• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Peramalan 2.1.1 Pendahuluan

Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Terdapat adanya keterbatasan dalam suatu peramalan menyebabkan peramalan sangat jarang memberikan hasil yang sempurna dan menghabiskan banyak biaya dan waktu untuk persiapan dan pengawasan.

Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa mendatang. Peramalan permintaan ini menjadi masukan yang sangat penting dalam keputusan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Karena bagian operasional produksi bertanggung jawab terhadap pembuatan produk, maka keputusan-keputusan operasi produksi sangat dipengaruhi dari hasil peramalan permintaan.

2.1.2 Horizon Waktu Peramalan

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori:

(2)

a. Peramalan jangka pendek

Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi.

b. Peramalan jangka menengah

Peramalan jangka menengah atau intermediete umumnya mencakup

hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan, dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana operasi.

c. Peramalan jangka panjang

Peramalan jangka panjang umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas serta penelitian dan pengembangan.

2.1.3 Metode Peramalan Time series

Metode time series (deret waktu) adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Metode deret waktu ini menggunakan data-data masa lalu yang kemudian diolah dengan menggunakan metode-metode statistik untuk ditentukan pola permintaan pada masa lalu dimana pola yang dihasilkan tersebut digunakan untuk melakukan prakiraan dimasa yang

(3)

akan datang. Dalam peramalan time series, metode peramalan terbaik adalah metode yang memenuhi kriteria ketepatan ramalan. Kriteria ini berupa Mean Absolute

Deviation (MAD), Mean Square Error (MSE), atau Mean Absolute Procentage of Error (MAPE).

Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series adalah sebagai berikut:

1. Tentukan pola data permintaan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau random. 2. Mencoba beberapa metode time series (yang sesuai dengan pola permintaan

tersebut) untuk melakukan peramalan.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE, atau lainnya. Sebaiknya tingkat kesalahan ini ditentukan dulu.

4. Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dan berada di bawah batas tingkat kesalahan yang ditetapkan dibandingkan dengan metode lainnya 5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.

Dalam peramalan time series, perlu diketahui dulu pola/komponen time series.

Pola permintaan dapat diketahui dengan membuat “Scatter Diagram”, yaitu pemplotan data historis selama interval waktu tertentu. Dari scatter diagram ini

(4)

secara visual akan dapat diketahui bagaimana hubungan antara waktu dengan permintaan. Dalam time series terdapat empat jenis pola permintaan, yaitu :

1. Pola data trend

Pola data trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola

kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya. Metode peramalan yang sesuai dengan pola data

trend yaitu metode regresi linier, exponential smoothing, atau double exponential smoothing.

2. Pola musiman

Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan

terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut pola musiman karena permintaan ini biasanya dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai) atau moving average, atau weight moving average.

3. Pola siklikal

Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Pola siklikal mirip dengan pola musiman. Kalau pola musiman rentang waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, maka rentang waktu perulangan siklikal tidak tentu. Metode yang sesuai bila data berpola siklikal

(5)

adalah metode moving average, weight moving average, dan eksponential

smoothing.

4. Pola Horisontal

Terjadi bila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata–rata yang konstan. (Deret seperti itu “stasioner“ terhadap nilai rata–ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini

Gambar 2.1 Macam-macam Pola Data

Untuk pembahasan kali ini, metode time series yang digunakan, yaitu : 1. Single Moving Average

Persamaan yang dipakai adalah : Ft+m = N X ... X X Xt + t1+ t2+ + tN+1 Dimana :

N = Banyaknya periode rata-rata bergerak

Pola Data Trend Pola Data Musiman

(6)

2. Double Moving Average

Double Moving Average merupakan moving average dari moving average.

Persamaan yang dipakai adalah : S’t = N X ... X X Xt + t1+ t2+ + tN+1 S’’ t = N ' S ... ' S ' S ' St+ t1+ t2+ + tN+1 a t = S’ t + (S’ t – S’’ t) = 2S’ t – S’’ t b t = 1 N 2 − (S’ t – S’’ t) Ft+m = a t +b t m

3. Single Exponential Smoothing

Formula untuk metode Single Exponential Smoothing adalah : S’ t = α. X t + (1-α)S (t-1)

Dimana :

S’ t = Perkiraan permintaan pada periode t

α = Suatu nilai (0<α<1) yang ditentukan secara subjektif X t = Permintaan aktual pada periode t

(7)

4. Double Exponential Smoothing Satu Parameter Brown

Dasar pemikiran dari Double exponential smoothing Satu Parameter

Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier. Persamaan yang dipakai

adalah : S’ t = α. X t + (1-α)S (t-1) S’’ t = α.S’ t +(1-α)S’’(t-1) a t = 2.S’ t – S’’ t b t = α − α 1 (S’ t – S’’ t) Ft+m = a t +b t m

Dengan inisiasi awal : S’t = S’’t = X1

5. Metode Asosiatif (Regresi linier)

Berikut adalah rumus–rumus regresi linier sederhana yt=a+bt dengan :

( )

2 2 t t n y t ty n b

∑ ∑

− − = t b y a= − Di mana ; y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data

(8)

t = indeks penunjuk waktu (dimulai dari 1 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan)

2.1.4 Ketepatan dan Pengendalian Peramalan

Suatu prakiraan dikatakan sempurna apabila semua variabel yang diramalkan sama dengan variabel yang sebenarnya. Untuk melakukan prakiraan yang selalu tepat sangat sukar, bahkan dapat dikatakan tidak mungkin. Oleh karena itu, diharapkan peramalan dapat dilakukan dengan nilai kesalahan sekecil mungkin. Kesalahan peramalan adalah perbedaan antara nilai variabel yang sesungguhnya dan nilai peramalan pada periode yang sama, atau dalam bentuk rumus et = XtFt.

Berikut ini beberapa ukuran yang dapat dipakai untuk mengukur ketepatan dan pengendalian peramalan :

1. Nilai Kesalahan Rata–rata ( Mean Error ) ∑ + = n 1 t et n 1 ME

2. Nilai Tengah Galat Absolut ( Mean Absolute Error )

+

= n

t et

n

MAE 1 1

3. Nilai Tengah Galat Kuadrat ( Mean Square Error )

+ = n t et n MSE 1 2 1

(9)

4. Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)

= = n t PEt n MPE 1 1

5. Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage Error)

= = n t PEt n MAPE 1 1 Dimana : X = Data aktual F = Data Peramalan N = Jumlah data

t = Indeks penunjuk waktu

2.2 Linear Programming

2.2.1 Definisi Linear Programming

Menurut Marwan Asri dan Wahyu Widayat (1984, p4) Linear Programming merupakan pernyataan ungkapan “linear” dan “programming”. Ungkapan linear dapat diartikan bahwa semua persamaan atau fungsi-fungsi matematis digunakan dalam model ini haruslah merupakan fungsi linear. Sedangkan kata programming lebih mendekati kata “planning” atau perencanaan. Jadi, pengertian Linear

Programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan

menggunakan anggapan-anggapan hubungan linear, untuk mencapai hasil yang maksimal.

(10)

Linear Programming adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan

pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Persoalan pengalokasian ini akan muncul manakala seseorang harus memilih tingkat aktivitas-aktivitas tertentu yang bersaing dalam hal penggunaan sumber daya langka yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.

