• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Heni Septia Saputri NIM 13108241075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain) dan hanya kepada Rabb-Mu hendaknya kamu berharap”

(Q.S Al Insyirah:6-8)

“Tetap semangat dan jangan pernah menyerah karena apapun yang terjadi selalu

ada jalan keluarnya”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada orang-orang yang berada dalam hati penulis: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Zen Rochmat S.Pd dan Ibu Siti Umi

Kulsum S.Pd., terimakasih atas curahan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil selama ini.

2. Saudara-saudaraku yaitu; Erna Puspita Dewi, Susi Astiningrum dan Agus Purnomo Aji, yang selalu memberi dukungan dan doa selama ini.

3. Almarhum Simbah Markonah, yang semasa hidupnya selalu menyayangi dan mendoakan penulis.

4. Almarhum KH. Nasikhudin, dan Ibu Musiratun yang selalu memberi doa dan dukungan selama ini.

(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEDONGKIWO KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh

Heni Septia Saputri NIM 13108241075

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode pembelajaran Group Investigation materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017.

Jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo, Mntrijeron, Yogyakarta sebanyak 21 siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart yang berisi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes untuk mengukur hasil belajar IPA dan observasi untuk mengukur keterlaksanaan belajar guru dan siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi awal siswa pra tindakan hasil belajar rata-rata kelas sebesar 62,28 dengan presentase ketuntasan 19,04%. Setelah dilaksanakan pembelajaran IPA melalui metode group investigation pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA mencapai 75.61, dengan presentase ketuntasan sebesar 57,13%. Demikian pula setelah dilakukan perbaikan pembelajaran IPA melalui metode Group Investigation yang disertai pengkondisian siswa yang lebih baik, kejelasan guru dalam menerangkan pengerjaan lembar kerja, menggunakan media pada kegiatan apersepsi, memberi motivasi kepada siswa untuk lebih berani dan percaya diri dalam mengajukan pertanyaan dan motivasi untuk bekerja sama dalam kelompok yang heterogen pada siklus II, semakin meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Nilai rata-rata kelasnya meningkat menjadi 80,95 dan persentase ketuntasan meningkan menjadi 90,47%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala,

hanya atas pertolongan dan kehendak-Nya penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Melalui Metode Pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron

Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA, selaku Rektor UNY yang telah memberikan kebijaksanaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., selaku Dekan FIP UNY yang telah memberikan kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Suwarjo, M.Si., selaku Wakil Dekan I FIP UNY yang telah memberikan kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PPSD yang telah

(9)

ix

5. Bapak A.M Yusuf, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Pratiwi Puji Astusi selaku validator instrumen bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah berkenan memvalidasi sekaligus memberi arahan dalam penyususan skripsi ini ditengah padatnya kesibukan beliau.

7. Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Gedongkiwo khususnya Bu Anik Sutilah S.Pd., yang telah berkenan memberikan izin penelitian dan membantu dalam pengumpulan data-data penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo, atas kerjasama yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

9. Bapak Zen Rochmat S.Pd dan Ibu Siti Umi Kulsum S.Pd dan seluruh keluargaku tercinta atas dukungan yang tidak pernah lelah berdoa dan bekerja mencari nafkah demi kelancaran studi penulis dan lancarnya penyusunan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu terselesaikan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga amal baik ynag telah mereka berikan senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.

Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………...………. ii

HALAMAN PERNYATAAN………..………. iii

HALAMAN PENGESAHAN………...………. iv

MOTTO………... v

PERSEMBAHAN………...………... vi

ABSTRAK………..………..…….... vii

KATA PENGANTAR……….……….... viii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….………..… x

DAFTAR GAMBAR………...….. xi

DAFTAR LAMPIRAN………...………... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Massalah……… 1

B. Identifikasi Masalah………... 6

C. Pembatasan Masalah…..………. 7

D. Rumusan Masalah………... 7

E. Tujuan Penelitian……… 8

F. Manfaat Penelitian……….. 8

G. Definisi Operasional………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori………. 10

1. Tinjauan IPA Sekolah Dasar……….. 10

a. Hakikat IPA……….. 10

b. Karakteristik IPA……….. 13

c. Tujuan Pembelajaran IPA………. 14

d. Ruang Lingkup Bahan Kajian IPA………... 15

2. Tinjauan Hasil Belajar……… 18

a. Pengertian Hasil Belajar………... 18

b. Hasil Belajar Kognitif………... 20

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar……….... 21

(11)

xi

4. Tinjauan Metode Pembelajaran………... 27

a. Pengertian Metode Mengajar……… 27

b. Pemilihan Metode Mengajar………. 28

5. Metode Group Investigation dalam Pembelajaran Kooperatif……... 29

a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif………... 29

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif………. 31

c. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Belajar Tradisional..32

d. Dasar Pemikiran Metode Group Investigation………. 34

e. Unsur Penting Group Investigation ………. 36

f. Tahap Pelaksanaan Group Investigation……….. 39

g. Manfaat Metode Group Investigation……… 41

6. Tinjauan Materi Penyesuain Makhluk Hidup dengan Lingkungan… 42 a. Penyesuaian Hewan dengan Lingkungan………. 42

b. Penyesuaian Tumbuhan dengan Lingkungan………... 47

B. Penelitian yang Relevan………... 50

C. Kerangka Pikir……….. 51

D. Hipotesis Tindakan………... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………... 54

B. Subjek Penelitian……….. 54

C. Setting Penelitian……….. 54

D. Desain Penelitian………... 55

E. Prosedur Penelitian………... 55

1. Tahap I perencanaan (planning)……….……… 56

2. Tahap II Tindakan dan Observasi (acting and observing) ………… 56

3. Tahap III Refleksi (reflecting)……….... 59

F. Teknik Pengumpulan Data………... 60

G. Instrumen Penelitian………..…….. 61

H. Teknik Analisis Data……….…….. 63

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan………....…….. 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian……….… 67

