• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagi para peneliti interaksi simbolik, identitas sangat dipahami sebagai konstruksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagi para peneliti interaksi simbolik, identitas sangat dipahami sebagai konstruksi"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 65 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Level Teks

Identitas personal sangat mempengaruhi berbagai konteks sosial yang ada. Bagi para peneliti interaksi simbolik, identitas sangat dipahami sebagai konstruksi sosial, yang dibentuk dari pertukaran bahasa dengan orang lain. Harter mengungkapkan bahwa identitas diri seseorang dibentuk melalui penggabungan sikap sikap yang dinilai oleh orang lain sebagai identitas dari orang tersebut. (Harter, 1997:81)

Identitas merupakan konsep diri yang dipengaruhi oleh budaya, masyarakat, hubungan, dan citra diri yang dimiliki. (Littlejohn, 2009: 492). Goffman (1959) mengungkapkan bahwa dia menemukan adanya kecenderungan manipulatif dari seseorang dalam proses penunjukkan identitas diri (Harter, 1997:83). Berbagai bentuk facework dilakukan seseorang untuk mengkomunikasikan bahwa dirinya kompeten, disukai, bermoral dan layak dihormati. Cara ini dilakukan seseorang bukan hanya untuk melindungi dan menunjukkan identitas dirinya tapi juga untuk supaya lebih disukai, memperoleh penerimaan dan kekuatan sosial, dan memelihara suatu hubungan.

Sehingga identitas disini, dipahami sebagai segala sikap dan tampilan yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain dan lingkungannya, dengan tujuan untuk menciptakan image tertentu, agar dia lebih disukai dan diterima orang lain dan lingkungannya tersebut. West dan Turner (2008) menyebutkan bahwa sebagaimana telah dibuktikan dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti

(2)

commit to user 66

lainnya, pembentukan identitas yang terjadi pada diri seseorang akan terkait dengan bagaimana persepsi orang tersebut mengenai bagaimana orang lain melihat mereka (pantulan penilaian). Pantulan penilaian ini merujuk pada konsep yang dikemukakan Charles Cooley yaitu cermin diri (looking-glass self). Konsep cermin diri merupakan kemampuan seseorang melihat dirinya sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain (Cooley 1972 cit. West dan Turner 2008).

Dengan perkembangan teknologi informansi saat ini, hadirlah internet dengan segala fasilitasnya. Salah satu fasilitas internet yang saat ini popular adalah fasilitas jejaring sosial yang ditawarkan di internet. Facebook, merupakan salah satu contoh jejaring sosial yang popular di masyarakat saat ini. Facebook membawa hadirnya identitas online.

Secara umum, untuk bisa diterima dalam suatu jejaring pertemanan di dunia maya, apalagi untuk berteman secara online dengan teman yang belum dikenalnya di dunia nyata, seseorang pasti menerapkan semacam strategi, caranya adalah dengan membangun identitas online. Identitas online merupakan identitas yang sengaja dibangun seseorang di dunia maya/secara online, dengan tujuan agar bisa diterima dalam lingkungan online dimana dia berada.

Seperti halnya identitas nyata, identitas online pun juga dimungkinkan akan mengalami manipulasi tertentu dengan harapan untuk mencapai tujuan tertentu, bisa berupa penerimaan akan dirinya, hingga berupa status sosial artificial di dunia maya. Yang membedakan dengan dunia nyata, di dunia online orang lebih bebas dan memiliki kesempatan lebih luas dalam membentuk identitas dirinya. Orang bisa membangun identitas yang sama sekali beda dengan identitas

(3)

commit to user 67

yang dimilikinya di dunia nyata, bahkan orang bisa membangun identitas yang tak mungkin diraihnya di dunia nyata. Dunia maya/ online bisa merubah orang yang biasa-biasa saja di dunia nyata menjadi luar biasa atau layaknya selebritis di dunia maya.

Seseorang akan membentuk identitas online yang dimilikinya melalui profil yang ditampilkannya dan melalui sharing dan ekspresi pendapat yang diunggahnya yang memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan jaringan pertemanannya. Apa yang ditampilkan seseorang sebagai bagian dari dirinya merupakan bagian dari strategi seseorang dalam menampilkan identitas dirinya. (Palfrey & Gasser, 2008: 20-23). Juju dan Sulianta mengungkapkan pula hal serupa, mereka lebih menekankan pada tampilan identitas seseorang dalam

Facebook. Bahwa pengguna akun Facebook menampilkan identitasnya melalui

material yang diunggahnya misal foto profil dan melalui pengunggahan status yang menggambarkan bagaimana dirinya. Pengguna Facebook tak risih untuk berlaku narsis dalam akunnya, dengan misalnya menggunakan profile picture tertentu. Terkait status, memang pengunggahan status tidak bisa serta merta dihubungkan dengan narsis, namun narsis dalam status akan muncul dari misi pembuatannya, misal seseorang memposting sesuatu dan berharap dialah yang pertama mengunggahnya, lalu kemudian apa yang ditulisnya menjadi center of

attention. Misi pencarian perhatian ini lah yang kemudian membuat seseorang

narsis dalam status facebook. Bahkan untuk mendapat perhatian ini, pengunggah status tak jarang menambahkan simbol-simbol unik atau bahasa asing (Juju & Sulianta, 2010: 26-32)

(4)

commit to user 68

Perempuan dalam penelitian ini merupakan fokus utama untuk diamati bagaimana penunjukkan identitasnya di Facebook. Dari data yang sudah dikumpulkan penulis, selama 1.5 bulan (awal Juli – pertengahan Agustus) pada 18 orang perempuan karir yang ada pada jejaring pertemanan penulis, terlihat bahwa identitas perempuan bisa dilihat dari tiga hal:

1. Identitas berdasar material yang ditampilkan dalam akun Facebooknya. 2. Identitas berdasar gaya bahasa yang digunakan perempuan dalam akun

Facebooknya.

3. Identitas berdasar strategi secara umum yang ditunjukkan perempuan melalui akun Facebooknya.

A.1 Identitas Berdasar Material Yang Ditampilkan

Material yang dimaksudkan disini merupakan unsur identitas dalam Facebook yang merupakan unsur awal seseorang dikenali. Jika di dunia nyata orang pertama kali dikenali dari tampilan fisik dan namanya, maka di Facebook pertama kali orang dikenali identitasnya melalui nama akun dan profile

picture.nya.

Penunjukkan status yang dilakukan seseorang di lingkungannya, baik nyata maupun maya, akan mempengaruhi bagaimana identitasnya dilihat oleh orang-orang di lingkungannya. Breen dan Jonsson mengungkapkan, sebagaimana yang dikutip Francois Nielsen dalam paper yang disusunnya, bahwa model pencapaian status (status attainment model) yang dikenalkan Blau dan Duncan (1967) merupakan alat utama dalam menjawab pertanyaan pertanyaan terkait perspektif perbandingan status. (Nielsen, 2006: 193-216). Dijelaskan pula bahwa

(5)

commit to user 69

ada dua status yang sering diperbandingkan, yaitu achievement status dan

ascription status. Achievement status merupakan status yang dimiliki seseorang

yang diasosiasikan dengan berbagai pencapaian seseorang tersebut, yang menggambarkan kualitas dan daya usaha yang dilakukan individu tersebut. Seperti kemampuan kognitif, pendidikan, dll. Sedang Ascription status merupakan status yang dimiliki seseorang yang diasosiasikan dengan latar belakang keluarga, sehingga untuk mendapatkannya orang tidak perlu usaha keras, namun otomatis akan melekat padanya. Seperti pendidikan orang tua, hubungan kekeluargaan, status ekonomi keluarga, dll. Diantara dua kutub tersebut, terdapat status netral, yaitu status yang tidak terkait dengan sesuatu yang otomatis didapat maupun yang harus diperjuangkan. Status ini lebih cenderung menunjukkan diri apa adanya terbebas dari berbagai ikatan, baik yang melekat otomatis maupun yang diperjuangkan untuk dicapai.

Menampilkan identitas diri, tentunya terkait dengan bagaimana pembukaan diri (self-disclosure) seseorang. Membuka diri disini tentunya tidak sama dengan mengungkapkan detail tentang diri. Supratiknya menjelaskan, bahwa orang yang membuka diri pada orang lain, artinya dia telah siap menerima dan telah memikirkan reaksinya atas segala reaksi dari orang lain tentang segala informasi terkait dirinya yang dia sebarkan. (Supratiknya, 1995: 14-16). Bagaimana seseorang akan membuka diri, terkait dengan tingkatan privasi yang ingin dimilikinya dari orang lain. (Joinson, Houghton, Vasalou,and Marder, 2011: 37)

(6)

commit to user 70

Joe Luft dan Harry Ingham dengan Jendela Johari-nya mengungkapkan bahwa diri seseorang ibarat ruangan berserambi empat (Supratiknya, 1995: 17). Serambi pertama adalah daerah terbuka, berisi hal-hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Serambi kedua adalah daerah buta, berisi hal-hal yang tidak diketahui diri sendiri tapi diketahui orang lain. Serambi ketiga adalah daerah tersembunyi, berisi hal-hal yang diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain. Dan serambi keempat adalah daerah tak sadar, berisi hal-hal yang tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain.

