LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
(LAKIP)
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2012
PROGRAM TERPADU SESUAI INPRES NOMOR 3TAHUN
2010
Bappeda dan PM:
CBD
P2KP
Kantor PMD: Dana Bergulir
BUMDes
TTG
Ket.Pangan
Posyandu
Dinas
Dikmudoraparbud
Beasiswa
BOSS
Dik Non formal
Dinas Kessos Pakan tambahan
Penyandang cacat
Kes Ibu dan anak
JKJ/JKBM
Dinas PU:
Perumahan
Air bersih
Listrik
Dinas PKL
P2WKSS
LUEP
Dan talangan
Dinas Perindagkop
UMKM
Koperasi wanita
Dinas Dapduknaker
Tenaga kerja
Pemagangan
SKPD Lainnya:
Program Terpadu lintas SKPD
Pnpm Mandiri Pedesaan
SKPD Lainnya:
Program Dukungan pada Penegakan hukum
Program Pencapaian MDGs
LAPORAN AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
2012
Jalan Surapati No.1 Telp. (0365) 41210 Fax (0365) 41010
Negara - Bali
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Jembrana Tahun
2012, merupakan laporan tahun kedua dari pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana
Nomor 11 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Jembrana 2011-2016. LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun 2012 memuat capaian
kinerja tahun 2012.
Maksud penyusunan LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun 2012 untuk menggambarkan
program-program prioritas mana yang telah tercapai dengan baik dan program-program prioritas
mana yang belum tercapai dengan baik dan perlu ditingkatkan dalam lima tahun yang akan
datang. Tujuan penyusunan LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun 2012, untuk :1). Mewujudkan
tata kelola kepemerintahan yang baik menuju good governance. 2). Mengukur capaian kinerja
visi dan misi yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Jembrana sebagai Renstrada, dan
3). Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan Recana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kabupaten Jembrana Tahun 2014 sebagaimana amanat pasal 11 Peraturan Pemerintah
Nomor 8 thun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Penyusunan LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun
2012 merupakan tekad Kabupaten Jembrana dalam meningkatkan akuntabilitas menuju Good
Governance sebagaimana amanat Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 dan Undang – Undang No.
28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Intruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, . Intruksi Presiden
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Semoga LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun 2012 ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Negara, 20 Maret 2013 Bupati Jembrana
RINGKASAN EKSKUTIF
Dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel sebagaimana diamanatkan dalam Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 dan Undang – undang No. 28 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN, Pemerintah Kabupaten Jembrana telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jembrana Tahun 2011 s/d 2016 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jembrana Tahun 2011 s/d 2016, selanjutnay dijabarkan menjadi Renstra Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Tahun 2011 s/d 2016. Renstra Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Tahun 2011 s/d 2016 berfungsi sebagai perencanaan taktis strategis sesuai dengan kebutuhan Kabupaten Jembrana Tahun 2011 s/d 2016, dengan menampung sebanyak – banyaknya aspirasi masyarakat serta mengacu pada Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2009 s/d 2014.
Berdasarkan pada Inpres Nomor 7 Tahun 1999 setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpin Pejabat Eselon II ke atas diwajibkan menyusun Perencanaan Strategis ( Renstra ) untuk masa lima tahun. Setelah berlangsung beberapa tahun, Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dipandang masih belum optimal dalam mencapai Good Governance. Inpres Nomor 7 Tahun 1999 baru mampu menggerakkan birokrasi untuk melaksanakan akuntabilitas dan Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN dalam tataran wacana. Untuk menyempurnakan hal tersebut, maka pemerintah menerbitkan Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 mengamatkan agar setiap penyelenggara pemerintah mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik yang diterapkan dalam bentuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Sistem AKIP merupakan sistem manajemen pemerintahan berfokus pada peningkatan akuntabilitas yang berorientasi pada hasil (Outcomes oriented). Sistem AKIP diimplementasikan secara “self assesment” oleh masing-masing instansi pemerintah. Self assesment maksudnya, instansi pemerintah membuat perencanaan dan pelaksanaan, serta mengukur/mengevaluasi kinerjanya sendiri dan melaporkannya kepada instansi yang lebih tinggi.
Sistem AKIP menghendaki transformasi sektor pemerintahan yang mengubah fokus akuntabilitas dari orientasi pada masukan-masukan (inputs oriented accountabillity) dan proses ke arah akuntabilitas pada hasil (result oriented accountabillity). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP ) memuat penjelasan tentang realisasi kegiatan dengan rencana serta keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, dimulai dari perencanaan strategik sampai pada pengukuran kinerja kegiatan yaitu Kewenangan Kabupaten Jembrana, Struktur Orgasnisasi, Tugas pokok dan Fungsi , Rencana Strategik dan Rencana Kerja tahun 2012 serta pengukuran Kinerja dan hasil capaian kinerja Bappeda dan PM tahun 2012.
pemerintah pusat maupun daerah dan SKPD di lingkungannya. Dalam ketentuan umum Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 disebutkan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
Dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2012 ditetapkan sebanyak 50(Lima Puluh) Tujuan dan 92( sembilan Puluh Dua) Program Strategis, 206 ( Dua Ratus Enam )Sasaran Strategis Kabupaten Jembrana yang harus dicapai selama Tahun 2012. Dari 206 ( Dua Ratus Enam ) ada sebuah kegiatan yaitu : Peningkatan penataan peraturan perundang-undangan yang capaian kinerjanya sangat tinggi, target sasaran 10 bh Ranperda, yang dapat diajukan sebanyak 15 ranperda, sehingga capaian kinerjanya 150%.Disamping keberhasilan, masi hada kegiatan yang tidak berjalan, seperti :
a). Program Pembinaan Dan Pengembangan aparatur , dengan kegiatan seleksi penerimaan CPNS tidak terlaksana karena adanya moratorium CPNS , target 89 orang realisasi nol. b). Pada Bagian Umum ada sasaran tidak tercapai 100%, seperti :
 Penyediaan Peralatan Rumah Tangga , target 8 jenis, realisasi 7 jenis sehingga capaian kinerja 87,5%
 Pengadaan Penyediaan Jasa Sewa Kendaraan Dinas Operasional target 22 unit/bulan realisasi 19 unit/bulan capaian kinerja 86,36%.
Untuk mencapai Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Jembrana lima tahun kedepan ditetapkan tujuan pembangunan Kabupaten Jembrana Tahun 2011 – 2016 Di dalam Tahun 2012 untuk mendukung pelaksanaan program Pembangunan dan kegiatan ditetapkan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Jembrana dari tahun ketahun senantiasa mengalami peningkatan dimana pada tahun 2012 anggaran belanja daerah realisasinya meningkat sebesar Rp. 117.874.584.259,86 atau meningkat sebesar 21,56% dibandingkan tahun 2011. Sedangkan realisasi belanja mencapai 91,21%, naik dibandingkan realisasi tahun 2011 dimana realisasinya sebesar 88,85% sebagaimana disajikan pada table berikut :Berdasarkan hasil perhitungan APBD, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
SiLPA pada tahun 2012 mencapai Rp. 61.063.989.381,99 mengalami penurunan sebesar Rp.16.219.949.949,68 atau 20,99% apabila dibandingkan dengan SiLPA tahun 2011. Gambaran umum terhadap Ringkasan Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012, sebelum dilakukan pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan adalah sebagai berikut:
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Umum
Dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel sebagaimana diamanatkan dalam Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 dan Undang – undang No. 28 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN, Pemerintah Kabupaten Jembrana telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jembrana Tahun 2011- 2016 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Bupati Jembrana Nomor 51 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jembrana Tahun 2011 s/d 2016. Sebagaimana penjelasan pasal 5 ayat 2 undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tenang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasionl, RPJMD adalah renstrada yang berfungsi sebagai perencanaan taktis strategis sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah dengan menampung sebanyak – banyaknya aspirasi masyarakat
Merujuk Inpres Nomor 7 Tahun 1999, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpin Pejabat Eselon II ke atas diwajibkan menyusun Perencanaan Strategis ( Renstra ) untuk masa lima tahun. Setelah berlangsung beberapa tahun, Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dipandang masih belum optimal dalam mencapai Good Governance. Inpres Nomor 7 Tahun 1999 baru mampu menggerakkan birokrasi untuk melaksanakan akuntabilitas dan Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN dalam tataran wacana. Untuk menyempurnakan hal tersebut, maka pemerintah menerbitkan Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 mengamatkan agar setiap penyelenggara pemerintah mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik yang diterapkan dalam bentuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP).
