BAB I
PENDAHULUAN
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.1
Pengendalian mutu laboratorium terdiri dari tiga tahapan penting, yaitu tahap pra-analitik, analitik dan paska analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan paska analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra-analitik kurang mendapat perhatian. Pra-analitik meliputi semua langkah-langkah kompleks yang harus dikerjakan sebelum suatu sampel dapat dianalisa.1,2
Dengan berjalannya waktu, rangkaian penelitian menunjukkan bahwa 32%-75% dari seluruh kesalahan pemeriksaan, ada pada tahap pra-analitik, dan kemajuan teknologi serta prosedur penjaminan mutu telah secara nyata mengurangi angka kesalahan yang diakibatkan proses analitik. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan paska analitik 14%. Hal ini menunjukkan tahapan pra-analitik sebagai penyebab utama kesalahan dan / atau variabel yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.1,2
Faktor pra-analitik melitputi variabel terkait pasien (diet, usia, jenis kelamin, dan lain-lain), pengumpulan spesimen dan teknik pemberian label, pengawet dan antikoagulan spesimen, transport spesimen, serta proses dan penyimpanan. Hal yang berpotensi salah atau kegagalan dalam tahapan tersebut meliputi permintaan pemeriksaan yang tidak terpat,
2
kesalahan identifikasi sampel, ketidaktepatan waktu, ketidaktepatan puasa, ketidaktepatan antikoagulan / rasio darah, ketidaktepatan pencampuran, kesalahan urutan pengambilan, serta hemolisis atau spesimen yang lipemik. Kesalahan pra-analitik yang sering terjadi ialah ketidaktepatan pengisian sampel ke dalam tabung, kesalahan dalam memasukkan spesimen ke dalam wadah penampungan atau pengawet, serta pemilihan jenis pemeriksaan yang tidak tepat.1,2
Kesalahan pada tahapan pra-analitik mengakibatkan pengulangan pekerjaan atau penyelidikan tambahan yang memberikan prosedur tambahan lagi terhadap pasien dan biaya pemeliharaan kesehatan. Perawatan akibat luka yang disebabkan oleh jarum suntik membutuhkan biaya sebesar $500-$3000, dan teknik yang salah dapat mengakibatkan pasien menderita luka akibat kerusakan saraf atau arteri, perdarahan subkutaneus, infeksi bahkan kematian. Centers for Disease Control and Pervention (CDC) memperkirakan sebanyak 385,000 luka akibat jarum suntik terjadi sepanjang tahun.2
Tabel 1. Penyebab Penolakan Spesimen2 Hemolisis / lipemik
Bekuan dalam spesimen dengan antikoagulan
Spesimen bukan puasa ketika seharusnya membutuhkan puasa Tabung pengumpulan darah yang tidak tepat
Terlalu singkat, jumlah tidak tepat Kondisi transport yang tidak sesuai
Ketidaksesuaian antara permintaan dengan label spesimen Spesimen tidak berlabel
Spesimen terkontaminasi / penampung bocor
Ketidaktepatan jenis spesimen, salah pengawet, lipemik, bekuan, dan lain-lainnya, merupakan hal-hal yang mendasari penolakan spesimen. Penolakan terhadap spesimen tidak hanya menghabiskan biaya dan waktu, tetapi hal tersebut dapat membahayakan jiwa pasien, terutama bila salah dalam memberikan label sampel darah. Sasaran pertama dari The Joint
Commission 2008 National Patient Safety Goals for Laboratories ialah untuk meningkatkan “keakuratan identifikasi pasien”. Insidens dari kesalahan identifikasi pasien diperkirakan 1
dari 1000, dan 1 dari 12000 pasien menerima unit darah yang bukan diperuntukkan kepada yang bersamgkutan.2
4
BAB II
KELENGKAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH
Contoh spesimen biologis yang akan dianalisa di laboratorium klinik antara lain: (1)
whole blood; (2) serum; (3) plasma; (4) urin; (5) feses; (6) saliva; (7) cairan sumsum tulang,
synovial, amnion, pleura, perikardium, dan asites; (8) berbagai jenis jaringan padat, termasuk jenis sel spesifik. The Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI, dahulu dikenal sebagai National Committee for Clinical Laboratory Standards atau NCCLS) telah menetapkan beberapa prosedur standar dalam pengumpulan spesimen-spesimen yang umum sebagaimana juga sampel khusus seperti yang digunakan untuk diagnostik molekuler dan analisa klorida dari keringat.3,4
Darah yang akan dianalisa diperoleh dari vena, arteri, atau kapiler. Darah vena biasanya menjadi spesimen pilihan dan pungsi vena merupakan metode untuk mendapatkan spesimen tersebut. Saat darah diaspirasi, pembekuan akan terjadi. Cairan yang dapat dipisah dalam wujud tersendiri, yang berasal dari darah yang membeku disebut serum. Istilah plasma kerap saling ditukarkan dengan istilah serum. Namun, plasma berisikan protein fibrinogen, komponen yang dikonversikan menjadi substansi yang terdiri atas bekuan, dikenal dengan fibrin.3,4,5
Pada anak-anak usia muda dan untuk point of care test, pungsi kulit sering digunakan untuk memperoleh darah kapiler; pungsi arteri umumnya digunakan untuk analisa gas darah. Proses untuk mendapatkan sampel darah dikenal dengan sebutan flebotomi dan harus dilakukan oleh seorang flebotomis terlatih. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang disebut sebagai teknisi flebotomi, oleh karena itu teknisi flebotomi belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan.3,4,6
Keputusan menteri kesehatan nomor : 370/MenKes/SK/III/2007 Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan tidak mencantumkan kewenangan analis kesehatan / pranata laboratorium kesehatan untuk melakukan flebotomi kecuali tercantum dalam hal persiapan pengambilan sampel.6
Flebotomi adalah proses pengambilan darah melalui insisi vena dengan teknik yang benar sehingga komposisi analitnya bisa dipertahankan. Tujuan flebotomi ialah memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang benar, memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sesedikit mungkin menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.6,7
Gambar 1. Pengambilan darah vena6
Agar dapat diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka prosedur pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan peralatan, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai dengan pelabelan.8
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : bersih, kering;
tidak mengandung deterjen atau bahan kimia;
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen; sekali pakai buang (disposable);
6
tidak retak / pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen.1
2.1.Peralatan pengambilan darah vena 2.1.1. Spuit
Gambar 2. Spuit6
Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah darah yang akan diambil. Volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau syringe pump.6
Volume spuit yang dipakai tergantung pada volume darah yang akan diambil; makin besar volume spuit makin kecil nomor jarum yang dipakai. Makin banyak volume darah yang diambil makin besar volume spuit yang digunakan.9
2.1.2. Jarum suntik
