• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

1

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE IQRA DALAM PENDIDIKAN NON FORMAL SANTRI TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN (TPA)

HAQQUL YAQIEN KEL. PARANG TAMBUNG KEC. TAMALATE KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

SANTIANA NIM. 105 19 00984 10

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M

(2)

2 PRAKATA



نيلسرملاوءايبنٔلاا ف رشا ىلع ملاساو ةلاصلاو نيمل اعلا بر للهدمحلا نيعمخا هب احصاو هلا ىلعو ٠

دعب اما

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah menganugrahi kesehatan, petunjuk dan hikmah kepada penulis sehingga selesailah penulisan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw, yang telah menuntun umat-Nya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni Agama Islam.

Skripsi yang wujudnya sederhana ini diajukan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam universitas Muhammadiyah Makassar

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis atas selesainya skripsi ini. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang telah membantu dan mendukung atas terselesaikannya karya tulis ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Kedua Orantua Saya, Ayahanda Alimuddin Dg Ngemba dan Ibunda Saiyah Dg Cora, yang selama ini hidup dengan gigih, sabar dan ikhlas memelihara, mendidik, menyekolahkan saya sampai kejenjang perguruan tinggi.

(3)

3

2. Keluarga besar Alimuddin, Kakaku tersayang (Sariana, Sariwati, Saharuni, Sanawia, Satriani, Al-Bilal, St.Sulaiha) dan Adikku Tercinta(Sohrawanti Alimuddin ) terimah kasih atas doanya..Amin

3. Ayahanda Dr. H. Irwan Akib, M, Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I. Dekan Fakutas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibunda Amirah Mawardi S.Ag,M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Uiversitas Muhammadiyah Makassar .

6. Ayahanda Dr. Abd. Rahim Razaq, M. Pd Dosen Pembimbing I dan Ayahanda Muri Halid, M. Pd.I. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjung, nasehat, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Tata usaha Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

8. Kepada teman-teman Angkatan 2010 FAI Khususnya kelas D/

PAI,yang banyak membantu, memberikan masukan, dorongan, dan semangat sehingga panyusunan skripsi ini telah selesai di susun,

9. Kepada teman-teman Remaja Masjid Haqqul Yaqin ( Sulaiman, Akbar Tambung S.Pd, Hasriadi SE, Arham, Nur Aini, Aisyah,Andi Hani, A.Ma,St Hajar, Suci, yang senantiasa

(4)

4

meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan dan memberikan masukan. Peneliti Mengucapkan “Jazaqumullah Khairan Kasir’a”.

Harapan yang sangat besar semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi diri penulis. Semoga semua pihak yang telah membantu mendapat pahala yang sesuai dengan amal ibadahnya.

Amin.

Karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca utamanya rekan-rekan calon guru.

Makassar, 26 Syawal 1435 H

21 Agustus 2014 M

Penyusun,

Santiana NIM: 105190098410

(5)

5 ABSTRAK

SANTIANA. 105190098410 “Efektifitas Penerapan Metode Iqra’ dalam Pendidikan Non Formal Santri Taman Pendidikan Haqqul Yaqin Kel.Parang Tambung Kec. Tamalate Kota Makassar”

(dibimbing oleh Abd. Rahim Razaq, dan Muri Halid).

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas metode penerapan metode Iqra’ dalam pendidikan non formal. Untuk mengetahui faktor- faktor penghambat dalam pelaksanaan pengajaran Al quran dan usaha-usaha untuk mengatasi kendala tersebut. Serta untuk mengetahui sejauh mana pemahan santri Taman Pendidikan Al quran Haqqul yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar dalam pembelajaran Al quran melalui metode Iqra

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, dimana penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan angka sedangkan metode

deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Populasi adalah semua pihak yang berada di Taman Pendidikan Al quran Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang berjumlah 96 orang, sedangkan sampel penelitian berjumlah 40 orang dengan teknik sampling random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sehingga semua subyek dianggap sama dan mempunyai kesempatan menjadi subyek penelitian.

Seluruh data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen pokok berupa teknik Angket, observasi wawancara dan dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

Kemudian seluruh data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisi dengan metode hipotesis asosiatif(hubungan) yaitu pearson product moment .populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Hasil penelitian membuktikan bahwa, metode Iqra’ efektif digunakan dalam pembelajaran Al quran. Hal ini tampak pada jawaban angket yang disebarkan kepada respondent yang terdapat korelasi kedua variabel dengan angka 0,654 atau 43% yang berarti terdapat korelasi positif antara efektifitas pembelajar membaca Al quran dengan menggunakan metode Iqra’ adapun faktor yang menjadi kendala dalam penerapan metode adalah kurangnya alokasi waktu yang tersedia, sarana dan prasarana pembelajaran serta adanya rasa kemalasan santri mengikuti pembelajaran, adapun sulusinya adalah menambah jam pelajaran, melengkapi sarana dan prasarana yang kurang serta menambah pengetahuan guru dalam memotivasi Santri Taman Pendidikan Al quran haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(6)

6 DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii

PENGESAHAN SKRIPSI...iv

PRAKATA...v

ABSTRAK...viii

DAFTAR ISI ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitan...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Metode Iqra ...9 9 1. Pengertian Metode Iqra’...9

2. Kriteria Pemilihan Metode...11

3. Pengertian Iqra’...14

4. Pengertian Efektifitas...18

5. Pengukuran Efektifitas...19

B. Pendidikan Non Formal...21

1. Pengertian Pendidikan...21

2. Pendidikan Non Formal...24

(7)

7 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...28

B. Lokasi dan Objek Penelitian...28

C. Variabel Penelitian...29

D. Definisi Operasional Variabel………...29

E. Populasi...29

F. Instrumen Penelitian...31

G. Teknik Pengumpulan Data...33

H. Teknik Analisis Data...34

BAB IV HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...37

1. Selayang Pandang TPA Haqqul Yaqin...37

2. Keadaan Guru dan Santri TPA Haqqul Yaqin...37

3. Fasilitas TPA Haqqul Yaqin ...40

B. Proses Kegiatan Belajar Mengajar...40

1. Pelaksanaan Pembelajran Al Quran Dengan Menggunakan Metode Iqra’ Santri TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...41