B. Deskripsi Subjek Penelitian……….… 68

C. Hasil Data………. 68

(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 113

B. Saran……….. 114

DAFTAR PUSTAKA……….. 115

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi Dasar……….….……….….. 16

Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Tradisional……….…... 32

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus I..……….…… 62

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Siswa……….……. 63

Tabel 5. Kriteria Pencapaian Hasil Belajar……….………. 65

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Tindakan……….…….…………. 69

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I………...……….……… 83

Tabel 8. Kriteria Hasil Belajar Siklus I……… 83

Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus I ………. 87

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II ……….….. 100

Tabel 11. Kriteria Hasil Belajar Siklus II ………... 101

Tabel 12. Hasil Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus II ………...…. 103

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Guru……….……….. 118

Lampiran 2. Lembar Observasi Siswa……….………. 120

Lampiran 3. Validitas Instrumen ……….……… 122

Lampiran 4. RPP Siklus I……….……… 123

Lampiran 5. LKK Siklus 1 Pertemuan 1……….………... 132

Lampiran 6. LKK Siklus II Pertemuan 2……….………. 133

Lampiran 7. RPP Sikus II……….……….... 134

Lampiran 8. LKK Siklus II Pertemuan 1……….……… 143

Lampiran 9. LKK Siklus II Pertemuan 2………...………... 144

Lampiran 10. Soal Pos Tes Siklus I……….………. 145

Lampiran 11. Soal Pos Tes Siklus II……….……… 149 Lampiran 12. Kunci Jawaban siklus I………...……… 153

Lampiran 13. Kunci Jawaban siklus II………...………...… 154

Lampiran 14. Rekapitulasi hasil Postes siklus I……… 155

Lampiran 15. Rekapitulasi hasil Postes siklus II……….……….. 156

Lampiran 16. Rekapitulas Perbandingan Nilai Pretes siklus I dan II……… 157

Lampiran 17. Hasil observasi guru Siklus I pertemuan 1……….……. 158

Lampiran 18. Hasil observasi guru Siklus I pertemuan 2……….. 160

Lampiran 19. Hasil observasi guru Siklus II pertemuan 1………. 162

Lampiran 20. Hasil observasi guru Siklus II pertemuan 2………. 164

Lampiran 21. Hasil observasi siswa Siklus I……….. 166

Lampiran 22. Hasil observasi siswa Siklus II………. 167

Lampiran 23. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……….….. 168

Lampiran 24. Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian……… 170

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya sebuah negara untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia demi kemajuan bangsa itu sendiri. Melalui pendidikan yang baik, dapat dihasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal (1):

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dari undang-undang tersebut kecerdasan yang dimiliki seorang peserta didik bukan hanya kecerdasan dari segi intelektual, tetapi juga kecerdasan interpersonal yang berupa pembinaan kepribadian dan pengembangan potensi diri untuk memiliki dasar sebagai manusia yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembinaan kepribadian dan pengembangan potensi peserta didik dapat terlaksana dengan optimal jika dilaksanakan semenjak pendidikan dasar.

(17)

2

yang sangat mendasar walau masih terdapat keterbatasan. Perubahan yang paling mendasar adalah perubahan dari pemikiran yang kurang logis menuju ke pemikiran yang lebih logis sesuai batas pengetahuannya, khususnya anak yang duduk di kelas tinggi yaitu kelas 4, 5, dan 6. Siswa Sekolah Dasar (SD) yang berumur 9-12 tahun memiliki cara berpikir tersebut dalam membangun pengetahuannya, baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang di belajarkan di Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep pembelajaran alam yang memiliki hubungan sangat luas dengan kehidupan manusia. Menurut Usman Samatowa (2010:3) IPA merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sejalan dengan pemikiran tersebut Patta Bundu (2006:24) menyatakan bahwa pembelajaran IPA berkaitan tentang alam dan lingkungan sekitar. Pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi proses pemecahan masalah secara langsung terhadap permasalahan yang dihadapi.

(18)

3

pengalaman langsung untuk memperoleh pemahaman sehingga dengan pengalaman tersebut peserta didik dapat menggunakan IPA sebagai solusi masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ali Nugraha (2005:22) banyak bukti yang menunjukkan, bahwa keberhasilan dalam bidang sains dapat mempercepat berbagai kemajuan, memudahkan dalam kehidupan, mengurangi penderitaan, sehingga membuka pintu-pintu yang cerah untuk masa depan. Oleh karena itu sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pelajaran penting yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar.

Sementara itu, proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dilaksanakan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) membutuhkan guru sebagai role atau penggerak komponen pembelajaran. Peran guru dalam proses mengajar, tidak hanya tampil sebagai pengajar (teacher) seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Guru sebagai pendidik dan role pembelajaran harus paham akan pentingnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di SD, karena Sekolah Dasar merupakan cikal bakal perkembangan sains.

(19)

4

Berdasarkan hasil observasi, peneliti memperoleh informasi bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas VB SD Negeri Gedongkiwo, Kec. Mantrijeron, Yogyakarta masih berpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan materi dengan ceramah di depan kelas, sedangkan siswa diminta menyimak penjelasan yang disampaikan. Metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat, sehingga pelajaran yang disampaikan kurang bermakna dalam ingatan siswa. Hal ini dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab secara terus menerus. Selain itu dalam kegiatan tanya jawab guru hanya melibatkan beberapa siswa tertentu yang aktif sementara yang lain kurang diperhatikan.

(20)

5

ini dapat dilihat dari hasil Ulangan Tengah Semester IPA Tahun Ajaran 2016/2017 sejumlah besar siswa mendapatkan nilai di bawah Kriteria Kelulusan Minimal (KKM). KKM yang diterapkan pada pelajaran IPA SD Negeri Gedongkiwo, Kec. Mantrijeron, Yogyakarta adalah 75. Dari peserta didik yang berjumlah 21 anak, hanya 4 (19,04%) anak yang berhasil melampaui KKM dan sebanyak 17 (80,95%) anak mendapatkan nilai dibawah KKM dengan nilai rerata kelas sebesar 62,28.

