut atau cemas saat dilakukan pengambilan
radiografi periapikal dan tidak memiliki sugesti rasa muntah serta operator sangat kompeten saat melakukan pengambilan radiografi periapikal. Pasien juga sudah terbiasa dengan prosedur pengambilan radiografi periapikal karena rata rata pasien sudah berulang kali melakukan pengambilan radiografi periapikal.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara akibat faktor psikologis yaitu sebesar 3%, faktor sosial sebesar 2% dan faktor pemicu lainnya yaitu sebesar 2%.
2. Pasien yang mengalami gag reflex adalah sebesar 3% (tiga orang) dan tidak mengalami gag reflex sebesar 97% (97 orang).
6.2 Saran
Operator harus berusaha membuat pasien santai dan tenang dengan suara yang menenangkan sehingga pasien merasa nyaman, mengurangi memindahkan jari dengan gerakan berulang di dalam mulut pasien dan mampu meyakinkan pasien bahwa operator sangat kompeten.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggara A, Iswani R, Darmawangsa. Perubahan sudut penyinaran vertikal pada bisecting technique radiography terhadap keakuratan dimensi panjang gigi premolar satu atas. Jurnal B-Dent. Juni 2018; 5(1): 1-8.
2. Septina F, Reyvaldo R. Perbedaan kualitas radiografi periapikal antara film konvensial dan film instan di instalasi radiologi FKG universitas brawijaya malang.
Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia April 2020; 4(4): 45-9.
3. Silva MHC, Coelho MS, Santos MFL, Lima CO, Campos CN. The use of an alternative extraoral periapical technique for patients with severe gag reflex. Case Reports in Dentistry. 2016; 1(5): 1-2.
4. Akarslan ZZ, Bicer AZY. Utility of the gagging problem assessment questionnaire in assessing patient sensitivity to dental treatments. Journal of Oral Rehabilitation.
2012; 7-8.
5. Randall CL, Shulman GP, Crout RJ, Mcneil DW. Gagging and associations with dental care-related fear, fear of pain, and beliefs about treatment. J Am Dent Assoc.
2014; 145(5): 452-8.
6. Erin R, Widyawati, Iswani R. Perbandingan jumlah pasien yang mengalami gag reflex dan tidak mengalami gag reflex dalam pengambilan foto periapikal di instalasi radiologi RSGM baiturrahmah. Jurnal B-Dent. Juni 2017; 4(1): 72-6.
7. Choudhary SH, Yamyar SM, Mishra SS, Yamyar SM, Kadam VD, Supe NB, Patil KS. An alternative approach to periapical radiography for gaggers. Journal of Dental Research and Review. July-September 2018; 5(3): 3.
8. Affrin JH, Ganapathy D. Awareness of gag reflex in patients among dental students.
Drug Invention Today. 2020; 14(6): 961-2.
9. Hatta R, Yunus M. Radiografi konvensional dan digital dalam bidang kedokteran gigi. Makassar Dent. J. 2016; 1-7.
10. Boel T. Dental radiografi: prinsip dan teknik. Medan: Usu Press. 2018: 3-72.
11. Sukmana IB. Radiografi di bidang kedokteran gigi. Banjarmasin : Phoenix Publisher. 2019 : 25-36.
12. White SC, Pharoah MJ. Oral radiography principles and interpretation. 7 th ed.
Missouri : Elsevier Inc. 2014 : 135.
13. Ramadhan AZ, Sitam S, Azhari, Epsilawati L. Gambaran kualitas dan mutu radiograf. J. Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia. Desember 2020; 3(3): 43-8.
14. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed. China : Elsevier. 2013 : 138.
15. Hardita A, Kusuma HA, Ismiyati T, Sugiatno E. Gigi tiruan lengkap kerangka logam sebagai alternative perawatan pasien dengan reflex muntah. Clinical Dental Journal. April 2016; 4(1): 20-5.
16. Kaira LS, Dabral E, Kukreja HS. Gagging a Review. J. Heal. Allied Sci. NU. Maret 2014; 4(1): 149-55.
17. Goyal G. Gag reflex : causes and management. Int. J. Dent. Med. Res. 2014; 1(3):
166.
18. Ahmad N, Yunus N, Jafri Z. Etiology and management of gag reflex in the prosthodontic clinic: A Review. Internasional Journal of Oral Health Dentistry. Jan- March 2015; 1(1): 25-8.
19. Ardelean L, Bortun C, Motoc M. Gag reflex in dental practice – etiological aspects.
Review Articles. 2003; 53(3): 2.
20. Boel T, Nainggolan LI. Akupuntur dalam penanganan gag reflek dalam pengambilan foto intra oral. Prosiding Bandung dentistry 7. 2017 : 134-7.
