• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJPD, RPJMD & RKPD | Payakumbuh Kota rpjpd(1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJPD, RPJMD & RKPD | Payakumbuh Kota rpjpd(1)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR : 07 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

(RPJPD)

KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2005 – 2025

(2)

NOMOR : 07 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2005 – 2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat disegala bidang agar berjalan efektif, efisien dan tepat sasaran, perlu disusun dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah sebagai pedoman dalam pelaksanaannya;

b. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 13 ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan pembangunan nasional dan Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Rencana pembangunan jangka panjang daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu dibentuk Peraturan Daerah Kota Payakumbuh tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2005–2025.

(3)

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 )

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

7. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

(4)

Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 12.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48170);

14.Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005 – 5025 (Lembaran Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008 Nomor 7);

15.Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 02 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 02);

16.Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 03);

(5)

Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 05;

19. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 06 Tahun 2008 tentang Satuan Polisi Pamong Praja Kota payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 06);

20. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 02 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2009 Nomor 02); 21. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2009 tentang

Struktur Organisasi Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2009 Nomor 06).

Dengan persetujuan bersama :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dan

WALIKOTA PAYAKUMBUH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2005 – 2025

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah daerah Kota Payakumbuh.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh. 3. Walikota adalah Walikota Payakumbuh.

(6)

disingkat Bappeda adalah Bappeda Kota Payakumbuh.

6. Rencana Pembangunan Daerah adalah tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia yang dilaksanakan oleh semua komponen dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah.

7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Payakumbuh yang selanjutnya disingkat RPJPD Kota Payakumbuh adalah dokumen perencanaan untuk Periode 20 (dua puluh) tahun.

8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Payakumbuh yang selanjutnya disingkat RPJMD Kota Payakumbuh adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 10. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

pada akhir periode perencanaan.

11. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya–upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

12. Arah Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan.

BAB II

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2

(1) Program Pembangunan Daerah Periode 2005 – 2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJPD Kota payakumbuh.

(7)

RPJPD Kota Payakumbuh menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD Kota Payakumbuh yang memuat visi, misi dan Program Pemerintah Kota Payakumbuh.

BAB III

PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 4

Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD Kota Payakumbuh.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 5

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh.

Ditetapkan di Payakumbuh pada tanggal 28 Desember 2012 WALIKOTA PAYAKUMBUH

RIZA FALEPI

Diundangkan di Payakumbuh pada tanggal 28 Desember 2012

SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

IRWANDI

(8)

DAERAH (RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH 2005-2025

DAFTAR ISI

Halaman PERATURAN DAERAH NOMOR : 07 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

(RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH 2005-2025... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 – 1 1.2. Pengertian ... 1 – 2 1.3. Maksud dan Tujuan ... 1 – 2 1.4. Landasan Hukum ... 1 – 3 1.5. Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan

lainnya ... 1 – 4 1.6. Sistematika Penulisan ... 1 – 4

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Pemerintahan dan Hukum ... 2 – 2 2.1.1 Pemerintahan ... 2 – 2 2.1.2 Hukum ... 2 – 2 2.2. Ekonomi dan Sumber Daya Alam ... 2 – 3 2.2.1 Ekonomi ... 2 – 3 2.2.2 Sumber Daya Alam ... 2 – 7 2.3 Sumber Daya Manusia ... 2 – 9 2.4 Tata Ruang, Prasarana dan Sarana ... 2 – 11

(9)

DAERAH (RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH 2005-2025

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Pemerintahan dan Hukum ... 3 – 1 3.2 Ekonomi dan Sumber Daya Alam ... 3 – 5 3.2.1 Ekonomi ... 3 – 5 3.2.2 Sumber Daya Alam ... 3 – 7 3.3 Sumber Daya Manusia ... 3 – 7 3.4 Tata Ruang, Prasarana dan Sarana ... 3 – 9 3.5 Lingkungan Hidup ... 3 – 10 3.6 Sosial Budaya ... 3 – 11

BAB IV PREDIKSI PEMBANGUNAN DAERAH

4.1 Prediksi Pembangunan Pemerintahan dan Hukum . 4 – 1 4.2 Prediksi Pembangunan Ekonomi ... 4 – 2 4.3 Prediksi Pembangunan Sumber Daya Manusia ... 4 – 6 4.4 Prediksi Tata Ruang, Prasarana dan Sarana ... 4 – 9 4.5 Prediksi Pembangunan Sosial Budaya ... 4 – 18

BAB V VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

DAERAH

5.1 Visi Pembangunan Daerah ... 5 – 1 5.2 Misi Pembangunan Daerah ... 5 – 3

BAB VI ARAH KEBIJAKAN DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN

DAERAH

6.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah ... 6 – 1 6.2 Tahapan Pembangunan Kota ... 6 – 22

BAB VII KAIDAH PELAKSANAAN

(10)

DAERAH (RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH 2005-2025

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Struktur, Pertumbuhan dan Potensi Pengembangan

Ekonomi Kota Payakumbuh 2001-2005... 2 – 6 Tabel 2.2 .Pembagian Rencana Tata Ruang Menurut BWK SUB

dan BWK di Kota Payakumbuh... 2 14 Tabel 4.1 Proyeksi Pembangunan Ekonomi Kota Payakumbuh

Tahun 2005-2025... 4 – 6 Tabel 4.2 Prediksi Indikator Pencapaian Pembangunan Sosial

dan SDM Kota Payakumbuh... 4 – 8 Tabel 6 Matrik Arah dan Pentahapan Pembangunan Kota

(11)

DAERAH (RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH 2005-2025

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Perbandingan Perkembangan IPM Payakumbuh Tahun

1996-2005... 2 – 9 Gambar 2.2 Angka Harapan Hidup, 2005... 2 –10 Gambar 2.3 Tingkat Buta Huruf, 2005... 2 –10 Gambar 2.4 Rata-Rata Lama sekolah, 2005... 2 –10 Gambar 2.5 Daya Beli Masyarakat, 2005... 2 –10 Gambar 6 Sistematika Keterkaitan Antara Visi, Misi dan Arah

Pembangunan Jangka Panjang Kota Payakumbuh

(12)

(RPJPD) KOTA PAYAKUMBUH 2005-2025

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Perbandingan Perkembangan IPM Payakumbuh Tahun

1996-2005... 2 – 9

Gambar 2.2 Angka Harapan Hidup 2005... 2 –10

Gambar 2.2 Angka Harapan Hidup 2005... 2 –10

Gambar 2.4 Rata-Rata Lama sekolah, 2005... 2 –10

Gambar 2.4 Rata-Rata Lama sekolah, 2005... 2 –10

Gambar 6 Sistematika Keterkaitan Antara Visi, Misi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Kota Payakumbuh

(13)

PENDAHULUAN

engan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kota Payakumbuh yang merupakan bagian integral dari Provinsi Sumatera Barat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah ikut secara aktif mengisi kemerdekaan sejak proklamasi 17 Agustus 1945 yang lalu. Dalam upaya mengisi kemerdekaan tersebut berbagai kemajuan maupun kesulitan telah dialami oleh masyarakat Kota Payakumbuh sampai menghasilkan pembangunan sebagaimana telah dinikmati dewasa ini oleh masyarakat daerah secara keseluruhan. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan yang dialami sehingga belum semua keinginan dan cita-cita kemerdekaan dapat diwujudkan sampai saat ini. Karena itu, upaya untuk melanjutkan proses pembangunan daerah untuk masa dua puluh tahun ke depan dalam bentuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Payakumbuh 2005-2025 merupakan upaya yang sangat penting sekali dalam rangka mendorong proses pembangunan daerah kearah yang lebih baik dan bermanfaat dalam rangka mewujudkan aspirasi, keinginan dan cita-cita masyarakat untuk mecapai kondisi daerah yang maju, agamais dan sejahtera.

1.1 LATAR BELAKANG

1. Dalam rangka memberikan arah yang jelas tentang pembangunan jangka panjang daerah, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan agar masing-masing daerah (provinsi, kabupaten dan kota) menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah untuk masa 20 tahun ke depan. Dalam rangka ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan pemerintah Kota Payakumbuh bersama-sama dengan seluruh tokoh dan pemuka masyarakat telah berhasil menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Payakumbuh Tahun 2005-2025.

