PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Deny Adventy Sary 091134097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Deny Adventy Sary 091134097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Ayahanda Yohanes Sutarjo
2. Ibunda Maria Magdalena Ngadiem
MOTTO
Pergunakanlah waktu yang ada,
karena hari-hari ini adalah jahat
.
Orang yang bermalas-malasan dalam pekerjaannya,
sudah pasti akan menjadi saudara dari si perusak
“Marilah kepada
-Ku, semua yang letih lesu dan
beban berat, Aku akan memberi
kelegaan
kepadamu”
(Efesus 5 : 16)
(Amsal 18 : 9)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Juni 2013
Peneliti,
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Deny Adventy Sary
Nomor Mahasiswa : 091134097
Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 12 Juni 2013 Yang menyatakan,
ABSTRAK
Sary, Deny Adventy. (2013). Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode penelitian pengembangan, bahan ajar, pendidikan karakter, keterampilan membaca.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Fokus dari penelitian ini untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter di SD, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi dari model pengembangan bahan ajar milik Jerrold E. Kemp dan metode penelitian R&D milik Borg and Gall. Prosedur penelitian ini terdiri dari 7 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (prototipe), (4) validasi, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 siswa kelas IVA SDN Adisucipto 1 tahun ajaran 2012/2013 dan dilaksanakan di semester genap pada bulan Mei 2013.
ABSTRACT
Sary, Deny Adventy. (2013). The Development of The Teaching Materials that Integrated with Character of Education For Reading Skill The Subject of Indonesian Language in 4th Class of Elementary School in Odd Semester. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, University of Sanata Dharma University Yogyakarta.
Keywords: method of development research, teaching materials, character of education, reading skill.
The kind of the research was the development of research. The focus was to completing the necessity of availability the teaching materials that integrated with character of education on Elementary School, especially the subject of Indonesian Language. The main purpose of the research was to producing a product such as the teaching materials that integrated with character of education for reading skill the subject of Indonesian Language in 4th class of Elementary School in odd semester.
` This research used modification development procedure between the development of teaching materials edition by Jerrold E. Kemp and the method of research R&D by Borg and Gall. The procedure of the research consisted of 7 steps, they were: (1) potency and issue, (2) collecting data, (3) design product (prototipe), (4) validation, (5) design revision, (6) try out design, (7) design revision, so that it produced final product design such as the teaching materials subject of Indonesian Language in 4th class of Elementary School in odd semester. The subject of used in the research was 10 student in 4th A Elementary Adisucipto 1 School.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk
Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV
Semester Gasal dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan
dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya
sekarang ini. Karena itu, dengan hati yang tulus, perkenankanlah peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. selaku Kaprodi PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku pembimbing I yang telah membimbing
dan membantu peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan membantu peneliti dengan penuh kesabaran dan
5. Drs. Daryono selaku Kepala SDN Adisucipto 1 Sleman, Yogyakarta yang
telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian di sekolah.
6. Devilianto, A.Ma. selaku walikelas kelas IV dan sekaligus sebagai guru
Bahasa Indonesia kelas IV SDN Adisucipto 1 Yogyakarta yang telah
memberikan banyak partisipasi dan bantuannya selama peneliti melakukan
penelitian di sekolah.
7. Sri Indah Fitri U, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia kelas IV SDN
Adisucipto 1 Sleman, Yogyakarta yang telah memberikan partisipasinya
dalam penelitian pengembangan ini.
8. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku validator pendidikan karakter yang telah
memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.
9. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku validator pembelajaran Bahasa
Indonesia yang telah telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam
penelitian pengembangan ini.
10.Kelas IVA SDN Adisucipto 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang
memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerja sama selama penelitian
berlangsung.
11.Kedua orangtua peneliti yaitu Yohanes Sutarjo dan Maria Magdalena
Ngadiem yang telah memberikan dukungan materi maupun moril kepada
peneliti.
12.Adik peneliti yaitu Agnes Dwi Purnama Sary yang telah memberikan
13.Teman-temanku satu perjuangan payung Bahasa Indonesia, Gorius Geor,
Paula Pungky, Yohanna Prisca, Agnes Arinjani, Domi Araujo, Rischa
Kristiana, Hesti Wulandari, Windy Arizona, Intan Reni Wulandari, dan
Margareta Erna. Sebuah kebanggaan bisa berjuang sekuat tenaga bersama
kalian.
14.Teman-teman PGSD 2009 kelas A yang selalu memberikan motivasi
untuk terus berkembang. Selamanya kita tetap bersaudara.
15.Teman-teman kos anggrek, Beatrich Rani, Patrisia R. Pratiwi, Veronika
Dara, Bernadet Dwi Atmi, dan Grace Kristiana yang selalu memberi
dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.
16.Teman-teman dari Pekalongan yang selalu memberi semangat, dan
dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.
17.Dan segenap pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih
untuk bantuan dan doanya selama ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat untuk dunia pendidikan saat ini. Terima kasih
Yogyakarta, 12 Juni 2013
Peneliti,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7
BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kajian Teori ... 9
2.1.1 Pendidikan Karakter ... 9
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 16
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter . ... 21
2.1.4 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 23
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan ... 29
2.3 Kerangka Berpikir ... 31
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 32
BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 33
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Prosedur Pengembangan... 33
3.3 Uji Coba Produk ... 36
3.3.1 Desain Uji Coba... 36
3.3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.3.5 Teknik Anallisis Data ... 38
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 41
4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 44
4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk... 51
4.1.4 Kajian Produk Akhir ... 61
4.2 Pembahasan ... 63
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 66
5.3 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 70
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif ... 39
Tabel 3.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 40
Tabel 4.1 Kriteria Skor Skala Lima ... 51
Tabel 4.2 Komentar Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 52
Tabel 4.3 Bentuk Revisi Bahan Ajar ... 53
Tabel 4.4 Komentar Pakar Pendidikan Karakter ... 54
Tabel 4.5 Bentuk Revisi Bahan Ajar ... 54
Tabel 4.6 Komentar Guru Bahasa Indonesia kelas IV ... 56
Tabel 4.7 Bentuk Revisi Bahan Ajar... 56
Tabel 4.8 Komentar 10 Siswa Kelas IV ... 61
Tabel 4.9 Bentuk Revisi Bahan Ajar ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi Hasil Wawancara Guru ... 71
Lampiran 2 Silabus ... 74
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 78
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Validasi Pakar Bahasa Indonesia ... 111
Lampiran 5 Lembar Kuesioner Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 115
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Validasi Guru Bahasa Indonesia 1 Kelas IV . 119 Lampiran 7 Lembar Kuesioner Validasi Guru Bahasa Indonesia 2 Kelas IV 123
Lampiran 8 Lembar Kuesioner Validasi Lapangan ... 127
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Bahasa Indonesia ... 137
Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 140
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia 1 ... 143
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indoensia 2 ... 146
Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Validasi Lapangan ... 149
Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 150
Lampiran 15 Surat Ijin Wawancara ... 151
Lampiran 16 Surat Keterangan Penelitian ... 152
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional seseorang. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang. Bahasa dalam tingkatan manapun bukan sekedar
pilihan kata, tetapi pilihan makna. Pilihan untuk menunjukkan kelas pergaulan
dan menampilkan akhlak yang dimiliki. Keluhuran moral seseorang bisa dilihat
dari bahasa yang digunakan. Apabila bahasa yang digunakan tidak menampilkan
bahasa yang berperadaban, dan bermoral, maka diduga kuat menggambarkan
kepribadian penggunanya (Pamungkas, 2012:30). Berdasarkan hal tersebut,
bahasa dapat dikatakan membentuk karakter seseorang.