Jarum suntik ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara vakum. Jarum ini bersifat non-fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta tabung pengumpul vakum. Penggantian jarum dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan besarnya vena yang akan diambil atau untuk kenyamanan pasien yang menghendaki pengambilan dengan jarum kecil.6
Jarum yang digunakan sebaiknya tidak terlalu kecil, atau terlalu besar, atau terlalu panjang; Nomor 19 atau 20G sesuai bagi orang dewasa pada umumnya. Jika vena cenderung untuk kolaps, digunakan ukuran 21G. The International Organization for Standardization telah menetapkan suatu standar (ISO 7864) yang berkaitan dengan
diameter berbagai jenis ukuran lubang jarum: 19G = 1,1mm; 21G = 0,8mm; 23G = 0,6mm. Ukuran 23G baik untuk anak-anak dan idealnya memiliki ukuran panjang yang lebih pendek (sekitar 15mm).3,9,10
Untuk menampung darah 30-50ml, diperlukan jarum ukuran 18G agar dapat dipastikan darah mengalir dengan adekuat. Jarum umumnya berukuran panjang 1,5 inci (3,7cm), tetapi juga terdapat jarum 1 inci (2,5cm), yang biasanya terhubungkan dengan
winged atau pasangan kupu-kupu.3,9,10
Semua jarum harus steril, tajam, dan tidak bengkok. Agar darah yang mengalir bebas dari unsur-unsur dalam jumlah kecil, jarum tersebut harus terbuat dari bahan stainless
steel dan bebas dari kontaminasi.3
2.1.3. Penampung darah
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara, biasa digunakan untuk pemeriksaan manual, dan dengan keperluan tertentu misalnya pembuatan tampungan sendiri untuk efisiensi biaya.6
8
2.1.4. Vacuum tube
Gambar 4. Tabung vakum6
Akhir-akhir ini pengambilan darah dilakukan menggunakan jarum khusus dengan tabung vakum sebagai penampung darah. Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Penggunaan tabung vakum yang sudah kadaluarsa dapat menimbulkan :
Daya isap darah ke dalam tabung vakum berkurang sehingga rasio darah terhadap antikoagulan menurun dengan akibat darah tersebut mengandung antikoagulan yang berlebihan;
Aktivitas antikoagulan berkurang, dapat menimbulkan mikrotrombi dan menyumbat alat pemeriksaan;
Antikoagulan yang ada di dalam tabung vakum dapat menguap sehingga mengganggu rasio antara jumlah darah terhadap antikoagulan.6,9
2.1.5. Turniket
Merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari karet sintetis yang bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan flebotomi. Adapun tujuan pembendungan ini adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah ke dalam spuit.6
2.1.6. Kapas Alkohol
Gambar 6. Kapas alkohol6
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan antiseptik berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol ialah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.6
2.1.7. Plester
Gambar 7. Plester6
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas flebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.6
10
2.2.Peralatan pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler dimaksudkan untuk pemeriksaan laboratorium dengan volume yang lebih sedikit dari pengambilan melalui vena. Pengambilan ini umumnya digunakan untuk pemeriksaan dengan jumlah dibawah 500 mikroliter.6
Gambar 8. Pengambilan darah kapiler6 Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan kapiler : 2.2.1. Lancet M Mooddeell WWaarrnnaa KeKeddaallaammaann JaJarruumm AAlliirraannDaDarraahh S SLLNN110000 KKuunniinngg 11..00mmmm GG2266 AAlliirraannRReennddaahh 5 5--1100uull S SLLNN117700 LLiimmee 11..77mmmm GG2288 AAlliirraannRReennddaahh 5 5--1100uull S SLLNN220000 AAbbuu--aabbuu 11..88mmmm GG2233 AAlliirraannRReennddaahh 1 100--2200uull S SLLNN224400 OOrraannyyee 22..22mmmm GG2222 AAlliirraannSSeeddaanngg 2 200--4400uull S SLLNN330000 MMeerraahh m muuddaa 22..88mmmm GG2211 A AlliirraannSSeeddaanngg- -T TIInnggggii 4 400--6600uull S SLLBB220000 HHiijjaauu 11..88mmmm GG1199 AAlliirraannTTiinnggggii 7 755--110000uull S SLLBB225500 BBiirruu 22..33mmmm GG1188 AAlliirraannTTiinnggggii 1 15500--220000uull Tabel 2. Jenis-jenis lancet11
10
2.2.Peralatan pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler dimaksudkan untuk pemeriksaan laboratorium dengan volume yang lebih sedikit dari pengambilan melalui vena. Pengambilan ini umumnya digunakan untuk pemeriksaan dengan jumlah dibawah 500 mikroliter.6
Gambar 8. Pengambilan darah kapiler6 Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan kapiler : 2.2.1. Lancet M Mooddeell WWaarrnnaa KeKeddaallaammaann JaJarruumm AlAliirraannDaDarraahh S SLLNN110000 KKuunniinngg 11..00mmmm GG2266 AAlliirraannRReennddaahh 5 5--1100uull S SLLNN117700 LLiimmee 11..77mmmm GG2288 AAlliirraannRReennddaahh 5 5--1100uull S SLLNN220000 AAbbuu--aabbuu 11..88mmmm GG2233 AAlliirraannRReennddaahh 1 100--2200uull S SLLNN224400 OOrraannyyee 22..22mmmm GG2222 AAlliirraannSSeeddaanngg 2 200--4400uull S SLLNN330000 MMeerraahh m muuddaa 22..88mmmm GG2211 A AlliirraannSSeeddaanngg- -T TIInnggggii 4 400--6600uull S SLLBB220000 HHiijjaauu 11..88mmmm GG1199 AAlliirraannTTiinnggggii 7 755--110000uull S SLLBB225500 BBiirruu 22..33mmmm GG1188 AAlliirraannTTiinnggggii 1 15500--220000uull Tabel 2. Jenis-jenis lancet11
10
2.2.Peralatan pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler dimaksudkan untuk pemeriksaan laboratorium dengan volume yang lebih sedikit dari pengambilan melalui vena. Pengambilan ini umumnya digunakan untuk pemeriksaan dengan jumlah dibawah 500 mikroliter.6
Gambar 8. Pengambilan darah kapiler6 Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan kapiler : 2.2.1. Lancet M Mooddeell WWaarrnnaa KeKeddaallaammaann JaJarruumm AlAliirraannDaDarraahh S SLLNN110000 KKuunniinngg 11..00mmmm GG2266 AAlliirraannRReennddaahh 5 5--1100uull S SLLNN117700 LLiimmee 11..77mmmm GG2288 AAlliirraannRReennddaahh 5 5--1100uull S SLLNN220000 AAbbuu--aabbuu 11..88mmmm GG2233 AAlliirraannRReennddaahh 1 100--2200uull S SLLNN224400 OOrraannyyee 22..22mmmm GG2222 AAlliirraannSSeeddaanngg 2 200--4400uull S SLLNN330000 MMeerraahh m muuddaa 22..88mmmm GG2211 A AlliirraannSSeeddaanngg- -T TIInnggggii 4 400--6600uull S SLLBB220000 HHiijjaauu 11..88mmmm GG1199 AAlliirraannTTiinnggggii 7 755--110000uull S SLLBB225500 BBiirruu 22..33mmmm GG1188 AAlliirraannTTiinnggggii 1 15500--220000uull Tabel 2. Jenis-jenis lancet11
2.2.2. Object Glass
Gambar 9. Object glass6
Merupakan gelas preparat yang akan digunakan untuk pemaparan sediaan darah atau pemeriksaan lain yang akan diperiksa dengan mikroskop.6
2.2.3. Deck Glass
Gambar 10. Deck glass6
Adalah penutup object glass, berbentuk persegi lebih kecil dan tipis karena dimaksudkan agar bisa menutupi preparat tanpa mengganggu pemfokusan pengamatan dibawah mikroskop.6
2.2.4. Tensimeter
12
Alat untuk mengukur tensi darah atau tekanan darah serta detak jantung manusia. Dalam sampling, tensi ini digunakan untuk memeriksa Bleeding time.6
2.2.5. Kertas Saring
Gambar 12. Kertas saring6