Menurut Hamdy A Taha (1996, p16), Pemrograman Linier adalah sebuah alat deterministik, yang berarti bahwa semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi dalam kehidupan nyata, jarang seseorang menghadapi masalah di mana terdapat kepastian yang sesungguhnya. Teknik LP mengkompensasi “kekurangan” ini dengan memberikan analisis pasca-optimum dan analisis parametrik yang sistematis untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang bersangkutan untuk menguji sensitivitas pemecahan optimum yang “statis” terhadap perubahan diskrit atau kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut.

Persoalan Linear Programming adalah persoalan yang memenuhi hal-hal berikut:

1. Tujuan (objective) yang akan dicapai harus dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi

linear. Fungsi ini disebut fungsi tujuan (objective function).

2. Harus ada alternatif pemecahan. Pemecahan yang membuat nilai fungsi tujuan optimum (laba yang maksimum, biaya yang minimum, dan sebagainya) yang harus dipilih.

(11)

3. Sumber-sumber tersedia dalam jumlah yang terbatas. Pembatasan-pembatasan harus dinyatakan di dalam ketidaksamaan yang linier (linear inequality).

2.2.2 Formulasi Linear Programming

Model Linear Programming adalah bentuk dan susunan dasar dalam menyajikan masalah yang akan dipecahkan dengan teknik LP. Dalam LP dikenal 2 macam fungsi yakni fungsi tujuan dan fungsi-fungsi pembatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang menggambarkan tujuan kita di dalam permasalahan LP yang bersangkutan yakni mengatur secara optimal. Sedangkan fungsi pembatas merupakan bentuk penyajian secara matematis dari batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal kepada berbagai aktivitas.

Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik dengan keterbatasan sumber daya ini. Hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau minimasi seperti biaya, waktu dan jarak.

Setelah masalah diidentifikasikan, tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik yang meliputi tiga tahap :

1. Menentukan variabel keputusan dan menyatakan dalam simbol matematik

2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan

(12)

3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu

Secara mendalam terlihat adanya suatu pola yang khas untuk merumuskan secara umum suatu masalah Linear Programming. Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan sistem kendala, yang bersama membentuk suatu model matematik dari dunia nyata. Bentuk umum model LP adalah :

Fungsi tujuan : Maksimumkan atau minimumkan

Z = C1X1 +C2X2 + C3X3 + … + CnXn Fungsi Pembatas : a11X1 + a12X2 +a13X3 + … + a1nXn ≤ b1 a21X1 + a22X2 +a23X3 + … + a2nXn ≤ b2 am1X1 + am2X2 +am3X3 + … + amnXn ≤ bm dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, …, Xn ≥ 0 Keterangan :

m = Macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.

n = Macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut. i = Nomor untuk sumber atau fasilitas yang tersedia (i = 1, 2, …, m)

j = Nomor untuk aktivitas (sebuah variabel keputusan) (j = 1, 2, …, n) cij = Koefisien keuntungan per unit

(13)

aij = Banyaknya sumber i yang digunakan/dikonsumsi oleh masing-masing unit

aktivitas j ( untuk i = 1,2,...,m dan j = 1,2,...,n ).

bi = Banyaknya sumber i yang tersedia untuk pengalokasian ( i= 1,2,...,m ).

Z = Nilai yang dimaksimumkan atau diminimumkan

Bentuk atau model Linear Programming di atas merupakan bentuk standar bagi permasalahan Linear Programming yang akan dipakai selanjutnya. Dengan kata lain, setiap permasalahan yang apabila diformulasikan secara matematis mengikuti model di atas, maka permasalahan tersebut merupakan masalah Linear Programming.

2.2.3 Asumsi Model Linear Programming

Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah. Asumsi itu menuntut bahwa hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linier dan additif, dapat dibagi dan deterministik. Asumsi model Linear Programming adalah sebagai berikut : 1. Linearity dan Additivity

Linearity berarti bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus linier.

Dengan kata lain, jika suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua ia akan berupa garis lurus. Begitu juga, suatu kendala yang melibatkan tiga variabel akan menghasilkan suatu bidang datar dan kendala yang melibatkan n variabel akan menghasilkan hyperplane (bentuk geometris yang rata) dalam ruang berdimensi n.

(14)

Additif dapat diartikan sebagai tak adanya penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadinya interaksi. Contohnya, keuntungan total Z yang merupakan variabel kriteria, sama dengan jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan, c

j xj. Juga, seluruh sumber daya yang digunakan untuk

seluruh kegiatan, harus sama dengan jumlah sumber daya yang digunakan untuk masing-masing kegiatan.

2. Divisibility

Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh X

j , tidak harus

bilangan bulat. tetapi dapat berupa nilai pecah. Karena itu variabel keputusan merupakan variabel kontinyu, sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat.

3. Deterministic

Semua parameter model (c

j, aij dan bi) diasumsikan diketahui konstan. LP

secara tak langsung mengasumsikan masalah dalam suatu kerangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian. Dalam kenyataannya, parameter model jarang bersifat deterministik, karena mereka mencerminkan kondisi masa depan maupun sekarang, dan keadaan masa depan jarang diketahui secara pasti. Ada beberapa cara untuk mengatasi ketidakpastian parameter dalam model LP. Analisa sensitivitas adalah suatu teknik yang dikembangkan untuk menguji nilai solusi, bagaimana kepekaannya terhadap perubahan-perubahan parameter.

(15)

2.2.4 Metode Simpleks

Menurut J. Supranto (1983, p39) metode simpleks ialah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari suatu pemecahan dasar yang feasible ke pemecahan dasar yang feasible lainnya dan ini dilakukan berulang-ulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas) sehingga akhirnya tercapai suatu pemecahan dasar yang optimum dan pada setiap step menghasilkan suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih besar atau sama dari step-step sebelumnya.

Metode simpleks lebih efisien serta dilengkapi dengan suatu ”tes kriteria” yang bisa memberitahukan kapan hitungan harus dihentikan dan kapan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu ”optimal solution” (maximum profit, maximum

revenue, minimum cost, dan sebagainya). Pada umumnya dipergunakan tabel-tabel,

dari tabel pertama yang memberikan pemecahan dasar permulaan yang feasible (initial basic feasible solution) sampai pada pemecahan terakhir yang memberikan

optimal solution.

Metode simpleks dapat mengidentifikasi satu pemecahan dasar awal lalu bergerak secara sistematis ke pemecahan dasar lainnya yang memiliki potensi untuk memperbaiki nilai fungsi tujuan. Pada akhirnya, pemecahan dasar lainnya yang bersesuaian dengan nilai optimum akan diidentifikasi dan proses perhitungan berakhir. Pada gilirannya, metode simpleks merupakan prosedur perhitungan yang berulang (iterative) di mana setiap pengulangan (iterasi) berkaitan dengan satu pemecahan dasar.

(16)

Penentuan pemecahan dasar dalam metode simpleks umumnya melibatkan perincian perhitungan yang menjemukan. Perincian seperti ini sebaiknya tidak mengalihkan perhatian dari gagasan dasar metode ini yaitu menghasilkan beberapa pemecahan dasar secara berurutan dengan cara yang akan mengarahkan anda pada titik ekstrim optimum. Semua perincian perhitungan adalah sekunder dibandingkan gagasan dasar ini dan anda harus terus memandangnya demikian.