Pembentukan karakter ini sesuai dengan tujuan dari salah satu mata pelajaran
di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran yang dimaksudkan adalah Bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diikuti oleh para siswa. Tujuan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa (BSNP, 2006:10). Pengolahan budi pekerti dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai dari budi pekerti itu sendiri. Nilai budi pekerti/nilai
karakter yang diolah dan ditanamkan, diupayakan dapat menumbuhkan suatu
Penanaman nilai karakter di SD, dapat dilakukan dengan mengembangkan
salah satu keterampilan berbahasa yaitu keterampilan membaca. Pada tingkatan
ini, siswa SD dibimbing untuk memperoleh keterampilan mengenal kata,
memahami arti kata, memahami struktur dan arti kalimat, memahami paragraf,
menemukan makna bacaan, dan berkomunikasi (Djiwatampu, 2008:15). Jika
seseorang terampil dan suka membaca maka ia memiliki kesempatan untuk
mengenal dan memahami dunianya dengan lebih cermat dan teliti (Suparti,
2002:2). Kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran, keindahan dan kebaikan
yang terdapat dalam sebuah cerita, akan memberikan pengaruh pada tingkah laku
sehari-hari, yang akan berdampak pada tingkah laku sederhana, berbudi luhur dan
disiplin (Zulela, 2012:23). Oleh sebab itu, keterampilan membaca menjadi salah
satu keterampilan yang perlu dikembangkan dalam upaya menanamkan nilai-nilai
karakter dalam diri anak.
Dengan melihat uraian diatas, Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata
pelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan karakter dalam diri siswa.
Ketersediaan bahan ajar menjadi salah satu unsur yang penting dalam proses
belajar mengajar termasuk juga pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, seorang guru harus mampu mencari materi yang
tepat dalam menyusun, menyajikan kegiatan yang bersifat kreatif positif dengan
materi yang telah ditentukan (Zulela, 2012:61). Penggunaan bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter dengan berbasis aktivitas akan lebih
mempermudahkan tugas guru dalam mengembangkan karakter peserta didik.
sesuatu yang kongkrit, yang berarti memberi ruang bagi siswa untuk melakukan
dan merasakan sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IVA pada tanggal 26
November 2012, pukul 09.00-10.00 WIB di SDN Adisucipto 1, diperoleh
informasi bahwa pendidikan karakter yang didengung-dengungkan oleh
pemerintah selama ini telah dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran Bahasa
Indonesia, namun kurang maksimal. Hal ini terjadi karena bahan ajar yang
benar-benar terintegrasi dengan pendidikan karakter sampai sekarang masih jarang
ditemukan terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan
membaca. Akibatnya, siswa kesulitan dalam mengembangkan dan menanamkan
nilai-nilai karakter dengan bahan ajar yang ada. Kurangnya pengembangan
karakter dalam bahan ajar dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
berperilaku, misalnya saja (1) saat membaca sebuah bacaan, siswa cenderung
membaca dengan cepat tanpa mencermati isi bacaan sehingga pemahaman siswa
terhadap bacaan sangat kurang, (2) siswa kurang disiplin pada saat mengikuti
upacara bendera dan (3) kurangnya kerjasama antar siswa saat mengerjakan tugas
dalam kelompok. Pengembangan bahan ajar dengan mengintegrasikan karakter
didalamnya memang bukan pekerjaan yang mudah, dibutuhkan suatu pengalaman
dan pengetahuan tentang pendidikan karakter itu sendiri. Guru kelas
mengharapkan adanya bahan ajar yang benar-benar dapat mengembangkan
karakter siswa sehingga guru dan siswa tidak merasa kesulitan dalam
pengembangan dan penerapan nilai-nilai karakter.
Dengan melihat permasalahan tersebut, peneliti mencoba menawarkan
dengan pendidikan karakter. Bahan ajar yang akan dikembangkan ini memuat
aktivitas atau kegiatan belajar yang memperlihatkan aktivitas pengembangan
karakter. Dengan begitu, bahan ajar Bahasa Indonesia yang akan dikembangkan
ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa pada
Kompetensi Dasar (KD) “menemukan pikiran pokok teks agak panjang dengan
cara membaca sekilas dan sekaligus dapat mengembangkan karakter siswa secara
maksimal.
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?
2. Bagaimana hasil validasi kualitas produk bahan ajar terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter untuk untuk keterampilan membaca pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
2. Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada
1.4Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengalaman dalam mengembangkan bahan ajar
Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk
keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV
semester gasal dengan Research and Development (R&D).
2. Bagi siswa
Dapat mengembangkan karakter dan dapat membantu siswa dalam
memahami materi menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200
kata) dengan cara membaca sekilas.
3. Bagi guru
Dapat memberikan inspirasi bagi guru-guru SD untuk melakukan
pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter
untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
materi menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata)
dengan cara membaca sekilas.