2. RPJPD Kota Payakumbuh 2005-2025 selanjutnya dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) untuk setiap periode lima tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah(RKPD) pada setiap tahunnya. Dokumen perencanaan pembangunan ini nantinya akan dijadikan dasar dalam proses penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(RAPBD).

(14)

3. Penyusunan RPJPD Kota Payakumbuh didasarkan pada analisis tentang gambaran umum kondisi daerah, isu-isu strategis, prediksi pembangunan 20 tahun kedepan serta aspirasi dan keinginan masyarakat daerah yang dijaring melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) yang dihadiri oleh pihak eksekutif, berbagai tokoh masyarakat, baik alim ulama, cadiak pandaidan bundo kanduang.

4. Proses penyusunan RPJPD Kota Payakumbuh dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu : (a) penyiapan rancangan awal RPJPD oleh Bappeda, (b) pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk membahas rangcangan awal RPJPD tersebut dengan melibatkan berbagai tokoh masyarakat seperti alim ulama, pemuka adat, cadiak pandai, tokoh masyarakat lainnya, (c) penyusunan rancangan akhir RPJPD Kota Payakumbuh 2005-2025 serta pengesahan dan penetapannya oleh DPRD Kota Payakumbuh.

1.2 PENGERTIAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Payakumbuh adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1956, Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 19). RPJPD ini ditampilkan dalam beberapa bab yang mencakup : gambaran kondisi umum daerah, isu-isu strategis, prediksi pembangunan daerah, visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah serta arah kebijakan dan pentahapan pembangunan daerah untuk masa 20 tahun ke depan selama kurun waktu mulai tahun 2005 hingga 2025 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

(15)

diharapkan seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan akan bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu sama lainnya dalam mendorong proses pembangunan daerah Kota Payakumbuh secara keseluruhan.

1.4 LANDASAN HUKUM

Landasan Idiil dari RPJPD Kota Payakumbuh adalah Pancasila dan landasan konstitusionil adalah Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan revisi terakhir yang telah dilakukan. Sedangkan landasan operasional meliputi seluruh peraturan perundang-undangan berlaku yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan daerah. Ketentuan perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

7. Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010;

11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Propinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025.

(16)

1.5 HUBUNGAN RPJPD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA

1. RPJPD Kota Payakumbuh disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional 2005-2025 sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 dan RPJPD Provinsi Sumatera Barat untuk kurun waktu yang sama;

2. RPJPD disusun dengan mempedomani RTRW sesuai dengan ketentuan pasal 26 ayat (2) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

3. RPJPD ini selanjutnya merupakan dasar utama bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Payakumbuh yang masing-masingnya untuk periode 5 tahun sesuai dengan masa jabatan kepala daerah;

4. RPJPD ini juga menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) bagi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) dilingkungan Kota Payakumbuh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi institusinya;

5. RPJPD ini juga menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah(Renja SKPD) untuk setiap tahunnya.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan RPJPD Kota Payakumbuh disusun dan ditetapkan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang RPJP Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Berdasarkan ketiga pedoman tersebut, sistematika dan tata-urut penulisan RPJPD Kota Payakumbuh 2005-2025 adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Bab II. Gambaran Umum Kondisi Daerah Bab III. Isu–Isu Strategis

Bab IV. Prediksi Pembangunan Daerah

Bab V. Visi, Misi Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Bab VI. Arah Kebijakan dan Pentahapan Pembangunan Daerah Bab VII. Kaedah Pelaksanaan

[

(17)

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

ota Payakumbuh terletak pada jalur tengah Lintas Barat dan Timur yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan wilayah Sumatera Bagian Tengah. Posisi Kota Payakumbuh ini sangat strategis karena berada pada titik penghubung Kota Padang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi sebagai pusat pertumbuhan wilayah dengan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau. Letak geografis Kota Payakumbuh sangat strategis karena merupakan pintu gerbang untuk ke luar masuk Provinsi Riau khususnya untuk menuju Kota Pekanbaru dan Batam yang akhir-akhir ini berkembang pesat dalam sektor perdagangan. Kota Payakumbuh dengan jarak 124 km dari Kota Padang juga sangat strategis untuk dikembangkan bila dikaitkan dengan jalur transportasi dan perdagangan Sumbar-Riau yang diperkirakan akan meningkat lebih pesat lagi pada masa mendatang. Luas wilayah administratif adalah 8.043 Ha yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Utara, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dengan jumlah kelurahan 76 kelurahan.Kondisi topografi Kota Payakumbuh bervariasi antara datar, curam dan sangat curam dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 514 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar (84,24%) atau 6.775 Ha dari luas wilayah tergolong datar, dan sisanya yaitu 371,20 Ha tergolong agak landai 41,61 Ha tergolong curam.

Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 100° 35` - 100° 48` BT dan 0° 10` – 0° 17` LS. Letak Kota Payakumbuh dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota dengan batas daerah yaitu :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh

 Sebelah Selatan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Harau

Kota Payakumbuh dilalui oleh lima buah sungai yang tergolong besar, yaitu Batang Agam, Batang Sinamar, Batang Lampasi, Batang Pulau dan Sungai Talang. Disamping itu terdapat pula sungai yang agak kecil yaitu Batang Sikali dan Sungai Baih. Batang Lampasi mempunyai anak sungai

(18)

yaitu Batang Simantung, Batang Pulau dan Batang Namang yang ketiganya melewati Kecamatan Payakumbuh Utara. Batang Agam, Batang Lampasi, dan Sungai Talang akhirnya bermuara ke Batang Sinamar. Curah hujan di Kota Payakumbuh tergolong sedang yaitu rata-rata 2.210 mm dengan jumlah hari hujan 156 hari setahun. Musim hujan pada umumya terjadi pada bulan Oktober sampai April dan musim kemarau pada bulan Mei sampai September.

2.1 PEMERINTAHAN DAN HUKUM

2.1.1 PEMERINTAHAN

1. Sesuai perkembangan pada tingkat nasional maupun provinsi, Kota Payakumbuh telah melaksanakan proses demokratisasi baik dalam proses pemerintahan daerah. Dalam rangka ini, pada bulan Juli 2007 yang lalu telah dilakukan Pemilihan Langsung Kepala Daerah (PILKADA). Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara langsung ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional. Pelaksanaan pemilihan Walikota Payakumbuh berlangsung secara aman dan pada tanggal 22 September 2007 yang lalu telah dilantik Walikota dan Wakil Walikota Payakumbuh yang baru hasil dari pelaksanaan PILKADA tersebut. 2. Lokasi perkantoran pemerintahan pada saat ini tersebar pada

beberapa kawasan. Kondisi ini kurang efisien sehingga pada masa mendatang perlu dikonsentrasikan pada suatu kawasan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh.

3. Sesuai dengan struktur organisasi tata kerja, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 02, 03, 04, 05 dan 06 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh; Perda Kota Payakumbuh Nomor 6 Tahun 2009 tentang Kantor Perizinan Terpadu, Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Payakumbuh terdiri dari Sekretariat Daerah, dengan 2 asisten dan 8 bagian, Sekretariat DPRD, 1 Inspektorat, 3 Badan, 11 Dinas, 6 kantor, 5 kecamatan dengan 76 kelurahan. Perangkat organisasi secara umum telah cukup memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.1.2 HUKUM

(19)

untuk membuat norma-norma yang dirumuskan dalam Peraturan Daerah. Norma-norma dalam Peraturan Daerah atau Peraturan Nagari merupakan bagian dari materi hukum yang berlaku dalam batas-batas wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota atau Nagari yang bersangkutan. Fungsi sistem hukum terdiri atas fungsi penyelesaian sengketa, penghukuman dan perubahan sosial. Fungsi penyelesaian sengketa dilakukan tidak saja oleh lembaga peradilan negara seperti Pengadilan Negeri, tetapi juga oleh lembaga-lembaga yang terdapat dalam masyarakat seperti Kerapatan Adat Nagari.

2. Budaya hukum adalah nilai-nilai atau persepsi masyarakat terhadap norma-norma hukum dan institusi-institusi hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Birokrasi pemerintah daerah. Budaya hukum juga berhubungan dengan pemberlakuan norma-norma hukum dan norma-norma adat istiadat dan agama yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu budaya hukum juga dikaitkan dengan tingkat kepatuhan penduduk terhadap norma-norma hukum.