Sistem AKIP merupakan sistem manajemen pemerintahan berfokus pada peningkatan akuntabilitas yang berorientasi pada hasil (Outcomes oriented). Sistem AKIP diimplementasikan secara “self assesment” oleh masing-masing instansi pemerintah. Self assesment maksudnya, instansi pemerintah membuat perencanaan dan pelaksanaan, serta mengukur/mengevaluasi kinerjanya sendiri dan melaporkannya kepada instansi yang lebih tinggi. Penerapan manajemen pemerintahan berbasis kinerja pada dasarnya adalah mengubah mind-set para birokrat dari sistem yang birokratis ke arah sistem yang bertujuan untuk lebih mewirausahakan birokrasi pemerintah. Dalam bahasa lain, transformasi sektor pemerintahan yang mengubah fokus akuntabilitas dari orientasi pada masukan-masukan (inputs oriented accountabillity) dan proses ke arah akuntabilitas pada hasil (result oriented accountabillity), terutama berupa outcomes. Salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan manajemen pemerintahan adalah dengan melakukan reformasi pengelolaan dan pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. Prioritas strategis pemerintah harus ditetapkan didasarkan kebutuhan masyarakat. Instansi pemerintah menetapkan sasaran strategis di instansi masing-masing dengan ukuran-ukuran kinerja yang jelas dan terukur.
manfaat nyata bagi masyarakat juga mengharuskan pemerintah menerapkan manajemen pemerintahan yang lebih berorientasi pada hasil.
Untuk mengukur keberhasilan maupun kegagalam dalam melaksanakan prioritas pembangunan, Kabupaten Jembrana telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana amanat Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama, kini telah terbit Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Menurut Tim Penilai LAKIP Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, penyusunan IKU wajib bagi unit kerja berdasarkan pada Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama Instansi Pemerintah. IKU merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Mengacu pada hal tersebut, maka Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana juga telah melakukan job deskripsi yang jelas dengan pertanggungjawabannya. Masing-masing job deskripsi tersebut dinilai dalam LAKIP, mulai dari staf dan eselon IV bertanggungjawab pada kegiatan, selanjutnya meningkat pada eselon III bertanggungjawab pada program, dan eselon II bertanggungjawab pada kebijakan strategis urusan dan Bupati bertaggungjawab pada Kebijakan Umum APBD. Sebagai pengelola APBD dan meneapkan kinerja, Bupati Jembrana wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
B. Dasar Hukum Penyusunan LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun 2012
LAKIP Kabupaten Jembrana sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kegiatan tahunan yang telah disusun dalam Rencana Kerja (Renja) dan perjanjian kinerja dipakai sebagai salah satu tolok ukur untuk mengukur keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. LAKIP Kabupaten Jembrana Tahun 2012 disusun berdasarkan beberapa landasan sebagai berikut :
( 1 ) Landasan Idiil yaitu Pancasila,
( 2 ) Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945, ( 3 ) Landasan Operasional:
a. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 75; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomr 47 ; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
e. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ); sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
g. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
j. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
k. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817)
l. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
m.Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
n. Peraturan Menteri PAN dan RB tanggal 31 Desember 2010 Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah.
o. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Jembrana, sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pembentuka Organiasi dan Tata Kerja Peangkat Daerah Kabupaten Jembrana ( Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2011 Nomor 15; Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 15 );
C. Profil Kabupaten Kabupaten Jembrana
Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka profil layanan Pemerintah daerah Kabupaten Jembrana pada intinya dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu: a). Layanan yang terkait dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, b).Peningkatan Layanan Umum dan c). Layanan terkait dengan Peningkatan Daya saing Daerah.
Peningkatan Kesejahteraan masayarakat diukur dengan tiga fokus yaitu : a).Focus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, b).Fokus Kesejahtraan Masyarakat dan c).Fokus Seni budaya dan Olahraga.Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi diukur dengan indicator kinerja: 1).Pertumbuhan PDRB, 2).Laju Inflasi, 3).PDRB Perkapita, 4).Indeks Gini, 5).Pemerataan Pendapatan Vrsi Bank Dunia, 6).Indeks Ketimpangan Wilayah dan 7). Prosentase penduduk di atas garis kemiskinan.Fokus Kesejahteraan Masyarakat diukur dengan capaian kinerja indicator pada: 1).Pendidikan, 2) Kesehatan, 3) Pertanahan dan 4) Ketenagakerjaan. Fokus Seni Budaya dan Olahraga diukur dengan capaian kinerja indikator: 1).Kebudayaan dan 2).Pemuda Olahraga. Peningkatan layanan umum terdiri atas dua urusan yaitu; (1) Urusan Wajib dan (2) Urusan Pilihan. Urusan Wajib terdiri atas: Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan Ruang, Perencanaan Pembangunan, Perhubungan, Lingkungan Hidup, Pertanahan, Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdaayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Sosial, Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Penanaman Modal Daerah, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, Pemerintahan Umum, Kepegawaian, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Statistik, Kearsipan, Komunikasi dan Informatika. Urusan Pilihan: Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumberdaya Mineral, Pariwisata, Kelautan dan Perikanan, Perdagangan, Perindustrian, dan Transmigrasi.
Peningkatan layanan daya saing daerah merupakan kemampuan ekonomi daerah. Daya saing Kabupaten Jembrana diukur dengan : 1). Kemampuan ekonomi daerah, 2) Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, 3) Iklim berinvestasi.
Kemampuan ekonomi daerah ditunjukan oleh Indikator: 1).Pengeluaran rumah tangga perkapita, 2).Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita, dan 3).Nilai tukar petani. Capaian Kinerja fasilitas wilayah/infrastruktur tahun 2005-2010 ditunjukan oleh :1). Ketaatan terhadap Rencana tata ruang Wilayah, dan 2).Luas wilayah Produktif. Capaian kinerja focus iklim berinvestasi ditunjukan oleh : 1). Angka kriminalitas, 2) jumlah demo, 3). Lama Proses Perijinan, dan 4) Persentase desa bersetatus swasembada.
Untuk melaksanakan layanan Pemerintah Kabupaten Jembrana sebagaimana dalam profil layanan di atas, Kabupaten Jembrana terdiri atas:
a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat DPRD;
c. Dinas Daerah, terdiri dari :
1. Dinas Pertanian, Peternakan dan Pekebunan 2. Dinas Kehutanan, Perikanan dan Kelautan. 3. Dinas Pekerjaan Umum.
4. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. 5. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil
6. Dinas Kesejahtraan Sosial Tenaga Kerja, dan Transmigrasi. 7. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
8. Dinas Kesehatan
10. Dinas Pendapatan Daerah d. Badan Daerah, terdiri dari :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal. 2. Badan Kepegawaian Daerahl.
3. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa. e.Inspektorat.
f.Kantor terdiri dari : Kantor Kesatuan Bangsa dan , Politik. 1) Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan. 2) Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi.
3) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu. 4) Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. 1. Rumah Sakit Umum
Skema 1.1
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Jembrana
Keterangan :
Garis Komando
Garis Pertanggungjawaban Garis Koordinasi
Sumber : Perda Kab. Jembrana No. 15 tahun 2011
Berdasarkan Data Badan Kepegawaian Daeraah Kabupaten Jembrana, Tahun 2012 jumlah aparatur negara (Pegawai Negeri Sipil) yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana sebanyak 5.202 orang yang meliputi: PNS golongan I sebanyak 156 orang, PNS Golongan II sebanyak 1.017 orang, PNS Golongan III sebanyak 1.734 orang, dan PNS Golongan IV sebanyak 2.155 .orang. Sedangkan pejabat struktural mulai dari eselon tertinggi yaitu Eselon IIa sebanyak 1 orang, Eselon IIb sebanyak 13 orang, Eselon IIIa sebanyak 35 orang dan Eselon Eselon IIIb sebanyak 40 orang, Eselon IVa sebanyak 208 orang, Eselon IVb sebanyak 68 orang dan Eselon Va sebanyak 19 orang Jumlah pejabat fungsional di Kabupaten Jembrana pada
SEKRETARIS DAERAH
SET DPPRD (Unsur Pelayanan) INSPEKTORAT
( Unsur Pengawas)
BAPPEDA dan PM ( Unsur Perencana)
KECAMATAN LEMBAGA LAIN
(Pelaks. Per.UU)
DINAS DAERAH (Unsur Pelaksana)
LTD (BADAN,KANT.RSD)
(Unsur Penunjang) BUPATI
WAKIL
BUPATI DPRD
STAF AHLI
bulan Desember 2012 adalah sebanyak 2933 orang yang terdiri atas: guru sebanyak 2386. orang, Pengawas Pendidikan 35 orang, arsiparis 3 orang, Pustakawan 2 orang, dokter umum dan dokter ahli sebanyak 48 orang, Dokter Gigi 11 orang, Entomolog Kesehatan 1 orang, Fisioterapis 1 orang, Perawat 198 orang, Perawat Gigi 16 orang, fungsional perencana 2 orang, fungsional lingklup pertanian 71 orang dan lain sebagainya.
Kondisi umum kepegawaian di Pemerintah Kabupaten Jembrana dapat selengkapnya berdasarkan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.1
Jumlah Sumber Daya Aparatur Pemerintah Kabupaten Jembrana Menurut Tingkat Pendidikan
No PENDIDIKAN JUMLAH No PENDIDIKAN JUMLAH
LK Peremp. Total LK P Total
1 SD 137 51 188 6 DIII 164 132 296
2 SMP 162 29 191 7 DIV 13 9 22
3 SMA 967 579 1.546 8 S1 1.378 838 4
4 DI 21 36 57 9 S2 97 13 110
5 DII 283 295 578 10 S3 0 0 0
Jumlah total 3.222 1.982 5.202
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jembrana Desember 2012.
Berdasarkan golongan, PNS golongan IV pada Pemerintah Kabupaten Jembrana menempati posisi jumlah tertinggi, hal ini disebabkan karena sebagian besar PNS Golongan IV tersebut adalah pejabat fungsional seperti fungsional guru, pengawas sekolah, dokter, serta pejabat struktural eselon III ke atas. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa gol IV pada hakekatnya dilihat dari tugas pokok dan fungsi SKPD Kabupaten Jembrana sudah mencukupi akan tetapi golongan II yang berada pada peringkat ketiga dipandang masih dibutuhkan.
Tabel 1.2.
Jumlah PNS Menurut Golongan
No GOLONGAN JUMLAH
L P TOTAL
1 Golongan I 115 41 156
2 Golongan II 651 366 1.017
3 Golongan III 1.076 658 1.734
4 Golongan IV 1.275 880 2.155
JUMLAH 3.117 1.945 5.062
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jembrana Desember 2012.
Tabel 1.3
Jumlah Pejabat Struktural Tahun 2012
No JENIS KEPEGAWAIAN JUMLAH
L P TOTAL
1 Eselon II.a 1 - 1
2 Eselon II.b 13 - 13
3 Eselon III.a 29 6 35
4 Eselon III.b 33 7 40
5 Eselon IV.a 165 43 208
6 Eselon IV.b 47 21 68
7 Eselon V.a 13 6 19
JUMLAH 301 83 384
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jembrana Desember 2012. Berdasarkan jenis pejabat fungsional dapat diuraikan sebagaimana tabel 4.
Tabel 1.4
Jumlah Pejabat Fungsional Tahun 2010
NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH
L P TOTAL
1 Apoteker 1 - 1
2 Arsiparis 3 - 3
3 Asisten Apoteker 2 11 13
4 Auditor 5 3 8
5 Bidan 1 55 56
6 Dokter Gigi 3 8 11
7 Dokter 28 20 48
8 Entomolog Kesehatan - 1 1
9 Fisioterapis 1 - 1
10 Guru 1313 1073 2.386
11 Instruktur 8 - 8
12 Nutrisionis 1 8 9
13 Pengawas Benih Tanaman 1 - 1
14 Pengawas Sekolah 33 2 35
15
Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan 4 - 4
16 Penyuluh Kehutanan 3 - 3
17 Penyuluh Keluarga Berencana 15 5 20
18 Penyuluh Kesehatan Masyarakat 3 - 3
19 Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan 5 - 5
20 Penyuluh Pertanian 64 7 71
21 Perawat 50 148 198
NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH
L P TOTAL
23 Perencana 4 - 4
24 Pranata Laboratorium Kesehatan 1 5 6
25 Pustakawan 1 1 2
26 Radiografer 4 - 4
27 Sanitarian 5 4 9
28 Widyaiswara 8 1 9
Jumlah 1.573 1.362 2.935
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jembrana Desember 2012.
D. Kondisi Umum Kabupaten Jembrana
Secara geografis Kabupaten Jembrana merupakan pintu masuk maupun keluar pulau Bali, melalui pelabuhan Gilimanuk. Angkutan barang, wisata, penumpang umum dan jasa dari Pulau Jawa akan melewati Kabupaten Jembrana menuju ke Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem di sebelah Utara, dan angkutan menuju Kabupaten Tabanan, Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung di bagian selatan dan selanjutnya menuju penyeberangan Padang Bai dengan tujuan Propinsi NTB. Dengan demikian Jembrana merupakan jalur penghubung utama segala aktivitas antar kota-kota di pulau Jawa dengan pulau Bali, NTB dan NTT melalui jalur darat. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Jembrana adalah 841,80 Km² atau 14,93 % dari luas Propinsi Bali, terluas kedua di bawah Buleleng.
Tabel 1.5
Luas Wilayah Kab/Kota se-Provinsi Bali Tahun 2012
No Kabupaten/Kota Luas
Km2 %
1 Jembrana 841,80 14,93
2 Buleleng 1.365,88 24,23
3 Krangasem 839,54 14,89
4 Tabanan 839,33 14,89
5 Bangli 520,81 9,24
6 Badung 418,52 7,42
7 Gianyar 368,00 6,53
8 Klungkung 315,00 5,59
9 Kota Denpasar 127,78 2,27
Provinsi Bali 5.636,66 100,00
Sumber: Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana 2012
Dengan luasan daerah yang demikian merupakan potensi yang sangat baik khususnya di sektor pertanian maupun sektor-sektor lain seperti perkebunan, perikanan, industri maupun perdagangan. Dari 5 (lima) kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana, yang terluas adalah Kecamatan Mendoyo. Rincian luas masing-masing kecamatan, yaitu sebagai berikut:
d. Kecamatan Pekutatan seluas : 129,65 km2 e. Kecamatan Jembrana : 93,87 km2
Secara administrasi Kabupaten Jembrana dibagi atas 5 (lima) wilayah kecamatan, 51 desa/ kelurahan dengan 207 banjar (dusun) dan 43 lingkungan. Di samping desa dinas, Kabupaten Jembrana juga memiliki desa Pekraman sebanyak 64 buah dengan Banjar Adat sebanyak 232 buah.