A. Guru TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...44

B. Santri TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...45 C. Metode Yang digunakan TPA Haqqul Yaqin

(8)

8

Kecamatan Tamalate Kota Makassar...46

D. Kurikulum TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...46

a. Kerangka Dasar...46

b. Struktur Kurikulum TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...47

2. Deskripsi Hasil Belajar Al Quran Melelui Metode Iqra’ TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...47

3. Interprestasi Data Antara Efektifitas Pembelajaran Al quran dengan Menggunakan Metode Iqra’...63

BAB V PENUTUP...68

A. Kesimpulan...68

B. Saran...69

DAFTAR PUSTAKA... 71 LAMPIRAN- LAMPIRAN

(9)

9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Populasi Guru dan Santri TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate

Kota Makassar...30

Tabel 2. Sampel Guru dan Santri TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...31

Tabel 3. Intrerprestasi Variabel X dan Variabel Y...35

Tabel 4. Keadaan Guru TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate kota Makassar...38

Tabel 5. Keadaan Santri Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...39

Tabel 6. Sarana dan Prasarana TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...40

Tabel 7. Dalam membaca Santri tidak mengeja bacaan...48

Tabel 8. Guru tidak banyak menuntun namun sesekali memberi contoh...49

Tabel 9. Guru menyimak bacaan Santri satu persatu...50

Tabel. 10. Buku/Modul Iqra’ digunakan oleh Guru dan Santri dalam pembelajaran membaca Al quran ...51

Tabel 11. Guru memberikan pujian jika bacaan Santri lancar...52

Tabel 12. Ketika mengajar membaca, guru tidak berhadapan langsung dengan Santri...52

Tabel 13. Santri tidak membaca satu halam jika bacaannya sudah fasih...53

Tabel 14. Guru memberikan reward pasa Santri yang bagus bacaannya...54

(10)

10

Tabel 15. Guru mempraktekkan bacaan pada Santri...55

Tabel 16. Karena simpelnya bentuk model Iqra, dapat dibaca dan dibawa dimanapun yang di inginkan...56

Tabel 17. Guru menganjurkan Santri untuk mengulang-ulang bacaan...57

Tabel 18. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis...58

Tabel 19.Guru tidak menggunakan metode Iqra’...58

Tabel 20. Santri mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam belajar...59

Tabel 21. Saya berusaha membaca Al quran sesuai kaidah ilmu Tajwid....60

Tabel 22. Santri tidak mengetahui huruf Hijayyah...60

Tabel 23. Santri malas membaca Al quran walaupun mereka melihat orang sering membaca Al quran...61

Tabel 24. Dengan ruang yang luas dan nyaman, santri tetap malas mengikuti pelajaran Al quran...62

Tabel 25. Guru tidak mengajak Santri untuk ikut Aktif dalam pembelajaran...63

Tabel 26. Hasil analisis variabel Metode Iqra’ di TPA haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar...64

(11)

11 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alquran adalah kitab suci Islam yang menjadii sumber ajaran Islam, berfungsi sebagai petunjuk serta pedoman kidup untuk mencapai ridho dunia dan akhirat. Membaca Alquran dimulai dari membaca huruf- hurufnya adalah wajib, sebab merupakan langkah awal pemahaman dan pengamalan isi kandungan Alquran.

Alquran menurut bahasa, ialah bacaan atau yang dibaca

"sedangkan menurut istilah Alquran adalah firman Allah yang tiada tandingannya, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s.

Alquran adalah ilmu yang paling mulia dan isinya merupakan kandungan dari bumi ini dan akhirat, sehingga Alquran dijadikan pedoman hidup umat islam di seluruh alam yang dituls pada mushaf- mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah.”

Menurut Muhammad, Fauroni dan R. Lukman, 2002: 9

Alquran ditegaskan sebagai suatu hal yang sangat di yakini oleh umat islam sebagai kitab sanawi yang merupakan petunjuk sempurna dan abadi bagi seluruh umat islam, Alquran banyak mengandung prinsip- prinsip dan petunjuk fundamental untuk menjawab setiap permasalahan hidup.

Allah Swt berfirman, Qs. Al-Insaan ayat 23

(12)

12















Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” ( Kementrian Agama RI:

2009)

Qs. Al–Furqan ayat 32

































Terjemahnya:

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” ( Kementrian Agama RI: 2009)

Di ayat lain Allah Swt berfirman, Qs. Al-Isra ayat 106





















Terjemahnya:

“Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian( Kementrian Agama RI: 2009)

Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus (1979: 34) dan Kafrawi (1978: 17)

Secara historis pembelajaran Alquran di Indonesia tumbuh dan tersebar beriringan dengan tersebarnya agama Islam. Sebab di mana ada umat Islam, sudah dipastikan segera diikuti oleh berdirinya masjid atau mushalla, yang disamping sebagai tempat ibadah, juga sekaligus sebagai sentral pengajian, baik pengajian anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, maupun pengajian umum.

Menurut M.Quraish shihab,1992: 21

(13)

13

Alquran datang dengan membuka lembar- lembar mata manusia, agar mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka di pentas bumu ini. Juga, agar mereka tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga mereka tidak menduga bahwa hidup mereka hanya dimulai dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian.

Sehingga sangat banyak ayat Allah atau Hadits Rasulullah yang mengungkapkan betapa pentingya hidup di bawah naungan Alquran, baik dalam posisi sebagai orang yang belajar Alquran maupun yang mengajarkannya.

ُهَمَّلَع َو َنآ ْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُكُرْيَخ (

دمحا هاور )

Artinya :

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya” ( HR. Bukhari dan Muslim )

Qs. Yunus Ayat 3



































Terjemahnya:

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Alquran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. ( Kementrian Agama RI: 2009)

Mengamalkan ajaran Alquran adalah suatu kewajiban bagi umat Islam, untuk bisa mengamalkan Alquran dengan baik, paling tidak harus melalui beberapatahapan, yaitu ( 1) Membacanya dengan baik dan benar (2) Menghafal, (3) Mengerti makna ayat-ayatnya, dan (4) Mengamalkan.