3. Dengan semakin meningkatnya pembangunan dan pertambahan penduduk Kota Payakumbuh, maka potensi konflik-konflik juga semakin meningkat. Selain itu, akibat dari peningkatan kesadaran politik dan hak-hak yang dijamin oleh hukum pasca reformasi, warga masyarakat akan semakin kritis dan memiliki keberanian mengemukakan pendapat, berdemonstrasi, menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan mereka. Keadaan seperti itu diperkirakan juga akan dapat menjadi salah satu pemicu munculnya konflik vertikal antara warga dan aparatur pemerintah daerah di masa depan. Untuk menyikapi kemungkinan kondisi tersebut, maka Pemerintah Daerah perlu meningkatkan peran lembaga-lembaga adat, sosial dan agama serta tokoh-tokoh masyarakat, sehingga diharapkan dapat meminimalisir konflik. Jika tidak, maka keadaan tersebut dapat menimbulkan biaya sosial yang tinggi serta dapat menggoyahkan sendi-sendi negara hukum dan kemajemukan masyarakat, disamping tentunya juga mengganggu pembangunan dan sektor-sektor lain.

2.2 EKONOMI DAN SUMBER DAYA ALAM

2.2.1 EKONOMI

(20)

18,43%, serta sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 8,72%. Dengan demikian kontribusi sektor jasa secara keseluruhan mencapai 71,70% sehingga cukup beralasan bila Kota Payakumbuh dikatakan sebagai kota jasa. Kontribusi sektor industri dalam arti luas (industri pengolahan, bangunan, listrik dan air minum) baru mencapai sekitar 16,77%. Sedangkan Kontribusi sektor pertanian hanya sebesar 11,52% yang terutama di dominasi oleh subsektor tanaman pangan dan peternakan. Kondisi umum daerah ini memperlihatkan bahwa sampai saat ini, sektor jasa merupakan kegiatan utama tulang punggung perekonomian Kota Payakumbuh. 2. Dalam periode 2001-2005, pertumbuhan rata-rata perekonomian

Kota Payakumbuh mencapai 5,02% setiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang demikian dapat dikategorikan “sedang”, karena mendekati pertumbuhan rata-rata perekonomian Provinsi Sumatera Barat. Sektor yang bertumbuh sangat cepat adalah sektor listrik dan air minum yang mencapai rata-rata 7,67% setiap tahunnya. Sektor-sektor lainnya yang juga bertumbuh cukup cepat adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perhubungan dan Komunikasi dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 6,47% dan 5,63%. Sektor Jasa secara umum ternyata juga bertumbuh cukup tinggi yaitu Sektor Perdagangan sebesar 4,62%, Sektor Keuangan 4,2% dan jasa-jasa sebesar 4,55%. Sedangkan Sektor Pertanian ternyata hanya bertumbuh rata-rata 4,5% setiap tahunnya. Kondisi pertumbuhan ekonomi daerah ini juga memperlihatkan bahwa sektor jasa merupakan sektor yang bertumbuh cepat dalam perekonomian Kota Payakumbuh.

(21)

sektor basis yang menjadi potensi utama dan tulang punggung bagi pengembangan perekonomian Kota Payakumbuh dewasa ini dan juga untuk masa mendatang.

4. Sebagian besar kegiatan ekonomi Kota Payakumbuh dalam bentuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dikelola secara formal dan informal. Jenis usaha yang banyak dikembangkan adalah kegiatan industri pengolahan dan kerajinan rakyat, perdagangan serta jasa. Kegiatan UMKM ini ternyata merupakan sumber utama penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan yang cukup besar bagi warga kota. Karena itu, keberadaannya perlu dipertahankan dan dikembangkan dimasa mendatang, tetapi perlu ditata sedemikian rupa agar teratur dan tidak merusak keindahan dan kebersihan Kota Payakumbuh.

5. Kegiatan pariwisata merupakan bidang usaha yang cukup penting di Kota Payakumbuh, namun pengelolaannya belum optimal. Kondisi ini terlihat dari jumlah kunjungan wisata yang terus meningkat, terutama wisatawan domestik, baik yang berasal dari Padang maupun Pekanbaru. Namun demikian, kenyataan menunjukkan pula bahwa potensi pengembangan pariwisata ini kedepan juga cukup besar, baik dalam bentuk wisata alam maupun wisata budaya.

6. Sebagaimana halnya dengan Provinsi Sumatera Barat secara umum, masyarakat Kota Payakumbuh sudah lama dikenal dengan masyarakat yang mempunyai kemampuan wirausaha yang tinggi. Kemampuan wirausaha tersebut terutama dalam kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala usaha mikro, kecil dan menengah. Kemampuan ini merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan kegiatan ekonomi daerah. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari wiraswasta kecil tersebut kemudian berkembang menjadi pengusaha yang berdaya saing tinggi. Karena itu, sangat logis kiranya bila ke depan, kemampuan wirausaha ini perlu terus dipelihara dan dikembangkan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi kerakyatan di Kota Payakumbuh.

(22)

Tabel 2.1. Struktur, Pertumbuhan dan Potensi Pengembangan

1. Pertanian 11,06 6,4 0,774

a. Tanaman Pangan 7,20 5,2 1,018

b. Perkebunan 0,35 3,5 0,147

c. Perternakan 2,78 6,0 1,528

d. Kehutanan - -

-e. Perikanan 0,73 4,3 0,340

2. Pertambangan dan Penggalian 0,46 5,8 0,043

3. Industri Pengolahan 6,29 3,7 0,240

4. Listrik dan Air Minum 1,77 4,8 2,125

a. Listrik 1,23 3,6 1,947

b. Air bersih 0,54 3,0 4,879

5. Bangunan 8,72 4,7 1,232

6. Perdagangan 18,43 6,2 1.105

a. Perdagangan besar dan eceran 17,47 6,3 1,271

b. Hotel 0,07 4,5 0,104

c. Restoran 0,89 5,1 0,397

7. Pengangkutan dan Komunikasi 21,22 5,4 3,189

a. Pengangkutan 19,00 3,7 4,797

b. Komunikasi 2,22 5,9 1,913

8. Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan 8,72 5,0 1,045

a. Bank 3,55 5,8 1,029

b. Lembaga keuangan tanpa bank 0,58 4,0 0,842

c. Sewa bangunan 4,48 3,8 1,684

d. Jasa perusahaan 0,11 7,6 0,072

9. Jasa-jasa 23,33 5,2 2,701

a. Pemerintahan 15,01 5,4 3,904

b. Swasta 8,32 4,9 1,673

PDRB 100,0 5,1

-Catatan: 1. Struktur pertumbuhan ekonomi dihitung dengan persebtase kontribus PDRB harga berlaku tahun 2005;

2. Pertumbuhan ekonomi dihitung dari laju pertumbuhan rata-rata PDRB harga konstan tahun 2001-2005;

(23)

2.2.2 SUMBER DAYA ALAM

1. Sumber Daya Alam sangat berperan dalam pembangunan daerah Kota Payakumbuh, hal ini disebabkan Sumber Daya Alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi juga berfungsi sebagai penopang sistem kehidupan. Sampai saat ini sumber daya alam khususnya pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, pekebunan serta perikanan masih sangat berperan sebagai sumber perekonomian daerah bahkan sampai 20 tahun yang akan datang. Hal ini dapat diperkirakan dengan masih cukup tingginya kontribusi sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan yang memberi kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Payakumbuh tahun 2005 sebesar 11,06% dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebesar 22,46%. Kontribusi sektor pertanian dan perikanan ini terdiri dari :

 Sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang menyumbang terhadap PDRB sebesar 7,20%.

 Sub sektor perkebunan menyumbang terhadap PDRB sebesar 0.35%

 Sub sektor peternakan memberikan sumbangan kepada PDRB sebesar 2.78%.

 Sub sektor perikanan menyumbang tehadap PDRB senilai 0.73%.

2. Komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang dibudidayakan di Kota Payakumbuh secara umum ada beberapa komoditi, antara lain padi, jagung, umbi-umbian, kacang tanah, kacang panjang, cabe, pare, terung, mentimun, buah-buahan, buncis dan sayuran lainnya.

3. Perkembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura dari tahun 2003-2005 mengalami peningkatan, kecuali padi terjadi penurunan produksi sebesar 8,11%. Hal ini disebabkan antara lain penggunaan bibit unggul bermutu dan penerapan pengendalian hama terpadu serta penerapan panen dan pasca panen yang baik. 4. Penyusutan lahan pertanian akibat pengalihan fungsi lahan

pertanian ke fungsi non pertanian. Lahan sawah mengalami penyusutan dari tahun 1995 sampai tahun 2005 sebesar 10,20 % atau rata-rata 0,93 % per tahun.

(24)

6. Dari tahun 2003 sampai tahun 2005 terjadi penurunan area tanam disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena alih fungsi lahan, adanya serangan hama dan penyakit tanaman, penebangan pohon waktu panen, seperti cassia verra serta terjadinya fluktuasi harga pasar yang cukup signifikan sehingga petani beralih ke komoditi lain yang lebih menguntungkan. Namun luas tanam kakao justru mengalami peningkatan yang cukup tajam yakni 500%. Tingginya angka ini disebabkan karena harga komoditas kakao dari waktu ke waktu cenderung naik.

7. Upaya pembangunan peternakan beberapa kurun waktu terakhir ini diarahkan untuk pelayanan kesehatan ternak secara intensif, bimbingan usaha, temu agribisnis dan berbagai bentuk penyuluhan lainnya. Pembangunan peternakan di Kota Payakumbuh mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak, baik dilakukan oleh masyarakat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dikembangkan antara lain sapi, kerbau, kambing, kuda, ayam, itik dan puyuh. Kemajuan pembangunan bidang peternakan salah satunya dapat dilihat pada peningkatan produksi dan populasi ternak, peningkatan produksi daging dan susu serta menurunnya berbagai penyakit ternak.

Untuk ternak sapi potong telah terjadi peningkatan populasi dari 6.866 ekor pada tahun 2004 menjadi 7.185 ekor tahun 2005. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat meningkatnya permintaan masyarakat konsumen terhadap kebutuhan daging sapi segar di Kota Payakumbuh dan hinterlandnya dengan kontribusi sebesar 31%. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pemotongan ternak dari 2.855 ekor tahun 2004 menjadi 3.219 ekor tahun 2005. Populasi kambing juga mengalami peningkatan dari 5.332 ekor tahun 2004 menjadi 5.395 ekor tahun 2005.

8. Ternak unggas yang dikembangbiakkan oleh masyarakat antara lain ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging dan itik. Ayam buras cenderung mengalami penurunan walaupun tidak begitu banyak, sedangkan ayam petelur, ayam pedaging dan itik mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Daging ayam ras pedaging memberi kontribusi terbesar terhadap produksi daging di Kota Payakumbuh, sebesar 42%. Sedangkan telur ayam ras memberi kontribusi terbesar terhadap produksi telur yaitu sebesar 81%.

(25)

10. Kota Payakumbuh mempunyai potensi sumber daya kehutanan berupa hutan lindung seluas 346,75 Ha yang harus dijaga kelestariannya dan dipulihkan jika terjadi kerusakan dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan dan memperoleh manfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

2.3 SUMBER DAYA MANUSIA

1. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan, semenjak tahun 1996 BPS telah berhasil menghitung IPM secara nasional dan ditetapkan IPM Kota Payakumbuh sebesar 71,4. Sejalan dengan perubahan eksternal dan percepatan pembangunan, maka pada tahun 2005 IPM Kota Payakumbuh sudah mencapai 73,5 dan berada pada urutan 54 secara nasional dan urutan 4 di Sumatera Barat setelah Kota Padang, Bukittinggi dan Padang Panjang. Artinya selama kurang lebih 9 (sembilan) tahun pembangunan manusia atau IPM Kota Payakumbuh telah meningkat sebesar 2,1 atau 0,23 poin per tahun. Jika tahun 2015 merupakan batas konsensus pencapaian komponen perbaikan IPM yang sudah ditetapkan (sesuai dengan target MDGs), maka indeks pembangunan manusia diperkirakan menjadi 75,3 dengan asumsi trendpencapaian IPM 0,23 poin per tahun,

Gambar 2.1. Perbandingan Perkembangan IPM Payakumbuh Tahun 1996-2005

Sungguhpun demikian, jika dibandingkan antara pencapaian IPM

2. Jika dibandingkan IPM Kota Payakumbuh dengan IPM Kota Padang Panjang dan Bukittinggi, maka pencapaian IPM Kota Payakumbuh masih lebih rendah. Bila dilihat dari komponen pembentuk IPM itu sendiri, maka pencapaian pada komponen angka harapan hidup lebih tinggi dibandingkan Kota Padang Panjang (Gambar 2.2) dan tingkat buta huruf lebih sedikit dibandingkan Kota Bukittinggi dan Padang Panjang (Gambar 2.3). Namun perkembangan rata-rata lama sekolah

62,0 64,0 66,0 68,0 70,0 72,0 74,0 76,0 78,0

1996 1999 2002 2004 2005

(26)

(Gambar 2.4) dan daya beli masyarakat (Gambar 2.5) lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bukittinggi dan Padang Panjang. Dengan memahami perbandingan pencapaian komponen pembentuk IPM, maka dapat disimpulkan bahwa Payakumbuh perlu memberikan prioritas pembangunan pada bidang pendidikan dan peningkatan daya beli masyarakat, sejalan dengan peningkatan pelayanan kesehatan.

Gambar 2.2

3. Pencapaian pemerataan akses, mutu, dan efisiensi pendidikan di Kota Payakumbuh merupakan refleksi dari konsensus yang sudah ditetapkan oleh Indonesia. Konsensus tersebut adalah Education for All (EFA) dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tekad untuk menyelesaikan penyediaan kesempatan pendidikan untuk seluruh segmen masyarakat dan gender. Sedangkan Konsensus Millenium adalah menempatkan pembangunan manusia menjadi tujuan pokok.

(27)

tahun 2000 baru sebesar 79% dan pada tahun 2005 masih berkisar 82%.

5. Persoalan mutu pendidikan dihadapi pada relatif timpangnya pencapaian kualitas antar sekolah. Ketimpangan kualitas pendidikan antara sekolah ditandai dengan berbagai faktor, diantaranya adalah mutu tenaga pendidik, fasilitas pembelajaran dan pembangunan kurikulum yang seimbang antara pencapaian ilmu, emosional dan spritual generasi mendatang. Selain dari itu masih tersisa penduduk buta huruf sekitar 1,2% lagi dari penduduk dewasa. Upaya untuk memperbaiki kemampuan baca tulis masih tetap dilanjutkan, agar tidak ada lagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat tulis baca. Disertai dengan pengembangan keterampilan dan lifeskillhingga tahun 2025. 6. Untuk merumuskan pencapaian kualitas pendidikan secara spesifik,

perlu difokuskan pada peningkatan kualitas antara kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang yang mengacu kepada pengembangan ‘character building’anak didik.

7. Pembangunan bidang kesehatan dititikberatkan pada pemerataan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Tingkat keberhasilan Kota Payakumbuh dalam pembangunan kesehatan tahun 2005 terlihat pada indikator perkembangan derajat kesehatan masyarakat, antara lain angka Usia Harapan Hidup telah mencapai 69,8 tahun. Sementara angka kematian bayi relatif masih tinggi mencapai 43,1 per 1000 kelahiran dan angka ini lebih tinggi dibandingkan tingkat Sumatera Barat yang telah dapat menekan angka kematian bayi menjadi 38 per 1000 kelahiran tahun 2005. Sedangkan angka gizi kurang dan buruk sebesar 17,5% tahun 2005 dan menurun menjadi 16,8% pada tahun 2006.

8. Beberapa permasalahan bidang kesehatan seperti, penyakit menular masih ditemui dalam beberapa kasus seperti TBC, ISPA dan kasus diare. Ketiga jenis penyakit ini sangat terkait dengan sanitasi dan kebersihan lingkungan.