Kertas yang mempunyai kerapatan tertentu sehingga bisa digunakan untuk menyaring larutan. Bisa digunakan untuk pemeriksaan bleeding time.6
2.2.6. Tabung Kapiler
Gambar 13. Tabung kapiler6
Merupakan tabung kecil dengan diameter 1mm sehingga memiliki daya kapilaritas atau menyerap cairan darah yang akan diambil. Sehingga cukup dengan menempelkan salah satu ujungnya, maka darah akan mengisi tabung sesuai kebutuhan. Tabung kapiler dengan antikoagulan bertanda strip merah, sedangkan tanpa koagulan dengan strip biru.6
Gambar 14. Wax6
Merupakan dempul atau penutup yang digunakan sebagai penahan dasar tabung hematokrit sehingga disaat penyimpanan sampel darah atau pemutaran nilai hematokrit, darah bisa tertahan di dalam tabung.6
14
BAB III
PENAMPUNG DAN ADITIF SPESIMEN DARAH
3.1.Penampung Spesimen Darah
Dua puluh sampai tiga puluh tahun yang lalu pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan jarum spuit yang ditampung dalam botol atau tabung reaksi dan ada yang ditambahkan antikoagulan. Pengambilan darah seperti ini dapat menimbulkan hemolisis, darah terinfeksi karena penampung tidak steril, jumlah antikoagulan dan darah tidak seimbang.9
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan Amerika Serikat: BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.6
Gambar 15. Sistem tabung evakuasi19
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
jarum pada sebuah penahan (holder) dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.6
Sistem tabung evakuasi yang lazim digunakan saat ini terdiri dari tabung / penampung dari bahan kaca atau plastik (dengan atau tanpa antikoagulan) dalam keadaaan vakum dengan penutup tabung yang disertai penyumbat (stopper) dari bahan plastik atau karet, sebuah jarum, dan penahannya yang menghubungkan jarum dengan tabung. Keunggulan utamanya ialah tidak perlu melepaskan penutup tabung untuk mengisi tabung ataupun mengambil sampel dari tabung untuk dianalisa sehingga mengurangi resiko kontaminasi isi tabung. Sistem ini sangat berguna ketika diperlukan beberapa sampel dengan antikoagulan yang berbeda. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Keadaan vakum mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam tabung, sehingga dapat terjamin jumlah spesimen yang cukup untuk jenis pemeriksaan yang diperlukan dan dengan perbandingan antikoagulan yang tepat. Walau demikian, keadaan vakum tersebut akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga perlu diberikan perhatian yang khusus terhadap tanggal kadaluarsa dari masing-masing tabung.3,4,6,10
Gambar 16. Set jarum bersayap19
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga
16
disebutkan di atas. Perbedaannya ialah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash). Penggunaan tabung evakuasi darah (evacuated blood tubes) dinilai (1) lebih murah, (2) lebih nyaman, dan (3) lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan spuit.3,4,6
Tabung evakuasi darah dapat terbuat dari soda-lime atau kaca borosilicate atau plastik (polyethylene terephthalate). Bahan kaca borosilicate merupakan bahan kaca yang tersusun dari bahan silika dan boron oksida. Bahan ini memiliki koefisien panas yang lebih rendah dibanding bahan kaca soda-lime. Karena daya tahannya yang tinggi terhadap zat-zat kimia maupun panas, maka bahan kaca borosilicate merupakan pilihan yang tepat untuk peralatan laboratorium. Walau lebih padat dibandingkan dengan bahan kaca soda-lime, bahan kaca
borosilicate masih dapat pecah pada pemanasan yang sangat cepat atau pemanasan yang
tidak merata. Meskipun demikian, apabila pecah, pecahan kaca cenderung besar dan tidak remuk.3,4,12
Gambar 17. Tabung kaca dan tabung polystyrene19
Untuk mengurangi kemungkinan pecah dan terpapar bahan infeksius, maka beberapa lembaga telah mengganti penggunaan bahan kaca menjadi plastik. Beberapa jenis bahan yang penyusun tabung plastik berdasarkan daya tahannya terhadap panas dari yang tertinggi antara lain: poly(ethylene terephthalate), polystyrene, polycarbonate, polypropylene, polyethylene
16
disebutkan di atas. Perbedaannya ialah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash). Penggunaan tabung evakuasi darah (evacuated blood tubes) dinilai (1) lebih murah, (2) lebih nyaman, dan (3) lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan spuit.3,4,6
Tabung evakuasi darah dapat terbuat dari soda-lime atau kaca borosilicate atau plastik (polyethylene terephthalate). Bahan kaca borosilicate merupakan bahan kaca yang tersusun dari bahan silika dan boron oksida. Bahan ini memiliki koefisien panas yang lebih rendah dibanding bahan kaca soda-lime. Karena daya tahannya yang tinggi terhadap zat-zat kimia maupun panas, maka bahan kaca borosilicate merupakan pilihan yang tepat untuk peralatan laboratorium. Walau lebih padat dibandingkan dengan bahan kaca soda-lime, bahan kaca
borosilicate masih dapat pecah pada pemanasan yang sangat cepat atau pemanasan yang
tidak merata. Meskipun demikian, apabila pecah, pecahan kaca cenderung besar dan tidak remuk.3,4,12
Gambar 17. Tabung kaca dan tabung polystyrene19
Untuk mengurangi kemungkinan pecah dan terpapar bahan infeksius, maka beberapa lembaga telah mengganti penggunaan bahan kaca menjadi plastik. Beberapa jenis bahan yang penyusun tabung plastik berdasarkan daya tahannya terhadap panas dari yang tertinggi antara lain: poly(ethylene terephthalate), polystyrene, polycarbonate, polypropylene, polyethylene
16
disebutkan di atas. Perbedaannya ialah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash). Penggunaan tabung evakuasi darah (evacuated blood tubes) dinilai (1) lebih murah, (2) lebih nyaman, dan (3) lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan spuit.3,4,6
Tabung evakuasi darah dapat terbuat dari soda-lime atau kaca borosilicate atau plastik (polyethylene terephthalate). Bahan kaca borosilicate merupakan bahan kaca yang tersusun dari bahan silika dan boron oksida. Bahan ini memiliki koefisien panas yang lebih rendah dibanding bahan kaca soda-lime. Karena daya tahannya yang tinggi terhadap zat-zat kimia maupun panas, maka bahan kaca borosilicate merupakan pilihan yang tepat untuk peralatan laboratorium. Walau lebih padat dibandingkan dengan bahan kaca soda-lime, bahan kaca
borosilicate masih dapat pecah pada pemanasan yang sangat cepat atau pemanasan yang
tidak merata. Meskipun demikian, apabila pecah, pecahan kaca cenderung besar dan tidak remuk.3,4,12
Gambar 17. Tabung kaca dan tabung polystyrene19
Untuk mengurangi kemungkinan pecah dan terpapar bahan infeksius, maka beberapa lembaga telah mengganti penggunaan bahan kaca menjadi plastik. Beberapa jenis bahan yang penyusun tabung plastik berdasarkan daya tahannya terhadap panas dari yang tertinggi antara lain: poly(ethylene terephthalate), polystyrene, polycarbonate, polypropylene, polyethylene