Setiap Muslim harus bisa membaca Alquran dengan baik dan benar

(14)

14

sesuai dengan kaidah tajwid. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Saw, adalah Iqra yang terdapat pada ayat pertama surat al- .Alaq yang artinya. Bacalah.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Dengan membaca manusia terbebas dari buta huruf dan kebodohan yang memang tidak pantas dimiliki oleh seorang Muslim.

Menurut pendapat M. Quraish Shihab, 1992: 269

Tujuan pendidikan Alquran adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsianya sebagaimana hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.

Untuk mencapai tujuan pendidikan Alquran yang di atas, maka pembinaan yang dimaksud adalah manusia yang memiliki unsur- unsur material (jasmani) dan imaterial (akal dan jiwa). Pembinaan jasmani yang menghasilkan keterampilan dan Pembinaan akalnya yang menghasilkan ilmu sedangkan pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika.

Namun kenyataanya, dunia modern ini banyak umat islam yang tidak merminat untuk membacaanya, mempelajari, menghayati apalagi mengamalkannya, sehingga manusia saat ini jauh dari Alquran.

Sebagaimana Allah telah memberikan gambaran tentang hal tersebut dalam:

Qs. Al Furqon ayat 30 :

ا َر ْوُجْهَم َنآ ْرُقْلا اَذَه ا ْوُذ َخَّت ا ىِم ْوَق َّنِا ِّب َرَاي ُل ْوُس َّرلا َلاَق َو (

ناَق ْرُفْلَا :

٣٠

)

(15)

15 Terjemahnya :

“Berkata Rosulillah Saw: Ya Rabb ku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran ini sesuatu yang diacuhkan” ( Kemenag thn 2009)

Mempelajari Alquran dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap diri seseorang baik secara mental sikologis, maupun dalam sikap perilaku hidup sehari-hari. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa hidup banyak memiliki tantangan yang terkadang membawa kita dalam pemikiran positif dan negatif dalam meningkatkan nilai- nilai keimanan.

Setiap hari kita selalu disuguhkan tayangan yang merusak moral dan akhlaq. Bahkan seringkali kita juga menyaksikan berita- berita tindak kejahatan, kriminal, korupsi, pelecehan seksual, perdagangan anak di bawah usia, narkoba yang menyebabkan kematian sia- sia, dan banyak lagi kasus di sekeliling kita. Semua itu karena jauhnya kita dari agama.

yang memiliki landasan kitab Alquran.

Sebab itu, salah satu langkah solusi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut adalah mencetak generasi- generasi baru yang memiliki kepemimpinan bangsa yang faqih dan Qurani. Dalam rangka mempersiapkan generasi Islam yang dapat membaca Alquran secara baik dan benar sesuai dengan contoh-contoh yang telah diajarkan oleh Rosulullah Saw.

Sejak dahulu pengajaran Alquran terhadap anak merupakan sesuatu yang sangat penting, karena kemampuan membaca itu menjadi

(16)

16

dasar dalam pelaksanaan ibadah shalat. Kesadaran akan pentingnya anak-anak membaca Alquran bermula dari bagaimana orang tua mengarahkan dan membimbing anak- anaknya.

Dalam hal ini perang orang tua untuk mendidik anak yang berladasan Alquran dan As sunnah, setidaknya memantau anak dalam beraktivitas

Menurut, As’ad Human, 1995: 7

Sejak TKA-TPA diresmikan sebagai lembaga pengajaran diluar sekolah pada tanggal 10 pebruari 1991, oleh Mentri Agama RI Munawir Sadzali, MA. Anak- anak selama ini mengalami kesulitan dan kebosanan dalam belajar baca tulis, telah mampu membaca dan menulis Al-Quran dalam waktu yang relatif singkat, yakni rata-rata 6- 8 bulan

Di lembaga ini, anak belajar buku iqro yang disusun secara sistematis yakni mulai dari jilid satu sampai jilid enam. Selain belajar baca tulis anak bisa belajar sambil bermain, bernyanyi dan melakukan praktikum ibadah dengan dibimbing oleh ustaz- ustazahnya di TPA tersebut. Menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup membawa anak- anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Alquran.

Namun benarkah kemudian?

Tulisan dari Proposal ini akan mencoba menjawab pertanyaan di atas. Sejauhmana efektifitas metode Iqra melalui sistem TPA yang berada di lingkungan masyarakat kota Makassar. Tepatnnya Santri TPA Haqqul Yaqin Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

(17)

17

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka ruang lingkup permasalahan penelitian ini terdiri dari masalah :

1. Bagaimana proses pelaksanaan metode Iqra dalam Pendidikan non formal Santri TPA Haqqul Yaqin Kelurahan parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makssar?

2. Sejauh mana hasil pembelajaran Alquran dengan penerapan metode Iqra dalam Pendidikan non formal Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makssar?

3. Apakah metode Iqra efektif digunakan dalam pembelajaran non formal Santri TPA Haqqul Yaqin Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makssar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektifitas metode Iqra dalam pengajaran Alquran di TPA Haqqul Yaqin kecamatan Tamalate Kota Makassar

2. Untuk mengetahui faktor- faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam pengajaran metode Iqra di TPA Haqqul Yaqin.

3. Untuk mengetahui upaya- upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hambatan pengajaran metode Iqra di TPA Haqqul Yaqin Kecamatan Tamalate Kota Makassar

D. Manfaat Penelitian

(18)

18

Adapun kegunaan dalam penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menumbuh wawasan dan memperdalam Khasanah pengetahuan penulis terutama sekitar pengetahuan tentang pembinaan dan pengajaran metode Iqra pada TPA.

2. Dengan tulisan ini dapat memberikan kontribusi pemikiran baru untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru mengaji.

3. Menjadi bahan bacaan serta bahan rujukan terhadap penelitian serupa ditempat lain dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam.

(19)

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas Metode Iqra 1. Pengertian Metode

Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Sehingga dalam hal ini guru dapat mempelajari dan menguasai bagaimana metode pembelajaran yang disesuaikan dalam kondisi peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan dengan metode tersebut peserta didik dengan mudah menerimanya dalam proses belajar mengajar, sehingga santri dapat aktif dalam pembelajaran.

