• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan K3LL Rev.3_2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan K3LL Rev.3_2008"

Copied!
420
0
0

Teks penuh

(1)

PERTAMINA

DIREKTORAT PEMASARAN DAN NIAGA

K3LL&MM

(2)

SAMBUTAN DIREKTUR PEMASARAN & NIAGA

Kita sudah mencanangkan Visi Bisnis kita, yaitu untuk menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia. Untuk itu, kita telah melakukan transformasi di segala bidang untuk membangun bisnis yang lebih unggul, lebih berkualitas, dan lebih effisien demi memenangkan persaingan dan menjaga eksistensi perusahaan untuk dapat memposisikan diri sesuai dengan Visi kita, menjadi perusahaan kelas dunia.

Namun kita semua harus tetap sadar bahwa bisnis kita adalah bisnis yang memiliki risiko tinggi. Disamping risiko finansial akibat persaingan usaha, risiko dari operasional juga tidak kalah pentingnya. Kesalahan dan atau kekurang hati-hatian sekalipun kecil, bisa berdampak besar bagi kelangsungan bisnis kita maupun kelangsungan masa depan kita dan keluarga. Bisnis kita dalam memasarkan produk Minyak dan Gas Bumi dan produk turunannya mengandung berbagai potensi bahaya baik terhadap pekerja, fasilitas, konsumen, lingkungan dan masyarakat.

Untuk itu, perusahaan harus selalu mengedepankan aspek keselamatan kerja, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan dalam seluruh kegiatan operasinya.

Mengingat bahwa “Safety is everybody’s responsibility”, maka seluruh jajaran direksi, manajemen dan pekerja harus memiliki komitmen untuk menciptakan dan menjaga operasi yang bebas dari kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan sehingga tercipta rasa aman dan nyaman baik bagi pekerja, pelanggan, mitra kerja, masyarakat dan stake holder lainnya.

Dalam rangka memenuhi komitmen tersebut, perusahaan menerbitkan Buku Panduan K3LL untuk dapat dijadikan nara sumber bagi seluruh pekerja di lingkungan Direktorat Pemasaran Niaga dalam melaksanakan tugasnya. Tiada artinya kesuksesan yang tinggi bila diikuti kecelakaan, baik yang menimpa mitra, pelanggan, masyarakat maupun lingkungan apalagi pekerja.

Jakarta, 10 Desember 2008 Direktur Pemasaran dan Niaga

A. Faisal

Pas Photo

4 x 6

(3)

SAMBUTAN VICE PRESIDENT LAYANAN UMUM

DIT. PEMASARAN & NIAGA

‘Safety, Health dan Environment’ atau K3LL saat ini sudah tidak lagi dipandang sebagai Cost atau beban bagi unit usaha. Aspek K3LL sudah menjadi suatu kebutuhan dan bagian dari operasi perusahaan. Karena dengan menerapkan aspek K3LL yang ‘built in’ dalam operasi, akan tercipta jaminan atau garansi kontinuitas operasi, sehingga perusahaan dapat selalu ‘exist’ dan terus bergerak maju dalam memenangkan persaingan.

Dit. Pemasaran & Niaga selaku pemasok BBM, telah beberapa kali di audit aspek pengelolaan K3LL oleh konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya peduli pada harga yang murah, namun juga mengharapkan adanya jaminan kontinuitas supply/operasi yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat risiko karena adanya pengelolaan aspek K3LL yang baik. Gangguan pada pemasok juga berarti sebagai cost bagi perusahaan.

Kita harus ingat, akibat insiden yang hanya berlangsung satu detik, bisa memusnahkan segala impian dan masa depan pekerja, rekan kerja, mitra kerja, lingkungan maupun keluarga. Aspek K3LL bukanlah tugas fungsi K3LL saja, namun merupakan tanggung jawab kita semua. “Safety is a shared responsibility”.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menaruh perhatian yang tinggi terhadap aspek K3LL dalam melaksanakan tugas dan mengejar target perusahaan. Dengan buku panduan K3LL ini diharapkan dapat membantu para pekerja dalam memberikan pemahaman aspek K3LL yang sesuai dengan bidang tugasnya, sehingga dengan berbekal pengetahuan yang lengkap pada gilirannya akan membentuk kesadaran pribadi yang kuat.

Mari kita capai Visi kita. Dengan K3LL menuju Perusahaan Kelas Dunia.

Jakarta, 9 Desember 2008 VP Layanan Umum

(4)

KATA PENGANTAR

Sudah menjadi kebijakan dan komitmen PT Pertamina untuk menjalankan operasi perusahaan dengan memenuhi standard dan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL) sehingga memberikan rasa aman baik bagi pekerja, masyarakat sekitar maupun seluruh stake holder perusahaan.

Agar kebijakan dan komitmen tersebut dapat terlaksana hingga ke lini operasi, maka perlu disediakan panduan untuk melaksanakan kaidah-kaidah K3LL agar bisa dijadikan rujukan bagi pekerja didalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.

PT. Pertamina Direktorat Pemasaran dan Niaga telah menerbitkan buku Panduan K3LL pada tahun 1993 dan telah direvisi pada tahun 2002. Namun dengan berkembangnya operasi perusahaan maupun peraturan perundangan, dalam beberapa hal sudah tidak sesuai sehingga perlu dilakukan Up Dating.

Dalam revisi kali ini, perubahan yang dilakukan antara lain adalah penggunaan istilah yang lebih familiar bukan sekedar translate bahasa, pemasukan peraturan dan kebijakan perusahaan yang baru, penggunaan kalimat yang lebih ringkas dan pemberian nomor halaman serta penjilidan dalam bentuk buku.

Bagian yang mendapatkan revisi signifikan antara lain pada :

1. Operasi LPG, dilakukan perubahan dalam pemakaian istilah menjadi yang lebih familiar bagi pekerja serta perbaikan gambar yang pada edisi terdahulu tidak jelas. 2. Pelumas dan Petrokimia dilakukan perubahan hampir menyeluruh, karena edisi yang

terdahulu sudah tidak sesuai dengan kondisi operasi sekarang.

3. Manajemen Kebakaran, dimasukkan tuntunan estimasi kebutuhan air pemadam untuk suatu Depot.

4. Segi pengetikan dan tata bahasa untuk menghindarkan salah persepsi.

Kami menyadari bahwa Buku Panduan K3LL ini bersifat dinamis dan belum maksimal dalam mempertimbangkan berbagai aspek operasional, kebijakan maupun peraturan dan perundang-undangan sehingga perlu terus disempurnakan untuk menjadi standard operasi perusahaan yang terbaik (best practice). Untuk itu apabila ada masukan perihal Buku Panduan ini agar segera disampaikan ke K3LL&M Dit. Pemasaran & Niaga, Gedung Annex lantai 7 Telp.021-3815504, Fax.021-3455344

Jakarta, 18 November 2008

Manajer K3LL & MM – Dit. Pemasaran dan Niaga.

(5)
(6)

I

Umum

1.1. Pendahuluan

I - 2

1.1.1 Latar Belakang I - 2

1.1.2 Maksud dan tujuan I - 2

1.2. Lingkup

Kegiatan

I - 3

1.2.1 Standard I - 3

1.2.2 Ruang Lingkup I - 3

1.3.

Sifat Bahaya Produk Minyak Bumi

I - 4

1.3.1 Kasifikasi Produk Minyak Bumi I - 4

1.3.2 Karakteristik Produk-Produk Minyak Bumi I - 4

1.3.3 Listrik Statis I - 7

1.3.4 Mengenal Bahaya Produk-Produk Minyak Bumi I - 8

(7)

I UMUM

1.1.0. PENDAHULUAN 1.1.1. LATAR BELAKANG

PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga mempunyai tugas dalam bidang penyediaan dan pelayanan BBM dan Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, disamping pemasaran hasil-hasil Minyak dan Gas Bumi serta produk-produk Petrokimia dan produk-produk lainnya di dalam dan luar negeri. Di dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut selalu terkait aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan adanya suatu Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan yang dapat diberlakukan di semua jajaran unit kerja Bidang Pemasaran dan Niaga PERTAMINA, sehingga dapat diharapkan adanya keseragaman dan keterpaduan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

1.1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan pedoman umum dalam hal melaksanakan kegiatan Perencanaan Fasilitas Instalasi, Kegiatan Operasi, Transportasi, Pemeliharaan dan Perluasan serta sistem Pembinaan dan Pelaporannya, dengan mendasarkan pada Safety Code, peraturan terkait serta berwawasan lingkungan.

Adapun penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan pedoman umum agar dalam melaksanakan kegiatannya mulai dari saat perencanaan, pengelolaan fasilitas, kegiatan penyediaan, penimbunan, penyaluran/penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non BBM, Fabrikasi serta sistem pengelolaannya dapat dilakukan dengan aman, seragam serta sesuai dengan peraturan yang berlaku ditinjau dad aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan. Yang dimaksud dengan produk – produk Minyak Bumu adalah sebagai berikut :

1. Produk BBM a. Premium b. Minyak Tanah c. Minyak Solar

d. Minyak Diesel (MDF) e. Minyak Bakar (MFO) 2. Produk Khusus dan Aviasi

a. Avtur b. Avigas c. Pertamax d. Pertamax Plus e. Solar Dex f. BioSolar

(8)

3. Produk Pelumas dan Grease

a. Berbagai produk pelumas mesin otomotive b. Berbagai produk pelumas Gardan

c. Berbagai produk pelumas Mesin Industri d. Gemuk Pertamina

4. Produk Gas Domestik

a. Elpiji (Liquified Petroleum Gas) b. BBG (Bahan Bakar Gas) c. Musicool

d. LGV (Liquified Gas for Vehicle) 5. Produk Petroleum lainnya

a. Methanol b. Minasol

c. Low Aromatic White Spirit (LAWS) d. Special Boiling Point (SBP) e. Special Gasoil (SGO) f. Minarex

g. Polytam (Poly Propylene Pertamina) h. Purified Terephthalic Acid (PTA) i. Parafinic 60 dan 95

j. Pertasol k. Methmix.

1.2.0. LINGKUP KEGIATAN.

1.2.1. Standard.

Standard atau Code yang digunakan di dalam Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan ini adalah:

1. IP. Marketing Safety Code. 2. IP. Refining Safety Code. 3. IP. Electrical Safety Code. 4. IP. LPG Safety Code Practice.