2.2.5 Analisa Sensitivitas

Linear Programming dipergunakan untuk memecahkan secara optimal

persoalan-persoalan tertentu, dengan berbagai kondisi tertentu pula. Dengan perkataan lain, suatu pemecahan optimal akan diperoleh bila berbagai kondisi dan asumsi Linear Programming dipenuhi. Apabila kondisi dan persyaratan serta batasan-batasan yang ada berubah maka persoalan tersebut dianggap sebagai batasan-batasan persoalan baru sehingga perlu diselesaikan dari awal lagi. Jika mengulang kembali perhitungan-perhitungan dari tahap awal dengan menggunakan koefisien-koefisien yang baru, maka dapat memakan waktu yang lama dan prosedur yang panjang, sehingga memperbesar kemungkinan melakukan kesalahan-kesalahan. Akibatnya cara ini dapat mendatangkan berbagai kesulitan bagi pemakainya.

Untuk menghindari kesulitan-kesulitan tersebut, maka dipergunakan analisa sensitivitas atau analisa post-optimal. Analisa post-optimal mengutamakan analisa terhadap permasalahan Linear Programming setelah dicapainya kondisi optimal dengan menggunakan kaidah-kaidah Linear Programming semaksimal mungkin.

(17)

Tujuan utama penggunaan analisa sensitivitas ini adalah untuk mengurangi perhitungan-perhitungan dan menghindari perhitungan ulang bila terjadi perubahan koefisien-koefisien pada model Linier Programming setelah dicapai tahap optimal.

Setelah dicapai tahap optimal, ada kemungkinan terjadi perubahan-perubahan pada berbagai persyaratan dalam model yang telah disusun untuk permasalahan, seperti :

1. Perubahan pada kapasitas sumber-sumber yang tersedia. Apabila terjadi perubahan ini maka berarti nilai kanan dari fungsi-fungsi pembatas pada model akan mengalami perubahan (penambahan atau pengurangan).

2. Perubahan pada koefisien-koefisien fungsi tujuan. Perubahan ini menunjukkan adanya penambahan atau penurunan kontribusi setiap satuan kegiatan terhadap tujuan.

3. Perubahan pada koefisien-koefisien teknis fungsi-fungsi pembatas. Apabila perubahan ini terjadi maka berarti bahwa bagian kapasitas sumber yang dikonsumir oleh satu satuan kegiatan mengalami kenaikan atau penurunan.

4. Penambahan variabel-variabel baru. Bila hal ini terjadi berarti jumlah variabel yang dikombinasikan bertambah.

5. Penambahan batasan-batasan baru, yang tentu saja perlu dicari akibatnya terhadap penyelesaian optimal.

(18)

2.3 Perencanaan dan Pengembangan Produk

Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger, proses pengembangan produk terbagi menjadi 6 tahapan, seperti ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Tahapan Pengembangan Produk

Tahap 0 Perencanaan

Kegiatan perencanaan sering disebut sebagai ’zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

Tahap 1 Pengembangan Konsep

Pada tahap ini, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.

Tahap 2 Perancangan Tingkatan Sistem

Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen.

Tahap 3 Perancangan Detail

Pada tahap ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi.

Fase 0 Perencanaan Fase 1 Pengembang- an Konsep Fase 5 Peluncuran Produk Fase 4 Pengujian dan Perbaikan Fase 3 Perancangan Rinci Fase 2 Perancangan Tingkatan Sistem

(19)

Tahap 4 Pengujian dan Perbaikan

Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasa dibuat menggunakan komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi yang sama dengan produksi sesungguhnya. Prototipe beta biasanya dibuat dengan komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.

Tahap 5 Produksi Awal

Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungki timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Proses pengembangan konsep mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Identifikasi kebutuhan pelanggan

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Hasilnya berupa sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan.

(20)

2. Penetapan spesifikasi target

Spesifikasi memberikan uraian yang tepat mengenai bagaimana produk bekerja. Spesifikasi target merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan teknis. Output dari langkah ini adalah daftar spesifikasi target. 3. Penyusunan konsep

Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Penyusunan konsep mencakup gabungan dari penelitian eksternal, proses pemecahan masalah secara kreatif dan penelitian sistematis dari bagian solusi yang dihasilkan oleh tim. 4. Pemilihan konsep

Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis dan dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan.

5. Pengujian konsep

Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi kelemahan yang harus diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.

6. Penentuan spesifikasi akhir

Spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim pengembang harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada

(21)

konsep produk itu sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasikan melalui pemodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja.

7. Perencanaan proyek

Pada tahap ini dibuat suatu jadwal pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu pengembangan, dan mengindentifikasi sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. Hasil utama dari kegiatan awal hingga akhir ini biasanya dikumpulkan dalam satu buku kontrak yang terdiri dari pernyataan misi, kebutuhan pelanggan, detail konsep yang dipilih, spesifikasi target, analisis ekonomis produk, jadwal pengembangan, penentuan staf proyek dan anggaran.

8. Analisis ekonomi

Analisis ekonomi merupakan salah satu kegiatan dalam tahap pengembangan. Analisis ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan program pengembangan menyeluruh dan memecahkan tawar menawar spesifik. 9. Analisa produk-produk pesaing

Pemahaman mengenai produk pesaing perlu dilakukan untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi.

10. Pemodelan dan pembuatan prototipe

Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototipe. Hal ini mencakup antara lain model pembuktian konsep, yang akan membantu tim pengembangan dalam menunjukkan kelayakan.

(22)

2.3.1 Perencanaan Produk

Perencanaan produk merupakan suatu kegiatan yang mempertimbangkan

portfolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan menentukan

bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode tertentu. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi produk serta pernyataan misi proyek, terdapat lima tahapan proses :

1. Mengidentifikasi peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai terowongan peluang karena membawa bersama-sama input dari perusahaan. Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan.

2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek

Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang ada adalah strategi bersaing, segmentasi pasar, mengikuti perkembangan teknologi dan platform produk. Setelah itu, proses mengevaluasi produk baru didiskusikan dan menyeimbangkan portfolio proyek.

3. Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu

Penentuan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-proyek yang paling menjanjikan, terlalu banyak proyek-proyek akan menambah persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk

(23)

merancang sumber daya dan merencanakan waktu hampir selalu menghasilkan suatu tingkat pengembalian untuk evaluasi sebelumnya dan penentuan prioritas langkah untuk memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti.

4. Melengkapi perencanaan proyek pendahuluan

Kegiatan perencanaan proyek pendahuluan melibatkan tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pemasaran, manufaktur dan fungsi pelayanan. Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan.

5. Merefleksikan kembali hasil dan proses

Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim pengembangan yang harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan.

2.3.2 Pernyataan Misi

Dalam melakukan pengembangan produk, diperlukan suatu pernyataan misi yang dapat digunakan sebagai acuan selama pelaksanaan proyek. Pernyataan misi mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut :

• Uraian produk ringkas

Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik.

(24)

• Sasaran utama bisnis

Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya, dan kualitas.

• Pasar target untuk produk

Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

• Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan. Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencacatan keputusan mengenai asumsi dan batasan.