Tabel 1.6
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana Tahun 2011
No. Pembagian Wilayah Administrasi Jumlah
1 Jumlah Kecamatan 5
2 Jumlah Desa/Kelurahan 41/10
3 Jumlah Dusun/Lingkungan 207/43
4 Jumlah Desa Adat (Desa Pakraman) 64
5 Jumlah Banjar Adat 232
6 Jumlah Rumah Tangga 85.025
7 Jumlah Penduduk 311.573
8 Kepadatan Jiwa Per Km2 262,68.
9 Luas Wilayah 841,80 Km2
10 Perbandingan Laki-Perempuan ( Sex ratio) . 99,81 % Sumber: Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana 2012
Ditinjau dari segi penggunaan tanah, Kabupaten Jembrana terdiri dari kawasan hutan .39,17 .%, tanah tegalan/ kebun 19,00.%, tanah sawah 8,02%, pemukiman 7,00%, tambak 1,34%, pertambangan 0,00%, Industri 0,34.%, pariwisata 5,50 %, dan lain-lain 19,23.%.
Dengan pemanfaatan lahan seperti gambar di atas, maka Kabupaten Jembrana memiliki potensi ekonomi dalam berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, industri mikro, industri kecil dan industri menengah hingga industri besar. Potensi ekonomi Kabupaten Jembrana tersebut didukung pula oleh keharmonisan geografis, dimana letak daratan antara dataran tinggi dan dataran rendah dan pantai dalam pola ”Nyegara Gunung” artinya harmoni keseimbangan alam pegunungan dan wilayah laut.
Selanjutnya dari segi iklim, maka antara musim panas dengan musim hujan di wilayah Kabupaten Jembrana cukup normal. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun, di mana curah hujan terendah terjadi pada bulan April - Oktober, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober - April.
Kondisi topografis (permukaan bumi) Kabupaten Jembrana bergelombang dan berbukit di bagian Utara, dan landai di bagian Selatan. Ketinggian wilayah Kabupaten Jembrana mencapai 306,84 meter di atas permukaan laut dengan titik tertinggi hanya 700 meter. Kabupaten Jembrana memiliki pantai sepanjang 78 km dan memiliki 37 sungai dengan panjang seluruhnya sebanyak 495,8 kilometer.
 Wilayah datar : 25,00 %  wilayah landai : 10,16 %  wilayah berbukit : 25,24 %  wilayah curam : 39,60 %
Gambar 1.1
Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Jembrana
Sumber: Bappeda dan PM Tahun 2012
Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Jembrana dapat di kelompokkan ke dalam 4 kelompok:
1. Wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 2% (datar) seluas 210,47 Km2, tersebar diseluruh kecamatan Se-Kabupaten Jembrana. Kondisi tanah ini sangat potensial dimanfaatkan untuk pemukiman.
2. Wilayah dengan kemiringan lereng 2 – 15% (landai) seluas 85,49 Km2, tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana. Kondisi tanah seperti ini potensial dimanfaatkan untuk berbagai jenis usaha, namun diperlukan usaha konversasi tanah dan air.
3. Wilayah dengan kemiringan lereng 15 – 40% (bergelombang/berbukit) seluas 212,45 Km2, terdapat diseluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana. Penggunaan tanah dengan kemiringan demikian cukup rawan dan kurang baik untuk budidaya tanaman pertanian, namun perlu dikelola dengan pemilihan tanaman yang berfungsi sebagai konversasi. Secara eksisting sebagian besar kawasan pada kemiringan ini merupakan kawasan yang dikembangkan untuk hutan produksi dan hutan lindung. 4. Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat curam) seluas
Berdasarkan data peta geologi Kabupaten Jembrana dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari lima jenis batuan yaitu:
 Formasi Gamping Agung  Batuan Gunung Api Jembrana  Formasi Palasari
 Formasi Alluvium  Alluvium Formasi Sorga
Berdasarkan peta jenis tanah Provinsi Bali wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa jenis tanah yaitu :
a) Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol)
Jenis tanah ini tersebar di empat wilayah Kabupaten Jembrana, yang paling luas terdapat di Kecamatan Mendoyo (25.985 ha), di Kecamatan Melaya (16.319 ha), Kecamatan Negara dan Jembrana (14.130 ha) dan Kecamatan Pekutatan (12.169 ha). Jenis tanah ini dibentuk oleh bahan induk abu vulkanik intermediet dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan PH berkisar antara 4,5-5,5.
b) Tanah Alluvial Coklat Kelabu
Tanah ini merupakan tanah endapan sungai dengan luas kurang lebih 10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (5.725 ha). c) Tanah Alluvial Coklat Kelabu
Jenis tanah ini di bentuk oleh bahan induk batuan gamping dengan bentuk morfologi bergelombang sampai berbukit-bukit. Jenis tanah ini mendominasi wilayah Kecamatan Melaya (1.878 ha).
d) Tanah Regosol Cokelat Kelabu
Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana seluas 772 ha dan di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha..
e) Tanah Alluvial Hidromorf
Jenis tanah ini terdapat di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana khususnya di sepanjang wilayah pantai selatan dan di sekitar Desa Pengambengan dan Desa Cupel. Luas jenis tanah ini kurang lebih 1.420 Ha.
Gambar 1.2
Peta Jenis Tanah Kabupaten Jembrana
Sumber: Bappeda dan PM Tahun 2012
Di daerah ini terdapat 17 sungai induk dan 20 anak sungai. Semua sungai-sungai ini mempunyai arah aliran dari Utara (pegunungan) ke muara sungai-sungai di bagian Selatan yaitu Samudera Indonesia. Masing-masing sungai mempunyai daerah tangkapan hujan (catchment area) yang berbeda-beda. Sungai yang alirannya paling panjang adalah Tukad Bilukpoh sepanjang 29 km, dan terpendek adalah Tukad Pangkung Belatung yang hanya 3,40 km. Sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana meliputi:
1. Air permukaan : air sungai, bendung Palasari
2. Air tanah : air yang bersumber dari bawah tanah
3. Mata air : terdapat 37 mata air dengan kapasitas 110 l/det
Berdasarkan karakteristik alirannya, sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sungai-sungai yang terletak di Bagian Darat dari wilayah Kabupaten Jembrana (sebelah Barat Tukad Melaya), sungai-sungai hanya mengalir pada musim hujan. Hal ini erat kaitannya dengan curah hujan yang sangat rendah di wilayah itu serta kondisi tanah yang terberbentuk dari batuan gamping. Sedangkan kelompok sungai yang mengalir sepanjang tahun adalah sungai-sungai yang terletak diantara Tukad Klatakan disebelah Barat dan Tukad Pulukan di sebelah Timur umumnya sungai-sungai tersebut tetap mengalir pada musim kemarau walau debit airnya sangat kecil.
Berdasarkan peta hidrogeologi daerah Kabupaten Jembrana dari Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Sub. Direktorat Pendayagunaan Air Tanah (Tahun 1986) kondisi air tanah dan struktur geologi Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut:
Terdapatnya air tanah dan produksivitas akuifer (occurrence of groundwater and productivity of aquifers) yaitu:
 Akuifer produktif dengan penyebaran luas, berarti: Akuifer dengan keterusan sedang: muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah dekat atau bawah muka tanah; debit sumur umumnya 5 sampai 10 ltr/dtk.
 Akuifer dengan produktivitas sedang, dan penyebaran luas berarti: akuifer dengan keterusan sedang sampai rendah; muka air tanah beragam dari atas atau dekat muka tanah sampai lebih dalam dari 10 m dibawah tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk.
 Setempat akuifer dengan produktivitas sedang berarti: akuifer tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk. b. Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas rendah dan daerah air tanah
langka (aquifers (fissured or product) of poor productivity and regions without exploitables groundwater).
 Akuifer dengan produktivitas rendah setempat berarti: umumnya keterusan sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah atau pada zona pelapukan.
 Daerah air tanah langka.