Bahan polypropylene dan polyehtylene biasanya digunakan untuk transport spesimen. Bahan
polystyrene tidak cocok karena dapat retak bila membeku.4,13,14,15,16,17
Terdapat berbagai jenis tabung evakuasi yang digunakan untuk menampung darah dari pungsi vena. Tabung tersebut bervariasi sesuai dengan jenis aditif dan kebutuhan volume pada masing-masing tabung. Beberapa tabung dari bahan kaca dilapisi dengan bahan silikon pada dinding tabung atau penyumbat untuk mengurangi adhesi dari bekuan (clots) serta mengurangi resiko hemolisis. Penyumbat dapat mengandung zinc, sehingga penggunaan tabung evakuasi darah untuk pengukuran kadar zinc menjadi tidak valid, serta adanya TBEP [tris(2-butoxyethyl)phosphate] yang merupakan bahan penyusun karet penyumbat, dapat mempengaruhi pengukuran beberapa jenis obat.3,4
Darah yang telah dikumpulkan dalam tabung yang mengandung suatu aditif, tidak boleh dipindahkan ke dalam tabung lain, karena zat aditif yang pertama dapat mempengaruhi pemeriksaan dengan zat aditif berbeda. Kontaminasi darah saat jarum memasuki penyumbat atau melalui kontak dengan zat aditif dalam tabung dapat menyebabkan kesalahan pada hasil pemeriksaan pasien, yang dapat menyebabkan kesalahan pada diagnosis dan penanganan pasien. Oleh karena itu, perpindahan zat aditif dari satu tabung ke tabung lain, harus diminimalkan (atau agar efek samping dapat dihindari) dengan cara disiplin dalam mentaati rekomendasi urutan penggunaan tabung.3,4,18
Gambar 18. Micro-tube19
Tabung evakuasi dirancang khusus untuk menampung sejumlah volume darah tertentu. Beberapa tabung terlihat berukuran relatif sama besar, tetapi hanya menampung
18
sedikit darah, yang terlihat dari sedikitnya vakum dalam tabung. Tabung pengisian darah yang kecil ini berguna ketika mengambil darah dari bayi, anak-anak, maupun pasien yang
‘sulit untuk diam’.18
Tabung evakuasi kaca memiliki penyumbat dari karet, sedangkan tabung evakuasi plastik memiliki penutup (shield) berbahan plastik yang menutupi penyumbat karet. Agar aman, sebaiknya yang digunakan ialah tabung dari plastik. Walau demikian, beberapa pemeriksaan laboratorium tetap memerlukan tabung kaca untuk menampung darah.18
A
B C
Gambar 19. (A)Tabung EDTA, (B)Tabung gel aktivator, (C)Tabung tanpa aditif19 Penampung yang umum digunakan untuk pemeriksaan hematologi telah dilengkapi dengan dipotassium, tripotassium, atau disodium ethylendiaminetetra-acetic acid (EDTA) sebagai antikoagulan, dan telah ditandai pada tingkat tertentu untuk menunjukkan jumlah darah yang sesuai. Penampung juga ada yang mengandung trisodium citrate, heparin, atau
acid-citrate-dextrose, sebagaimana juga ada yang tidak mengandung zat aditif, yang
digunakan untuk pemeriksaan serum. Syarat dan spesifikasi lain untuk tempat penampungan spesimen telah ditetapkan dalam standar nasional maupun internasional, misalnya
International Council for Standardization in Haematology, dan ada juga European Standard
(EN 14820). Tetapi amat disayangkan, belum ada kesepakatan universal dalam hal pewarnaan untuk mengidentifikasi masing-masing penampung dengan zat aditif yang beragam; flebotomis harus membiasakan dirinya dengan warna dari pemasok.10
The Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI), yang dahulu dikenal sebagai National Commission on Clinical Laboratory Standards (NCCLS), memberikan rekomendasi
yang dapat digunakan baik itu untuk tabung pengumpulan darah berbahan kaca maupun plastik. Urutan yang sama juga diterapkan pada pengambilan darah dengan menggunakan spuit ataupun sistem evakuasi (penahan tabung dan tabung penampung). Cukup banyak lembaga akreditasi laboratorium seperti College of American Pathologists (CAP) dan The
Joint Commission telah menetapkan standard dari CLSI untuk diterapkan. Urutan
pengambilan darah berdasarkan CLSI, yaitu : Tabung kultur darah;
Tabung koagulasi (misal, penutup biru);
Tabung serum dengan atau tanpa aktivator bekuan, dengan atau tanpa gel (misal penutup merah);
Tabung heparin dengan atau tanpa gel pemisah plasma (misal, penutup hijau);
Tabung EDTA dengan atau tanpa gel pemisah (misal, penutup lembayung, penutup perak);
Inhibitor glikolisis (misal, penutup abu-abu).18
Tabung yang mengandung zat aditif harus dibalik secara perlahan-lahan (tidak dikocok) segera sesudah pengambilan darah, untuk memastikan darah dengan cepat tercampur dalam jumlah yang cukup dengan zat aditif. Kegagalan dalam pencampuran spesimen darah dengan antikoagulan menyebabkan spesimen yang tidak dapat diterima untuk pemeriksaan atau hasil pemeriksaan yang tidak akurat.18
Untuk mengenali letak tabung yang lain dalam urutan pengambilan darah, zat aditif pada tabung harus diketahui. Informasi ini didapatkan pada label tabung. Apabila informasi ini telah diketahui, zat aditif yang sama dikelompokkan menjadi satu dalam urutan
20
pengambilan darah. Sebagai contoh, pelindung coklat pada tabung mengandung K2EDTA,
maka letaknya pada urutan pengambilan darah bersama-sama dengan tabung lain yang mengandung EDTA – lembayung, merah muda dan putih.18
Urutan pengambilan darah ini sangat penting. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan laboratorium didasari oleh prinsip ilmiah yang meliputi biologi, kimia maupun fisika. Jumlah substansi (analit) yang sangat kecil, diukur dengan teknik yang rumit. Karena jumlahnya sedikit, keberadaan substansi lain akan mempengaruhi keakuratan dari hasil pemeriksaan. Jika hasil tes pasien tidak akurat, ia mungkin akan tidak mendapatkan penanganan yang sesuai.18
Tujuan dari urutan pengambilan darah ialah untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan pada hasil pemeriksaan sebagai akibat dari kontaminasi silang dari zat aditif dalam tabung. Walau sepertinya mustahil bahwa jumlah yang sangat kecil dari zat aditif dalam tabung dapat mengakibatkan hasil yang tidak akurat, pada kenyataannya berbagai penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa hal ini mungkin terjadi.18
EDTA mengandung banyak kalium dan dapat menyebabkan peningkatan kadar yang salah pada hasil tes. Oleh karena itu, tabung untuk pemeriksaan kalium harus diambil sebelum tabung yang mengandung EDTA.18
Zat aditif pada penyumbat / penutup tabung yang berwarna abu-abu, dapat mengganggu gambaran mikroskopis sel-sel darah pada hitung jenis sel darah putih. Aktivator bekuan dapat mengganggu tes koagulasi seperti protrombin (PT) dan tes activated partial
thromboplastin time (aPTT).18
Bakteri dari tabung dengan penyumbat / penutup yang tidak steril dapat mengkontaminasi darah yang dikumpulkan dalam botol / tabung untuk kultur darah, sehingga bakteri berkembang yang mengakibatkan klinisi berpandangan bahwa pasien tersebut mengalami infeksi darah.18
Warna Penyumbat / Penutup Aditif Jumlah Balikan Saat Pengambilan Penggunaan Umum pada Laboratorium Stopper Abu-abu Pelindung abu-abu Kalium oksalat/Natrium fluorida atau
