• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.2 Gaya Bahasa Perempuan Dalam Facebook

A.2.2 Gaya Bahasa Maskulin

Gaya Bahasa Maskulin merupakan gaya bahasa perempuan dimana gaya bahasa yang ditampilkannya mengadopsi gaya bahasa laki. Gaya bahasa laki-laki cenderung berorientasi pada status yang dimilikinya, berjuang untuk memenangkan suatu kompetisi dalam percakapan. Hal ini sejalan dengan istilah Report Talk yang dikemukakan Deborah Tannen untuk menggambarkan gaya bahasa laki-laki. Menurut Tannen, laki-laki memandang status dalam hubungan percakapan merupakan bagian yang penting, sehingga laki laki tidak takut beradu argument secara tegas untuk mempertahankan pendapatnya (Tannen, 2003: 25-48). Bagaimana efek dari gaya bahasanya pada hubungan yang terjalin dengan lawan bicara bukan lagi menjadi prioritas utama. Kata yang digunakan juga bisa

commit to user 120

merupakan kata yang keras. Laki-laki menceritakan sesuatu untuk menunjukkan statusnya. Deborah Tennen mengungkapkan bahwa laki-laki dalam gaya bahasanya diistilahkan sebagai Report Talk, yaitu gaya bahasa tipikal laki-laki yang cenderung menunjukkan statusnya, berusaha memenangkan suatu argumen, menyampaikan informasi akan suatu hal (Griffin, 2011: 438-441).

Seorang perempuan yang menggunakan gaya laki-laki dalam gaya bahasanya, bisa dikatakan cenderung mengalami gender trouble. Gender trouble ini terjadi karena suatu identitas yang ditampilkan tidak sesuai dengan norma kultural yang berjalan. (Butler, 1999:22-33). Dengan kata lain, apa yang ditampilkan perempuan disini tidak sejalan dengan gaya bahasa perempuan yang telah dibahas diatas, namun lebih sejalan dengan gaya bahasa laki-laki. Adapun gaya bahasa laki-laki menurut Tannen dicirikan sebagai berikut (Tannen, 2003: 25-249):

Dalam hal relationship :

- Mengutamakan status dalam percakapan. Percakapan merupakan ajang pertarungan mencapai atau mempertahankan status.

- Unsur utama dalam status adalah posisi yang asimetri. Artinya dalam percakapan, posisi semua orang yang terlibat, ada yang lebih unggul, ada pula yang pecundang.

Dalam hal interaksi dengan rekan percakapan :

- Mencurahkan perasaan hati pada lawan bicara merupakan hal yang bisa tidak diterima sebagai bagian dari report talk.

commit to user 121

- Interupsi dalam percakapan merupakan hal yang tidak bisa diterima. Interupsi dianggap sebagai tantangan dalam pertarungan status dalam percakapan

- Support ditunjukkan dengan pemberian informasi, bukan menunjukkan pemahaman akan perasaan.

- Senang dalam memberikan informasi yang tidak diketahui pihak lain, sehingga menjadikan diri memiliki status yang lebih unggul.

- Laki-laki berbicara untuk menjalin mempertukarkan informasi. - Tidak menghindari pertikaian terbuka.

Dalam hal ruang bicara :

- Public speaking, artinya banyak bicara di lingkungan yang baru, yang belum dikenal.

Dalam penelitian ini, ditemukan berbagai gaya bahasa maskulin dari perempuan. Berdasar kombinasi kata yang digunakan, susunan kalimat, dan tanda baca yang dipakai, maka gaya bahasa maskulin dibagi menjadi :

a. Gaya Bahasa “Cerdas”

Tannen mengungkapkan, bahwa umumnya laki-laki menganggap percakapan sebagai cara untuk menjaga kemandirian dan merundingkan atau mempertahankan status dalam hirarki di masyarakat. Untuk mencapai status yang diharapkan, laki-laki melakukannya dengan memamerkan pengetahuan dan kecakapan atau berbagi informasi. Laki-laki cenderung nyaman jika dianggap sebagai pihak pemberi informasi, pihak memiliki banyak ilmu dan kecakapan, pihak yang cerdas diantara komunitasnya. (Tannen, 2003: 70-78 & 87). Sehingga

commit to user 122

perempuan yang menggunakan gaya bahasa demikian, dianggap memiliki gaya bahasa yang maskulin.