Tiap individu akan berusaha menunjukkan suatu identitas kepada lingkungannya, termasuk pula di dunia maya. Tentunya apa yang ditampilkan individu merupakan identitas yang paling nyaman baginya untuk ditampilkan. Berdasar pengamatan terhadap nama akun dan profile picture yang ditampilkan, ditemukan bahwa identitas perempuan karir dalam jejaring facebook peneliti, bisa digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu mereka yang menampilkan :

1. Identitas Terberi 2. Identitas Netral 3. Identitas Prestasi

Tiga kelompok diatas dibagi menjadi 2 kutub, yaitu identitas terberi dan identitas prestasi. Diantara keduanya ada identitas lain yang muncul, yaitu identitas netral.

Identitas terberi adalah identitas yang muncul karena seseorang dalam menunjukkan statusnya lebih menekankan pada Ascription Status. Yaitu status yang langsung melekat pada diri seseorang secara otomatis, tanpa orang tersebut berusaha keras untuk mencapainya. Dengan menjadi anggota keluarga tertentu,

(7)

commit to user 71

atau memiliki hubungan khusus dengan orang lain, maka secara otomatis seseorang akan memiliki identitas terberi sesuai dengan kedekatannya atau hubungan keluarga yang dimilikinya. Jika dikaitkan dengan Jendela Johari, orang dengan identitas terberi akan dominan menampilkan serambi pertama, yaitu daerah terbuka, yang sudah diketahui dirinya maupun orang lain.

Identitas prestasi adalah identitas yang muncul karena seseorang dalam menunjukkan statusnya lebih menekankan pada Achievement Status. Sebagaimana artinya, achievement diartikan sebagai pencapaian, sehingga status ini merupakan status yang perlu diperjuangkan untuk meraihnya. Dengan memiliki pencapaian tertentu, kemudian secara terus menerus menunjukkan pencapaiannya sebagai hasil dari usaha kerasnya, maka seseorang dimata orang lain akan memiliki identitas prestasi. Dirinya akan diidentikkan dengan prestasi tertentu yang ditekankannya. Sehingga identitas prestasi adalah identitas yang diraih seseorang karena dirinya diidentikkan dengan prestasi tertentu, yang merupakan buah dari kerja kerasnya. Jika dikaitkan dengan Jendela Johari, orang dengan identitas prestasi akan dominan menampilkan serambi ketiga, yaitu daerah tersembunyi, yang sudah diketahui dirinya namun belum diketahui orang lain, terutama terkait prestasi atau pencapaiannya.

Diantara dua kutub antara identitas terberi dan prestasi, dalam penelitian ini terlihat ada pula yang tidak menunjukkan identitasnya dengan cara mengidentikkan dengan ascription maupun achievement status. Identitas yang demikian, dalam penelitian ini disebut sebagai identitas netral. Jika dikaitkan dengan Jendela Johari, orang dengan identitas netral akan menampilkan

(8)

commit to user 72

kombinasi serambi pertama dan ketiga, yaitu daerah terbuka dan daerah tersembunyi, namun tanpa dikaitkan dengan apa yang otomatis didapatnya atau yang harus didapatnya dengan perjuangan.

Pengidentifikasian ketiga identitas tersebut dilakukan dengan melihat tiga indikator identitas. Pertama adalah nama akun. Nama akun adalah indikator yang umumnya pertama kali dilihat orang, untuk mengidentifikasi identitas seseorang dalam Facebook. Kedua adalah profile picture. Setelah orang melihat suatu nama akun, di kemudian melihat pada profile picture yang dipasang untuk lebih mengenali identitas dalan facebook. Kemudian, indikator ketiga adalah informasi diri, yang bisa lebih menjelaskan identitas seseorang dalam facebook. Kombinasi diantara ketiganya akan menghasilkan variasi identitas pada tiap kelompok identitas yang muncul.

A.1.1 Identitas Terberi

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, Ascription Status merupakan status yang otomatis melekat pada diri seseorang, yang diasosiasikan dengan latar belakang keluarga, hubungan keluarga. Identitas terberi merupakan identitas yang ditampilkan perempuan, dimana identitas tersebut menekankan pada penunjukkan

ascription status yang dimilikinya, yang secara otomatis melekat pada dirinya,

atau dengan kata lain didapat tanpa usaha yang keras.

Johnson (1981) mengungkapkan, pembukaan diri (self-disclosure), merupakan dasar adanya hubungan yang sehat antara seseorang dengan orang lain. Semakin terbuka seseorang terhadap orang lain, makin besar pula kemungkinan terjalinnya hubungan baik. (Supratiknya, 1995: 15) Ketika

(9)

commit to user 73

seseorang menampilkan identitas terberi pada akun facebook, berarti seseorang tersebut juga melakukan pembukaan diri pada orang lain dalam akun facebooknya.

Berdasar kombinasi antara nama akun, profile picture, dan informasi diri, pada penelitian ini, identitas terberi yang dimunculkan perempuan dalam Facebook dikelompokkan lagi menjadi dua varian, yaitu :

a. Identitas Terberi berdasar pernikahan.

Dalam penelitian ini terlihat dua jenis identitas terberi berdasar pernikahan yang muncul di facebook. Pertama identitas terberi dengan memunculkan sebutan karena perempuan tersebut sudah menikah. Kedua, Identitas terberi dengan memunculkan nama suami.

a.1. Identitas Terberi Bu atau Buk.

Kata Ibu (disingkat Bu) atau Ibuk (disingkat Buk) dalam bahasa Indonesia menunjukkan posisi perempuan yang memiliki suami. Istilah ini menunjukkan tanggung jawab seorang istri sebagai perempuan atas kewajiban alamnya untuk mengandung, melahirkan, menyusui dan dan mengasuh generasi manusia (Munsyi, 2005 : 272). Hal ini sepadan dengan sebutan dalam bahasa Inggris untuk Mrs (Walter, 2008: 932).

Dengan menambahkan kata Bu atau Buk dalam nama akunnya, menunjukkan bahwa perempuan tersebut sudah menikah dan mereka menunjukkan hal ini secara terus terang dalam identitas mereka.

(10)

commit to user 74

Dari penelitian terlihat sudah muncul perempuan yang konsisten memunculkan identas terberi dengan sebutan “Buk” dari sisi nama, profil picture dan juga informasi diri. Gambaran ini terlihat dari narasumber berikut:

Gambar IV.1. Identitas Terberi Buk

sumber: akun facebook Buk Ida

Narasumber diatas dari namanya jelas menambahkan kata Buk di depan namanya, kemudia di profile picture dimunculkan gambar terkait pernikahannya, dan di informasi diri dijelaskan kembali bahwa dia telah menikah lengkap dengan siapa dia menikah.

Dari penelitian ini terlihat pula masih ada perempuan yang belum konsisten dalam memunculkan identitas terberinya. Ketidakkonsistenan ini terlihat dari profile picture yang tidak menggambarkan identitasnya sama sekali. Gambaran tersebut terlihat dari narasumber berikut:

Gambar IV.2 Identitas Terberi Bu 1

(11)

commit to user 75

Narasumber diatas mencantumkan sebutan “Bu” di depan nama akunnya, namun dalam profile picturenya, belum berani menampilkan identitas pernikahannya dan menggantinya dengan gambar seorang anak kecil, walau pada informasi diri dia juga melengkapi keterangan bahwa dia telah menikah lengkap dengan nama suaminya.

Pada penelitian ini terlihat pula ada perempuan yang belum konsisten dalam memunculkan identitas terberinya. Ketidakkonsistenan ini terlihat dari informasi diri yang tidak menggambarkan identitas terberinya sama sekali, yang berhubungan dengan pernikahannya, yaitu tidak menampilkan sama sekali informasi tentang hubungan pernikahan yang dimilikinya. Gambaran tersebut terlihat dari narasumber berikut:

Gambar IV.3 Identitas Terberi Bu 2

sumber: akun facebook Bu Tephy

Narasumber diatas mencantumkan sebutan Bu di depan nama akunnya. Dalam profile picturenya menampilkan dirinya yang tidak bisa dihubungkan secara langsung dengan keluarga yang dimiliki, sehingga kurang konsisten dengen tambahan sebutan Bu. Dalam informasi diri yang ditampilkannya, narasumber tersebut belum menampilkan informasi apapun terkait pernikahannya.

(12)

commit to user 76

a.2. Identitas Terberi Pencantuman Nama Suami

Jupriono (1997), dalam jurnal yang ditulisnya, mengungkapkan bahwa tradisi penambahan nama suami dibelakang nama istri juga berjalan di Indonesia, mengingat kuatnya budaya patrilineal di sebagian besar masyarakat Indonesia.

Hampir sama dengan identitas terberi Bu atau Buk, identitas ini juga menunjukkan bahwa perempuan sudah menikah dan mereka menunjukkan hal ini dalam identitas mereka. Dari penelitian terlihat sudah muncul perempuan yang memunculkan sudah konsisten dalam menunjukkan identitas terberinya pada nama akun, profile picture, maupun informasi diri. Gambaran tersebut terlihat dari narasumber berikut:

Gambar IV.4.Identitas Terberi Pencantuman Nama Suami

sumber: akun facebook Henny Indriyawati Pulunggono

Narasumber diatas mencantumkan nama suami di belakang nama akunnya. Dalam profile picturenya pun juga telah berani menampilkan dirinya, dan dalam informasi diri yang ditampilkannya, narasumber tersebut juga telah menampilkan informasi terkait pernikahannya.