2. 4 TATA RUANG, PRASARANA DAN SARANA

2.4.1 TATA RUANG

(28)

Sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kota Payakumbuh berfungsi sebagai :

a) Pusat pengumpul dan pemasaran komoditi unggulan lokal yang berorientasi pasar wilayah dari beberapa kecamatan.

b) Simpul jaringan transportasi lokal.

c) Pelayanan jasa-jasa pemerintahan dan kemasyarakatan dari beberapa kecamatan.

d) Fungsi khusus dalam mendorong perkembangan sektor strategis atau kegiatan khusus lainnya di wilayah kabupaten sekitarnya. 2. Dari luas wilayah administratif Kota Payakumbuh 8.043 Ha, maka

sebagian besar masih berupa sawah dan ladang. Luas sawah tercatat 3.046 Ha atau 37,9% dan Ladang/Kebun seluas 2.125 Ha atau 24,4% dan Hutan Negara 178 Ha atau 2,21%. Hutan Negara ini mempunyai topografi dengan kemiringan yang tinggi sehingga merupakan kawasan lindung. Luas lahan yang sudah terisi bangunan (lahan terbangun) adalah 1.581 Ha atau 19,7%, yaitu berupa perumahan dan pemukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan dan lain sebagainya.

3. Dengan memperhatikan pola penggunaan lahan yang ada pada saat ini dapat disimpulkan bahwa potensi lahan yang tersedia untuk pembangunan wilayah pada masa mendatang cukup besar. Untuk menjamin kelancaran penyediaan lahan ini diperlukan penyelesaian administrasi pemilikan tanah karena status pemilikan tanah yang ada sekarang sebagian besar masih berupa tanah kaum atau tanah ulayat.

4. Struktur tata ruang Kota Payakumbuh pada saat ini adalah berbentuk monocentric zone, yaitu kota dengan satu pusat pengembangan. Dengan bentuk kota seperti ini pengembangan semua aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat memusat ke satu titik di pusat kota yang berfungsi sebagai Central Business District yang didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa dan pemerintahan.

5. Di dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota Payakumbuh yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2003, struktur tata ruang kota yang akan dituju adalah kota dengan 1 (satu) pelayanan dengan 3 sub pusat pelayanan dengan membangun pasar satelit sebagai fungsi utamanya. Struktur tata ruang kota yang dituju ini adalah sebagai berikut:

a) Pusat Pelayanan Utama tetap berada di pusat kota (BWK A) dengan fungsi utamanya adalah pusat perdagangan dan jasa serta pusat pelayanan sosial lainnya.

(29)

oleh terminal mini serta kawasan perdagangan berbentuk Toko atau Ruko.

c) Sub Pusat Pelayanan Selatan dengan pusatnya terletak Pakan Sinayan Koto Nan Ampek. Sub Pusat ini dikembangkan mengingat pesatnya perkembangan kawasan perumahan baru di kawasan ini. Pengembangan Sub Pusat ini dilakukan dengan membangun pasar satelit untuk pelayanan kawasan sekitarnya serta kawasan perdagangan berbentuk Toko atau Ruko.

d) Sub Pusat Pelayanan Utara dengan pusat terletak di Payolinyam Nan Kodok. Sub Pusat ini dikemabangkan dengan membangun pasar satelit utuk pelayanan kawasan sekitarya yang ditunjang oleh pembangunan Terminal serta kawasanperdagangan berbetuk Toko atau Ruko.

6. Struktur penggunaan lahan pada BWK A yang merupakan Kawasan Pusat Kota (Central Business District) terletak di bagian dalam Jalan Lingkar Utara dan Lingkar Selatan. BWK A terdiri dari 5 Sub BWK dengan kegiatan utama adalah komersial yang didukung oleh adanya terminal, kegiatan pendidikan, pemerintahan, dan pemukiman. Sebagai pusat kegiatan komersial, perdagangan primer berada di kawasan BWK A terkonsentrasi pada kawasan pertokoan di Jalan Ahmad Yani, Jalan Sudirman, Jalan Sukarno Hatta, Pasar Ibuh Barat dan Ibuh Timur. Lokasi kantor pemerintahan yang berada di kawasan ini adalah di Kelurahan Kubu Gadang. Namun pada saat ini kegiatan pemerintahan ini masih tersebar pada beberapa lokasi. Fungsi pemerintahan utama berupa Kantor Walikota, di Bukik Sibaluik yang merupakan kawasan konservasi sehingga keberadaannya untuk masa mendatang perlu ditinjau kembali. Fungsi pemerintahan sekunder berupa kantor badan dan dinas masih terdapat di areal Kantor Balai Kota lama (Jalan Sudirman) dan Kawasan Kubu Gadang. Pemukiman di kawasan ini cukup padat seperti di Kelurahan Parit Rantang, Kelurahan Nunang, Bunian, Parak Betung dan Labuh Baru, dan Koto Baru.

7. BWK B merupakan wilayah transisi yang terletak antara wilayah lingkar dalam dan lingkar luar. BWK B terdiri dari 3 Sub BWK yang penggunaan lahannya disiapkan untuk menampung perkembangan pembangunan yang terjadi pada BWK A. Penggunaan lahan pada kawasa BWK B digunakan untuk kawasan pemukiman skala sedang dan industri dan pasar satelit.

(30)

setengah teknis sehingga dari segi produksi, angkatan kerja dan lingkungan masih perlu dipertahankan. Kegiatan pariwisata yang dikembangkan adalah di kawasan Ngalau dan Kelurahan Ampangan. Pariwisata di Ngalau adalah wisata alam yang dilengkapi dengan kolam renang dan olah raga. Sedangkan kawasan Ampang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wisata alam dan Wisata Agro. Kawasan wisata ini sekaligus merupakan kawasan konservasi dan lindung karena memiliki topografi dengan kemiringan cukup tinggi. Tabel 2.2. Pembagian Rencana Tata Ruang Menurut BWK SUB dan BWK

di Kota Payakumbuh

BWK Sub BWK Fungsi

A A 1 CBD Skala Regional dan kawasan pemukiman kepadatan tinggi

A A 2 Pusat perdagangan dan jasa skala lingkungan dan pemukiman kepadatan tinggi.

A A 3 Kawasan perkantoran, pengembangan rumah sakit dan pemukiman kepadatan tinggi.

A 4 Kawasan pemukiman kepadatan tinggi, pusat perdagangan dan jasa skala lingkungan.

A A 5 Kawasan pemukiman kepadatan tinggi, pusat perdagangan dan jasa skala lingkungan.

B B 1 Kawasan pemukiman kepadatan sedang, sub pusat perdagangan atau pasar satelit, kawasan pertanian terbatas dan sebagai kawasan industri.

B B 2 Kawasan pemukiman kepadatan sedang, kawasan pendidikan dan kawasan pertanian terbatas.

B B 3 Kawasan pemukiman kepadatan sedang, sub pusat perdagangan atau pasar satelit, kawasan pertanian terbatas dan sebagai kawasan industri.

C C 1 Kawasan pemukiman kepadatan rendah /pemukiman pedesaan dan kawasan pertanian.

C C 2 Kawasan pemukiman kepadatan rendah/pemukiman pedesaan dan kawasan pertanian.

C C 3 Kawasan pemukiman kepadatan rendah/pemukiman pedesaan, kawasan pertanian, dan kawasan lindung.

(31)

2.4.2 PRASARANA DAN SARANA

1. Total panjang jalan di Kota Payakumbuh adalah 237,29 km yang terdiri dari Jalan Aspal 228,04 km (96,10%), Jalan Kerikil 3,71 km (1,56%), dan Jalan Tanah 5,54 km (2,34%). Jalan ini didukung oleh sarana penghubung berupa jembatan sebanyak 96 buah. Dengan selesainya pembangunan Jalan Lingkar Utara dan Jalan Lingkar Selatan sepanjang 22 km maka kondisi prasarana jalan dan jembatan di Kota Payakumbuh dapat dikatakan cukup baik. Jalan Lingkar Utara selanjutnya akan difungsikan sebagai Jalan Arteri Primer sehigga rute kendaraan besar seperti bus dan truk dapat dialirkan ke Jalan Lingkar ini. Jalan Arteri Primer Lama yang melewati Pusat Kota akan berfungsi sebagai jalan arteri sekunder sehingga dapat mengurangi kemacetan di pusat kota.

2. Sumber air bersih Kota Payakumbuh berasal dari 3 (tiga) mata air yang seluruhnya berada di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota. Ketiga sumber tersebut adalah Mata Air Batang Tabik, Mata Air Sikamuruncing dan Mata Air Sungai Dareh. Produksi air selama tahun 2009 dari ketiga sumber mata air tersebut, adalah sebagai berikut :

1.Sumber air Batang Tabik : 3.621.600 M3 2.Sumber air Sikamuruncing : 221.662 M3 3.Sumber air Sungai Dareh : 3.137.215 M3

Sistem penyediaan air bersih Kota Payakumbuh pada tiga sumber mata air seluruhnya dialirkan ke daerah pelayanan dengan menggunakan sistem gravitasi.