4. Bagi sekolah
Dapat menambah bahan bacaan khususnya pengembangan bahan
ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan
membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester
gasal dengan materi menemukan pikiran pokok teks agak panjang
5. Bagi prodi PGSD
Dapat menjadi acuan untuk mengembangkan bahan ajar pada mata
pelajaran lain.
1.5Batasan Istilah 1. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan pada
dua hal yaitu ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter individu yang
lebih fokus pada sikap, perilaku, dan cara berfikir individu.
2. Bahan ajar
Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari
setiap Kompetensi Dasar (KD) yang terdiri dari unsur topik, SK, KD,
Indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,
tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata
penting, dan daftar pustaka.
3. Keterampilan berbahasa
Kemampuan seseorang dalam berbahasa, yang meliputi keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis.
4. Keterampilan membaca
Suatu kemampuan membaca tulisan untuk mendapatkan pesan yang
1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah:
1.6.1 Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
1.6.2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
dikembangkan yaitu SK 3. Memahami teks agak panjang (150-200 kata),
petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedia dan KD 3.1
Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara
membaca sekilas.
1.6.3 Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan bahan
ajar ini adalah pendekatan kontekstual.
1.6.4 Bahan ajar yang dikembangkan, diintegrasikan dengan tiga nilai karakter,
yaitu karakter disiplin, cermat dan kerjasama.
1.6.5 Indikator keberhasilan ditinjau dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotor.
1.6.6 Struktur Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan, didesain untuk tiga kali pertemuan yaitu
pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit, pertemuan kedua
dengan alokasi waktu 3x35 menit dan pertemuan ketiga dengan alokasi
waktu 2x35 menit. Urutan isi pada setiap pertemuan sama, yaitu (1)
SK/KD, (2) motivasi, (3) apersepsi, (4) uraian materi, (5) kegiatan siswa,
(6) pos tes, (7) refleksi, (8) tindakan siswa, dan (9) pekerjaan rumah.
Adapun bagian lain selain urutan isi dalam setiap pertemuan yaitu, (1) kata
evaluasi untuk kompetensi dasar, (5) kunci jawaban, (6) format penilaian
kognitif, afektif (karakter disiplin, cermat dan kerjasama), dan
psikomotorik, (7) glosarium, (8) daftar pustaka, dan (9) biodata peneliti.
1.6.7 Bahan ajar yang dikembangakan disusun dengan serangkaian aktivitas
yang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Bahan ajar jenis ini,
merupakan bahan ajar berbasis aktivitas.
1.6.8 Desain bahan ajar yang telah dikemas dalam bentuk buku, dinilai
berdasarkan 6 (enam) spesifikasi bahan ajar yang baik yaitu (1) tujuan dan
pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) keterampilan berbahasa,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Kajian Teori
2.1.1 Pendidikan Karakter
2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Hornby dan Parnwell, karakter secara harafiah memiliki arti
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama, atau reputasi (Asmani, 2012:
28). Sedangkan Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter merupakan “ciri khas” yang dimilki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah
“asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang dalam bertindak,
bersikap, berujar dan merespon sesuatu (Asmani, 2012:28).
Dari dua pengertian karakter tersebut, dapat dipahami bahwa karakter
merupakan suatu kekhasan atau keaslian yang telah mengakar dalam diri
seseorang dan menjadi pendorong dan penggerak dalam melakukan suatu hal,
serta dapat menjadi pembeda individu satu dengan individu lain. Semakin
meningkatnya kemampuan untuk bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat, berarti semakin
baik pula karakter yang dimiliki seseorang (Asmani, 2011:29).
Koesoema (2011:124) menyebutkan bahwa pendidikan karakter
merupakan pola pendidikan yang lebih berkaitan dengan bagaimana menanamkan
nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik di sekolah. Selain itu Suyanto, berkata
aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action) (Asmani,
2012:31). Lain halnya dengan Yahya Khan (2010:1-2), beliau menjelaskan bahwa
pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat,
dan bangsa, serta membantu orang lain untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dengan melihat pengertian dari beberapa ahli dapat dipahami bahwa,
pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan pada dua hal yaitu
ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter siswa yang lebih fokus pada sikap,
perilaku, dan cara berfikir. Melalui pendidikan karakter, siswa dibentuk secara
menyeluruh baik dari aspek kognitif, afeksi, maupun psikomotor. Dengan
memperhatikan aspek tersebut diharapkan nilai karakter yang dikembangkan
mampu tertanam dengan baik dalam diri siswa.
2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut dimata masyarakat luas (Asmani, 2011:42).
Dalam buku Kesuma, dkk (2011:9) menjelaskan, pendidikan karakter
dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut: (1) menguatkan dan
mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga
yang dikembangkan, (2) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak
berkesesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah, (3)
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
2.1.1.3Nilai-Nilai Pembentuk Karakter
Nilai merupakan bahan pokok dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan
pendidikan, maka Kemendiknas (2011) telah mengidentifikasi 25 nilai karakter,
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan Pendidikan Nasional,
yaitu: (1) kereligiusan, (2) kejujuran, (3) kecerdasan, (4) tanggung jawab, (5)
kebersihan dan kesehatan, (6) kedisiplinan, (7) tolong menolong, (8) berfikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (9) kesantunan, (10) ketangguhan, (11)
kedemokratisan, (12) kemandirian, (13) keberanian mengambil resiko, (14)
berorientasi pada tindakan, (15) berjiwa kepemimpinan, (16) kerja keras, (17)
percaya diri, (18) keingintahuan, (19) cinta ilmu, (20) kesadaran akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain, (21) kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22)
menghargai karya dan prestasi orang lain, (23) kepedulian terhadap lingkungan,
(24) nasionalisme, dan (25) menghargai keberagaman.
Menurut Koesoema (2011:124), nilai-nilai yang ditanamkan dalam
pendidikan karater dapat berupa nilai yang bersifat individual personal maupun
yang lebih sosial. Nilai karakter yang termasuk dalam nilai bersifat individual
personal adalah tanggung jawab, kemurahan hati, penghargaan diri, kejujuran,
terimakasih. Nilai karakter yang bersifat lebih sosial adalah tanggung jawab,
kewarganegaraan, kerjasama, keadilan dan kesediaan mendengarkan. Furqon
(2010:79-81) menyebutkan lebih lanjut dengan menuliskan nilai-nilai karakter
kedalam banyak butir karakter, diantaranya adil, amanah, pengampunan,
antisipatif, arif, baik sangka, kebajikan, keberanian, kebijaksanaan, cekatan,
cerdas, cerdik, cermat, pendaya guna, demokratis, dermawan, dinamis, disiplin,
efisien, empati, fair play, gigih, gotong royong, hemat, hormat, ikhlas, inisiatif,
inovatif, dan kejujuran.
