• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODE PENELITIAN Definisi Konseptual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. METODE PENELITIAN Definisi Konseptual"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode kualitatif deskriptif. Menurut Moleong (2007) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Alasan penulis menggunakan jenis penelitian ini adalah karena penulis ingin membahas tentang strategi bersaing yang dilakukan oleh PT. Anugerah Nusa Gemilang dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diiringi dengan penurunan pertumbuhan industri konstruksi di Indonesia dan juga memaparkan strategi samudera biru sebagai strategi baru yang dapat dipakai perusahaan untuk membuat ruang pasar baru yang belum dimiliki oleh pesaing.

3.2. Definisi Konseptual 3.2.1 Definisi Strategi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengertian strategi sebagai serangkaian cara dan keputusan perusahaan untuk menemukan posisi terbaik dalam melindungi diri dari tekanan – tekanan persaingan dalam industri di mana perusahaan bergerak atau dapat mempengaruhi tekanan – tekanan tersebut secara positif bagi perusahaan.

3.2.2 Definisi Industri Konstruksi

Penulis menggunakan definisi industri konstruks mengacu dari teori dari Purbandono (2007) dimana industri konstruksi dimulai dari pelaksana kegiatan di lapangan beserta pihak – pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung seperti kontraktor, konsultan, material supplier, plant supplier, transport supplier, tenaga kerja, dan perbankan.

(2)

3.2.3 Definisi Logic of the Industry

Untuk definisi logic of the industry, penulis menggunakan definisi dari Porter (1990) dimana logic of the industry merupakan elemen – elemen apa saja yang menjadi aktifitas pendukung berdirinya sebuah industri. Elemen – elemen tersebut adalah aktifitas pembelian, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia dan infrastruktur perusahaan.

3.2.4 Definisi Driving Forces

Definisi driving forces yang digunakan oleh penulis diambil dari Thompson, Gamble, dan Strickland (2004) dimana driving forces adalah kekuatan yang paling dominan dalam mempengaruhi kondisi persaingan dalam industri.

Kekuatan – kekuatan tersebut adalah berkembangnya penggunaan internet dan kemunculan aplikasi teknologi baru yang berbasis internet, peningkatan efek dari globalisasi, perubahan dari tingkatan pertumbuhan industri jangka panjang, perubahan dalam siapa yang menjadi pembeli dan cara mereka menggunakan produk tersebut, inovasi produk, perubahan teknologi dan inovasi proses manufaktur, inovasi pemasaran, keluar masuknya perusahaan besar, difusi pengetahuan teknis diantara perusahaan – perusahaan maupun negara – negara, perubahan dalam biaya dan efisiensi, pertumbuhan preferensi pembeli pada produk yang terdiferensiasi daripada produk komoditas, pengurangan ketidakpastian dan risiko bisnis, pengaruh perubahan – perubahan dan kebijaksanaan pemerintah dan mengubah masalah sosial, sikap dan gaya hidup.

3.2.5 Definisi Prime Movers

Penulis menggunakan definisi prime movers sebagai seorang individu atau pihak tertentu atau sesuatu hal yang dianggap penting yang mendefinisikan ulang sistem penciptaan yang mendefinisikan ulang sistem penciptaan nilai suatu perusahaan dalam suatu kompetisi bersaing yang kemudian dapat mengubah aturan maupun batasan kompetisi yang terjadi dalam bisnis (The American Heritage dictionary of the English Language 2008, Kimbel dan Seidel, 2008).

(3)

3.2.6 Definisi Key Success Factors

Untuk definisi key success factors, penulis menggunakan definisi dari Thompson, Gamble, dan Strickland (2004) dimana key success factors adalah faktor kompetitif yang paling mempengaruhi anggota industri untuk berkembang dalam pasar, dapat berupa elemen dari strategi perusahaan, atribut produk, sumber daya, kompetensi, kemampuan kompetitif, dan keberhasilan dalam meraih pasar yang menandai perbedaan menjadi kompetitor kuat atau kompetitior yang lemah dalam pasar.

