• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman."

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI DECANOMIAL BEAD BAR BOX UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PADA SISWA

KELAS II SD NEGERI CATURTUNGGAL 1 SLEMAN

Katarina Tiara Dewantari Universitas Sanata Dharma

2016

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan agar siswa tidak hanya terampil matematika namun juga memberikan bekal pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika perlu menggunakan benda konkret untuk membantu siswa memahami konsep matematika sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa yaitu pada tahap operasional konkret. Penjumlahan dan pengurangan bilangan merupakan salah satu materi pelajaran matematika. Seringkali siswa kesulitan dalam mempelajari materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Penggunaan media pembelajaran berupa benda konkret sangat membantu dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu decanomial bead bar box. Media ini merupakan salah satu media berbasis Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman dan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada implementasi media decanomial bead bar box materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data berupa soal tes, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi pengimplementasian media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Hasil belajar siswa menggunakan media decanomial bead bar box menunjukkan rata-rata nilai tes 79,09, rata-rata nilai sikap 83,33, dan rata-rata nilai penggunaan media decanomial bead bar box 84,72.

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF DECANOMIAL BEAD BAR BOX FOR ADDITION AND SUBTRACTION OF NUMBERS FOR STUDENT AT

THE SECOND GRADE OF CATURTUNGGAL 1 SLEMAN ELEMENTARY PUBLIC SCHOOL

Katarina Tiara Dewantari Sanata Dharma University

2016

Mathematics is one of the lesson that have purpose, so student is not just can use mathematics but can give the experience then they can apply mathematics in their life. Mathematics learning need used the real material to help student understand the mathematics concepts appropriate with student learning development stage that was in operational real stage. Addition and substraction of numbers was one of the mathematics lesson. Sometimes is hard for student to learn about addition with keeping technique and substraction with borrowed technique. Using learning tools as real material was very helpful for learned the addition and substraction of numbers. One of the learning tools that can used is decanomial bead bar box. This tool was one of the Montessori based tools. The purpose of this research was describe the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School and to describe the student learning result on implementation decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School.

This research used the descriptive qualitative method. The subjects of this research were 22 students at the second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School. The instruments of the research was learning instruments and instruments of collecting data such as test, observation sheet, and the manual of interview.

The result from this research was description of the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and subtraction of numbers. The result from student learning by used decanomial bead bar box show the score average was 79,09. The result of attitude showed the score average was 83,33, and the score average from using decanomial bead bar box tool was 84,72.

(3)

i

IMPLEMENTASI DECANOMIAL BEAD BAR BOX UNTUK

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI CATURTUNGGAL 1

SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Katarina Tiara Dewantari NIM: 121134062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus

 Bunda Maria

 Almarhum dan Almarhumah Orangtuaku

 Kakak-kakakku

 Saudara-saudaraku

 Sahabat-sahabatku

 Dosen Pembimbingku

(7)

v

HALAMAN MOTTO

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab Tuhan Allahmu menyertai kamu

kemanapun kamu pergi.

(Yosua 1: 9)

Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur.

(Filipi 4: 6)

Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai

melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan

kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

IMPLEMENTASI DECANOMIAL BEAD BAR BOX UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PADA SISWA

KELAS II SD NEGERI CATURTUNGGAL 1 SLEMAN

Katarina Tiara Dewantari Universitas Sanata Dharma

2016

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan agar siswa tidak hanya terampil matematika namun juga memberikan bekal pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika perlu menggunakan benda konkret untuk membantu siswa memahami konsep matematika sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa yaitu pada tahap operasional konkret. Penjumlahan dan pengurangan bilangan merupakan salah satu materi pelajaran matematika. Seringkali siswa kesulitan dalam mempelajari materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Penggunaan media pembelajaran berupa benda konkret sangat membantu dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu decanomial bead bar box. Media ini merupakan salah satu media berbasis Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman dan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada implementasi media decanomial bead bar box materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data berupa soal tes, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi pengimplementasian media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Hasil belajar siswa menggunakan media decanomial bead bar box menunjukkan rata-rata nilai tes 79,09, rata-rata nilai sikap 83,33, dan rata-rata nilai penggunaan media decanomial bead bar box 84,72.

(11)

ix ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF DECANOMIAL BEAD BAR BOX FOR ADDITION AND SUBTRACTION OF NUMBERS FOR STUDENT AT

THE SECOND GRADE OF CATURTUNGGAL 1 SLEMAN ELEMENTARY PUBLIC SCHOOL

Katarina Tiara Dewantari Sanata Dharma University

2016

Mathematics is one of the lesson that have purpose, so student is not just can use mathematics but can give the experience then they can apply mathematics in their life. Mathematics learning need used the real material to help student understand the mathematics concepts appropriate with student learning development stage that was in operational real stage. Addition and substraction of numbers was one of the mathematics lesson. Sometimes is hard for student to learn about addition with keeping technique and substraction with borrowed technique. Using learning tools as real material was very helpful for learned the addition and substraction of numbers. One of the learning tools that can used is decanomial bead bar box. This tool was one of the Montessori based tools. The purpose of this research was describe the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School and to describe the student learning result on implementation decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School.

This research used the descriptive qualitative method. The subjects of this research were 22 students at the second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School. The instruments of the research was learning instruments and instruments of collecting data such as test, observation sheet, and the manual of interview.

The result from this research was description of the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and subtraction of numbers. The result from student learning by used decanomial bead bar box show the score average was 79,09. The result of attitude showed the score average was 83,33, and the score average from using decanomial bead bar box tool was 84,72.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan. Sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Decanomial Bead Bar Box untuk Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberi dukungan baik secara langsung maupun secara tidak langsung selama proses penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD.

5. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., dosen pembimbing I yang dengan sabar dan bijaksana telah memberikan bimbingan dan dukungan.

6. Andri Anugrahana S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing II yang dengan sabar dan bijaksana telah memberikan bimbingan dan dukungan.