(13)

commit to user 77

b. Identitas terberi berdasar hubungan kekeluargaan.

Identitas terberi berdasar hubungan kekeluargaan, merupakan identitas otomatis didapatnya karena memiliki hubungan darah atau hubungan adopsi keluarga dengan orang lain. Sehingga, identitas berdasar hubungan kekeluargaan beda dengan identitas karena pernikahan karena pernikahan tidak terjadi karena adanya hubungan darah maupun proses adopsi.

b.1. Identitas terberi hubungan Ibu Anak

Kata bunda dan mama, merupakan kata yang merujuk pada orang tua perempuan. Pemakaian kata ini tergantung pada kebiasaan dan budaya yang mengiringi (Dwiyani, 2007: 62). Sebutan ini digunakan bagi anak untuk mengenali dan menyebut ibunya (orang tua perempuannya). Dalam penelitian ini, pencantuman kata Bunda atau Mama seringkali ditambahkan dengan akhiran – nya. Dengan mencantumkan kata “Bundanya” menunjukkan bahwa pemilik akun tersebut merupakan bunda atau mama dari seseorang, atau dengan kata lain seseorang memilikinya sebagai bunda atau mama. Kata –nya, dalam kosakata bahasa Indonesia merupakan kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang jika digabungkan dengan kata dasar, tidak mengubah arti kata dasar.

Dari penelitian terlihat perempuan yang telah konsisten dalam menunjukkan identitas terberinya. Baik dari nama akun, profile picture, maupun informasi diri. Gambaran tersebut terlihat dari narasumber berikut :

(14)

commit to user 78

Gambar IV.5 Identitas Terberi Hubungan Ibu Anak 1

sumber: akun facebook Riza Siagian

Narasumber diatas dari nama akunnya jelas mencantumkan Bunda Keyke, yang artinya narasumber tersebut adalah orang tua perempuan dari seorang anak bernama Keyke, kemudian di profile picture dimunculkan gambar terkait pernikahannya, dan di informasi diri dijelaskan kembali bahwa dia telah menikah lengkap dengan siapa dia menikah.

Pada penelitian ini terlihat pula perempuan yang belum konsisten dalam menunjukkan identitas terberinya. Ketidakkonsistenan tersebut terlihat pada

profile picture yang ditampilkan, yang belum menunjukkan dirinya dengan

identitas terberi berdasar pernikahannya. Gambaran tersebut terlihat dari dua narasumber berikut:

Gambar IV.6 Identitas Terberi Hubungan Ibu Anak 2

(15)

commit to user 79

Narasumber diatas, pada nama akunnya menuliskan Gracia Bundanya Hera. Ini berarti Gracia adalah namanya (pemilik akun), dengan Hera adalah nama anaknya, sehingga kata Bundanya menunjukkan hubungan antara Gracia dengan Hera. Pada profile picture, narasumber ini belumlah menampilkan dirinya sendiri sebagai bagian dari pembentukan identitasnya. Pada informasi diri, narasumber ini telah menampilkan status pernikahannya meski tidak menampilkan link ke akun suaminya.

b.2. Identitas terberi aunty

Kata tante dimaknai sebagai sebutan bagi saudara perempuan ayah atau ibu, yang bisa disebut juga bibi (Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan daerah Sulawesi Utara, 1983/84: 77). Sebutan ini sepadan dnegan sebutan dalam bahasa Inggris yaitu Aunty (Walter, 2008: 86). Dengan menambahkan kata tante atau aunty dalam nama akunnya, menunjukkan bahwa perempuan memiliki hubungan kekeluargaan tertentu dengan seseorang, dimana statusnya dalam hubungan tersebut adalah sebagai tante atau aunty.

Dari penelitian terlihat perempuan yang telah konsisten dalam menunjukkan identitas terberinya. Baik dari nama akun, profile picture, maupun informasi diri. Gambaran tersebut terlihat dari narasumber berikut :

Gambar IV.7 Identitas Terberi Aunty

(16)

commit to user 80

Narasumber diatas dari nama akunnya jelas mencantumkan Aunty Ochi, yang menunjukkan identitasnya sebagai aunty atau tante, yaitu saudara perempuan dari ayah atau ibu seseorang, dan pada profile picture pun telah ditampilkan gambar dirinya. Informasi diri yang ditampilkan memang tidak menunjukan identitasnya sebagai tante, namun karena memang dalam Facebook tidak dimungkinkan hal tersebut, maka hal ini dianggap telah konsisten.

Secara keseluruhan dari Identitas Terberi, perpaduan antara nama akun dan profile picture pun seringkali menunjukkan ketidakkonsistenan dalam menampilkan identitas terberinya. Ketidakkonsistenan yang muncul, umumnya pada profile picture. Dalam hal informasi diri, mereka dengan Identitas Terberi umumnya sudah tidak menyembunyikan status pernikahannya dan bahkan menampilkan link ke akun suaminya, ini menunjukkan bahwa pernikahan menjadi bagian dari kebanggaan yang mereka miliki.

A.1.2 Identitas Netral

Jourard dan Lasakow (1958) mengungkapkan bahwa self-disclosure merupakan proses seseorang membuat orang lain mengenal dirinya. Altman dan Taylor (1973) menambahkan pula bahwa pembukaan diri seseorang itu bagai mengupas bawang (Joinson, Houghton, Vasalou,and Marder, 2011: 36-38). Bahwa ada lapisan lapisan yang harus dibuka sebelum mencapai lapisan inti. Bahwa ada informasi informasi diri yang perlu dibuka hingga mencapai informasi diri paling inti dan pribadi. Dalam konteks hubungan dengan orang lain, tingkatan keterbukaan seseorang akan dikendalikan oleh kepentingan seseorang tersebut dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

(17)

commit to user 81

Ketika seseorang melakukan pembukaan diri (self-disclosure), berarti dia telah sadar hal-hal apa terkait informasi dirinya yang akan dia sebarkan ke orang lain, sehingga dia akan siap dengan segala reaksi yang muncul, dan telah mempersiapkan bagaimana reaksinya nanti. Orang tidak mungkin mengungkapkan hal-hal terkait dirinya jika tidak mengenal semua itu atau tidak ingin menonjolkannya dimata orang lain. Supratiknya memaparkan bahwa pemahaman akan hal-hal apa terkait diri sendiri, yang ingin dan tidak ingin ditampilkan dengan jelas kepada orang lain merupakan hal pertama dalam pembukaan diri. (Supratiknya, 1995: 16).

Identitas Netral adalah identitas perempuan dalam facebook, yang cenderung tidak terlalu mengikatkan dirinya dan tidak bisa dihubungkan secara langsung dengan sesuatu yang otomatis didapatnya dari hubungan pernikahan atau kekeluargaan maupun sesuatu yang didapatnya karena usaha keras yang dilakukannya atau pencapaian tertentu dalam hidupnya. Pemilik akun disini cenderung lebih menampilkan identitasnya yang memang dimilikinya sebagai pribadi apa adanya.

Dengan kata lain, ketika seseorang menampilkan identitas netral, dia tidak ingin menonjolkan kaitan identitasnya dengan hal-hal yang otomatis didapatnya maupun yang diperjuangkannya. Keterbukaan dirinya tidak ingin diikatkan pada hubungan kekeluargaannya maupun pencapaian yang diraihnya. Apa yang ditampilkannya lebih pada tampilan umum yang netral tak terkait dengan status tertentu.

(18)

commit to user 82

Berdasar kombinasi yang muncul diantara nama akun, profile picture, dan informasi diri yang ditampilkan, identitas Netral yang ditampilkan perempuan dalam penelitian ini bisa dibagi menjadi dua varian:

a. Identitas Netral Misterius

Kata misterius dipahami sebagai sesuatu yang belum diketahui kecuali dengan pembukaan tertentu (Barash, 2012:4). Dalam menampilkan identitas, tampilan yang non-disclosure, yang penuh rahasia, yang misterius, terkadang menjadi kunci keberhasilan terjalinnya hubungan dengan baik. (Joinson, Houghton, Vasalou, and Marder, 2011: 38). Identitas netral misterius, merupakan identitas netral dimana apa yang ditunjukkan perempuan dalam akun facebooknya tidak menampilkan dengan jelas identitas dirinya yang asli atau sebenarnya, baik melalui nama akun maupun melalui profile picture. Bahkan gender dari dirinya pun menjadi samar dan bisa dirancukan dengan pria, kecuali orang lain tersebut mengamati keseluruhan informasi yang ada secara mendetail.

Identitas netral misterius perempuan karir dalam temuan penulis, dari data yang didapat, dibagi penulis menjadi dua, yaitu identitas Perfectly Mysterious, yang sangat menutupi identitas dirinya yang asli dan Identitas Teasing Mysterious yang sedikit membuka identitas dirinya yang asli dan menutupi sebagian besar.

a.1. Identitas Perfectly Mysterious

Meskipun di era internet 2.0 saat ini identitas online yang sangat misterius sulit dilakukan, namun tetap saja setiap penggunanya bisa mengendalikan arus informasi yang mengalir dari dirinya. (Joinson, Houghton, Vasalou,and Marder, 2011:38-39). Luisita Lopez Torregrosa (2010) dalam artikelnya di

(19)

commit to user 83

politicsdaily.com mengatakan, tekanan budaya patriarki, membuat masih ada perempuan yang masih menutupi identitasnya di dunia maya, demi kenyamanannya dalam berinternet..