5. IP. Petroleum Pipe Line Safety Code. 6. National Fire Protection Association. 7. American Petroleum Institute

(9)

1.2.2. Ruang Lingkup.

PERTAMINA Bidang Pemasaran dan Niaga dalam melaksanakan tugasnya yakni mengelola BBM dan Non BBM di dalam negeri selalu mendasarkan pada safety, tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dan berwawasan lingkungan.

Sehingga di dalam Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan ini ruang lingkup kegiatan yang dibahas meliputi:

1. Operasi BBM. 2. Operasi LPG 3. Operasi Pelumas

4. Operasi Petrokimia & Aspal

1.3.0. SIFAT BAHAYA PRODUK MINYAK BUMI

1.3.1. KLASIFIKASI PRODUK – PRODUK MINYAK BUMI

Produk minyak bumi, selain LPG dikelompokkan berdasarkan flash pointnya sbb. :

Klas O Liquified Petroleum Gas (LPG)

Klas I Cairan yang memiliki flash point < 21 ºC

Klas II Cairan yang memiliki flash point dari 21ºC - 55ºC Klas III Cairan yang memiliki flash point > 55ºC s/d 100ºC

Unclassifed (Tidak diklasifikasikan) adalah cairan yang memiliki flash point > 100ºC.

Klas II dan Klas III bisa dikelompokkan sesuai dengan cara penanganannya. Klas II(1) dan III(1) adalah produk minyak bumi yang dikelola pada suhu dibawah flash pointnya, sedang Klas II(2) dan III(2) adalah produk yang dikelola pada temperatur lebih besar dari flashpoint-nya.

1.3.2. KARAKTERISTIK PRODUK-PRODUK MINYAK BUMI

1.3.2.1. Karakteristik Umum

a. Uap BBM umumnya tidak berwarna dan tidak terlihat.

b. Uap BBM berbau, tapi dari penciuman tidak bisa menjelaskan apakah kadar uap sudah masuk flammable range.

c. Sejumlah kecil uap BBM di udara bisa membentuk campuran flammable, yang dapat terbakar oleh flame, elemen panas, spark atau sumber penyalaan lain.

(10)

d. Uap BBM lebih berat dari udara. Bila ada kebocoran atau tumpahan, uap BBM akan mengalir sepanjang permukaan tanah atau melalui parit dan turun ke level yang lebih rendah. Pengenceran kadar uap BBM ini diudara mungkin berlangsung lambat.

e. Cairan BBM mengapung diatas air. Bila terjadi kebocoran atau tumpahan di area yan mengandung air, produk akan menyebar dipermukaan air. Jika produk yang bocor atau tumpah ini mencapai fasilitas drain, bisa ikut mengalir jauh hingga ke area berbahaya. Karena cairan mengapung di air, penggunaan air untuk pemadaman bisa memperluas kebakaran.

1.3.2.2. Karakteristik Racun.

a. Uap produk BBM pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan narcosis (efek bius), anasthesia dan suffokasi (mati lemas) jika konsentrasi terlalu tinggi hingga mengurangi kadar oksigen hingga dibawah 18%.

b. Sebagian besar uap produk BBM pada kadar rendah agak membius bila dihirup. Menghirup uap pada kadar tinggi hendaknya dihindari begitu juga menghirup uap pada kadar rendah dalam jangka waktu yang lama.

c. Karena sebagian besar cairan BBM dapat melarutkan lemak, kontak dengan material tersebut cenderung mengikis lapisan lemak dari kulit sehingga bisa mengakibatkan iritasi ringan. Kontak yang berkepanjangan atau berulang-ulang hendaknya dihindarkan. Bila terjadi kontak dengan kulit, bagian tubuh yang terkontaminasi agar segera dibilas dengan air dan sabun.

d. Produk BBM bisa berbahaya jika tertelan

e. Banyak produk BBM ditambah additif yang harus ditangani dengan perhatian khusus. Additif bisa berubah dari waktu ke waktu. Dalam hal adanya additif baru, sifat-sifatnya harus dipastikan (lihat MSDS) sebelum memapari orang baik cairan atau uapnya, dan instruksi kerja harus menjelaskan metoda penanganan yang benar.

1.3.2.3. Sifat Flammable

a. Produk BBM dapat terbakar. Cairannya sendiri tidak terbakar, tapi uap yang dihasilkan yang akan terbakar. Produk BBM bersifat volatil (mudah menguap) dan bercampur dengan udara. Beberapa produk seperti premium sudah menguap pada temperatur rendah, hingga minus 15ºC. Sementara yang lain seperti minyak bakar harus dipanaskan lebih dulu agar bisa terbentuk uap. b. Uap BBM agar dapat terbakar harus bercampur dengan udara pada proporsi

tertentu. Bila uap bercampur pada proporsi ini akan membentuk ’campuran flammable’, yang bisa terbakar bila ada sumber api yang akan meningkatkan temperatur campuran uap-udara hingga ignition temperatur (temperatur pembakaran). Sebagian besar uap BBM memiliki ignition temperatur antara 260ºC - 480ºC.

c. Bila persentasi uap dalam campuran dibawah 1% volume, campuran tidak akan terbakar dan hal ini disebut campuran miskin (too lean) atau dibawah

(11)

Lower Flammable limit / LFL (batas flammable terendah). Bila persentasi uap lebih besar dari 8% volume, campuran juga tidak dapat terbakar dan disebut campuran kaya (too rich) atau diatas Upper Flammable Limit/UFL (Batas flammable tertinggi)

1.3.2.4. Hazardous Atmosfir dalam ruangan.

a.

Tekanan uap produk adalah faktor penting dalam informasi suatu ’hazardous atmosfir.

i. Produk yang memiliki tekanan uap rendah pada temperatur handling ( misal : minyak tanah atau solar), akan menghasilkan atmosfir dalam ruang kosong tangki berupa campuran miskin. Akan tetapi, uap dalam ruang kosong tersebut bisa terbakar pada temperatur dibawah flash pointnya jika produk berada dalam bentuk kabut atau spray seperti yang timbul akibat pengisian yang cepat atau turbulent.

ii. Produk dengan tekanan uap tinggi (contoh : premium) bila telah mencapai keseimbangan biasanya akan membentuk campuran kaya.

iii. Produk dengan tekanan uap sedang setiap saat bisa membentuk campuran flammable dan karenanya akan terbentuk Hazardous Atmosfir dalam ruang kosong tangki selama handling. Contoh produk ini adalah Avtag (Jet B, JP4) bahan bakar aviasi. Kondis yang sama dari Hazardous Atmosfir di ruang kosong tangki dapat terbentuk pada kondisi pergantian pengisian. Lihat clausul 1.2.5. dan juga selam proses gas freeing tangki yang sebelumnya berisi produk yang memiliki tekanan uap tinggi.

b. karena itu yang paling penting adalah mengambil langkah-langkah kehati-hatian mencegah resiko terbentuknya sumber api, seperti listrik statis, selama operasi bila kondisi hazardous atmosfir ada dalam ruang kosong tangki atau bila hazardous atmosfir dapat terbentuk akibat sumber api.

1.3.2.5. Switch Loading

Hazardous atmosfir bisa ternbentuk dalam ruang kosong ketika produk yang memiliki tekanan uap rendah seperti minyak tanah, solar atau minyak bakar diisikan kedalam tangki atau mobil tangki yang sebelumnya berisi produk yang memiliki tekanan uap tinggi seperti premium. Operasi ini dikenal dengan istilah ”switch loading”. Sedapat mungkin hindari kegiatan switch loading, tapi bila tidak terhindarkan lakukan dengan sangat hati-hati dan hindarkan segala sumber api.

Bila RTW perlu diisi dengan produk yang berbeda, harus dipastikan produk sebelumnya telah didrain bersih. Ketika melakukan loading produk, yang berpotensi timbulnya hazardous atmosfir dalam ruang kosong tangki, pengisian harus mengurangi lajunya hingga pipa pengisian tertututup. Setelahnya, laju pengisian bisa ditingkatkan.

(12)

1.3.3. LISTRIK STATIS

1.3.3.1. Muatan listrik pada produk BBM

Bahaya terbesar dari listrik statik dalam operasi pemasaran meningkat ketika produk itu sendiri menjadi bermuatan.

a. Akumulasi listrik statis

i. Bahan yang mengakumulasi listrik statis disebut accumulator listrik statis. Cairan diklasifikasikan sebagai akumulator listrik statis jika laju akumulasi muatan lebih besar dari peluruhan. Lebih besar konduktifitas listrik suatu cairan lebih besar laju peluruhannya. Sebagian besar produk BBM , kecuali minyak bakar atau bitumen, merupakan akumulator listrik statis.

ii. Resiko terbesar dari kebakaran oleh listrik statis terjadi ketika pengisian produk akumulator listrik statis pada kondisi dimana terdapat campuran uap yang flammable dalam ruang kosong tangki.

b. Pembentukan listrik statis pada produk BBM.

Contoh penyebab pembentukan listrik statis dalam cairan BBM adalah :

i. Cairan mengalir lewat pipa atau saringan. Adanya impurities seperti titik air atau partikel karat meningkatkan pembentukan listrik statis.

ii. Kegiatan settling titik-titik air atau partikel padat dalam tangki yang mengandung cairan BBM.

iii. Pembentukan gelembung gas atau udara melalui produk BBM.

c. Efek flow rate

Flow rate lebih cepat, bisa memperbesar pembentukan listrik statis. Flow rate yang lebih rendah tidak hanya mengurangi pembentukan muatan tapi memberikan waktu lebih lama agar muatan listrik pada cairan meluruh ke bumi, suatu proses yang disebut relaksasi.

1.3.3.2. Pembentukan listrik statis pada Manusia.

Listrik statis bisa terbentuk pada tubuh manusia, khususnya jika menggunakan baju yang terbuat dari bahan syntetis, yang memiliki konduktivitas lebih rendah dari bahan natural (katun). Effek ini lebih besar dalam kondisi kering. Jika seseorang menggunakan sepatu yang konduktif dan tidak berdiri pada permukaan terisolasi, muatan listrik akan meluruh perlahan ke bumi. Akan tetapi, muatan listrik ini dapat menyebabkan spark ketika baju dilepas, karena itu hendaknya jangan dilakukan dalam ruang ’hazardous atmosphire’.