Melihat permasalahan tersebut peneliti mempunyai keinginan untuk memperbaiki pola pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SD Negeri Gedongkiwo. Untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan kreativitas guru dalam menentukan metode pembelajaranan yang tepat sehingga penulis berharap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat mengalami peningkatan.

Menurut Robert E. Slavin (2011: 214) metode belajar Group Investigation (GI) memberikan kesempatan siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik

di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Metode pembelajaran Group Investigation (GI) memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat dalam

(21)

6

Pelajaran 2016/2017 materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Sri Anitah (2008:2.8) Group Investigation selain untuk meningkatkan hasil belajar mengajar, juga memiliki kelebihan antara lain untuk meningkatkan hubungan antar kelompok, meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa dan motivasi belajar, memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan, serta biaya yang relative murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam membelajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

2. Guru belum melibatkan seluruh siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

3. Siswa kurang berminat dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) karena guru menekankan teori dan hafalan

4. Hasil belajar siswa pada mata pelajara Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih rendah karena sebagian besar (81,95%) siswa mendapat nilainya di bawah KKM.

C. Pembatasan Masalah

(22)

7

Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo, Kec. Mantrijeron, Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 .

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penggunaan

metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta?”

E. Tujuan

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo Kec. Mantrijeron, Kota

Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Siswa

Meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA dengan pembelajaran yang bermakna.

2. Bagi Guru

(23)

8 3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri Gedongkiwo.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui metode Group Investigation di kelas VB SD Negeri Gedongkiwo.

G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Hasil belajar IPA yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil perubahan kemampuan kognitif yang dicapai dari suatu kegiatan belajar yang dapat diukur dengan alat atau tes pada pembelajaran IPA. Perubahan kemampuan kognitif yang dicapai pada penelitian ini meliputi tingkat C1 (menghafal)-C2 (pemahaman).

2. Metode Group Investigation

(24)

9

(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan IPA di Sekolah Dasar

a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan

terjemahan dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Natural berarti ilmiah atau berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Menurut asal katanya, IPA diartikan sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam (Srini M. Iskandar, 1996:2).

H.W. Fowler (Ahmadi dan Supato, 2008) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Pendapat Fowler tersebut diperkuat oleh Sri Sulistyorini (2007:39) menyatakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dana lam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

11

Konsep dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta yang ada hubungannya. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep IPA. Hukum-hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena mengalami pengajuan-pengajuan yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal.

Dari pengertian-pengertian tersebut, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

Menurut Sri Sulistyorini (2007:9) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipandang menjadi tiga dimensi yang saling terkait. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam ketiga dimensi tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) IPA sebagai Produk

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk merupakan akumulasi hasil para perintis IPA terdahulu yang dikumpulkan dan pada umumnya disusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku. Produk IPA tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori yang tersusun dalam buku teks.

2) IPA sebagai Proses

(27)

12

penelitian tersebut meliputi; observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi, aplikasi dan komunikasi.

3) IPA sebagai Pemupukan Sikap

Sikap pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Dalam Sri Sulistyorini tersebut, Wynne Harlem menjelaskan bahwa ada Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, 3) sikap kerja sama, 4) sikap tidak putus asa, 5) sikap tidak berprasangka, 6) sikap mawas diri, 7) sikap bertanggung jawab, 8) siakp berpikir bebas, dan 10) sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan.

Dari pendapat yang telah diungkapkan di atas dapat dikatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri dari tiga unsur utama. Ketiga unsur tersebut yaitu produk, proses ilmiah dan pemupukan sikap yang disajikan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip atau hukum.

b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

(28)

13

sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawihartono, 1989: 93).

Menurut Harlen (Patta Bundu, 2006:10) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik utama sains yakni: Pertama, memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis. Teori dan prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada. Kedua, memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksisebelum sampai pada kesimpulan. Teori yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan data yang teruji kebenarannya. Ketiga, memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta pengertian perubahan itu sendiri. c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

(29)

14

(IPA) di sekolah dasar berdasarkaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(30)

konsep-15

konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) berperan aktif dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (5) menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Usman Samatowa (2006:3) ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) meliputi: (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yakni manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; (2) benda/materi, sifat-sifat, dan kegunaan, meliputi: cair, padat, dan gas (3) energy dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana; (4) bumi dana lam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Materi pembelajaran IPA sangat beragam dan sangat dekat dengan dunia siswa. Siswa akan senang belajar memahami sesuatu yang dekat dengan dunianya. Guru sebagai pendidik di sekolah dituntut mampu mengarahkan pembelajaran dengan memperhatikan dan mengenali dunia siswa.

(31)

16

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi cara

makhluk hidup

menyesuaikan diri dengan lingkungan

3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup

[image:31.595.167.515.85.193.2]

3.2 Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup

Tabel 1. Standar Kompetensi Dasar

Cakupan materi Penyesuaian Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya meliputi hal-hal berikut:

1) Penyesuaian Hewan terhadap Lingkungan

Hewan melakukan adaptasi agar dapat bertahan hidup. Adaptasi yang dilakukan hewan meliputi adaptasi memperoleh makanan, menyesuaikan diri terhadap keadaan tempat tinggalnya, dan melindungi diri terhadap musuh. Adaptasi hewan dalam memperoleh makananya berupa; bentuk paruh burung, bentuk kaki burung dan bentuk mulut serangga. Adaptasi hewan terhadap habitatnya meliputi; adaptasi hewan terhadap habitat padang pasir, adaptasi hewan yang hidup di daerah panas, adaptasi hewan yang hidup di daerah bersalju dan adaptasi hewan dalam melindungi diri dari musuh. Sedangkan adaptasi hewan dalam melindungi diri dari musuh meliputi; mengubah warna kulit, mengeluarkan tinta, mengeluarkan cairan berbau, menyerupai lingkungan sekitar, mengeluarkan cairan beracun, mengeluarkan alat sengat, memutus ekornya dan menggulungkan tubuhnya.