Natrium fluorida atau Natrium fluorida/Na2EDTA 8 8 8 Glukosa
Stopper hijau & abu-abu
Pelindung hijau muda
Heparin lithium & gel untuk pemisahan plasma
8 8
Tes kimia yang membutuhkan plasma Stopper hijau
Pelindung hijau Natrium atau heparin lithium
8 8
Tes kimia yang membutuhkan plasma Stopper lembayung
Pelindung lembayung
Cairan Na2EDTA (kaca) Lapisan Na2EDTA
(plastik)
8 8
Pemeriksaan darah lengkap, kultur antigen virus dari darah
Stopper biru muda
Pelindung biru muda Pelindung bening diatas
stopper biru muda
0,105 M Natrium sitras (kaca) atau 0,129 M Natrium sitras (3,8%) atau CTAD 3-4 3-4 3-4 Natrium sitras: pemeriksaan koagulasi rutin CTAD: pemeriksaan fungsi trombosit, pemeriksaan koagulasi rutin Pelindung oranye
(tanpa tabung kaca)
Trombin atau Trombin & gel untuk pemisahan serum
8
5-6 Tes STAT
Stopper merah muda
Pelindung merah muda K2EDTA 8
Tes bank darah; memiliki label khusus informasi pasien untuk AABB (American
Association of Blood Banks)
Stopper merah & hitam
Pelindung emas
Aktivator bekuan dan gel
untuk pemisahan serum 5
Tes kimia yang membutuhkan serum Merah & abu-abu muda
Pelindung bening diatas
stopper merah
- 0 Untuk tabung cadangan
Stopper merah
Pelindung merah
Lapisan silikon (tabung kaca)
Lapisan silikon & aktivator bekuan (tabung plastik)
0
Tes kimia & serologi yang membutuhkan serum
Pelindung biru cerah (tanpa tabung kaca)
Aktivator silikon atau Na2EDTA
8 8
Unsur kecil, toksikologi & penentuan nutrisi Pelindung Coklat
(tanpa tabung kaca) K2EDTA 8 Timbal
Pelindung putih
(tanpa tabung kaca) K2EDTA dengan gel 8
Tes diagnostik
molekular seperti PCR; Nama dagang BD untuk
tabung ini: PPT™
(plasma preparation
tube)
Stopper kuning
(tanpa tabung plastik)
SPS (sodium polyanethol
sulfonate) atau
Larutan ACD (acid citrate
dextrose) A atau
Larutan ACD (acid citrate
dextrose) B 8 8 8 SPS : kultur darah ACD : HLA phenotyping untuk transplantasi, DNA & tes keturunan Tabel 3. Jenis tabung evakuasi18
22
3.2.Aditif Spesimen Darah
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.1
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan micro-clot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis. Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis pemeriksaan tertentu.1
EDTA dan natrium sitras menyingkirkan kalsium yang dibutuhkan untuk koagulasi. Kalsium dapat diendapkan menjadi oksalat yang tidak terlarut (kristal yang dapat terlihat pada darah oksalat) atau terikat dalam bentuk tidak terionisasi. Heparin berikatan dengan antitrombin, sehingga menghambat interaksi dari beberap faktor pembekuan.10
EDTA digunakan untuk perhitungan darah; natrium sitras digunakan untuk tes koagulasi dan laju endap eritrosit. Agar penyimpanan sel darah merah yang lama dapat lebih baik untuk beberapa tes tertentu maupun untuk tujuan transfusi, digunakan sitras yang dikombinasikan dengan dekstrosa dalam bentuk acid-citrate dextrose (ACD), citrate-phosphate-dextrose
(CPD) atau larutan Alsever’s. Campuran antikoagulan juga digunakan untuk saling
mengkompensasi kekurangan masing-masing agar pra-syarat untuk proses analitik dapat tercapai, hal ini termasuk ACD, CPD atau heparin yang dikombinasikan dengan EDTA serta EDTA, sitras atau heparin yang dikombinasikan dengan natrium fluorida. Antikoagulan jenis apapun dapat digunakan pada pengambilan darah untuk flowcytometry.10
3.2.1. EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2
EDTA merupakan chelating agent dari kation bivalen seperti Ca2+, dan Mg2+. Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. Karena mengkhelasi kalsium atau besi, maka EDTA tidak cocok untuk digunakan pada spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan kalsium dan besi menggunakan fotometer dan teknik
titrimetric. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu
tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga baik untuk pemeriksaan (1) hematologi, (2) isolasi genom DNA, (3) penentuan kualitatif dan kuantitatif virus melalui teknik molekuler. Walau demikian, kadar kolesterol telah diketahui menurun 3-5%.1,4
Ada tiga macam EDTA, yaitu binatrium EDTA (Na2EDTA), bikalium EDTA
(K2EDTA) dan trikalium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk
cair. Dapat diperoleh dalam tabung dengan penutup berwarna lembayung berbentuk cairan atau semprotan kering, dalam bentuk garam bikalium atau trikalium (K2EDTA
dalam tabung plastik, berupa semprotan kering. K3EDTA berbentuk cairan dalam tabung
kaca).1,2
Penutup merah-muda juga mengandung EDTA, yakni semprotan kering K2EDTA.
Tabung berpenutup merah-muda digunakan dalam immunohematologi untuk grup ABO, jenis Rh, dan skrining antibodi. Tabung-tabung ini memiliki label silang-serasi yang khusus untuk memberikan informasi yang dibutuhkan bagi American Association of
Blood Banks (AABB) dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika
24
EDTA dan gel. Tabung tersebut sering digunakan pemeriksaan diagnostik molekular dari plasma.2
Garam natrium dan kalium dari EDTA merupakan antikoagulan yang sangat kuat dan sangat cocok untuk digunakan dalam pemeriksaan darah rutin. EDTA bekerja melalui efek kelasi pada molekul kalsium dalam darah. Agar hal ini dapat terjadi, dibutuhkan 1,2 mg kadar garam anhidrosa per ml darah (c 4 mmol). Garam bikalium sangat mudah larut (1650 g/l) dan dinilai lebih baik dari pada garam binatrium, yang kurang larut (108 g/l). Melapisi permukaan dinding dalam tabung dengan lapissan tipis EDTA meningkatkan kecepatan pengambilan darah.10
Garam bilithium dari EDTA memiliki efek yang sama sebagai antikoagulan, dan penggunaannya memiliki kelebihan yakni dengan dapat digunakannya juga untuk pemeriksaan kimia darah. Tetapi lebih sulit larut dari pada garam bikalium (160 g/l).10
Garam trikalium yang tersedia dalam bentuk cairan telah direkomendasikan di Amerika Serikat oleh NCCLS. Walau demikian, darah yang mengalir ke dalam larutan tersebut akan dilarutkan sedikit (K3EDTA akan melarutkan sampel ≈ 1% - 2%), dan
garam trikalium akan menyebabkan penyusutan sejumlah sel darah merah sehingga terjadi penurunan PCV sebesar 2-3% dalam kurun waktu 4 jam pengambilan darah, yang diikuti dengan peningkatan bertahap dari mean cell volume (MCV). Sebaliknya, terdapat beberapa perubahan yang dapat diabaikan apabila digunakan garam bikalium. Oleh karena itu, International Council for Standardization in Haemtology (ICSH)
merekomendasikan garam bikalium pada kadar 1,50 - 2,2 mg/ml darah; garam trikalium dapat digunakan sebagai alternatif. Na3EDTA tidak disarankan karena kadar pH-nya
yang tinggi. Na2EDTA bila telah tercampur darah akan menunjukkan pH 5,0 ± 1,0;
Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, kelebihan EDTA, terlepas dari bentuk garam, mempengaruhi baik itu sel darah merah maupun leukosit. Kelebihan EDTA sebanyak 2 mg/ml darah dapat mengakibatkan penurunan PCV yang bermakna ketika disentrifugasi dan peningkatan pada mean cell haemoglobin