Daerah pelayanan meliputi seluruh kelurahan yang ada di Kota Payakumbuh, namun belum mencapai keseluruhan wilayah permukiman yang ada.

Seiring peningkatan jumlah penduduk Kota Payakumbuh, cakupan pelayanan air minum juga meningkat dari tahun ke tahun. dari data PDAM, pada tahun 2007 berjumlah 14.800 sambungan, tahun 2008 berjumlah 15.600 pelanggan dan tahun 2009 mencapai 16.417 sambungan pelanggan atau 87,9% dari jumlah penduduk. Sedangkan penyediaan layanan dari program lain seperti Pamsimas telah menambah cakupan pelayanan mencapai 88,8% dari jumlah penduduk.

Kualitas pelayanan yang diberikan PDAM kepada pelanggannya masih belum memadai, hal ini tampak dari jam pelayanan sebagai berikut :

(32)

Kondisi ini disebabkan kurangnya kapasitas produksi dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan air bersih serta kondisi pipa transmisi dan induk distribusi yang umurnya sudah lebih dari 27 tahun. Tingkat kehilangan air ditandai dengan kebocoran, dimana pada tahun 2008 sebesar 30,91% dan tahun 2009 naik menjadi 31,75%.

4. Sumber tenaga listrik berasal dari PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak yang didistribusikan melalui gardu induk/kubikel dengan kapasitas tegangan 20 KV dengan daya 200 KVA. Jumlah pelanggan pada tahun 2005 tercatat sebanyak 24.956 pelanggan yag dilayani oleh PLN Kota Payakumbuh. Pola distribusi adalah mengikuti pola jaringan jalan dengan sistem pemasangan memakai kabel terbuka. Sedangkan pemakaian pesawat telepon sebagai sarana telekomunikasi di Kota Payakumbuh tercatat sebanyak 4.378 sambungan atau sekitar 26,70% dari kapasitas terpasang. Berkembangnya pemakaian telepon selular (hand phone) maka diperkirakan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan telekomunikasi ini tidak akan mengalami permasalahan di masa mendatang.

5. Sistem drainase Kota Payakumbuh tergolong baik karena terdapatnya saluran drainase alam dengan memanfaatkan sungai-sungai yang ada yang berfungsi sebagai saluran primer yaitu : (a) Sungai Batang Agam sepanjang 14,6 km dengan lebar 20 meter, (b) Sungai Batang Lampasi dengan panjang 11,6 km dan lebar 15 meter, (c) Sungai Batang Sinamar sepanjang 4,5 km dengan lebar 15 meter dan (d) Sungai Batang Anak Talang.

6. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kota Payakumbuh ada 2 (dua) lokasi, yaitu TPA Kubu Gadang dengan luas 2 (dua) Ha yang saat ini sudah penuh dan tidak dioperasikan lagi dan TPA Ampangan dengan luas 1,8 Ha, yang mulai dioperasikan sejak Januari 2006, pembebasan lahan seluas 17 Ha untuk TPA Baru.

Pemilahan sampah rumah tangga dan diproses menjadi kompos dilakukan melalui pilot project kerjasama dengan LPM Karang Taruna, yang lokasinya tersebar di :

a. Kec. Payakumbuh Timur : Kel. Bbalai Jariang Air Tabit, Kel. Padang Tiakar Hilir, Kel. Koto Baru Payobasung, dan Kel. Balai Batimah. b. Kec. Payakumbuh Barat : Kel. Tanjung Gadang, Kel. Kubu Gadang,

Kel. Koto Tangah, dan Kel. Balai Kandi.

(33)

Di Kota Payakumbuh jumlah sampah yang diantar ke TPA setiap tahunnya adalah sebanyak 52.560 m3 dimana 30% dari jumlah tersebut berupa sampah organik dan 70% sisanya adalah sampah non organik dengan waktu pengangkutan dari pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB dan sore pukul 12.00 WIB. Saat ini Payakumbuh memiliki beberapa sistem pengolahan sampah, yaitu :

a. Tempat pembuangan akhir (TPA) di Kelurahan Ampangan dengan luas areal 1,8 Ha dengan memakai system Control Landfill untuk menampung volume sampah sebanyak 144m3/hari. Dan dengan melakukan daur ulang sampah organic yang terdapat di Pasar Ibuh Timur dengan kapasitas kompos yang dihasilkan 10 ton. Pemilihan sampah organik diproses menjadi kompos dilakukan melalui pilot project kerja sama dengan LPM/Karang Taruna, yang lokasinya tersebar di 12 kelurahan, yaitu: Kelurahan Balai Jaring Air Tabit, Kelurahan Padang Tiakar Hilir, Kelurahan Koto Baru Payobasung, Kelurahan Balai Batimah, Kelurahan Tanjung Gadang, Kelurahan Kubu Gadang, Kelurahan Koto Tangah, Kelurahan Bulakan Balai Kandi, Kelurahan Balai Kaliki, Kelurahan Nan Kodok, Kelurahan Balai Jaring, Kelurahan Tarok.

Penambahan lokasi direncanakan 9 kelurahan lagi. Di TPA Ampangan Kota Payakumbuh dilakukan composting dengan proses lubang ganti, yaitu sampah organik dimasukkan kedalam lubang yang berukuran 2 x 1 x 0,8 m sebanyak 2 buah, disiram dengan M4, dan ditutup dengan tanah penutup. Volume sampah yang dibuat kompos tersebut adalah sebanyak 3,2 meter per kubik perminggu Kompos tersebut kemudian dipasarkan ke Kota Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota dan Provinsi Riau.

b. Pengelolaan sampah medis dengan menggunakan metoda pembakaran incinerator. Pengelolaan sampah jenis ini digunakan untuk mengolah limbah medis dari rumah sakit dan puskesmas yang ada di Payakumbuh.

Untuk melakukan pengangkutan sampah dari lingkungan perumahan dan perkotaan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dibutuhkan prasarana pengangkut.

(34)

TPA Ampangan masih menggunakan sistem pengelolaan Open Dumping.

7. Jaringan Irigasi di Kota Payakumbuh sudah menggunakan beberapa jenis irigasi sebagai pengairan sawah, seperti irigasi teknis, semi teknis, dan juga irigasi sederhana yang masih digunakan. Sumber air dari irigasi tersebut berasal dari Batang lampasi, Sungai Beringin, Batang Agam, Sungai Dareh, dan Batang Tabik. Kelima sumber pengairan tersebut berasal dari Kabupaten 50 Kota.

Daerah-daerah irigasi yang dialiri sumber-sumber pengairan tersebut terdiri dari daerah irigasi pemerintah dan daerah irigasi desa. Daerah irgasi pemerintah terdapat sebanyak 12 daerah irigasi yaitu Batang Lampasi, Batang Pulau, Batang Talawi, Batang Agam, Batang Tabik, Sei. Bai, Sei. Talang, Bendung Beringin, Sei. Dareh, Batang Sikali, Bandar Ngalau, dan Bulakan.

2.5 SOSIAL BUDAYA

2.5.1 SOSIAL

1. Aspek demografi merupakan bagian yang penting dijadikan sebagai dasar perumusan strategi dan kebijakan pembangunan Kota Payakumbuh pada masa yang akan datang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk sebanyak 97.997 jiwa dan pada tahun 2005 dengan jumlah dan luas wilayah yang sama jumlah penduduk menjadi 103.330 jiwa. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk rata-rata selama tahun yang bersangkutan adalah sebesar 0,77% per tahun, sebuah laju pertumbuhan kota yang relatif rendah bilamana dibandingkan dengan daerah lain. Laju pertumbuhan penduduk Kota Padang dan Kota Solok pada periode yang sama sudah mencapai rata-rata 2,3% per tahun, setinggi laju pertumbuhan penduduk alamiah. Laju pertumbuhan penduduk Kota Payakumbuh telah memberikan konsekuensi terhadap kepadatan penduduk, dimana pada tahun 2000 mencapai sebesar 1.130 jiwa per kilometer meningkat menjadi 1.265 jiwa pada tahun 2005.