7. Widodo S.Pd., Kepala SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

8. Dra. Murtini, guru kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(15)

xiii

2.1.2 Hasil Belajar ... 12

2.1.3 Pembelajaran Matematika ... 13

2.1.4 Metode Montessori ... 14

2.1.5 Media Pembelajaran ... 15

2.1.6 Decanomial Bead Bar Box ... 16

2.1.7 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan ... 19

2.2 Penelitian yang Relevan ... 21

2.3 Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.2.1 Tempat Penelitian... 28

3.2.2 Subjek Penelitian ... 28

3.5 Instrumen Penelitian... 33

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 34

3.5.2 Pedoman Observasi ... 35

3.5.3 Soal Tes ... 36

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 37

3.7 Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

4.1.1.1 Pertemuan I ... 42

(16)

xiv

4.1.1.3 Pertemuan III ... 51

4.1.1.4 Pertemuan IV ... 54

4.1.2 Penggunaan Media Decanomial Bead Bar Box ... 57

4.2 Pembahasan ... 61

4.2.1 Hasil Implementasi Media Decanomial Bead Bar Box ... 61

4.2.2 Hasil Belajar pada Implementasi Media Decanomial Bead Bar Box ... 63

BAB V PENUTUP ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68

5.3 Saran ... 68

DAFTAR REFERENSI ... 70

LAMPIRAN ... 74

(17)

xv

DAFTAR BAGAN

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.6.1 Klasifikasi Manik-Manik Media Decanomial Bead Bar Box 17

Tabel 3.5.1.1 Pedoman Wawancara Guru ... 34

Tabel 3.5.1.2 Pedoman Wawancara Siswa ... 35

Tabel 3.5.2.1 Pedoman Observasi ... 36

Tabel 3.5.3.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 36

Tabel 3.7.1.1 Kriteria Penilaian Hasil Tes ... 40

Tabel 3.7.3.1 Kriteria Penilaian Observasi ... 40

Tabel 4.1.2.1 Wawancara Penggunaan Media oleh Siswa... 58

Tabel 4.1.2.2 Hasil Observasi Penggunaan Media oleh Siswa ... 59

Tabel 4.2.2.1 Hasil Belajar Siswa ... 63

Tabel 4.2.2.2 Penilaian Sikap Siswa ... 65

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.6.1 Media Decanomial Bead Bar Box ... 17

Gambar 4.1.1.1.1 Siswa diperkenalkan Media Decanomial Bead Bar Box ... 43

Gambar 4.1.1.1.2 Perwakilan Kelompok Mengambil Media ... 44

Gambar 4.1.1.1.3 Siswa Mengambil Manik-Manik ... 45

Gambar 4.1.1.1.4 Siswa Menghitung Jumlah Manik-Manik ... 45

Gambar 4.1.1.2.1 Siswa Mengambil Manik-Manik Bilangan Pertama .... 48

Gambar 4.1.1.2.2 Siswa Menghitung Jumlah Manik-Manik ... 48

Gambar 4.1.1.2.3 Siswa Mengambil Manik-Manik Bilangan Kedua ... 49

Gambar 4.1.1.2.4 Siswa Menghitung Manik-Manik Bilangan Pertama dan Kedua ... 50

Gambar 4.1.1.2.5 Siswa Mendapat Arahan dari Guru ... 50

Gambar 4.1.1.3.1 Siswa Mengambil Manik-Manik ... 52

Gambar 4.1.1.3.2 Siswa Mengurangkan Manik-Manik ... 53

Gambar 4.1.1.4.1 Siswa Mengambil Manik-Manik ... 55

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 75

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80

Lampiran 3 LKS ... 111

Lampiran 4 Soal Tes ... 120

Lampiran 5 Lembar Validasi Ahli RPP oleh Dosen ... 133

Lampiran 6 Lembar Validasi RPP oleh Guru ... 137

Lampiran 7 Lembar Validasi Ahli Wawancara oleh Dosen ... 141

Lampiran 8 Soal Tes Kondisi awal yang telah dikerjakan Siswa ... 146

Lampiran 9 Soal Tes yang dikerjakan Siswa sesudah Menggunakan Media ... 156

Lampiran 10 Lembar Observasi Pertemuan I ... 166

Lampiran 11 Lembar Observasi Pertemuan II ... 167

Lampiran 12 Lembar Observasi Pertemuan III ... 168

Lampiran 13 Lembar Observasi Pertemuan IV ... 169

Lampiran 14 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan I ... 170

Lampiran 15 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan II ... 171

Lampiran 16 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan III ... 172

Lampiran 17 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan IV ... 173

Lampiran 18 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan I ... 174

Lampiran 19 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan II ... 175

Lampiran 20 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan III ... 176

Lampiran 21 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan IV ... 177

Lampiran 22 Transkripsi Wawancara Guru dan Siswa... 178

Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian ... 184

Lampiran 24 Surat Ijin Penelitian ... 185

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini akan menguraikan tentang 1.1 latar belakang masalah, 1.2 identifikasi masalah, 1.3 pembatasan masalah, 1.4 rumusan masalah, 1.5 tujuan penelitian, 1.6 manfaat penelitian, 1.7 asumsi penelitian, dan 1.8 definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia berhak untuk mendapat pendidikan dalam hidupnya. Sekolah adalah salah satu sarana untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan di sekolah dilakukan dengan kegiatan belajar mengajar. Winkel (2014: 29) mengatakan bahwa pendidikan di sekolah mengarahkan belajar siswa supaya siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang perkembangannya.

(22)

dengan belajar matematika siswa dapat memperoleh pengetahuan, salah satunya yaitu berhitung. Berhitung digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, siswa perlu menghitung berapa uang yang harus siswa keluarkan untuk membeli sebuah barang. Ismunamto (2011: 18-19) menegaskan bahwa kehadiran matematika dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari sangat bermanfaat, karena dapat digunakan untuk berhitung, mengolah data, berdagang, dan dapat membantu bidang studi lainnya seperti akuntansi, perpajakan, kimia, fisika, dan farmasi.

(23)

Piaget (dalam Santrock, 2014: 49) mengungkapkan terdapat empat tahapan perkembangan belajar siswa. Empat tahapan tersebut diantaranya, tahap sensorimotor (lahir sampai 2 tahun), tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun sampai dewasa). Siswa usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret. Santrock (2014: 49) menegaskan pada tahap operasional konkret anak berpikir secara operasional, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif tetapi hanya dalam situasi konkret. Oleh karena itu Uno dan Nurdin (2011: 265) menegaskan bahwa pembelajaran untuk siswa pada tahap operasional konkret hendaknya menggunakan benda-benda konkret sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dengan cara penyajian matematika menggunakan benda konkret yang sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa, siswa yang belajar akan siap menerima pelajaran.