concentration (MCHC). Platelet juga terpengaruh; kelebihan EDTA menyebabkan
platelet membengkak kemudian terpecah, sehingga mengakibatkan hasil yang tinggi pada perhitungan platelet secara artifisial, karena fragmen relatif berukuran cukup besar untuk dapat dihitung sebagai platelet normal. Oleh sebab itu perhatian khusus perlu diberikan pada saat pengisian darah, dan dengan pembolak-balikan tabung secara berulang, antikoagulan dapat tercampur secara merata dengan darah yang diisi ke dalam tabung.2,10
Sediaan hapus darah yang dibuat dari EDTA mungkin tidak dapat menunjukkan
basophilic stippling dari sel darah merah yang terkontaminasi timah. EDTA juga telah
terbukti menyebabkan penggumpalan leukosit, yang mempengaruhi netrofil dan limfosit, dan hal tersebut menyebabkan terjadinya reaksi alami auto-antibodi dari antiplatelet yang kadang menyebabkan menempelnya platelet dengan netrofil pada sediaan hapus darah. Aktivitas monosit yang dinilai dari pelepasan faktor jaringan dan aktivitas tumour
necrosis factor diketahui lebih rendah bila menggunakan EDTA dibanding sitras dan
heparin. Hampir sama dengan hal tersebut, aktivasi netrofil yang diukur melalui pelepasan laktoferin dengan induksi lipopolisakarida, hasilnya rendah dengan EDTA. EDTA juga menunjukkan penekanan terhadap degranulasi dari platelet.2,10
3.2.2. Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7. 2 H2O )
Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara dengan tutup berwarna biru terang. Sitras bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi
26
kalsium. Larutan natrium sitras, dengan konsentrasi 34 – 38 g/L (0,109 M ≈ 3,2% atau 0,129 M ≈ 3,8%), dengan perbandingan 1 bagian larutan dengan 9 bagian darah, direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan agregasi trombosit. Untuk pemeriksaan koagulasi, 9 volume darah ditambahkan ke dalam 1 bagian dari 109 mmol/l larutan natrium sitras (3,2 g/l Na3C6H5O7.2H2O). Perbandingan ini sangat penting karena
pengaruh osmotik dan perubahan kadar ion Kalsium bebas akan mempengaruhi hasil tes koagulasi. Perbandingan sitras dengan darah ini, mungkin perlu disesuaikan untuk sampel dengan kadar hematokrit yang tinggi yang memerlukan pemeriksaan koagulasi.1,4,9,10
Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah aktivasi proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil tidak valid. Pencampuran dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara perlahan-lahan, karena pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali) dapat mengaktifkan penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan. Darah sitrat harus segera disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling.1
Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau LED cara Westergreen dengan cara menambahkan 4
volume darah ke dalam 1 volume larutan natrium sitras (109 mmol/l) dan dengan segera keduanya dicampur.1,10
3.2.3. Heparin
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisulfurik yang terdapat dalam bentuk garam natrium, kalium, lithium, dan amonium. Lithium heparin paling banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam
darah. Heparin berasal dari isolasi sel hati oleh para peneliti yang berusaha mencari antikoagulan yang bekerja dengan aman pada manusia. yang bekerja dengan cara mempercepat kerja antitrombin III, sehingga menetralkan trombin dan mencegah pembentukan fibrin dari fibrinogen.1,2,4
Heparin biasanya tersedia dalam bentuk bubuk kering, yang higrokopik dan sangat mudah larut. Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan disentrifugasi 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa. Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.1,4,10
Lithium atau garam natrium heparin pada kadar 10-20 IU/ml darah umumnya digunakan sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan kimia, analisis gas darah, dan pemeriksaan kegawatdaruratan. Heparin memiliki keuntungan dari pada EDTA sebagai antikoagulan, karena tidak mempengaruhi tingkat ion seperti Kalsium dan direkomendasikan ketika penting untuk mengurangi resiko lisis yang terjadi saat pengambilan darah. Oleh sebab itu, merupakan antikoagulan yang terbaik untuk OFT (osmotic fragility test) dan cocok untuk immunophenotyping.1,10
Walau demikian, heparin tidak cocok digunakan untuk perhitungan jumlah sel darah karena sering menyebabkan clumping dari leukosit dan platelet. Juga sebaiknya tidak digunakan untuk membuat sediaan darah hapus karena memberikan gambaran latar belakang kebiruan bila sediaan hapus darah diberi pewarnaan dengan cat Romanowsky, terutama bila terdapat protein abnormal. Heparin akan menghambat aktifitas dari enzim dan sebaiknya tidak digunakan untuk pemeriksaan polymerase chain reaction dengan penghambatan enzim. Heparin juga memiliki kekurangan karena harganya yang tinggi dan waktu kerjanya yang sementara dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya.1,4,10
28
Natrium, kalium, amonium, dan lithium oksalat menghambat koagulasi dengan membentuk kompleks yang sukar larut dengan ion kalsium. Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium. Penggunaannya 1
bagian oksalat + 9 bagian darah. Kalium oksalat (K2C2O4.H2O), pada kadar 1 – 2 g/L
darah merupakan antikoagulan yang cukup banyak digunakan. Pada kadar yang lebih tinggi dari 3 gr oksalat per liter, maka akan terjadi hemolisis.1,4
Kombinasi amonium dan / atau kalium oksalat tidak menyebabkan penyusutan eritrosit. Tetapi, oksalat lain telah diketahui dapat menyebabkan penyusutan dengan menarik air ke dalam plasma. Penurunan hematokrit dapat mencapai 10%, menyebabkan pengurangan kadar konstituen plasma sebesar 5%. Sebagaimana cairan hilang dari sel, pertukaran elektrolit dan konstituen lain melalui membran sel. Oksalat menghambat beberapa enzim, termasuk asam dan basa fosfatase, amilase, dan laktat dehidrogenase, dan menyebabkan pengendapan kalsium dalam bentuk garam.4
3.2.5. Natrium Fluorida
Natrium fluorida merupakan antikoagulan lemah yang sering ditambahkan sebagai pengawet untuk glukosa darah. Sebagai pengawet, bersama dengan antikoagulan lain seperti kalium oksalat, efektif pada kadar 2 g/L darah. Larutan ini dapat berfungsi mengawetkan dengan cara menghambat sistem enzim yang terlibat dalam glikolisis, walau sebetulnya penghambatan tersebut tidak perlu segera dan sejumlah degradasi terjadi pada 1 jam pertama pengambilan spesimen. Kebanyakan spesimen disimpan pada suhu 25 °C selama 24 jam atau pada suhu 4 °C selama 48 jam. Tanpa antikoagulan, kadar glukosa darah berkurang sekitar 100 mg/L (0,56 mmol/L) per jam pada suhu 25 °C. Rata-rata penurunan tersebut, lebih cepat pada bayi karena tingginya aktivitas metabolisme eritrosit, juga pada penderita leukimia karena tingginya metabolisme sel