(35)

cenderung tinggi, sekitar 5,5%. Dengan demikian dinamika kependudukan Kota Payakumbuh cenderung berkurangnya secara signifikan usia pendidikan tinggi, baik karena melanjutkan pendidikan atau angkatan kerja ke daerah lain, sementara jumlah return migration, usia tua cenderung meningkat. Implikasi dari fenomena demografi dalam jangka panjang adalah Kota Payakumbuh akan menjadi salah satu kota untuk orang tua di Sumatera Barat.

3. Kemiskinan adalah salah satu indikasi penting dalam proses pembangunan Kota Payakumbuh. Berdasarkan Data Pendataan Sensus Ekonomi (PSE) Tahun 2005 yang dilakukan oleh BPS diperoleh 5.217 rumah tangga yang dikategorikan sebagai rumah tangga miskin atau sekitar 21,76% dengan penduduk 21.978 jiwa. Dari hasil PSE 2005 ini, sebanyak 3.753 (71,94%) kepala rumah tangga miskin berpendidikan SD/MI ke bawah, 916 (17,56%) berpendidikan SLTP dan 548 (10,50%) berpendidikan SLTA ke atas. Berdasarka jenis lapangan pekerjaan, kepala rumah tangga miskin ini paling banyak bekerja di sektor pertanian, yaitu sebanyak 29,31%, sektor jasa (seperti buruh cuci, kuli pasar, tukang pijit) 18,44%, sektor lainnya (seperti pemulung pengamen, tukang batu atau kayu, pencari kayu di hutan) 15,95% dan sektor perdagangan 9,74%.

4. Perlu ditelusuri persoalan spesifik kemiskinan di Kota Payakumbuh agar program dalam jangka panjang dapat disusun lebih tepat. Data terakhir tahun 2006 menunjukkan yang lebih menonjol persoalan kemiskinan di Kota Payakumbuh adalah kemiskinan yang disebabkan karena kurangnya akses pada sanitasi (21,7%) dan air bersih (27,6%). Selain dari angka kemiskinan juga disebabkan karena rumah tangga tangga memiliki keterbatasan jenjang pendidikan, sekitar dua per tiga dari penduduk miskin berpendidikan maksimum Sekolah Dasar. Tentunya mereka yang miskin perlu dikenali lebih jauh. Jika yang menyebabkannya adalah pekerjaan, maka menumbuhkan keterampilan dan permodalan menjadi salah satu solusi. Jika miskin karena penyandang cacat maka diperlukan kebijakan perlindungan sosial. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat yang membutuhkan dapat memperoleh jaminan sosial yang lebih dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kelayakan hidup.

(36)

jaminan sosial yang terbangun, serta proses ‘empowerment’ menjadikan kelompok tersebut menjadi modal dalam jangka panjang. 6. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu upaya yang perlu

ilakukan adalah mengenal akar masalah sosial. Misalnya faktor utama yang menyebabkan kemiskinan untuk Kota Payakumbuh ditemukan menurut hasil Susenas 2006 adalah terutama pada 3 sektor utama. Pertama para penganggur, kedua pekerja berada pada keluarga petani dan palawija yang menggarap lahan sendiri atau lahan orang lain dan mereka yang berusaha pada sektor pertanian.

7. Tekanan ketenagakerjaan merupakan bagian dari aspek sosial yang harus mendapatkan perhatian. Setidaknya dapat dilihat dari angka partisipasi angkatan kerja, tekanan pengangguran dan distribusi tenaga kerja. Hasil Sensus Penduduk 2000 menunjukkan bahwa besarnya angkatan kerja sebanyak 40.628 orang, dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 60,2%. Pada tahun yang sama angka pengangguran baru mencapai sebesar 6,1%, dengan jumlah penduduk usia kerja yang menganggur sebanyak 2.286 orang. Data Supas tahun 2005 memperlihatkan jumlah angkatan kerja meningkat menjadi 45.217 orang. Artinya setiap tahun, terdapat pertambahan angkatan kerja baru sebanyak rata-rata 900 orang di Kota Payakumbuh. Kemudian pada tahun 2005 juga jumlah pencari kerja sebanyak 4.174 orang, dengan angka pengangguran menjadi 9,9%. Sekalipun pertumbuhan ekonomi tahunan semenjak tahun 2000-2005 berkisar antara 4-6%, kelihatannya Kota Payakumbuh tekanan ketenagakerjaan semakin meningkat, walaupun secara keseluruhan kota di Sumatera Barat dimana angka pengangguran sudah mencapai di atas 10%. Bahkan di Kota Padang sudah mencapai 18,1%.

8. Uniknya angka pengangguran di Kota Payakumbuh sekalipun relatif rendah masih didominasi oleh kaum perempuan. Tahun yang sama angka pengangguran lelaki setinggi 6,5% sementara wanita sudah mencapai 15,3%. 67% dari pencari kerja adalah berusia 24 tahun ke bawah, atau masuk kategori pencari kerja baru. Artinya pengangguran berusia muda, terdidik, dan wanita perlu menjadi fokus utama dari program pembangunan. Selanjutnya, tekanan tenaga kerja diikuti oleh daya serap tenaga kerja, dimana sebanyak 15.195 orang dari tenaga kerja berpendidikan SD, atau sekitar sepertiga dari angkatan kerja hanya berpendidikan SD. Kemudian sebanyak 12.674 orang dari tenaga kerja terserap pada pekerjaan penjualan dan sebanyak 14.104 orang bekerja di sektor perdagangan. Artinya pada masa yang akan datang kebijakan peningkatan jenis pekerjaan menjadi penting dilakukan, perluasan dan diversifikasi pekerjaan penting dilakukan. 9. Upaya yang sudah dilakukan selama ini dalam kaitannya dengan

(37)

modal kerja adalah salah satu yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan dan persiapan tenaga kerja. Selain dari itu fokus terhadap perluasan lapangan kerja untuk wanita disertai dengan peningkatan jenis pekerjaan yang dapat meningkatkan produktifitas kerja.

2.5.2. BUDAYA

1. Kota Payakumbuh yang mayoritas didiami oleh suku bangsa Minangkabau, dikenal penganut agama Islam kuat dan pemegang teguh adat dan tradisi mereka. Kedekatan agama Islam dan Adat menjadi karakteristik dan jati diri utama masyarakat Kota Payakumbuh khususnya dan Minangkabau umumnya. Pemantapan pelaksanaan kehidupan sosial dan agama di dalam masyarakat mengacu kepada falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial dan budaya masyarakat di kota ini pada dasarnya dilandasi oleh ajaran Agama Islam sebagai prinsip pokok kehidupan.

2. Masyarakat Kota Payakumbuh khususnya dan masyarakat Minangkabau umumnya, secara normatif memiliki keseimbangan prinsip antara Islam dan Adat. Islam memberikan fondasi bagi prinsip kehidupan yang religius, sementara Adat memberikan fondasi bagi kehidupan yang berbudaya. Faktanya pelaksanaan ajaran Islam dan norma adat masih sering dipertentangkan, dan sering menjadi potensi konflik. Sejalan dengan pemahaman yang semakin kuat tentang pentingnya agama dan adat dalam kehidupan, prinsip pelaksanaan ajaran Islam ditransformasikan di dalam praktek adat, mengacu kepada prinsip: ‘syara’ mangato, adat mamakai’. Dengan demikian, masyarakat Minangkabau memahami sekali tentang dinamika penerapan antara ajaran Islam dan praktek adat dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(38)

dijadikan syarat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, adanya bimbingan dan pengarahan kepada setiap calon penganten, munculnya bimbingan keagamaan untuk tingkat remaja, majelis ta’lim untuk para wanita dan lain-lainnya.

4. Namun demikian, sejalan dengan kemajuan tersebut, terlihat pula gejala-gejala negatif di bidang sosial keagamaan yang tumbuh dalam masyarakat. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah meningkatnya angka perceraian, moral kaum remaja terlihat semakin rendah dan adanya pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh kelompok radikal baik atas nama agama maupun atas nama kepentingan lainnya. Agama terkesan seakan-akan hanya formalitas dan simbolis. Masyarakat kebanyakan masih mengutamakan seremoni ketimbang melaksanakan makna yang dikandung dalam ajaran agama itu. Pembanguan rumah ibadah terkesan lebih diutamakan ketimbang melaksanakan ajaran agama secara “kaffah”. Pergaulan dan perilaku masyarakat cenderung meninggalkan etika dan budaya agama. Berbagai pihak belum terlalu perhatian terhadap sistem keuangan syariah dan lembaga keuangan mikro yang ada di nagari-nagari. Penyakit masyarakat seperti perjudian, tindakkan asusila, pengedar dan pemakaian obat terlarang masih cenderung menunjukkan peningkatan dan lain-lainnya.