Kedudukan metode dalam belajar mengajar yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan beljar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Metode juga berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar seseorang

(20)

20

Menurut, “soegarda poerbakawatja, 1982: 213, Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata metodhos yang berarti cara atau jalan” sedangkan menurut “M. Abdul Ghofur, 2000: 187, dalam metode, titik tekanya terletak pada cara atau jalan yang akan ditempuh dalam menyajikan bahan pelajaran atau mata pelajaran tertentu sehingga mudah diterima.”

M. Yunan Yusuf,2003,6

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “ meta”( melalui ) dan “hodos” ( jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, sedangkan dalam bahasa arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Metode secara harfiah yaitu cara atau suatu kegiatan dengan menggunakan konsep-konsep secara sistematik. Metode jenisnya beragam. Seperti, metode ceramah, diskusi, tanya jawab, drill dan lain sebagainya. Seorang pengajar hendaknya tidak menggunakan satu metode saja, namun dua atau tiga bahkan empat metode dalam proses pembelajaran pastinya disesuaikan dengan kondisi siswanya( santri) . Hal ini dilakukan semata-mata agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan materi yang hendak disampaikan dapat diterima oleh siswa(

santri).

(21)

21

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang ditempuh para pendidik untuk menyampaikan suatu pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan.

2. Kriteria Pemilihan Metode

Setiap metode mempunyai keunggulan dan kelemahan, sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh. Oleh karena itu, penggunaan atau pemilihan suatu metode harus dipertimbangkan, antara lain: tujuan, karakteristik siswa( santri), situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Menurut Slameto, 1991, 98-99 kriteria pemilihan metode meliputi:

1. Tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses belajar mengajar.

2. Materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran.

3. Besar kelas (jumlah siswa), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan.

4. Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa untuk menangkap dan mengembangkan bahan pengajaran yang diajarkan.

5. Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran.

6. Fasilitas yang tersedia, yaitu bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitaspengajaran.

Waktu yang tersedia, yaitu jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran yang sudah ditentukan

Dalam pendidikan Islam, istilah populer yang sering digunakan untuk menyebut kata metode adalah ( ةقيرط ) yang bentuk jama’nya قئارط) ) yang berarti jalan atau cara yang harus ditempuh.

(QS. An-Nahl: 125)

(22)

22















































Terjemahnya:

“Ajaklah ke jalan Allah dengan hikmah dan ajaran yang baik”

(Kementrian Agama RI: 2009)

Ayat inilah yang menyuruh supaya kita memperhatikan metode dalam menyampaikan ajaran, yaitu melalui metode yang sesuai dengan bahan dan kondisi serta memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran tersebut.

Metode bisa jadi menguntungkan atau malah merugikan proses pembelajaran tergantung dengan penggunaannya. Penggunaan metode akan menguntungkan jika penggunaannya sesuai kebutuhan siswa baik secara psikis, biologis dan mpuan memahami materi. Penggunaan metode yang merugikan untuk kegiatan belajar mengajar bilamana penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya serta tidak sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.

Dalam pembelajaran Alquran ini ada beberapa sistem dan metode yang berkembang di Indonesia. Metode yang selama ini kita terapkan dalam

mempelajari Alquran, ternyata sudah kurang sesuai lagi, karena dengan metode yang ada, belajar membaca Alquran dirasa sulit dan memakan waktu yang relatif lama.

(23)

23

Para ulama, tokoh masyarakat, dan para pimpinan lembaga Alquran banyak menciptakan metode belajar membaca Alquran dengan cepat. Sampai saat ini tidak kurang dari 20 metode, diantaranya sebagai berikut :

a. Metode Hattaiyyah yang ditulis oleh Muhammad Hatta Usman dari. Basis metodenya adalah bahwa 28 huruf hija’iyah dalam bahasa arab dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.

Metode ini diklaim bisa mengajarkan Al-Qur’an dalam 4.30 jam, dengan rincian 6 kali pertemuan, setiap pertemuan 45 menit b. Metode Qira’ati di Semarang yang ditulis oleh Ust. Salim

Dahlan. Metode ini bisa digunakan untuk anak usia 4-6 tahun dan 6-12 tahun. Metode ini terbilang inovatif pada masanya dan mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat. Basis dari metode ini ialah pengenalan satu unit pelajaran secara bertahap, seperti pengenalan pada huruf hija’iyyah dengan harakatnya secara langsung dan konsentrasi pada satu persatu huruf hija’iyyah. Begitu juga dengan hukum-hukum bacaan seperti ikhfa’, iqlab dan lain sebagainya.

c. Metode JIBRIL yang dicetuskan oleh K.H.Bashori Alwi. Basis dari metode ini adalah membacakan satu ayat Al-Qur’an kemudian diikuti oleh para santri dengan memerhatikan aspek Waqf dan Ibtida’. Cara pembacaannya dengan Tahqiq dan tartil.

(24)

24

Dengan mengikuti metode ini para santri bisa menirukan bacaan yang sahih dan mengetahui aspek Waqf dan Ibtida’nya.

d. Metode “TILAWATI” yang diperkenalkan oleh Ust.Hasan Syadzili Drs dan Drs Ali Mu’affa pada tahun 2002.

e. Metode Iqra di Yogyakarta

Adapaun metode Iqra, dapat digunakan dalam kelompok kecil dengan sistem tutorial sehingga pelaksanaannya lebih tepat di luar kegiatan kulikuler. Metode Iqra. akhirnya lebih banyak dipakai karena lebih mudah dan cepat dipahami oleh anak didik,meskipun memakan waktu yang cukup lama. Metode ini nterdiri dari 6 jild, dan masing- masing jilidnya mempunyai contoh dalam membaca. Metode ini di temukan oleh K.H. As.ad Humam (1933, 1996) , pendiri Persatuan Pengajian Anak- Anak Kota Gede dan Sekitarnya (PPKGS, 1953).

3. Pengertian Iqra’

Iqra adalah suatu bacaan yang mempermudah seseorang mengenal dan membacaan Alquran, yang metodenya secara bertahap mulai dari mengenal huruf hijaijah sampai dengan seseorang lancar dan benar membaca Alquran, metode Iqra ini memiliki tahapan mulai Iqra 1 sampai dengan Iqra 6. Yang dapat di ajarkan kepada anak-anak, remaja bahkan orang dewasa.