(24)

pengakraban lingkungan di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman ini, diketahui bahwa penggunaan media dalam pembelajaran di kelas masih belum maksimal. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak selalu menggunakan media dalam pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran masih terbatas pada pengenalan materi pembelajarannya saja. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, guru menggunakan lidi untuk memperkenalkan materi penjumlahan dan pengurangan kepada siswa. Pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dan lebih, guru tidak lagi menggunakan lidi dalam pembelajaran melainkan menerapkan teknik ceramah dalam pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan salah satu cara untuk membantu siswa memahami materi yang sedang diajarkan. Kustandi dan Sutjipto (2013: 8) menegaskan bahwa media pmbelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan sarana meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Menurut Anitah (2010: 5) media dapat berupa orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu media pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap adalah media pembelajaran decanomial bead bar box. Media decanomial bead bar box ini merupakan

(25)

(2014: 18) menambahkan ciri media Montessori yaitu kontekstual. Dengan menggunakan media decanomial bead bar box, siswa dapat menambah pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam menggunakan media tersebut dan membantunya memahami materi pembelajaran.

(26)

disiplin dalam pembelajaran Montessori. Selain itu media decanomial bead bar box ini dapat membantu siswa untuk melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan. Media ini juga menarik bagi siswa karena berwarna-warni. Rasa ingin tahu siswa akan muncul sehingga siswa ingin bereksplorasi dengan media decanomial bead bar box ini. Berdasarkan penjelasan di atas, media decanomial bead bar box sesuai dengan tahapan perkembangan belajar siswa yaitu tahap operasional konkret di mana siswa membutuhkan benda-benda konkret untuk membantunya mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Decanomial Bead Bar Box untuk Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.

1.2.1 Siswa masih kesulitan memahami materi penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan dan pengurangan bilangan dengan teknik meminjam. 1.2.2 Hasil belajar siswa yang masih kurang.

(27)

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas II SD. Masalah penelitian dibatasi pada penggunaan media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dengan standar kompetensi 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada kompetensi dasar 1.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1.4.1 Bagaimana implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman?

1.4.2 Bagaimana hasil belajar pada implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(28)

1.5.2 Mendeskripsikan hasil belajar pada implementasi media decanomial bead bar box pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka

siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi wawasan tentang media pembelajaran berbasis Montessori dalam penggunaannya di sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1Bagi Siswa

Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.

1.6.2.2Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

1.6.2.3Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman peneliti mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan media decanomial bead bar box sehingga dapat menjadi bekal ketika menjadi guru kelak.

(29)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menggunakan fasilitas media guna meningkatkan pemahaman siswa terkait materi yang diajarkan.

1.7 Asumsi Penelitian

Asumsi dari penelitian ini yaitu:

1.7.1 Implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman berjalan dengan lancar.

1.7.2 Semua siswa di kelas sekurang-kurangnya sudah mempelajari mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada penjumlahan tanpa menyimpan dan pengurangan tanpa meminjam.

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini yaitu:

1.8.1 Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 1.8.2 Media adalah suatu alat yang membantu proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. 1.8.3 Media decanomial bead bar box adalah salah satu media berbasis

(30)

1.8.4 Penjumlahan adalah kegiatan menjumlahkan dua bilangan.

(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai 2.1 kajian pustaka, 2.2 penelitian yang relevan, dan 2.3 kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Hal-hal yang akan diuraikan dalam kajian pustaka yaitu tentang hakekat belajar, hasil belajar, pembelajaran matematika, metode Montessori, media pembelajaran, media decanomial bead bar box, serta penjumlahan dan pengurangan bilangan.

2.1.1 Hakekat Belajar

(32)

pengalaman. Menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Susanto (2013: 4-5) menegaskan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara sengaja dan dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan belajar yaitu kegiatan yang dilakukan guna mendapat pengetahuan dan keterampilan yang belum didapat sebelumnya melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. 2.1.2 Hasil Belajar

(33)

mempelajari materi pelajaran di sekolah. Tingkat keberhasilan tersebut dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang menyangkut aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat dinyatakan dalam skor.

2.1.3 Pembelajaran Matematika

(34)

bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru terhadap materi matematika.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4 Metode Montessori

Montessori (2013: 1-7) lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia. Montessori adalah anak tunggal dari seorang manajer perusahaan, Alessandro Montessori. Montessori bersekolah di sebuah sekolah menengah teknik dan melanjutkan ke sekolah kedokteran di Universitas Roma. Pada tahun 1896, Montessori menjadi perempuan Italia pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Montessori menjadi wakil dari Italia pada Kongres Perempuan Internasional di Berlin tahun 1896. Dalam sambutannya, Montessori menyerukan peningkatan status sosial dan ekonomi dari perempuan Italia. Montessori juga mendorong kaum perempuan untuk mengambil posisi di depan dalam reformasi pendidikan dan untuk bekerja sebagai sukarelawan pengentasan buta huruf di kalangan masyarakat miskin.

(35)

membangun keterampilan-keterampilan praktis sehingga mereka dapat mencapai sebagian derajat kemandirian. Magini (2013: 54-55) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media berbasis Montessori diawali dengan (1) direktris mengambil media berbasis Montessori yang akan digunakan, (2) direktris menunjukkan pada siswa cara menggunakan media berbasis Montessori tersebut, dan diakhiri dengan (3) siswa bekerja menggunakan media Montessori tersebut sesuai dengan cara yang ditunjukkan oleh direktris. Dalam rangka menjamin karakteristik Montessori yaitu auto-education dan auto-correction, direktris mengevaluasi kesesuaian tindakan siswa dalam menggunakan media dengan arahan sebelumnya. Jika tindakan siswa sudah sesuai dengan arahan sebelumnya maka siswa sudah bisa bekerja sendiri menggunakan media tersebut di lain waktu. Jika tindakan siswa belum sesuai dengan arahan sebelumnya maka direktris akan memberikan bimbingan kembali.