5. Masyarakat Kota Payakumbuh memiliki perkembangan yang sangat dinamis dalam aspek pendidikan, budaya dan mata pencarian hidup. Orientasi pendidikan telah menyerap dan mengadopsi sistem pendidikan nasional dan bahkan internasional. Sistem pendidikan lokal yang berpola pesantren berada pada posisi tidak sentral dalam perkembangan pendidikan secara umum di daerah ini. Sistem pendidikan yang berorientasi ke luar, dipengaruhi juga oleh perubahan orientasi pekerjaan dari sektor pertanian kepada sektor industri, perdagangan, jasa dan pegawai negeri. Dengan demikian, pola ekonomi rakyat sangat berorientasi komersial. Dengan kondisi ini, maka orientasi kehidupan orang Minangkabau yang telah berhasil dari segi pendidikan dan ekonomi cenderung membangun pola budaya baru yang tidak berakar kepada budaya asli mereka.

(39)

menentukan asal usul (procreation) dan arah (orientation) dari keturunan suatu kaum. Walaupun demikian kekuatan mereka barulah berada pada domain domestik, sementara pada domain publik, kedudukan mereka diperkuat dan dijalankan oleh kelompok kerabat laki-laki seketurunan ibu. Mereka ini menjaga dan mempertahankan kesinambungan eksistensi sistem sosial yang bersandar kepada adat dan lembaga (adat diisi, limbago dituang).

7. Salah satu potensi sumber daya manusia Kota Payakumbuh yang banyak memegang kendali ekonomi rumah tangga, ekonomi pasar dan ekonomi ulayat adalah kaum perempuan (bundo kanduang). Sebegitu jauh, posisi mereka masih berada dalam domain privat dan belum termanfaatkan dalam domain publik. Dengan demikian, selama ini posisi mereka belum bersifat penting dan sentral dalam berkontribusi bagi proses pembangunan daerah. Potensi sumber daya perempuan ini semestinya mendapat tempat yang lebih baik dalam kegiatan pembangunan daerah agar keseimbangan kekuatan sumber daya manusia secara keseluruhan dapat dioptimalkan.

8. Keberadaan tanah ulayat merupakan salah satu kharakteristik budaya masyarakat Minangkabau, termasuk masyarakat Kota Payakumbuh. Sebegitu jauh, keberadaan tanah ulayat telah memberikan dampak positif dan juga negatif terhadap proses pembangunan daerah. Dampak positif yang timbul adalah dalam bentuk lebih baiknya distribusi pendapatan dalam masyarakat karena semua kaum dan kelompok masyarakat mempunyai tanah ulayat milik bersama yang juga dapat digunakan secara bersama. Dengan demikian, walaupun terdapat kelompok masyarakat miskin, tetapi paling kurang mereka masih mempunyai tanah kaum yang dapat digunakan untuk menopang kebutuhan hidup. Akan tetapi dampak negatif yang timbul adalah tanah kaum tersebut sukar untuk diperjualbelikan karena harus mendapat persetujuan dari seluruh warga kaum dan harus dengan alasan yang sangat kuat. Akibatnya, bila ada warga masyarakat atau investor dari luar ingin memanfaatkan tanah tersebut, proses jual beli menjadi lebih rumit sehingga seringkali menghambat proses pembangunan daerah. Karena itu, perlu kesepakatan antara pemuka adat, bagaimana tanah ulayat tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses pembangunan.

(40)

bagian dari nilai luhur adat. Identitas orang Minangkabau akhirnya identik dengan keIslaman.

10. Secara konstruktif ideal, masyarakat Minangkabau menjalankan tiga jalinan elemen penting dalam kehidupan yakni adat, agama dan intelektualitas. Secara kelembagaan, tiga elemen tersebut tergambar dalam simbolisasi tali tigo sapilin, tungku tigo sajarangan. Orang Minangkabau sangat menghargai adat, agama dan akal yang dijalin dari nilai agama dan nilai adat. Idealisme ini terpatri semenjak alam minangkabau terbentang. Dapat dikatakan dalam ungkapan lain bahwa, pada satu sisi, keberadaan Minangkabau diwakilkan dengan keberadaan fungsi dan peran dari kaum ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai. Sementara di sisi lain, orang Minangkabau kebanyakan, yang seringkali digambarkan sebagai anak kemenakan, adalah warga dari kesatuan masyarakat hukum adat yang harus patuh menjalankan adat dan ajaran agama. Mekanisme yang terus dipertahankan semenjak masa ninik mamak dahulu, telah membawa kebesaran nilai dan keberadaan orang Minangkabau. Namun dalam perjalanannya, Minangkabau mengalami tantangan besar, oleh karena kehidupan masyarakat semakin beragam dan kompleks.

(41)

ISU-ISU STRATEGIS

3.1. PEMERINTAHAN DAN HUKUM

1. Pemberantasan Korupsi

a. Pemberantasan korupsi sejak era Reformasi telah melalui

beberapa tahapan. Tahapan pertama pada 1998-2002,

melaksanakan kebijakan hukum dalam pemberantasan korupsi untuk memenuhi janji reformasi, dan dilanjutkan dengan pembangunan bidang hukum yang meliputi empat bidang, yaitu hukum di bidang ekonomi, keuangan, dan perbankan; hukum di bidang politik; hukum di bidang sosial; serta hukum di bidang hak asasi manusia.

b. Salah satu dampak nyata dari penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi adalah refleksi gerakan pemeberantasan korupsi kurang lebih 52 tahun yang lampau sarat dengan tujuan memberikan penjeraan dengan penjatahan hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku korupsi disertai keinginan keras

untuk sebesar-besarya memberikan kemanfaatan bagi

pengembalian keuangan negara yang telah diambil pelakunya.

c. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan penguatan mekanisme internal, berupa transparansi dan komitmen fakta integritas dalam bentuk peraturan daerah, sebagai tindakan preventif serta regulasi perlindungan aparat publik dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersifat represif.

d. Ketiga strategi tersebut diatas dalam hal pemberantasan korupsi dimasa mendatang harus diperlakukan secara seimbang, direncanakan dengan baik dan berkesinambungan, sehingga pencegahan pemberantasan korupsi bukan terletak pada mana yang lebih penting: menghukum atau mengembalikan aset korupsi, melainkan terletak pada efisiensi dan efektivitas penegakan hukum yang memiliki kepastian hukum dan berkeadilan sosial

2. Penegakan Hukum dan HAM

Gambar

Tabel 2.1. Struktur,  Pertumbuhan  dan  Potensi  Pengembangan  Ekonomi Kota Payakumbuh 2001-2005
Gambar 2.1. Perbandingan Perkembangan IPM Payakumbuh Tahun 1996-2005
Tabel 4.1 Proyeksi Pembangunan Ekonomi Kota Payakumbuh Tahun 2005-2025
Gambar 6 Sistematika  Keterkaitan  Antara  Visi,  Misi  dan  Arah  Kebijakan  Pembangunan Jangka Panjang Kota Payakumbuh Tahun 2005-2025

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disingkat RPJPD Kabupaten Ngawi adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah

Sejalan dengan terjadinya penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 maka tingkat inflasi secara nasional juga mengalami peningkatan, dimana tingkat inflasi

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Denpasar Tahun 2016 disusun dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar, Rencana Kerja

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 2025 yang selanjutnya. disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah

RKPD Kota Payakumbuh tahun 2014 disusun dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Dalam kerangka besar itulah, visi, misi dan program kerja walikota terpilih untuk lima tahun ke depan merupakan tahap kedua Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Karawang Tahun 2005-2025 IV-47 pemanfaatan ruang; Evaluasi sistem regulasi; Persiapan untuk penyusunan RTRW

Adapun Tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 adalah untuk memberikan arah dan acuan bagi pemerintah daerah