Iqra atau perintah membaca, menelaah, menghimpun, meneliti, adalah kata pertama dari wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana dalam Qs. Al-Alaq 1-5

(25)

25



















































Terjemahnya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Kementrian Agama RI: 2009)

Metode iqro adalah metode cepat belajar membaca Alquran yang dalam waktu relatif singkat dapat dengan mudah mengantarkan anak, remaja, dan orang dewasa bisa membaca Alquran. Metode Iqro terdiri atas enam jilid, disusun secara praktis dan sistematis oleh KH. As’ad Humam, Balai Litbang LPTQ Nasional, Team Tadarus “AMM” Yogyakarta tahun 1980-an.

Metode Iqra ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Alquran dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqra ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik (santri) yang akan menggunakannya, maupun

(26)

26

ustadz/ustadzah yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia.

Menurut As’ad Humam, dkk, 2001: 97-98 Adapun kunci sukses dalam pengajaran menggunakan buku Iqra ini adalah sebagai berikut

1. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran.

2. Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara, sedang bila secara klasikal, ada buku khusus “IQRA Klasikal” yang dilengkapi dengan peraga.

3. Asistensi. Setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharap membantu menyimak santri lain.

4. Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak komentar. Santri tidak harus dikenalkan istilah tanwin,sukun dan seterusnya.

5. Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar mengiyakan. Umpamanya dengan kata-kata: bagus, betul, ya dan sebagainya.

6. Sekali huruf dibaca betul jangan diulang lagi.

7. Bila santri keliru baca huruf, cukup betulkan huruf yang keliru saja

(27)

27

8. Bagi santri yang betul-betuk menguasai pelajaran dan sekirannya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak perlu utuh tiap halaman.

9. Bila santri sering memanjangkan bacaan, (yang mestinya pendek) karena mungkin sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan “membacanya putus-putus saja” dan kalau perlu huruf di depannya ditutup dulu agar tidak berpikir.

10. Santri jangan diajari dengan irama yang berlagu walaupun dengan iram tartil, sebab akan membebani santri yang belum saatnya diajarkan membaca irama tertentu.

11. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarus.

12. Untuk EBTA sebaiknya ditentukan ditunjuk oleh guru penguji khusus supaya standarnya tetap dan sama.

13. Pengajaran buku IQRA (jilid 1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid, yaitu tajwid praktis, artinya santri akan bisa membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid.

14. Syarat kesuksesan, disamping menguasai/menghayati petunjuk mengajar, mesti saja guru fasih dan tartil mengajarnya.

4. Pengertian Efektifitas

(28)

28

Efektivitas adalah merupakan salah satu kriteria keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat : Menurut Peter Salm, 1991: 376

Efektivitas “secara etimologi (bahasa) efektif berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibat sebagainya.”efektif adalah adanya kesesuai antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujidkan tujuan oprasional.

Aspek-aspek efektifitas berdasarkan pendapat (Aswarni Sujud, 1998: 159) tentang pengantar efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain:

1). Aspek tugas dan fungsi

Lembaga dikatakan efektivitas jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program pengajaran akan efektivitas jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan baik.

2). Aspek rencana atau program

Yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pengajaran yang terprogram, jika seluruh rencana dilaksanakan maka rencana atau program dikatakan efektif

3). Aspek ketentuan dan aturan

Efektifitas suatu program yang dapat dilihat dari berbagai fungsi atau tindaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatan. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan

(29)

29

peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif.

4). Aspek tujuan atau kondisi ideal

Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh peserta didik.

5. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidik yang mencerminkan sampai sejauhmana tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Mudhafier, 1987: 164 mengatakan bahwa ukuran efektifitas dapat diukur dari beberapa jumlah siswa (santri) yang berhasil mencapai tujuan belajar dalam waktu yang telah ditentukan.

Kriteria untuk dapat menetapkan apakah berhasil tidaknya suatu pengajaran secara umum dapat dilihat dari dua segi, yakni kriteria dittinjau dari sudut proses pengajaran itu sendiri atau kriteria yang ditinjau dari sudut proses pengajaran yang diberikan kepada peserta didik.

Lebih lanjut proses efektivitas pembelajaran dikatatan berhasil dan berkualitas apabila proses pembelajaran tersebut bertujuan, memerlukan adanya evaluasi. Dengan kata lain evaluasi hasil belajar dalam

(30)

30

pengajaran Alquran yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana anak didik (santri) menguasai materi pada waktu tertentu.

Menurut Ahmad Munir, 1994: 162-163. Adapun kriteria-kriteria penilaian dan pembelajaran Alquran dikatakan berhasil dan berkulitas adalah sebagai berikut:

1. Bidang Tahfidz, antara lain seperti: tamamulqira’ah, Mur’atul ayat, dan sabqul lisan.

2. Bidang Tajwid, antara lain seperti: makharijul huruf, anfatu huruf, ahkamul mad wal qasr dan ahkamul huruf.

3. Bidang Fasahah dan adab, anatara lain: ahkamul maqf wal ibtida’,tartil, adabut tilawah, dan tafahhum.

B. Pengertian Pendidikan Non Formal 1. Pengertian Pendidikan

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan agar manusia dapat mengembangkan potensi yang dapat dijadikan tolak ukur suatu keberhasilan dirinya melalui proses pembelajaran. Dalam kajian khazanah pemikiran pendidikan ada dua istilah yang sering digunakan yaitu “pedagogi” dan “pedagogik”. Pedagogi berarti pendidikan sedangkan pedagogik adalah ilmu pendidikan

Menurut Tirtaraharja, La Sulo, 2008: 178-179.

Dalam hal pendidikan non formal kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :

a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembaga ( jalur sekola dan jalur luar sekolah) maupun yang dilembagakan

(31)

31

b. Lembaha- lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang direncanakan maupun yang dimanfaatkan .

Pendidikan berasal dari kata “didik”. Lalu kata ini mendapat awalan

“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dam memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dam pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

pendidikan adalah suatu kegiatan yang terencana yang telah disusun sedemikian rupa untuk membekali peserta didik menempuh gejalah- gejalah yang berada disekelilingnya.

UU Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005, 47

Menurut Undang- Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang- undang.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi.

