LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
TAHUN 2016
D
D
D
E
E
E
P
P
P
U
U
U
T
T
T
II
I
B
B
B
II
I
D
D
D
A
A
A
N
N
N
G
G
G
T
T
T
E
E
E
K
K
K
N
N
N
O
O
O
L
L
L
O
O
O
G
G
G
II
I
A
A
A
G
G
G
R
R
R
O
O
O
II
I
N
N
N
D
D
D
U
U
U
S
S
S
T
T
T
R
R
R
II
I
D
D
D
A
A
A
N
N
N
B
B
B
II
I
O
O
O
T
T
T
E
E
E
K
K
K
N
N
N
O
O
O
L
L
L
O
O
O
G
G
G
II
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi - BPPT dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tingkat Unit Organisasi Eselon I periode tahun 2016.
Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu dari lima komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP) yang berlaku dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga) maupun Daerah.
Kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, peraturan kementerian PAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015 ini merupakan laporan kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi yang pertama dalam periode RPJMN 2015-2019, laporan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada BPPT atas pelaksanaan tugas pokok melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi - BPPT Tahun 2016.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam pelaksanaan Sistem AKIP BPPT pada Tahun 2016, Deputi Bidang TAB
memperhatikan dan merujuk peraturan terkait sistem perencanaan pembangunan
nasional (SPPN) dan sejumlah ketentuan / pedoman terkait Sistem AKIP khususnya
ketentuan/ pedoman yang diatur oleh kementerian PAN dan RB.
Pada tahun Perjanjian Kinerja tahun 2016 Deputi Bidang TAB menetapkan 2 (dua) Sasaran
Program, masing-masing Sasaran Program mempunyai 2 (dua) Indikator Kinerja. Dari hasil
evaluasi atas capaian Kinerja dapat disampaikan bahwa semua target indikator kinerja dari
kedua Sasaran Program tersebut tercapai 100 %.
Sasaran Program 1 (SP 1) yaitu Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan
Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan
2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:
1. Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan dengan target 2 Inovasi, yang
meliputi :
a) Paten Proses Produksi Enzim Xilanase, target 1 Buah;
Diperolehnya paten Proses produksi Enzim Xilanase untuk aplikasi di industri
pulp dan kertas
b) Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati (biopeat), Target 1 Buah
Alih Teknologi Produksi Mikrob Gambut (BioPeat) kepada PT. Riau Sakti
United Plantation
2. Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan dengan target 2, yang
meliputi :
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB – BPPT TAHUN 2016 v Buku Outlook Teknologi Pangan 2016 ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan acuan bagi instansi pemerintah, swasta, industri, akademisi
dan masyarakat pada umumnya dalam pengembangan teknologi untuk
mendukung diversifikasi pangan nasional jangka panjang
b) Buku outlook teknologi kesehatan, target 1 Buku Outlook
Buku Outlook Teknologi Kesehatan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi
sumber informasi, acuan dan bahan pertimbangan dalam melakukan
pengembangan teknologi untuk industri farmasi dan alat kesehatan nasional
jangka panjang
Capaian Sasaran Program 2 (SP 2) yaitu Terwujudnya layanan teknologi di bidang
Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa, dengan 2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:
1. Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB:
a) Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung; target 2
Layanan konsultasi teknologi Proses Produksi Emping Jagung pada UKM KUB
Mekar Sari Abadi dan Layanan konsultasi teknologi Proses Produksi marning
Jagung pada UKM KUB Sumber Makmur
b) Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan; target 1
Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan, memberikan
informasi, pelatihan hingga UKM bisa mandiri melakukan proses produksi
mie jagung
c) Layanan konsultasi kepada 4 UKM, target 4
Layanan Konsultasi Pada Pelaku Usaha Bidang Pangan di Provinsi Lampung;
Layanan Konsultansi Kepada UKM Bidang Pangan di Kabupaten Lampung
Tengah Tentang Kesehatan Hewan dan Pakan Ternak; Layanan Konsultansi
Produk Inovasi Techno Park Lampung Tengah Kepada UKM Bidang Pangan di
Kabupaten Lampung Tengah
d) Layanan difusi olahan produk pati; target 2
Layanan Difusi Teknologi Produksi Pati Termodifikasi (pati pragel) dan
Layanan Difusi Teknologi Pengolahan Sorgum
e) Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu; target 1
Layanan jasa teknologi budidaya ubi kayu dan tebu yang dilaksanakan oleh
Mitra CV. Kresna dan PT. Gunung Madu Plantation
f) Terbentuknya 2 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dan 100 orang
penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng; target 2
Terbentuknya 2 PPBT bidang perbenihan dan pengolahan pangan (pasca
panen) melalui proses inkubasi bisnis yaitu Koperasi Serba Usaha dan
Koperasi Pembenihan Jagung, serta kegiatan desiminasi teknologi yang
memberikan manfaat kepada 100 orang penerima manfaat teknologi berupa
pelatihan-pelatihan kegiatan pembenihan dan pasca panen.
g) Layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro
dan in-vitro; target1
Layanan Teknologi melalui Aplikasi Teknologi Kultur Jaringan Ex Vitro untuk
Perbanyakan Bibit Lada di Kabupaten Bangka dalam rangka pemanfaatan dan
peningkatan produktivitas sumber daya perkebunan Kabupaten Bangka.
2. Indeks Kepuasan Masyarakat dengan target B
Capaian kinerja Deputi TAB untuk Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) melalui unit
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 vii
1.5.1 Strategi untuk mendukung peningkatan daya
saing industri
I – 17
1.5.1 Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa I – 18
1.6. Sistematika Penyajian I – 19
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III – 1
3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1 III – 3 3.1.1.1 Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 dari
Sasaran Program 1
III – 3
a. Jumlah Patent Proses Produksi Enzim
Xilanase
III – 5
b. Jumlah perusahaan yang telah
memanfaatkan inovasi teknologi pemanfaatan agen hayati (BioPeat)
III – 17
3.1.1.2 Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1
III – 36
a. Buku outlook teknologi pangan III – 37
b. Buku outlook teknologi kesehatan III – 41
3.1.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 2 III – 51
3.1.2.1 Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 2
III – 51
a. Layanan konsultasi kepada UKM pengolah
produk olahan jagung
III – 54
b. Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan
III – 61
c. Layanan konsultasi kepada 4 UKM III – 65
d. Layanan difusi olahan produk pati, 2 difusi III – 78
e. Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan
tebu
III – 86
f. Layanan kepada Usaha berbadan hukum
dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng
III – 91
g. Layanan teknologi produksi bibit tanaman
melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro
III – 119
3.1.2.2 Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 ix
a. Indeks Kepuasan Masyarakat III – 128
3.2. Realisasi Anggaran 2016 III – 138
BAB IV PENUTUP IV – 1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Peran dan Tugas BPPT I - 2
Gambar 1.2. Bisnis Inti Deputi Bidang TAB I - 3
Gambar 1.3. Struktur Organisasi BPPT I - 7
Gambar 1.4. Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB I - 8
Gambar 1.5. Struktur Organisasi Balai Besar Pati - Deputi Bidang TAB I - 9
Gambar 1.6. Struktur Organisasi Balai Bioteknologi Deputi Bidang TAB I - 10
Gambar 1.7. PetadistribusiSDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja Berdasarkan Kelompok Pendidikan
I - 11
Gambar 1.8. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan I - 12
Gambar 1.9. PetadistribusiSDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang Usia)
I - 13
Gambar 1.10. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (rentang
Usia)
I - 13
Gambar 1.11. PetadistribusiSDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
I - 14
Gambar 1.12. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jenis Kelamin I - 14
Gambar 1.13. PetadistribusiSDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja Berdasarkan Jabatan Fungsional
I - 15
Gambar 1.14. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional I - 16
Gambar 2.1. Peta Strategi BPPT 2015 - 2019 II - 4
Gambar 2.2. Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT
dan Penetapan Kinerja (PK)
II - 9
Gambar 2.3. Kerangka SIN sebagai Acuan Kegiatan BPPT II - 12
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 xi 10 liter
Gambar 3.2. Pengamatan kadar protein larutan enzim selama produksi xilanase
oleh Bacillus halodurans CM1 dalam fermentor 10 liter dengan volume kerja 8 L
III - 9
Gambar 3.3. Pengaruh jenis antifoam terhadap aktivitas xilanase III - 10
Gambar 3.4. Pengaruh cara penyimpanan terhadap aktivitas xilanase III - 11
Gambar 3.5. Foto bersama peserta pelatihan Alih Teknologi Produksi Mikrob
Gambut
III – 21
Gambar 3.6. Pemaparan materi pelatihan III - 21
Gambar 3.7. Pelatihan proses produksi pupuk hayati BioPeat Pine III - 22
Gambar 3.8. Serah terima berita acara pelaksanaan Pelatihan Alih Teknologi Produksi Mikrob Penyubur (BioPeat-Pine)
III – 23