Pseudo-identity merupakan identitas seseorang yang bukan merupakan

identitas asli orang tersebut. Pseudo-identity merupakan identitas pengganti yang muncul dari seseorang karena orang tersebut mendapatkan tekanan dari lingkungan atau situasi kehidupan. (West & Martin, 1996). Identitas Perfectly

mysterious adalah identitas perempuan dalam facebook, yang sama sekali belum

menunjukkan identitasnya, baik dari nama akun, profile picture, maupun informasi diri.

Dari penelitian ini muncul perempuan yang konsisten untuk tidak menampilkan identitasnya, hingga identitasnya menjadi sangat misterius Gambaran tersebut terlihat dari narasumber berikut:

Gambar IV.8 Identitas Perfectly Mysterious

sumber: akun facebook Lantip Abimanyu

Narasumber diatas, nama akun yang ditampilkannya sangat mudah dirancukan dengan nama pria, profile picturenya sama sekali tidak menunjukkan siapa dirinya, dan bahkan dari informasi diri pun tidak ditampilkan informasi apapun terkait dirinya yang sebagai seorang perempuan. Inilah alasan mengapa

(20)

commit to user 84

identitas identitas perempuan dalam Facebook seperti ini disebut Identitas

Perfectly mysterious.

a.2. Identitas Teasing Mysterious

Dalam periklanan, ada jenis iklan yang termasuk Teaser Advertisement, yaitu iklan yang menggoda dan membuat penasaran (Santosa, 2009:34). Jenis iklan seperti ini biasanya dibuat secara sekuel, dimana sekuel awal masih ada satu informasi (biasanya yang utama) ditutupi, kemudian di sekuel akhir informasi yang ditutupi tersebut dibuka. Sejalan dengan penjelasan diatas, istilah Identitas

teasing mysterious, merupakan identitas misterius yang tidak secara utuh

menutupi identitasnya di facebook. Ini merupakan identitas perempuan yang keterangan terkait identitasnya, hanya muncul pada salah satu dari tiga indikator identitas yang digunakan dalam penelitian ini.

a.2.1 Identitas gender teasing mysterious.

Identitas gender teasing mysterious, merupakan identitas perempuan yang pada nama akun dan profile picturenya, belum menunjukan identitasnya sebagai perempuan, namun pada informasi diri, identitas netralnya, yang sebagai seorang perempuan baru dimunculkan.

Dalam penelitian ini muncul perempuan dalam facebook yang tidak menampilkan identitas gendernya secara jelas terutama pada nama akun sebagai indikator utama penanda dirinya sebagai seorang perempuan. Keterangan terkait identitasnya baru bisa didapat dengan lebih jelas ketika membaca informasi diri yang ditampilkannya, dimana dalam informasi dirinya dia mencantumkan bahwa dia menikah lengkap dengan nama suaminya, hal ini bisa digunakan sebagai

(21)

commit to user 85

indikator identitas dirinya sebagai perempuan. Gambaran tersebut pada narasumber berikut:

Gambar IV.9 Identitas Gender Teasing Mysterious

sumber: akun facebook Aik Manuhoro Sadja

Narasumber diatas, nama akunnya belum menunjukkan secara jelas identitas perempuannya, namun tetap netral, dalam arti tidak terkait hubungan keluarga ataupun pencapaiannya. Begitu juga pada profile picture juga tidak menunjukkan identitasnya. Keterbukaan identitasnya baru muncul pada informasi diri, yang mencantumkan status pernikahannya lengkap dengan link akun suaminya.

a.2.2 Identitas information teasing mysterious

Identitas information teasing mysterious, merupakan identitas perempuan yang pada nama akun telah menunjukan identitasnya sebagai perempuan, namun pada informasi diri dan atau profile picture yang ditampilkan, identitasnya sebagai seorang perempuan tidak dimunculkan.

Dalam penelitian ini muncul perempuan yang pada identitas netralnya sebagai seorang perempuan hanya ditemukan di nama akun, dan tidak nampak di

(22)

commit to user 86

indikator identitas yang lain yang dipakai dalam penelitian ini. Gambaran tersebut terlihat pada dua narasumber berikut:

Gambar IV.10 Identitas information teasing mysterious 1

sumber: akun facebook Senja Yustitia

Gambar IV.11 Identitas information teasing mysterious 2

sumber: akun facebook Budhi Arsita Kurniawati

Dua narasumber diatas, nama akunnya telah menunjukkan secara jelas identitas perempuannya, namun tetap netral, dalam arti tidak terkait hubungan keluarga ataupun pencapaiannya. Namun pada profile picture dan informasi diri, tidak ditampilkan informasi terkait identitasnya sebagai seorang perempuan. b. Identitas netral Show Off

Dalam media baru ada kombinasi antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa (Utari, 2011:52-53). Dijelaskan lebih lanjut, Karena menjangkau khalayak secara global maka bisa dikatakan komunikasi massa dan pada saat yang sama, karena pesan yang ada dibuat, diarahkan, dan dikonsumsi secara personal, maka dikatakan komunikasi interpersonal. Sehingga, hubungan yang terjalin dalam jejaring facebook, juga merupakan hubungan interpersonal.

(23)

commit to user 87

Hubungan interpersonal berkembang secara bertahap dan dapat diprediksi. West & Turner menunjukkan, bahwa para teoritikus penetrasi sosial percaya bahwa pembukaan diri adalah cara utama yang digunakan oleh sebuah hubungan untuk bergerak menjadi hubungan yang lebih dekat. (West & Turner, 2008 : 197).

Show off merupakan suatu ciri perilaku yang menunjukkan diri atau apa

yang dimilikinya secara terus menerus dna terbuka, yang ditunjukkan pada apa yang ditampilkannya (Wagner, 1996:30). Identitas netral Show Off, merupakan Identitas netral dimana perempuan pemilik akun telah membuka berani membuka dirinya. Apa yang ditunjukkan perempuan dalam akun facebooknya telah bisa membuka identitasnya. Dan orang yang melihatnya tidak perlu lagi meraba raba identitas akun yang dihadapi, karena sebagian besar informasi terkait dengan perempuan pemilik akun telah dicantumkan.

West & Turner menjelaskan bahwa dalam suatu hubungan, orang akan berhati-hati dalam melakukan pembukaan diri. Orang cenderung akan merencanakan informasi apa terkait dirinya yang akan dia bagikan ke orang lain (West & Turner, 2008 : 200-202). Pembukaan diri yang dilakukan, akan mampu untuk mengurangi ketidakpastian yang terjalin dalam suatu hubungan. Sesuai dengan teori Uncertainty Reduction Theory, pembukaan diri akan membawa pada perkembangan hubungan menjadi lebih baik. (West & Turner, 2008 : 173-176). Dalam penelitian ini, tentunya pembukaan diri seseorang melalui akun facebooknya, dipengaruhi pula dengan bagaimana hubungan interpersonal yang terjalin dalam jejaring pertemanan yang dimilikinya. Secara teori dalam West & Turner (2008), tahapan proses penetrasi sosial, terdiri dari empat tahap, mulai dari

(24)

commit to user 88

tahapan orientasi, tahap pertukaran penjajakan afektif, tahap pertukaran afektif, hingga tahap stabil(West & Turner, 2008 : 205-209). Tahap orientasi merupakan tahapan awal dengan tingkat keintiman yang rendah, berlanjut ke tahapan pertukaran penjajakan afektif, kemudian tahapan pertukaran afektif, dan terakhir adalah tahapan stabil, yang merupakan tahapan dimana hubungan yang terjalin sudah sangat dekat dan intim.

Dalam penelitian ini, muncul dua jenis identitas netral “Show Off” yang dibagi berdasar tingkatannya, yaitu Normal “Show Off” Identity; yang telah menunjukkan identitasnya yang asli, tetapi masih dalam taraf wajar; dan Overly “Show Off” Identity, yang menunjukkan identitas dirinya yang asli, dan ada pengolahan tertentu sehingga terkesan berlebihan.

b.1. Normal “Show Off” Identity

Normal “Show Off” Identity, adalah identitas perempuan dalam facebook yang telah berani menunjukkan identitas dirinya secara jelas. Ketika orang sampai pada minimal tahapan pembukaan diri yang kedua, yaitu tahapan pertukaran penjajakan afektif, orang telah berani memunculkan dirinya (West & Turner, 2008: 206-207). Pada tahapan ini, apa yang tadinya privat sudah bisa menjadi publik. Hubungan yang terjalin sudah baik, dan individu sudah mulai merasa nyaman satu sama lain. Disinilah orang telah berani memunculkan Normal “Show Off” Identity dari dirinya. Perempuan dengan Normal “Show Off” Identity telah merasa nyaman membuka dirinya dengan lebih jelas lagi, dan membuat identitasnya dikenali dengan lebih baik lagi.