darah putih. Natrium fluorida sukar larut, dan darah harus tercampur dengan baik agar efek antikoagulan dapat terwujud.4
Jika natrium fluorida digunakan tunggal tanpa antikoagulan lainnya, dibutuhkan 3-5 kali kadar yang lebih tinggi dari yang biasanya dipakai sebanyak 2 g/L. Tingginya kadar serta penghambatan siklus glikolisis ini cenderung menyebabkan pergeseran cairan dan perubahan pada kadar beberapa jenis analit. Fluorida merupakan inhibitor yang poten untuk berbagai enzim serum dan pada kadar yang tinggi juga mempengaruhi urease, digunakan untuk mengukur urea nitrogen pada berbagai sistem analisis.4
3.2.6. Asam Sitras Dekstrosa (Acid Citrate Dextrose : ACD)
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa pengumpulan spesimen ke dalam EDTA, sering digunakan untuk isolasi genom DNA. Walau demikian, tes diagnostik tambahan dan menyeluruh seperti pemeriksaan sitogenetik, dapat diminta untuk diperiksa pada saat yang sama. Untuk alasan ini, sampel untuk diagnostik molekuler sering dikumpulkan dalam antikoagulan ACD, supaya bentuk maupun fungsi komponen seluler tetap terjaga.4
Ada 2 jenis tabung ACD, yakni : ACD A dan ACD B. Keduanya hanya berbeda berdasarkan konsentrasinya. Keduanya meningkatkan vitalitas dan pemulihan dari sel darah putih setelah beberapa hari pengambilan spesimen, sehingga tepat untuk pemeriksaan diagnostik molekuler maupun sitogenetik.4
Larutan A digunakan untuk 8,5 mL pengambilan darah (Jumlah total volume 10 mL), dan laruan B digunakan untuk 3 mL atau 6 mL pengambilan darah (Jumlah total volume 7 mL). Jenis pemeriksaan yang diminta akan menentukan ukuran tabung yang diperlukan untuk pengambilan spesimen.4
30
3.2.7. CPD (Citrate Phosphat Dextrose) dan CPDA 1 (Citrate Phosphat Dextrose Adenin) Antikoagulan CPD (Citrate Phosphat Dextrose) dan CPDA 1 (Citrate Phosphat
Dextrose Adenin) selain berfungsi sebagai antikoagulan juga berfungsi sebagai
pengawet, terutama dalam penggunaan kantong donor darah. Rasio CPD dan darah ialah 1,4:10 (0,4cc CPD:3cc darah).7
3.2.8. Iodoasetat
Natrium iodoasetat pada kadar 2 g/L meupakan antikoagulan yang cukup efektif dan pengganti dari natrium fluorida. Karena sifatnya yang tidak mempengaruhi urease, maka sering digunakan bila tes glukosa dan urea dikerjakan dari 1 spesimen. Iodoasetat menghambat kreatin kinase, tetapi tidak terdapat catatan mengenai tes klinis lainnya.4
BAB IV
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH
4.1.Persiapan Pengambilan Sampel Darah
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.1
Sebelum suatu spesimen diambil, seorang flebotomis harus mengkonfirmasi identitas dari pasien tersebut. Setidaknya dua atau tiga identifikasi berikut harus dipastikan: (1) nama, (2) nomor rekam medis, (3) tanggal lahir, (4) alamat pasien jika pasien tersebut merupakan pasien rawat jalan. Apabila pasien dirawat inap, maka seorang flebotomis dapat memastikan identitas pasien dengan mencocokkannya dengan gelang identitas pasien. Bagi pasien pediatri, orangtua / pendamping pasien harus hadir dan secara aktif memastikan identitas pasien. Memastikan adanya alergi terhadap bahan sarung tangan maupun turniket juga perlu dilakukan selain adanya informed consent terhadap jenis tindakan yang akan dilakukan.2,4,7
32
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.1
Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen. Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dan lain sebagainya. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, paska transfusi, dan lain sebagainya. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.1
Seorang flebotomis perlu mencuci tangan sebelum mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti gaun / apron, sarung tangan, masker, ataupun kacamata pelindung sebelum bersinggungan dengan pasien. Hal ini bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya paparan terhadap bahan infeksius dan membatasi penularan penyakit infeksi seorang terhadap yang lain. Apabila diperlukan pengekangan, maka harus ada alasan yang obyektif untuk dilakukannya tindakan tersebut dan tidak semata-mata agar tindakan flebotomi mudah dikerjakan. Jika diperlukan pengekangan untuk mencegah celaka bagi pasien dengan kapasitas terbatas, maka harus menggunakan tenaga yang minimal dan waktu yang sesingkatnya.4,7,20
Gambar 20. Alat pelindung diri
Pada umumnya waktu pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi, karena umumnya nilai normal ditetapkan dalam keadaan basal. Untuk pemeriksaan yang memerlukan puasa, pengambilan spesimen dilakukan untuk 12 jam setelah makan terakhir dan tidak melakukan aktivitas olahraga.7,21
Pemeriksaan yang memerlukan puasa
Glukosa Puasa 10-12 jam
Tes Toleransi Glukosa (TTG) Puasa 10-12 jam Glukosa kurva harian Puasa 10-12 jam
Trigliserida Puasa 12 jam
Asam urat Puasa 10-12 jam
VMA Puasa 10-12 jam
Renin (PMA) Puasa 10-12 jam
Insulin Puasa 8 jam
C-peptide Puasa 8 jam
Gastrin Puasa 12 jam
Aldosteron Puasa 12 jam
Homosistein Puasa 12 jam
Lp(a) Puasa 12 jam
PTH intact Puasa 12 jam
Apo A1 Dianjurkan puasa 12 jam
Apo B Dianjurkan puasa 12 jam
Tabel 3. Pemeriksaan yang memerlukan puasa21
Jika pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan untuk tujuan pemantauan pengobatan atau therapeutic drug monitoring (TDM), pengambilan sampel dipertimbangkan saat telah tercapai kadar puncak setelah minum obat dan fase steady
34
pengambilan spesimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, antara lain :
Demam tifoid
Untuk biakan darah dilakukan pada minggu ke-1 atau ke-2 sakit, dan untuk Widal, diperiksa saat fase akut dan konvalesen.
Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman
Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika. Pemeriksaan mikrofilaria
Dilakukan pada waktu senja dan menjelang tengah malam. Pemeriksaan malaria
Diambil pada akhir periode demam. Pemeriksaan tuberkulosis
Dahak diambil pada pagi hari, segera setelah pasien bangun tidur. Pemeriksaan profil besi
Spesimen diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam1,7,21
Terkadang sampel harus diambil pada saat tertentu. Kegagalan dalam melaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan dapat menyebabkan hasil yang salah dan kesalahan dalam menilai kondisi pasien. Idealnya, seorang pasien tetap diam pada posisi yang sama selama 30 menit sebelum dilakukannya pengambilan spesimen, demikian juga untuk pengambilan spesimen selanjutnya. Turniket digunakan untuk membantu agar lokasi vena pada pungsi vena dapat terlihat, tetapi pemasangan turniket selama lebih dari 1 menit akan merangsang terjadinya hemokonsentrasri.2,4
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya :
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilica). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, kanula, fistula.