Montessori (dalam Magini, 2013: 55) mengatakan bahwa dengan mengalami dan melakukannya sendiri, siswa akan mendapat pengalaman belajar. Oleh karena itu, Montessori (2002: xvii) membela hak anak untuk aktif, untuk mengeksplorasi lingkungannya dan mengembangkan sumber daya sendiri melalui setiap penyelidikan dan usaha kreatif. Dengan demikian, Magini (2013: 54) mengatakan bahwa tujuan Montessori untuk membuat siswa-siswa mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri dapat tercapai. 2.1.5 Media Pembelajaran

(36)

yang menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan media pembelajaran menurut Hamdani (2011: 90) adalah alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan Hamdani, Anitah (2010: 5) juga mengemukakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Lain hal nya dengan Anitah, Munadi (2010: 7) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan Kustandi dan Sutjipto (2013: 8) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan atau sarana meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna.

Berdasarkan uraian diatas maka media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu alat yang membantu proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. 2.1.6 Decanomial Bead Bar Box

Decanomial Bead Bar Box adalah salah satu media berbasis

(37)

warna yang berbeda. Berikut adalah tabel klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box.

Tabel 2.1.6.1 Klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box.

Kotak Kecil Rangkaian Warna Bilangan

Pertama -0- Merah 1

Kedua -00- Hijau 2

Ketiga -000- Merah jambu 3

Keempat -0000- Kuning 4

Kelima -00000- Biru muda 5

Keenam -000000- Ungu 6

Ketujuh -0000000- Putih 7

Kedelapan -00000000- Cokelat 8

Kesembilan -000000000- Biru tua 9

Kesepuluh -0000000000- Emas 10

Selain tabel klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box, berikut merupakan gambar media decanomial bead bar box.

(38)

Decanomial Bead Bar Box memiliki karakteristik media Montessori

yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction. Montessori, 2002: 169) menjelaskan ciri media yang menarik berarti media tersebut menimbulkan reaksi dari siswa yang membuat pembelajaran dapat terlaksana nantinya. Media berupa rangkaian manik-manik yang berwarna-warni ini dapat menarik perhatian siswa untuk menggunakan media decanomial bead bar box tersebut. Prasetya (2014: 18) mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan bergradasi dalam media Montessori berarti media tersebut mempunyai perbedaan warna yang menonjol agar siswa mudah membedakan media tersebut saat menggunakannya. Dengan kata lain, perbedaan warna pada setiap rangkaian manik-manik memudahkan siswa dalam membedakan jumlah bilangan berdasarkan warna manik-manik tersebut saat menggunakannya. Karakteristik media Montessori yang ketiga yaitu auto-education. Montessori (2002: 169) menjelaskan auto-education yang

dimaksud adalah media tersebut dapat mendorong siswa untuk mempelajarinya sendiri berdasarkan pengamatan dan kebebasan. Media decanomial bead bar box ini memberikan pengetahuan baru dan pengalaman

belajar pada siswa karena siswa sendiri yang menggunakan media decanomial bead bar box tersebut.

Karakteristik media Montessori yang selanjutnya adalah auto-correction. Montessori (2002: 171) mengatakan auto-correction yaitu ketika

(39)

unsur pengendali kesalahan. Dalam hal ini pengendali kesalahan decanomial bead bar box terletak pada jawaban dibalik kartu soal. Prasetya (2014: 18)

menambahkan ciri media Montessori yaitu kontekstual. Lillard (2005: 32) mengatakan bahwa prinsip pembelajaran Montessori yaitu disesuaikan pada konteks dan material. Siswa dalam pembelajaran Montessori belajar dari melakukan sesuatu sesuai dengan konteks. Prasetya (2014: 20) menambahkan bahwa ciri kontekstual merujuk pada pemanfaatan benda-benda atau barang-barang yang merupakan potensi lokal sebagai bahan dasar dalam pembuatan media. Dalam hal ini yaitu penggunaan benda konkret dalam pembelajaran siswa usia Sekolah Dasar sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa dan bahan pembuatan media yang terdapat di lingkungan sekitar. Dari uraian yang telah disebutkan, media decanomial bead bar box memberikan pengetahuan baru dan pengalaman belajar pada siswa. Media tersebut juga merangsang indera penglihatan dan peraba siswa sehingga memudahkan siswa dalam membedakan jumlah bilangan dalam rangkaian manik-manik berdasarkan warna manik-maniknya. Oleh sebab itu, media ini dapat membantu siswa mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media Decanomial Bead Bar Box merupakan salah satu media berbasis Montessori

berupa kotak yang berisi manik-manik dan memiliki karakteristik menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual.

2.1.7 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

(40)

matematika yang diajarkan di sekolah. Runtukahu dan Selpius (2014: 111) mengatakan bahwa urutan pembelajaran terkait dengan operasi penjumlahan maupun operasi pengurangan harus diperkenalkan dengan pengalaman konkret. Kemudian pembelajaran didasarkan pada tingkat kesulitan yang harus dikerjakan oleh siswa yaitu berdasarkan jumlah digit bilangan yang terlibat (menggunakan simbol). Tung (2015: 285) mengatakan bahwa siswa perlu belajar sistem perhitungan berbasis sepuluh. Kata sepuluh mempresentasikan satu entitas tunggal atau sepuluh unit terpisah (10 satuan). Representasi ini dapat ditukarkan, artinya sepuluh unit terpisah (10 satuan) dapat ditukarkan dengan satu puluhan (sepuluh). Oleh karena itu Goenawan dan Alexander, (2014: 15) mengatakan bahwa dalam belajar penjumlahan bilangan, siswa belajar mulai dari penjumlahan satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Siswa perlu berlatih secara terus-menerus dan atau berulang-ulang pada penjumlahan salah satu bilangan agar nantinya siswa dapat menguasai dengan mahir. Barulah siswa dapat belajar pada penjumlahan dengan tingkat yang lebih tinggi.

(41)

bahwa dalam belajar penjumlahan, siswa juga mempelajari masa transisi dari bentuk pembelajaran verbal (dengan kata-kata) ke bentuk pembelajaran tertulis. Contohnya yaitu pada pengucapan dua (2) ditambah (+) enam (6) sama dengan (=) delapan (8). Bentuk yang ditulis dari pengucapan tersebut yaitu 2 + 6 = 8. Bentuk pembelajaran ini akan terus dipakai pada penjumlahan di tingkat selanjutnya.