• Stakeholder

Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pelanggan eksternal akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk. Berikut adalah contoh format pernyataan misi :

(25)

Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi

Pernyataan Misi : (Nama produk)

Uraian Produk *

Sasaran Bisnis Utama *

*

Pasar Utama *

Pasar Kedua *

* Asumsi-asumsi dan batasan-batasan

* *

Stakeholder *

*

2.3.3 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian integral dari

proses pengembangan produk dan mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, Competitive Benchmarking, dan menetapkan spesifikasi produk. Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu:

• Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan. • Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan • Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.

• Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk proses pengembangan produk.

• Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan.

• Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan di antara anggota tim pengembangan.

(26)

Identifikasi kebutuhan pelanggan adalah sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap. Lima tahap tersebut adalah :

1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan

Proses pengumpulan data mencakup kontak dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi produk pada saat digunakan. Beberapa praktisi kadangkala juga menggunakan survei tertulis untuk mengumpulkan data mentah.

Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah, biasanya dalam kolom/lembaran Pernyataan Pelanggan, dan seringkali dilengkapi dengan rekaman video atau foto. Berikut adalah contoh template data yang berisi pernyataan asli dari pelanggan dan daftar kebutuhan hasil interpretasi pernyataan asli tersebut :

Tabel 2.2 Template Data Pernyataan Asli Pelanggan Pelanggan : Pewawancara : Alamat : Tanggal : Telepon : Sekarang menggunakan : Apakah anda bersedia di follow up? Ya/Tidak Jenis penggunaan :

Pertanyaan Pernyataan

Pelanggan

Interpretasi kebutuhan (Tidak perlu diisi)

1. Penggunaan Tertentu

2. Hal-hal yang disukai terhadap alat yang sekarang 3. Hal-hal yang tidak disukai

terhadap alat yang sekarang 4. Usulan perbaikan

(27)

2. Mengintepretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan

Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Setiap pernyataan atau hasil observasinya dapat diterjemahkan menjadi nomor berapapun sebagai kebutuhan pelanggan.

3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan (jika diperlukan) tertier.

Tujuan dari langkah ini adalah mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan pelanggan menjadi beberapa hierarki. Daftar kebutuhan pelanggan terdiri dari beberapa kebutuhan primer, dimana masing-masing kebutuhan primer akan tersusun dari beberapa kebutuhan-kebutuhan sekunder. Dalam kasus produk yang sangat komplek, kebutuhan sekunder mungkin dipecah lagi menjadi kebutuhan tertier.

4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan

Pada langkah ini tim pengembang harus membuat prioritas pilihan dan mengalokasikan sumber daya dalam mendesain produk. Hasil dari langkah ini adalah bobot kepentingan berupa nilai untuk setiap kebutuhan. Ada dua pendekatan dasar untuk menetapkan bobot kepentingan setiap kebutuhan, yaitu bersandar pada konsensus anggota tim berdasarkan pengalaman dengan pelanggan selama ini atau berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan.

(28)

5. Menganalisa hasil dan proses

Langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. Dalam menganalisa hasil proses, tim harus menguji hasilnya untuk meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.

2.3.4 Spesifikasi Produk

Kebutuhan pelanggan umumnya diekspresikan dalam ”bahasa pelanggan” dan

biasanya dibuat dalam suatu daftar kebutuhan pelanggan. Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan yang berperan dalam menjelaskan produk agar sukses di pasaran. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1. Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan metrik kebutuhan jika diperlukan.

Cara terbaik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap kebutuhan satu persatu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Berikut adalah contoh format daftar metrik kebutuhan :

Tabel 2.3 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan

No Metrik Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan

1

2

3

4

(29)

Daftar metrik dapat dihubungkan dengan menggunakan Quality Function

Deployment (QFD). Menurut Cohen (1995, p11), QFD (Quality Function

Deployment) adalah konsep pendekatan terstruktur dalam mendefinisikan apa

yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi konsumen dan menterjemahkannya ke dalam perencanaan yang spesifik untuk proses produksi atau manufaktur. Untuk pembahasan selengkapnya, akan dibahas pada subbab 2.3.4.1.

2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing

Analisis hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan komersial. Informasi mengenai produk pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung keputusan mengenai positioning produk.

3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik Pada langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur nilai target untuk tiap metrik. Ada 2 macam nilai target, yaitu nilai ideal dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim, sedangkan nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial. 4. Merefleksikan hasil dan proses

Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek. Setelah target ditentukan, tim mulai bekerja untuk menghasilkan solusi konsep.

(30)

Spesifikasi target lalu digunakan untuk membantu tim dalam memilih sebuah konsep dan membantu mengetahui kapan sebuah konsep layak secara komersial.

2.3.4.1 QFD (Quality Function Deployment)

Menurut Cohen (1995, p11), QFD (Quality Function Deployment) adalah

konsep pendekatan terstruktur dalam mendefinisikan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi konsumen dan menterjemahkannya ke dalam perencanaan yang spesifik untuk proses produksi atau manufaktur.

Tujuan dari QFD adalah untuk mengoptimalkan pengembangan proses dan menghasilkan produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen. QFD tidak hanya mengoptimalkan pengembangan proses dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi juga berusaha melebihi harapan pelanggan sebagai cara untuk bersaing dengan pesaing, sehingga produk dapat diterima di pasaran dan disukai oleh pelanggan.

2.3.4.1.1 Proses QFD

Menurut Cohen (1995, p311), proses penerjemahan kebutuhan pelanggan kedalam kualitas produk dan jasa dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Proses kebutuhan konsumen menjadi karakteristik teknis (Product Planning). 2. Proses karakteristik teknis menjadi karakteristik bagian (Part Planning). 3. Proses karakteristik part menjadi operasi proses utama (Process Planning). 4. Proses operasi proses utama menjadi kebutuhan produksi (Production Planning).

(31)

2.3.4.1.2 HOQ (House Of Quality)

House of Quality adalah proses pemahaman dari kebutuhan, keinginan, dan

ekspektasi konsumen yang dirangkum kedalam metrik perencanaan produk.

Metrik ini terdapat dalam beberapa bagian yang masing-masing bagian mengandung informasi yang saling berhubungan satu sama lainnya. Tiap bagian adalah hasil pemahaman perusahaan terhadap suatu aspek proses perencanaan produk, jasa, atau suatu proses. Adapun gambar The House of Quality adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 The House of Quality

Bagian-bagian dari HOQ adalah sebagai berikut: 1. Customer Needs and Benefits

Pada bagian ini diisi daftar kebutuhan dan ekspektasi konsumen terhadap nilai produk, jasa, atau proses yang biasanya diperoleh dari Voice of the Customer dan telah diubah ke dalam tabel Metrik Kebutuhan Pelanggan.

(32)

2. Planning Matrik

Pada bagian ini mempunyai tujuan menyusun dan mengembangkan beberapa pilihan strategis dalam mencapai nilai-nilai kepuasan konsumen yang tertinggi. Planning Matrik mempunyai delapan jenis data, antara lain adalah sebagai berikut:

¾ Importance to Customer (kepentingan konsumen), yang berisi tentang tingkat kepentingan tiap kebutuhan dan manfaat bagi konsumen.