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.1,4,7,21
Gambar 21. Lokasi pengambilan sampel darah19
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, paska donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.1
36
4.2.Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan 4.2.1. Postur
Pada orang dewasa, perubahan dari berbaring ke berdiri menyebabkan penurunan volume darah sebesar 10% (≈ 600-700 mL). Karena hanya cairan yang bebas protein yang berpindah dari kapiler menuju jaringan, maka perubahan postur tubuh akan menyebabkan berkurangnya volume plasma dan peningkatan kadar protein plasma (≈ 8-10%). Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari posisi berdiri ke posisi duduk, dianjurkan pasien untuk duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.4,21
4.2.2. Tirah baring yang lama
Plasma dan cairan ekstraseluler menurun dalam beberapa hari permulaan tirah baring. Akibatnya, hematokrit dapat meningkat hingga 10% dalam 4 hari. Biasanya jumlah total cairan tubuh berkurang sedikit dapat diketahui, tetapi dalam 2 minggu tirah baring, volume plasma kembali pada nilai sebelum tirah baring.4
4.2.3. Olahraga
Perubahan konsentrasi analit karena olahraga sebagian besar disebabkan karena pergeseran cairan antara intravaskular dan kompartemen interstitial serta perubahan konsentrasi hormon yang distimulasi oleh perubahan aktivitas dan kehilangan cairan karena berkeringat. Dengan latihan sedang, respon stress yang dipicu menyebabkan peningkatan glukosa darah, yang merangsang sekresi insulin. Perbedaan arteriovenosa pada kadar glukosa meningkat hingga 5 kali lipat sekitar 14 mg/dL (0,8 mmol/L) saat istirahat, tergantung dari lamanya dan intensitas olahraga berkaitan dengan kebutuhan
jaringan akan glukosa. Plasma piruvat dan laktat meningkat dengan meningkatnya aktivitas metabolik dari otot rangka. Bahkan latihan ringan dapat meningkatkan laktat plasma 2 kali lipat.4
4.2.4. Latihan fisik
Atlit pada umumnya memiliki aktivitas enzim serum otot rangka yang lebih tinggi dari pada yang bukan atlit pada saat istirahat. Tetapi respon enzim-enzim tersebut terhadap latihan lebih lambat daripada individu lain. Berkurangnya pelepasan enzim dari otot rangka pada individu terlatih dihubungkan dengan bertambahnya jumlah dan ukuran mitkondria yang menyebabkan metabolisme glukosa, asam lemak, dan benda keton menjadi lebih baik.4
4.2.5. Variasi irama sirkadian dan diurnal
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebut sebagai variasi irama sirkadian. Perubahan tersebut dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dapat bersifat siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan (menstruasi), dan musiman. Berbagi unsur cairan tubuh menunjukkan variasi siklik sepanjang hari. Variasi siklik tersebut dapat sangat besar sehingga waktu pengambilan spesimen harus benar-benar terkontrol. Sebagai contoh, kadar serum besi dapat meningkat 50% antara pk.08.00-14.00.4,21
Hormon disekresikan sewaktu-waktu, dan hal ini, bersama dengan variasi siklik, pada saat hormon menjadi subyek yang akan diperiksa, membuat pemeriksaan menjadi sulit. Sekresi hormon kortikotropin dipengaruhi oleh kortisol-yang menyerupai steroid, tetapi juga dipengaruhi oleh postur, terang, gelap serta stress. Sekresi growth
38
insulin leibih tinggi pada pagi hari dari pada siang dan responsnya terhadap glukosa lebih tinggi di pagi hari dan terndah saat tengah malam.21
Konsentrasi sel darah dipengaruhi oleh irama sirkadian, dengan peningkatan hitung jenis netrofil dan limfosit sebesar 61% dan 67% masing-masing pada puncaknya dari titik terendah. Jumlah eosinofil lebih rendah pada malam hingga pagi hari dibandingkan saat siang hari. Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, renin, dan aldosteron.4,21
4.2.6. Perjalanan
Bepergian melewati beberapa wilayah waktu mempengaruhi irama sirkadian normal. Dibutuhkan 5 hari untuk mencapai irama sirkadian normal setelah melawati 10 wilayah waktu. Perubahan pada hasil tes laboratorium akan menyertai perubahan fungsi kelenjar adrenal dan pituitari. Selama 20 jam penerbangan, konsentrasi serum glukosa dan trigliserid meningkat, sementara sekresi glukokortikoid distimulasi. Pada saat penerbangan yang panjang, retensi natrium dan cairan terjadi, tetapi ekskresi urin akan kembali normal dalam 2 hari.4
4.2.7. Diet
Diet dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap komposisi plasma. Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas besi dan trace elements dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh diet. Empat hari setelah diet tinggi protein, akan melipatgandakan konsentrasi urea plasma sejalan dengan peningkatannya dalam sekresi urin. Konsentrasi kolesterol, fosfat, urat dan amonia serum juga akan meningkat. Sebaliknya, diet tinggi lemak akan menekan kadar nitrogen karena
kebutuhan untuk eksresi amonium yang diperlukan agar keseimbangan asam-basa dapat terpelihara. Diet tinggi lemak meningkatkan kadar trigliserid tetapi menurunkan kadar urat serum.4,21
Kafein yang terdapat dalam sejumlah minuman memiliki pengaruh terhadap konsentrasi konstituen darah. Kafein menstilmulasi medula adrenal, menyebabkan peningkatan sekresi epinefrin, yang tercermin dari 2-3 kali lipat peningkatan konsentrasi epinefrin plasma. Kafein juga telah diketahui memiliki efek terhadap metabolisme lemak. Meminum 2 cangkir kopi akan meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma sebesar 30% serta sejumlah kecil gliserol, lemak total dan lipoprotein.21 Ketika seseorang berpuasa selama 60 jam dibandingkan dengan puasa 12 jam yang biasa diterapkan pada praktek klinis untuk mendapatkan nilai dasar laboratorium, konsentrasi insulin plasma berkurang hingga separuhnya, dan konsentrasi C-peptide berkurang lebih dari sepertiganya. Sebaliknya konsentrasi glukagon, epinefrin, serta nor-epinefrin menjadi berlipat-ganda dan growth hormone meningkat 5 kali lipat.21
4.2.8. Pola / Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang mempengaruhi hasil analit pada pemeriksaan meliputi merokok dan konsumsi alkohol. Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Merokok, melalui kerja dari nikotin, akan mempengaruhi beberapa hasil pemeriksaan. Seberapa besar pengaruhnya, tergantung dari jumlah rokok dan asap yang dihirup. Melalui stimulasi medula adrenal, nikotin meningkatkan konsentrasi dari epinefrin plasma beserta ekskresi katekolamin dan metabolitnya melalui urin. Konsentrasi glukosa meningkat 10 mg/dL (0,56 mmol/L) saat merokok selama 10 menit. Konsentrasi insulin plasma menunjukkan respons yang lambat terhadap peningkatan glukosa, meningkat setelah 1
40
jam dari waktu merokok. Umumnya konsentrasi glukosa plasma lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok dan toleransi glukosa sedikit terganggu pada perokok. Konsentrasi kolesterol plasma, trigliserida, dan kolesterol LDL meningkat masing-masing sebesar 3%, 9%, dan 2% pada perokok. Merokok juga menurunkan respon imun seseorang. Sebagai contoh, konsentrasi imunoglobulin serum (Ig)A, IgG, dan IgM secara umum lebih rendah pada perokok daripada bukan perokok dengan IgE yang lebih tinggi.4,21
Konsumsi alkohol juga menyebakan perubahan cepat dan lambat dari beberapa kadar analit. Dosis ringan sedang alkohol sedikit mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Mengkonsumsi alkohol yang mengakibatkan seseorang menjadi mabuk, dapat meningkatkan kadar glukosa 20-50%. Konsumsi alkohol tunggal (1 g/kgBB) telah menunjukkan penigkatan aktivitas serum GGT hampir 10% setelah 4 jam, dan menjadi 100% , 24 jam setelahnya, sebagai pengaruh dari induksi enzim mikrosomal hepatik. Konsumsi alkohol kronis mempengaruhi kerja berbagai enzim serum. Aktivitas GGT telah diteliti secara luas, dan peningkatan aktivitas enzim tersebut digunakan sebagai penanda peminum yang persisten. Alkoholis kronis telah dikaitkan dengan berbagai abnormalitas karakteristik biokimia, meliputi abnormalitas fungsi pituitari, kortiko adreanal, dan medula. Aktivitas AST maupun ALT juga meningkat masing-masing 250% dan 60% pada alkoholis.21
4.2.9. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun lainnya akan menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Pengaruh obat pada hasil tes laboratorium dapat terlihat melalui tujuan terapeutik, tetapi juga dapat terlihat melalui efek samping dan respon idiosinkrasi pasien.
Jenis Obat Pemeriksaan yang Dipengaruhi
Diuretik
Hampir seluruh pemeriksan substrat dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokomsentrasi, terutama
pemeriksaan Hb, hitung sel darah, hematokrit, elektrolit.
Kafein Sama dengan diuretik
Thiazid
Glukosa darah Tes toleransi glukosa Ureum darah
Pil KB (hormon) LED
Kadar hormon
Morfin Enzim hati (GOT, GPT
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji hemostasis
Vitamin C Reduksi urin
Obat
antidiabetika
Glukosa darah Glukosa urin Kortikosteroid Hitung eosinofil
Tes toleransi glukosa
Tabel 4. Daftar obat dan jenis pemeriksaan yang dipengaruhi21
4.3.Prosedur Pengambilan Sampel Darah 4.3.1. Pengambilan Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah :
Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.
Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).
42
Prosedur
Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.1
4.3.2. Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih. Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah. Prosedur
Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling. Pilih bagian arteri radialis.
Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit.1
4.3.3. Pengambilan Darah Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena mediana cubiti, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.1
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.1
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah : Lengan pada sisi mastectomy
Daerah edema
Hematoma