Schwartzman (1994: 2011) mengatakan bahwa pengurangan adalah mengurangkan bilangan kedua dari bilangan pertama. Pengurangan ditulis dengan simbol pengurangan (-). Goenawan dan Alexander (2014: 23-24) menjelaskan bahwa urutan pembelajaran terkait dengan pengurangan sama halnya dengan penjumlahan yaitu berdasarkan banyaknya digit bilangan yang terlibat. Oleh karena itu dalam pengurangan bilangan, siswa diajarkan mulai dari pengurangan satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penjumlahan merupakan kegiatan menjumlahkan dua bilangan. Pengurangan adalah mengurangkan bilangan kedua dari bilangan pertama.

2.2 Penelitian yang Relevan

(42)

(2014) tentang penggunaan media manik-manik melalui demonstrasi dalam mengalikan bilangan kelas II.

Penelitian pertama ditulis oleh Yosephine Purwanti Astuti (2011). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan keaktifan siswa kelas I dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilan gan cacah di SD Kanisius Bantul pada semester ganjil 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Bantul dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas I SD yang berjumlah 36 siswa. Dalam penelitiannya, Astuti berperan sebagai pengamat sedangkan yang melaksanakan pembelajaran menggunakan media manik-manik adalah guru kelas I. Hasil penelitian yang dilakukan Astuti menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal yaitu 63,89% dan setelah itu meningkat mencapai 86,11%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 100%, sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 13,89%. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 72,86% dari kondisi awal yaitu 70,21%. Pada siklus II peningkatan keaktifan mencapai 76,06%. Skor rata-rata kelas dari siklus I yaitu 85,00 dan pada siklus II menjadi 93,61.

(43)

yaitu siswa kelas I SD. Pengembangan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan mengarah pada ciri, kualitas, dan dampak penggunaan alat peraga yang berbasis pada metode Montessori. Hasil penelitian Prasetya menunjukkan bahwa alat peraga penjumlahan dan pengurangan (1) memiliki lima ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual; (2) memiliki kualitas “sangat baik” ; (3) dan memberikan

dampak afektif berupa minat dan konsentrasi belajar anak. Hal ini terbukti dengan penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan yang mampu membantu anak memahami materi dengan rerata peningkatan pretest ke posttest sebesar 114,6%.

(44)

penjumlahan dan pengurangan bilangan dan melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran tersebut.

2.3 Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Salah satu materi pelajaran yang dipelajari dalam matematika yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan. Seringkali siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan. Hal yang menjadi kesulitan mereka yaitu ketika materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Ketika menjumlahkan bilangan, mereka lupa untuk menambahkan suatu bilangan ke bilangan yang berada di depannya. Ketika mengurangkan bilangan, mereka lupa untuk mengurangkan bilangan yang sudah dipinjam. Guru dalam melaksanakan pembelajaran di Sekolah Dasar lebih banyak melakukan kegiatan atau aktivitas dibandingkan dengan siswanya. Guru lebih banyak menjelaskan dan siswa pasif selama pembelajaran. Hal yang siswa lakukan yaitu memperhatikan guru dan mencatat catatan terkait materi yang diajarkan. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang dapat memahami materi yang sedang diajarkan.

(45)

selanjutnya. Tahap perkembangan siswa usia Sekolah Dasar berada pada penggunaan benda konkret. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika hendaknya menggunakan benda konkret. Dengan penggunaan benda konkret, siswa tidak hanya membayangkannya saja namun juga dapat melihatnya dan memegangnya. Siswa dapat mengalami sendiri menggunakan benda konkret sebagai media belajar. Pengalaman yang didapat oleh siswa akan lebih lama tertanam dalam diri mereka bila mereka mengalaminya sendiri. Dengan demikian, materi yang disampaikan akan lebih mudah untuk ditangkap oleh siswa. Oleh karena itu, penting bagi pembelajaran dengan menggunakan media sebagai alat bantu penyampaian materi kepada siswa. Untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan, media yang dapat digunakan yaitu media decanomial bead bar box.

(46)

keaktifan siswa. Media decanomial bead bar box ini digunakan oleh siswa itu sendiri. Siswa akan berlatih secara mandiri untuk mencoba menjumlahkan dan mengurangkan bilangan dengan berbagai manik-manik yang berwarna-warni. Dengan demikian, siswa tidak lagi hanya menerima pembelajaran dari guru dan duduk diam mendengarkan guru menjelaskan materi namun juga dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan bantuan media decanomial bead bar box ini.

(47)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai 3.1 jenis penelitian, 3.2 setting penelitian, 3.3 rancangan penelitian, 3.4 teknik pengumpulan data, 3.5 instrumen penelitian, 3.6 kredibilitas dan transferabilitas, dan 3.7 teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Basrowi dan Suwandi (2008: 22) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sama sekali belum diketahui. Nawawi dan Mimi (2005: 73) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan keadaan pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang Nampak atau sebagaimana adanya. Darmadi (2014: 186) mengatakan bahwa penelitian deskriptif juga dapat dilakukan dengan mendeskripsikan suatu fenomena menggunakan interpretasi dari angka-angka.

(48)

3.2 Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, subjek

penelitian, dan waktu penelitian. 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Caturtunggal 1. Sekolah Dasar ini beralamat di jalan Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas II di SD Negeri Caturtunggal 1 ini berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dari bulan Februari hingga bulan Juli 2016. Kegiatan yang dilakukan yaitu dari pembuatan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Caturtunggal 1 hingga penulisan laporan.

3.3 Rancangan Penelitian

(49)

Bagan 3.3.1 Tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan

(50)

dilakukan guna mengetahui kelayakan instrumen penelitian sebelum digunakan saat penelitian.

Tahap penelitian yang kedua yaitu tahap pekerjaan lapangan. Basrowi dan Suwandi (2008: 88-90) mengatakan bahwa kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap ini yaitu melakukan penelitian dan mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Penelitian yang dilakukan berupa implementasi menggunakan media pembelajaran Montessori yaitu decanomial bead bar box terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada

siswa kelas II. Peneliti melakukan implementasi menggunakan media decanomial bead bar box di kelas. Implementasi dilakukan selama empat

hari. Selama penelitian berlangsung, peneliti mengumpulkan data berupa foto selama pembelajaran, melakukan observasi dan wawancara kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang didapatkan tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

(51)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data sangat penting dilakukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan guna mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan peneliti demi tercapainya tujuan dari penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, jenis data yang dihasilkan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Uraian tentang teknik pengumpulan data akan dijelaskan sebagai berikut.