3.2.7 Analisis SERVO yang digunakan

Untuk definisi analisis SERVO, penulis menggunakan definisi dari Fleisher dan Bensoussan (2007) dimana analisis SERVO merupakan alat diagnosa manajemen dalam membuat dan menguji keputusan maupun insitatif strategis perusahaan.

Dalam menganalisa hubungan antara elemen – elemen SERVO yang diterapkan oleh perusahaan dalam tabel SERVO / SERVO grid (tabel 2.1). Ada sekitar 20 hubungan antar elemen yang harus diperhatikan. Cara paling umum untuk menganalisa hubungan antar elemen adalah dengan mengukur “fit” atau tingkat kesesuaiannya.

Ada dua tahapan dalam menilai tingkat kesesuaian hubungan antar elemen 1. Menilai kekuatan dari tingkat kesesuaian hubungan antar elemen

a) Tight fit (T)

Tingkat ini muncul ketika beberapa keputusan yang diambil dalam elemen SERVO saling mendukung dan memberikan kontribusi satu sama lain. Tingkat kesesuaian ini terkait dengan indikasi dari rasio keuangan dan analisa dari bukti hasil kinerja perusahaan yang menyatakan kinerja perusahaan sangat baik.

b) Loose fit (L)

Tingkat ini muncul ketika beberapa keputusan yang diambil menyangkut elemen SERVO tidak saling mendukung dan tidak memberikan kontribusi satu sama lain. Tingkat kesesuaian ini terkait

(4)

dengan indikasi dari rasio keuangan dan analisa dari bukti hasil kinerja perusahaan yang menyatakan kinerja perusahaan sangat buruk.

c) Medium (M)

Tingkat ini muncul ketika beberapa keputusan yang diambil menyangkut elemen SERVO, satu mendukung dan memberikan kontribusi tetapi satu lagi tidak saling mendukung dan tidak memberikan kontribusi. Pada umumnya, tingkat kesesuaian ini paling sering muncul di perusahaan.

2. Menilai ketepatan waktu dari tingkat kesesuaian hubungan antar elemen a) Early fit (e)

Tingkat ini berarti perusahaan telah menemukan dan menciptakan sebuah pola baru kesesuaian antara elemen – elemen SERVO terkait sebelum perusuhaan lainnya. Ini dapat menjadi kelebihan kompetitif dari perusahaan terutama jika pola tersebut sulit ditiru oleh kompetitornya.

b) Delayed fit (d)

Tingkat ini berarti bahwa perusahaan termasuk salah satu yang paling lambat jika dibandingkan dengan pesaing tertentu dalam merespon perubahan pola di antara elemen – elemen SERVO

c) Normal fit (n)

Tingkat ini berarti bahwa perusahaan tidak cepat tetapi juga tidak lambat dalam merespon perubahan pola di antara elemen – elemen SERVO.

Tabel 3.1. Contoh SERVO grid

S E R V O

S XXX T / n T / n L / d T / n

E M / n XXX T / n M / d L / e

R T / n M / n XXX T / n M / n

V M / d L / d T / n XXX T / n

O T / n L / e M / n T / n XXX

Sumber: business and competitive analysis, Fleisher dan Bensoussan (2007)

(5)

3.2.8 Analisis Blue Ocean yang digunakan 1. Kanvas Strategi

Menurut W.Chan Kim dan Renee Mauborgne (2006) Kanvas strategi adalah kerangka kerja aksi sekaligus diagnosis untuk membangun strategi samudra biru yang baik. Kanvas strategi memiliki fungsi untuk merangkum situasi saat ini dalam ruang pasar yang sudah dikenal. Hal ini membantu perusahaan untuk memahami dimana kompetisi saat ini sedang tercurah, memahami faktor – faktor apa yang sedang dijadikan ajang kompetisi dalam produk, jasa, dan pengiriman, serta memahami apa yang didapatkan konsumen dari penawaran kompetitif yang ada di pasar.