(32)

17

Sama halnya dengan hewan, tumbuhan juga melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Tumbuhan melakukan penyesuaian terhadap perubahan cuaca, keadaan habitat tumbuhan, dan untuk melindungi diri dari musuh. Adaptasi tumbuhan terhadap cuaca berupa pengguguran daun ketika musim kemarau. Adaptasi tumbuhan terhadap habitatnya meliputi; tumbuhan yang hidup di air, tumbuhan yang hidup di gurun, tumbuhan yang hidup di daerah kutub, dan tumbuhan yang hidup di lumpur. Adaptasi tumbuhan dalam melindungi diri dari musuh meliputi; daun yang tajam, duri di batang, bulu di daun dan batang, mengeluarkan getah, meniru lingkungan sekitar dan mengeluarkan racun.

2. Tinjauan Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya Winkel (Purwanto, 2008:51). Sedangkan menurut Sudjana (2002:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari dalam hal ini oleh peserta didik.

(33)

18

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, hasil belajar adalah perubahan kemampuan pada manusia sebagai hasil dari proses belajar sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Bloom (Suharsimi, 2005:76) hasil belajar dibagi dalam 3 (tiga) ranah yaitu: 1) Ranah kognitif: kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh

pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

2) Ranah psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.

3) Ranah afektif: berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.

4) Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan perubahan tiga ranah teersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar.

(34)

19

yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Dari beberapa teori di atas, maka dapat dikatakan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah perubahan kemampuan pada manusia sebagai hasil dari proses belajar sehingga bertambah pengetahuannya tentang gejala alam yang timbul berupa fakta, prinsip dan konsep yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran. Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan pengetahuan atau ranah kognitif. Menurut Suparlan (2010: 50) Proses belajar yang melibatkan aspek kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

(35)

20 1. Kemampuan Menghafal (C1)

Merupakan kemapuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak untuk merespons ketika fakta tersebut dipanggil kembali persis seperti ketika disimpan.

2. Kemampuan Pemahaman (C2)

Kemampuan untuk melihat hubungan fakta-dengan fakta, dalam arti menghafal fakta tidak lagi cukup Karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya.

3. Kemampuan Penerapan (C3)

Kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya untuk memecahkan masalah.

4. Kemampuan Analisis (C4)

Kemampuan memahami seuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur. 5. Kemampuan Sintesis (C5)

Kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian kedalam kesatuan.

6. Kemampuan Evaluasi (C6)

Kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(36)

21

bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan kondisi yang dimiliki siswa mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Sedangkan menurut Clark dalam Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001:39) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Dalyono (2009:55), pencapaian hasil belajar seseorang secara umum dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri seseorang) dan faktor eksternal (berasal dari luar diri). Faktor-faktor dari dalam diri seseorang yang (faktor internal) yang dimaksudkan antara lain dibawah ini. 1) Kesehatan, dalam hal ini tidak hanya dari segi kesehatan jasmani saja melainkan kesehatan rohani seseorang juga mempengaruhi hasil belajar 2) Inteligensi dan bakat, kedua aspek kejiwaan ini memiliki andil yang cukup

besar terhadap hasil belajar seseorang

3) Minat dan motivasi, minat adalah adanya rasa ketertarikan terhadap sesuatu atau untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi lebih mengarah pada dorongan diri seseorang untuk melakukan sesuatu, sesuatu dalam hal ini adalah belajar

4) Cara belajar, belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, serta ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang maksimal.

(37)

22

1) Keluarga, suasana kehidupan di keluarga, pola hubungan anggota keluarga, pendidikan orang tua, dan keadaan ekonomi keluarga seseorang sangat mempengaruhi hasil beljararnya.

2) Sekolah, sebagai institusi penyelenggara pendidikan keberadaan sekolah sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Sekolah dalam hal ini menyangkut segala hal di dalamnya, baik gurunya, sarana prasarananya, kurikulumnya, metode mengajarnya, dan sebagainya. 3) Masyarakat, keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar

seseorang. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang berpendidikan, maka semangat belajar anak cenderung akann tinggi dan hasil belajarnya pun tentu akan cenderung tinggi pula, namun sebaliknya apabila keadaan masyarakat sekitar tempat tinggal terdiri dari orang-orang yang tidak berpendidikan maka semangat belajarnya juga cenderung rendah.

4) Lingkungan sekitar, lingkungan dalam hal ini lebih dititikberatkan pada kondisi lingkungan secara fisik bukan lingkungan dalam arti manusuanya atau keadaan. Lingkungan yang nyaman untuk belajar, jauh dari hiruk pikuk, bersih, tentu sangat nyaman untuk belajar. Namun jika lingkungan sekitar terdiri dari bangunan-bangunan kumuh, bising, kotor, tentu hal ini menyebabkan kenyamanan belajar kurang. Akibat lebih jauhnya hasil belajar seseorang juga rendah.

(38)

23

pemilihan metode pembelajaran. Faktor ini sangat penting karena ketepatan guru dalam menentukan metode pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Metode pembelajaran harus dibuat menarik, sehingga siswa tidak bosan dalam pembelajaran tersebut. Selain penyusunan metode pembelajaran yang baik, juga diperlukan beberapa variasi cara mengajar guru untuk meminimalisir tingkat kejenuhan siswa dalam suatu pembelajaran.

Dari beberapa pendapat ahli mengenai faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari masing-masing individu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar. 3. Karakteristik Siswa Kelas V SD

(39)

24

Jean Piaget (Amalia,dkk 2011: 49) membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu: 1) tahap Sensori Motor anak usia 0-2 tahun; 2) tahap pra-operasional berusia 2-7 tahun; 3) tahap operasional konkret anak usia 7-11 tahum, dan 4) tahap operasional formal anak usia >12 tahun. Siswa kelas 5 sekolah dasar umumnya berusia 10-11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusuan pembelajaran di dalam kelas sekolah dasar menurut Piaget antara lain bahwa anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siap untuk diisi, melainkan anak secara aktif membangun pengetahuan dunianya.