3.4.1 Wawancara

(52)

informasi terkait dengan pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar box.

3.4.2 Observasi

Sanjaya (2013: 270) berpendapat bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar box. Observasi dilakukan dengan melengkapi format yang berisi

item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. 3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya ‘dokumen’ berarti barang-barang

tertulis. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, notulen rapat, dan lain-lain (Arikunto, 2013: 201-202). Dalam hal ini, dokumentasi dalam penelitian berupa transkripsi wawancara dengan guru dan siswa.

3.4.4 Tes

(53)

untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Pemberian tes ini dilakukan setelah orang yang dimaksud sudah mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan membagikan soal tes kepada siswa. Pembagian soal tes dilakukan sebelum siswa menggunakan media. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Pembagian soal tes juga dilakukan di akhir pertemuan terakhir. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar box.

3.5 Instrumen Penelitian

(54)

3.5.1 Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru dan empat siswa kelas II. Wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa bertujuan untuk mengetahui pembelajaran matematika di kelas dan penggunaan media di dalam kelas. Berikut tabel pedoman wawancara guru.

Tabel 3.5.1.1. Pedoman wawancara guru.

No Garis Besar

Wawancara Aspek yang ditanyakan

1

Pembelajaran

Matematika di kelas II.

1. Proses pembelajaran Matematika di kelas.

2. Proses pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan

2

Kesulitan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

Matematika.

1. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Matematika.

2. Materi yang sulit disampaikan kepada siswa. 3. Penyebab kesulitan dalam menyampaikan materi

pembelajaran.

1. Ketersediaan media pendukung di kelas untuk pelajaran matematika.

2. Pengadaan media pendukung buatan guru. 3. Pengadaan media pendukung bukan buatan guru. 4. Media pendukung yang pernah digunakan guru

dalam pembelajaran Matematika.

5. Penggunaan media pendukung oleh siswa.

5

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran

Matematika.

1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika. 2. Siswa yang mengalami kesulitan dalam

pembelajaran Matematika.

(55)

penjumlahan dan pengurangan bilangan. Berikut tabel pedoman wawancara siswa.

Tabel 3.5.1.2. Pedoman wawancara siswa.

No Garis Besar

Wawancara Aspek yang ditanyakan

1. Auto education

1. Penggunaan media decanomial bead bar box secara mandiri oleh siswa.

2. Pemahaman siswa akan materi pembelajaran dengan menggunakan media decanomial bead bar box.

2. Menarik

1. Ketertarikan siswa belajar Matematika karena warna media decanomial bead bar box.

2. Ketertarikan siswa pada bentuk media decanomial bead

bar box.

3. Penggunaan media decanomial bead bar box membuat siswa merasa senang.

3. Gradasi

1. Kemudahan siswa membawa/memindahkan media

decanomial bead bar box.

2. Kemudahan siswa mengetahui angka berdasarkan warna media decanomial bead bar box.

4. Auto correction

1. Kesadaran siswa mengetahui kesalahan dalam menggunakan media decanomial bead bar box.

2. Kemudahan siswa menemukan jawaban ketika

menggunakan media decanomial bead bar box.

5. Kontekstual

1. Kemudahan menemukan bahan pembuatan media

decanomial bead bar box di lingkungan sekitar.

2. Pembuatan media decanomial bead bar box oleh Bapak/Ibu guru atau orang lain.

Wawancara yang dilakukan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa terkait penggunaan media decanomial bead bar box oleh siswa dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan di kelas.

3.5.2 Pedoman Observasi

(56)

Tabel 3.5.2.1 Pedoman observasi.

No. Indikator Deskripsi

1 Menggunakan

3. Siswa selalu menggunakan media decanomial bead bar

box dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan.

2. Siswa sesekali menggunakan media decanomial bead

bar box dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan.

1. Siswa tidak pernah menggunakan media decanomial

bead bar box dalam melakukan penjumlahan dan sesuai dengan cara penggunaanya, menaruh manik-manik media decanomial bead bar box sesuai dengan tempatnya, mengembalikan media decanomial bead bar box pada tempat semula.

2. Siswa memenuhi 2 dari 3 kriteria. 1. Siswa memenuhi 1 dari 3 kriteria. 3 Menunjukkan sikap

saling berbagi dalam mengerjakan tugas.

3. Siswa berbagi dalam menggunakan media decanomial

bead bar box untuk menyelesaikan tugas.

2. Siswa mau berbagi menggunakan media decanomial

bead bar box untuk menyelesaikan tugas.

1. Siswa tidak mau berbagi menggunakan media

decanomial bead bar box untuk menyelesaikan tugas.

Observasi dilakukan selama empat pertemuan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. observasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan media decanomial bead bar box oleh siswa dan sikap siswa selama menggunakan media decanomial bead bar box tersebut. 3.5.3 Soal Tes

Lembar soal tes pada instrumen penelitian ini memuat 20 pertanyaan terkait materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan media decanomial bead bar box. Kisi-kisi soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (lihat lampiran 4).

Tabel 3.5.3.1 Kisi-kisi soal tes.

Materi Pelajaran Indikator Nomor Soal

Penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua

Menentukan hasil penjumlahan

(57)

angka tanpa teknik menyimpan.

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan.

Penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan.

Menentukan hasil penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan.

3, 5, 10, 15, 17

Pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua

angka tanpa teknik

meminjam.

Menentukan hasil pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam.

1, 4, 11, 16, 18

Pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik meminjam.

Menentukan hasil pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik meminjam.

7, 8, 12, 13, 19

Berdasarkan tabel kisi-kisi soal tes tersebut, dalam penelitian ini siswa mengerjakan 20 soal penjumlahan dan pengurangan bilangan yang terdiri dari 5 soal penjumlahan bilangan dua angka dan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, 5 soal penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan, 5 soal pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam, dan 5 soal pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik meminjam.