Melihat berbagai macam nilai karakter diatas, peneliti menentukan fokus
pembahasan pada pengembangan nilai karakter yang bersifat individual personal
dan nilai karakter yang lebih bersifat sosial. Karakter disiplin dan cerdas menjadi
fokus pengembangan karakter individual personal. Karakter yang bersifat sosial,
peneliti fokuskan pada pengembangan karakter kerjasama.
1. Disiplin
Disiplin berasal dari Bahasa Inggris discipline yang berarti “training to act
in accordance with rules”, melatih seseorang untuk bertindak sesuai aturan
(Roswitha, 2009:5). Disiplin ini merupakan suatu kegiatan mendisiplinkan
(melatih) seseorang untuk dapat bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku
sesuai dengan tempatnya. Pengertian ini senada dengan pengertian yang ada
dalam buku Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010:9), yang
menjelaskan bahwa disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan perintah.
Selain mengandung arti taat dan patuh terhadap peraturan, disiplin juga
kontrol yang kuat terhadap waktu, tanggung jawab atas tugas yang diberikan
dan kesungguhan terhadap bidang yang ditekuni (Elfindri, dkk., 2012:30).
Menurut Hendrajaya (2012:34), disiplin juga dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk dapat mengikuti langkah-langkah pembelajaran secara
tertib atau profesional.
Dengan melihat penjelasan mengenai pengertian kata disiplin, peneliti
menyusun beberapa indikator disiplin, yang diharapkan dapat mengukur
tingkat disiplin siswa di lingkungan sekolah. Indikator tersebut adalah
ketepatan waktu dalam penyelesaian tugas, pelaksanaan tugas yang sesuai
dengan perintah, dan kesesuaian penyelesaian tugas dengan langkah-langkah
yang telah ditentukan.
2. Kerjasama
Menurut Yusuf (2009:67), kerjasama yaitu sikap mau bekerja dengan
kelompok. Tillman (2004:158) lebih dalam lagi menjelaskan kerjasama
dijelaskan kedalam tiga butir refleksi kerjasama yaitu pertama, kerjasama
tercipta bila orang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Kedua, agar bisa bekerja sama semua orang perlu menyadari pentingnya
semua orang untuk ikut serta dalam menjaga sikap yang positif, sikap positif
disini adalah sikap mau menghargai dan sikap tanggap terhadap upaya
penyelesaian tugas. Ketiga, bekerjasama membutuhkan kerelaan, kerelaan
untuk melepas ide atau mengungkapkan pendapat dan kerelaan untuk
mengikuti orang lain yang mengandung arti mau menerima pendapat atau
David W. Johnson (2012:8-10) mengungkapkan adanya 5 komponen
pokok dari kerjasama, yaitu:
a. Interdependensi Positif
Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung
antara satu sama lain, sehingga seseorang tidak akan bisa berhasil jika
semua orang berhasil. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap
anggota akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan,
tetapi juga bagi semua anggota kelompok.
b. Interaksi yang mendorong
Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati dan menghargai
usaha satu sama lain untuk belajar.
c. Tanggung jawab individual
Siswa belajar bersama-sama supaya selanjutnya mereka dapat
menunjukkan performa yang lebih baik sebagai individu. Tanggung jawab
individual memastikan bahwa semua anggota kelompok tahu siapa saja
yang membutuhkan bantuan, dukungan dan dorongan yang lebih besar
untuk menyelesaikan tugas dan menyadari bahwa mereka tidak bisa hanya “mencontek” hasil kerja siswa lain begitu saja.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran atau tugas akademik dan
juga keterampilan interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan agar
dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Keterampilan yang dimaksudkan
omunikasi dan manajemen konflik harus diajarkan dengan sama
bertujuannya dan sama tepatnya dengan keterampilan akademis.
e. Pemrosesan kelompok
Anggota kelompok berdiskusi mengenai seberapa baik mereka telah mencapai tujuan masing-masing dan seberapa baik mereka telah
memelihara hubungan yang mereka telah memelihara hubungan yang
efektif. Kelompok perlu menggambarkan tindakan anggota manakah yang
telah sangat membantu dan tidak membantu dan membuat keputusan
tentang sikap mana sajakah yang perlu dilanjutkan atau diubah.
Dengan melihat penjelasan mengenai pengertian dari kerjasama
seperti di atas, peneliti menyusun beberapa indikator kerjasama yang
diharapkan dapat mengukur tingkat kerjasama siswa di lingkungan
sekolah. Indikator tersebut adalah interdependensi positif, interaksi yang
mendorong, tanggung jawab individual, keterampilan interpersonal dan
kelompok kecil, dan pemrosesan kelompok.
3. Cermat
Karakter ketiga yang akan dikembangkan adalah nilai cermat. Nilai
cermat ini merupakan turunan dari pengertian cerdas. Muchlas (2011:51)
menjelaskan, cerdas yaitu berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan
penuh perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan
empatik, bergaul secara santun, menjunjung kebenaran dan kebajikan.
Melihat penjelasan tersebut peneliti berfokus untuk mengembangkan karakter
Pada KBBI, kata cermat merupakan kata dasar dari kecermatan dan
memiliki arti teliti dan hati-hati. Menurut Furqon (2010:81), cermat memiliki
arti jeli, tepat, teliti, berhati-hati dalam menjalankan tugas, dan penuh minat.
Berdasarkan pengertian tersebut peneliti berupaya menyusun beberapa
indikator kecermatan guna menilai karakter yang bersifat individual personal.
Indikator kecermatan yang dimaksud adalah ketepatan dalam menentukan
pikiran pokok, dan tingkat perhatian saat membaca cerita.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional untuk Bangsa Indonesia. Dengan
Bahasa Indonesia setiap warganya dapat saling berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi maupun menerima informasi. Pembelajaran Bahasa
Indonesia yang dilaksanakan di SD mengarah pada peningkatan kemampuan
peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, baik lisan
maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia (Depdiknas, 2006:231). Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat melatih
siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan.