Kata cerdas dipahami tidak dibatasi pada kemampuan akademik yang unggul, namun pada pemaknaan kehidupan yang unggul. Kata cerdas menunjukkan kemampuan menawarkan cara pandang perbeda, perspektif berbeda dalam melihat dunia dan memaknai nilai dalam kehidupan (Sarbana, 2009 : xii). Identitas cerdas, merupakan identitas perempuan dalam facebook yang dari gaya bahasanya :

1. Berani menunjukkan bahwa dirinya adalah memiliki pemikiran yang kritis dan tajam serta pengetahuan luas.

Penulis pesan dalam menyampaikan gaya bahasa yang diungkapkannya memperlihatkan bahwa dirinya merupakan pribadi yang pemikiran kritis dan tajam serta pengetahuan luas. Dia adalah pribadi yang mampu melihat suatu hal dari sisi lain atau melihat suatu hal yang tidak dikritisi pihak lain. Dia juga pribadi yang berani untuk menghadapi reaksi apapun atas apa yang ditampilkannya. Dalam menunjukkan daya kritisnya ada yang menggunakan gaya satir tanpa menyebut pihak yang disindir secara langsung, dan ada yang langsung menyebut pihak yang dikritisi secara jelas. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut:

Kritis Satir

Penulis pesan dalam gaya bahasanya, mengungkapkan pemikiran kritisnya secara satir. Pemikiran yang kritis dan tajam ditunjukkan dalam bentuk sindiran halus, sehingga orang yang membacanya mengerti apa yang

commit to user 123

dimaksudkan, namun tidak merasa “keras”. Gambaran tersebut ada pada narasumber berikut :

Gambar IV.39 Gaya Bahasa Kritis Satir

sumber: akun facebook Aik Manuhoro Sadja

Aik Manuhoro Sadja menampilkan kecerdasannya dengan menunjukkan pemikiran yang kritis dan tajam serta pengetahuannya yang luas dalam status yang dibuatnya. Kekritisan dan ketajaman pemikirannya diwujudkan dalam status dengan gaya satir. Sehingga yang membacanya tergelitik untuk mengkorelasikan statusnya dengan kabar terbaru yang beredar. Kalimat “dengan demikian saya putuskan untuk segera pindah kantor sebagai pegawai di lingkungan provinsi Jateng agar bisa menerima bingkisan lebaran..”, dimaksudkan untuk menyindir kebijakan Gubernur Jateng yang menjabat saat itu yang memperbolehkan jajarannya menerima bingkisan, sementara pihak lain menganggapnya bisa berpotensi sebagai gratifikasi.

Gaya bahasa seperti demikian termasuk gaya maskulin karena perempuan narasumber diatas tidak risih menunjukkan dirinya yang berpengetahuan luas dengan pemikiran kritis dan tajam. Narasumber diatas tetap nyaman menempatkan dirinya sebagai pemberi informasi, pihak yang

commit to user 124

banyak ilmu, yang biasanya diidentikkan dengan gaya bahasa laki-laki. Apa yang dilakukannya bisa mendudukkan dirinya pada status yang lebih tinggi dibanding rekan dalam percakapannya, dan hal tersebut bisa mempengaruhi kualitas hubungan yang dijalinnya dengan pihak lain.

Kritis Langsung

Penulis pesan dalam gaya bahasanya, mengungkapkan pemikiran kritisnya secara langsung. Pemikiran yang kritis dan tajam ditunjukkan dalam bentuk sindiran langsung siapa yang dimaksudkan. Gambaran tersebut ada pada narasumber berikut :

Gambar IV.40 Gaya Bahasa Kritis Langsung

sumber: akun facebook Senja Yustitia

Sama sama menunjukkan gaya bahasa yang cerdas, sebagaimana Aik Manuhoro Sadja, namun bedanya Senja Yustitia menunjukkan pemikiran kritis dan tajamnya secara frontal. Dalam arti pada statusnya terlihat Senja Yustitia tidak segan/takut menyebut pihak lain yang ditujunya dalam status. Senja Yustitia misalnya, melakukan sindiran kepada para anggota dewan terhormat yang dikatakan sebagai wakil partai yang menghamba pada kekuasaan dan uang, sehingga percuma menitipkan pesan rakyat pada mereka.

commit to user 125

Gaya bahasa seperti demikian termasuk gaya maskulin karena perempuan narasumber diatas tidak risih menunjukkan dirinya yang berpengetahuan luas dengan pemikiran kritis dan tajam. Narasumber diatas tetap nyaman menempatkan dirinya sebagai pemberi informasi, pihak yang banyak ilmu, yang biasanya diidentikkan dengan gaya bahasa laki-laki. Tampilan status yang demikian mampu mendudukkan narasumber diatas pada posisi yang lebih unggul dibanding rekannya yang lain dan kemungkinan akan mempengaruhi hubungannya dengan pihak lain.