Menurut Eka Izzaty, dkk (2008:114) anak usia sekolah dasar memiliki minat terhadap kelompok teman sebaya. Mereka memiliki teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama seperti, kegiatan belajar bersama, melihat pertunjukan, bermain, memasak-masak. Anak usia sekolah sering melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa. Menurut Usman Samatowa (2006:7), anak yang memasuki keserasian bersekolah dibagi ke dalam dua fase dibawah ini.

a. Masa kelas rendah sekolah dasar, sekitar 6 tahun sampai sekitar usia 8 tahun. Dalam tingkatan kelas di sekolah dasar, usia tersebut termasuk dalam kelas 1-3. Sehingga kelas 1 sampai 3 disebut sebagai kelas rendah.

(40)

25

Anak kelas 5 Sekolah Dasar pada umumnya berusia rentang 10-11 tahun. Berdasarkan teori Jean Piaget maka anak kelas 5 SD menduduki tahap operasional konkret. Adapun karakteristik kelas tinggi di sekolah dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya minat yang praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Sangat realistis, memiliki keingin tahuan yang tinggi dan ingin belajar. c. Menjelang masa ini anak berminat pada hal-hal yang bersifat khusus. d. Pada usia 11 tahun anak membutuhan guru atau orang tua untuk

menyelesaikan tugasnya dan setelah berusia 11 tahun anak sudah mulai menyelesaikan tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha sendiri. e. Pada masa ini anak menganggap nilai raport sebagai ukuran yang tepat

mengenai prestasi sekolah.

f. Anak mulai gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan biasanya anak tidak lagi terikat aturan yang tradisional, namun mampu menciptakan peraturan sendiri.

g. Peran manusia idola sangat penting, pada umumnya orang tua, kakak, dianggap sebagai manusia idola yang sempurna. Anak juga menganggap guru sebagai manusia yang serba tahu.

(41)

26

ada pada tahap operasional konkret, yang membangun suatu pengetahuan baru dengan berpikir logis dan berdiskusi dengan teman sebayanya. Sehingga guru harus memberikan fasilitas dan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.

4. Tinjauan Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Mengajar

Menurut Abdul Aziz Wahab (2007: 83) metode adalah proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar jadi aktif. Sejalan dengan pendapat tersebut Hadari Nawawi dalam Suryobroto (2002) dalam Asih (2012: 20) metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh guru berdasarkan perkembangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut.

Menurut Purwadarminta dalam Nana Sudjana (2005: 7) metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Asih (2012: 20) metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Dari pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa metode mengajar adalah seperangkat cara yang telah dirancang dengan baik dan secara terorganisir untuk mencapai tujuan pengajaran.

(42)

27

Abu Ahmadi dalam Asih (2012:21) menyatakan bahwa dasar pemilihan metode mengajar yaitu sebagai berikut:

1) Relevansi dengan tujuan; tujuan yang dimaksud adalah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran. 2) Relevansi dengan bahan; metode digunakan berdasarkan materi pokok

bahasan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran.

3) Relevansi dengan kemampuan guru, guru harus memiliki pengetahuan tentang metode mengajar, sehingga guru dapat menemukan metode mana yang tepat digunakan dalam pembelajaran.

4) Relevansi dengan situasi pembelajaran; bahwa metode harus sesuai dengan kondisi pengajaran yang ada. Penggunaan metode yang tidak tepat membuat siswa tidak termotivasi belajar.

Dari beberapa dasar pemilihan metode belajar diatas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya materi penyesuaian makhluk hidup dan lingkungannya memerlukan sebuah metode yang dapat membuat siswa terlibat aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri tidak sekedar transfer of knowledge materi dari seorang guru kepada siswa. Metode belajar yang digunakan guru mempengaruhi hasil belajar siswa.

5. Metode Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran Kooperatif

Group Investigation (GI) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran

Cooperative Learning atau yang dikenal dengan pembelajaran kooperatif yang

(43)

28

Hakikat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan. Prinsip utama belajar kooperatif menurut Sri Anitah, dkk (2008:3.8) yaitu kesamaan tujuan dan ketergantungan positif. Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat belajar lebih kooperatif. Sedangkan ketergantungan positif yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama dalam kelompoknya.

Menurut Sugiyanto (2010: 37) pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif mencipatakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community).

Konsep dasar pembelajaran kooperatif meliputi beberapa aspek yaitu:

1) Kelas demokratis, kelas seharusnya merupakan laboratorium atau miniature demokrasi yang bertujuan mempelajari dan menyelidiki berbagai masalah sosial dan interpersonal.

2) Hubungan Antar Kelompok

(44)

29

paling tinggi apabila kita bebas menentukan tujuan belajar kita sendiri dan berusaha secara aktif untuk mencapainya dalam kerangka kerja tertentu. 4) Teori motivasi, kooperatif sebagai usaha berorientasi tujuan dari tiap

individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya. b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2010: 40) yaitu sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. 2) Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka salam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru.

3) Akuntabilitas Individual

(45)

30

berdasarkan rata-rata hasil belajar semua anggota, Karena itu setiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. 4) Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi sengaja diajarkan.

[image:45.595.140.510.499.724.2]

c. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Perbedaan tersebut menurut Sugiyanto (2010: 42) adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Tradisonal

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotive

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik rentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan kelompok lainnya hanya enak-enak saja di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kealamin, ras, etnik dan sebagainya

(46)

31 sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan Pimpinan kelompok biasanya dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok biasanya sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan

Keterampilan sosial tidak diajarkan secara langsung

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan inverensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi pada kelompok tersebut

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar Penekanana tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

d. Dasar Pemikiran Metode Group Investigation

(47)

32

Aspek rasa sosial di dalam kelompok dan pertukaran intelektual yang dilakukan siswa merupakan sumber-sumber penting dalam usaha para siswa untuk belajar. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini. Sementara pertukaran intelektual dilakukan untuk memahami materi dan meningkatkan pengetahuan siswa.