Di samping air permukaan, sumber air lainnya adalah air tanah yaitu air yang bersumber dari bawah tanah. Keadaan air tanah dari suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi dari keadaan tersebut. Di samping air permukaan dan air tanah sumber air yang lain adalah mata air (spring). Di Kabupaten Jembrana menurut data dari Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Sub Direktorat Pendayagunaan Air Tanah (Tahun 1986) konservasi air tanah daerah Kabupaten Jembrana yaitu sebagai berikut:
1. Daerah cekungan air tanah: a. Daerah lepasan
 Zona aman pada akuifer kedalaman >30m bmt. Pengambilan air tanah dibatasi maksimal 540 m³/hari/sumur. Air tanah pada akuifer kedalaman <30 m bmt. Hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan pengambilan maksimal 100 m³/bulan/sumur.
 Zona aman. Aliran air tanah terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, dengan kedudukan muka air tanah dalam. Pengembangan air tanah lebih layak dilakukan dengan menurap mata air yang dapat difungsikan sebagai daerah resapan.
b. Daerah Resapan
 Zona resapan, tidak untuk dikembangkan bagi berbagai peruntukan, kecuali untuk keperluan rumah tangga dengan pengambilan maksimal 100 m³/bulan/sumur, sedangkan untuk keperluan lain dapat dipertimbangkan setelah dilakukan kajian teknis hidrogeologi atau menurap mata air. Peruntukan lahan diupayakan untuk perkebunan atau hutan.
2. Daerah bukan cekungan air tanah
Ditinjau dari segi klimatologi, Kabupaten Jembrana mempunyai iklim tropis dengan pergantian musim yang jelas antara musim terhujan dan musim kemarau masing-masing selama 5 dan 7 bulan setiap tahunnya. Curah hujan di Kabupaten Jembrana hampir merata sepanjang tahun dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan April. Kondisi curah hujan tersebut sangat mendukung pengembangan sektor pertanian dalam arti luas. Disamping didukung oleh curah hujan yang merata tersebut, juga ditinjau dari topografi rata-rata ketinggian wilayah Kabupaten Jembrana 306,84 meter di atas permukaan laut dan dengan titik tertinggi hanya 700 meter di atas permukaan laut, yaitu di Kecamatan Mendoyo. Kondisi ini sangat mendukung pengembangan usaha di sektor pertanian dalam arti luas. Musim penghujan berkisar antara bulan Nopember - Maret dan musim kemarau antara bulan April - Oktober. Temparatur rata-rata di daerah ini berkisar antara 25,4 sampai 28,4 C.
Ditinjau dari penggunaan lahan dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya terbagi menjadi dua yaitu budidaya pertanian dan budi daya nonpertanian, Kabupaten Jembrana merupakan wilayah yang kaya akan berbagai sumber daya alam termasuk di dalamnya adalah pertanian dan kehutanan. Rincian penggunaan lahan di Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan sebagaimana tabel 2.3 berikut:
Tabel 1.7
Penggunaan Lahan di Kabupaten Jembrana (Ha) Tahun 2012
No Keca
Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2012
Tabel 1.8
Kawasan Budidaya dan Non Budidaya di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
No Kawasan Luas (Ha)
1.
2.
3.
Kawasan Non Budi daya - Hutan Lindung
- Hutan swadaya marga satwa - Hutan Produk Terbatas - Hutan Produk
Kawasan Budidaya Pertanian -Tanaman lahan basah/sawah - Tanaman lahan kering -Tanaman Tahunan/Perkebunan - Perikanan
Kawasan Budidaya Non Pertanian - Pariwisata
- Industri - Pelabuhan - Bendungan - Pemukiman
34.312.80 4.502.90 2.616.20 383.10
6.836. 30.844. 23.192.03 367.53
33.318 625,00
9.,80 87,00 4.700,11
Sumber :Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana, 2012
Penggunaan lahan Tahun 2011 didominasi oleh kawasan budidaya pertanian, yaitu seluas  6.836 Ha, dan untuk kawasan Nonbudidaya yaitu seluas 30.844 Ha dan untuk kawasan kawasan budidaya non pertanian yaitu seluas 34.312.80 Ha. b) Kawasan Lindung
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana adalah 41.164,70 Ha atau 7, 48 % dari Luas Pulau Bali atau 31,61 % dari luas Kawasan Hutan Pulau Bali atau 48,90 % dari luas Wilayah Kabupaten Jembrana. Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana berada pada kelompok Hutan Yeh Leh, Yeh Lebah (RTK 12) seluas 2.587,00 Ha dan Kelompok Hutan Bali Barat (RTK 19) seluas 30.387,97 Ha. Kawasan Hutan hampir 80,471 % berupa Kawasan fungsi Lindung. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana kawasan tersebut disepakati dipertahankan sebagai Penyangga Sistem Kehidupan Wilayah Bawahan. Dalam Pembangunan sektor ekonomi , Bidang Pertanian sebagai tulang punggung pembangunan bidang ekonomi sangat tergantung pada kondisi tata lingkungan dan tata air serta Ekosistem Wilayah Hulu sebagai sarana pendukung Produksi. Oleh sebab itu kondisi Lingkungan di Wilayah Hulu Jembrana mutlak dipertahankan .
Kondisi saat ini diperkirakan sekitar 30 - 40 % Hutan diwilayah hulu Jembrana dalam keadaan rusak akibat adanya usaha illegal perubahan fungsi terhadap keberadaan fungsi Hutan tersebut, hal ini terjadi sebagaian besar pada Hutan fungsi lindung di Jembrana.
c) Potensi Pengembangan Wilayah
menjadikan interaksi dengan wilayah perencanaan menjadi tinggi. Wilayah Perencanaan memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan bernilai ekonomis. Potensi alam dan bentang alam wilayah perencanaan dengan panorama yang sangat eksotik, terutama hutan lindung dan budidaya serta berbagai obyek dan daya tarik wisata alam dan bahari menjadikan wilayah perencanaan sangat potensial untuk dikunjungi wisatawan.
Gambar 1.3
Peta Permasalahan Struktur Ruang Kabupaten Jembrana
Gambar 1.3
Peta Permasalahan Pola Ruang Kabupaten Jembrana
Sumber: Bappeda dan Penanaman Modal, Tahun 2012
Untuk memberikan gambaran lebih detail, maka potensi pengembangan wilayah dijabarkan dan dibagi atas kawasan, yaitu:
a) Potensi Kawasan Lindung
 Potensi kawasan suaka alam meliputi cagar alam dan suaka margasatwa; melindungi kawasan bawahannya, melestarikan keanekaragaman flora dan fauna serta menjaga kelestarian tanaman. Sedangkan potensi suaka margasatwa adalah untuk pengembangan wisata alam dan pengembangan ilmu pengetahuan yang tetap mempertahankan kelestarian lingkungan, adapun Kawasan Suaka Alam di Kabupaten Jembrana adalah Kawasan Suaka Alam Laut di Kecamatan Melaya dan Gilimanuk yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bali Barat.
langka antara lain jalak bali, blibis putih kepala hitam, gangsa batu coklat, kijang, trenggiling, landak, kancil, ikan hiu, ikan bendera, kima raksasa serta pelestarian penyu dan lain-lain.
 Potensi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan terdiri dari Lingkungan Non terbangun, Lingkungan Bangunan Gedung, dan halamannya Serta Kebun Raya. Kabupaten Jembrana memiliki peninggalan budaya dan ilmu pengetahuan yang sangat penting, Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahun di Kabupaten Jembrana meliputi Pura Palungan Batu yang terletak di Kecamatan Jembrana, Situs Gilimanuk dan Monumen Lintas Laut Gilimanuk yang terletak di Kecamatan Melaya dan Pura Perapat Agung. Budaya masyarakat dengan kearifan budaya lokal serta adat istiadatnya merupakan salah satu potensi wisata yang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Terdapat pula Wisata budaya dan ziarah yakni Makam Mbah Temon yang dapat menjadi potensi wisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
 Potensi Kawasan Perlindungan Bawahan Terdiri dari Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Resapan Air dan Kawasan Karst Kelas I Kawasan perlindungan bawahan di Kabupaten Jembrana memiliki potensi untuk melindungi/memperkecil bahaya tanah longsor atau banjir menuju kawasan bawahannya, melalui peresapan air ke dalam tanah dapat meningkatkan volume air tanah, dan melindungi flora dan fauna yang masih berkembang untuk menghindari kepunahan.