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari lapangan memerlukan pengecekan data agar dapat mengetahui keabsahan data yang didapat. Keabsahan data dapat diperoleh dengan cara (Darmadi, 2014: 294):

3.6.1 Kredibilitas

(58)

menjawab rumusan masalah penelitian. Cara yang dilakukan yaitu dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan penelitian dilakukan secara tekun dan terus menerus supaya data yang diperoleh lengkap dan sesuai fokus penelitian. Ketekunan dalam pengamatan membuat peneliti memahami masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya. Cara yang kedua yaitu dengan triangulasi. Darmadi (2014: 295) mengatakan bahwa triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pembanding terhadap data tersebut. Tohirin (2012: 76) mengatakan bahwa triangulasi dapat dilakukan dengan membandingkan data dengan sumber, metode, maupun teori. Triangulasi dalam penelitian ini yaitu membandingkan data yang telah diperoleh dengan hasil wawancara dan hasil observasi.

3.6.2 Transferabilitas

(59)

Tingkat transferabilitas hasil penelitian tentang implementasi media decanomial bead bar box materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

siswa kelas II SD Caturtunggal 1 Sleman yaitu dapat diterapkan di tempat lain selama sesuai dengan permasalahan dan situasi yang dialami. Dengan kata lain implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dapat diterapkan di tempat lain pada waktu yang berbeda dengan mempertimbangkan kesesuaian permasalahan yang dialami dan karakteristik yang dimiliki siswa.

3.7 Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan peneliti selama penelitian kemudian dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.7.1 Penskoran Soal Tes

(60)

Kriteria penilaian hasil tes dalam penelitian ini diadaptasi dari Widoyoko (2009: 242). Berikut tabel kriteria penilaian hasil tes.

Tabel 3.7.1.1 Kriteria penilaian hasil tes.

Nilai Keterangan

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan daftar isian yang di dalamnya telah tercantum jenis-jenis aspek kegiatan yang harus dinilai. Oleh karena itu penskoran hasil observasi menggunakan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2009: 207).

Skor yang telah diperoleh, dihitung dengan kriteria penilaian yang diadaptasi dari Widoyoko (2009: 242) Berikut tabel kriteria penilaian observasi.

Tabel 3.7.3.1 Kriteria penilaian observasi.

Nilai Keterangan

(61)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai 4.1 hasil penelitian dan 4.2 pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

Dalam hasil penelitian akan dijelaskan mengenai 4.1.1 pelaksanaan pembelajaran dan 4.1.2 penggunaan media decanomial bead bar box.

4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran

(62)

box. Uraian mengenai pelaksanaan implementasi di kelas II selama empat

pertemuan adalah sebagai berikut. 4.1.1.1 Pertemuan 1

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Mei 2016 selama 2 jam pelajaran (2x40 menit). Materi pembelajaran yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah penjumlahan bilangan dua angka tanpa menyimpan. Siswa membantu guru membawa media decanomial bead bar box masuk ke dalam kelas. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam

antara guru dan siswa. Kemudian guru menanyakan kabar siswa dan siswa menjawabnya. Salah satu siswa memimpin doa bersama sebelum pembelajaran dimulai. Untuk menambah semangat siswa dalam belajar, siswa bersama dengan guru melakukan tepuk semangat dan menyanyikan lagu “satu

ditambah satu.” Lagu tersebut dipilih sekaligus untuk mengingatkan kembali

kepada siswa tentang materi penjumlahan bilangan. Siswa dengan arahan guru membahas lagu yang telah dinyanyikan bersama-sama. Siswa kemudian menyampaikan materi pelajaran yang dapat siswa pelajari dari lagu tersebut. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Siswa juga diberitahu bahwa hari ini siswa akan belajar dengan menggunakan media decanomial bead bar box.

(63)

perilaku yang menunjukkan sikap saling berbagi di dalam kelas. Siswa secara bergiliran menyebutkan perilaku yang menunjukkan sikap saling berbagi di dalam kelas. Jawaban siswa ditulis pada papan tulis oleh guru. Siswa bersama dengan guru membahas perilaku-perilaku yang menunjukkan sikap saling berbagi yang telah siswa sebutkan dan mengaitkannya pada penggunaan media dalam belajar secara berkelompok. Setelah itu, guru mengulang kembali sedikit tentang materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan menggunakan cara bersusun pendek dan cara bersusun panjang. Kemudian, siswa pun diperkenalkan pada media decanomial bead bar box. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai nama dan kegunaan

media decanomial bead bar box. Kemudian, siswa mengamati cara penggunaan media yang diperagakan oleh guru dengan contoh soal penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan.

Gambar 4.1.1.1.1 Siswa diperkenalkan media decanomial bead bar box.

(64)

bersama dengan kelompoknya. Perwakilan dari setiap kelompok mengambil media decanomial bead bar box dan kartu soal yang ada di depan kelas.

Gambar 4.1.1.1.2 Perwakilan kelompok mengambil media.

Terdapat satu kelompok di mana salah satu siswanya enggan berbagi media decanomial bead bar box dengan salah satu teman kelompoknya. Guru pun

berusaha menyakinkan siswa tersebut agar mau berbagi dalam menggunakan media, namun siswa tersebut bersikeras enggan berbagi media. Akhirnya salah satu siswa dalam kelompok tersebut bersedia bergabung dengan kelompok lain dan kelompok lain menerimanya.

(65)

dalam cara bersusun pendek maupun bersusun panjang. Kemudian, siswa mulai mengambil manik-manik sejumlah dengan bilangan pada kartu soal (42).

Gambar 4.1.1.1.3 Siswa mengambil manik-manik.

Siswa memastikan jumlah manik-manik yang mereka ambil sesuai dengan bilangan yang ada pada kartu soal dengan menghitung manik-manik tersebut. Setelah itu, siswa mengambil manik-manik lagi sejumlah bilangan yang tertulis pada kartu soal (13). Semua manik-manik yang siswa ambil kemudian siswa hitung. Jumlah semua manik-manik yang siswa hitung adalah jawaban dari soal tersebut.