Pendidikan bisa diraih dengan berbagai macam cara salah satunya Pendidikan Non Formal mempunyai tugas merumuskan kebijakan, merencanakan program dan melaksanakan pembinaan serta

(32)

32

pemberdayaa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan Pendidikan Non Formal.

Dibawah ini beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli (Choirul Mahfud 2003: 30)

1. Dalam Garis Besar Haluan Negara(GBHN) pada tahun 1973, dikemukakan tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.

2. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhnya budi pekerti(

kekuatan batin,karakter), pikiran (intelek, dan tubuh anak.

3. Menurut Driyarkara, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.

4. Crow and Crow mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

Menurut Herabudin, 2009: 63

UU. No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memelihara kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Choirul Mahfud,2003: 34

mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk- bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (maksimal )

(33)

33

Pendidikan dalam pengerian luas adalah suatu jenjang pendidikan yang tidak hanya terbatas dalam suatu jenis lingkungan sekolah. Tetapi, berlangsung dalam segala bentuk lingkungan hidup manusia. Pendidikan sebagai pengalaman belajar berlangsung baik dalam lingkungan budaya, masyarakat, dan lingkungan alam. Pengalaman belajar tidak saja terjadi dalam dunia persekolahan, tetapi juga di dunia permukiman penduduk, industri, perdangangan, peribadatan, dan kehidupan sosial yang lainnya.

Sementara pendidikan dalam bentuk sempit adalah pengaruh yang diupayakan dan direkayasa oleh sekolah yang ditujukan terhadap anak dan remaja agar mereka menyadari tugas- tugasnya baik dalam hubungan sosial.

Menurut (Choirul Mahfud 2003:34) mendefinisikan pendidikan dapat diartikan sebagai berikut :

1. Suatu peoses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan

2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak- anak dalam pertumbuhannya.

3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat

4. Suatu pembentukan karakter, kepribadian dan kemampuan anak- anak dalam menuju kedewasaan.

Dari berbagai defenisi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia yang telah tersusun dengan baik untuk mewujudkan suasana belajar yang dapat mengembangkan potensi agar memiliki kekuatan spritual ke agamaan, emosional, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan.

(34)

34 2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan bagi setiap individu adalah sebagai kebutuhan fisik dan mental yang mengarahkan pemikiran seseorang kepada kepribadian yang dapat mempertanggung jawabkan semua tindakan kehidupannya.

Konsep pendidikan Islam menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang universal dan mencakup semua aspek kehidupan, baik secara individu maupun kelompok. Pendidikan yang berlangsung di lingkungan masyarakat dapat diartikan dengan pendidikan non-formal, yang pada hakekatnya pendidikan itu mempunyai tujuan yang sama dengan pendidikan formal.

Herabudin, 2009: 45-46 mengatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan non formal yang terdapat dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 sebagai berikut:

ayat 1. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Lebih lanjut dalam ayat 2. Dijelaskan pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

Pendidikan non formal dengan berbagai atribut dan nama atau istilah lainnya, baik disebut dengan, mass education, adult education, lifelong education, learning society, out-of-school education, social education dll, merupakan kegiatan yang terorganisir dan sistematis yang diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal.

(35)

35

Sudjana, 1994:38. R.A. Santoso, 1955:10

Meskipun kesemua istilah tersebut memiliki perbedaan dan kesamaan dengan pendidikan nonformal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan pengertian yang konprehensif dan berlaku umum, mengingat titik pandang yang berbeda. Berikut ini diuraikan berbagai definisi tentang pendidikan.Pendidikan non formal merupakan pendidikan alternatif setelah pendidikan formal. Kursus sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pada jalur pendidikan non formal mempunyai kaitan yang sangat erat dengan jalur pendidikan formal.

Pendidikan non formal tidak bisa di pandang sebelah mata.

Karena pendidikan non formal sangat penting untuk melengkapi pindidikan yang didapatkan di sekolah terutama dalam hal penguasaan dan pengembangan keterampilan fungsional. Selain itu pendidikan non formal lebih berorientasi pada pendidikan yang efektif dan efisien agar peserta didik dapat belajar dengan mudah dan mencapai tujuan melalui proses yang hemat waktu dan biaya. Sehingga pendidikan non formal berjalan sesuai fungsinya dan pindidikan non formal diminati banyak orang.

Beberapa pengertian pendidikan non formal yang dikemukakan oleh para ahli:

Hamojoyo (1973:7)

Pendidikan non formal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.

Secara luas Coombs (1973:11)

(36)

36

memberikan rumusan tentang pendidikan non formal adalah: setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar.

Niehoff, (1977:8)

merumuskan pendidikan nonformal secara terperinci yakni:

Nonformal education is defined for our purpose as the method of assessing the needs end interests of adults and out-of school youth in developing countries-of communicating with them, motivating them to patterns, and related activities which will increase their productivity and improve their living standard.

Lifelong learning (1992:39)

sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial dalam hal ini adalah Semua kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan olah raga dan rekreasi yang diselenggarakan di luar sekolah bagi pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk kegiatan- kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum sekolah.

Keterlibatan dari berbagai masyarakat melahirkan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya fungsi pendidikan non formal juga semakin luas dalam membentuk kepribadian seseorang. Karena kepribadian itu adalah suatu kesatuan yang dirangkul dari sejak terbentuknya perangkat hidup, jasmani, dan rohani. Dalam arti membentuk manusia yang terampil dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan terbentuknya pengetahuan kerohanian yang menjadi dasar dalam menjalani aktifitas, sehingga nantinya pendidikan non formal itu mempunyai arti yang penting bagi generasi penerus dalam mempersiapkan arti kehidupan bangsa, bernegara bahkan yang paling esensi adalah kehidupan beragama.

(37)

37

Sebab agama adalah merupakan pedoman dalam menata kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (tingkatan hubungan dinyatakan sebagai suatu koefesien korelasi).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif yang disajikan dalam bentuk statistik deskriptif dan statistik inferensial yakni suatu jenis penelitian yang sifatnya mengungkap dan menggambarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh secara mendalam dengan angka-angka statistik, dimana data tersebut ditulis dalam bentuk kuantitas.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

(38)

38

Lokasi penelitian ini adalah di masjid Haqqul Yaqin Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Adapun yang menjadi alasan penetapan lokasi ini adalah di samping masjid tersebut sebagai tempat ibadah di masyarakat sekitar juga tempat membina pengajian TPA. Adapun objek penelitian adalah para guru dan santri pada TPA Haqqul Yaqin

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2013:160).