Terdapat empat tahap dalam membuat kanvas strategi :

a) Menganalisis faktor – faktor utama apa saja yang dijadikan ajang kompetisi.

b) Menggambar sumbu horizontal yang mewakili faktor – faktor kompetisi.

c) Menganalisis tingkatan faktor – faktor utama yang dijadikan ajang kompetisi, semakin baik faktor – faktor utama yang ditawarkan maka semakin tinggi tingkatan pada faktor tersebut. Tingkatan tersebut di wakilkan oleh sumbu vertikal.

d) Menggambar kurva nilai yang merupakan hasil analisa faktor – faktor utama yang dijadikan ajang kompetisi berserta tingkatannya.

Tabel 3.2. Kanvas Strategi

Tinggi

Rendah

Sumber : Kim dan Mauborgne (2006)

Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor

(6)

2. Kerangka kerja empat langkah

Fungsi kerangka kerja empat langkah adalah untuk merekonstruksi elemen – elemen nilai pembeli dalam membuat kurva nilai baru, maka dari itu membutuhkan kerangka kerja empat langkah ini (Kim dan Mauborgne 2006). Empat langkah tersebut terdiri dari :

a) Faktor apa saja yang harus dihapuskan dari faktor – faktor yang telah diterima begitu saja oleh industri ?

b) Faktor apa saja yang harus dikurangi hingga di bawah standar industri ? c) Faktor apa saja yang harus ditingkatkan hingga di atas standar industri?

d) Faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industri sehingga harus diciptakan ?

Gambar 3.1. Kerangka Kerja Empat Langkah Sumber : Blue Ocean Strategy, Kim dan Mauborgne (2006)

Hapuskan Faktor – Faktor apa

yang harus dihapuskan yang telah diterima begitu

saja oleh industri ?

Tingkatkan Faktor – faktor apa

yang harus ditingkatkan hingga di atas standar industri ?

Ciptakan Faktor – Faktor apa yang belum pernah ditawarkan

industri sehingga harus diciptakan

?Harga Apakah harga anda bisa terjangkau oleh massa pembeli ? Kurangi

Faktor – faktor apa yang harus dikurangi hingga di bawah standar

industri ?

Kurva Nilai Baru

(7)

Dengan mendorong perusahaan melakukan kerangka kerja empat langkah tersebut, maka hal ini memberikan empat manfaat bagi perusahaan.

Menurut Kim dan Mauborgne (2006) empat manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

a) Mendorong perusahaan untuk mengejar diferensiasi dan biaya murah secara bersamaan untuk mendobrak pertukaran nilai – biaya

b) Menekan perusahaan yang hanya berfokus pada upaya meningkatkan dan menciptakan, sehingga menaikkan struktur biaya mereka, serta menghantam perusahaan yang sering memodifikasi produk dan jasa secara berlebihan – kesalahan umum dalam banyak perusahaan.

c) Kerangka kerja ini dengan mudah dipahami oleh manajer di level apa pun, sehingga menciptakan tingkat keterlibatan yang tinggi dalam penerapannya.

d) Karena penuntasan upaya – upaya dalam kerangka ini merupakan tugas menantang, kerangka ini mendorong perusahaan untuk bersemangat dalam menganalisis setiap faktor industri yang menjadi ajang kompetisi, sehingga ia menemukan berbagai asumsi implisit yang mereka buat secara tak sadar dalam berkompetisi.

3. Merumuskan strategi Blue Ocean.

Merumuskan strategi samudra biru dapat dilakukan dengan empat tahap : a) Merekonstruksi batasan – batasan pasar.