2. Tidak kasar dalam pilihan katanya

Penulis pesan dalam gaya bahasa yang digunakan selain menunjukkan daya pikirnya yang kritis dan tajam, dilakukan dengan pilihan kata yang tidak kasar. Sehingga keseluruhan kata dalam kalimat yang digunakan masih bisa diterima norma masyarakat secara umum. Kemampuan memilih kata yang tepat dan baik dalam menyampaikan apa yang dimaksudkan, secara tak langsung menunjukkan tingkat kecerdasan penggunanya. Sehingga identitas yang muncul lebih pada identitas cerdas. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut :

Gambar IV.41 Gaya Bahasa Kritis Tak Kasar 1

commit to user 126

Gambar IV.42 Gaya Bahasa Kritis Tak Kasar 2

sumber: akun facebook Senja Yustitia

Aik Manuhoro Sadja dan Senja Yustitia dalam pilihan katanya tidak menggunakan kata-kata yang kasar. Kata yang dipilih masih pada taraf kepatutan untuk digunakan dan dibaca oleh banyak orang. Sehingga gaya bahasa yang muncul lebih terlihat cerdas namun tetap menukik kritis. Orang yang membacanya merasakan kecerdasan dan kekritisan yang ditampilkan, tanpa merasa ada kata yang tidak patut untuk ditampilkan.

Pada taraf ini maskulinitas bahasa muncul dalam gaya bahasa, karena dalam gaya bahasanya mereka tidak takut atau risih dianggap pihak yang berpengetahuan luas, sebagai pihak pemberi informasi. Walau pilihan katanya masih menindahkan etika yang berlaku di masyarakat dalam berinteraksi dengan orang lain, namun masih terasa bahwa narasumber diatas memiliki status yang lebih unggul dibanding yang lainnya.

3. Tidak takut memancing konfrontasi langsung.

Dengan menuliskan pemikiran kritisnya sebagai statusnya, merupakan bukti bahwa penulis pesan tidak takut menghadapi konfrontasi langsung, mengingat Facebook memungkinkan adanya reaksi langsung pembaca berupa komentar langsung atas status yang diunggah. Apalagi ditambah dengan keberanian menunjukkan siapa yang dimaksudkan, semakin menguatkan

commit to user 127

bukti bahwa penulis pesan tidak takut memnacing konfrontasi langsung yang sangat mungkin muncul. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut:

Gambar IV.43 Gaya Bahasa Berani Konfrontasi 1

sumber: akun facebook Senja Yustitia

Gambar IV.44 Gaya Bahasa Berani Konfrontasi 2

sumber: akun facebook Aik Manuhoro Sadja

Gaya bahasa narasumber diatas memungkinkan untuk memancing konfrontasi langsung dari pihak lain yang membacanya. Dengan menyebutkan pihak lain secara jelas dan gamblang, maka narasumber diatas menyadari konfrontasi langsung yang mungkin muncul dari apa yang dituliskannya. Dan dengan tetap menuliskannya, narasumber diatas menunjukkan ketidaktakutannya akan adanya resiko munculnya konfrontasi langsung sekaligus juga menunjukkan keyakinan dirinya akan kebenaran dari apa yang dituliskannya, dengan demikian seolah narasumber diatas ingin menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dibanding yang lain.