Disamping itu, dengan adanya pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat
menumbuhkan apresiasi siswa terhadap karya Sastra Indonesia.
Apa yang menjadi arahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dipertegas dengan ditetapkannya Standar Kompetensi Bahasa Indonesia SD.
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia (Depdiknas, 2006:317).
Atas dasar Standar Kompetensi tersebut, Zulela (2012:5) menyatakan bahwa
tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah agar peserta didik dapat: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan, (2)
menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia, (3) memahami Bahasa
Indonesia dan dapat menggunakannya dengan tepat dan efektif dalam berbagai
tujuan, (4) meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan
sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan Sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dengan melihat hal ini dapat dipahami bahwa, pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD merupakan sebuah sarana untuk dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam hal berbahasa. Melalui bahasa siswa dapat melatih cara berbahasa
atau berkomunikasi dengan baik dan benar, selain itu secara tidak langsung siswa
dapat pula dilatih untuk mengembangkan dan menanamkan nilai karakter hingga
memiliki budi pekerti yang halus.
2.1.2.2Keterampilan Membaca yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP),
berbahasa. Keempat aspek keterampilan yang dimaksudkan yaitu keterampilan
mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Membaca merupakan
kemampuan ketiga setelah belajar mendengarkan bahasa dan berbicara (Tarigan,
2008: 2).
Keterampilan membaca menjadi salah satu kemampuan dasar yang harus
dikuasai oleh siswa atau yang sering disebut sebagai kemampuan prasyarat siswa
di SD. Membaca menjadi salah satu kemampuan prasyarat karena sebagian besar
informasi dan pengetahuan yang mereka peroleh di lingkungan terutama di
sekolah berasal dari buku bacaan/buku pegangan yang tak lepas dari unsur
kebahasaan. Dengan dikuasainya keterampilan ini diharapkan siswa mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik terutama dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Selain itu, diharapkan pula siswa dapat memperoleh informasi dan
pengetahuan baru yang penting bagi dirinya.
Finocchiaro dan Bonomo (Alek&Achmad, 2010:75) mengungkapkan,
membaca merupakan kegiatan memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung dalam bahan tertulis. Lebih jauh lagi, Anderson (Tarigan, 2008:7)
menjelaskan, membaca adalah proses decoding, yang mengandung arti suatu
kegiatan untuk memecahkan lambang-lambang verbal atau dapat diartikan pula
sebagai proses menghubungkan kata-kata tulis dengan bahasa lisan yang
mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Selain itu
Nurhadi (2008:29) menjelaskan, membaca merupakan proses yang melibatkan
aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah saat
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli dapat dipahami bahwa,
membaca adalah proses mengubah bahasa tulis menjadi bahasa lisan guna
memahami arti dan menemukan makna dengan tepat dari kata demi kata yang
terkandung dalam tulisan. Dengan menguasai keterampilan membaca, diharapkan
siswa dapat memahami isi dari setiap tulisan yang telah dibaca. Menurut Zulela
(2012:44), membaca bacaan/sebuah cerita merupakan salah satu cara pemenuhan
kebutuhan batiniah yang berpengaruh pada pembentukan kepribadian. Lebih jauh
lagi Zulela (2012:23) menuliskan, kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran,
keindahan dan kebaikan yang terdapat dalam sebuah cerita, akan memberikan
pengaruh pada tingkah laku sehari-hari, yang akan berdampak pada tingkah laku
sederhana, berbudi luhur dan disiplin.
Berdasarkan jurnal yang ditulis Suparti (2000:2), membaca merupakan
sarana bagi manusia untuk mengembangkan jiwanya. Jika seseorang terampil dan
suka membaca, maka ia memiliki kesempatan untuk mengenal dan memahami
dunianya dengan lebih cermat dan teliti. Kecermatan dan ketelitian ini akan mengembangkan jiwa secara lebih baik. Sifat “teliti/cermat” akan mendukung
terwujudnya insan yang berkarakter. Melihat hal ini, kegiatan membaca tidak
hanya sekedar menemukan sebuah makna yang tepat dalam bahasa tulis yang
telah dilisankan, namun dapat dijadikan sebagai sarana untuk menanamankan
nilai-nilai karakter yang telah ditetapkan oleh Depdiknas. Melalui kegiatan
membaca, kemampuan siswa dapat berkembang secara menyeluruh tidak hanya
aspek kognitif dan psikomotor saja yang berkembang, namun aspek afeksi juga
Tujuan membaca adalah mencari dan menemukan informasi yang
mencakup isi dan memahami makna bacaan (Utami, 2007:2). Apabila siswa telah
dapat memahami isi bacaan, dapat dikatakan bahwa tujuan dari kegiatan membaca
yang telah dilakukan dapat tercapai dengan baik. Tujuan membaca pada tingkat
pemula yang biasa ditemui pada siswa SD antara lain: (1) mengenali
lambang-lambang bahasa, (2) mengenali kata-kata dalam kalimat, (3) menemukan ide
pokok dan kata kunci, dan (4) menceritakan kembali isi bacaan pendek
(Iskandarwassid & Sunendar, 2011:289-290).
Dalam upaya pengembangan keterampilan membaca di SD terutama
kelas atas, ada beberapa jenis kegiatan membaca yang dilakukan yaitu membaca
lanjutan, membaca nyaring/bersuara, membaca teknik, membaca lancar, membaca
indah, membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca bahasa, membaca
kritis, membaca cepat, membaca pustaka, dan membaca memindai (Zulela, 2012:
6-7). Untuk melakukan kegiatan membaca dibutuhkan beberapa teknik dalam
membaca. Terdapat 4 teknik membaca, yaitu (1) baca-pilih (selecting), (2)
baca-lompat (skipping), (3) baca-layap (skimming), (4) baca-tatap (scanning) (Rahim,
2007:51-52).