 Potensi Kawasan Perlindungan Setempat Terdiri dari Kawasan Sekitar Mata Air, Kawasan Sekitar Waduk/Danau, Kawasan Sekitar Sempadan Sungai, Pantai, Kawasan Sekitar Sempadan Sungai diKawasan Permukiman, Kawasan Pantai Berhutan Bakau/Mangrove, Kawasan Terbuka Hijau Kota, Kawasan Suci, dan Kawasan Kesucian Pura, adanya kawasan-kawasan suci yang dipandang memiliki nilai kesucian (kawasan Suci) oleh umat Hindu di Bali seperti kawasan gunung, danau, campuhan, pantai, laut dan mata air memudahkan dalam pengelolaan dan pengamanan terhadap kawasan perlindungan setempat, begitu pula dengan penetapan kawasan radius kesucian pura atau daerah kekeran dimana dalam suatu kawasan yang hanya boleh ada bangunan yang terkait dengan kehidupan keagamaan (Hindu), misalnya pendirian Dharmasala, Pasraman dan sebagainya, bagi kemudahan umat Hindu melakukan kegiatan keagamaan, sebaran lokasi radius kesucian pura berada disekitar lokasi pura-pura Dhang Kahyangan yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Jembrana.
 Potensi Kawasan Sumber Daya Air; potensi kawasan sumber daya air menyebar di seluruh Kecamatan se-Kabupaten Jembrana, namun pada saat ini berada di wilayah kecamatan Melaya, Desa Palasari ( Bendungan ) dan Desa Manistutu ( Bendungan benel ).
b) Potensi Kawasan Budidaya Potensi Budidaya terdiri atas:
 Pengembangan lahan pertanian;dikembangkan sesuai dengan kondisi irigasi di masing-masing wilayah Kabupaten. Pertanian di Kabupaten Jembrana merupakan sektor yang masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Jembrana, secara umum Kabupaten Jembrana memiliki potensi sebagai salah satu lumbung padi nasional, merupakan wilayah penghasil tanaman pangan dengan berbagai komoditas unggul, wilayah penghasil tanaman hortikultura dengan kualitas ekspor.  Potensi perikanan, budidaya air tawar, sangat besar dan belum sepenuhnya
dikembangkan, hasil budidaya perikanan budidaya air tawar juga belum banyak diolah sehingga tidak memberi nilai tambah yang besar. Salah satu potensi perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah budidaya ikan air laut (tambak) dan penangkapan ikan air laut yang telah didukung dengan adanya Pelabuhan Pelelangan Ikan dan pengembangan teknologi pengolahan ikan air laut pasca panen.
 Potensi Peternakan, ternak besar (sapi, babi, kambing, kerbau, kuda dan domba), maupun unggas (ayam dan itik) cukup besar di Kabuaten Jembrana. Peternakan ini memiliki potensi untuk diolah menjadi komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Penduduk Kabupaten Jembrana mayoritas beragama Hindu membutuhkan babi untuk berbagai keperluan selain dikonsumsi juga untuk keperluan upacara, selain babi populasi kedua banyak dipelihara adalah sapi. Sapi di samping dipotong untuk dikonsumsi dagingnya oleh masyarakat Jembrana, juga dikirim antar pulau ke Jawa, terutama ke Jakarta.
 Potensi pariwisata; banyaknya dan beragamnya objek dan daya tarik pariwisata di Kabupaten Jembrana yang dapat menarik pangsa pasar, namun belum optimal dikembangkan. Keindahan alam dan pantai yang masih alami diantaranya Potensi air terjun di Desa Manggissasi, Dusun Juwukmanis, Taman Nasional Bali Barat, Bangunan-bangunan yang suci dan berbagai atraksi budaya yang dapat dijumpai diseluruh wilayah Kabupaten Jembrana merupakan potensi yang sangat besar bagi perkembangan wisata di Kabupaten ini.
 Potensi pengembangan Permukiman; permukiman perdesan dan perkotaan yang terintegrasi dapat mendorong terjadinya keseimbangan perkembangan wilayah sekaligus mendorong pertumbuhan secara lebih merata. Masing-masing kawasan permukiman dikembangkan sesuai potensi masing-masing akan dapat mempercepat pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan serta wilayah sekitarnya.
Tegalbadengbarat dan Desa Cupel Kecamatan Negara seluas ± 951,95 Ha. Pengembangan sentra-sentra industri usaha mikro, kecil nonpolutif yang potensial dan sebarannya meliputi : industri kecil kemaritiman pembuatan perahu dan kapal nelayan di Desa Perancak dan industri kecil diluar industri kecil kemaritiman pembuatan perahu dan kapal nelayan dengan sebaran terdistribusi di seluruh Kabupaten Jembrana.
 Potensi pertambangan; Pengembangan pertambangan di Kabupaten Jembrana berdasarkan hasil analisis ekonomi bukan merupakan Skala Prioritas Pengembangan sektor di Kabupaten Jembrana hal ini dikarenakan potensi pengembangan sektor ini sangat kecil dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Jembrana. Kawasan peruntukan pertambangan yang meliputi lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Jembrana dengan pemanfaatan secara terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan lokasi kegiatan pertambangan sekala kecil terbatas berupa pertambangan batuan, pada kawasan yang potensial dengan memperhatikan kelestarian lingkungan lokasinya tersebar setelah mendapatkan perijinan sesuai ketentuan.
 Potensi Perdagangan; pemberdayaan sektor perdagangan dalam sekala luas dapat diketahui melalui harga yang tersaji dalam informasi pasar, didukung dengan kegiatan promosi dan penyaluran, menyiapkan sarana prasarana pasar serta revitalisasi pasar sesuai kondisi yang ada, mengentensipkan kegiatan perijinan usaha sesuai ketentuan yang berlaku serta mewujudkan keseimbangan pelaku, ekonomi dengan kegiatan pengawasan barang beredar dalam upaya melindungi konsumen melalui program peningkatan efesiensi dalam negeri, perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan.
 Potensi Koperasi dan UMKM; Berkembangnya kwalitas kelembagaan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah ( K-UMKM ) yang mampu bertahan saat menghadapi krisis ekonomi global dan sangat potensi dalam pengembangan menanggulangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jembrana.
 Potensi kawasan pusat pemerintahan dan core Budaya; ketersediaan fasilitas yang cukup dengan berbagai inovasi sehingga dapat melayani seluruh wilayah di Kabupaten Jembrana dan menjadi “wajah” kebudayaan masyarakat Kabupaten Jembrana.
c) Potensi Kawasan Strategis
Kabupaten Jembrana memiliki beberapa kawasan strategis yang dapat diprioritaskan dalam penangganannya, kawasan tersebut memberikan potensi yang besar terhadap pembangunan, merupakan kawasan yang dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat, memiliki potensi sebagai kawasan yang dikendalikan tata ruangnya, dan kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan kawasan sekitar dan atau berpengaruh terhadap perkembangan Kabupaten Jembrana secara umum.