(25)

commit to user 89

Dalam penelitian ini ditemukan perempuan yang telah secara jelas dan konsisten menampilkan identitas dirinya, baik dari nama akun, profile picture, maupun informasi diri. Normal disini dimaksudkan bahwa tampilan identitasnya tidak ada yang dilebih-lebihkan, yang bisa mengarah pada image yang lain dari dirinya. Gambaran tersebut terlihat dari dua narasumber berikut :

Gambar IV.12 Identitas Normal Show Off 1

sumber: akun facebook Mitha Elycia

Gambar IV.13 Identitas Normal Show Off 2

sumber: akun facebook Cleopatra Salindri Pramundari

Dua narasumber diatas, terlihat pada nama akunnya telah menampilkan namanya sendiri, tanpa dikaitkan dengan identitas terberinya maupun identitas prestasinya. Dari profile picture juga telah menampakkan identitasnya, dengan menampilkan gambar dirinya sendiri. Dan dalam informasi diri juga terlihat telah ditampilkan informasi tentang dirinya secara jelas, lengkap dengan hubungan pernikahannya.

(26)

commit to user 90 b.2. Identitas Overly Show Off

Identitas overly show off, adalah identitas perempuan dalam facebook yang telah berani menunjukkan identitas dirinya secara jelas, namun ada pengolahan pada tampilan identitasnya sehingga terkesan ada yang berlebihan pada tampilan identitas tersebut. Ketika orang sampai minimal pada tahapan pembukaan diri yang ketiga, yaitu tahapan pertukaran afektif, orang telah merasakan adanya komitmen dan kenyamanan dalam hubungan yang dijalinnya (West & Turner, 2008: 207-208). Pada tahapan ini, interaksi lebih tanpa beban dan santai, individu berani menampilkan dirinya secara spontan dan unik, dan telah memiliki kepercayaan diri yang baik. Disinilah orang telah berani memunculkan identitas

overly show off dari dirinya.

Perempuan dengan identitas overly show off memiliki kepercayaan diri yang tinggi seta merasakan kenyamanan dalam hubungan pertemanan dalam akun facebooknya, tidak lagi merasa canggung untuk menampilkan dirinya dengan sangat jelas, dan bahkan dengan tampilan pengolahan tertentu, karena yakin jejaring pertemanannya telah mengenal siapa dirinya.

Dalam penelitian ini ditemukan perempuan yang telah secara jelas dan konsisten menampilkan identitas dirinya, baik dari nama akun, profile picture, maupun informasi diri. Gambaran tersebut terlihat dari dua narasumber berikut :

(27)

commit to user 91 Gambar IV.14 Identitas Overly Show Off 1

sumber: akun facebook Khaka Denka Chan

Overly disini terlihat dari nama akun dari narasumber diatas, yang diolah

sedemikian rupa sehingga selain menampilkan namanya juga ditambahkan kata

denka dan chan. Keduanya adalah sebutan bagi seseorang yang dipakai di budaya

Jepang. Tampilan dari profile picture pun juga telah melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga bisa memunculkan tampilan yang lebih pada identitasnya. Sedang untuk informasi diri, telah ditampilkan cukup informasi mengenai identitasnya, walau tidak ditampilkan status pernikahaannya/ relationship yang dimilikinya seperti apa.

Gambar IV.15 Identitas Overly Show Off 2

sumber: akun facebook Erna Wulandari

Narasumber diatas, pada nama akun menampilkan nama dirinya. Overly disini muncul pada profile picture, dimana tampilan dirinya telah diolah sedemikian rupa sehingga menampilkan image tertentu. Pada informasi diri telah

(28)

commit to user 92

ditampilkan informasi dirinya, lengkap dengan status pernikahannya beserta link ke akun suaminya.

Secara umum, mereka yang tergolong dalam Identitas Netral telah mulai berani membuka dirinya, menunjukkan identitasnya kepada orang. Meski terkadang ada satu informasi yang ditutupi, umumnya ada informasi lain terkait identitas yang dibuka untuk bisa dikenali orang lain, kecuali bagi yang tergolong varian Identitas Perfectly Misterious.

A.1.3 Identitas Prestasi

Abraham Maslow mengungkapkan bahwa manusia selalu termotivasisejumlah kebutuhan dasar yang secara hierarkis tersusun dalam lima tingkatan, yaitu: kebutuhan fisiologis atau biologis, rasa aman, rasa cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri (Lathief, 2010 :130-132). Kebutuhan akan harga diri, meliputi keinginan menampilkan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan, kemampuan, gengsi, prestise, dominasi, dan semacamnya. Kebutuhan ini membuat individu memiliki kepercayaan diri, serta segala aktivitas lebih produktif dan efisien. Sehingga tidak hanya memperoleh penghargaan diri sendiri, tetapi yang lebih penting mendapatkan pengakuan dari pihak lain.

Achievement status merupakan status yang dimiliki seseorang yang

diasosiasikan dengan berbagai pencapaian seseorang tersebut, yang menggambarkan kualitas dan daya usaha yang dilakukan individu tersebut. Seperti kemampuan kognitif, pendidikan, dll. (Nielsen, 2006: 193-216). Konsep diri merupakan penyadaran atau kesadaran batin yang tetap dari seseorang, tentang pengalaman yang berhubungan dnegan dirinya yang membedakan dirinya

(29)

commit to user 93

dari yang lain. (Lathief, 2010 :144). Pembukaan diri dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan tertentu. Diantaranya untuk mempererat terjalinnya suatu hubungan. (West & Turner, 2008 : 199). Terkait dengan pembukaan diri, dalam hal ini, prestasi atau achievement merupakan hal yang ditekankan perempuan dengan identitas terberi untukdikenali sebagai bagian utama dari identitasnya yang membedakannya dari perempuan lain, yang juga merupakan bagian dari konsep diri yang dimilikinya.

Identitas prestasi adalah identitas yang ditampilkan karena memiliki

Achievement status. Identitas Prestasi merupakan identitas yang ditampilkan

perempuan, dimana identitas tersebut didapatnya melalui usaha tertentu yang dilakukannya sebelum bisa dan berhak memakai identitas tersebut. Sehingga identitas yang ditampilkan disini seolah akan bisa menggambarkan kualitas dan kompetensi diri pribadinya dan pencapaian dari segala daya usaha yang telah dilakukannya.

Berdasar kombinasi antara nama akun, profile picture, dan informasi diri, pada penelitian ini, identitas prestasi yang dimunculkan perempuan dalam Facebook dikelompokkan lagi menjadi dua varian, yaitu :

a. Identitas Prestasi berdasar pekerjaan

Untuk kebutuhannya akan harga diri, agar mendapatkan pengakuan dari orang lain, orang melakukan berbagai cara, salah satunya dengan menunjukkan pretasinya (Lathief, 2010 :132). Demikian juga perempuan, prestasi di bidang

(30)

commit to user 94

pekerjaan merupakan salah satu alat supaya dirinya mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Identitas Prestasi berdasar pekerjaan adalah satu bentuk Identitas Prestasi yang mendasarkan penunjukkan identitasnya pada pekerjaan yang dijalaninya. Pekerjaan yang dijalaninya tersebut, termasuk jabatan yang diraih perempuan disini, jelas merupakan suatu pencapaian atas segala usaha yang telah dijalaninya. Tentunya pencantuman prestasi berdasar pekerjaan ini akan mempengaruhi kredibilitas dari pemilik akun yang bersangkutan dimata orang lain.

Dalam penelitian ini ditemukan seorang perempuan yang konsisten menunjukkan identitas prestasi berdasar pekerjaannya, baik dari nama akun,

profile picture, maupun informasi diri. Gambaran tersebut terlihat pada

narasumber berikut :

Gambar IV.16 Identitas Prestasi Berdasar Pekerjaan

sumber: akun facebook Kemilau Hukum

Narasumber diatas, pada nama akunnya disandingkan antara bidang kerja yang dia jalani dengan nama aslinya. Pada profile picture, dia menampilkan dirinya sendiri secara jalan sebagai penanda identitas, dan pada informasi diri secara jelas dia mencantumkan pekerjaannya dan latar belakang pendidikannya yang berhubungan apa yang ditampilkannya di nama akun.

(31)

commit to user 95

b. Identitas prestasi berdasar pendidikan yang ditempuh.

Jenjang pendidikan tinggi yang telah berhasil ditempuh, juga merupakan suatu prestasi yang pantas untuk dibanggakan, karena harus dilalui dengan perjuangan tertentu. Guna memenuhi kebutuhan harga diri, pencapaian jenjang pendidikan tinggi juga merupakan prestasi yang bisa ditinjolkankan untuk mendapat pengakuan dari orang lain (Lathief, 2010 :132).

Identitas prestasi berdasar pendidikan yang ditempuh adalah satu bentuk Identitas Prestasi yang lebih mendasarkan penunjukkan identitasnya pada pendidikan yang telah berhasil ditempuhnya. Seseorang berhak menampilkan ikon tertentu terkait teraihnya jenjang pendidikannya atau menyematkan gelar akademis yang diraihnya jika dia memang benar benar telah meraihnya.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis identitas berdasar pendidikan yang ditempuh. Pertama identitas prestasi penekanan pada gelar akademis, dan identitas prestasi penekanan pada simbol pencapaian jenjang pendidikan tinggi.

b.1. Identitas prestasi penekanan pada gelar akademis

Gelar akademis dimaknai sebagai tambahan sebutan sebagai penghargaan atas prestasi yang diraih seseorang dari proses belajarnya (Waidi, 2006 : 135). Sehingga gelar akademis merupakan suatu title yang ditambahkan pada nama seseorang karena pencapaian akademisnya.

Identitas prestasi penekanan pada gelar akademis merupakan identitas yang menunjukkan bahwa perempuan telah meraih gelar akademis tertentu dan mereka menunjukkan hal ini secara terus terang dalam identitas mereka. Identitas

(32)

commit to user 96

ini ditampilkan untuk mendapat pengakuan dari orang lain, sehingga kebutuhannya akan harga diri terpenuhi.