Menurut penjelasan Tarigan, membaca sekilas disebut juga membaca
Skimming (2008:32). Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat
mata kita bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk
mencari dan mendapatkan informasi secara cepat (Tarigan, 2008:32). Membaca
skimming ialah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian
suatu bacaan (Rahim, 2007:61). Sedangkan menurut Soedarso (2000:84),
pokok secara cepat. Dengan melihat penjelasan dari Farida Rahim dan Soedarso,
membaca sekilas menjadi salah satu teknik dalam membaca cepat. Dalam
membaca cepat, pembaca melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk
mengetahui isi suatu bacaan atau bagian-bagiannya (Pandawa, 2009:8).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa membaca
sekilas merupakan salah satu kegiatan membaca untuk menemukan makna atau
ide pokok secara cepat dari suatu cerita/bacaan yang telah dibaca. Sesuai dengan
isi KTSP, menemukan ide pokok dengan membaca sekilas menjadi Kompetensi
Dasar yang harus dikuasai oleh siswa kelas IV semester gasal pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia khususnya keterampilan membaca. Isi dari Kompetensi Dasar
tersebut adalah menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata)
dengan cara membaca sekilas.
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter
Bahan ajar merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang perlu
disiapkan oleh seorang guru sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas.
Menurut Abdul Majid (2009:173), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan
belajar–mengajar di kelas. Bahan atau materi yang dimaksud dapat berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Prastowo (2012:17) menjelaskan lebih lanjut
mengenai bahan ajar, yaitu seperangkat materi yang disusun sistematis, yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik
Dari beberapa pengertian bahan ajar tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa, bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang memuat berbagai macam
kompetensi siswa yang disusun secara sistematis dan digunakan untuk membantu
guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Bahan ajar yang baik, dapat
memungkinkan terciptanya lingkungan atau suasana untuk siswa dapat belajar
secara maksimal. Maksimal dalam mengembangkan kemampuan baik aspek
kognitif, afeksi, maupun psikomotor (Rukiyanto, dkk., 2009:3).
Menurut Prastowo (2012:20), terdapat beberapa unsur dalam bahan ajar
yang baik, yaitu (1) petunjuk belajar, (2) kompetensi yang akan dicapai, (3)
informasi pendukung, (4) latihan-latihan, (5) petunjuk kerja atau lembar kerja, dan
(6) evaluasi. Dengan adanya petunjuk belajar, diharapkan guru dapat mengerti
cara mengajarkan materi kepada siswa, dan siswa diharapkan dapat mempelajari
materi yang ada dalam bahan ajar tersebut. Sedangkan untuk kompetensi yang
dicapai, dimaksudkan agar guru mengetahui kompetensi yang diharapkan dapat
tercapai oleh siswa dalam pembelajaran. Informasi pendukung dimaksudkan agar
dapat membantu siswa dalam meyelesaikan soal-soal latihan dan evaluasi pada
lembar kerja. Cunningsworth (1995:3) mengemukakan beberapa unsur untuk
mengevaluasi suatu bahan ajar agar dapat mengukur kualitas bahan ajar.
Unsur-unsur tersebut yaitu aims, skills, topic, methodologi, teacher’s book, dan practical
consideration.
Melihat pemahaman bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang
dapat mengembangkan kemampuan siswa secara menyeluruh baik aspek kognitif,
afektif dan psikomotor, maka pendidikan karakter dapat diupayakan untuk
diperhatikan dalam mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter, yaitu memberikan banyak perhatian pada aspek karakter
yang ada dalam setiap mata pelajaran dan mengembangkan substansi yang
bermakna melalui pengetahuan kontekstual (Raka, 2011:64). Dalam upaya
penanaman nilai karakter pada siswa SD, bahan ajar yang digunakan tidak hanya
memuat teori tentang karakter-karakter namun memuat aktivitas yang dapat
dijadikan sebagai pelatihan dari penanaman nilai karakter-karakter. Peleburan
individu melalui suatu pengalaman dan bukan sekedar pemahaman secara teoritis
(Koesoman, 2010:268).
Lebih jauh lagi Furqon mengungkapkan bahwa, ada langkah-langkah
dalam upaya pengintegrasian pendidikan karakter dalam bahan ajar setiap mata
pelajaran, diantaranya: pertama, mendeskripsikan Kompetensi Dasar (KD),
kompetensi yang dideskripsikan biasanya bersumber dari kurikulum 2006; kedua,
mengidentifikasi butir-butir karakter yang akan diintegrasikan ke dalam bahan
ajar; ketiga, mengintegrasikan butir-butir karakter ke dalam Kompetensi Dasar
yang telah dipilih; keempat, melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
metode atau teknik tertentu; kelima, menentukan metode; keenam, menentukan
evaluasi; dan ketujuh, adalah menentukan sumber belajar (2010:57).
2.1.4 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan suatu bahan yang digunakan seorang guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar yang akan digunakan,
dalam menyusun suatu bahan ajar dibutuhkan suatu model pengembangan bahan
ajar yang dikembangkan berdasarkan langkah-langkah penyusunannya.
Ada banyak model pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan dan
salah satunya adalah model pengembangan milik Jerrold E. Kemp yang telah
direvisi. Menurut Kemp (Trianto, 2009:179), pengembangan perangkat
merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan
berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat
dimulai dari titik manapun di dalam siklus tersebut. Model pengembangan bahan
ajar ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:
1. Identifikasi masalah pembelajaran
Menurut Trianto, tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan
antara tujuan kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik
yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang
digunakan guru untuk mecncapai pembelajaran (2009:180). Kesenjangan
yang telah ditemukan menjadi indikasi adanya sebuah masalah di lapangan.
2. Analisis siswa
Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik
individu maupun kelompok. Tingkah laku awal siswa dilakukan dengan
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus dimiliki
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam buku Trianto, Ibrahim
mengungkapkan bahwa karakteritik siswa dianalisis dengan melihat
kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata
pelajaran, pengalamaan, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama,
keterampilan sosial,dan sebagainya (2009:181).
3. Analisisi tugas
Menurut Kemp dalam buku Trianto dijelaskan, analisis tugas merupakan
kumpulan prosedur untuk menentukan isi dari suatu pengajaran (2009:181).
Dapat dipahami bahwa analisis tugas merupakan kegiatan untuk mengetahui
keterkaitan tugas yang diberikan oleh guru dengan kurikulum, pokok bahasan
yang diajarkan dan tujuan dari dilaksanakan pembelajaran tersebut. Analisis
ini meliputi beberapa komponen yaitu analisis isi pelajaran, analisis konsep,
Analisis isi dilakukan dengan mencermati kurikulum GBPP yang sesuai,
dimulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub pokok bahasan, serta garis
besar perincian isi pokok bahasan. Analisis isi dilakukan dengan mencermati
kurikulum GBPP yang sesuai, dimulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub
pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan.