Kawasan pesisir di kabupaten Jembrana terbentang dari Gilimanuk di kecamatan Melaya sampai desa Pengeragoan di kecamatan Pekutatan memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata dan keanekaragaman hayati yang bernilai ekonomi tinggi seperti berbagai jenis ikan, udang dan kerang, yang kesemuanya merupakan aset yang sangat strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi pada pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental service). Kawasan pulau-pulau kecil di kabupaten Jembrana merupakan kawasan hutan lindung Taman Nasional Bali Barat, pemanfaatan secara ekonomi terhadap pulau kecil adalah pengembangan objek dan daya tarik wisata terbatas.
e) Wilayah Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana di Kabupaten Jembrana meliputi Kawasan rawan banjir, longsor, abrasi pantai dan rawan air pasang.
1. Wilayah Rawan Banjir
Lokasi sering terjadinya banjir di Kabupaten Jembrana yaitu di Kecamatan Pekutatan di Desa Pangyangan yang diakibatkan oleh meluapnya sungai Banjar Yeh Lebah, dan Lingkungan Koprahan dan di Kecamatan Negara mulai Kelurahan Baler Bale Agung, Kelurahan Lelateng dan Kelurahan Loloan Barat dan di Desa Pengambengan yang diakibatkan oleh fungsi pembuangan air (drainase) kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi perencanaan teknik maupun pelaksanaan fisiknya. Luas keseluruhan kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Jembrana hampir mencapai ± 200 Hektar.
2. Wilayah Rawan Longsor
Di Kabupaten Jembrana kawasan yang rawan terhadap bahaya Longsor/Erosi terutama di Desa Berangbang Kecamatan Negara yang letak lokasinya yaitu di Dusun Pengajaran Kaler, dalam Kawasan Hutan Lidung RPH Candikusuma yang luasnya yaitu sekitar ± 1 hektar, Desa Manggisari Kecamatan Pekutatan lokasinya di permukiman penduduk yang luasnya sekitar ± 2 hektar dan yang ketiga di Desa Yeh Sumbul Kecamatan Mendoyo lokasinya terdapat di Pangkung Languan Mekar, di Pemukiman penduduk yang luasnya yaitu ± 3 hektar.
3. Wilayah Rawan Air Pasang Laut
Posisi Kabupaten Jembrana yang merupakan bagian dari pulau Bali merupakan daerah yang berpotensi rawan air pasang. Desa di wilayah pesisir Kabupaten Jembrana yang memiliki tingkat kerawanan tinggi adalah Desa Candikesuma, Kelurahan Gilimanuk, Desa Melaya, Desa Nusa sari, Desa Tuwed, Desa Air Kuning, Desa Banyubiru, Desa Baluk, Desa Budeng, Desa Cupel, Desa Pengambengan, Desa Perancak, Desa Tegal Bandeng Barat, Desa Tegal Bandeng Timur, Desa Yeh Kuning, Desa Delod Berawah, Desa Penyaringan, Desa Yeh Embang, Desa Yeh Embang Kangin, Desa Yeh Embang Kauh, Desa Gumrih, Desa Medewi, Desa Pangyangan, Desa Pekutatan, Desa Pengeragoan, Desa Pulukan dan Desa Yeh sumbul.
Gambar 1.4
Peta Rawan Bencana Kabupaten Jembrana
Sumber: Bappeda dan PM Tahun 2012
Pada tahun 2012 BPS, jumlah penduduk Kabupaten Jembrana adalah sebesar 273.918
jiwa terdiri dari laki-laki 136.685 jiwa, perempuan 137.233 Jiwa. Perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan (Sex Ratio) di Kabupaten Jembrana pada akhir tahun 2012 mencapai 100 yang berarti bahwa setiap 100 orang laki-laki bisa dipasangkan dengan 100 orang perempuan.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.9 Tabel 1.9
Penduduk Jembrana Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jml Penduduk Sek rasio Kepadatan /
Km2
Negara 38.489 38.363 76.852 100 608 Mendoyo 30.838 31.727 62.565 97 212 Pekutatan 14.406 14.105 28.511 102 220 Melaya 27.246 26.919 54.165 101 275 Jembrana 25.706 26.119 53.825 98 552 Total 136.685 137.233 273.918 100 325
Sumber : BPS Tahun 2012
Perkembangan penduduk Kabupaten Jembrana selama lima tahun dapat dilihat pada tabel 1.10
Tabel 1.10
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana Th 2010 – 2012
Tahun Laki-Laki Perempuan
Jml Pddk
Sek rasio Kepadatan / Km2 Tahun 2012 136.685 137.233 273.918 100 325 Tahun 2011 136.069 136.759 272.828 99 324 Tahun 2010 134.339 135.520 269.859 99 321
Dengan jumlah penduduk sebesar 273.918 jiwa dan luas wilayah 841,80 km2, kepadatan penduduk Kapupaten Jembrana adalah sebesar 325 jiwa/km2.
Tabel 1.11
Penduduk Jembrana Berdasarkan Kelompok Umur Pendidikan Dan Usia Produktif
KECAMATAN 0-4 th 5-6 th 7-12 th 13-15 th 16-18 th
NEGARA 6.134 2.954 9.998 4.559 4.351
MENDOYO 4.325 2.040 7.103 3.331 3.173
PEKUTATAN 1.991 984 3.139 1.365 1.397
MELAYA 3.912 2.104 6.729 3.059 2.937
JEMBRANA 3.821 1.886 6.169 2.887 2.775
TOTAL 20.183 9.968 33.138 15.201 14.633
Tabel 1.12
Penduduk Jembrana Berdasarkan Kelompok Umur Pendidikan Dan Usia Produktif
KECAMATAN 19-25 th 26-45 th 46-55 th >= 56 th JML PDDK
NEGARA 9.879 30.470 10.537 10.342 89.224
MENDOYO 6.868 22.756 9.212 10.727 69.535
PEKUTATAN 3.124 10.176 4.028 4.554 30.758
MELAYA 6.518 20.460 7.322 7.890 60.931
JEMBRANA 6.399 20.881 8.133 8.174 61.125
TOTAL 32.788 104.743 39.232 41.687 311.573
Sumber data : SIAK Kabupaten Jembrana per Desember 2011.
Dilihat dari tabel diatas, jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada usia produktif 16 s/d 55 tahun cukup tinggi sebanyak 188.985 orang mencapai 62,06%, dan ini merupakan potensi Sumber Daya Manusia untuk pembangunan di Kabupaten Jembrana sehingga memerlukan pengelolaan yang baik agar betul-betul mejadi sumber daya yang produktif dan bermanfaat bagi pembangunan khususnya di Kabupaten Jembrana.
Komposisi penduduk di Kabupaten Jembrana menurut mata pencaharian sebagian besar adalah sebagai berikut:
Tabel 1.13
Komposisi penduduk di Kabupaten Jembrana menurut mata pencaharian
KECAMATAN Belum/Tidak
Bekerja
Mengurus Rumah Tangga
Pelajar/Mahasiswa pensiunan PNS
NEGARA 24.990 14.285 11.502 509 1.740
MENDOYO 15.864 6.312 9.511 351 1.287
PEKUTATAN 7.211 2.467 3.866 102 449
MELAYA 16.356 8.631 7.473 234 962
JEMBRANA 15.856 9.057 8.086 465 1.725
TOTAL 80.277 40.752 40.438 1.661 6.163
Tabel 1.14
Penduduk Jembrana Berdasarkan Agama
KECAMATAN ISLAM KRISTEN KATHOLIK HINDU BUDHA KONGHUCHU
ALIRAN KEPER- CAYAAN
NEGARA 3.816 1.063 620 48.092 516 13 4
MENDOYO 4.812 159 33 64.483 44 0 4
PEKUTATAN 5.199 61 308 24.375 3 0 2
MELAYA 16.361 2.146 1.372 40.965 85 1 1
JEMBRANA 12.354 503 335 47.522 407 0 4
TOTAL 42.482 3.933 2.671 226.303 1.055 14 15
Komposisi penduduk di Kabupaten Jembrana menurut mata pencaharian sebagian besar adalah sebagai petani sebesar 32,11%, pertambangan 0,59%, industri pengolahan 18,13%, bangunan 8,22%, pedagang 22,84%, transportasi/ komunikasi 4,09%, keuangan 1,38%, jasa 11,92%, lainnya 0,78%.