commit to user 128

Dari pemaparan diatas, hasil penelitian menunjukkan narasumber diatas berani dalam menunjukkan bahwa dirinya kritis dan memiliki pemikiran tajam. Dengan kata lain narasumber diatas menunjukkan dirinya memiliki pengetahuan yang luas, sehingga dia berani mengungkapkan pemikirannya secara kritis dan tidak takut menghadapi resiko akan adanya konfrontasi langsung akan apa yang dituliskannya. Hal ini sejalan dengan gaya bahasa report talk dimana laki-laki cenderung nyaman jika dianggap sebagai pihak pemberi informasi, pihak memiliki banyak ilmu dan kecakapan, pihak yang cerdas diantara komunitasnya. Dan laki-laki melakukannya untuk mencapai status yang diharapkannya (Tannen, 2003: 70-78 & 87). Dalam gaya bahasa report, konfrontasi langsung tidak dihindari oleh laki-laki, karena bagi laki-laki pertikaian merupakan cara yang perlu untuk merundingkan status, sehingga dalam gaya bahasa report konfrontasi langsung harus diterima dan bahkan mungkin dicari, dirangkulm dan dinikmati (Tannen, 2003: 173). Karena itulah perempuan yang menggunakan gaya bahasa yang demikian dikatakan merupakan gaya bahasa yang maskulin, meski kata-kata yang digunakan masih mempertimbangkan etika interaksi dalam masyarakat.

b. Gaya Bahasa “Keras”

Dalam kosa kata Bahasa Indonesia, kata keras merupakan hal yang gigih, kuat, tidak mengenal belas kasih, tidak lemah lembut. (KBI, 2008: 697). Menurut Tannen, percakapan bagi laki-laki merupakan ajang pertarungan status unuk menunjukkan siapa yang memiliki status yang lebih unggul diantara semua peserta percakapan, sehingga terkadang kata-kata yang kasar bukanlah sesuatu yang tabu digunakan. Dalam percakapanpun, laki-laki tidak menghindari

commit to user 129

perdebatan atau pertikaian terbuka, justru hal ini makin menguatkan pertarungan status yang ada. (Tannen, 2003: 28 & 173). Sehingga perempuan yang menggunakan gaya bahasa demikian, dianggap memiliki gaya bahasa yang maskulin.

Gaya bahasa “Keras” disini tidak kemudian diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Gaya bahasa “Keras” merupakan gaya bahasa perempuan dalam facebook yang secara keras menunjukkan apa yang dimaksudnya, bukan hanya secara langsung menunjukkan pendapatnya, tapi juga tidak segan menggunakan kata-kata yang keras dalam kalimat yang digunakan, sehingga identitas yang muncul dari penggunaan gaya bahasa yang demikian menghasilkan identitas keras. Identitas keras merupakan identitas dengan gaya bahasa sebagai berikut:

1. Berani menunjukkan pendapat secara langsung.

Penulis pesan dalam gaya bahasa yang digunakan terlihat berani menunjukkan pendapatnya, bukan pemikiran kritis tapi lebih pada menunjukkan rasa kurang sukanya secara jelas akan satu hal. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut :

Gambar IV.45 Gaya Bahasa Keras Berpendapat 1

commit to user 130

Gambar IV.46 Gaya Bahasa Keras Berpendapat 2

sumber: akun facebook Aunty Ochi

Narasumber diatas secara langsung berani menunjukkan pendapatnya terkait ketidaksetujuan dan ketidaksukaannya. Dengan menggunakan huruf kapital pada kata-kata tertentu dan pengulangan tanda baca tanda perintah membuat kalimat yang dihasilkan terkesan keras. Seperti pada kalimat dalam status yang ditulis Khaka Denka Chan yang menuliskan penekanan katanya dengan cara menuliskan dengan huruf kapital. Sementara itu Aunty Ocie mengungkapkan pendapatnya juga secara langsung dengan menuliskan “lebih baik kerjain tugas lo dengan baik n stop menggunjingkan orang lain dari belakang bung..talk less do more please!!!!!”. Pengulangan tanda baca tanda seru diakhir kalimat menimbulkan kesan keras muncul. Seolah Aunty Ocie mengungkapkannya dengan berteriak keras. Dari gaya bahasa yang dihasilkan, dengan kalimat yang berani dalam menunjukkan pendapatnya secara langsung dan gamblang, narasumber diatas terkesan seperti ingin menunjukkan statusnya yang lebih unggul dibanding yang lain.