Analisis Konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama
yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai urutan
penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan. Hasil analisis konsep
ini adalah sebuah peta konsep. Analisis prosedural dilakukan dengan
mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian.
Analisis pemrosesan informasi dilakukan dengan mengelompokkan
tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan
mempertimbangkan waktu.
4. Merumuskan indikator
Perumusan indikator ini, mempunyai tujuan untuk mengarahkan aktivitas
pembelajaran sesuai dengan tujuan dari indikator yang telah disusun.
Perumusan indikator ini dilakukan berdasarkan pada hasil analisis
pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Tujuan dari
merumuskan indikator ini adalah a) alat untuk mendesain kegiatan
pembelajaran, b) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi
hasil belajar siswa dan c) panduan siswa dalam belajar (Trianto, 2009:182).
5. Penyusunan instrumen evaluasi
Merupakan penyusunan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
tersebut dilihat dari hasil atau nilai hasil belajar atau nilai evaluasi yang
diperoleh siswa. Dengan begitu antara soal evalusai dengan sasaran/tujuan
pembelajaran harus saling berhubungan.
6. Strategi pembelajaran
Dalam tahap ini dilakukan pemilihan strategi melajar mengajar yang
tentunya sesuai dengan perumusan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan
motode, pendekatan atau metode, dan pemilihan format penulisan perangkat
pembelajaran. Strategi yang digunakan merupakan sebuah strategi yang
dipandang baik, dimana dapat memberi pengalaman yang berguna bagi siswa,
serta dapat mencapai tujuan yang yang telah dirumuskan.
7. Pemilihan media atau sumber pembelajaran
Sama dengan tahap-tahap sebelumnya, pemilihan media atau sumber
belajar dalam pembelajaran disesuaikan dengan rumusan dari tujuan
diadakannya pembelajaran. Secara tidak langsung pemilihan media atau
sumber pembelajaran sangat dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran.
Jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati,
maka hal tersebut dapat memenuhi tujuan pembelajaran, antara lain
memotivasi siswa dengan cara yang manarik dan menstimulasi perhatian pada
meteri pembelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi
meteri pembelajaran dan keterampilan-keterampilan kinerja, membantu sikap
pengembangan rasa menghargai (apresiasi), serta memberi kesempatan untuk
8. Pelayanan pendukung
Yang dimaksud dengan layanan pendukung pada tahap ini adalah seluruh
layanan yang dibutuhkan dalam pengembangan bahan ajar, antara lain yaitu:
kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga terkait
serta juga layanan perpustakaan.
9. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada pengembang, seberapa baik program telah berfungsi dalam
mencapai berbagai sasaran/tujuan (Trianto, 2009: 186). Penilaian formatif ini,
dilaksanakan selama proses pengembangan dan uji coba desain produk.
Melalui penilaian formatif ini, peneliti dapat mengetahui kelemahan dari
perencanaan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah megetahui kelemahan
dari program atau produk yang dikembangkan, maka dapat dilakukan proses
perbaikan sebelum terpakai secara luas.
10.Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian
tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber utama dari penilaian ini
kemungkinan bersar yaitu dari hasil post tes dan ujian akhir pembelajaran.
Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit, dan uji akhir untuk
pembelajaran tertentu (Trianto, 2009:186).
Berdasarkan gambar model pengembangan di atas, semua langkah yang
terdapat dalam lingkaran saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan
dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah pengembangan. Setiap
langkah rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan revisi
(Kemp, 1994:73). Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan
memperbaiki rancangan yang telah dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan
dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, dan
pelayanan pendukung di lingkungan tempat pengembangan.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan, yaitu yang pertama milik Puji Astuti Endang (2012), Pengembangan
Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Membaca Sekilas Bahasa Indonesia
Kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta, yang menjelaskan bahwa dalam
melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan empat metode penelitian dan
pengembangan yaitu (1) kajian KTSP dan materi pembelajaran, (2) analisis
kebutuhan dan pengembanagn program, (3) produksi multimedia dan modul
pembelajaran, dan (4) validasi dan revisi produk oleh pakar pembelajaran Bahasa
Indonesia, pakar media, guru dan siswa hingga menghasilkan prototipe produk.
Dari hasil validasi pakar Bahasa Indonesia diperoleh skor rata-rata sebesar 5,00
kategori “sangat baik”, validasi guru diperoleh skor rata-rata 4,45 kategori “
sangat baik”, validasi pakar media diperoleh skor 3,80 kategori “baik” dan untuk
validasi lapangan diperoleh skor “4,60” kategori: “sangat baik”. Dengan demikian
produk yang dikembangkan berupa multimedia interaktif pembelajaran Bahasa
Penelitian kedua milik Bernadeta Lisa Andika (2012) dengan judul
Pendidikan Karakter Terintegrasi Dengan Pembelajaran Berbicara Bahasa
Indonesia kelas VII Semester 1 dan 2. Dalam penelitian ini, dihasilkan sebuah
produk yaitu buku teks pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter. Produk tersebut telah direvisi berdasarkan (1) uji
coba produk oleh pakar pendidikan Bahasa Indonesia dan (2) uji coba produk oleh
siswa kelas VII SMP Johannes Bosco Yogyakarta.
Penelitian ketiga milik Anastasia Tiur Rohani (2008) dengan judul
Pendidikan Karakter Yang Terintegrasi Dalam Pembelajaran Menulis Bahasa
Indonesia Untuk Siswa SMP Kelas VIII Semester 1 Dan 2. Penelitian ini melalui
beberapa langkah pengembangan yaitu (1) analisis data, (2) pengembangan
produk, (3) validasi ahli, (4) revisi, (5) uji coba, (6) revisi akhir, hingga
menghasilkan produk akhir berupa buku ajar. Pada akhir dari penelitian ini
mendapatkan kesimpulan bahwa materi pembelajaran menulis Bahasa Indonesia
yang terintegrasi dengan pendidikan karakter kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta dapat membantu siswa dalam mematangkan karakter yang ada.