Menurut Kim dan Mauborgne (2006) tujuan dari merekonstruksi batasan pasar untuk merekonstruksi batasan – batasan pasar untuk menjauh dair kompetisi dan menciptakan samudra biru. Terdapat enam jalan untuk merekonstruksi batasan – batasan pasar, enam jalan tersebut :

1) Jalan 1 : Mencermati industri – industri alternatif

Melihat kesempatan – kesempatan di antara industri – industri yang ada, seringkali memberikan peluang bagi inovasi nilai.

2) Jalan 2 : Mencermati kelompok – kelompok strategis dalam industri

(8)

Untuk dapat memahami strategi – strategi yang digunakan oleh industri – industri lain sehingga bisa meraih permintaan pasar.

3) Jalan 3 : Mencermati rantai pembeli

Melihat kelompok pembeli mana yang menjadi fokus industri ini.

4) Jalan 4 : Mencermati penawaran produk dan jasa pelengkap

Mencermati produk atau jasa pelengkap terhadap produk yang dijual.

5) Jalan 5 : Mencermati daya tarik emosional atau fungsional bagi pembeli

Perusahaan yang berkompetisi pada fungsionalitas, mencari elemen – elemen apa yang bisa ditambahkan untuk menjadikannya emosional.

6) Jalan 6 : Mencermati waktu

Mencari tahu mengenai kecendrungan-kecendrungan apa yang kemungkinan besar mempengaruhi industri ini dan bagaimana tren – tren ini bisa mempengaruhi industri ini.

b) Fokus pada gambaran besar, bukan pada angka

Fokus menerapkan dan memadukan antara perencanaan strategi dengan ide – ide yang kemudian digambarkan dalam kanvas strategi perusahaan. Diperlukan empat langkah untuk membuka kreativitas seseorang, hal ini didasarkan pada enam jalan untuk menciptakan samudra biru :

1) Langkah 1 : Kebangkitan visual

Membandingkan bisnis anda dengan bisnis pesaing dengan menggambar kanvas strategi anda “yang ada”.

2) Langkah 2 : Eksplorasi visual

Mengamati keunggulan produk dan jasa alternatif, serta menentukan faktor – faktor apa saja yang perlu untuk di hapuskan, ciptakan atau diubah.

3) Langkah 3 : Pameran strategi visual

Menggambar kanvas strategi yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan.

(9)

4) Langkah 4 : Komunikasi visual

Membuat hasil pengolahan strategi tersebut kedalam kalimat yang mudah dimengerti dan mengkomunikasikan hal tersebut kepada karyawan.

c) Menjangkau melampaui permintaan yang ada

Memaksimalkan ukuran samudra biru dengan mengamati dan mengubah dari nonkonsumen menjadi konsumen.

d) Menjalankan rangkai strategis secara benar.

Bagian ini bertujuan untuk membahas rangkaian strategis dalam meneruskan dan menguatkan ide – ide samudra biru demi memastikan kesinambungan komersilnya. Sehingga kita memastikan apakah industri ini sudah mencetak laba yang sehat dari ide samudra biru ini.

Adapun empat langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1) Melihat dalam ide bisnis baru, apakah terdapat utilitas bagi

pembeli.

2) Melihat apakah harga yang ditetapkan bisa terjangkau oleh pembeli.

3) Melihat apakah perusahaan dapat mencapai biaya sasaran untuk meraih laba pada harga strategis.

4) Jika tidak ada hambatan dalam pengadopsian ide bisnis baru, maka ide samudra biru layak untuk dijalankan.

3.2.9 Definisi Perusahaan Keluarga

Untuk perusahaan keluarga, penulis menggunakan definisi perusahaan keluarga sebagai sebuah perusahaan yang didalamnya paling sedikit ada keterlibatan anggota keluarga dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan atau ada anggota keluarga dari pemilik perusahaan yang memegang saham dalam perusahaan tersebut.

Sedangkan untuk definisi pengambilan keputusan strategis sendiri, penulis menggunakan definisi pengambilan keputusan strategis sebagai pengambilan sebuah keputusan yang berkaitan dengan seluruh lingkungan di mana perusahaan beroperasi, seluruh sumber daya dan orang-orang yang membentuk perusahaan dan antara keduanya.