Menurut Robert E. Slavin (2011:214) metode belajar Group Investigation memberikan kesempatan siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang/makhluk hidup, lingkungan, fenomena alam) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Sejalan dengan hal tersebut Sugiyanto (2009:46) menyatakan bahwa metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui Investigation.

(48)

33

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Group Investigation adalah metode pembelajaran yang mnekankan pada kerja sama dan keterlibatan siswa secara maksimal untuk aktif menemukan konsep, fakta dan prinsip yang sedang dipelajari dalam kerja sama kelompok (group) yang dapat diperoleh dari berbagai sumber media. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses memiliki kelompok (group proses skills). Hal tersebut dapat membantu siswa mengasah kemampuan interpersonal yang dimiliki setiap individu.

Peran guru dalam melaksanakan metode ini, guru bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada, untuk melihat bahwa siswa dapat mengelola tugasnya, guru dapat membantu kesulitan yang siswa hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja proyek pembelajaran.

e. Unsur Penting Metode Group Investigation

Menurut Slavin (2005: 215) terdapat beberapa unsur atau elemen penting sehingga metode pembelajaran Group Investigation dapat terimplementasi dengan baik. Unsur-unsur tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Menguasai Kemampuan Kelompok

(49)

34

haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusi, dan tidak boleh dirancang hanya sekedar untuk bias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat factual (siapa, apa, kapan, dan sebagainya). Slavin mencontohkan misalnya dalam pembelajaran biologi Group Investigation akan sangat ideal untuk mengajarkan tentang hutan hujan, tetapi tidak sesuai digunakan untuk mengajari unsur-unsur tabel periodik.

Secara umum, guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas, di mana para siswa selanjutnya membagi topik tersebut ke dalam subtopik. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensistesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok.

2. Perencanaan Kooperatif

(50)

35

bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di hadapan. Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap kepada siswa dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaknasakan proyek investigasi berskala penuh. Guru dapat berperan untuk memimpin diskusi dengan memunculkan gagasan-gagasan. 3. Peran Guru

Dalam kelas yang melaksanakan metode Group Investigation guru bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada untuk melihat bahwa siswa dapat mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. peran guru yang terpenting yaitu membangun komunikasi dan sosial sehingga bias memfasilitasi siswa ketika siswa melaksanakan investigasi. Ada banyak kesempatan bagi guru untuk mendampingi siswa seperti; mendengarkan, membuat ungkapan, memberi reaksi yang tidak menghakimi, mendorong partisipasi dan sebagainya. Guru dengan demikian dapat memberikan pengajaran langsung kepada seluruh kelas, memberikan pengajaran terindividualisasi dalam sentra-sentra kelompok pembelajaran, atau kombinasi keduanya.

(51)

36

mempelajari penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya guru harus menjelaskan terlebih dulu bahwa setiap hidup memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya sebagai pengantar kemudiaan siswa berfokus pada topik yang menurut mereka menarik.

f. Tahap Pelaksanaan Group Investigation

Dalam Group Investigation, siswa bekerja melalui enam tahap. Deskripsi mengenai langkah-langkah metode GI menurut tahap yang dirancang oleh Robert E. Slavin adalah sebagai berikut:

a) Tahap 1: Seleksi Topik dan Mengatur Siswa ke dalam Kelompok

i. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah umum yang digambarkan terlebih dahulu oleh guru.

ii. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk bergabung dengan kelompoknya yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.

iii. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen

iv. Guru memfasilitasi pengaturan.

b) Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

(52)

37

prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah terpilih seperti langkah di atas. c) Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

i. Masing-masing siswa mengumpulkan informasi dan melaksanakan tugas yang telah direncanakan pada langkah sebelumnya dengan menggunakan sumber yang luas dan bervariasi baik di dalam maupun diluar kelas.

ii. Setiap siswa berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya

iii. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memeberikan bantuan jika diperlukan.

iv. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensitesis semua gagasan yang diperoleh.

d) Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir

i. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari berbagai informasi yang diperoleh dari proyek mereka pada langkah sebelumnya.

ii. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka merencanakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e) Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir (Penyajian Hasil Belajar) i. Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai

(53)

38

ii. Siswa yang sedang tidak melakukan presentasi harus melibatkan pendengarannya secara aktif/memperhatikan kelompok yang sedang melakukan presentasi.

iii. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi/memberi tanggapan kepada kelompok penyaji secara bergantian sesuai urutan.

f) Tahap 6: Evaluasi

Guru beserta para siswa melakukan evaluasi terkait topik yang telah di investigasi dan mengenai pelaksanaan tugas yang telah dikerjakan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya. g. Manfaat Metode Group Investigation

Menurut Isjono (2010:87) dalam metode Group Investigation interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dalam pembelajaran ini, kooperatif memberikan kebebasan kepada pembelajar untuk berpikir secara analitis, kritis kreatif, reflektif dan produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai obyek pembelajar ikut aktif terlibat dalam pembelajaran.

Manfaat menggunakan metode Group Investigation yang merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif menurut Sri Anitah, dkk (2008: 3.9) adalah sebagai berikut.

(54)

39

b. Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna isi pembelajaran.

c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.

d. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan. e. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.

f. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Group Investigation memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri secara kooperatif, sehingga metode ini tidak hanya mengasah kemampuan berpikir siswa secara analitik dan sistematis, melainkan juga memadukan aspek keterampilan dan sosial yang tinggi.

6. Tinjauan Materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungan a. Penyesuaian Hewan dengan Lingkungan

(55)

40

adaptasi untuk memperoleh makanan, menyesuaikan diri terhadap keadaan tempat tinggalnya, dan melindungi diri dari musuh.