¾ Current Satisfaction Performance (kinerja kepuasan konsumen) adalah bagaimana kinerja produk yang dikembangkan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

¾ Competitive Satisfaction Performance (kinerja kepuasan pelanggan) adalah bagaimana kinerja produk pesaing dalam memuaskan kepentingan pelanggan. ¾ Goal (Quality Plan) adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan

produk.

¾ Improvement Ratio (pengembangan rasio), diperoleh dari rumus:

Improvement Ratio = e Performanc ion Statisfact Current Goal

¾ Sales Point (titik penjualan), digunakan tiga angka yaitu: o 1 = tidak ada tingkat penjualan

o 1,2 = tingkat penjualan sedang o 1,5 = tingkat penjualan tinggi

(33)

¾ Raw Weight diperoleh dengan rumus:

Raw Weight = (Importance to Customer)x(Improvement Ratio)x(Sales Point)

¾ Normalized Raw Weight adalah persen total dari Row Weight yang diperoleh dari rumus:

Normalized Raw Weight = x100%

Weight Raw Weight Raw

3. Technical Response

Kolom Technical Response berisi tentang bagaimana organisasi mendeskripsikan perencanaan produk atau jasa untuk dikembangkan. Deskripsi ini didapatkan dari keinginan konsumen dan kebutuhannya.

4. Relationship

Pada kolom Relationship, dijelaskan bagaimana hubungan antara setiap elemen dari technical response dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Simbol yang digunakan untuk kolom Relationship antara lain adalah sebagai berikut:

= menunjukkan hubungan lemah dengan nilai 1 = menunjukkan hubungan sedang dengan nilai 3 = menujukkan hubungan kuat dengan nilai 9 5. Technical Correlations

Pada bagian Technical Correlations, berisikan bangaimana tim pengembangan perlengkapan tidur menetapkan implementasi hubungan antara

(34)

elemen-elemen dari technical response. Simbol-simbol yang digunakan dalam

technical correlation adalah sebagai berikut:

¾ vv = positif kuat ¾ v = positif

¾ (blank) = tidak ada hubungan ¾ x = negatif

¾ xx = negatif kuat 6. Techical Matrik

Pada Technical Matrix, terdapat tiga tipe informasi, yaitu urutan peringkat dari technical response, informasi perbandingan dengan kinerja teknis pesaing, dan target kinerja teknis. Adapun penjabaran ketiga informasi tersebut adalah sebagai berikut:

¾ Tingkat kepentingan kami, yang diperoleh dari jumlah perkalian antara

importance to customer dengan nilai relationship pada kolom technical response.

¾ Absolutely Performance merupakan jumlah perkalian antara nilai relationship dengan normalized raw weight.

¾ Relative Performance merupakan persen dari total absolutely performance. ¾ Unit of Mesure adalah satuan untuk technical response.

¾ Current Product adalah nilai yang ada pada produk yang sedang dikembangkan.

(35)

¾ Target Value adalah target yang ingin dicapai oleh tim pengembang terhadap perlengkapan tidur sehingga dapat memenuhi keinginan pelanggan.

Menurut Cohen (1995, P59), langkah-langkah pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Identifikasi keinginan dan kebutuhan pelanggan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti wawancara ataupun menyebarkan kuisoner. Dari banyaknya atribut keinginan dan kebutuhan konsumen yang telah diperoleh, maka digunakan tabel kombinasi untuk mengelompokkan kebutuhan sesuai hierarkinya, yaitu kebutuhan primes, skunder, dan tersier. Setelah diperoleh pengelompokkannya, maka atribut kebutuhan konsumen tersebut dimasukkan pada HOQ pada bagian kiri ( kolom Customer Needs and Benefits).

2. Membuat matrik perencanaan.

Matrik perencanaan adalah suatu alat untuk membantu perusahaan untuk membuat prioritas atribut kebutuhan konsumen. Dalam matrik perencanaan ini, terdapat data tentang tingkat kepentingan konsumen dan tingkat kepuasan konsumen dengan skala yang digunakan adalah skala likret dengan nilai tekecil adalah 1 (tidak penting) dan nilai terbesar adalah 5 (sangat penting). Penilaian tingkat kepentingan ini dilakukan dengan survei konsumen.

(36)

3. Menentukan respon teknis.

Respon teknis adalah karakteristik produk atau jasa yang dapat diukur untuk memenuhi atribut kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan kata lain, atribut kebutuhan dan keinginan konsumen diterjemahkan kedalam bahasa yang digunakan perusahaan. Karakteristik yang telah ditentukan dimasukkan kedalam HOQ pada kolom Technical Response.

4. Menentukan hubungan antara respon teknis dan atribut kebutuhan konsumen. Matrik ini bertujuan untuk memperlihatkan kekuatan hubungan antara respon teknis dan atribut konsumen. Jenis hubungan ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu hubungan kuat, sedang, dan lemah. Nilai yang ditentukan dalam matrik ini dimasukkan kedalam HOQ pada kolom Relationships.

5. Menentukan arah pengembangan (Direction of Improvement).

Arah pengembangan dalam masing-masing respon teknis sangat penting untuk diketahui guna memberikan peningkatan terhadap kepuasan konsumen. Terdapat tiga jenis arah pengembangan, yaitu:

¾ Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat jika respon teknis semakin meningkat.

¾ Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat jika respon teknis semakin kecil.

¾ 0 tingkat kepuasan pelnggan akan meningkat jika respon teknis pada target tertentu.

(37)

6. Menentukan korelasi teknis.

Matrik korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara respon teknis, yang dalam HOQ terdapat pada gambar segitiga (atap HOQ) pada bagian

Technical Correlations. Dalam Technical Correlations, terdapat lima simbol yang

menunjukkan hubungan kuat positif, positif, tidak ada hubungan, negatif, dan negatif kuat.

7. Menentukan target respon teknis.

Pada tahap ini, perusahaan menentukan target yang ingin dicapai untuk setiap karakteristik teknis yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Proses penentuan target ini biasanya dilakukan secara subjektif, misalnya dengan melakukan konsensus lain.

2.3.5 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir.

Metode penyusunan konsep terdiri dari 5 langkah dengan memecahkan

(38)

1. Memperjelas masalah

Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah. Pernyataan misi untuk proyek, daftar kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk awal merupakan input yang ideal untuk proses penyusunan konsep, meskipun seringkali bagian-bagian ini masih diperbaiki pada saat tahapan penyusunan konsep dimulai.

2. Pencarian secara eksternal

Pencarian secara eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah. Sedikitnya terdapat 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber eksternal, yaitu mewawancara pengguna utama, konsultasi dengan pakar, pencarian paten, pencarian literatur dan menganalisis (benchmarking) pesaing.

3. Pencarian secara internal

Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreativitas dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Pencarian bersifat ”internal” dalam arti semua pemikiran yang timbul dari langkah ini dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dalam tim.

4. Menggali secara sistematis

Penggalian sistematis ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini.

(39)

Terdapat dua alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim, yaitu dengan menggunakan pohon klasifikasi konsep dan tabel kombinasi konsep. 5. Merefleksikan pada hasil dan proses

Langkah terakhir dalam penyusunan konsep yaitu merefleksikan pada penyeleaian dan proses. Caranya dengan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan pada iterasi berikutnya atau proyek yang akan datang.