(13)

1.3.3.3. Pembentukan listrik statis oleh aliran jet.

Listrik statis bisa terbentuk oleh aliran jet dari gas, udara bertekanan atau uap., jika gas atau uap tersebut mengandung cairan atau partikel padat. Karena itu sangat penting untuk menjaga timbulnya pembakaran campuran flammable selama kegiatan gas-freeing atau tank cleaning, bila jet tersebut akan digunakan dengan cara mem-bonding nozzle ke tangki dan ke tanah.

Karena aliran fluida dalam pipa membentuk listrik statis, semua pipa service baik untuk udara, air atau steam, nozzle untuk air, air arau steam, jalur pipa dab selang yang dipakai untuk memindahkan produk harus dihubungkan ke tangki dan tanah (grounding).

1.3.4. MENGENAL BAHAYA PRODUK-PRODUK MINYAK BUMI

1.3.4.1. Bahan Bakar Minyak (BBM).

Penanganan produk-produk BBM memerlukan perhatian yang serius terhadap kemungkinan teijadinya api, kebakaran dan ledakan karena produk-produk ini merupakan bahan yang mudah menyala/terbakar.

Uap bahan bakar minyak yang tercampur dengan udara pada konsentrasi tertentu dapat terbakar dengan adanya sumber penyalaan (bunga api/lidah api), tetapi campuran uap bahan bakar dan udara itupun bisa terbakar dengan sendirinya tanpa adanya sumber penyalaan, pada tekanan dan temperatur tertentu.

Campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar dengan memberikan suatu sumber penyalaan, jika kandungan uap bahan bakar dalam udara tersebut berada diantara batas daerah dapat terbakar bawah dan batas daerah dapat terbakar atas atau Lower Flammable Limit (LFL) dan Upper Flammable Limit (UFL).

Batas daerah dapat terbakar (Flammable Limit) dari beberapa senyawa hidrokarbon dan beberapa produk minyak bumi dapat dilihat pada Tabel 1.1.

PersoniI yang berkecimpung dalam penanganan BBM harus mengetahui Flammable Limit dari produk BBM yang dikelola, sehingga dapat segera melakukan tindakan pencegahan, agar produk-produk yang ditanganinya tidak menimbulkan bahaya kebakaran, misalnya dengan mempertahankan agar campuran uap bahan bakar dan udara dijaga berada dibawah lower flammable limit atau diatas upper flammable limit.

Campuran uap bahan bakar dan udara yang berada dibawah lower flammable limit dijamin tidak akan menimbulkan bahaya kebakaran, tetapi untuk campuran yang berada diatas upper flammable limit harus mendapatkan perhatian yang serius.

(14)

Tabel 1.1 Batas Daerah Dapat Terbakar Dari Beberapa Senyawa Hidrokarbon Flammable Limits Percent Vol/Vol Senyawa Lower Upper Methana CH4 5,3 14,0 Ethana C2H6 3,0 12,5 Propana C3H8 2,2 9,5 Benzena C6H6 1,6 8,0 Butana C4H10 1,9 8,5 Toluena C6H5CH3 1,3 7,0 Pentana C5H12 1,5 7,8 Hexana C6H14 1,2 7,5 Heptana C7H16 1,2 6,7 Crude Oil - 1,0 10,0 Gasoline - 1,4 7,6 Naptha - 0,8 5,0 Kerosine - 0,7 5,0 Avtur - 1,6 6,0

Sumber : The Storage and Handling of Petroleum Liquid, JohnR.Hughes.Person

Campuran uap bahan bakar dan udara diatas upper flammable limit (UFL) memang tidak bisa terbakar, tetapi jika kita menangani campuran ini kita harus mempertimbangkan kemungkinan adanya udara disekitarnya yang mungkin terdifusi kedalam campuran tadi sehingga campuran itu dapat berubah menjadi campuran dibawah upper flammable limit.

Jika hal ini terjadi maka campuran tersebut akan menjadi campuran yang bisa terbakar.

Uap bahan bakar yang mempunyai daerah (range) flammable limit (selisih upper limit dengan lower limit) yang lebar atau besar, lebih berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran dari pada uap bahan bakar yang mempunyai range flammable limit sempit atau kecil, karena untuk bahan yang mempunyai range flammable limit lebar kebakaran bisa terjadi pada range komposisi bahan bakar dan udara yang lebar. Jika range flammable limitnya sempit maka pengendalian agar komposisi bahan bakar dan udara diluar range flammable limit akan lebih mudah. Range flammable limit bisa dipersempit dengan menambahkan "inert gas" kedalam campuran uap bahan bakar dan udara. Oleh karena itu tindakan purging dengan menggunakan inert gas kedalam tangki timbun, selain bertujuan agar komposisi uap bahan bakar diluar range flammable limit juga agar range flammable limit menjadi lebih sempit.

(15)

Penanganan bahan bakar pada temperatur yang tinggi juga harus mendapatkan perhatian yang serius, karena range flammable limit akan menjadi makin lebar dengan kenaikan suhu. Sifat mudah terbakarnya suatu cairan/minyak biasanya dinyatakan dengan flash point.

Cairan/minyak yang mempunyai flash point lebih rendah dari 0°C (32°F) sering disebut flammable liquid. Bahan bakar dengan flash point yang tinggi untuk bisa terbakar harus dipanaskan terlebih dahulu hingga terbentuk gas yang cukup dalam campurannya dengan oksigen.

Titik nyala (Flash Point) dari produk BBM juga harus diketahui oleh petugas yang menangani BBM tersebut, agar selalu menjaga kondisi penanganan yang aman. Dengan mengetahui nilai flash point tersebut, petugas bisa mengetahui pada temperatur berapa uap yang ditimbulkan oleh BBM cair tersebut bisa menyala, sehingga jika disekitar daerah operasi terdapat sumber penyalaan (source of ignition) maka pengawasan harus lebih diperketat.

Tabel 1.2 Spontaneous Ignition dari beberapa Senyawa Hidrokarbon

Hydro Carbon Spontaneuous Temperature Ignition (ºC) Methana ( CH4 ) 536 Ethana (C2H6) 514 Propana (C3H6) 466 Butana (C4H10) 406 Pentana (C5H12) 309 Hexana (C6H14) 234 Heptana (C7H16) 223 Oktana (C8H18) 220 Nonana (C9H20) 206 Benzene (C6H6 ) 580

High Seed Diesel 338

Medium Diesel Oil 338

Fuel Oil 225-410

Avigas 429

Premium /Mogas 280

Minyak Tanah / Kerosine 250

Avtur 254

Pelumas 250 -415

Wax 245

Dari tabel 1.2. dapat dilihat, makin panjang rantai karbon makin rendah temperatur penyalaannya (Spontaneous Ignition Temperature).

(16)

Pada waktu kita melakukan pengelasan (pada saat perbaikan) pada pipa-pipa penyalur BBM, kita juga harus hati-hati, karena kemungkinan adanya sisa-sisa cairan atau uap BBM dalam pipa yang dapat menimbulkan kebakaran sewaktu pengelasan.

Pada temperatur tertentu BBM bisa terbakar dengan sendirinya tanpa adanya sumber api (source of ignition), apabila dikabutkan dan dikenakan pada permukaan material yang panas seperti steam pipe, knalpot dll.

Temperatur penyalaan secara penyalaan sendiri dari senyawa hidrokarbon dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Jadi produk-produk seperti fuel oil, pelumas dan solar dapat diperkirakan mempunyai temperatur penyalaan yang rendah karena rantai karbonnya panjang, maka penanganan produkproduk ini perlu mendapatkan perhatian yang serius.

1.3.4.2. LPG dan Produk Khusus

a. Elpiji.

Elpiji adalah suatu produk yang dipasarkan oleh Pertamina yang merupakan merk dagang dari Liquified Petroleum Gases (LPG). Komponen utama dari elpiji adalah Propana (C3H8) dan Butana (C4H10).

Disamping itu elpiji juga mengandung senyawa hidrokarbon lain dalam jumlah kecil, misalnya Etana (C2H6) dan Pentana (C5H12).

Sumber elpiji dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yakni Natural Gas (Gas Bumi) dan Refinery Gas (Gas hasil Kilang). Gas Bumi merupakan campuran senyawa-senyawa hidrokarbon ringan dan senyawa ikutan yang lain, misalnya karbon dioksida, hidrogen sulfida, uap air dan lain sebagainya. Sedangkan gas hasil kilang sebagian besar hanya terdiri atas senyawa hidrokarbon ringan.

Didalam kondisi atmosferis elpiji berupa gas, dan dapat dicairkan pada tekanan diatas 5 kg/cm². Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dari pada dalam bentuk gas, untuk berat yang sama. Oleh sebab itu umumnya elpiji dipasarkan dalam bentuk cair.

Elpiji merupakan bahan bakar alternatif disamping bahan bakar minyak (BBM), dipakai untuk keperluan rumah tangga, industri maupun untuk keperluan khusus lainnya.

Menurut spesifikasinya elpiji dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu Elpiji campuran, Elpiji Propana dan Elpiji Butana.

Spesifikasi elpiji tersebut tercantum pada Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Elpiji yang dipasarkan oleh Pertamina adalah elpiji campuran.

Dengan pertimbangan keamanan di dalam pemakaiannya, elpiji diberi zat pembau, sedangkan untuk keperluan khusus juga dipasarkan elpiji yang tidak berbau. Elpiji ini bersifat sangat mudah menguap dan mudah terbakar.

(17)

Disamping digunakan sebgai bahan bakar, LPG juga bisa digunakan untuk refrigerant, untuk menggantikan fungsi freon yang saat ini mulai dibatasi produksi dan penjualannya.. Produk Refrigerant Musicool yang dipasarkan oleh Pertamina dibuat dari campuran propana dan butana dengan komposisi tertentu, disesuaikan peruntukannya.

b. Polypropylene Pertamina (Polytam).

Polytam berbentuk butiran, yang dihasilkan dari proses polimerisasi propylen.

Polytam ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan karung plastik dan tali rafia.

Karena bersifat sebagai plastik maka produk polytam ini tahan cuaca dan tidak mudah rusak oleh suhu tinggi, bahan kimia (asam, basa dan garam).

c. Purified Terephthalic Acid (PTA).

PTA yang berbentuk powder ini mempunyai rumus kimia C6H4(C00H)2.

PTA dibuat dari bahan baku Paraxylene, dan saat ini digunakan untuk bahan baku untuk pembuatan serat polyester sebagai bahan baku sandang.

PTA dikemas didalam kantong (bag) yang beratnya masingmasing 1 ton, dan setiap 20 ton dimasukkan di dalam satu kontainer.

d. Petroleum Coke.

Petroleum Coke (Coke) berupa zat padat yang hampir seluruhnya terdiri atas kristal-kristal Karbon (C). yang berbentuk amourphous

sampai graphite dengan Carbon Hydrogen Ratio antara 18 sampai 1000.

Ada 2 (dua) macam Coke yaitu Green Coke dan Calcined Coke. Green Coke adalah coke yang dihasilkan oleh proses pengolahan residu dengan pemanasan pada suhu tinggi dan waktu yang lama di dalam. Delayed Coker Unit, sedangkan Calcined Coke adalah coke yang dihasilkan dari pengolahan lanjut Green Coke di dalam unit Kalsinasi yang disebut Calciner.

Perbedaan utama antara Green Coke dan Calcined Coke secara visual adalah dapat dilihat dari warna Green Coke yang hitam berkilat agak basah, sedangkan Calcined Coke berwarna hitam agak kelabu dan kering.

Green Coke mengandung Karbon antara 85-90% dan Calcined Coke mengandung karbon 95-99% berat.

Green Coke digunakan sebagai bahan baku pembuatan Calcined Coke, bahan bakar padat (solid fuel) pada industri peleburan baja, industri logam, peleburan timah di Pulau Bangka dan sebagainya. Calcined

(18)

Coke digunakan untuk Industri Peleburan Aluminium (PT Inalum), Industri Logam, Industri Calcium Carbida (CaC2), Industri Graphite Electroda, Carbon sebagai unsur pengisi pada industri baja.

e. Methanol.

Methanol disebut juga Metil Alkohol (CH3OH), Carbinol atau Wood

Alcohol dibuat dari gas alam dengan dasar proses steam reforming. Metanol ini.adalah berupa zat cair yang tidak berwarna, berbau pedas, mudah terbakar, mudah larut di dalam air. Metanol ini adalah bahan baku yang diperlukan pada industri kayu lapis, plastik, farmasi dan sebagai bahan bakar campuran bensin.

f. Solvent (LAWS, SBP, SGO).

Jenis solven Low Aromatic White Spirit (LAWS), Special Boiling Point (SBP) dan Special Gasoil (SGO) ini dihasilkan dari proses distilasi minyak bumi. Produk ini digunakan di dalam industri.

Bahan ini berupa cairan tidak berwarna dan mudah terbakar. LAWS banyak digunakan di dalam industri cat (sebagai pelarut) dan sebagai pengencer (thinner), industri pestisida sebagai pelarut dalam pembuatan pestisida (pembunuh hama), industri pupuk seperti PUSRI untuk pencucian peralatan dan sebagainya.

SBP banyak dipakai oleh industri ban (digunakan di dalam proses pembuatan ban), industri lem (digunakan untuk bahan pembuatan lem). SGO digunakan pada pabrik obat misalnya, bahan ekstraksi Kina.

g. Minarex

Minarex adalah ekstrak produk hasil samping Lube Oil Plant yang dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu Minarex A, B, C dan D. Minarex ini berupa cairan yang relatif tidak mudah menguap dan mempunyai flash point cukup tinggi (435°F). Penggunaan Minarex ini tergantung pada jenisnya masing-masing.

• Minarex A

Dapat digunakan sebagai bahan pencampur bersama plasticizer (pelumas) pada proses pembuatan produk-produk PVC dan kulit imitasi.

• Minarex B

Pada umumnya digunakan pada industri produk yang terbuat dari karet yang berwarna gelap, misalnya industri ban, belt conveyor dan dapat digunakan pada industri tinta cetak yang berwarna hitam. • Minarex C dsn D

Dapat digunakan di dalam industri tinta cetak yang memproduksi warna-warna terang.

(19)

h. Parafinic 60 dan 95.

Produk ini digunakan sebagai oil yang bermutu tinggi, khusus dibuat untuk industri barang-barang karet seperti ban kendaraan bermotor, tali kipas, suku cadang karet kendaraan, karet sintetis dan base oil untuk printing ink.

Parafinic 60 dan 95 ini berupa cairan yang berwarna agak gelap, dan mempunyai flash point relatif tinggi (204°F). Disimpan di dalam tangki timbun atau drum.

i. Minasol.

Minasol adalah merupakan produk samping yang berupa kondensat dari produk utama LPG. Minasol ini adalah berupa cairan tidak berwarna dan mudah menguap serta mudah terbakar.

J. Bahan Kimia Pertanian.

Bahan kimia pertanian ini berbentuk cairan, mudah menguap dan beracun serta mudah terbakar. Kegunaan pada umumnya adalah sebagai pestisida yaitu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama atau penyakit tanaman misalnya fungisida, herbisida, insectisida dan sebagainya. Produk ini dikemas di dalam kemasan drum dan plastik dalam berbagai ukuran.

1.4.0. DEFINISI/BATASAN.

Dalam rangka menyamakan pengertian dalam kegiatan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) maka, digunakan terminology sebagai berikut:

A

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR):

Suatu alat pemadam api / kebakaran yang beratnya tidak lebih dari 16 kg (35 Ibs), dapat berdiri sendiri (tanpa harus ditunjang dengan peralatan lain), dapat dipindah-pindahkan dari suatu tempat ketempat yang lain dan dapat digunakan/dioperasikan oleh satu orang.

Media pemadam yang digunakan dapat berupa air, busa kimia (chemical foam), tepung kimia kering (dry chemical powder), gas inert (nitrogen/karbon dioksida) atau cairan yang mudah menguap (halon).

(20)

ALAT PERNAFASAN DEBU (DUST RESPIRATOR):

Masker yang dapat menutupi seluruh muka atau mulut dan lubang hidung dan dilengkapi dengan alat penyaring udara guna menghilangkan debu dan partikelpartikel secara efisien.

ALAT PERNAFASAN KANISTER (CANISTER RESPIRATOR):

Alat yang digunakan untuk menjamin bahwa pemakainya memperoleh hawa yang dimurnikan melalui masker atau penutup mulut dengan menghilangkan gas dan uap yang berbahaya dari persediaan udara. Alat ini tidak cocok untuk udara dengan kadar oksigen rendah atau udara yang mengandung gas atau uap beracun dengan konsentrasi yang besar.

APMS (AGEN PREMIUM DAN MINYAK SOLAR):

Adalah Agen Premium dan Minyak Solar, dimana biaya pengiriman (angkutan) BBM ke lokasi agen ditanggung sendiri oleh agen yang bersangkutan, sedang harga penjualan BBM sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah (Gubernur atau Bupati) setempat.

ALAT UNTUK BERNAFAS (BREATHING APPARATUS):

Alat yang menjamin agar pemakainya mendapatkan udara murni (bersih) terus menerus dari sebuah tabung dan dialirkan melalui slang ke masker, topi, helm atau penutup mulut.

B

BACK LOADING:

Pemuatan elpiji/BBM dari suatu Peralatan/Pembungkus/Instalasi/ Elpiji Filling Plant untuk dikirim ke Pelabuhan penerima/Instalasi.

BEBAS GAS (GAS FREE):

Suatu bejana (Vessel), tabung (Container) atau daerah dianggap bebas gas, apabila konsentrasi gas-gas yang mudah menyala atau beracun didalamnya berada didalam batas-batas aman yang telah ditentukan bagi orang yang memasukinya.

BOOSTER STATION:

Adalah lokasi dimana tersedia fasilitas untuk meningkatkan tekanan pemompaan produk (tekanan pompa) dalam suatu sistem pemompaan melalui jalur pipa.

BESI PIROFORIK (PYROPHORIC IRON OXIDE):

Besi dengan komposisi dalam bentuk yang sangat mudah teroksidasi jika berada di udara terbuka, sehingga dapat memijar, bahan ini terdiri dari logam yang terurai tetapi biasanya terbentuk ferrous sulfide dengan adanya merkaptan atau hidrogen sulfida.

BOTTOM LOADING:

Pengisian/pemuatan elpiji/BBM dari bagian bawah tangki penerima muatan yang berhubungan sehingga ujung slang dan pipa pengisian terendam didalam cairan elpiji/BBM yang berada didalam tangki penerima muatan.

(21)

BOUNDING CABLE

Kabel (kawat) tembaga yang menghubungkan tangki/ bejana yang sedang diisi elpiji/BBM dengan alat pengisi untuk menghilangkan beda potensial yang terjadi sebagai akibat terbentuknya listrik statis selama berlangsungnya pengisian elpiji/BBM.

BULK ELPIJI

Elpiji dalam bentuk curah.

C

CAP PROTECTOR:

Tutup pelindung katup pada tabung elpiji untuk kemasan 50 kg (108 It WC) dari kemungkinan bahaya benturan.

CHECK SCALE:

Timbangan akhir yang digunakan untuk mengecek kebenaran dari pengisian tabungtabung tersebut setelah tabung keluar dari tempat pengisian.

COMPRESSED NATURAL GAS:

Gas alam bertekanan (GAT - Gas Alam Tekan) dengan gas Methan (CH4) yang

dominan.

CONTAINER:

Wadah/kemasan, baik yang berupa tangki penyimpan atau pengangkut produk dalam bentuk curah (Bulk) maupun bejana yang lebih kecil yaitu berupa tabung, kaleng, can dan sebagainya.

CONVENTIONAL BUOY MOORING (CBM):

Fasilitas penambatan kapal di lepas pantai di tengah laut, dimana kapal ditambatkan pada beberapa Mooring Buoy, tergantung dari ukuran kapal (4,6 atau 8 Mooring Buoy).

CONVEYOR:

Sarana berupa bantalan roll/ban berjalan yang terpasang tetap dan dapat berputar sejajar permukaan lantai yang berfungsi memindahkan tabung dari satu tempat ketempat lain tanpa harus diangkut untuk tabung kosong maupun tabung isi.

D

DAERAH

Yaitu daerah dimana kondisi udaranya tidak tercampur gas/uap bahan bakar yang mudah terbakar.

(22)

DAERAH BERBAHAYA (DANGEROUS AREA):

Suatu daerah dimana terdapat atau mungkin dalam keadaan bahaya. Daerah keadaan bahaya digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:

Divisi 0 (nol) : Daerah dimana terdapat udara berbahaya secara terus menerus.

Divisi 1 (satu) : Daerah yang terdapat udara berbahaya yang mungkin timbul pada waktu keadaan pekerjaan berjalan normal. Divisi 2 (dua) : Daerah yang terdapat udara berbahaya yang mungkin

timbul dalam keadaan tertentu.

DAERAH TANGGUL PENAHAN (BUNDED AREA)

Daerah yang dibatasi oleh relief tanah secara alamiah (natural) atau oleh tanggul penahan yang direncanakan/dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menahan / menampung tumpahan-tumpahan minyak.

DEALER

Penyalur BBM/Non BBM ke pihak konsumen.

DEPOT PENGISIAN PESAWAT UDARA (DPPU):

Adalah tempaf penimbunan khusus untuk Bahan Bakar Penerbangan yang pembekalannya dilaksanakan menggunakan sarana angkutan darat dan atau sarana angkutan air dari Instalasi/Seafed Depot/Kilang Dalam Negeri/Import dan menyerahkannya langsung kepada konsumen pesawat udara.

E

EARTHED EQUIPMENT:

Alat yang dihubungkan ke tanah dengan memakai kabel khusus untuk menyalurkan adanya listrik statis, petir dan imbas arus listrik lainnya ke pentanahan.

ELPIJI:

Merk dagang dari Liquified Petroleum Gases yang merupakan campuran Butana dan Propana.

ELPIJI FILLING HEAD:

Ujung pipa akhir dimana terdapat kerangan dan atau slang, nozzle untuk penyaluran elpiji kepada konsumen di Instalasi pengisian elpiji.

ELPIJI FILLING HOSE:

Slang penyaluran elpiji di Instalasi pengisian elpiji.

ELPIJI FILLING MACHINE:

Merupakan suatu unit pengisian tabung - tabung ELPJI yang terdiri dari :

1. Timbangan.

2. Kerangan dan nozzle pengisi tabung.

(23)

ELPIJI FILLING PLANT:

Instalasi pengisian elpiji dalam bentuk tabung ataupun skid tank.

ELPIJI LOADING PACKAGE:

Merupakan suatu unit pompa (kompresor) yang dipakai untuk mentransfer elpiji kedalam container.

E L P I J I U N L O A D I N G P A C K A G E

Merupakan suatu unit pompa (kompresor) yang berhubungan langsung dengan tanki (Storage Tank) yang digunakan untuk memindahkan elpiji dari Tank Car ke storage tank atau sebaliknya.

EMERGENCY SHUT-OFF VALVE

Katup pengaman dalam keadaan darurat yang dapat ditutup penuh dengan kurang dari satu putaran secara cepat.

EVAQUATION PUMP

Jenis pompa yang dipakai untuk mengeluarkan sisa elpiji yang didapat didalam tangki dan container/tabung kemasan elpiji.

EXPLOSI METER atau COMBUSTIBLE GAS INDICATOR

Alat untuk mengukur konsentrasi kandungan gas di udara yang mudah menyala / terbakar.

F

FILLING NOZZLE:

Ujung pipa dan atau selang penyalur produk cair yang terdapat peralatan kerangan, kopling di Instalasi pengisian.

FIRE RESISTANCE RATING (FRR):

Waktu minimum yang diperlukan sebagai penahan menjalarnya kebakaran.

FIXED MOORING BERTH:

Fixed Mooring Berth adalah tempat sandar kapal yang terdiri dari Dolphin untuk penambatan tanker dan suatu Yetty head untuk penempatan hose equipment dan manifold yang menghubungkan pipe line system.

FLAMMABLE:

Setiap zat cair, gas atau uap yang mudah dinyalakan/mudah terbakar.

FLAMMABLE GAS:

Tanda peringatan (sticker plakad) tentang Bahan Bakar Gas yang mudah terbakar dan terpasang pada dinding tangki skid tank dan RTW.

(24)

FLAME PROOF ATAU EXPLOSION PROOF

Flame proof atau Explosion proof dalam hubungan dengan alat-alat listrik berarti konstruksi alat-alat tersebut dapat menahan tanpa ada kerusakan pada setiap timbul ledakan dari gas atau uap tertentu yang mudah menyala atau ledakan yang mungkin terjadi di dalam selubung itu pada saat operasi.

Hal ini berkaitan dengan perkiraan kekuatan konstruksi alat-alat listrik termaksud jika terjadi kelebihan-kelebihan beban, serta mencegah menjalarnya nyala api yang dapat membakar gas atau uap tertentu yang mudah menyala, yang mungkin berada disekitarnya terpasang di bawah tanah (under ground tank).

FLEXIBLE PIPE:

Pipa lentur yang dapat mengikuti perubahan kedudukan tangki timbun dengan jalur pipa dan atau meredam getaran dari suatu peralatan dengan peralatan lainnya.

FOOT RING:

Bagian bawah dari tabung elpiji yang berfungsi sebagai alat penyangga tabung.

FORKLIFT:

Alat/kendaraan pengangkat container/kemasan pallet elpiji/BBM/Pelumas dari kendaraan ke tempat penimbunan dan sebaliknya.

G

GAS CYLINDER TRUCK SYSTEM (TRAVASI SYSTEM):

Sejumlah cylinder atau tangki yang terpasang tetap di atas truck untuk angkutan GAT ke stasiun pengisian. Travasi truck dapat mengangkut 2.500 m3 GAT, disesuaikan dengan kemampuan jalan.

GAS PURGING VALVE/ VENT NOZZLE:

Kerangan untuk mengosongkan sisa gas didalam storage tank pada waktu tank cleaning. Dapat juga untuk membuang O2 yang ada didalam storage

tank pada waktu pengisian N2.

GAS STORAGE UNIT:

Sekelompok cylinder gas dengan ukuran 5,5 x 1,1 x 1,6 meter dalam, kotak yang botolnya berdiri tegak atau 5,5 x 2,0 x 1,6 meter dalam kotak dengan botolnya disusun mendatar/horizontal.

GROUNDING CABLE:

Kabel tembaga yang menghubungkan dinding tangki dengan plat logam tembaga dibawah tanah untuk menyalurkan muatan listrik statis yang terjadi pada tangki.

(25)

H

HAMMER TEST:

Pengujian dengan menggunakan alat pemukul (hammer) untuk mendapatkan petunjuk perkiraan tentang terjadinya kelainan/ keretakan/ kerusakan pada dinding bejana tekan.

HAND GUARD:

Bagian atas tabung elpiji yang berfungsi sebagai alat pelindung valve dan untuk mengangkat elpiji.

HYDROSTATIC TEST:

Pengujlan terhadap bejana tekan dengan jalan memasukkan air bertekanan kedalamnya.

Pengujian ini dapat dimaksudkan sebagai uji kekedapan atau uji kekuatan bahan dinding bejana.

INLAND DEPOT:

Tempat penerimaan penimbunan dan penyaluran BBM yang pembekalannya dilaksanakan dengan sarana angkutan darat/sungal seperti : mobil tangki, RTW dan jalur pipa.

INSTALASI:

Adalah Seafed Depot dalam skala besar antara lain terdapat di Labuhan Deli, Instalasi Tanjung Priok, Instalasi Pengapon, Instalasi Surabaya Group, Instalasi Ujung Pandang.

INTERTANK TRANSFER:

Pemindahan BBM/elpiji dari suatu tangki timbun ke tangki timbun lain yang dilakukan untuk keperluan operasional bila terjadi kondisi darurat maupun operasi biasa.

IJIN (PERMIT):

Suatu surat yang dikeluarkan oleh pejabat bidang operasi yang berwenang untuk suatu pekerjaan didalam daerah-daerah berbahaya/terbatas.

J

JOBBER:

Adalah Seafed Depot yang pemilikan assets dan pengoperasiannya dilaksanakan oleh pihak swasta.

K

KERANGAN DARURAT (EMERGENCY SHUT OFF VALVE):

Kerangan/katub yang secara otomatis dapat terbuka maupun tertutup yang bekerja dengan sistem hidrolis, pneumatis dan kabel yang dapat

(26)

dioperasikan jarak jauh dari sumber bahaya. Sebagai contoh, disetiap tangki dipasang 2 buah.

1. Satu buah dipasang di pipa inlet. 2. Satu buah dipasang di pipa oulet.

Juga terpasang pada sistem pipa saluran pengisian.

KONSENTRASI YANG DIIJINKAN (PERMISIBLE CONCENTRATION):

Konsentrasi yang diperbolehkan (MAC = Maximum Allowable Concentration). Bagi suatu kandungan gas tertentu diudara yang dapat dihirup oleh manusia dalam waktu lama, yaitu 8 jam atau lebih tanpa menyebabkan sakit atau rasa tidak enak.

KONSINYASI:

Pengiriman BBM/Non BBM dari suatu Instalasi/Depot PDN ke Instalasi/Depot lainnya dilingkungan PERTAMINA dalam rangka memenuhi stock lokasi/daerah.

L

LOADING PORT:

Lokasi tempat berlangsungnya kegiatan pemuatan BBM/ elpiji/Non BBM.

M

MAN HOLE (LUBANG LALU ORANG):

Suatu lubang yang disediakan untuk lalu orang masuk kedalam tangki timbun pada waktu diadakan pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan.

MANIFOLD:

Satu atau lebih pipa utama dengan sambungan-sambungan cabang serta kumpulan kerangan-kerangan yang dipergunakan untuk mengumpulkan atau mendistribusikan bahan cairan atau gas (zat alir) yang diatur melewati pipa-pipa, pompa-pompa atau bejana-bejana dari suatu tempat ketempat lain.

MANOMETER TEKANAN (PRESSURE GAUGE):

Alat pengukur tekanan; sebagai contoh pada tangki timbun elpiji alat ini ada dua buah dipasang pada bagian atas dan bawah tangki elpiji, dimana bagian atas untuk mengetahui tekanan uap gas, bagian bawah untuk mengetahui tekanan cairan.

MOBILE PLANT ATAU EQUIPMENT

Mesin atau peralatan yang dinaikkan diatas roda-rodanya sendiri, untuk berpindah-pindah atau mudah dipindahkan.

(27)

MUDAH MENYALA (FLAMMABLE):

Merupakan sifat setiap zat cair, gas atau uap yang dapat mudah dinyalakan. Penambahan awalan "non" pada kata "flammable" menunjukkan bahwa zat-zat tersebut tidak mudah menyala. Akan tetapi belum tentu berarti bahwa zat-zat tersebut tidak dapat terbakar (Non Combustible).

N

NAKED LIGHT (API TERBUKA):

Api terbuka yang berasal dari alat-alat pemanas dan lampu yang mengeluarkan nyala api / bara, seperti alat pengelas, alat-alat portable yang digerakkan / dioperasikan dengan tangan atau motor penggerak yang dapat menimbulkan bara api dll.

O

OIL INTERCEPTOR (JEBAKAN MINYAK):

Suatu peralatan yang penempatannya dalam suatu sistem drainage dan disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran air lewat, tetapi dapat menahan setiap bahan minyak yang terdapat didalamnya.

P

PEJABAT YANG BERWENANG (COMPETENT PERSON):

Orang yang memiliki kepandaian yang diperlukan pada suatu proses tertentu atau jenis mesin dan perlengkapan sehingga orang tersebut mampu untuk mengerjakan pekerjaan yang bersangkutan dan atau yang sudah diberi wewenang untuk melaksanakan pekerjaan termaksud.

PENAHAN NYALA API (FLAME ARRESTER):

Alat untuk membatasi menjalarnya nyala api masuk kedalam atau keluar dari suatu alat, peralatan atau tempat tertentu.

PENGGOLONGAN MINYAK BUMI DAN HASIL-HASILNYA:

Penggolongan dari minyak bumi dan hasil-hasilnya menurut flash pointnya, yaitu :

1. Penggolongan menurut NFPA-30 tahun 1984.

a. Kelas IA : Yang mempunyai flash point dibawah 73°F (22,8°C) dan yang mempunyai boiling point pada atau dibawah 100°F (37,8°C).

IB : Yang mempunyai flash point dibawah 73°F (22,8°C) dan yang mempunyai boiling point pada atau diatas 100°F (37,8°C).

(28)

IC : Yang mempunyai flash point pada atau diatas 73°F (22,8°C) dan dibawah 100°F (37,8°C).

Minyak kelas I ini digolongkan kedalam "Flammable liquid".

b. Kelas II : Yang mempunyai flash point tertutup antara 100°F (37,8°C) sampai dengan 140°F (60°C).

c. Kelas III : Yang mempunyai flash point diatas 140°F.

IIIA : Yang mempunyai flash point terhitung antara 140°F (60°C) sampai dengan 200°F (93°C).

IIIB : Yang mempunyal flash point pada atau diatas 200°F (93°C).

Sedang kelas II & III ini termasuk "Combustible liquid" (cairan yang dapat terbakar).

2. Penggolongan menurut IP marketing Safety Code 1978.

Kelas 0 Liquified Petroleum Gases (LPG).

Kelas I Cairan yang mempunyai flash point dibawah 21°C.

Kelas ll Cairan yang mempunyal Flash Point 21 C sampai dengan 55°C.

Kelas III Cairan yang mempunyai Flash Point diatas 55°C sampal dengan 100°C.

Bila Flash Point diatas 100°C, tak diklasifikasikan atau tanpa kelas.

Dilihat dari operasinya, bilamana dikelola pada suhu dibawah Flash Point maka diberi tanda (1), misainya II (1) atau III(1) tetapi bila dikelola (handling) diatas suhu flash pointnya maka diberi tanda (2), misainya II (2), III (2).

PENGHENTI API :

Penghalang-penghalang yang dikonstruksi secara menyilang pada lubang-lubang penempatan saluran-saluran buangan air limbah dengan pipa sebagai pencegahan menjalarnya api.

PENGHUBUNG PENTANAHAN ATAU DIBUMIKAN (EARTHING CONNECTION):

Penghubung terminal dari bahan logam pada suatu konstruksi dan atau dengan elektroda pentanahan untuk menjamin peralatan konstruksi bangunan dan atau peralatan itu tetap atau terhubung dengan tegangan bumi (earth potential).

PERALATAN LISTRIK DENGAN SELUBUNG YANG TAHAN API/LEDAKAN (FLAME PROOF ENDOSURE) :

Suatu selubung dengan peralatan listrik tahan cacat terhadap adanya ledakan didalamnya, pada keadaan operasi yang sesuai dengan batas kemampuan peralatan listrik tersebut, disamping selubung tersebut harus

(29)

mampu mencegah menjalarnya api dari dalam selubung keluar ke lingkungannya.

PERALATAN LISTRIK YANG ”INTRINSICALLY SAFE” :

Peralatan listrik yang cara pembuatannya sedemikian rupa sehingga bila dipasang pada lokasi Area berbahaya karena potensi ada gas/uap yang mudah terbakar dan bila dipasang sesuai dengan petunjuk, tidak akan mengeluarkan bunga api kecuali pada saat terjadi gangguan.

PERALATAN LISTRIK YANG SUDAH DIPERIKSA (APPROVED APPARATUS):

Peralatan-peralatan lain timbul tidak termasuk kedua jenis diatas, akan tetapi sudah diperiksa sesuai dan memenuhi syarat untuk digunakan pada suatu lokasi/tempat oleh yang berwenang.

PERANGKAP GAS (GAS TRAP):

Suatu ruangan di dalam sistem drainage yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memungkinkan bahan cair lewat tetapi menahan dari produk-produk yang berupa gas.

PSPD (PREMIUM SOLAR PACKED DEALER):

Lembaga penyalur yang ditunjuk Pertamina, yang bertugas melayani kebutuhan Premium dan Minyak Solar kendaraan bermotor bagi daerah-daerah yang belum memungkinkan untuk dibangun SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum) dengan harga jual PERTAMINA.

PRODUK YANG MENGANDUNG TIMBAL (LEADED PRODUCT):

Produk yang telah dibubuhi dengan senyawa kimia yang mengadung timbal, misalnya TEL dan TML.

Q

R

RTW:

Kereta Ketel (Rail Tank Wagon = RTW) yaitu tangki silinder datar (horizontal) yang dipasang diatas rangka kereta didalam rangkaian gerbong kereta api.

S

SAFE ATMOSPHERE:

Keadaan atmosphere atau udara yang tidak dapat menimbulkan nyala api.

SAFETY CAP:

(30)

SAFETY GAUGE:

Jaringan Yang dipergunakan untuk mencegah diteruskannya nyala api kedalam atau keluar dari setiap alat/perlengkapan atau bangunan.

SAFETY VALVE:

Katup pengaman yang tekanan kerjanya diset pada suatu tekanan maksimum misalnya (18 kg/cm²) dan apabila tekanan gas didalam tangki lebih besar dari tekanan maksimum (18 kg/cm²) maka gas akan keluar untuk mencegah tekanan berlebihan melampaui kemampuan tekanan bejana/tabung.

SEAFED DEPOT:

Tempal penerimaan penimbunan dan penyaluran BBM yang pembekalannya dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkutan laut/air, yang berasal dari Kilang/Import, Floating Storage, Seafed Depot yang lain dan menyalurkannya ke lokasi kerja yang lain serta melakukan penyerahan kepada konsumen.

SERTIFIKASI BEBAS GAS:

Suatu sertifikat yang diberikan oleh orang yang berwenang dilokasi kerja setelah diadakan test gas untuk menentukan bahwa konsentrasi dari gas yang dapat menyala dan atau gas-gas beracun yang terdapat didalam daerah/tempat tertentu berada dalam batas- batas aman, termasuk pemeriksaan kondisi peralatan dan lingkungan.

NYALA API TERBUKA (NAKED LIGHT ATAU NAKED FLAME):

Cahaya terbuka meliputi semua nyala api, sumber panas bahan bercahaya, lampu dari jenis tertentu, alat las atau perlengkapan yang dapat dibawa-bawa dan dikerjakan dengan tangan atau dikerjakan dengan mesin yang mudah menimbulkan percikan bunga api, bara, panas.

SINGLE BUOY MOORING (SBM):

Fasilitas penambatan kapal di lepas pantai, di tengah laut, dimana kapal ditambatkan hanya pada satu Mooring Buoy.

SINGLE POINT MOORING (SPM):

Fasilitas penambatan kapal di lepas pantai, ditengah laut, dimana kapal dapat diikat hanya pada satu titik tambat, menggunakan satu Mooring Buoy.

SKID TANK :

Bejana atau tabung dengan batasan kapasitas isi air diatas 1.000 Ib (454 kg), yang dipergunakan untuk mendistribusikan elpiji sebagai sebuah "Paket" (package) dan dapat dipasang atau dilepas lagi diatas kendaraan pengangkut, misalnya truck atau trailer.

Appurtenance pada wadah/tangki tersebut harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tangki tersebut dapat ditangani sebagal sebuah paket.

(31)

SPARK ARRESTOR :

Suatu alat yang mampu untuk mencegah pengeluaran dari partikel-partikel bunga api ke udara bebas hasil proses pembakaran motor bakar yang terpasang pada sistem pengeluaran gas buang.

Hendaknya diperhatikan bahwa spark arrestor tidak perlu merupakan suatu flame trap.

SPBA (STASIUN PENGISIAN BBM UNTUK ABRI) :

Sarana penyaluran premium dan minyak solar yang dilengkapi dengan unit pompa untuk melayani kendaraan bermotor ABRI.

SPBI (STASIUN PENGISIAN BBM UNTUK INDUSTRI) :

Sarana penyaluran premium dan minyak solar yang dilengkapi dengan unit pompa (dispencing pump) untuk melayani kendaraan bermotor konsumen dan peralatan industri itu sendiri.

SPBU (STASIUN PENGISIAN BBM UNTUK UMUM) :

Sarana penyaluran BBM untuk kendaraan bermotor untuk umum yang dilengkapi dengan unit pompa (dispencing pump) untuk melayani kendaraan bermotor. premium, minyak solar dan Premix

SPBU TERAPUNG :

SPBU yang ditempatkan diatas tongkang sebagai sarana penyaluran premium dan minyak solar bagi kendaraan air.

SPPBE (STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI) : Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji yang dikelola oleh pihak swasta.

SUMBER PENYALAAN (SOURCE OF IGNITION) :

Kegiatan yang dapat menghasilkan nyala api terbuka, kebakaran, bahan penerangan yang menyala, panas las listrik, lampu-lampu yang tidak memenuhi persyaratan, atau suatu percikan nyala api yang disebabkan oleh apapun juga.

SUPPLY POINT :

Seafed Depot atau Inland Depot yang berfungsi juga sebagai tempat penimbunan BBM sementara untuk selanjutnya disalurkan ke lokasi kerja lainnya dilingkungan UPMS yang bersangkutan.

T

TANGGUL PENAHAN (BUND) :

Suatu tanggul yang mempunyai ketinggian cukup dan dibuat dari beton, tanah atau bahan lainnya yang sesuai dengan maksud untuk penampung tumpahan minyak dari segala arah.

(32)

TITIK NYALA (FLASH POINT) :

Adalah suhu terendah dimana bila api kecil didekatkan ke bahan tersebut, bahan langsung terbakar kemudian mati lagi karena bahan belum mampu menghasilkan uap yang cukup untuk membentuk campuran uap-udara yang flammable.

U

UDARA BERBAHAYA (DANGEROUS ATMOSPHERE) :

Udara yang mengandung konsentrasi gas atau uap dalam jumlah tertentu, dalam konsentrasi yang dapat menimbulkan nyala api.

Istilah ini hanya mengenai bahaya yang timbul dari nyala api, sedangkan sebab-sebab lain misalnya keracunan, menyesakkan dan radioaktivitas, maka bahaya-bahaya ini disebut secara khusus.

UDARA BERTEKANAN (COMPRESSED AIR) :

Udara yang ditekan hingga tekanan tertentu misalnya digunakan untuk membuka automatic diaphragms pada Bottle Filling Machine dan Emergency Valve di Storage Tank.

UNDERGROUND TANK :

Tangki dengan seluruh bagian-bagiannya terpendam di dalam tanah, kecuali fitting fitting yang terpasang pada tangki tersebut.

V

VALVE INLET LIQUID (KERANGAN PENERIMAAN CAIRAN LPG):

Untuk memasukkan cairan elpiji dari bejana/tabung penyerahan ke bejana/tabung penerima yang dioperasikan secara manual pada proses penerimaan dengan manual.

VALVE INLET VAPOUR (KERANGAN PENERIMA GAS/UAP LPG):

Untuk mengembalikan gas kedalam bejana/tabung penyerahan pada saat pengisian Skid Tank dan pemuaian pada pipa ke bejana/tabung penerima untuk menghindari tekanan berlebihan dijalur pipa, tangki pada saat proses penerimaan.

VALVE OUTLET LIQUID (KERANGAN PENYERAHAN CAIRAN LPG): Untuk mengeluarkan cairan elpiji dari tangki timbun ke stasiun pengisian untuk pengisian elpiji kedalam bejana/tabung maupun melayani pengisian Skid Tank dan Bulk Tank Truck.

(33)

VALVE OUTLET VAPOUR:

Untuk pengembalian gas/uap elpiji pada saat melaksanakan proses penyerahan LPG.

VAPORIZER:

Suatu alat yang dapat menerima elpiji dalam bentuk cair, kemudian dipanaskan sehingga mengubah cairan tersebut menjadi gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut.

WATER SPRINKLER:

Pipa galvanized yang pada jarak tertentu dipasang nozzle pengabut yang berfungsi untuk mendinginkan permukaan dinding tangki.

WC (WATER CAPACITY):

Kapasitas sebuah bejana/tabung elpiji ditentukan standar dalam satuan volume, misalnya liter atau dalam satuan massa, misalnya kilogram apabila tabung tersebut diisi dengan air.

X

Y

Z

ZAT ATAU CREAM PELINDUNG (BARRIER SUBSTANCE CREAM):

Suatu ramuan obat-obatan yang dioleskan pada permukaan kulit, guna melindungi kulit dari zat-zat ang dapat menyebabkan sakit atau bahaya pada kulit.

(34)

II

OPERASI BBM (BAHAN BAKAR MINYAK)

2.1. Umum

II - 3

2.2.

Perencenaan Fasilitas Inst./TT/Depot BBM

II - 3

2.2.1 Lokasi II - 3

2.2.2 Tata Letak II - 3

2.2.3 Fasilitas Operasional II - 5

2.2.4 Jarak Aman II - 15

2.3.

Operasi Penerimaan dan Penimbunan

II - 19

2.3.1 Pemindahan Bulk Minyak Dari Atau Ke Kapal II - 19

2.3.2 Pengisian dan Pembongkaran BBM dengan RTW II - 22

2.2.3 Pemuatan dan Pembongkaran BBM Dengan Mobil Tangki II - 24

2.3.4 Operasi Tangki Penimbunan II - 26

2.3.5 Pompa II - 29

2.3.6 Jalur Pipa II - 29

2.3.7 Pembungkus (Terutama Drum) II - 31

2.3.8 Fasilitas Umum (General Facilities) II - 34

2.3.9 Kebersihan (Housekeeping) II - 34

2.4. Tangki

Timbun

II - 35 2.4.1 Umum II - 35 2.4.2 Pengertian II - 35 2.4.3 Persyaratan Operasi II - 36 2.4.4 Pengosongan Tangki II - 40 2.4.5 Isolasi II - 41 2.4.6 Pembebasan Gas II - 42 2.4.7 Pembersihan Tangki II - 44 2.4.8 Pekerjaan Perbaikan II - 47

2.5. Jaringan

Perpipaan

II - 47 2.5.1 Pengertian II - 47 2.5.2 Ketentuan Operasional II - 48

2.5.3 Pengosongan Pipa Penyalur II - 49

2.5.4 Penutupan/Isolasi Pipa II - 50

2.5.5 Memperbaiki Jaringan Pipa II - 51

2.6. Dermaga

II - 53

2.6.1 Umum II - 53

2.6.2 Pengertian II - 53

2.6.3 Memasuki Daerah Terbatas II - 54

2.6.4 Penerimaan dan Pemasangan Peraturan II - 54

(35)

2.6.6 Persyaratan Selama Operasi Dermaga II - 55

2.6.7 Mencegah Timbulnya Bunga Api II - 55

2.6.8 Pencegahan Sewaktu Cuaca Buruk II - 56

2.6.9 Merokok II - 56

2.6.10 Korek Api dan Alat Pembuat Api II - 56

2.6.11 Penggunaan Sumber Penyalaan Setempat II - 57

2.6.12 Lampu Portabel II - 57

2.6.13 Pekerjaan Perbaikan II - 57

2.6.14 Pembersihan Tangki II - 57

2.6.15 Kebakaran Boiler II - 57

2.6.16 Kompor dan Peralatan Masak Lainnya II - 58

2.6.17 Liquefied Petroleum Gases (LPG) II - 58

2.6.18 Pencegahan Kebakaran II - 58

2.6.19 Penanganan Muatan Umum dan Perbekalan Kapal II - 58

2.6.20 Kapal Tunda dan Kapal Kecil Lainnya II - 58

2.6.21 Pencegahan Pencemaran Minyak II - 59

2.6.22 Membuang Barang Keluar Kapal II - 59

2.6.23 Catatan II - 59

2.7. Transportasi

II - 60 2.7.1 Umum II - 60 2.7.2 Tongkang II - 60 2.7.3 Mobil Tangki II - 65 2.7.4 Truk Pengangkut BBM II - 76

2.7.5 Rail Tank Wagon (RTW) II - 76

2.7.6 Pipa II - 78

2.8. SPBU

II - 79

2.8.1 Jarak Aman Peralatan II - 79

2.8.2 Potensi Bahaya di SPBU II - 80

2.8.3 Keselamatan Kerja II - 81

2.8.4 Keselamatan Kerja II - 84

2.8.5 Lindungan Lingkungan II - 87

2.8.6 Pembinaan II - 87

2.8.7 Keadaan Darurat II - 88

2.8.8 Persyaratan Konstruksi SPBU II - 88

2.8.9 Pelaporan II - 89

(36)

II OPERASI BBM

2.1. UMUM

Instalasi/Terminal Transit/Depot penimbunan BBM merupakan bagian dari kegiatan Bidang Pemasaran dan Niaga yang pembangunannya berdasarkan hasil penilaian dari segi/aspek ekonomis, teknis, keselamatan kerja dan lingkungan hidup serta faktor politis yang berlaku pada saat itu.

Ketentuan dalam bab ini dimaksudkan sebagai petunjuk pembangunan Instalasi/Terminal Transit/Depot dimasa mendatang yang menggunakan/ mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.

Pada tahap perencanaan pembangunan Instalasi/Terminal Transit/Depot, hal-hal yang menyangkut Ijin pembangunan dan persyaratan yang berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Pusat dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat, harus dikelola dan diselesaikan sebelum mulai kegiatan pembangunan .

Ketentuan yang ada pada bab ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk membangun Instalasi/Terminal Transit/Depot/Transit Terminal pada suatu lokasi dimana pembangunan akan dilaksanakan.

Dalam perencanaan pembangunan Fasilitas Instalasi BBM menyakup hal-hal diantaranya: Tata Letak Tangki Timbun, Bangunan, Sistem Perpipaan dan Fasilitas Operasional misainya Bund Wall, Filling Shed, Jalan dan Jarak Aman, Elpiji Plant serta Pabrikasi.

2.2. PERENCANAAN FASILITAS INSTALASI/TT/DEPOT BBM

2.2.1. Lokasi

Lokasi untuk Instalasi/Terminal Transit/Depot adalah suatu lahan dengan luas tertentu yang digunakan untuk kegiatan operational Penerimaan, Penimbunan dan Penyaluran BBM dan Non BBM. Pemilihan lokasi harus berdasarkan perhitungan teknis, ekonomis, aspek lingkungan dan politis.

Dasar perhitungan luas lahan berdasarkan pada perkiraan jumlah kebutuhan BBM minimum untuk jangka waktu dua puluh tahun mendatang, sehingga kapasitas tangki yang dibutuhkan dapat dirancang sesuai kebutuhan.

Luas lahan untuk tangki timbun sangat berpengaruh terhadap rencana pembangunan fasilitas penunjangnya yang akan dibangun.

2.2.2. Tata Letak

Untuk menunjang kelancaran operasional baik penerimaan, penimbunan dan penyerahan BBM pada Instalasi/Terminal Transit/ Depot perlu mempertimbangkan faktor-faktor keselamatan, keamanan dan kelestarian lingkungan serta

(37)

perkembangan masa mendatang, maka tata letak peralatan dan bangunan, tempat penimbunan dan lain sebagainya perlu diatur sebagai berikut

2.2.2.1. Tata Letak Tangki BBM

Pada umumnya Produk BBM yang disimpan dalam tangki selalu melepaskan uap BBM yang mudah terbakar dan berbahaya bagi pernafasan pekerja terutama selama pengisian tangki-tangki tersebut atau karena pengaruh cuaca lingkungan.

Untuk menghindarkan bahaya kebakaran maupun bahaya bagi pernafasan pekerja, maka tangki-tangki BBM yang dibangun harus ditempatkan pada jarak yang aman, sehingga konsentrasi uap yang bercampur dengan udara disekitarnya dibawah flammable range dan Nilai Ambang Batas (NAB) yang dapat mengganggu pernafasan/ kesehatan.

Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka tangki-tangki penimbunan BBM maupun Non BBM harus dikelompokkan dalam daerah kelompok tangki (tank farm). Penentuan isi produk dalam tangki agar disesuaikan dengan sistem silang menurut kelasnya, sehingga tidak dibenarkan adanya tangki yang berdekatan dengan tangki lainnya yang satu kelas terutama produk kelas A.

2.2.2.2. Tata Letak Bangunan

Bangunan-bangunan kantor administrasi harus berada dalam suatu daerah aman. Sebaiknya ditempatkan di dekat pintu keluar/masuk utama yang dapat dicapai dari jalan besar, agar pengunjung kantor tidak akan melewati daerah kerja berbahaya dari Instalasi/Terminal Transit/Depot.

Penempatan ruang Kepala Instalasi/Terminal Transit/Depot harus sedemikian rupa sehingga dapat melihat/mengawasi keseluruhan lokasi lapangan yang diawasinya.

Bangunan-bangunan kerja yang meliputi gudang-gudang, bengkel, laboratorium, bangsal pengisian (filling shed) dan rumah-rumah pompa tata letaknya harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan kelancaran operasional serta tidak menghalangi di dalam usaha penanggulangan bahaya kebakaran dan pencegahan merambatnya api ke bangunan lainnya.

2.2.2.3. Tata Letak Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan adalah suatu sarana transportasi yang dipergunakan untuk menyalurkan cairan BBM dari suatu tangki ke tangki yang lain dalam operasi penerimaan dan penyaluran. Pemasangannya dapat berada diatas tanah atau dibawah tanah maupun melalui daerah perairan.

Disamping dari segi estetika, tata letak sistem perpipaan harus memperhatikan kemudahan dari segi operasi dan perawatan serta inspeksinya.

Pipa-pipa yang ditempatkan dibawah tanah yang melintasi jalan raya, jalan kereta api atau tempat lain yang diperkirakan akan mendapatkan beban yang berat harus diberikan perlindungan yang secukupnya.

(38)

Pada jalur pipa di atas tanah yang berada di dalam/di luar Instalasi/Terminal Transit/Depot harus diberi tanda yang jelas diatasnya. Identifikasi kode dengan warna standard perlu diberikan pada semua sistem perpipaan diatas tanah untuk membedakan isi/jenis cairan yang dialirkannya.

Sedang jalur pipa di bawah tanah di luar Instalasi/Terminal Transit/Depot cukup diberi tanda yang menyatakan bahwa pada lokasi tersebut dibawahnya terdapat/terpasang pipa.

2.2.2.4. Tata Letak Peralatan

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam menunjang operasi penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM dan Non BBM seperti pompa, pembangkit uap (boiler), pembangkit listrik dan lain-lainnya harus ditempatkan dengan mempertimbangkan jarak aman dan daerah bahaya.

2.2.3. Fasilitas Operasional

Dalam suatu perencanaan Instalasi/Terminal Transit/Depot diperlukan fasilitas operasi dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut

2.2.3.1. Batas Lokasi

Dibangun pagar kawat atau suatu dinding yang mempunyai tinggi vertikal minimum 2,25 meter dari permukaan tanah serta bagian atas diberi kawat duri 4 lapis keatas dengan jarak 40 cm mengelilingi seluruh kegiatan operasional pemasaran BBM dan Non BBM di lokasi tersebut.

Pembangunan pagar tersebut dilakukan untuk mempertegas batas lokasi Instalasi/Terminal Transit/Depot, sehingga apabila Instalasi/Terminal Transit/Depot berada di dalam daerah pelabuhan atau yang merupakan suatu pemilikan dari Instansi lain, maka sebelum perencanaan/pemagaran agar dibicarakan bersama dengan pemerintah setempat dengan mempertimbangkan master plan kota di tahun-tahun mendatang.

Bentuk konstruksi pagar dapat berupa kawat haromonika, tembok pasangan batu bata, tembok beton cor bertulang, atau kombinasi antara tembok pasangan batu bata dengan kawat harmonika.

Akan tetapi sering dijumpai bahwa penggunaan lebih dari satu macam pagar dapat dilaksanakan didalam Instalasi/Terminal Transit/Depot yang sama, seperti kawat harmonika standar SWG 40 atau BRC-M8-150 C/C, atau bentuk lainnya untuk lapangan-lapangan tangki, bangunan dan sebagainya.

Sedang konstruksi pagar dari batu bata atau dinding beton untuk daerah-daerah operasional yang sibuk khususnya untuk daerah yang berdekatan dengan jalan umum yaitu kegiatan yang melibatkan orang banyak (misainya sekolahan, lapangan bola dan sebagainya) yang ditinjau dengan aspek ketentuan daerah berbahaya (hazardous area) dari suatu sarana peralatan.

(39)

2.2.3.2. Batas Lingkungan (Buffer Zone)

Untuk mencegah atau memperkecil timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM seperti kebisingan dan penyebaran uap Hidrokarbon terhadap lingkungan sekitamya, maka sebelum batas Instalasi/Terminal Transit/Depot diperlukan suatu daerah penyangga yang ditanami pepohonan dengan lebar minimal 15 meter.

2.2.3.3. Tangki Timbun BBM

Pada dasarnya letak tangki timbun BBM dapat dibedakan menjadi 2 jenis 1. Tangki diatas permukaan tanah.

2. Tangki didalam tanah (tangki pendam atau setengah pendam).

Bahan untuk kedua jenis tangki timbun tersebut dapat terbuat dari bahan plat baja, yang dilengkapi dengan :

1. Pipa masuk/keluar.

2. Lubang lalu orang (Man Hole).

3. Kerangan masuk/keluar (Gate Valve in/out). 4. Katup tekan hampa (Pressure Vacum Valve). 5. Katup pernapasan (Full Vent).

6. Lubang ukur.

7. Sistim pendingin tangki jika perlu.

8. Tangga khusus untuk tangki diatas tanah.

Selain tangki timbun tersebut diatas ada juga tangki khusus untuk penimbunan slop yang disebut "slop tank" (tangki slop) yang mempunyai fasilitas sama dengan tangki diatas tanah.

2.2.3.4. Tanggul Kebakaran (Bund Wall).

Tanggul adalah suatu sarana untuk menampung tumpahan minyak dan atau mengisolir/membatasi apabila terjadi kebakaran dari satu atau beberapa buah tangki yang dikelilinginya agar kedua kondisi tersebut diatas benar-benar dapat dibatasi atau ditahan sehingga tidak menyebar ke lokasi yang lain.

Konstruksinya terbuat dari beton atau timbunan tanah yang ditutupi oleh rumput. Tinggi tanggul tidak boleh melebihi dari 1.5 meter dari sudut pandangluar. Volume tanggul harus dapat menampung tumpahan minyak minimum 100% darl kapasitas tangki yang terbesar. Isi bersih yang dapat ditampung didaerah tanggul harus berada 20 cm dibawah bibir tanggul utama dengan total kapasitas dalam tanggul.

Antara tangki-tangki yang terdapat didalam daerah tanggul kebakaran (bund wall) diperlukan dinding-dinding penahan atau penyekat yang berguna untuk mencegah merambatnya api dan untuk membagi tangki dalam pengelompokan ukuran guna memudahkan usaha dalam penanggulangan kebakaran. Tinggi dinding penyekat maksimum setengah dari tinggi tanggul utama, atau minimum 0,6 meter.

Setiap tempat yang ditanggul harus dilengkapi dengan sistem saluran buangan air limbah termasuk bak kontrol, oil interceptor dan berhubungan dengan saluran diluar tanggul melalui sebuah pipa lengkap dengan kerangan yang dapat dibuka/ditutup dengan segera apabila diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.. Jenis penelitian ini

Aktifitas penderita dalam melakukan tindakan pencegahan malaria adalah memakai kelambu pada waktu tidur di malam hari, nyamuk Anopheles yang memiliki kepadatan

Pastikan juga orang yang melakukan pengangkutan produk ini mengetahui dengan benar tindakan yang harus dilakukan jika terjadi tumpahan / kebocoran... Informasi Mengenai Peraturan:

Dengan begitu kita akan mengetahui persiapan menghadapi penyakit tersebut, tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar penyakit tidak bertambah parah, serta melakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku siswi yang meliputi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap upaya pencegahan kanker payudara dengan

PEMBELAJARAN PENCEGAHAN STUNTING OLEH PEMERINTAH DAERAH DAN INDUSTRI PANGAN 124 BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCAPANEN PRODUK PERTANIAN DAN DAMPAKNYA PADA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SERTA

Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui pengetahuan dan sikap serta observasi untuk mengetahui tindakan subjek penelitian mengenai perilaku pencegahan diare sebelum diberikan

Penanganan untuk mengurangi produk cacat dapat dilakukan tindakan perbaikan berupa melakukan pelatihan tentang pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja, melakukan briefing atau motivasi