(10)

3.2.10 Definisi perusahaan Retailer

Penulis menggunakan definisi perusahaan retail dari Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomer 53 tahun 2008, dimana toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual. Sedangkan toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Anugerah Nusa Gemilang yang terletak di Jalan Margomulyo 46 Kompleks Angtropolis 46 B 10 – B 11, B 14, Surabaya, Jawa Timur.

3.4 Narasumber

Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian disebut sebagai narasumber, orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi bagi penelitian ini. Yang menjadi narasumber adalah pemilik, manajer pemasaran, kepala admin, kepala pengiriman, serta manajer toko dari PT Anugerah Nusa Gemilang. Penetapan narasumber yang digunakan oleh peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti menggunakan teknik ini karena peneliti mengetahui siapa yang harus menjadi narasumber dalam penelitian.

Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Menurut Jogiyanto (2008) purposive sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Menurut Moleong (2007) teknik ini bertujuan untuk menyaring informasi sebanyak mungkin dari berbagai macam sumber dengan karakteristik tertentu.

Definisi purposive sampling yang diangkat oleh penulis adalah penentuan narasumber, dimana peneliti telah menentukan beberapa kriteria dan pertimbangan tertentu dalam memilih narasumber tersebut.

(11)

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan narasumber pertama adalah Direktur sekaligus pendiri dari perusahaan ini. Narasumber selanjutnya adalah manajemen tingkat atas PT. Anugerah Nusa Gemilang yaitu manajer marketing, manajer toko, manajer administasi dan kepala gudang.

3.5. Jenis Data

Jenis data penelitian yang digunakan adalah data kualitatif. Menurut Moleong (2007) data kualitatif merupakan data yang dikumpulkan berupa kata – kata, gambar, keterangan – keterangan seperti sejarah perusahaan, perencanaan, serta strategi yang dilakukan untuk memasarkannya dan bukan angka – angka.

Menurut Bungin (2009), format kualitatif deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu

Penulis mengangkat definisi jenis data kualitatif sebagai data yang dikumpulkan berupa kata – kata atau tulisan, gambar dan bukan angka yang bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan suatu kondisi atau keadaan yang terjadi dalam kehidupan nyata.

3.6. Sumber Data 3.6.1. Data Primer

Menurut Purhantara (2010) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, yaitu data atau informasi yang diperoleh langsung dengan menggabungkan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan.

Indriartono dan Supomo (2009) menyatakan bahwa data primer dapat berupa opini subjek, hasil observasi terhadap suatu perilaku atau kejadian dan hasil pengujian (dalam Purhantara 2010). Data primer dianggap lebih akurat karena data ini disajikan secara terperinci.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan narasumber dari PT Anugerah Nusa Gemilang dan melalui observasi pada PT Anugerah Nusa Gemilang.

(12)

3.6.2. Data Sekunder

Menurut Purhantara (2010) data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersifat publik yang terdiri atas: struktur organisasi, data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung.

Indriartono dan Supomo (2009) menyatakan bahwa data sekunder diperoleh melalui penelitian secara tidak langsung, melalui perantara atau diperoleh dan dicatat dari pihak lain (dalam Purhantara 2010).

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dapat berupa profil perusahaan, struktur organisasi, maupun informasi dari katalog yang terkait dengan penelitian.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data – data yang diperlukan dalam penelitian ini maka digunakan beberapa teknik yaitu :

3.7.1. Teknik Wawancara

Menurut Jogiyanto (2008) wawancara (interview) adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden yang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara personal, wawancara intersep, dan wawancara telepon.

Menurut Moleong (2007), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu antara dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Sedangkan menurut Purhantara (2010), wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada orang lain yang diwawancarai.