Dari penelitian terlihat sudah muncul perempuan yang berani menampilkan identitas prestasi penekanan pada gelar akademis. Baik melalui nama akun, profile picture, maupun informasi diri. Gambaran tersebut terlihat pada dua narasumber berikut :

Gambar IV.17 Identitas Prestasi Berdasar Gelar Akademis

sumber: akun facebook Irene Ika Safitri SSos

Narasumber diatas pada nama akunnya mencantumkan gelar akademis yang diraihnya. Pada profile picture telah menampilkan dirinya sendiri dan pada informasi diri, pemilik akun tersebut terlihat telah menampilkan latar belakang pendidikannya. Hal ini cukup konsisten dengan nama akun yang dipakainya.

b.2. Identitas prestasi penekanan pada simbol pencapaian jenjang pendidikan tinggi.

Simbol dalam “bahasa” komunikasi adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lain, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. (Sobur, 2006 : 157). Baju toga di dunia pendidikan merupakan simbol yang menunjukkan terlampaui dan teraihnya jenjang pendidikan tertentu. Toga sendiri dalam kosakata Bahasa Indonesia diartikan sebagai baju panjang (jubah) hitam,

(33)

commit to user 97

lengannya lebar sebagai pakaian jabatan bagi guru besar, hakim, sarjana, dsb yg dipakainya pd saat tertentu. (KBBI, 2008 : 1535).

Identitas prestasi penekanan pada simbol pencapaian jenjang pendidikan tinggi, menunjukkan bahwa perempuan telah meraih jenjang akademis tertentu dan mereka menunjukkan hal ini secara terus terang dalam identitas mereka. Dengan menampilkan dirinya memakai toga pada profile picture menunjukkan identitas prestasi yang ingin ditampilkannya. Identitas ini ditampilkan untuk mendapat pengakuan dari orang lain, sehingga kebutuhannya akan harga diri terpenuhi.

Dalam penelitian ini ditemukan telah muncul perempuan yang konsisten menampilkan identitas prestasinya dengan menampilkan simbol pencapaian jenjang pendidikan, yaitu baju toga pada profile picture. Gambaran tersebut terlihat pada dua narasumber berikut :

Gambar IV.18 Identitas prestasi penekanan pada simbol pendidikan tinggi

sumber: akun facebook Ellen Karismariyanti

Narasumber diatas, pada nama akunnya telah menampilkan nama lengkap walau tanpa gelar akademis apapun. Pada profile picture dimunculkan identitas prestasinya, dimana ditampilkan pemilik akun sedang menggunakan baju toga, bersama dengan rekan-rekannya. Dari sisi informasi diri, jelas terlihat bahwa

(34)

commit to user 98

identitas prestasi memang ingin ditampilkan, karena pekerjaan maupun hubungan pribadinya tak tampak sama sekali, tetapi yang dituliskan hanyalah pendidikan yang telah diraihnya.

Secara keselurahan dari Identitas Prestasi, terlihat bahwa dari nama akunnya, umumnya perempuan telah berani membuka identitasnya, yang terlihat dari pencantuman nama aslinya yang menunjukkan kebanggaan perempuan akan pencapaian yang berhasil diraihnya. Dalam profile picture, perempuan dengan Identitas prestasi telah berani menunjukkan dirinya sendiri sebagai profile picture, sebagai bagian dari kebanggaan dirinya. Perpaduan antara nama akun dan profile

picture sudah mulai menunjukkan kekonsistenan dari sisi menunjukkan siapa

dirinya. Dalam hal informasi diri, perempuan dengan Identitas Prestasi sudah berani menunjukkan dirinya sebagai seorang pribadi. Mereka telah membuka diri terkait informasi tentang dirinya dan menambahkan hal hal terkait pencapaian yang telah diraihnya. Dalam identitas yang ditampilkannya, perempuan disini tidak ingin dilihat sebagai “sekedar perempuan”, namun ingin dilihat sebagai seorang perempuan yang memiliki kompetensi atau pencapaian tertentu. Pencapaian atau kompetensi apa yang dimiliki akan lebih ditonjolkan, dibuka dengan jelas untuk bisa diidentifikasi dengan mudah oleh orang lain. Terlihat jelas ada satu kebanggaan atas pencapaian yang telah diraih perempuan disini.

A.2 Gaya Bahasa Perempuan Dalam Facebook.

Berdasarkan hasil penelitian, gaya bahasa juga merupakan unsur yang bisa menunjukkan identitas seseorang. Berdasar bagaimana gaya penulisannya,

(35)

commit to user 99

seorang pemilik akun akan bisa ditebak identitas apa dan bagaimana yang ingin ditampilakannya.

Pada dasarnya, Cheris Kramarae mengungkapkan dalam Muted Group

Theory-nya, bahwa bahasa merupakan man-made construction (Griffin,

2011:494). Dalam arti bahwa bahasa tidak memperlakukan penggunanya secara sama. Formulasi aturan penggunaan bahasa ditetapkan berdasar perspektif laki-laki. Perempuan tidaklah bisa secara bebas mengatakan apa yang ingin dikatakannya secara langsung, karena kata dan norma yang digunakannya telah diformulasikan oleh kelompok dominan dalam hal ini laki-laki.

Gaya bahasa laki-laki dan perempuan berdasar pendapat dari Deborah Tannen, memiliki perbedaan yang mendasar (Tannen, 2003: 27). Lebih lanjut Tannen menjelaskan bahwa laki-laki dalam menggunakan bahasanya, cenderung menunjukkan sisi yang independen, atau dengan kata lain dia fokus pada penunjukkan pemikiran individu dirinya, sedang perempuan lebih terfokus pada hubungan atau kedekatannya dengan orang lain (intimacy), sehingga dalam menggunakan bahasanya memperhitungkan juga penerimaan orang lain. Percakapan bagi laki-laki dianggap sebagai pertarungan status, sehingga seolah ada pihak yang menang/unggul dan ada pihak yang kalah. Namun bagi perempuan, percakapan dianggap sebagai bagian dari pembangunan hubungan, sehingga sebisa mungkin diusahakan munculnya jalan tengah/kesepakatan.

Deborah Tennen menyebut gaya bahasa laki-laki dengan Report Talk dan gaya bahasa perempuan dengan Rapport Talk (Griffin, 2011: 438-441). Report Talk menunjukkan gaya bahasa laki-laki yang cenderung langsung mengatakan

(36)

commit to user 100

sesuatu secara straight to the point, apa yang ada diungkapkan apa adanya.

Rapport Talk menunjuk pada gaya bahasa perempuan yang dalam

mengungkapkan sesuatu mengolahnya terlebih dahulu agar penerimaan orang lain atas sesuatu yang dia katakan menjadi lebih baik. Ini karena, seperti dijelaskan diatas, perempuan dalam menggunakan bahasa sangat memperhatikan hubungan yang terjalin dengan pihak lain, sehingga jika dibandingkan dengan laki-laki, umumnya perempuan akan lebih kooperatif.

Dari pengamatan pada akun perempuan dalam Facebook, terlihat bahwa gaya bahasa perempuan memiliki variasi sesuai dengan identitas masing-masing yang ingin ditampilkan di dunia Facebooknya. Berdasar hasil penelitian, gaya bahasa perempuan dalam Facebook sebagai berikut :

A.2.1 Gaya Bahasa Feminim

Gaya Bahasa Feminim merupakan gaya bahasa perempuan dimana gaya bahasa yang ditampilkannya mengadopsi gaya bahasa perempuan. Gaya bahasa perempuan cenderung berorientasi pada terjalinnya suatu hubungan. Hal ini sejalan dengan istilah Rapport Talk yang dikemukakan Deborah Tannen untuk menggambarkan gaya bahasa perempuan (Tannen, 2003: 25-48). Menurut Deborah, perempuan memang memprioritaskan kelangsungan hubungan dengan pihak lain dalam gaya bicaranya, sehingga efek ke depan dari gaya bicara yang digunakan, sangatlah dipertimbangkan. Suatu percakapan bukan dilihat sebagai suatu kompetisi untuk memenangkan siapa mendominasi siapa, tetapi lebih untuk mendekatkan suatu hubungan. Perempuan cenderung menghindari argumentasi, dan tak jarang perempuan dalam percakapan rela untuk merendahkan dirinya agar

(37)

commit to user 101

teman bicaranya melihatnya berada pada level yang sama. Kata yang dipilih pun disesuaikan agar hubungan tetap terjaga

Gaya bahasa perempuan menurut Tannen dicirikan sebagai berikut (Tannen, 2003: 25-249):

Dalam hal relationship:

- Mengutamakan hubungan dengan orang lain. Keakraban, kesepakatan merupakan hal yang diusahakan untuk dicapai dalam percakapan. Percakapan merupakan negosiasi untuk mencapai kedekatan.

- Unsur utama dalam hubungan adalah posisi yang simetri. Artinya dalam percakapan, posisi semua orang adalah sama, tak ada yang lebih unggul. Dalam hal interaksi dengan rekan percakapan :

- Mencurahkan perasaan hati pada lawan bicara merupakan hal yang bisa diterima sebagai bagian dari rapport talk.

- Interupsi dalam percakapan merupakan hal yang bisa diterima.