Gambar 2.4 Lima Langkah Metode Penyusunan Konsep

1. Memperjelas masalah

- Mengerti masalah

- Dekomposisi masalah

- Memusatkan pada

submasalah yang penting

2. Pencarian eksternal - Pengguna utama - Pakar - Paten - Literatur - Benchmarking 3. Pencarian internal - Secara individu - Secara kelompok

4. Menggali secara sistematis

- Pohon klasifikasi - Table kombinasi

5. Merefleksikan pada hasil dan proses

- Menyusun umpan balik

Sub masalah

Konsep yang sudah ada

Konsep baru

(40)

2.3.6 Seleksi Konsep

Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan

kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan. Ada dua tahapan metodologi seleksi konsep, yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep.

2.3.6.1 Penyaringan Konsep

Tujuan tahapan penyaringan konsep yaitu untuk mempersempit jumlah

konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep. Ada 6 langkah pada tahap penyaringan konsep, yaitu :

1. Menyiapkan matriks seleksi

Untuk menyiapkan matriks, tim memilih sebuah media fisik yang sesuai untuk masalah yang sedang ditangani. Berikut ini contoh matriks penyaringan konsep :

Tabel 2.4 Matriks Penyaringan Konsep

Kriteria Seleksi Bobot Konsep

A B C Reference Kriteria 1 Kriteria 2 Krteria 3 Kriteria 4 Jumlah + Jumlah 0 Jumlah total Peringkat Konsep

(41)

Kriteria seleksi dituliskan sepanjang sisi kiri matriks penyaringan dan dipilih berdasarkan kebutuhan pelanggan yang telah diidentifikasi oleh tim, dan juga kebutuhan perusahaan seperti biaya produksi yang rendah atau resiko produk yang minimum. Pada sisi kanan matriks terdapat reference dimana tim memilih sebuah konsep untuk dijadikan patokan (benchmark) atau konsep referensi, dimana seluruh konsep lainnya akan dibandingkan dengan konep tersebut. Referensi biasanya merupakan standar industri atau konsep terdahulu yang dikenal baik oleh tim.

2. Menilai konsep

Pada tahapan menilai konsep, nilai relatif ”lebih baik” (+), ”sama dengan” (0), atau ”lebih buruk” (-) diletakkan di tiap sel matriks untuk memperlihatkan bagaimana tiap konsep dinilai terhadap konsep referensi untuk kriteria tertentu. Sebaliknya setiap konsep dinilai terhadap satu kriteria sebelum berpindah ke kriteria berikutnya.

3. Merangking konsep-konsep

Setelah menilai seluruh konsep, tim menjumlahkan nilai ”lebih baik”, ”sama dengan”, dan ”lebih buruk”, lalu mencatat jumlah untuk tiap kategori pada baris bagian bawah dari matriks. Setelah selesai, tim memberi peringkat untuk konsep. Secara nyata, konsep dengan nilai positif yang lebih banyak dan nilai minus yang sedikit memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dalam tahap ini, tim dapat mengidentifikasi satu atau dua kriteria yang benar-benar membedakan konsep.

(42)

4. Menggabungkan dan memperbaiki konsep-konsep

Setelah menilai dan merangking konsep, tim harus memeriksa apakah hasilnya masuk akal, kemudian mempertimbangkannya jika ada cara menggabungkan dan memperbaiki konsep tertentu. Konsep yang sudah digabungkan dan diperbaiki kemudian ditambahkan pada matriks, dinilai oleh tim, dan dirangking bersamaan dengan konsep-konsep sebelumnya.

5. Memilih satu atau lebih konsep

Jika anggota tim telah puas dengan pemahaman mereka akan tiap konsep dan kualitas relatifna, mereka akan memutuskan konsep mana yang harus dipilih untuk perbaikan dan analisis lebih jauh. Tim juga harus memutuskan apakah langkah selanjutnya dari penyaringan konsep akan dilakukan atau apakah akan langsung melaksanakan penilaian konsep.

6. Merefleksikan hasil dan proses

Seluruh anggota tim harus menyetujui hasil yang diperoleh. Jika salah seorang tidak setuju dengan keputusan tim, maka mungkin satu atau lebih kriteria penting hilang dari matriks penyaringan, atau mungkin penilaian tertentu salah, atau bahkan kurang jelas.

2.3.6.2 Penilaian Konsep

Penilaian konsep digunakan agar peningkatan jumlah alternatif penyelesaian

(resolusi) dapat dibedakan lebih baik antara konsep yang bersaing. Pada tahap ini tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap kriteria seleksi dan memfokuskan

(43)

pada hasil perbandingan yang lebih baik dengan penekanan pada setiap kriteria. Pada proses penilaian konsep, juga terdapat 6 langkah, yaitu :

1. Menyiapkan matriks seleksi

Seperti pada tahap penyaringan, tim menyiapkan sebuah matriks dan mengidentifikasi konsep referensi. Matriks penilaian konsep menggunakan jumlah nilai terbobot untuk menentukan peringkat konsep. Berikut ini akan ditampilkan contoh tabel matriks penilaian konsep :

Tabel 2.5 Contoh Format Tabel Penilaian Konsep

Konsep

A B Kriteria Seleksi Beban Rating Nilai

Beban Rating Nilai Beban Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 ...% ...% ...% Total Nilai Peringkat Lanjutkan Konsep

Setelah kriteria dicatat, tim menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks. Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria, seperti menandai nilai kepentingan dari 1 sampai 5, atau mengalokasikan nilai 100% pada kriteria-kriteria.

2. Menilai konsep

Cara yang paling mudah bagi tim untuk menyelesaikan tahap ini adalah dengan menilai seluruh konsep terhadap satu kriteria sekaligus, sebelum

(44)

berpindah pada kriteria berikutnya. Karena perlunya perbedaan yang nyata antara setiap konsep yang bersaing, maka diperlukan skala yang lebih jelas, yaitu dengan merekomendasikan skala dari 1-4, seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.6 Bobot Perbandingan Penilaian Kriteria

Kinerja Relatif Nilai

Sangat kurang dibandingkan referensi 1

Kurang dibandingkan referensi 2

Lebih baik dari referensi 3

Sangat lebih baik dari referensi 4

3. Merangking konsep-konsep

Setelah penilaian diberikan untuk tiap konsep, nilai berbobot dihitung dengan mengalikan nilai dengan bobot kriteria. Total nilai untuk tiap konsep merupakan penjumlahan dari nilai yang berbobot.

Dimana :

rj = Nilai konsep j untuk kriteria i

wj = Bobot untuk kriteria i

N = Jumlah kriteria

sj = Total nilai untuk konsep j

= = n 1 i ij i j r w S

(45)

4. Menggabungkan dan memperbaiki konsep-konsep

Pada tahap ini, tim mencari pengganti atau kombinasi yang memperbaiki konsep. Meskipun proses penyusunan konsep formal umumnya selesai sebelum seleksi konsep dimulai, beberapa perbaikan kreatif dan kemajuan terjadi selama proses seleksi konsep, saat tim menyadari kekuatan dan kelemahan beberapa tampilan dari konsep produk.

5. Memilih satu atau lebih konsep

Dengan dasar matriks seleksi, tim dapat memutuskan untuk memilih dua atau lebih konsep terbaik. Konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan.