E Kinerja Kabupaten Jembrana 2007-2011 1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Menurut Permendagri Nomor 54 tahun 2010, Aspek Kesejahteraan Masyarakat terdiri atas:
1). Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB, Laju Inflasi, PDRB Perkapita, Indeks Gini, dan Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan.
2) Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jembrana
Tabel 1.15
PDRB Menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Kabupaten Jembrana Tahun 2010 - 2012
Listrik dan Air Minum Bangunan Total 3.277.309,44 3.604.138,38 4.039.040,00 12,07 Sumber: Data BPS Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Berdasarkan tabel tersebut, kontribusi dibidang pertanian dan perdagangan masih dominan menyusul, bidang pengangkutan dan bidang Jasa, terlihat bahwa kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB setiap tahun mengalami peningkatan, keadaan ini merupakan salah satu indikator bahwa Kabupaten Jembrana merupakan daerah agraris dan sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan Perdagangan dalam arti luas.
Berikut dapat disajikan perbandingan besaran PDRB Kabupaten Jembrana berdasarkan Harga Konstan dan Harga Berlaku dari Tahun 2005 – 2012 (proyeksi) sebagai berikut :
Tabel 1.16
PDRB Atas Dasar Harga Konstan , PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jembrana Tahun 2008 – 2012
Tahun
PDRB
Atas Dasar Harga Konstan (dalam jutaan Rp)
PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (dalam jutaan Rp) Sumber: Data BPS Kabupaten Jembrana Tahun 2012
3) Laju Inflasi
Laju inflasi tahun 2010 sebesar 5,57 %, pada tahun 2011 turun menjadi sebesar 4,37 % kemudian tahun 2012 mencapai 4,70%.
4) PDRB Per Kapita Kabupaten Jembrana Tahun 2011 - 2012
PDRB per Kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan cara membagi data PDRB terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. PDRB per kapita Kabupaten Jembrana tahun 2011-2012 menunjukkan kecenderungan meningkat. Tahun 2011 PDRB per kapita Kabupaten Jembrana baru mencapai Rp. 14.165.861,28 meningkat menjadi Rp 14.963.382,58 pada tahun 2012.
5) Indeks Gini
Gini Ratio merupakan angka yang digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan daerah secara menyeluruh. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 bahwa tentang gini ratio dikelompokkan kedalam ketimpangan rendah apabila gini ratio tinggi lebih kecil dari 0,3, di kategorikan ketimpangan sedang apabila gini rationya lebih besar dari 0,3 dan lebih kecil dari 0,5, selanjutnya di kategorikan ketimpangan tinggi apabila gini rationya lebih besar dari 0,5.Berikut dapat disajikan perkembangan gini ratio Kabupaten Jembrana untuk kurun waktu 2005 – 2009 pada tabel berikut :
Tabel 1.17
Gini Ratio Kabupaten Jembrana Tahun 2007 – 2011
No Tahun Gini Ratio
1 2007 0,2385 2 2008 0,2583 3 2009 0,2370 4 2010 0,2575 5 2011 0,4020
Sumber data : BPS Provinsi Bali
Bila diperhatikan tabel tersebut diatas dalam kurun waktu 2007 – 2011 Kabupaten Jembrana Gini Rationya terkategorikan ketimpangan rendah. Kondisi tersebut mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten Jembrana cenderung merata atau gap antara rumah tangga kaya dan rumah tangga miskin cenderung kecil. Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi diharapkan merata di masing – masing sektor (9 sektor).Pada tahun 2011 ketimpangan Gini Ratio meningkat sehingga perlu diupayakan rendah kembali.
6) Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS
DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Perencanaan Strategis
A.1. VISI
Perumusan Visi Kabupaten Jembrana mencerminkan apa yang ingin dicapai, memberikan arah dan fokus strategi yang jelas, mampu menjadi perekat komponen Kabupaten Jembrana, memiliki orientasi masa depan, mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dan mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
Berdasarkan potensi permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang ada, maka bupati menetapkan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana sebagai Penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jembrana Tahun 2006 -2025 sebagai berikut :
“Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Jembrana melalui Peningkatan Perekonomian
dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia yang dilandasi Semangat Kebersamaan,
Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat”.
A.2. MISI
Dalam mewujukan visi RPJMD Kabupaten Jembrana 2011-2016 ditetapkan 5 (lima) buah misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan akuntabel, melalui penyelenggaraan pemerintahan yang aspiratif, partisipasif dan transparan.
2. Meningkatkan perekonomian daerah melalui optimalisasi petensi basis dan pemberdayaan masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya. 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan.
5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Berikut ini dijelaskan makna masing-masing misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan akuntabel, melalui penyelenggaraan pemerintahan yang aspiratif, partisipatif dan transparan.
Aspiratif, partisipasif dan transparan, mempunyai makna bahwa pemerintah peka terhadap keinginan masyarakat, dan proses penyusunan kebijakan serta perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan demokratis, diikuti pelaksanaan yang transparan/ terbuka. 2. Meningkatkan perekonomian daerah melalui optimalisasi peotensi basis dan pemberdayaan
masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jembrana, titik utama perhatian kita adalah dengan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat, dengan mengutamakan pertumbuhan sektor pertanian, perikanan dan kelautan sebagai basis ekonomi masyarakat, tanpa harus meninggalkan sector-sektor yang lain.
Pemberdayaan masyarakat mempunyai makna bahwa antara pemerintah dan masyarakat terjadi suatu hubungan yang positif dalam arti bahwa masyarakat ikut berperan aktif dalam pembangunan ekonomi, sehingga masyarakat tidak hanya sebagai obyek pembangunan, namun sekaligus sebagai subyek/ pelaku pembangunan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas pendidikan. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dengan memanfaatkan teknologi modern, serta meningkatkan aksesibilitas dalam bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya dalam menyiapkan generasi penerus yang cerdas, terampil, mandiri dan berwawasan, sehingga mampu mengahadapi perubahan serta perkembangan kemajuan zaman.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Tersedianya sarana dan prasarana publik baik secara kuantitas maupun kualitas yang baik, seperti prasarana jalan, jembatan, irigasi, dan lain-lainnya. Peningkatan ketersediaan infrastruktur akan dapat mempercepat proses pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kualitas layanan masyarakat.
5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
A.3 TUJUAN DAN SASARAN
Dalam mencapai visi dan misi ditetapkan tujuan dan sasaran. Pengembangan Visi dan Misi menjadi tujuan dan sasaran tidak terlepas dari dukungan Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Jembrana sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah.
Perwujudan Misi yang telah diuraikan di atas, akan ditempuh melalui pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Penetapan urusan pemerintahan yang mendukung visi dan misi sangat penting, karena dari urusan pemerintahan ini akan dapat dijabarkan tujuan dan sasaran, serta cara (strategi) untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Misi Pertama: Mewujudkan pemerintah yang bersih dan akuntabel, melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang aspiratif, partisipatif dan transparan.
Tabel 2.1
Tujuan dan sasaran Kabupaten Jembrana 2011-2016 Misi Pertama
No Tujuan Sasaran
1 Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan
- Meningkatnya ketersediaan kerjasama pembangunan.
- Meningkatnya pengembangan wilayah perbatasan.
- Meningkatnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh.
- Meningkatnya kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah. - Meningkatnya ketersediaan dokumen
perencanaan pembangunan.
- Meningkatnya ketersediaan perencanaan pembangunan ekonomi. - Meningkatnya ketersediaan
perencanaan pembangunan sosial budaya.
- Meningkatnya perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam.
- Meningkatnya perencanaan pembangunan daerah rawan bencana. 2 Meningkatkan fungsi Dewan sebagai
Lembaga yang aspiratif.