Skripsi ini berjudul “Efektifitas penerapan metode Iqra di TPA Haqqul Yaqin Kec. Tamalate. Kota Makassar ”. Menyimak judul ini maka yang menjadi variabelnya adalah:

1. Efektifitas metode iqra, yang disimbolkan dengan variabel X (bebas).

2. Pendidikan non formal, yang disimbolkan dengan variabel Y (terikat).

D. Definisi Operasional Variabel

1. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan sedangkan metode Iqra’ adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses pembelajaran Al quran.

2. Pendidikan non formal adalah pendidikan untuk Masyarakat yang mengarah kepada pendidikan yang efektif dan efesien untuk melengkapi sutu pendidikan formal

(39)

39 E. Populasi Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Suharsimi Arikunto 2010:173).

Sedangkan menurut Sugiono (2013:80)

bahwa populasi adalah:Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Margono (2000: 67) menjelaskan populasi adalah:

Keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda- benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.

Dari pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek dan subjek penelitian yang dapat dihitung secara kuantitas dan kualitatif. Dalam hal ini populasi yang akan diteliti oleh penulis adalah semua guru dan santri TPA Haqqul Yaqin yang terdiri dari 9 guru dan 87 santri.

Tabel 1. Keadaan populasi Guru dan Santri TPA Haqqul Yaqin

(40)

40

Guru / Santri Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Guru Mengaji 4 5 9

Tingkatan Alquran 9 19 28

Tingkatan Iqra 17 42 59

Jumlah 30 66 96

Sumber data: Sekretaris TPA Haqqul Yaqin (Sohrawanti) 2014

2. Sampel

Penelitian ini digunakan kepada semua santri yeng berada di tingkatan Iqra’ yang berada di Taman Pendidikan Alquran Haqqul Yaqin Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Seperti yang dikatakan Suharsimi Arikunto (2013:173), seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, dalam penelitian penulis menggunakan teknik purposive sampling, yakni memilih sampel dengan dasar tujuan tertentu Disertai dengan pertimbangan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

Tabel 2. Keadaan sampel Guru dan Santri TPA Haqqul Yaqin

Guru / Santri Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Guru Mengaji 2 2 4

Tingkatan Alquran 3 7 10

Tingkatan Iqra 6 20 26

Jumlah 11 29 40

(41)

41 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menyaring informasi yang dapat menggambarkan variabel-variabel penelitian. Suatu instrumen harus teruji validitas dan realibilitasnya agar dapat memperoleh data yang valid dan reliabel pula. Adapun instrumen yang peneliti gunakan adalah:

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan instrumen angket, pedoman wawancara, dan catatan dokumentasi untuk mengetahui hasil dari pembelajaran metode iqra di TPA Haqqul Yaqin.

1. Angket, adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk dijawab. Instrumen ini merupakan instrumen utama digunakan untuk mengetahui efektifitas penerapan metode iqra baik sebelum maupun sesudah perlakuan.

2. Pedoman wawancara, pada teknik wawancara, yang digunakan pada penelitian ini ialah pedoman wawancara terstruktur, yaitu dimana peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan informan menggunakan pedoman wawancara yang jawabannya telah disiapkan terlebih dahulu. Pedoman ini merupakan pedoman pembantu.

3. Catatan dokumentasi merupakan alat yang digunakan untuk mencatat/ mengumpulkan data dari beberapa dokumen.

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

(42)

42

tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menggunakan instrument catatan dokumentasi beupa keadaan, uztadzah, santri, gambaran umum TPA Haqqul Yaqin, agenda kegiatan pengajian, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Tahap Persiapan.

Pada tahap ini penulis terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan seperti menyiapkan proposal penelitian, menyusun instrumen penelitian, mengurus surat izin untuk penelitian kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian:

a. Library research, yaitu penelitian pustaka pada buku yang relavan dengan cara mengutip baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Field research, yaitu penelitian lapangan di TPA Haqqul Yaqin Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar

(43)

43

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket sebagai untuk memperoleh gambaran penerapan metode Iqra di TPA Haqqul Yaqin kelurahan parang tambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar. peneliti juga menggunakan teknik wawancara serta dokument untuk mengetahui efektifitas penerapan metode Iqra di TPA Haqqul Yaqin kelurahan parang tambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Peneliti memberi penjelasan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan antara lain agar santri mengerjakan instrumen dengan jujur dan sungguh-sungguh.

2) Mengatur santri sedemikian rupa agar tidak memungkinkan terjadinya kerja sama dalam mengerjakan instrumen.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dalam rangka menguji hipotesis dan sekaligus memperoleh suatu kesimpulan yang tepat maka diperlukan adanya tehnik analisa data.

Adapun tehnik analisa data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua yaitu untuk mengetahi pelaksanaan pemebelajaran Al- Qur’an dengan penerapan metode Iqra, penulis menggunakan rumus prosentase dimana data

(44)

44

tersebut diperoleh melalui angket. Adapun rumus presentasi adalah sebagai berikut:

P = F

Nx100%

Ket: P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang di cari prosentasenya N = Jumlah Responden

b. Untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu untuk mengetahui efektifitas penerapan metode Iqra dalam pembelajaran non formal di TPA Haqqul Yaqin, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

rxy = N∑XY −(∑X)(∑Y)

N∑X2−(∑X)2 N∑Y2−(∑Y)2

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment N = Jumlah responden

∑X = jumlah seluruh skor x

∑Y = jumlah seluruh skor y

XY = jumlah seluruh skor x dan skor y

( rxy) Intrerprestasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan tetapi itu sangat rendah sehingga korelasi itu

(45)

45

diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y

0,21 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,41- 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang atau cukup

0,71- 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,91 – 1,00 Anatar variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

(46)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Selayang Pandang TPA Haqqul Yaqin

Taman Pendididkan Alquran (TPA) Haqqul Yaqin merupakan lembaga pendidikan non formal yang berada di bawah koordinasi Pengurus Masjid Haqqul Yaqin. TPA tersebut dilatar belakangi adanya program kerja pengurus masjid dalam bidang pendidikan dan pengembangan Remaja Masjid, dan dilihat pula oleh situasi, kondisi keberadaan masjid tersebut yang beradah di tengah-tengan pemukiman masyarakat, serta rendahnya tingkat kualitas bacaan, pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap Alquran.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka panitia Pengurus masjid membentuk bidang pengembangan TPA dan Remaja Masjid yang, dikordinasi oleh Badarodding Dg Lalang, Drs Syamsuddin, dan Remaja Masjid Haqqul Yaqin. TPA Haqqul Yaqin berdiri sejak tahun 2002 yang dulunya bernama TPA Ummu Habibah, namun pada tahun 2011 panitia menganti nama TPA menjadi TPA Haqqul Yaqin.