Melihat paparan dari ketiga penelitian diatas, diketahui bahwa,
pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia khususnya keterampilan membaca
yang terintegrasi dengan Pendiidkan karakter belum pernah dilakukan di SD. Oleh
sebab itu, peneliti berupaya untuk melakukan pengembangan bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam upaya terealisasikannya pendidikan karakter di sekolah, terdapat
beberapa hal pendukung yang perlu untuk disiapkan. Salah satu dari pendukung
yang harus disiapkan adalah bahan ajar. Bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter menjadi salah satu alat pendukung terwujudnya pendidikan
karakter di sekolah. Bahan ajar ini, diharapkan dapat membantu guru dalam
menerapkan nilai-nilai karakter pada diri anak dan mempermudah siswa dalam
memaknai setiap aktivitas pembelajarannya. Kurang tersedianya bahan ajar
berbasis karakter di sekolah menjadi salah satu penghambat terealisasikannya
pendidikan karakter dalam aktivitas pembelajaran. Kesibukan guru mengajar dan
pemenuhan tugas lainnya, menjadikan kendala bagi guru dalam pengembangan
bahan ajar yang ada. Melihat permasalahan ini peneliti berupaya untuk membantu
guru dalam penyediaan bahan ajar. Upaya yang dilakukan peneliti yaitu
mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Dilandasi oleh faktor kedisiplinan anak, terhadap tata tertib sekolah saat ini yang
masih cenderung kurang dan terdapat beberapa anak yang kurang cermat dalam
membaca sebuah cerita, serta terdapat beberapa siswa yang cenderung kurang
mengerti makna dari kerjasama dalam penyelesaian tugas kelompok, maka dalam
pengembangan bahan ajar ini, peneliti mengintegrasikan tiga nilai karakter dalam
pengembangan bahan ajar. Ketiga nilai karakter tersebut adalah karakter disiplin,
cermat dan kerjasama.
Agar upaya pengembangan bahan ajar ini lebih berhasil, maka peneliti
memilih model pengembangan milik Jerold E. Kemp yang sering dikenal sebagai
pengembangan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang yang
menggambarkan bahwa bahan ajar disusun memang benar-benar menyesuaikan
kebutuhan siswa, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dengan menggunakan model
Jerold E. Kemp dalam pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan bahan ajar yang dapat
membantu dalam upaya penanaman karater dalam diri siswa terutama siswa SD.
2.4 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana prosedur penelitian pengembangan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter dalam keterampilan membaca?
2. Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan membaca menurut pakar Pembelajaran
Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan membaca menurut pakar pendidikan
karakter?
4. Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan membaca menurut guru kelas IV SDN
Adisucipto 1 Yogyakarta?
5. Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter dalam keterampilan membaca sekilas menurut 10 siswa kelas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan, yang biasanya lebih dikenal sebagai penelitian R&D (Research
and Development). R&D merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2009:494). Penelitian ini berawal dari sebuah kebutuhan akan sebuah
produk untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan melihat suatu
permasalahan, maka penelitian ini melakukan pengembangan suatu produk berupa
bahan ajar untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter untuk kelas IV semester gasal di
SDN Adisucipto 1 Sleman, Yogyakarta. Produk yang dihasilkan berupa bahan
ajar untuk siswa kelas IV.
3.2Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil
modifikasi antara model pengembangan bahan ajar Jerrold E. Kemp dan langkah
penelitian R&D milik Borg and Gall dalam buku Sugiyono. Hasil modifikasi ini,
terdiri dari 7 langkah yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk (prototipe), (4) validasi, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, dan
(7) revisi desain. Hasil akhir dari penelitian pengembangan ini adalah desain
untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD
semester gasal. Prosedur pengembangan ini dapat dijelaskan melalui bagan
dibawah ini:
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkaji potensi dan masalah.
Untuk mengetahui adanya potensi dan masalah maka dilakukan analisis
kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara kepada guru Bahasa
Indonesia kelas IV di SDN Adisucipto 1. Analisis kebutuhan ini, bertujuan untuk
mengetahui pandangan guru mengenai pendidikan karakter, ketersediaan bahan
ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, dan sekaligus dapat
memperoleh gambaran mengenai karakteristik siswa.
Langkah kedua adalah pengumpulan data. Data diperoleh dari hasil
wawancara dengan guru dan kajian dokumen dari beberapa sumber yang
mendukung. Hasil dari pengumpulan data digunakan sebagai pertimbangan
perencanaan produk berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Langkah ketiga adalah mendesain sebuah produk berupa bahan ajar untuk
keterampilan menulis Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal. Langkah
ini dimulai dengan mengkaji Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD)
dalam kurikulum KTSP, menentukan indikator, menentukan tujuan, menentukan
isi bahan ajar, menentukan strategi pembelajaran, menyusun kegiatan belajar,
menentukan sumber belajar, dan menyusun evaluasi yang dapat mengukur
ketercapaian KD.
Langkah keempat adalah validasi desain.Validasi desain akan dilakukan
dilakukan oleh beberapa pakar, yang sering disebut sebagai validasi pakar.
Peneliti menggunakan validasi pakar sebagai evaluasi formatif terhadap desain
orang pakar yang terdiri dari, 1 pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, 1 pakar
pendidikan karakter, dan 2 guru Bahasa Indonesia kelas IV. Validasi produk ini
bertujuan untuk memperoleh komentar dan saran serta penilaian terhadap produk
yang dikembangkan dari para pakar. Dari komentar dan saran tersebut akan
diketahui kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan serta perbaikan
yang harus dilakukan.
Langkah kelima adalah revisi desain. Revisi desain akan dilakukan setelah
hasil validasi pakar berupa komentar dan saran didapatkan. Revisi desain
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang dikembangkan.
Langkah keenam adalah uji coba desain. Desain produk yang telah berhasil
direvisi akan langsung diujicobakan. Uji coba desain ini dilakukan kepada siswa
kelas IV SDN Adisucipto 1. Setelah melakukan uji coba, siswa diberi kuesioner
untuk menilai apakah produk yang dibuat sudah sesuai dan baik untuk siswa.
Hasil uji coba merupakan evaluasi sumatif terhadap desain produk pengembangan
bahan ajar.
Langkah ketujuh adalah revisi desain. Revisi desain dilakukan setelah uji coba
produk. Produk akan direvisi berdasarkan masukan dari siswa yang ikut dalam uji
coba produk. Hasil dari revisi produk ini akan menjadi sebuah desain produk final
bahan ajar Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
3.3Uji Coba Produk 3.3.1 Desain Uji Coba
Desain uji coba merupakan bagian yang terpenting karena bertujuan agar