Penulis dalam penelitian ini mengangkat definisi wawancara sebagai proses percakapan atau komunikasi antara dua pihak (interviewer dan interviewee)

(13)

untuk memperoleh data maupun informasi yang dapat dilakukan secara langsung (personal) maupun tidak langsung, misalnya melalui telepon.

3.7.2. Observasi

Menurut Purhantara (2010) observasi adalah teknik pengamatan dari peneliti terhadap obyek penelitiannya, baik ketika peristiwa terjadi dan ketika dapat datang lebih dekat untuk meliput seluruh peristiwa.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2008) observasi adalah teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langasung objek datanya.

Dalam penelitian ini penulis mengangkat definisi observasi sebagai teknik pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap objek penelitiannya secara langsung, objek penelitian dapat berupa peristiwa, tingkah laku maupun suatu dokumen yang dapat menjadi bukti pengamatan.

3.8. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknis analisis data yang diadaptasi menurut Moleong (2007), berikut adalah langkah – langkah dalam proses analisis data :

1. Menelaah seluruh data dari berbagai sumber

Tahap pertama adalah seluruh data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan dari pencatatan yang ada di lapangan, dokumen – dokumen perusahaan atau data perusahaan dibaca, dipelajari, dan ditelaah hubungannya satu sama lain.

2. Reduksi data.

Salah satu upaya untuk mereduksi data adalah membuat abstraksi.

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan tetap sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Menyusun dalam satuan – satuan

Hasil abstraksi diberi satuan sesuai dengan tipologinya atau sesuai dengan pengelompokan bahasa berdasarkan ciri khas tata kata dan tata kalimatnya.

4. Kategorisasi

(14)

Langkah selanjutnya adalah mengelompokan hasil abstraksi dengan memberikan nama atau label (coding) pada gejala – gejala / hasil – hasil dari seluruh proses penelitian. Kategori disusun atas dasar pemikiran, institusi, pendapat, atau kriteria tertentu.

5. Sintesisasi

Langkah selanjutnya adalah mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Setiap kaitan kategori tersebut diberi nama atau label lagi.

6. Menyusun hipotesis kerja

Selanjutnya membuat hipotesis kerja yang dibuat dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang proposional atas data – data yang ada.

3.9. Keabsahan data

Keabsahan data merupakan konsep seperti halnya validitas dan realibilitas dalam penelitian kuantitatif. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, teknik pemeriksaan ini disebut triangulasi. Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan / sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Moleong (2007) ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan / mengecek balik derajat kepercayaan suatu sumber informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan data tertulis yang dimiliki PT. Anugerah Nusa Gemilang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode studi kasus, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk mendapatkan gambaran mengenai topik yang diteliti, yaitu evaluasi special event

Salah satu faktor yang dipengaruhi oleh krisis Eropa adalah harga Batubara yang merupakan variabel bebas (Independent) dalam penelitian ini, dan variabel bebas

Definisi Operasional : Niat penggunaan kartu kredit dapat diartikan sebagai ketertarikan yang diikuti dengan perasaan senang atau puas disertai dengan berbagai faktor

Jenis nonprobability sampling yang digunakan adalah judgement sampling dimana penulis melakukan penilaian untuk memilih anggota populasi yang dinilai paling tepat sebagai

Penulis memilih metode ini dikarenakan penulis menganalisa karakteristik dan potensi dari bangunan tua bersejarah yang berada di kawasan kota bawah Surabaya dimana pada

Pada Penelitian “Uji Organoleptik Hasil Jadi Kastengel Dengan Menggunakan Tepung Terigu Dan Tepung Garut” penulis menggunakan penelitian kuantitatif dimana penulis

Dimana dalam penulisan ini, maka penulis menyimpulkan kegiatan analisis data dalam metode penelitian kualitatif meliputi pengumpulan data, menyusun, memilih dan

Salah satu contoh pernyataan yang terdapat pada faktor 2 adalah “Saya tidak pernah membiarkan diri saya kehilangan kontrol” dan “Saya mengatakan hal-hal yang