1) Adaptasi hewan memperoleh makanan a) Bentuk paruh burung

Burung pemakan daging memiliki paruh yang berbentuk runcing, tajam, dan melengkung. Bentuk tersebut memudahkan burung mencabik-cabik mangsanya. Burung pemakan biji-bijian memiliki paruh yang berbentuk pendek dan kokoh untuk memecahkan biji-bijian. Ada juga burung pemakan biji-bijian yang memiliki paruh berbentuk pendek dan tebal untuk memetik biji padi, misalnya paruh burung gelatik dan bondol.

Burung pemakan ikan memiliki paruh berbentuk besar dan panjang berberigi untuk menagkap ikan yang bertubuh licin. Misalanya burung camar dan burung raja udang. Ada pula burung pemakan ikan yang memiliki kantong pada paruhnya untuk menciduk ikan dalam air, misalnya paruh burung bangau.

Burung pemakan serangga memiliki paruh berbentuk runcing, kokoh, dan panjang untuk mematuk pohon yang lapuk misalnya burung pelatuk. Ada juga burung pemakan serangga yang memilki bentuk paruh kecil da nagak panjang untuk menangkap serangga yang terbang misalnya wallet dan sriti.

(56)

41

Burung pemakan cacing memiliki paruh berbentuk panjang, runcing, dan melengkung yang digunakan untuk mencari cacing di dalam lumpur misalnya paruh burung gajahan.

Burung yang mencari cacing dengan menyaring air memiliki bentuk paruh yang panjang, pipih dan ada alat penyaringnya, misalnya paruh itik. Burung yang mencari makan dengan menyudu airi memiliki bentuk paruh panjang dan pipih seperti sendok, misalnya bebek.

b) Bentuk kaki burung

Bentuk kaki burung disesuaikan dengan cara mencari makan. Burung karnivora mempunyai kaki yang kuat dengan kuku yang tajam untuk mencengkeram mangsanya. Burung pelatuk mempunyai kaki yang melengkung tajam seperti kait, sehingga memudahkan burung memanjat pohon. Burung pelatuk mencari serangga di pohon lapuk dengan memanjat pohon tersebut. Itik dan angsa mencari makan di air sehingga memerlukan kaki yang berselaput untuk berenang. c) Bentuk mulut serangga

Bentuk mulut serangga beradaptasi sesuai dengan jenis makanannya. Oleh Karena itu serangga memiliki beberapa tipe mulut, yakni tipe mulut penggigit dan pengunyah, tipe mulut penusut dan pengisap, dan tipe mulut pengisap. Belalang mempunyai mulut bertipe penggigit dan pengunyah untuk menggigit dan mengunyah dedaunan. Nyamuk memiliki tipe mulut penusuk dan pengisap untuk menusuk kulit dan menghisap darah.

2) Adaptasi hewan terhadap habitatnya

(57)

42

Unta memiliki punuk di punggungnya. Punuk adalah semacam kantong penyimpanan makanan dan minuman yang adda pada tubuh unta. Unta beradaptasi dengan menyimpan air di punuknya sehingga unta tidak akan kehausan selama berhari-hari.

b) Adaptasi hewan yang hidup di daerah panas

Daun telinga berfungsi untuk mengumpulkan suara dan untuk melepaskan kelebihan panas. Semakin lebar daun telinga, semakin banyak panas yang dilepaskan. Oleh Karena itu hewan mamalia yang tinggal di daerah panas, menyesuaikan diri dengan memiliki daun telinga yang lebih besar.

c) Adaptasi hewan terhadap habitat bersalju

Hewan yang hidup di daerah bersalju memiliki lapisan lemak dibawah kulit yang tebal, sehingga hewan tidak merasa kedinginan. Misalnya pinguin dan beruang kutub.

3) Adaptasi hewan dalam melindungi diri dari musuh a) Mengubah warna kulit

Perubahan warna kulit hewan yang dilakukan untuk melindungi diri dari musuh disebut mimikri. Hewan yang memiliki kemampuan ini adalah bunglon. Jika bunglon berada di antara daun warna hijau dia akan berwarna hijau, namun ketika di antara daun berwarna merah dia akan menjadi merah juga.

b) Mengeluarkan tinta hitam

Beberapa hewan seperti cumi-cumi dan gurita akan mengeluarkan tinta hitam untuk melindungi diri dari musuh.

(58)

43

Sigung dan walang sangit adalah hewan yang mengeluarkan bau cairan tubuh yang sangat baud an menyesakkan.

d) Menyerupai lingkungan sekitar

Hewan tertentu akan menyerupai lingkungan sekitar untuk mnegelabuhi musuh seperti belalang dan ikan karang.

e) Mengeluarkan cairan beracun

Ular adalah hewan yang mengeluarkan cairan beracun berbisa jika terancam oleh musuh.

f) Menggunakan alat sengat

Hewan seperti lebah dan kalajengking akan menyengat jika di serang musuh, bahkan dapat mematikan.

g) Memutuskan ekornya

Cara penyesuaian ini disebut ototomi. Hewan yang dapat melakukan ototomi adalah kadal, tokek dan cicak.

h) Menggulungkan tubuhnya

Hewan seperti trenggiling dan kaki seribu akan menngulungkan tubuhnya ketika terancam. Dengan menggulungkan tubuh musuh akan sulut menggigit dan melukai kepalanya.

b. Penyesuaian Tumbuhan dengan Lingkungan 1) Adaptasi tumbuhan terhadap cuaca

(59)

44 2) Adaptasi tumbuhan terhadap habitatnya a) Tumbuhan yang hidup di air

Teratai memiliki bentuk daun yang lebar dan tipis. Bentuk daun seperti ini akan mempermudah proses penguapan air dan mencegah agar daun tidak mudah busuk. Tumbuhan yang hidup di dalam air mempunyai batang yang lentur, akar berukuran kecil, dan daun berbentuk pita. Bentuk tersebut memudahkab tumbuhan agar tidak terseret air. Tanaman air yang mengakar di ranag mempunya batang dengan rongga-rongga kecil di dalamnya, sehingga dapat berdiri tegak atau mengapung di permukaan air.