- Saling memberi support merupakan hal yang bisa diterima. Perempuan cenderung menunjukkan pemahamannya akan apa yang dirasakan lawan bicaranya.

- Berhati-hati dalam memberikan informasi yang tidak diketahui pihak lain, sehingga sedapat mungkin menjadikan diri mudah dimengerti, dengan tujuan mempertahankan penampakan kesamaan dan status yang setara, tidak melanggar etika egaliter.

(38)

commit to user 102

- Perempuan lebih cenderung menjadi pemberi pujian daripada pemberi informasi, karena hal tersebut dapat membingkai perempuan sebagai “manis” atau “ramah”

- Perempuan berbicara untuk menjalin interaksi. - Menghindari perselisihan terbuka.

Dalam hal ruang bicara :

- Private speaking, artinya lebih banyak bicara di lingkungan yang sudah dianggapnya akrab.

Dalam penelitian ini, ditemukan berbagai gaya bahasa feminim perempuan. Berdasar kombinasi kata yang digunakan, susunan kalimat, dan tanda baca yang dipakai, maka gaya bahasa feminim dibagi menjadi :

a. Identitas Gaya Bahasa “Lemah”

Kata lemah menggambarkan kondisi yang tidak berdaya, yang mendapat tekanan dari pihak mayoritas atau yang lebih dominan (Bartens, 2009: 36). Tannen mengungungkapkan, bahwa perempuan memiliki gaya bahasa yang diarahkan untuk menciptakan dan mempererat suatu hubungan, atau yang diistilahkan dengan Rapport Talk (Griffin, 2011: 438-441). Dikatakan pula bahwa dalam menjalani percakapan, perempuan menganggap keluh kesah merupakan bagian dari Rapport Talk, dengan keluh kesah perempuan akan mengundang orang untuk bersimpati. Hal ini mendorong peningkatan keintiman dalam hubungan, sebab pada dasarnya perempuan suka dilindungi, sehingga tak jarang posisi lemah, sub ordinat, powerless yang mungkin muncul bukan dianggap sebagai masalah.

(39)

commit to user 103

Gaya bahasa lemah merupakan gaya bahasa perempuan dalam Facebook dimana gaya bahasa yang digunakan cenderung menunjukkan dirinya sebagai perempuan dalam identitas dirinya yang lemah. Dalam hal ini, dikatakan gaya bahasa lemah jika :

1. Mengindikasikan subordinat.

Dalam hal ini, penulis pesan dalam menyampaikan gaya bahasa yang digunakan, memperlihatkan bahwa dia tidak kuasa menunjukkan kekuatan dirinya secara langsung. Ini terjadi karena dia memposisikan dirinya secara subordinat, yang ingin melawan namun tak memiliki keberanian untuk melakukannya secara frontal, yang berada pada kondisi sebagai pihak yang dipermainkan. Gambaran tersebut ada pada narasumber berikut :

Gambar IV.19 Gaya Bahasa Mengindikasikan Subordinat 1

sumber: akun facebook Cleopatra Salindri Pramundari

Dengan mengatakan “diam mengalah” menunjukkan posisinya yang subordinat. Posisi yang diam menghadapi hal yang tak disukainya, dan lebih parah lagi dia dalam kondisi mengalah dimana perlawanan yang dilakukannya adalah dengan masuk kamar bersimpuh dan berdoa, bukan melawan secara langsung. Hal ini makin menegaskan gaya bahasa lemah yang dimilikinya sehingga identitas lemah yang ditampilkannya.

(40)

commit to user 104

Gambar IV.20 Gaya Bahasa Mengindikasikan Subordinat 2

sumber: akun facebook Mitha Elycia

Dalam gaya bahasanya, narasumber diatas mengungkapkan bahwa dia adalah pihak yang dipermainkan, ini terlihat dari kalimat “capek dipermainkan”. Kata capek sendiri menunjukkan bahwa ia telah dipermainkan lebih dari sekali, dan pihak yang dipermainkan adalah pihak yang pada posisi subordinat. Kata capek dipermainkan menunjukkan posisi diri yang tidak berada pada pihak yang diuntungkan.

Ketika perempuan menunjukkan kondisi subordinat, dan mengatakannya kepada jejaring yang dimilikinya, maka dia menggunakan gaya bahasa yang lemah, sehingga tercipta identitas “lemah” dalam dirinya.

2. Mengandung keluhan

Penulis pesan dalam menyampaikan gaya bahasa yang diungkapkannya memperlihatkan bahwa dirinya mengeluh tentang sesuatu baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.

Keluhan Dari Dalam Diri

Keluhan dari dalam, merupakan keluhan yang muncul karena ketidakmampuan, kelemahan yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Sehingga mereka yang menunjukkan keluhan dari dalam dirinya, tidak melakukan sesuatu

(41)

commit to user 105

secara frontal, untuk mengatasi sesuatu yang sebenarnya kurang disukainya. Gambaran tersebut ada pada narasumber berikut:

Gambar IV.21 Gaya Bahasa Mengandung Keluhan Dari Dalam 1

sumber: akun facebook Cleopatra Salindri Pramundari

Gambar IV.22 Gaya Bahasa Mengandung Keluhan Dari Dalam 2

sumber: akun facebook Mitha Elycia

Gambar IV.23 Gaya Bahasa Mengandung Keluhan Dari Dalam 3

sumber: akun facebook Gracia Bundanya Hera

Kalimat “aku diam mengalah bukan berarti tidak melawan” yang digunakan narasumber diatas, menunjukkan bahwa dia mengeluh akan apa yang ada dalam dirinya. bahwa dia ingin melawan namun yang mampu dilakukannya hanyalah diam dan mengalah.

Kalimat “beratnya hidup yang aku jalani ini ya Allah..beri aku kekuatan” yang digunakan narasumber diatas, menunjukkan bahwa dia mengeluh akan apa

(42)

commit to user 106

yang ada dalam dirinya. Bahwa hidup yang dijalaninya terasa berat, dan dia merasa tidak kuat menjaninya tanpa pertolongan Allah.

Kalimat “pengen ke Ambarawa…Kpn yo iso ke Kerep meneh…” yang digunakan narasumber diatas, menunjukkan bahwa dia mengeluh akan apa yang ada dalam dirinya. Bahwa dia memiliki keinginan pergi ke Ambarawa dan Kerep namun sulit dilakukannya karena keterbatasan yang dimilikinya sekarang

Keluhan Dari Luar

Keluhan dari luar, merupakan keluhan yang muncul karena kondisi atau keadaan yang ada diluar dari dirinya yang tidak berkenan baginya. Mereka yang menunjukkan keluhan karena hal-hal dari luar dirinya ini sebenarnya telah berusaha menunjukkan keluhannya namun tak ada yang mengerti dirinya, atau ada hal-hal diluar dirinya yang diluar kendalinya. Gambaran tersebut ada pada narasumber berikut:

Gambar IV.24 Gaya Bahasa Mengandung Keluhan Dari Luar 1

sumber: akun facebook narasumber

sumber: akun facebook Cleopatra Salindri Pramundari

Gambar IV.25 Gaya Bahasa Mengandung Keluhan Dari Luar 2

(43)

commit to user 107

Gambar IV.26 Gaya Bahasa Mengandung Keluhan Dari Luar 3

sumber: akun facebook Gracia Bundanya Hera

Dengan merangkai kalimat “Tuhan yang tahu isi hatiku..setiap tawa dan tangisku, semua pergumulanku”, narasumber diatas menunjukkan keluhan akan sesuatu diluar dirinya. Seolah dirinya telah berusaha menunjukkan sesuatu pada dunia luar namun orang/ pihak lain diluar dirinya tidak ada yang mengerti dirinya, semua yang dialaminya, dihadapinya sendiri dengan hanya Tuhan yang mengerti dirinya.

Dengan merangkai kalimat “nyesel aku buka fb kmu, emang ga bisa dipercaya”, narasumber diatas menunjukkan keluhan akan sesuatu diluar dirinya. Bahwa ada orang/ pihak lain yang tidak bisa dipercaya dan telah menghianatinya dan membuatnya pusing.

Dengan merangkai kalimat “moga2 ayah dtgnya g malem2..”, narasumber diatas menunjukkan keluhan akan sesuatu diluar dirinya. Bahwa ayah yang dimaksudkannya dalam kelimat tersebut sering pulang malam dan itu kurang disukainya, dan dia berharap hal tersebut berubah.

Ketika perempuan mengungkapkan keluhan yang dirasakannya, pada saat itulah perempuan menunjukkan posisinya yang lemah dan sub ordinat sehingga tercipta identitas “lemah” dalam dirinya.