2. Tidak menghindari menggunakan kata yang kasar, sehingga kalimat yang muncul terkesan keras.

Penulis pesan dalam gaya bahasa yang digunakan tidak menghindari menggunakan pilihan kata yang kasar, yang tidak semua pihak bisa

commit to user 131

menerimanya dengan baik, bahkan ada yang menganggapnya tidak pantas digunakan terutama di ruang publik atau untuk berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dengan gaya bahasa yang digunakan, identitas keras muncul mengiringi apa yang ditampilkan penulis pesan. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut :

Gambar IV.47 Gaya Bahasa Keras Kasar 1

sumber: akun facebook Khaka Denka Chan

Gambar IV.48 Gaya Bahasa Keras Kasar 2

sumber: akun facebook Mitha Elycia

Narasumber-narasumber diatas diatas tidak segan menggunakan kata-kata yang terkesan kasar untuk digunakan dalam interaksi dengan orang lain, seperti “anjrit”, “banci”, “bencong”, “Cangkeme”. Dengan ditambah adanya penggunaan huruf kapital membuat kesan kasar jadi lebih terasa, karena membuat orang membacanya dengan nada berteriak. Sehingga secara keseluruhan kalimat yang dihasilkan juga semakin terasa menjadi suatu kalimat yang keras. Dengan pilihan kata yang berani tersebut, narasumber

commit to user 132

diatas cenderung menunjukkan statusnya yang lebih unggul dibanding yang lain, tidak takut dengan pandangan orang lain.

3. Tidak takut memancing konfrontasi langsung.

Penulis pesan dalam gaya bahasanya berani mengungkapkan apa yang tidak disukai atau disetujuinya, disamping itu dalam pilihan katanya tidak menghindari menggunakan kata yang kasar. Dengan keberaniannya untuk menuliskan hal yang demikian menunjukkan penulis pesan tidak takut memancing konfrontasi langsung yang mungkin muncul dari pihak lain. Gambaran tersebut terlihat pada narasumber berikut :

Gambar IV.49 Gaya Bahasa Berani Konfrontasi 3

sumber: akun facebook Khaka Denka Chan

Gambar IV.50 Gaya Bahasa Berani Konfrontasi 4

sumber: akun facebook Aunty Ocie

Pada gaya bahasa yang digunakan narasumber-narasumber diatas, muncul kalimat yang keras dan terkadang menggunakan kata yang kasar. Penggunaan kalimat yang demikian memungkinkan akan ada orang yang membacanya tersinggung dan tidak menyukainya, sehingga memungkinkan

commit to user 133

munculnya resiko konfrontasi langsung. Namun demikian dengan tetap menggunakan gaya bahasa yang demikian, narasumber diatas terlihat berani menghadapi resiko akan adanya konfrontasi langsung. Bagaimana hubungan yang dimilikinya dikemudian hari akan terjalin dengan pihak lain, bukan lagi menjadi fokus utama narasumber perempuan disini, yang diperhatikan adalah bagaimana dia bisa mengungkapkan pendapatnya secara langsung dan jelas. Dengan demikian, status yang lebih unggul dan berkuasa pun juga muncul dan dirasakan melalui kalimat yang dituliskan narasumber-narasumber diatas. Dari pemaparan diatas, hasil penelitian menunjukkan narasumber-narasumber diatas berani dalam menunjukkan pendapatnya secara langsung, bahkan narasumber-narasumber diatas tidak ragu ketika dia harus menggunakan kata-kata yang kasar, yang melawan etika berinteraksi yang berlaku di masyarakat. Dengan pilihan katanya yang tidak ragu menggunakan kata yang kasar, ditambah pengulangan tanda baca tanda perintah, serta penggunaan huruf kapital untuk menekankan maksud dan pendapatnya, maka dihasilkan kalimat yang cenderung terasa keras. Hal ini tidak dihiraukan apalagi dihindari narasumber diatas. Dengan gaya bahasa yang demikian, narasumber-narasumber diatas menunjukkan ketidaktakutannya akan konfrontasi langsung yang mungkin terjadi akibat dari apa yang dituliskannya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Tannen dalam gaya bahasa report, bahwa percakapan bagi laki-laki merupakan ajang pertarungan status unuk menunjukkan siapa yang memiliki status yang lebih unggul diantara semua peserta percakapan, sehingga terkadang kata-kata yang kasar bukanlah sesuatu yang tabu digunakan. Tannen

commit to user 134

menjelaskan, bahwa laki-laki tidak menghindari perdebatan atau pertikaian terbuka, justru hal ini makin menguatkan pertarungan status yang ada. Bagaimana dampak yang terjadi dikemudian hari terkait gaya bahasa yang digunakan tidak menjadi fokus utama. (Tannen, 2003: 28 & 173). Karena itulah perempuan yang menggunakan gaya bahasa yang demikian dikatakan merupakan gaya bahasa yang maskulin.