b) Tumbuhan yang hidup di gurun

Tumbuhan yang hidup di gurun memiliki daun yang berupa duri dan batangnya berongga. Contohnya tumbuhan kaktus. Batang kaktus yang berongga berfungsi untuk menyimpan cadangan air. Penguapan pada kaktus tidak banyak Karena daunnya berbentuk duri.

c) Tumbuhan yang hidup di daerah kutub

Pada musim panas matahari bersinar terus selama 24 jam tumbuhan berfotosintesis sepanjang hari, dan hasilnya dikumpulkan untuk cadangan selama musim dingin. Selama musim dingin tanaman kutub mengalami hibernasi (tidur selama musim dingin) dan mengambil cadangan makanan yang dikumpulkan pada musim panas.

d) Tumbuhan yang hidup di lumpur

(60)

45

bernapas Karena akar napas memiliki banyak celah sebagai tempat masuknya udara.

3) Adaptasi tumbuhan dalam melindungi diri dari musuh a) Daun yang tajam

Daun nanas dan lidah buaya mempunyai daun yang bergerigi tajam untuk meindungi diri.

b) Duri di batang

Bunga mawar, buah salak, jeruk nipis dan kaktus memilki duri di seluruh batang untuk melindungi diri dari musuh.

c) Bulu daun dan batang

Pohon bambu, tebu dan jagung memiliki bulu-bulu yang dapat menyebabkan gatal apabila disentuh

d) Mengeluarkan getah

Buah nangka, manga muda dan buah papaya muda adalah buah yang dapat menegluarkan getah yang lengket apabila dilukai. Getah ini akan melekatkan tubuh hewan yang akan memakan buah tersebut sehingga hewan akhirnya terjebak dan susah bergerak. Pohon karet juga mengeluarkan getah yang lengket apabila batangnya dilukai. Jambu mete juga mengeluarkan getah yang dapat menyebabkan gatal-gatal dan luka ringan.

e) Meniru lingkungan sekitar

(61)

46

Beberapa tanaman mengeluarkan racun baik di batang, biji bunga ataupun daun untuk mengusur hewan dan serangga agar tidak dimakan. Misalnya pohon jarak, kecubung, tembakau dan jelatang.

B. Penelitian yang Relevan

1. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Group Investigation siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ponjong IV Gunungkidul Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas V SD Negeri Majir Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pembelajaran 2009/2010.

3. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Tumbuhan Hijau Kelas V SD Negeri Temenggungan 02 Kecamanatan Udanawu Kabupaten Blitar.

C. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran diharapkan dapat bermakna dan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, diantaranya yaitu faktor tujuan pembelajaran, materi, metode, guru dan siswa, alat peraga serta lingkungan belajar, dan lain-lain. Diantara faktor-faktor yang disebutkan di atas faktor metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil proses pembelajaran. Oleh karena itu usaha perbaikan proses belajar adalah melalui metode pembelajaran melalui kegiatan mengajar.

(62)

47

aktif, inovatif dan menyenangkan. Ketepatan guru dalam menggunakan metode belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang mendukung sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana belajar tersebut. Langkah yang dapat dilakukan oleh guru agar dapat merasakan pengalaman belajarnya secara langsung yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation dalam membelajarkan meteri Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

(63)

48

[image:63.595.128.508.134.404.2]

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, penelitian menggambarkan kerangka berpikir dalam skema di bawah:

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir

Skema kerangka berpikir tersebut dapat di deskripsikan sebagai berikut:

1. Kondisi Awal: Hasil belajar siswa kelas VB rendah. Guru belum menggunakan metode pembelajaran secara variasi khususnya metode Group Investigation dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.

2. Agar hasil belajar siswa meningkat, maka peneliti melakukan sebuah tindakan, yaitu dengan menggunakan metode Group Investigation dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya.

Kondisi Awal

Kondisi Akhir Tindakan

Hasil belajar siswa rendah. Guru belum menggunakan metode Group Investigation

dalam pembelajaran IPA

Menerapkan metode Group Investigation dalam pembelajaran IPA

Diduga: melalui metode Group Investigation dalam pembelajaran IPA khususnya materi Penyesuaian Makhluk Hidup, dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Siswa: hasil belajar IPA masih rendah dan perlu ditingkatkan

(64)

49

3. Melalui metode Group Investigation, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya.

4. Kondisi Akhir: diduga melalui metode Group Investigation dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo, Yogyakarta.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diungkapkan di

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi Dasar
Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Tradisonal
Gambar 1: Skema Kerangka Pikir
Gambar 2. Siklus PTK Kemmis & Taggart (1988: 14)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dzuanda (2011: 4) Suatu produk pastilah memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Begitu juga dengan media pop up, media ini memiliki kekurangan yakni tingkat

nama, tipe data dari sebuah kolom/field, menambah, merubah urutan dan menghapus field, menambah dan menghapus Primary Key dan Foreign Key, menambah dan mengurangi konstrain

[r]

Pengamatan pada organ ginjal dilakukan dengan menghitung jumlah sel epitel tubulus proksimal (Gambar 4 dan 5) yang normal, sel yang mengalami degenerasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 54 siswa kelas X di salah satu SMK swasta di Kota Bandung mengenai instrumen tes dalam bentuk Ranking

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN SIDANG TANGGAL: 30 MARET

Berdasarkan jurnal yang menjadi acuan dari penelitian ini yaitu dari Ya-Hui Wang dan Cing-Fen Tsai (2012) dikatakan bahwa citra merek memiliki pengaruh yang

Teknik analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan unsur-unsur sistem akuntansi pembelian, yakni diagram alir (flowchart) pembayaran hutang, bagian-bagian yang