21. Brown, Benjamin. Gag reflex. https://www.moving-towards- balance.com.au/MTB_Gag_Reflex.html. (2 maret 2022).
a. Data Responden NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN : P/L b. Pertanyaan
Apakah saudara merasakan mual saat dilakukan pemeriksaan radiografi?
a. Ya b. Tidak
Bila jawaban ‘YA’, maka lanjutkat menjawab pertanyaan berikut:
1. Apakah karena ada benda asing dimasukkan ke dalam mulut saudara?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah karena saudara merasa cemas/takut untuk dilakukan pemeriksaan radiografi?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah karena saudara merasa film yang masuk ke dalam mulut terlalu besar?
a. Ya b. Tidak
PENYEBAB PASIEN MENGALAMI GAG REFLEX SAAT PENGAMBILAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI
INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
UNIVERITAS SUMATERA UTARA
4. Apakah karena sebelum operator memasukkan film ke dalam mulut saudara, saudara sudah merasa mual?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah karena saudara mudah merasa jijik?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah karena saudara merasa tidak nyaman?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah karena saudara sedang merasa tidak enak badan?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah karena jari operator di dalam mulut saudara terlalu banyak berpindah tempat?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah karena tangan operator ada aroma yang tidak sedap?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah karena badan operator ada aroma yang tidak sedap?
a. Ya b. Tidak
11. Apakah karena instalasi radiologi ada aroma yang tidak sedap?
a. Ya b. Tidak
12. Apakah karena saudara merasa ada rasa yang tidak sedap dari film yang dimasukan ke dalam mulut saudara?
a. Ya b. Tidak
Lampiran 2
ETHICAL CLEARANCE
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PADA SAMPEL PENELITIAN
Perkenalkan nama saya Fitriya Ningrum (180600185). Saya adalah mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang melakukan penelitian di Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, saya memohon ketersediaan saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “PENYEBAB PASIEN MENGALAMI GAG REFLEX SAAT PENGAMBILAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA”
Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah untuk mengetahui penyebab pasien mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi periapikal yang dapat menghambat proses pengambilan radiografi dan dapat menjadi acuan bagi operator maupun mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik dalam menangani pasien yang mengalami gag reflex saat pengambilan radiografi.
Saudara tidak perlu khawatir dalam mengisi kuesioner ini, karena saya akan menjaga kerahasiaan jawaban saudara dan data dari kuesioner ini hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila terdapat kesulitan dapat menghubungi saya :
Fitriya Ningrum Telp : 085763001644
Demikianlah penjelasan yang dapat saya berikan, semoga keterangan di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2021
Fitriya Ningrum 180600185
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PEMBERIAN INFORMED CONSENT
Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko, dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul:
“PENYEBAB PASIEN MENGALAMI GAG REFLEX SAAT PENGAMBILAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI
INSTALASI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERITAS SUMATERA UTARA”
dan saya memahaminya, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ………
Umur : ………
Alamat : ………
No. Telp/HP : ………
dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian tersebut di atas. Apabila saya ingin mengundurkan diri, kepada saya tidak dituntut apapun.
Medan, ……… 2021 Yang menyetujui,
Subjek penelitian
(………)
Lampiran 5
RINCIAN BIAYA PENELITIAN
“Penyebab Pasien Mengalami Gag Reflex Saat Pengambilan Radiografi Periapikal di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Sumatera Utara”
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp.850.000,- dengan rincian sebagai berikut:
1. Biaya Pembuatan Proposal
a. Kertas Kuarto 1 rim : Rp. 50.000,-
b. Tinta Printer : Rp. 250.000,-
c. Jasa Fotokopi : Rp. 50.000,-
2. Biaya Penelitian
a. Kertas Kuarto 2 rim : Rp. 100.000,-
b. Tinta Printer : Rp. 250.000,-
c. Jasa Fotokopi : Rp. 50.000,-
3. Biaya Pembuatan Laporan Hasil
a. Kertas Kuarto 2 rim : Rp. 100.000,-
b. Jasa Fotokopi : Rp. 50.000,-
Total : Rp 900.000,- Keterangan : Seluruh biaya ditanggung oleh peneliti.
Lampiran 6
JADWAL PELAKSANAAN SKRIPSI
No Kegiatan Waktu
Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar 1. Persiapan
pencarian judul 2. Persetujuan
judul 3. Pembuatan
proposal 4. Seminar proposal 5. Perbaikan
proposal dan persiapan penelitian 6. Penelitian dan
pengumpulan data 7. Pembuatan
dan pembahasan
hasil penelitian 8. Seminar hasil 9. Sidang
Lampiran 7
CURRICULUM VITAE
A. Biodata Pribadi
1. Nama lengkap : Fitriya Ningrum 2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Tempat/ tanggal lahir : Kepahiang, 20 Januari 1999 4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Status : Belum Menikah
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jl. SMU N 1 kepahiang, Bengkulu 8. Nomor Handphone : 085763001644
9. Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
2004-2005 : TK Dharma Bakti
2005-2011 : SD N 01 Kepahiang
2011-2014 : SMP N 01 Kepahiang
2014-2017 : SMA N 01 Kepahiang
2018-Sekarang : Menjalani Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara