• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kepribadian hardiness mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari partisipasi dalam kegiatan non-akademis - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan kepribadian hardiness mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari partisipasi dalam kegiatan non-akademis - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN KEPRIBADIAAN HARDINESS MAHASISWA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN NON-AKADEMIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPsikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Albert Mahendra Suryawijaya 099114074

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Jadilah yang terbaik yang kamu bisa”

-Albert Mahendra-

“Lebih baik mencoba dan gagal daripada dirimu tidak pernah

mencoba sama sekali”

-Albert Mahendra-

“Something doesn’t kill you just make you stronger”

(5)

v

SAYA PERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA

TUHANKU YESUS KRISTUS YANG MAHA BAIK

DAN MAHA PENYAYANG. PAPA DAN MAMA

TERCINTA, KOKO-KOKO DAN CICIKKU YANG

LUAR BIASA, PARA TEMAN DAN SAHABATKU,

DAN SEMUA ORANG YANG PERCAYA BAHWA

MASIH ADA MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Agustus 2014 Penulis,

(7)

vii

PERBEDAAN KEPRIBADIAAN HARDINESS MAHASISWA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI PARTISIPASI DALAM KEGIATAN NON-AKADEMIS

Albert Mahendra Suryawijaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepribadian hardiness pada mahasiswa ditinjau dari partisipasi dalam kegiatan non-akademis. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat kelompok manakah yang memiliki tingkat kepribadianhardiness

yang lebih tinggi antara kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis dengan kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Subjek penelitian yang berpartisispasi sebanyak 197 mahasiswa (104 berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis, 93 tidak berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala hardiness yang terdiri dari 22 item dengan (r) = 0.837. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hardiness

(t=5.219 dan =0.000) antara mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademik (x=69.67, SD=6.50) dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademik (x=64.82, SD=6.54), yang artinya adalah tingkat hardiness mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademik secara signifikan lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademik.

(8)

viii

HARDINESS PERSONALITY DIFFERENCE IN SANATA DHARMA UNIVERSITY COLLEGE STUDENTS LOOKING

FROM NON-ACADEMIC ACTIVITIES PARTICIPATION

Albert Mahendra Suryawijaya ABSTRACT

This research aim to know the difference of hardiness personality in college students looking from non-academic activities participation. This research also aim to know which one from two group have higher hardiness personality. 197 college students participated (104 participate in non academic activity, 93 not participate in non academic activity) in this research. This research used hardiness scale with (r) = 0.837. The result showed there is a hardiness personality difference (t=5.219 and =0.000) between college students participates in non-academic activity (x=69.67, SD=6.50) and college students do not participate in non academic activity (x=64.82, SD=6.54). The result also showed that college students who participate in non-academic activity group significantly have a higher hardiness personality than college students do not participate in non-academic activity group.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Albert Mahendra Suryawijaya

Nomor Mahasiswa : 099114074

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul:

PERBEDAAN KEPRIBADIAAN HARDINESS MAHASISWA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN NON-AKADEMIS

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 Agustus 2014 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada TuhankuYesus Kristus yang maha baik dan maha pengasih atas segala penyertaan dan bimbingan-Nya selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Papa dan Mama yang merawat dan membesarkan aku dengan penuh kasih sayang dari aku kecil sampai sekarang ini. Aku sayang kalian.

2. Cicik Lusi, Koko Aswin, dan Koko Adi yang selalu menjadi kakak yang baik dan memperhatikan aku. Maaf aku sering merepotkan kalian. Aku sayang kalian.

3. Dosen pembimbing skripsi saya ibu M. M. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., Psi. yang selalu sabar dan memberi arahan selama proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih sekali ibu, ajaran ibu tidak akan saya lupakan.

4. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si dan Ibu Tjipto Susanaselaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, membagikan ilmunya, dan membantu proses pengerjaan revisi.

(11)

xi

6. Ibu Tjipto Susana, yang telah menjadi Dosen Pembimbing Akademik pengganti selama tahun 2013 – 2014. Walaupun singkat, namun selalu memperhatikan dan meluangkan waktu untuk kita. Terima kasih bu.

7. Bapak Dr.Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

8. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

9. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku Wakil Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

10. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernahsaya miliki.

11. Seluruh staff Fakultas Psikologi: mas Gandung, Bu Nanik, pak Gi, mas Muji, dan mas Doni. Terima kasih untuk keramahannya. Maaf kalau sering merepotkan dan bertanya urusan kuliah.Terima kasis sudah membantu segala macam praktikum tes yang cukup merepotkan.

12. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dalam pengerjaan penelitian ini. Semoga kalian semua bisa cepat lulus dengan hasil yang memuaskan.

(12)

xii

14. Keluarga tim basket putra Psikologi Sanata Dharma mulai dari angkatan 2002: Koh Ching;2003: Bang Martin dan Ko Ronald; 2005: Bang Anggoro; 2006: Manto dan Abhe; 2008: Ochy, Plenthonk, Baskoro, Budi, Stanley; 2010: Engger; 2011: Randy; 2012: Yosua dan Radit; 2013: Eddy, Dewa, Aristhon, Aghe, dan Gorbi; dan terutama teman-teman seangkatanku angkatan basket putra 2009: Richard, Yatim, dan Parto. Senang bisa main basket sama kalian. Kita akan selalu bersaudara

15. Keluarga tim basket putri Psikologi Sanata Dharma mulai dari angkatan 2008: Mbak Dilla dan Mbak Tina; 2009: Ruthie, Novi, Angga, Cik Steph; 2010: Monic, Pino, dan Sita; 2011: Ayik, Betrik, Yoan, dan Ani; 2012: Erlin, Zelda, dan Bincik; 2013: Nia. Senang bisa kenalan dan main basket sama kalian.

16. Sahabat-sahabatku yang luar biasa:Yatim, Richard, Parto, Gusbay, Panjul, Gatyo, Bryan, Pak Dhe, Andank, Anggita, Ruthi, Cik Steph, Yanti, Lisa, Keket, Brandan, Vincent Harsanto, Jekek, Ella, Yutti, Moundry,Vico, Anton, Rara, Aprek, Gempol, Yudha, Atenk, Putri, Gaby. Terima kasih untuk dukungan, bantuan, dan tempat berkeluh kesah. Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk selalu mengerjakan skripsi. Selamanya kita akan selalu berteman dan bersahabat.

17. Teman-teman dari Universitas Indonesia, Jakarta. Cynthia Tanujaya, Tazkia Edelia Sumedi, Kak Rara, Kak Arin, Tante Tina, Chika, Tara, Adis, dll. 18. Untuk pacarku Bianca Erika Atmadjaja yang selalu mendukungku dan

(13)

xiii

19. Teman-teman Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009. Terima kasih untuk waktu yang singkat selama ±5 tahun. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu dan lain kesempatan.

20. Teman-teman dari PTGGI terutama Adhit Cepawo, Erin, Eris, Steve, Michael, Gaby, Rafel, Debe, dan Nana. Terima kasih karena mengingatkanku untuk selalu menguatkan iman dan doaku kepada-Nya. 21. Kepada pihak-pihak yang membantu saya dalam penulisan skripsi kali ini

mulai dari Mbak Panji, Mbak Rimpi, Kang Jaya, Sr. Wina, dan teman-teman yang berada dalam Psychology Research Community. Terima kasih atas bantuan dan masukkannya selama ini.

22. Semua keluarga besar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma mulai dari angkatan pertama sampai 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

23. Semua teman yang pernah menjalani kegiatan kepanitiaan bersama saya baik panitia AKSI, Psychofest, KPU Psikologi, Rektor Cup, dan kepanitiaan lainnya yang pernah saya ikuti. Pengalaman bekerja dengan kalian menjadi bekal buatku dan tidak akan kulupakan.

(14)

xiv

25. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, doa, dan semuanya yang kalian berikan kepada saya. Semoga Tuhan membalas dan memberikan berkatnya kepada semua orang yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.Penulis juga dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.Terima kasih.

Yogyakarta, 5 Agustus 2014 Penulis,

(15)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

1. Manfaat Teoretis ... 13

(16)

xvi

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Hardiness ... 14

1. Definisi hardiness ... 14

2. Komponenhardiness ... 17

3. Faktor-faktor yang mempengaruhihardiness ... 23

B. Partisipasi dalam kegiatan non-akademis ... 24

1. Definisi Partisipasi dalam kegiatan non-akademis ... 24

2. Keuntungan berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis ... 25

3. Kegiatan non-akademis di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ... 26

C. Kaitan antara hardiness dengan partisipasi dalam kegiatan non-akademis ... 28

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Variabel Penelitian ... 34

1. Variabel Independen ... 34

2. Variabel Dependen ... 34

C. Definisi Operasional ... 35

1. Hardiness ... 35

(17)

xvii

D. Subjek Penelitian ... 36

E. Metode dan Alat Pengambilan Data ... 37

F. Persiapan Penelitian ... 39

1. Uji coba alat ukur ... 39

2. Hasil Uji Coba Alat ukur ... 40

a. Validitas ... 40

b. Seleksi Item ... 40

c. Reliabilitas ... 42

G. Metode Analisis Data ... 43

1. Uji Asumsi: Normalitas ... 43

2. Uji Asumsi: Homogenitas ... 43

3. Uji Hipotesis: Uji Beda ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Pelaksanaan Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 46

2. Deskripsi Data Penelitian ... 48

3. Hasil Uji Asumsi ... 48

a. Normalitas ... 48

b. Homogenitas ... 49

4. Hasil Uji Hipotesis ... 50

5. Hasil Analisis Tambahan ... 51

(18)

xviii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

1. Bagi pihak Fakultas & Universitas ... 57

2. Bagi Peneliti yang Berminat Dengan Topik Serupa ... 58

3. Bagi Mahasiswa ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Blue Print Skala Kepribadian Hardiness Sebelum Uji Coba ... 38 Tabel 3. 2 Blue Print Skala Kepribadian HardinessSetelah Uji Coba ... 41 Tabel 4. 1 Persebaran Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47 Tabel 4. 2 Persebaran Partisipan Berdasarkan Partisipasi Dalam

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 62

Lampiran 2 Reliabilitas Skala ... 75

Lampiran 3 Skala Penelitian ... 78

Lampiran 4 Uji Asumsi ... 88

Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 91

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam kegiatan perkuliahan, beberapa mahasiswa universitas melaporkan bahwa mereka merasa “jenuh”(burnout)(Garden, Pines, & Aronson dalam Santrock, 2002). Burnout adalah suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya yang diakibatkan oleh stres berlarut-larut yang berkaitan dengan kerja. Burnout terjadi bukan karena satu atau dua kejadian yang traumatis tetapi karena akumulasi bertahap dari tekanan kerja yang berat(Garden, dkk dalam Santrock, 2002). Stres menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami burnout.

Stres merupakan salah satu hal yang sangat mungkin dialami oleh banyak orang. Stres adalah proses dimana stressor menciptakan permintaan. Permintaan tersebut mengharuskan seseorang untuk merespon atau bereaksi terhadap permintaan tersebut (Kelley dalam Baghurst & Kelley, 2013). Stres yang biasanya dialami oleh mahasiswa memberikan efek yang negatif kepada kesehatan fisiologis maupun psikologis melalui berbagai cara (Kelley dalam Baghurst & Kelley, 2013).

(22)

yang rendah, akan lebih terlihat seperti menarik diri dari kehidupan sehari-hari. Orang ini akan menganggap beberapa kehidupan sehari-hari menjadi lebih menakutkan dan lebih mengancam (Maddi dalam Kardum, Hudek-Knezevic, & Krapic, 2012).

Hardiness pertama kali diperkenalkan oleh Kobasa pada tahun 1979

sebagai faktor penting dalam melawan situasi yang bisa menyebabkan stres (Kardum, dkk., 2012). Hardiness merupakan salah satu faktor yang bertindak sebagai pelindung dalam situasi yang rawan akan stres terutama dalam lingkungan kerja (Kardum, Hudek-Knezevic, & Krapic, 2012). Hardiness adalah sebuah kepribadian yang berkembang sejak masa awal perkembangan. Hardiness dengan alasan tertentu akan stabil, meskipun dapat berubah dan dapat dilatih pada kondisi tertentu (Maddi & Kobasa dalam Bartone, 2006). Hardiness merupakan variabel dengan tiga komponen (Commitment, Control,

dan Challenge) yang secara bersama-sama membuat seseorang bisa mengubah

keadaan yang penuh dengan stres dan ancaman menjadi sebuah keuntungan (Maddi dalam Kalantar, Khedri, Nikbakht, & Motvalian; 2013).

(23)

dalam hidup dapat menjadi suatu yang menguntungkan untuk perkembangan diri sendiri (Kardum, dkk., 2012).

Berbagai penelitian dilakukan untuk semakin memahami apa itu hardiness. Orang yang memiliki hardiness yang tinggi, selalu berusaha untuk

mempengaruhi hasil dalam suatu aspek, secara aktif sangat tertarik dalam kegiatan tersebut, dan mencoba untuk belajar dari sebuah kejadian (Maddi dalam Kardum, dkk., 2012). Orang yang memiliki hardiness yang rendah, akan lebih terlihat seperti menarik diri dari kehidupan sehari-hari. Orang ini akan menganggap beberapa kehidupan sehari-hari menjadi lebih menakutkan dan lebih mengancam (Maddi dalam Kardum, Hudek-Knezevic, & Krapic, 2012).

Penelitian mengenai hardiness dalam dunia kerja menemukan bahwa Hardiness berkaitan dengan kepuasan kerja (Cash & Gardner dalam Kardum,

dkk., 2012). Karyawan yang memiliki tingkat hardiness yang tinggi akan menganggap pekerjaan yang mereka lakukan lebih baik dan karyawan ini lebih berkomitmen kepada organisasi tempat mereka bekerja (Sezgin dalam Kardum, dkk., 2012). Selain itu orang yang memiliki tingkat hardiness yang tinggi lebih memiliki sikap bertanggung jawab dalam bekerja dan lebih efisien dalam tugas yang berat atau tugas yang bisa memunculkan stres (Manning, Williams, & Wolfe dalam Kardum, dkk., 2012). Dalam penelitian lain, orang yang memiliki hardiness yang tinggi juga memiliki hubungan sosial yang lebih baik dimana

(24)

2012). Sebuah penelitian lain menemukan bahwa orang yang memiliki hardiness yang tinggi akan lebih susah untuk jatuh sakit dan lebih sedikit

kecelakaan yang membutuhkan perawatan rumah sakit dalam dunia kerja (Greene & Nowack dalam Kardum, Hudek-Knezevic, & Krapic, 2012).

Hardiness tidak hanya dibutuhkan dalam dunia kerja saja, tetapi pada

dunia pendidikan juga dibutuhkan adanya hardiness. Stres dapat menghampiri siapapun, termasuk mahasiswa (Baghurst & Kelley, 2013). Pada mahasiswa, pelatihan hardiness tidak hanya meningkatkan level hardiness mereka, namun juga meningkatkan rata-rata Grade Point Averages (Indeks Prestasi Komulatif) selama dua tahun kedepan dan mempertahankan rata-rata Indeks Prestasi Komulatif (IPK) bagi mahasiswa yang memiliki IPK yang tinggi (Maddi, Koshaba, & Jensen dalam Maddi, 2006). Oleh karena itu, hardiness juga merupakan kepribadian yang dibutuhkan oleh semua mahasiswa terutama dalam dunia pendidikan.

(25)

Kegiatan non-akademis bisa saja dilakukan dalam lingkungan kampus maupun diluar kampus. Kegiatan non-akademis diluar kampus contohnya adalah mudika, RT, Karang Taruna, LSM, ormas, dll (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008). Sedangkan kegiatan non-akademis dalam kampussering disebut dengan ekstrakulikuler. Ekstrakurikuler memiliki arti kegiatan yang bersama dengan aktivitas sekolah saling melengkapi satu sama lain yang diadakan di lingkungan sekolah, dan pada umumnya berada dalam pengawasan sekolah (Moriana, Alos, Alcala, Pino, Herruzo, &Ruiz, 2006). Contoh dari ekstrakulikuler adalah kepanitiaan, organisasi kemahasiswaan, peserta pelatihan atau workshop, pemakalah, dll (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008).

Kegiatan ekstrakurikular yang diikuti dapat memiliki efek positif bagi mahasiswa. Pada umumnya, kegiatan ekstrakurikular meningkatkan kebersamaan dan pandangan kedepan yang positif melalui penggabungan struktur, yang disiapkan sebagai faktor pelindung stres, tekanan, dan depresi(Fredericks & Eccles dalam Mason, Schmidt, Abraham, Walker, & Tercyak, 2009). Dari teori diatas, dapat diketahui bahwa dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, mahasiswa akan memiliki faktor pelindung stres. Hal ini sama dengan fungsi dari hardiness yang berfungsi sebagai faktor penting dalam melawan situasi yang bisa menyebabkan stres (Kobasa dalam Kardum, dkk., 2012).

(26)

non-akademik dijadikan syarat kelulusan bagi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma (USD). Hal ini dikarenakan Universitas Sanata Dharma memiliki Visi yang mengedepankan keunggulan secara berimbang antara aktivitas akademik dan non-akademik. Namun, kegiatan kemahasiswaan di USD saat ini mungkin hanya diminati dan akhirnya dinikmati oleh sebagian kecil mahasiswa. Sebagian mahasiswa bisa jadi menganggap bahwa kegiatan non-akademik, baik di dalam maupun di luar kampus, akan menghabiskan waktu dan memudarkan konsentrasi mereka terhadap kegiatan akademis (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008). Padahal dunia kerja melihat bahwa attitude dan softskills dalam bekerja akhir-akhir ini menjadi sangat penting dan menunjang kesuksesan dalam bekerja. Untuk menjamin penguasaan softskills inilah USD saat ini mensyaratkan kegiatan kemahasiswaan di luar kelas sebagai bagian utuh proses pendidikan (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008).

Otto dalam penelitiannya memastikan bahwa partisipan dalam kegiatan non-akademis berkaitan dengan peningkatan penyesuaian diri, model bersosialisasi, integritas sosial, dan mengurangi menjauhkan diri dan ketidakberdayaan (Marsh, 1992). Dengan kata lain, dengan mengikuti kegiatan non-akademis, seorang mahasiswa bisa dikatakan meningkatkan kepribadian hardiness. Peningkatan model bersosialisasi, integritas sosial, dan mengurangi

(27)

kepribadian hardiness, karena secara tidak langsung akan dapat melatih komponen-komponennya terutama komponen komitmen dan kontrol.

Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis dan hanya mengikuti kegiatan akademissebenarnya juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan kepribadian hardiness. Melalui kegiatan sehari-hari, kepribadian hardiness juga bisa berkembang. Komponen komitmen akan berkembang dengan cara mahasiswa memilih fakultas yang sesuai dengan minat dan keingintahuan pribadi. Tugas-tugas dan kegiatan yang berbeda dari semester ke semester juga bisa membuat komponen tantangan berkembang. Tugas kelompok yang membuat mahasiswa terus terlibat dan berdinamika akan membuat komponen kontrol dalam diri mahasiswa terlatih. Dari berbagai kegiatan akademik tersebut membuktikan bahwa melalui kegiatan akdemis tingkat kepribadian hardiness pada mahasiswa juga dapat terlatih. Akan tetapi apabila kegiatan akademis ditambahkan dengan mengikuti kegiatan non-akademis, maka kepribadian hardiness pada mahasiswa akan semakin meningkat dan semakin baik lagi.

(28)

non-akademis mengatakan bahwa dirinya lebih senang dirumah dan beristirahat ketika tidak ada kuliah, tugas, maupun pekerjaan yang harus dilakukan, dan apabila ada sebuah kegiatan lain selain kuliah yang dia lakukan maka orang itu akan melakukannya dengan alasan paksaan atau kesehatan, bukan karena teman-teman atau keinginan pribadinya. Selain itu, orang yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis lebih suka pada rutinitas yang dia ikuti seperti membantu orang tuanya bekerja di toko, atau beristirahat di rumah saja setelah kegiatan perkuliahan mereka selesai dilakukan (E.M., wawancara, 8 Oktober, 2013).

Wawancara kedua dilakukan pada Rabu, 9 Oktober 2013 di kampus 3 Sanata Dharma, Yogyakarta. Wawancara dilakukan kepada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademik berinisial D. D merupakan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang berusia 23 tahun. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis mengatakan bahwa dirinya jarang memiliki waktu kosong. Mahasiswa tersebut lebih sering menghabiskan waktunya dengan berbagai kegiatan non-akademis yang diikutinya. D mengatakan bahwa dirinya disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti mengajar, rapat sebuah acara, bermain dengan teman-temannya (D, wawancara, 9 Oktober, 2013).

(29)

yang mengikuti kegiatan non-akademis senang mencoba hal-hal baru. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademismengikuti berbagai kegiatan yang menarik bagidirinya. Mahasiswa tersebut mengikuti kegiatan di luar universitas seperti olah raga lempar pisau dan berenang. Mereka beranggapan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang menarik, menantang, dan tidak bisa dilakukan oleh banyak orang (D, wawancara, 9 Oktober, 2013).

Wawancara singkat dengan dua mahasiswa tersebut menunjukkan perbedaan mahasiswa antara yang mengikuti kegiatan non-akademis dan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Perbedaan yang dapat dilihat adalah kegiatan kedua mahasiswa yang berbeda, namun sama-sama merasakan stres pada masa kuliahnya. Selain itu, tingkat komponen hardiness yang dimiliki oleh kedua mahasiswa tersebut juga berbeda. Perbedaan tersebut mengindikasikan adanya perbedaan kepribadian hardiness antara mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis dan tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

(30)

Penelitian mengenai hardiness dilakukan pada beberapa bidang. Diantaranya dihubungkan dengan kepuasan kerja (Cash & Gardner dalam Kardum, dkk., 2012), hasil pekerjaan dan berkomitmen kepada organisasi (Sezgin dalam Kardum, dkk., 2012), tanggung jawab dalam bekerja dan kemampuan kerja (Manning, Williams, & Wolfe dalam Kardum, dkk., 2012), dan juga hubungan sosial (McCalister, Dolbier, Webster, Mallon, & Steinhardt dalam Kardum, dkk., 2012). Selain itu, penelitian mengenai hardiness juga dilakukan dalam hubungannya dengan kesehatan fisik (Greene & Nowack dalam Kardum, Hudek-Knezevic, dan Krapic, 2012). Dalam dunia pendidikan penelitian mengenai hardiness dihubungkan dengan tingkat indeks prestasi komulatif (Maddi, Koshaba, & Jensen dalam Maddi, 2006) dan penelitian mengenai hardiness juga dilakukan untuk melihat tingkat kepribadian hardiness pada mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma (Krishnamurti, 2011).

Hardiness sendiri merupakan sebuah kepribadian yang dapat

dipelajari dan berkembang melalui kondisi dan pengalaman yang mendukung (Algoe & Fredrickson dalam Cash & Gardner, 2011). Pelatihan hardiness bisa dipelajari melalui kondisi dan pengalaman yang mendukung. Sedangkan dalam kondisi perkuliahan, mahasiswa sering melakukan berbagai kegiatan diluar kegiatan perkuliahan. Salah satunya adalah kegiatan non-akademis di dalam lingkungan kampus atau kegiatan ekstrakulikuler.

(31)

dalam Marsh, 1992), konsep diri (Holland & Andre dalam Marsh, 1992), indeks prestasi komulatif (Hanks & Eckland dalam Marsh, 1992), kenakalan remaja (Schmidt dalam Guest & McRee, 2007). Penelitian yang ditemukan lainnya meneliti mengenai motif seorang mahasiswa mengikuti kegiatan non-akademis (Karuniasti, 2012).

Ekstrakulikuler sendiri berguna sebagai faktor pelindung stres bagi mahasiswa. Kegiatan non-akademis dan hardiness memiliki kesamaan, yaitu faktor pelindung dari stres. Hal ini diperkuat dengan perbedaan yang terlihat dari hasil wawancara singkat mengenai beberapa aspek dari hardiness pada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis dan mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis. Mengikuti kegiatan non-akademis dapat diyakini sebagai salah satu faktor pendukung dari hardiness. Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh pihak manapun. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai perbedaan hardiness pada mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis dengan mahasiswa yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis di Universitas Sanata Dharma.

B.RUMUSAN MASALAH

(32)

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kepribadiaan hardiness mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari partisipasi dalam kegiatan non-akademis.

D.MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dan Tujuan Penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat berpartisipasi dalam menambahkan ilmu pengetahuan dari variabel hardiness pada setting pendidikan terutama perkuliahan yang berkaitan dengan kegiatan kegiatan non-akademis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keuntungan lain dari berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan non-akademis dan manfaatnya bagi kehidupan mahasiswa sehari-hari.

(33)
(34)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hardiness

Konsep hardiness bukanlah sebuah konsep yang baru. Secara teori hal ini digunakan dalam bidang filsuf eksistensial dan psikolog seperti Heidegger (1986), Frankl (1960), dan Binswanger (1963). Konsep ini terlibat dalam penciptaan dari makna hidup seperti, meskipun hidup terkadang menyakitkan dan tidak jelas, dan memiliki keberanian untuk hidup secara utuh meskipun tidak dapat dipisahkan dari derita dan tak berguna (Bartone, 2006).

1. Definisi

Hardiness pertama kali diperkenalkan oleh Kobasa pada tahun

1979 sebagai susunan dari karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya pantul dalam menghalangi stres dalam kehidupan yang penuh stres (Hystad, 2012). Definisi yang diungkapkan oleh Kobasa pertama kali ini, mengatakan bahwa Hardiness adalah sebuah kepribadian yang berguna untuk seseorang dapat mengatasi stres yang dialaminya.

(35)

penuh dengan stres. Definisi ini menambahkan bahwa hardiness tidak hanya untuk mengatasi stres yang dialami seseorang, namun juga untuk membuat seseorang dapat bekerja dengan maksimal dalam keadaan yang penuh stres tersebut.

Pengertian Hardiness tersebut diperkuat oleh Bartone yang mengatakan bahwa penyusunan kepribadian yang dikenal sebagai Hardiness dideskripsikan sebagai cara umum dari fungsi karakteristik

dengan perasaan yang kuat akan komitmen, kontrol, dan tantangan (Hystad, 2012). menurut definisi ini, bisa diketahui berbagai aspek yang dapat mempengaruhi kepribadian Hardiness dari seseorang terdiri dari aspek komitmen, kontrol, dan tantangan.

(36)

Selain itu, Bartone menggambarkan Hardiness sebagai sebuah gaya kepribadian umum atau yang digeneralisir sebagai fungsi yang melibatkan kualitas kognitif, emosional, dan behavioral (Kalantar, dkk., 2013). Dari definisi ini Bartone menambahkan bahwa hardiness adalah fungsi yang melibatkan kualitas kognitif, emosional, dan behavioral.

Selain beberapa definisi diatas, Maddi (2006) juga mendefinisikan sesuatu yang sedikit berbeda dari beberapa definisi lainnya, Maddi mendefinisikan Hardiness sebagai kombinasi dari perilaku yang memunculkan keberanian dan motivasi untuk bekerja keras, strategi kerja untuk mengubah keadaan yang penuh tekanan dari kemungkinan bencana menjadi keuntungan yang terus berkembang. Dari definisi ini Hardiness diartikan sebagai suatu perilaku atau tindakan. Tindakan

yang dimaksud adalah tindakan yang dapat mengubah sebuah keadaan yang sangat gawat menjadi menguntungkan. Namun hal ini berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya dimana Hardiness diartikan sebagai sebuah kepribadian.

Hardiness secara umum dipahami sebagai sebuah sifat seseorang.

(37)

Dari beberapa definisi mengenai Hardiness, peneliti mengambil kesimpulan mengenai definisi dari Hardiness yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hardiness adalah kepribadian yang stabil namun dapat dipelajari dan berkembang melalui kondisi, pengalaman, dan pelatihan yang mendukung. Hardiness merupakan sebuah kepribadian yang terdiri dari komponen Kontrol (Control), Komitmen (Commitment), dan Tantangan (Challenge) yang dapat membuat seseorang berusaha dan bekerja keras untuk dapat mengubah situasi yang penuh tekanan menjadi sebuah keuntungan baginya.

2. Komponen Hardiness

Seseorang yang memiliki Hardiness yang tinggi memiliki indera yang kuat akan komitmen dalam hidup dan bekerja, dan aktif terlibat pada apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau mempengaruhi apa yang terjadi.Mereka sangat menikmati situasi dan tantangan baru (Bartone, Roland, Picano,& Williams, 2008)

Hardiness dianggap sebagai sebuah pola dalam karakteristik

kepribadian yang berisikan tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu:

a. Control (Kontrol)

(38)

keras orang itu sendiri (Kardum, Hudek-Knezevic, & Krapic, 2012). Berdasarkan teori tersebut, kontrol didefinisikan sebagai sebuah pemikiran dan tindakan yang dilakukan seseorang untuk dapat terlibat dan memiliki pengaruh dalam sebuah hal melalui kerja keras orang tersebut.

Senada dengan Kardum, Hudek-Knezevic dan Krapic, Kobasa pada tahun 1979 mengartikan kontrol sebagai tendensi untuk percaya dan bertindak agar dapat mempengaruhi sebuah kejadian yang muncul disekitar orang tersebut (Kalantar, Khedri, Nikbakht, & Motvalian, 2013). Definisi yang disampaikan oleh Kobasa ini tidak jauh berbeda dengan definisi yang disampaikan oleh Kardum, Hudek-Knezevic dan Krapic. Kontrol didefinisikan sebagai sebuah pemikiran dan tindakan yang dapat memberikan pengaruh bagi keadaan di sekitar orang tersebut. Oleh karena itu, bisa dikatakan kedua definisi ini saling menguatkan satu sama lain.

(39)

dapat dipengaruhi oleh seseorang. Semakin orang itu mendapatkan pelatihan yang tepat, semakin tinggi pengetahuan, semakin tinggi kemampuan seseorang, semakin tinggi imajinasi seseorang, dan semakin tepat pilihan seseorang maka semakin besar pengaruh orang tersebut pada hasil.

Tidak jauh berbeda dengan definisi lainnya, Maddi (2012) mendefinisikan kontrol sebagai usaha untuk memiliki pengaruh dalam sebuah hasil dalam hal yang terjadi di sekitar seseorang daripada tenggelam menjadi pasif dan tidak berdaya. Dari definisi ini, dikatakan bahwa kontrol adalah usaha dan tindakan seseorang untuk memberikan pengaruh pada hal yang terjadi di sekitarnya daripada tidak melakukan apapun dan tidak memiliki daya untuk berkontribusi pada hal yang ada di sekitarnya.

Dari beberapa definisi kontrol, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kontrol adalah sebuah pemikiran dan tindakan untuk dapat ikut andil dan mempengaruhi sebuah hasil dari sebuah kegiatan yang ada di sekitar orang tersebut daripada tidak melakukan apapun atau tidak berdaya dalam suatu hal yang terjadi disekitarnya.

b. Commitment (Komitmen)

(40)

yang sungguh-sungguh dan keingintahuan mengenai aktifitas tersebut. Dari definisi ini komitmen diartikan sebagai keikutsertaan seseorang pada sebuah kegiatan dimana kegiatan yang dia ikuti adalah kegiatan yang merupakan minat dan hal yang ingin dipelajari oleh orang tersebut. Semakin besar komitmen seseorang, maka orang tersebut akan semakin sering mengikuti aktivitas yang sesuai dengan minat dan keingintahuan dari dirinya.

Senada dengan Kardum, Hudek-Knezevic, dan Krapic, Kobasa mendefinisikan komitmen sebagai tendensi untuk terlibat dalam aktifitas sehari-hari dan ketertarikan dan keingintahuan pribadi mengenai dunia termasuk lingkungan dan hal lainnya sama seperti ketertarikannya kepada manusia (Kalantar, Khedri, Nikbakht, & Motvalian; 2013). Berdasarkan definisi ini, orang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki tindakan untuk ikut berpartisipasi pada berbagai hal yang menjadi minat dan ketertarikan dari orang tersebut.

(41)

2011). Definisi ini menitik beratkan pada memiliki pemikiran yang jelas dimana seseorang mengahabiskan waktu dan tenaganya sesuai dengan minat mereka dibandingkan tidak bergaul dengan orang lain dan menjadi orang yang pasif.

Berbeda dengan definisi yang lain, Maddi (2012) mendefinisikan komitmen sebagai pembawaan untuk terlibat dengan orang, benda, dan konteks daripada memisah, mengisolasi, dan meng”alienasi” diri. Dari definisi ini dikatakan bahwa komitmen adalah sebuah sikap dimana seseorang terlibat dengan berbagai hal yang ada disekitarnya daripada mengurung dirinya dan tidak berhubungan dengan orang lain.

Dari beberapa definisi komitmen tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen adalah keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas yang sesuai dengan minat dan keingintahuan pribadi, termasuk dengan lingkungan sosial daripada memisah atau mengisolasi diri.

c. Challenge (Tantangan)

(42)

terjadi dalam hidup akan membuat dirinya semakin berkembang kearah yang lebih baik.

Senada dengan Kardum Hudek-Knezevic dan Krapic, Kobasa mendefinisikan tantangan sebagai keyakinan untuk berubah dan menghindari stagnasi yang sebagai hasilnya dapat mengarah kepada perkembangan pribadi atau keluar dari zona nyaman (Kalantar, Khedri, Nikbakht, Motvalian; 2013). Definisi ini menyatakan bahwa tantangan adalah sebuah tindakan untuk keluar dari zona nyaman dan melawan stagnasi dengan perubahan. Hal ini akan membuat diri dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

Selain itu, Maddi (2012) mendefinisikan tantangan sebagai keinginkan untuk belajar terus menerus dari pengalaman, baik negatif ataupun positif, daripada bermain aman dan menghindari ketidakpastian dan ancaman. Maddi percaya bahwa dengan ketidakpastian, ancaman, dan bermain aman akan membuat seseorang tidak akan berkembang. Oleh karena itu, seseorang lebih baik terus menerus mencoba dan belajar meskipun hasilnya baik atau buruk akan membuat seseorang tersebut akan menjadi lebih baik.

(43)

tersebut menggambarkan kesempatan daripada ancaman (Maddi dalam Cash & Gardner, 2011). Dalam definisi ini tantangan adalah pemikiran bahwa perubahan adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang. Melalui perubahan tersebut seseorang akan mendapatkan sebuah hal yang akan menguntungkan bagi dirinya.

Dari beberapa definisi tantangan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tantangan adalah keyakinan atau pemikiran untuk terus berubah dan terus mencari pengalaman baik positif maupun negatif untuk dijadikan pembelajaran demi perkembangan diri sendiri daripada menjadi stagnasi, bermain aman, dan menghindari ancaman.

3. Faktor yang mempengaruhi Hardiness

Faktor pertama yang mempengaruhi kepribadian hardinessadalah pengalaman. Funder berpendapat bahwa sifat

tumbuh melalui interaksi antara pengalaman pribadi seseorang dengan genetis manusia. Oleh karena itu, melalui kondisi dan pengalaman yang mendukung maka sangat mungkin Hardiness dapat berkembang dan dipelajari (Algoe & Fredrickson dalam Cash & Gardner, 2011).

(44)

bukti yang empirik, hardiness berkembang pada orang yang didukung oleh orang-orang disekitar mereka bahwa mereka dapat merubah situasi yang penuh tekanan menjadi keuntungan dan mereka yang mengerti mengenai diri mereka sendiri yang membuatnya benar-benar terjadi (Maddi, 2002).

Hardiness juga bisa dipengaruhi oleh orang disekitar kita,

salah satunya adalah pemimpin. Seorang pemimpin yang menerapkan metode diskusi, komunikasi, berbagi pengalaman yang penuh dengan tekanan dan direkonstruksi secara positif akan memberikan pengaruh kepada seluruh anggota kelompok dalam pembentukan sikap hardiness (Bartone, 2006).

Pelatihan keahlian dalam coping, dukungan sosial, relaksasi, nutrisi dan aktivitas fisik merupakan pelatihan kemampuan yang digunakan untuk membangun perilaku komitmen, kontrol, dan tantangan (Maddi, 2002).

B. Partisipasi dalam Kegiatan Non-Akademis

1. Definisi Partisipasi dalam Kegiatan Non-Akademis

Partisipasi memiliki arti perihal turut serta di suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta (kbbi.web.id). Keaktifan memiliki arti sebagai kegiatan atau kesibukan (kbbi.web.id).

(45)

bukan (kbbi.web.id), sedangkan akademik atau akademis memiliki arti mengenai akademi atau mengenai teori-teori. Dari beberapa pengertian tersebut, bisa diartikan kegiatan non-akademik adalah sebuah kegiatan yang tidak berhubungan dengan teori-teori ataupun akademi.

Sedangkan ekstrakurikuler atu kegiatan non-akademis memiliki arti kegiatan yang bersama dengan aktivitas sekolah saling melengkapi satu sama lain yang diadakan di lingkungan sekolah, dan pada umumnya berada dalam pengawasan sekolah (Moriana, Alos, Alcala, Pino, Herruzo,& Ruiz, 2006).

Berdasarkan pengertian dari keaktifan dan kegiatan non-akademis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa partisipasi dalam kegiatan non-akademis didefinisikan sebagai kesibukan yang dikarenakan keikutsertaan pada sebuah kegiatan diluar aktivitas sekolah yang berada dalam pengawasan sekolah.

2. Keuntungan berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis

Berpartisipasi dalam Ekstrakurikuler (kegiatan non-akademis) memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah:

(46)

Kegiatan ekstrakurikuler juga mengalihkan anak muda dari perilaku yang beresiko tinggi pada relasi teman sebaya (seperti merokok), mengajarkan kemampuan dan kompetensi yang positif, dan struktur hubungan sosial dengan orang dewasa yang suportif dan prososial dengan sebaya melalui afiliasi dan pengaturan perilaku (Fletcher, Nickerson, & Wright dalam Mason, Schmidt, Abraham, Walker, & Tercyak, 2009).

Otto dalam penelitiannya memastikan bahwa partisipan dalam kegiatan non-akademis berkaitan dengan peningkatan penyesuaian diri, model bersosialisasi, integritas sosial, dan mengurangi menjauhkan diri dan ketidakberdayaan (Marsh, 1992).

Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler memiliki dampak yang positif bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler akan disiapkan sebagai faktor pelindung stres, tekanan, dan depresi. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga mengajarkan kemampuan dan kompetensi yang positif. Selain itu, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga meningkatkan relasi dengan teman sebaya.

3. Kegiatan non-akademis di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(47)

tersebut diatur dalam sistem poin kegiatan kemahasiswaan. Mahasiswa diharuskan mengumpulkan 8 poin (D3) atau 10 poin (S1) sebagai persyaratan ujian akhir atau pendadaran (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008). Mahasiswa diharapkan mengikuti kegiatan di luar kegiatan perkuliahan. Hal ini dikarenakan USD memiliki visi yang mengedepankan keunggulan secara berimbang antara aktifitas akademik dan non-akademik (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008).

Menurut Universitas Sanata Dharma, mengkuti kegiatan non-akademis memiliki tujuan tersendiri, yaitu mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kepribadian dan softskills mereka untuk menjadi pribadi yang matang dan unggul secara personal, interpersonal, maupun organisasional. Selain itu tujuan lainnya adalah meraih nilai tambah bagi pengembangan diri mahasiswa di luar kelas, baik yang bersifat kegiatan akademik maupun non akademiksehingga lulusan nanti siap mengambil peran aktif di dalam dunia kerja dan masyarakat (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008).

(48)

a. Kegiatan non-akademis di luar lingkungan kampus

Kegiatan non-akademis di luar kampus contohnya adalah mudika, RT, Karang Taruna, LSM, ormas (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan, 2008).

b. Kegiatan non-akademis di dalam lingkungan kampus

Kegiatan non-akademis di dalamkampus contohnya adalah

kepanitiaan, organisasi kemahasiswaan, peserta pelatihan atau

workshop, pemakalah (Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan,

2008).

C. Kaitan Antara Kepribadian Hardiness dengan Partisipasi Dalam Kegiatan Non-Akademis

(49)

mahasiswa. Dinamika tersebut membuat mahasiswa melatih kemponen kontrol mahasiswa.

(50)

Dari beberapa definisi kontrol, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kontrol adalah sebuah pemikiran dan tindakan untuk dapat ikut andil dan mempengaruhi sebuah hasil dari sebuah kegiatan yang ada di sekitar orang tersebut daripada tidak melakukan apapun atau tidak berdaya dalam suatu hal yang terjadi disekitarnya (Hudek-Knezevic & Krapic, 2012; Kalantar, Khedri, Nikbakht, & Motvalian, 2013; Cash & Gardner, 2011; Maddi, 2012). Kegiatan non-akademis merupakan sebuah komunitas yang memiliki kesamaan minat dan hobi dengan anggota yang sedikit. Dengan begitu, mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis akan dilatih untuk berperan dan berkontribusi langsung pada kegiatan non-akademis tersebut. Hal ini akan melatih mahasiswa untuk terbiasa terlibat dan berkontribusi pada semua kegiatan yang diikutinya. Oleh karena itu, seseorang yang mengikuti kegiatan non-akademis akan terbiasa melakukan berbagai hal yang dapat memberikan kontribusi kepada kegiatan yang ada di sekitarnya daripada hanya diam saja dan hanya mengikuti hasil yang ada. Oleh karena itu, mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis akan memiliki aspek kontrol yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

(51)

sebuah kegiatan non-akademis yang sesuai dengan minatnya tentunya lebih suka untuk terlibat dalam hal tersebut daripada hanya berdiam saja atau berdiam diri dirumah setelah kuliah atau mengerjakan tugas. Komponen ini menjadi komponen yang mengambil peran dalam membedakan tingkat Hardiness pada mahasiswa yang mengikuti kegiatan akademis dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis diartikan sebagai orang yang mengikuti sebuah aktivitas yang sesuai dengan minat dan keingintahuan mereka. Memang mahasiswa akan memiliki komitmen pada kuliah, namun komitmen orang yang mengikuti kegiatan non-akademis akan lebih tinggi daripada komitmen mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis diartikan sebagai mahasiswa yang hanya berpartisipasi pada kuliah yang sesuai dengan minat dan keingintahuan mereka dibandingkan dengan mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis yang bisa dikatakan memiliki ketertarikan pada lebih dari satu hal saja dan berpartisipasi dalam hal tersebut, sehingga membuat dirinya memiliki aspek komitmen yang lebih tinggi.

(52)

2011; Maddi, 2012). Berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis bisa dijadikan sebuah perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa. Selain itu, partisipasi terhadap kegiatan non-akademis akan membuat seseorang merasa tertantang dan mencari pengalaman baik positif maupun negatif melalui kegiatan akademis tersebut. Dalam mengikuti kegiatan non-akademis pasti akan dihadapkan pada berbagai pilihan yang tidak didapat di tempat lain, seperti perlombaan, pertunjukan, praktek, dan macam-macam kegiatan kegiatan non-akademis yang lain. Dengan begitu maka mahasiswa akan semakin tertantang dan tidak bermain aman untuk mendapatkan berbagai pengalaman baru yang berguna bagi dirinya daripada hanya diam saja, dan menghindari berbagai ancaman yang ada. Mahasiswa yang sudah memutuskan untuk mengikuti kegiatan non-akademis akan memiliki aspek tantangan yang lebih tinggi dikarenakan dia percaya dengan mengikuti kegiatan kegiatan non-akademis ini, dirinya menjadi diri yang semakin baik dengan berbagai perubahan yang ada dan pembelajaran yang ada dalam kegiatan non-akademis tersebut.

Dengan semakin meningginya tiga aspek yang merupakan aspek penyusun kepribadian Hardiness, maka secara tidak langsung dengan mengikuti kegiatan non-akademisakan membuat memiliki kepribadian Hardiness yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak

(53)

berikut adalah bagan alur pikir dari penelitian ini:

D. Hipotesis

Hardiness pada mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis

lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

(54)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian bertujuan untuk menghasilkan sesuatu yang besar. Dari hasil tersebut, diharapkan dapat menjadi suatu informasi yang dapat berguna bagi kehidupan dalam masyarakat. Oleh karena itu, metode penelitian yang jelas dibutuhkan dalam setiap penelitian. Berikut ini akan disampaikan metode penelitian dari penelitian ini yang berupa jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasi variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan pelaksanaan penelitian.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan komparasi atau perbedaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan sebuah variabel pada dua kelompok independen yang berbeda.

B.Variabel Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan kali ini terdapat dua variabel yang akan digunakan, yaitu:

(55)

C.Definisi Operasional

1. Hardiness

Hardiness adalah kepribadian yang stabil namun dapat dipelajari

dan berkembang melalui kondisi, pengalaman, dan pelatihan yang mendukung. Hardiness merupakan sebuah kepribadian yang terdiri dari komponen Kontrol (Control), Komitmen (Commitment), dan Tantangan (Challenge) yang dapat membuat seseorang berusaha dan bekerja keras untuk dapat mengubah situasi yang penuh tekanan menjadi sebuah keuntungan baginya.

Kepribadian hardiness dalam penelitian kali ini diukur dengan menggunakan skala kepribadian hardiness yang merupakan hasil pembuatan dari peneliti yang telah di uji cobakan dan diseleksi. Tinggi atau rendahnya tingkat hardiness mahasiswa, dapat dilihat melalui skor total yang didapatkannya. Semakin tinggi skor total mahasiswa, maka semakin tinggi pula tingkat kepribadian hardiness orang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah perolehan skor total subjek maka akan menandakan semakin rendah pula kepribadian hardiness orang tersebut.

2. Partisipasi dalam kegiatan non-akademis

(56)

diartikan kegiatan non-akademik adalah sebuah kegiatan yang tidak berhubungan dengan teori-teori ataupun akademi.

Dalam penelitian kali ini, partisipasi aktif dalam kegiatan non-akademis tidak hanya dilihat menggunakan kriteria dari data demografi. Peneliti melihat partisipasi dalam kegiatan non-akademis dengan cara mendatangi langsung kegiatan non-akademis yang berlangsung dan kemudian menyebarkan kuesioner pada saat perkumpulan kegiatan non-akademis tersebut berakhir. Selain itu, data demografi juga digunakan dalam penelitian ini. Data demografi yang digunakan adalah inisial subjek, angkatan, jenis kelamin, apakah subjek mengikuti kegiatan non-akademis, jenis kegiatan non-akademis yang diikuti, dan sejak kapan mengikuti kegiatan non-akademis tersebut.

D.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang aktif mengikuti kegiatan non-akademis dan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Pemilihan subjek ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan tingkat hardiness antara mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan non-akademis dan

mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

(57)

sampel ini merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Noor, 2012).

E.Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menyebar kuesioner yang berisikan tentang data demografi dan skala hardiness. Pertanyaan mengenai keikutsertaan dalam kegiatan non-akademis berisikan tentang kegiatan non-akademis yang diikuti dan sejak kapan mengikuti kegiatan tersebut. Skala kepribadian hardiness merupakan ciptaan dari peneliti sendiri.

Metode yang digunakan dalam penskalaan kali ini adalah metode Likert yang jawabannya berdasarkan pilihan dari subjek sendiri. Terdapat empat rentang dalam penskalaan kali ini yaitu, sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dalam skala kali ini terdapat dua jenis aitem, yaitu favourable dan unfavourable. Untuk aitem favourable, rentang penilaian

bergerak dari 1 hingga 4. Jawaban sangat tidak setuju bernilai 1, tidak setuju bernilai 2, setuju bernilai 3, dan sangat setuju bernilai 4. Sedangkan untuk aitem unfavourable bergerak sebaliknya dari 4 hingga 1. Jawaban sangat tidak setuju bernilai 4, tidak setuju bernilai 3, setuju bernilai 2, dan sangat setuju bernilai 1.

(58)

Berikut adalah tabel blue print aitem: Tabel 3.1

Blue Print Skala Kepribadian Hardiness Sebelum Uji Coba

Komponen mempengaruhi sebuah hasil dari sebuah kegiatan.

b. Menolak untuk tidak melakukan apapun atau tidak berdaya dalam hal disekitarnya.

(59)

3. Tantangan

a. pemikiran untuk terus berubah dan terus mencari pengalaman baik positif maupun negatif untuk dijadikan pembelajaran demi perkembangan diri sendiri. b. Menghindari stagnasi, bermain

aman, dan menghindari ancaman.

Sebelum melakukan pengukuran yang sesungguhnya, peneliti melakukan percobaan terlebih dahulu dengan menggunakan alat ukur yang sudah dibuat. Uji coba ini dilakukan untuk melihat reliabilitas dari alat ukur, selain itu uji coba juga dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan aitem-aitem untuk menjadi pembeda pemikiran dan tindakan subjek penelitian terhadap variabel yang ingin diteliti.

(60)

uji coba yang kedua dilakukan pada tanggal 4 Februari 2014 dengan cara menyebarkan kuesioner pada teman-teman mahasiswa Psikologi angkatan 2012-2013 dan pengembalian kuesioner dilakukan pada hari itu.Peneliti menyebar 110 kuesioner dan menerima 110 kuesioner dalam keadaan terisi dan layak untuk dianalisa.

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

a. Validitas

Pengukuran validitas dalam skala ini dilakukan melalui validitas isi dengan analisis professional judgement. Dalam hal ini dosen selaku professional judgement meneliti dan mengkoreksi setiap aitem yang sudah dibuat oleh peneliti agar sesuai dengan aspek-aspek yang ada dalam variabel yang ingin diukur.

b. Seleksi aitem

(61)

sebagai aitem yang gugur. Dari hasil tersebut, terdapat 14 aitem yang dinyatakan gugur dalam skala ini.

Berikut adalah tabel aitem setelah uji coba Tabel 3.2

Persebaran Aitem Skala Kepribadian Hardiness Setelah Seleksi Aitem Komponen mempengaruhi sebuah hasil dari sebuah kegiatan.

b. Menolak untuk tidak melakukan apapun atau tidak berdaya dalam hal disekitarnya.

(62)

3. Tantangan

a. pemikiran untuk terus berubah dan terus mencari pengalaman baik positif maupun negatif untuk dijadikan pembelajaran demi perkembangan diri sendiri. b. Menghindari stagnasi, bermain

aman, dan menghindari ancaman. *keterangan: 1) Nomor yang digaris bawah adalah nomor aitem yang dinyatakan

gugur

2) Nomor dalam tanda kurung adalah nomor baru dalam skalapengambilan data

Berdasarkan hasil diatas, maka skala berisikan 22 aitem. 22 aitem tersebut terdiri dari 13 aitem favourable dan 9 aitem unfavourable.

c. Reliabilitas

(63)

reliabilitas aitem sebesar 0,837. Hal ini berarti variasi yang tampak pada skor skala tersebut mampu mencerminkan 83,7% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok subyek yang bersangkutan. Maka dapat diketahui bahwa 16,3% dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi eror atau kesalahan pengukuran.

G. METODE ANALISIS DATA

1) Uji Asumsi: Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak (Priyatno, 2013). Dalam menguji homogenitas varian data, dilakukan uji homogenitas menggunakan perhitungan statistik Levene Statistic dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.

2) Uji Asumsi: Normalitas

(64)

3) Uji Hipotesis: Uji Beda

(65)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasannya. Peneliti akan berusaha memaparkan deskrtipsi data yang didapatkan dari penelitian melalui kuesioner termasuk pembahasan hasil yang diperoleh melalui perbandingan mean dari dua kelompok yang sudah ditentukan.

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

(66)

menyebar skala dengan beberapa cara, yaitu menghadiri perkumpulan kegiatan non-akademik tersebut dan menyebarnya ketika perkumpulan itu selesai. Cara yang lain adalah dengan menitipkan pada ketua dari perkumpulan kegiatan non-akademik untuk desebarkan dalam perkumpulan tersebut. Pada hari Jumat, 28 Maret 2014 kuesioner kembali ke tangan peneliti dan siap untuk dianalisis. Dari 230 kuesioner yang disebar, ada 200 kuesioner yang kembali, 197 kembali dalam keadaan terisi dan dapat dilakukan analisis. Terdapat 3 kuesioner yang kembali namun dinyatakan tidak bisa dianalisis karena ada beberapa hal yang tidak memenuhi syarat, seperti data demografi yang kosong dan kriteria yang tidak memenuhi syarat peneliti untuk subjek yang mengikuti kegiatan non-akademik.

B. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Subjek Penelitian

(67)

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Partisipan Persentase

Laki-laki 103 52,3 %

Perempuan 94 47,7 %

Total 197 100 %

Tabel 4.1 Persebaran partisipan berdasarkan jenis kelamin Dari tabel diatas, dapat diperoleh informasi mengenai perbedaan jumlah subjek yang tidak mencolok.

Partisipasi dalam kegiatan non-akademik

Partisipasi dalam

kegiatan

non-akademik

Jumlah Partisipan Persentasi

Berpartisipasi 104 52,8 %

Tidak Berpartisipasi 93 47,2 %

Total 197 100 %

Tabel 4.2. Persebaran partisipan berdasarkan partisipasi dalam kegiatan non-akademik

(68)

2. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 4.3. Deskripsi Statistik

Berdasarkan tabel,dapat diketahui bahwa skor rata-rata dari subjek penelitian dalam kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis berbeda dengan rata-rata dari kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis memiliki skor rata-rata sebesar 69,67, sedangkan skor rata-rata dari kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis sebesar 64,82.

3. Hasil Uji Asumsi

a. Normalitas

(69)

evaluation version. Dasar penentuan normal atau tidaknya data yang

diperoleh adalah dengan menggunakan signifikansi , apabila lebih kecil dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data tidak normal. Sebaliknya, jika signifikansi lebih besar dari 0,1 maka kesimpulannya sebaran data yang diperoleh normal. Uji normalitas dilakukan pada kedua kelompok mahasiswa secara terpisah, hal ini dikarenakan kedua kelompok tersebut bersifat independen dan tidak ada hubungan satu sama lain.

Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat diperoleh bahwa nilai signifikasi pada kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis adalah 0,202 dan signifikasi pada kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis adalah 0,200. Karena signifikasi kedua kelompok lebih besar dari 0,100, maka dapat disimpulkan bahwa data kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis maupun mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis normal secara statistik.

b. Homogenitas

(70)

varianyang berbeda.Berdasarkan hasil pengujian homogenitas dapat dilihat bahwa nilai sebesar 0,947. Karena nilai signifikasi lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varian yang sama.

4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian data pada penelitian dilakukan melalui Independent Sample T-test menggunakan SPSS 16.0 for windows evaluation version. Pengujian hipotesis diperoleh melalui perbandingan nilai t obeserved dengan nilai t table critical. Jika nilai t observed lebih tinggi dibandingkan dengan t table critical maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai t observed sebesar 5,209. Berdasarkan t table critical 0,01 one tailed diperoleh angka 2,3456 (easycalculation.com). Berdasarkan

angka tersebut maka t observed (5,209) lebih besar daripada t table critical 0,01 one tailed (2,3456). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kepribadian hardiness antara mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

Lalu untuk menentukan arah hipotesis dapat diperoleh melalui perbedaan mean. Berdarsarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Mean pada kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis

(71)

mengikuti kegiatan non-akademik memiliki tingkat hardiness yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademik.

5. Hasil Analisis Tambahan

Peneliti juga melakukan pengujian kepada tiga komponen hardiness. Pengujian dilakukan untuk melihat apakah tiap komponen

hardiness bisa membedakan mahasiswa berdasarkan partisipasi dalam

kegiatan non-akademis. Berdasarkan hasil pengujian Uji t pada tiap komponen maka diperoleh hasil sebagai berikut

Komponen Berpartisipasi Tidak

Berpartisipasi

Tabel 4.4. Hasil uji t tiap komponen

(72)

perbedaan komponen kontrol dan komitmen pada mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis. Sedangkan dari hasil uji t pada komponen tantangan ternyata tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

C. PEMBAHASAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepribadian hardiness mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari partisipasi dalam kegiatan non-akademis. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai t observed sebesar 5,209. Berdasarkan t table critical 0,05 one tailed diperoleh angka 1,6527. Berdasarkan angka

tersebut maka t observed (5,209) lebih besar daripada t table critical 0,05 one tailed (1,6527). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan kepribadian hardiness antara mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

Lalu untuk menentukan arah hipotesis dapat diperoleh melalui perbedaan mean. Berdarsarkan hasil pengujiandapat diketahui bahwa Mean pada kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis

(73)

perbedaan Mean sebesar 4,845, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademik memiliki tingkat hardiness yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.Oleh karena itu, hipotesis dari peneliti bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis memiliki tingkat kepribadian hardiness yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis dalam penelitian kali ini terbukti.

Peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan melakukan uji t pada setiap komponen hardiness. Berdasarkan hasil tersebut, komponen kontrol memiliki sebesar 0,023. Komponen komitmen memiliki sebesar 0,000 dan komponen tantangan memiliki sebesar 0,356. Berdasarkan hasil itu dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada komponen kontrol dan komitmen pada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis. Hasil lain yang dapat disimpulkan adalah tidak ada perbedaan pada komponen tantangan antara mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non akademis.

(74)

non-akademis, mahasiswa dapat mengembangkan kepribadian hardiness terutama dalam komponen kontrol dan komitmen. Hal dikarenakan dengan mengikuti kegiatan non-akademis maka mahasiswa akan lebih banyak memperoleh kesempatan untuk melatih komponen kontrol dan komitmen dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

Selain itu, dari hasil penelitian membuktikan bahwa ternyata tidak ada perbedaan komponen tantangan antara mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis maupun yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis. Hal ini membuktikan bahwa tantangan yang dialami mahasiswa dalam mengikuti kegiatan non-akademis tidak berbeda dengan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademis.

Hal ini menjadi tambahan baru bagi bidang ilmu psikologi khususnya pada hal hardiness. Hardiness merupakan penggabungan dengan tiga komponen (Commitment, Control, dan Challenge) atau perilaku yang secara bersama-sama membuat seseorang bisa mengubah keadaan yang penuh tekanan dari sesuatu yang mengancam menjadi suatu yang menguntungkan (Maddi, 2004 dalam Kalantar, Khedri, Nikbakht, dan Motvalian, 2013).

Hardiness dapat berkembang dan dipelajari (Algoe dan

(75)

kegiatan non-akademis. Memang belum ada penelitian apakah dengan mengikuti kegiatan non-akademis, tingkat kepribadian hardiness seseorang akan dapat meningkat atau tidak, namun dari penelitian yang sudah dilakukan bahwa benar mahasiswa yang mengikuti kegiatan non-akademis memiliki tingkat hardiness yang lebih baik daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan non-akademik. Dengan mengikuti kegiatan non-akademis, seseorang secara tidak langsung akan mendapatkan pelatihan langsung pada tiga komponen yang menyusun kepribadian hardiness.

Partisipasi mahasiswa dalam kegiatan non-akademis ini secara tidak langsung berhubungan dengan ketiga komponen yang ada dalam hardiness. Oleh sebab itu kegiatan non-akademis yang diwajibkan diikuti

oleh USD memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa. Selain bisa digunakan sebagai nilai tambah dan bukti pembelajaran attitude dan softskills, berpartisipasi dalam kegiatan non-akademis bisa menjadi acuan

Gambar

Tabel 3. 1
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepribadian Hardiness Sebelum Uji Coba
Tabel 3.2 Persebaran Aitem Skala Kepribadian Hardiness Setelah Seleksi Aitem
Tabel 4.1 Persebaran partisipan berdasarkan jenis kelamin
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma berdasarkan gender yang berarti

Berdasarkan hasil “ Analisis Kepuasan Mahasiswa Pada Kualitas Pelayanan Sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” maka penulis memberikan saran

Hasil analisis menunjukan bahwa: (1) Tingkat kepentingan mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta tergolong dalam kategori melebihi harapan perpustakaan Sanata Dharma

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berminat baik untuk menggunakan Bus Trans Yogyakarta dengan skor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa mengenai nilai-nilai Universitas Sanata Dharma. Pertanyaan penelitian ini adalah 1) bagaimana persepsi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROAKTIF DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN

Namun dalam pelaksanaan kegiatan promosi tersebut Perpustakaan Universitas Sanata Dharma tak lepas dari hambatan-hambatan, seperti : ada mahasiswa yang tidak

Kinerja bisnis online adalah hasil kerja yang meliputi aspek finansial dan non-finansial yang dapat dicapai oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada program studi