6. Merefleksikan hasil dan proses

Sebagai langkah terakhir, tim merefleksikan pada konsep terpilih dan proses seleksi konsep. Setiap anggota tim harus menyetujui konsep yang telah dipilih oleh tim pada tahap ini, karena seluruh masalah yang berhubungan telah dibahas dan konsep terpilih memiliki potensi terbesar untuk memuaskan pelangggan demi mencapai kesuksesan secara ekonomi.

2.3.7 Pengujian Konsep

Pada tahap pengujian konsep, tim pengembang meminta respon dari

pelanggan potensial terhadap target pasar yang dituju mengenai uraian dan gambaran konsep produk. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi dari pelanggan

(46)

potensial tentang cara memperbaiki konsep, dan memperkirakan potensi penjualan produk.

Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitik beratkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang. Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi konsep dan bukan sebaliknya, dikarenakan anggota tim tidak mungkin menyodorkan banyak konsep langsung ke pelanggan potensial untuk diuji. Karena itu, tim pertama kali harus menyempitkan konsep alternatif sampai pada jumlah yang kecil untuk disodorkan kepada pelanggan. Pengujian konsep terdiri dari 7 tahap, yaitu :

1. Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep

Tahap pertama pada pengujian konsep, yaitu anggota tim secara eksplisit menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab melalui pengujian ini. Beberapa pertanyaan utama yang ditujukan pada pengujian konsep adalah :

• Konsep yang mana dari beberapa alternatif konsep yang akan dilanjutkan pengembangannya?

• Bagaimana konsep dapat diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang lebih baik?

• Kira-kira berapa banyak produk yang berhasil dijual? • Dapatkan proses pengembangan dilanjutkan?

(47)

2. Memilih populasi survei

Tim harus memilih populasi survei yang mencerminkan target pasar yang sebenarnya. Dalam kasus ini, pengujian konsep yang akurat membutuhkan pelanggan potensial yang berasal dari setiap segmen target untuk disurvei. Survei terhadap semua segmen yang dituju bisa sangat mahal dari segi biaya dan waktu. Karena itu, dalam kasus seperti ini tim dapat memilih untuk mensurvei pelanggan potensial yang berasal dari segmen pasar terbesar saja.

3. Memilih format survei

Format survei yang biasa digunakan dalam pengujian konsep, yaitu interaksi langsung (face-to-face interaction), telepon, surat, e-mail, dan internet. Setiap format survei memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

4. Mengkomunikasikan konsep

Pilihan format survei sangat berkaitan dengan bagaimana konsep akan dikomunikasikan. Konsep dapat dikomunikasikan dalam bentuk uraian verbal, sketsa, foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik, prototipe yang dioperasikan.

5. Mengukur respon pelanggan

Sebagian besar survei pengujian konsep dimulai dengan mengkomunikasikan konsep produk dan kemudian mengukur respons pelanggan. Ketika pengujian konsep dilakukan pada awal fase pengembangan konsep, respons pelanggan biasanya diukur dengan meminta pelanggan untuk memilih salah satu dari dua atau lebih konsep alternatif. Pengujian konsep pada umumnya

(48)

juga mengukur keinginan pelanggan untuk mambeli. Skala ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur keinginan pelanggan untuk membeli dibagi menjadi lima kategori, yaitu pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, dan pasti tidak akan membeli. 6. Menginterpretasikan hasil

Jika tim tertarik untuk membandingkan dua atau lebih konsep, interpretasi hasilnya dapat dilakukan secara langsung. Apabila salah satu konsep mendominasi yang lain, dan tim percaya bahwa responden mengerti kunci perbedaan di antara konsep-konsep tersebut, maka tim dapat dengan mudah memilih konsep yang diinginkan.

Prediksi penjualan produk baru mengandung sejumlah besar ketidakpastian, dan akan menghasilkan kesalahan (error) yang tinggi. Walaupun demikian, prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya. Pada model berikut ini akan diestimasikan Q (jumlah produk yang diharapkan terjual selama periode waktu tertentu) sebagai :

Q = N x A x P Dimana :

- N adalah jumlah pelanggan potensial yang diharapkan melakukan pembelian selama periode waktu tertentu.

- A adalah proporsi pelanggan potensial atau pembeli jika produk perlengkapan tidur tersedia dan pelanggan menyadari keberadaan akan produk tersebut.

(49)

- P adalah peluang produk akan dibeli jika tersedia dan jika pelanggan menyadarai akan keberadaan produk perlengkapan tidur ini.

Nilai P diestimasikan dengan rumus berikut :

P = Cdefinitely x Fdefinitely + Cpobably x Fprobably

Dimana :

- Fdefinitely adalah proporsi responden yang pasti akan membeli perlengkapan

tidur

- Fprobably adalah proporsi responden memilih mungkin akan membeli

perlengkapan tidur

- Cdefinitely dan Cprobably adalah konstanta kalibrasi yang biasanya ditetapkan

berdasarkan pengalaman perusahaan dengan produk yang sama di masa lalu. Umumnya nilai Cdefinitely dan Cprobably 0.1 < nilai Cdefinitely < 0.5, dan 0 <

Cprobably < 0.25. Jika tidak tedapat data masa lalu, sebagian besar tim

pengembang menggunakan nilai 0.4 untuk nilai Cdefinitely dan 0.2 untuk

Cprobably.

7. Merefleksikan hasil dan proses

Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial. Pandangan kualitatif yang dikumpulkan melalui suatu diskusi terbuka dengan responden tentang konsep-konsep yang diusulkan mungkin merupakan hasil yang paling penting dari pengujian konsep, terutama pada awal proses pengembangan. Tim harus merefleksikan hasil diskusi ini sama baiknya dengan hasil prediksi yang bersifat sementara.

(50)

2.3.8 Arsitektur Produk

Arsitektur produk adalah penugasan elemen-elemen fungsional dari produk terhadap kumpulan bangunan fisik dari produk. Tujuan dibuatnya arsitektur produk perlengkapan tidur ini adalah untuk menguraikan komponen-komponen fisik dasar dari perlengkapan tidur, apa yang harus dilakukan oleh komponen tersebut dan seperti apa hubungan atau pembatas yang digunakan untuk peralatan lainnya.