2. Keadaan Guru dan Santri

Guru mempunyai peranan dan pengaruh bagi anak didik sebagai pelaksana langsung dan orang yang bertanggung jawab tercapainya tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukankan oleh Saiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa guru adalah tenagan pendidik yang

(47)

47

memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga memberikan tugas dan memanamkan nilai- nilai serta sikap kepada peserta didik dalam mengembangkan potnsinya.

sehingga untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, guru wajib memberikan disiplin waktu, disiplin ilmu, terutama ilmu keguruan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah guru yang mengajar di TPA Haqqul Yaqin saat ini berjumlah 9 orang, yakni 4 orang guru laki-laki dan 5 orang guru perempuan.

Tabel 4

Keadaan Guru TPA Hanqqul Yaqin No Nama Guru Tempat/Tgl

Lahir

Pendidikan terakhir

Jabatan Satus Kepegawaian

1

Akbar Tambung

S.pd.I

U.Pandang 13 Maret 1989

S1 Pai Unismuh 2013

Ketua TPA

Non PNS

2. Hasriadi. SE U.Pandang 15 Mei 1989

S1 Ekonomi UIN Makassar

2013

Guru Al quran

Non PNS

3. Sulaiman, Amd. Kom

U.Pandang 04 Juli 1990

D3 Teknik Kom. STMIK

2014

Guru Iqra’ Non PNS

4. Arham

U. Pandang 2November

1996

SMA N 3 Mks 2012

Guru Al quran

Non PNS

5. A. Hani A.Ma Selayar, 28 Desember 1969

D2 PGPAI Unismuh 2003

Guru

Iqra’ Non PNS

6. Sohrawanti U.Pandang 29 Januari 1991

SMK Neg 01

Makassar 2010 Sekretaris Non PNS

(48)

48 7. St Hajar U.Pandang 27

April 1996

SMA Neg 03

Makassar 2012 Guru Iqra’ Non PNS

8. Nur’Aini Bima, 17 Juli 1994

SMA Darul Ma’rif Roko Belo Bima

Guru Al quran

Non PNS

9. St. Aisyah

U. Pandang 03 September

1997

SLB Makasar Guru Iqra’ Non PNS

Adapun mengenai keadaan santri (wati) di TPA Haqqul Yaqin dari tahun ke tahun mengalami pertambahan. Sehingga jumlah santri(wati)pada tahun 2013-2014 sebanyak 87 orang. Untuk lebih jelasnya keadaan santri(wati) Haqqul Yaqin. Lihat pada tabel berikut

Tabel 5

Keadaan Santri(wati) Haqqul Yaqin

Santri Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Tingkatan Alquran 9 19 28

Tingkatan Iqra 17 42 59

Jumlah 26 61 87

3. Fasilitas TPA Haqqul Yaqin

Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan baik forman maupun non formal untuk mewujudkan tujuannya harus didukung oleh segala sarana dan prasarana yang memadai, dengan sarana dan prasarana yang memadai proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan berhasil

(49)

49

sesuai dengan tujuan pendidikan. Karena disamping sebagai motivator juga sebagai mediator bagi anak didik. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini

Tabel 6

Sarana dan Prasarana TPA Haqqul Yaqin

No Uraian Keadaan

Jumlah Baik Sedang Rusak

1. Lemari 1 1 - 2

2. Meja 24 4 7 35

3. Papan tulis 1 - - -

4. Alquran 25 5 - 25

5. Iqra Per Jilid 70 - - 70

6. Iqra 1 S/d 6 10 - - 10

7. Alat Rebana 8 - - 8

B. Proses Kegiatan Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar yang baik tentu akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Pengajaran Alquran di TPA Masjid Haqqul Yaqin terbagi atas dua waktu, yang pertama di mulai pukul 16.00 sampai jam 17.30 WIB, dan yang kedua dimulai pada pukul 18.30 sampai jam 20.00 WIB

Adapun hari digunakan santri-santriwati untuk belajar adalah enam hari dalam sepekan, yaitu dimulai pada hari senin sampai hari sabtu.

Selain melajar Alquran santri-santriwati juga diajarkan Ilmu-ilmu keislaman lainnya. Seperti,aqidah,akhlaq, do’a-do’a harian, ibadah dan

Referensi

Dokumen terkait

Di era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa dengan semakain banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media telah

Skripsi yang berjudul Penerapan Metode Iqra dalam Pembelajaran Alquran di TPA Al-Muttaqien Kelurahan Pekauman Kecamatan Banjarmasin Selatan, ditulis oleh Najiah

Metode yang digunakan guru ketika mengajar di kelas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, ini dapat dilihat dari beberapa pendapat siswa yaitu Mutawwafiqah ketika guru

Karakteristik guru yang disukai oleh anak akan mendukung aktivitas pengelolaan kelas yang baik, sebaliknya karakteristik guru yang tidak disukai oleh murid dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kerja kelompok di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar sudah cukup efektif dari 35 siswa yang

dalam Pengajaran Bidang Studi Al quran Hadist di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar...43 Tabel 8: Pendapat responden tentang efektifitas Media

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1438 H/ 2017 M.. Mawardi Pewangi dan Abd. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung

Orang tua memiliki tanggung jawab kepada anak-anaknya agar dapat membentuk akhlak terpuji sebagaimana cara lukman yang di abadikan dalam Alquran membentuk anaknya