Dari pemaparan diatas, hasil penelitian membuktikan bahwa penunjukkan posisi subordinat bukanlah hal yang tabu untuk ditampilkan perempuan dalam

(44)

commit to user 108

gaya bahasanya. Menurut Tannen, mencurahkan apa yang dirasakannya kepada lawan bicaranya, bagi laki-laki dianggap sebagai penunjukkan posisi yang subordinat dan dihindari, namun tidak demikian bagi perempuan. Justru apa yang dilakukan perempuan ini dilihat sebagai cara untuk membangun suatu hubungan yang lebih erat. (Tannen, 2003:27-28). Menyatakan suatu keluhan pada lawan bicara juga bukan suatu hal yang dihindari oleh perempuan. Griffin mengungkapkan bahwa perempuan menganggap keluh kesah merupakan bagian dari cara mereka mempererat hubungan dengan orang lain (Griffin, 2011: 438-441). Dengan kata lain keluhan yang diungkapkan ke orang lain dianggap mampu mendorong peningkatan keintiman dalam hubungan, sebab pada dasarnya perempuan suka dilindungi dan diperhatikan, sehingga tak jarang posisi lemah, sub ordinat, powerless yang mungkin muncul bukan dianggap sebagai masalah.

b. Gaya Bahasa “Ekspos”

Dalam media baru ada kombinasi antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa. Karena menjangkau khalayak secara global maka bisa dikatakan komunikasi massa, dan pada saat yang sama karena pesan yang ada dibuat, diarahkan, dan dikonsumsi secara personal, maka dikatakan komunikasi interpersonal (Utari, 2011:52-53). Facebook bisa dikatakan merupakan ranah pribadi bagi perempuan untuk berinteraksi dengan rekannya. Griffin menjelaskan, perempuan berusaha terus melibatkan rekan bicaranya untuk menjaga jalinan hubungan. Perempuan cenderung suka menceritakan kehidupannya, menggambarkan pemikirannya dalam perbincangan pribadinya dengan rekannya (Griffin, 2011: 438-441). Berkeluh kesah, mencurahkan perasaan dalam hati pada

(45)

commit to user 109

lawan bicara merupakan hal yang bisa diterima sebagai bagian dari rapport talk. Menceritakan hidup merupakan hal yang wajar dilakukan perempuan. (Tannen, 2003: 114-117).

Gaya bahasa ekspos merupakan gaya bahasa perempuan yang cenderung suka menceritakan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya dan apa yang sedang dirasakannya hingga ke hal-hal kecil pun diceritakannya. Namun berbeda dengan gaya bahasa lemah yang telah dijelaskan sebelumnya, gaya bahasa ekspos ini dalam kalimat yang digunakannya tidak mengandung keluhan, penulis pesan hanya menceritakan hidupnya dan seolah ingin mengajak pembaca pesannya untuk mengenal kehidupannya lebih dekat. Sehingga dari gaya bahasa yang digunakannya muncul identitas ekspos dalam apa yang ditampilkan perepuan dalam akunnya.

Hasil penelitian menunjukkan, gaya bahasa ekspos perempuan dalam facebook dibagi menjadi tiga, yaitu, gaya bahasa ekspos keluarga, gaya bahasa ekspos pekerjaan, gaya bahasa ekspos aktivitas.

1. Gaya bahasa ekspos keluarga

Penulis pesan dalam menyampaikan gaya bahasa yang diungkapkannya memperlihatkan bahwa suka menceritakan hal-hal terkait dengan keluarganya, terutama dalam hal ini terkait dengan anaknya. Apa yang dirasakannya, apa yang dialaminya, dan hal-hal lain yang menyangkut keluarga terutama anak, diceritakannya, hingga ke hal-hal kecil yang terjadi. Sehingga dari gaya bahasa yang digunakan tersebut akhirnya muncul identitas

(46)

commit to user 110

ekspos keluarga dalam tampilan dirinya. Gambaran tersebut ada pada status dari narasumber berikut:

Gambar IV.27 Gaya Bahasa Ekspos Keluarga

sumber: akun facebook Bu Nopie

Dengan menuliskan “seeennenngg bgt…heppi…my lil son dtg dan memelukku..”, Bu Nopie menggambarkan suka cita yang dirasakannya karena anak lelakinya datang dan memeluknya erat saat dia pulang kantor. Dengan menulis “seeennenngg bgt”, yang mengulang beberapa huruf, Bu Nopie seolah ingin menunjukkan rasa senang yang luar biasa yang dirasakannya.

Dari kalimat yang digunakannya, jelas bahwa narasumber diatas cenderung senang menceritakan tentang keluarganya. Sehingga tampak bahwa keluarga, terutama anak merupakan hal dalam hidupnya yang paling dibanggakannya, menjadi bagian yang terikat kuat melekat pada identitasnya. Pada kalimat yang ditulisnya, tidak ditemukan adanya keluhan. apa yang dirasakannya. Dan pada tiap status yang diunggah, tak nampak adanya penunjukkan status yang seolah lebih dominan. Dengan demikian identitas yang muncul pada dirinya adalah identitas ekspos keluaraga.

(47)

commit to user 111 2. Gaya bahasa ekspos aktivitas

Penulis pesan dalam menyampaikan gaya bahasa yang diungkapkannya memperlihatkan bahwa dirinya suka menceritakan hal-hal terkait dengan aktivitasnya. Apa yang dilakukannya, hingga ke hal-hal yang sebenarnya biasa juga diungkapkannya, dibagi untuk diketahui pembacanya. Gambaran tersebut terlihat pada status narasumber berikut:

Gambar IV.28 Gaya Bahasa Ekspos Aktivitas 1

sumber: akun facebook Riza Siagian

Gambar IV.29 Gaya Bahasa Ekspos Aktivitas 2

sumber: akun facebook Mitha Elycia

Gambar IV.30 Gaya Bahasa Ekspos Aktivitas 3

sumber: akun facebook Irene Ika Safitri SSos

Dalam kalimat yang digunakan narasumber-narasumber diatas, jelas terlihat bahwa narasumber diatas menceritakan aktivitas yang dijalaninya

(48)

commit to user 112

dalam kesehariannya. Apa yang diceritakannya sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa, namun tetap disampaikan karena yang ingin dilakukan narasumber diatas adalah bercerita, mengekspos aktivitas kesehariannya ke pembaca statusnya. Sehingga identitas yang muncul merupakan identitas ekspos aktivitas. Seperti Riza Siagian yang menceritakan kegiatannya berziarah yang kemudian disusun kegiatan lainnya. Elis Ira yang menceritakan aktivitas kesehariannya, yaitu kegiatan memasak, dan kebiasaannya masak dobel. Mitha Elycia menceritakan aktivitas kesehariannya yaitu mandi dan dalam status lainnya dia bercerita bahwa dia sedang menonton cowok ganteng. Demikian halnya dengan Irene Ika Safitri SSos, yang menceritakan aktivitasnya yaitu makan sate di mbah galak. Dan pada tiap status yang diunggah, tak nampak adanya penunjukkan status yang seolah lebih dominan, artinya narasumber menempatkan dirinya bukan secara superior dibanding pembacanya.

3. Gaya bahasa ekspos pekerjaan

Penulis pesan dalam menyampaikan gaya bahasa yang diungkapkannya memperlihatkan bahwa suka menceritakan pekerjaannya serta hal-hal lain yang terkait dengan pekerjaannya. Sehingga dari gaya bahasa yang digunakan tersebut akhirnya muncul identitas ekspos pekerjaan dalam tampilan dirinya. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut:

(49)

commit to user 113

Gambar IV.31 Gaya Bahasa Ekspos Pekerjaan 1

sumber: akun facebook Kemilau Hukum

Gambar IV.32 Gaya Bahasa Ekspos Pekerjaan 2

sumber: akun facebook Aunty Ocie

Gambar IV.33 Gaya Bahasa Ekspos Pekerjaan 3

sumber: akun facebook Bu Tephy

Dalam kalimat yang digunakan narasumber-narasumber diatas, jelas terlihat bahwa narasumber diatas menceritakan aktivitas yang terkait pekerjaannya. Apa yang diceritakannya menunjukkan apa yang sedang dilakukannya, kegiatan apa terkait pekerjaan yang sedang dijalaninya, serta suatu pencapaian yang telah didapatnya terkait pekerjaan yang dilakukan. Sehingga identitas yang muncul merupakan identitas ekspos aktivitas.

Gambar

Gambar IV.2 Identitas Terberi Bu 1
Gambar IV.3 Identitas Terberi Bu 2
Gambar IV.4.Identitas Terberi Pencantuman Nama Suami
Gambar IV.5 Identitas Terberi Hubungan Ibu Anak 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu diketahui bahwa penelitian fuel cell dengan bahan bakar etanol sebenarnya sudah dilakukan oleh universitas lain, sehingga pada penelitian kali ini adalah mencari

Adalah mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang Prodi Analis Kesehatan yang akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Pola Kebersihan Diri Dengan Terjadinya Gangguan

yang melaksanakan tugas berdasarkan suatu perjanjian formal, dengan perhimpunan penghuni. 2) Badan pengelola yang dibentuk oleh perhimpunan penghuni ini harus

Dasar dari studi kebiasaan makanan ikan ialah mempelajari isi dari alat pencernaan makanannya, dapat dikelompokkan ikan itu sebagai pemakan plank- ton, ikan carnivora ataupun

Pada kolom yang berada di lokasi Desa Sriwulan Sayung cenderung kolom hasil perbaikan cenderung lebih rendah dibandingkan yang berlokasi di daerah Pucang Gading,

Pewawancara: Kalau untuk orang Jakarta umumnya biasanya mereka mulai berkeluarga pada usia berapa.. Banu:

dan teknologi sendiri terdapat beberapa hal yang harus diketahui, diantaranya adalah: strategi inovasi dan keunggulan bersaing, membangun kekuatan persaingan melalui

Yuda Permana selaku residen bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin untuk pemeriksaan klinis penelitian ini serta dukungan yang berarti kepada saya selama penyusunan Karya Tulis