(66)

Sembari siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan, guru berkeliling memantau kinerja siswa dalam mengerjakan tugas. Beberapa siswa bertanya kepada guru tentang cara penggunaan media. Guru pun menjelaskan kembali cara penggunaan media kepada siswa tersebut. Sembari guru berkeliling kelas, guru juga melakukan observasi terkait penggunaan media oleh siswa. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, siswa bersama dengan guru membahas jawaban dari soal yang telah dikerjakan oleh siswa. Siswa diberitahu oleh guru untuk melihat tulisan di balik kartu soal. Angka yang terdapat pada balik kartu soal merupakan jawaban dari soal tersebut. Kemudian siswa secara serentak memeriksa jawaban mereka. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya terkait materi pelajaran yang belum dipahami pada hari ini. Setelah itu, siswa membereskan media decanomial bead bar box dan mengembalikannya pada meja guru.

(67)

4.1.1.2 Pertemuan 2

Implementasi media pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Mei 2016 selama 2 jam pelajaran (2x40 menit). Materi pembelajaran hari kedua yaitu penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan. Guru dan siswa saling mengucapkan salam. Guru menanyakan kabar siswa dan siswa menjawabnya. Salah satu siswa memimpin doa. Guru melakukan presensi terhadap siswa. Siswa bersama dengan guru menyanyikan lagu “satu dua tiga empat” untuk menambah

semangat siswa sebelum belajar. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini dan membagikan LKS pada siswa.

Salah seorang siswa diminta untuk mengambil media decanomial bead bar box dan menaruhnya di meja yang ada di depan kelas. Kemudian,

(68)

Siswa dibagi dalam 6 kelompok lagi. Setiap kelompok diminta mengambil media decanomial bead bar box dan kartu soal. Kemudian, siswa mengerjakan soal penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan bersama dengan kelompoknya menggunakan media decanomial bead bar box. Hal pertama yang mereka lakukan adalah membaca soal yang

telah mereka ambil dari kartu soal. Kemudian, siswa mengambil manik-manik sejumlah bilangan pertama yang ada pada kartu soal.

Gambar 4.1.1.2.1 Siswa mengambil manik-manik bilangan pertama.

Setelah mengambil manik-manik sejumlah bilangan pertama pada soal, siswa memastikan jumlah tersebut dengan menghitung manik-manik yang telah mereka ambil.

(69)

Kemudian siswa kembali mengambil manik-manik sejumlah dengan bilangan kedua yang tertera pada soal.

Gambar 4.1.1.2.3 Siswa mengambil manik-manik bilangan kedua.

(70)

rangkaian manik-manik. Jumlah manik-manik yang telah dihitung kemudian ditulis pada lembar jawaban siswa.

Gambar 4.1.1.2.4 Siswa menghitung manik-manik bilangan pertama dan kedua.

Guru memantau pekerjaan siswa selama siswa melaksanakan tugas dari guru. Siswa yang masih kesulitan menggunakan media decanomial bead bar box bertanya kepada guru. Guru pun memberikan arahan dalam

menggunakan media decanomial bead bar box pada siswa tersebut. Siswa melakukan penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan menggunakan media decanomial bead bar box sesuai dengan arahan guru.

Gambar 4.1.1.2.5 Siswa mendapat arahan dari guru.

(71)

siswa pada papan tulis. Siswa bersama dengan guru mencocokkan jawaban dari soal dengan jawaban yang ada di balik kartu soal. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terkait materi pelajaran yang kurang dipahami hari ini. Kemudian siswa mengembalikan media decanomial bead bar box pada meja guru.

Siswa menyampaikan kesimpulan terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Kesimpulan yang disampaikan siswa kemudian di tulis di papan tulis oleh guru. Kemudian, siswa menuliskan refleksi pada lembar yang ada di LKS. Siswa yang telah selesai menuliskan refleksi kemudian mengumpulkan LKS pada guru. Guru dan siswa mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

4.1.1.3 Pertemuan 3

(72)

Siswa memperhatikan guru yang sedang memperagakan cara penggunaan media decanomial bead bar box untuk menyelesaikan soal pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam. Siswa dibagi dalam 6 kelompok. Perwakilan dari setiap kelompok mengambil media decanomial bead bar box dan kartu soal. Setiap kelompok mengerjakan soal yang

terdapat pada kartu soal bersama teman kelompoknya. Dalam kelompok, siswa membaca soal yang ada pada kartu soal. Soal yang dikerjakan siswa yaitu: Mema membawa 38 permen ke sekolah. Di sekolah, Mema membagikan 15 permen miliknya pada teman-temannya. Berapa sisa permen Mema? Siswa mengambil manik-manik sejumlah bilangan yang tertera pada kartu soal (38 manik-manik).

Gambar 4.1.1.3.1 Siswa mengambil manik-manik

(73)

Gambar 4.1.1.3.2 Siswa mengurangkan manik-manik.

Guru mengamati kegiatan siswa selama mengerjakan tugas. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menghitung soal mendapat pengarahan dari guru dalam menyelesaikan soal tersebut. Siswa yang telah selesai mengerjakan soal, melihat jawaban yang ada di balik kartu soal. Kemudian, siswa bersama-sama dengan guru membahas soal yang telah dikerjakan dan perwakilan dari setiap kelompok bergiliran menuliskan jawaban soal pada papan tulis dengan cara bersusun panjang atau cara bersusun pendek. Siswa merapikan kembali media decanomial bead bar box serta mengembalikannya pada meja guru.

Gambar

Tabel 2.1.6.1 Klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box.
tabel kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3.5.1.1. Pedoman wawancara guru.
Tabel 3.5.1.2. Pedoman wawancara siswa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Jadi, maksud dari judul penelitian ini adalah ingin melihat apakah penggunaan alat peraga kartu bilangan untuk menyampaikan materi operasi hitung penjumlahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dalam penelitian tindakan kelas dengan pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal dengan metode

Dalam kegiatan inti, pertama-tama guru menjelaskan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan menggunakan alat peraga rak bilangan. Kemudian guru memberikan

Sedangkan menurut pendapat Wati (2016: 43), mengatakan bahwa “media video merupakan sebuah alat bantu yang dipergunakan dalam pembelajaran untuk membantu tulisan

Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa (prestasi siswa), pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan

Grafik 1 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Pra Siklus , Siklus 1 dan Siklus 2 PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berjudul "Peningkatan Prestasi Belajar Mapel