Hasil akhir dari menetapkan arsitektur produk adalah perkiraan perancangan geometri dari produk, penjelasan mengenai chunk-chunk utama, dan dokumentasi interaksi penting antar chunk. Chunk adalah kumpulan bangunan fisik dari sebuah produk. Arsitektur produk menentukan bagaimana hubungan antara chunk-chunk dengan fungsi produk. Arsitektur produk juga menentukan bagaimana produk dapat dirubah. Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk, yaitu :

1. Membuat skema produk

Skema produk adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap elemen penyusunan produk. Berikut ini akan ditampilkan contoh gambar skema :

Gambar 2.5 Contoh Format Skema

Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 Komponen 5 Komponen 4 Aliran tenaga/energi Aliran material Aliran sinyal/data

(51)

2. Mengelompokkan elemen-elemen yang terdapat pada skema

Pada langkah ini, setiap elemen yang terdapat pada skema dikelompokkan menjadi chunk. Pengelompokkan elemen menjadi chunk ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Pengelompokkan Elemen-elemen Menjadi Chunk

3. Membuat rancangan geometris yang masih kasar

Pada tahap ini, tim akan diuntungkan dengan menghasilkan beberapa alternatif susunan geometris dan kemudian memilih yang terbaik. Pembuatan susunan geometris kasar harus dikoordinasikan dengan desainer industri yang ada di dalam tim dalam kasus di mana aspek stetika, keamanan, dan kenyamanan dari sebuah produk penting dan sangat terkait dengan perancangan geometris dari

chunk. Chunk 1 Komponen 2 Komponen 1 Chunk 2 Komponen 4 Komponen 3 Chunk 3 Komponen 5 Aliran tenaga/energi Aliran material Aliran sinyal/data

(52)

4. Mengidentifikasi interaksi fundamental dan insidental

Untuk mengendalikan koordinasi proses dengan lebih baik, tim harus melakukan identifikasi interaksi dalam fase perancangan tingkatan sistem. Terdapat dua kategori interaksi antar chunk, yaitu interaksi fundamental yang sesuai garis skema yang menghubungkan satu chunk ke chunk lain; serta interaksi insidental, yaitu interaksi yang muncul karena implikasi elemen fungsional menjadi bentuk fisik tertentu atau karena pengaturan geometris dari chunk.

2.3.9 Desain Industri

Desain Industri adalah jasa profesional dalam menciptakan, mengembangkan konsep, dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan produsen.

Ada dua dimensi untuk menjelaskan pentingnya desain industri yaitu ergonomik dan estetis. Berikut adalah contoh format tabel nilai kepentingan kebutuhan ergonomik dan estetis :

Tabel 2.7 Nilai Kepentingan Kebutuhan Ergonomik dan Estetis

Kebutuhan-kebutuhan Rendah Menengah Tinggi Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Ergonomik

Kemudahan pemakaian Kemudahan perawatan Kuantitas interaksi pemakai Pembaruan interaksi pemakai Keamanan

Estetis

Diferensiasi produk

Gengsi kepemilikan, mode, kesan Motivasi tim

(53)

Skala ini diperoleh berdasarkan asumsi tim pengembangan produk perlengkapan tidur. Yang mana konversi skalanya adalah sebagai berikut:

Konversi skala

− = skala minimal skala maksimal skala

Ada 5 kategori untuk mengevaluasi sebuah produk, yaitu : 1. Kualitas interface pengguna

Ini adalah peringkat tentang bagaimana mudahnya produk digunakan. Kualitas interface pengguna berhubungan dengan penampilan produk, rasa dan bentuk interaksi.

2. Daya tarik emosional

Peringkat secara keseluruhan, konsumenlah yang menjadi daya tarik bagi suatu produk. Daya tarik ini dicapai lewat penampilan, sentuhan, suara dan baunya.

3. Kemampuan memelihara dan memperbaiki produk

Ini adalah peringkat kesenangan untuk memelihara dan memperbaiki suatu produk. Pemeliharaan dan perbaikan seharusna dipertimbangkan dengan interaksi antar pemakai.

4. Ketepatan penggunaan sumber daya

Ini adalah peringkat bagaimana sebaiknya sumber daya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(54)

5. Perbedaan produk

Ini adalah peringkat dari suatu produk yang unik dan konsisten terhadap identitas perusahaan. Perbedaan ini diutamakan dari bentuknya.

Tabel 2.8 Nilai Kualitas Desain Industri

Kategori Penilaian Level Kepentingan

Rendah Menengah Tinggi

Penjelasan Singkat

Kualitas interface pengguna Daya Tarik Emosional

Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk

Penggunaan yang tepat dari sumber Diferensiasi Produk

2.3.10 Desain Untuk Proses Manufaktur/ Design For Manufacturing (DFM)

Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk. DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk diantaranya :

1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif-alternatif rancangan. 2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan.

(55)

Metode desain untuk proses manufaktur terdiri dari 5 langkah, yaitu : 1. Memperkirakan biaya manufaktur

Input dari langkah ini meliputi bahan mentah, komponen-komponen yang

dibeli, usaha-usaha karyawan, energi, dan peralatan. Outputnya meliputi barang jadi dan buangan. Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri 3 kategori biaya, yaitu : • Biaya-biaya komponen

Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar yang dibeli dari pemasok atau juga dapat diproduksi di pabrik sendiri.

• Biaya-biaya perakitan

Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan.

• Biaya overhead

Overhead merupakan kategori yang mencakup seluruh biaya-biaya lainnya seperti biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitas-fasilitas dan pemeliharaan peralatan/perlengkapan. Alokasi tidak langsung adalah biaya manufaktur yang tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan suatu produk

(56)

namun harus dibayarkan dalam suatu usaha. Misalnya gaji penjaga keamanan atau biaya perwatan bangunan.

>> Memperkirakan Biaya-biaya Komponen Standar Biaya komponen standar diperkirakan dengan :

• Membandingkan tiap komponen dengan komponen sama yang pernah dihasilkan atau dibeli perusahaan dalam volume yang diperbandingkan.

• Mendapatkan harga dari pemasok.

Biaya komponen pendukung biasanya diperoleh dari pengalaman perusahaan dengan komponen-komponen yang sama, sedangkan biaya komponen utama biasanya diperoleh dari penjual keliling.

>> Memperkirakan Biaya Untuk Komponen Pesanan

Komponen pesanan yaitu komponen-komponen yang dirancang secara khusus untuk produk, dibuat oleh pabrik atau oleh pemasok. Komponen pesanan biasanya merupakan komponen dengan fungsi khusus yang berguna hanya pada sebagian produk-produk pembuat.

Biaya bahan baku diperkirakan dengan menghitung massa komponen ditambahkan dengan beberapa buangan dan dikalikan dengan biaya bahan baku. Biaya pemrosesan termasuk biaya untuk operator dalam pemrosesan mesin sesuai dengan biaya penggunaan peralatan itu sendiri. Biaya peralatan tercakup untuk perancangan dan pembuatan alat bantu yang dibutuhkan untuk menggunakan

Gambar

Gambar 2.1 Macam-macam Pola Data
Gambar 2.2 Tahapan Pengembangan Produk
Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi  Pernyataan Misi : (Nama produk)
Tabel  2.2 Template  Data Pernyataan Asli Pelanggan   Pelanggan     :                                                       Pewawancara                 :   Alamat          :                                                       Tanggal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Tjiptono (p59, 2006) pengertian pasar adalah bahwa pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia

“Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan manusia, menawarkan produk dan jasa untuk memuaskan permintaan tersebut, dan

a) Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, 21 yaitu dengan cara melakukan penelitian untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan. Mengetahui apa yang

Setelah dilihat dari tahap proses dan pertimbangan, dapat disimpulkan kebutuhan apa yang tidak didapatkan pelanggan dan diberikan solusi. Mengidentifikasi siapa

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar

1. Mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pelanggan, pesaing, proses manufaktur, praktik pemasaran, dan posisi bersaing. Dapat menciptakan pasar

Sistem Just In Time merupakan suatu konsep filosofi yaitu memproduksi produk yang dibutuhkan, pada saat dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai

Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan lebih dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.. Mengurangi Waktu Produksi: QFD akan membuat tim pengembangan produk atau