Gambar 3.9. Skema produksi BioPeat Pine III - 23
Gambar 3.10. Diagram alir proses produksi BioPeat Pine III – 24
Gambar 3.11. Alur Proses Produksi Biopeat Pine III - 24
Gambar 3.12. Preparasi media teknis untuk produksi inoculum III – 25
Gambar 3.13. Preparasi inokulum (BioPeat) dengan cara melarutkan inokulum dengan air (ekstraksi biomassa)
III - 25
Gambar 3.14. Produksi inokulum melalui fermentasi cair (400 L) selama 38 jam dengan aerasi menggunakan kompresor
III – 26
Gambar 3.15. Pengamatan parameter berupa pH dan Biomassa selama proses
fermentasi
III - 26
Gambar 3.16. Produksi BioPeat Pine dengan kapasitas 14 ton (inokulasi biomassa hasil fermentasi ke limbah nanas)
III - 27
Gambar 3.17. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Alih Teknologi Pemanfaatan Agen Hayati (BioPeat)
Gambar 3.18. FGD dalam rangka penyusunan Outlook teknologi Pangan III - 38
Gambar 3.19. Buku Outlook Teknologi Pangan Edisi 2016 III - 39
Gambar 3.20. Buku Outlook Teknologi Kesehatan Edisi 2016 III - 43
Gambar 3.21. Rangkaian kegiatan penyusunan Buku Outlook Teknologi
Kesehatan 2016, gambar (a) dan (b) Konsinyering penyusunan buku outlook teknologi kesehatan 2016 oleh tim penyusun; (c) dan (d) Lounching dan pemberian buku outlook teknologi kesehatan 2016 untuk stakeholder
III - 46
Gambar 3.22. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah
III - 47
Gambar 3.23. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Outlook Teknologi Kesehatan 2016
III - 48
Gambar 3.24. Layanan teknologi untuk KUB Mekar Abadi di Kawasan Teknopark
Grobogan
III - 55
Gambar 3.25. Pendampingan Teknologi KUB Sumber Makmur III - 58
Gambar 3.26. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung
III - 59
Gambar 3.27. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung
III - 61
Gambar 3.28. Workshop Sosialisasi Teknologi Mie Jagung III - 62
Gambar 3.29. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan
III - 65
Gambar 3.30. Acara Temu Bisnis di Gedung Pusat Informasi Bisnis Teknologi dan Technopark
III - 67
Gambar 3.31. Survey Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Gunung Sari, Telawang
Sari, Gunung Sugih Lampung Tengah
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 xiii
Gambar 3.32. Survey IKM Bolu Yukum, Bandar Jaya Lampung Tengah III – 68
Gambar 3.33. Survey Kelompok Wanita Tani (KWT) Lancar Abadi, Buyut Ilir Lampung Tengah
III – 69
Gambar 3.34. Survey IKM Kue Lempit, Nambah Dadi Bandar Jaya Lampung
Tengah
III - 69
Gambar 3.35. Pendaftaran Peserta Pelatihan Ternak Sapi III – 70
Gambar 3.36. Pelaksanaan Pelatihan Ternak Sapi III - 71
Gambar 3.37. Paparan Pelatihan Produk Inovasi III - 73
Gambar 3.38. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan konsultasi kepada 4 UKM
III - 78
Gambar 3.39. Layanan Difusi Teknologi Pati Pragel III - 79
Gambar 3.40. Biji Sorgum Coklat 4 mili III – 80
Gambar 3.41. Biji Sorgum Coklat Setelah Disosoh III – 80
Gambar 3.42. Biji Sorgum Putih 3 mili III – 81
Gambar 3.43. Proses Penyosohan Sorgum III – 81
Gambar 3.44. Sorgum Putih Setelah Disosoh III – 82
Gambar 3.45. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan difusi olahan produk pati
III – 85
Gambar 3.46. Kegiatan Budidaya Tanaman Ubi kayu III – 86
Gambar 3.47. Kegiatan Pengolahan Lahan Budidaya Tanaman Tebu III – 87
Gambar 3.48. Kegiatan Pemeliharaan Tanaman Tebu III – 87
Gambar 3.49. Kegiatan Panen Tanaman Tebu III – 88
Gambar 3.50. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu
III – 90
Gambar 3.51. SK dan Peraturan Bupati Bantaeng tentang Technopark III – 99
BR-4) di Technopark Bantaeng
Gambar 3.53. Pelatihan produsen benih jagung hibrida di Technopark Bantaeng III – 107 Gambar 3.54. Panen varietas unggul baru (VUB) padi di Technopark Bantaeng
bersama anggota DPR RI Komisi VII Dapil Sulawesi Selatan, Bapak Muchtar Tompo
III – 108
Gambar 3.55. Pelatihan produsen benih padi untuk mendukung pengembangan
kawasan Technopark
III – 110
Gambar 3.56. Pelatihan perbanyakan Trichoderma spp untuk produksi benih III – 111
Gambar 3.57. Pengukuhan koperasi benih Errematika oleh Sekda Bantaeng III – 112
Gambar 3.58. Sosialisasi e-commerce oleh Direktur PTPP-BPPT III – 112
Gambar 3.59. Pelatihan diseminasi teknologi pengolahan pasca panen III – 114
Gambar 3.60. Pengolahan produk inovatif pati ganyong/Ta’sabbe dan Produk
(Stick Bandeng) dalam kemasan
III – 115
Gambar 3.61. Mahasiswa Diploma Vokasi (D1) Pertanian IPB di Bantaeng sedang mengikuti kuliah umum awal tahun
III – 116
Gambar 3.62. Sarana dan prasarana pembibitan dan pendukungnya. a.
Screenhouse, b. Ruangan-ruangan dalam screenhouse, c. Inkubator, d. Instalasi irigasi mikro (fogging system), e. Rumah pompa dan kontainer fertigasi, f. Fasilitas MCK
III – 122
Gambar 3.63. Bibit lada hasil ex vitro. a, b. Bibit siap salur, c. Kegiatan sortasi bibits, d. Pelabelan bibit
III – 123
Gambar 3.64. Pendapat Responden tentang Pelayanan Publik menurut Surat
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/25/M.PAN/2/2004
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan I – 11
Tabel 1.2. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang
Usia)
I – 12
Tabel 1.3. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jenis Kelamin I – 14
Tabel 1.4. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional I – 15
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran Program dan Indikator Kinerja II – 6
Tabel 2.2. Rencana Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang TAB II – 13
Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja (PK) Deputi Bidang TAB Tahun 2016 II – 15
Tabel 3.1. Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Tingkat Eselon I III – 2
Tabel 3.2. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1 III – 4
Tabel 3.3. Kriteria indikator kinerja Paten Komersial Proses produksi Xilanase III – 5
Tabel 3.4. Hasil pengamatan jumlah sel selama produksi xilanase III – 8
Tabel 3.5. Penggunaan medium Starte pada produksi xilanase III – 12
Tabel 3.6. Perhitungan Biaya Bahan Baku BioPeat-Pine 14 Ton III – 28
Tabel 3.7. Perhitungan Biaya Produksi BioPeat-Pine 4200 ton/tahun III – 29
Tabel 3.8. Perhitungan investasi peralatan III – 30
Tabel 3.9. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1
III – 35
Tabel 3.10. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1 III – 36
Tabel 3.11. Kriteria indikator kinerja untuk Indikator Outlook Teknologi III – 49
Tabel 3.12. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator Kinerja 2 sasaran program 1
Tabel 3.13. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 Sasaran Program 2 III – 52 Tabel 3.14. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhirLayanan konsultasi kepada UKM
pengolah produk olahan jagung
III – 58
Tabel 3.15. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan
III – 63
Tabel 3.16. Hasil perhitungan dan analisis LQ statis tahun 2013 s/d 2015 III – 102
Tabel 3.17. Perbandingan capaian kinerja PTPP tahun ini dengan beberapa
tahun terakhir
III – 116
Tabel 3.18. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator Kinerja 1 sasaran Program 2
III – 126
Tabel 3.19. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 Sasaran Program 2 III – 128
Tabel 3.20. Konversi nilai persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
III – 133
Tabel 3.21. Hasil analisa Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun Anggaran 2016 III – 134
Tabel 3.20. Realisasi Anggaran Kedeputian Bidang Teknologi Agroindustri dan
Bioteknologi (TAB) – BPPT (Rupiah)
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Penjelasan Umum Organisasi
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 –
2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan
datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju
ekonomi berbasis Iptek. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan
Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan
kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman;
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi
kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di
kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan
Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi
bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek,
baik Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, maupun pembiayaan
Iptek.
Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi
urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting dalam mendukung
pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan
kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran yang
penting dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa, khususnya dalam
upaya meningkatkan kinerja dari 3 (tiga) pilar yang berkaitan langsung dengan
daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2) Kecanggihan Bisnis, dan
Deputi Bidang Teknologi Industri dan Bioteknologi (Deputi Bidang TAB)
merupakan salah satu unit kerja eselon I di BPPT yang berperan sebagai lembaga
pengkaji, solusi, intermediasi, dan audit teknologi serta technology clearing
house (TCH), dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu
meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia dalam
bidang pangan dan kesehatan. Kelima peran tersebut merupakan kinerja untuk
menghasilkan outcome dari pelaksanaan program / kegiatan sesuai Peran dan
Tugas BPPT seperti pada pada Gambar 1.1 berikut ini
Gambar 1.1. Peran dan Tugas BPPT
Mengacu pada peran BPPT sebagai lembaga intermediasi, technology clearing
house, pengkajian teknologi, audit teknologi dan solusi teknologi dalam rangka
meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia, Deputi Bidang TAB
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -3 Bioteknologi Tahun 2015 – 2019. Bisnis inti Deputi BidangTAB dapat dilihat pada
gambar 1.2
Gambar 1.2. Bisnis Inti Deputi Bidang TAB
Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas Deputi Bidang TAB, sebagai salah satu unit
kerja di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dalam
merencanakan dan mengimplementasikan pelaksanaan program kegiatannya
senantiasa mengacu kepada kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sesuai
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Deputi Bidang TAB
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015, Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi , tanggal 14
September 2015, pada Bab VII bagian Kesatu, pasal 118, 119 dan 120, Deputi
Bidang TAB mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi sebagai berikut :
Kedudukan
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah unsur
pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT dibidang Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala BPPT.
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi dipimpin oleh
Deputi
Tugas
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan
Bioteknologi menyelenggarakan fungsi :
perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dibidang pengkajian dan
penerapan teknologi agroindustri dan bioteknologi.
pelaksanaan kegiatan teknologi produksi pertanian, teknologi
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -5 pengendalian terhadap kebijakan teknis dibidang pengkajian dan
penerapan teknologi agroindustri dan bioteknologi.
pembinaan dan pemberian bimbingan dibidang pengkajian dan
penerapan teknologi agroindustri dan bioteknologi, dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.
1.3. Struktur Organisasi Deputi Bidang TAB
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015, Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi , tanggal 14
September 2015, pada Bab VII bagian Kedua, pasal 121, Deputi Bidang TAB
membawahi struktur Organisasi unit kerja eselon II sebagai berikut :
1. Pusat Teknologi Produksi Pertanian
2. Pusat Teknologi Agroindustri
3. Pusat Teknologi Bioindustri
4. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika
Disamping 4 Pusat di atas Deputi Bidang TAB juga membawahi 2 Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan BPPT. Kedua Unit tersebut adalah :
1. Balai Besar Teknologi Pati; berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi.
2. Balai Pengkajian Bioteknologi; berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Deputi Bidang
Secara keseluruhan organisasi Deputi Bidang TAB terdiri atas 6 unit kerja yaitu 4
Pusat, 1 Balai Besar dan 1 Balai.
Adapun struktur organisasi BPPT dan struktur organisasi Deputi Bidang TAB
berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015, Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi , tanggal 14
September 2015, dilihat pada gambar 1.3 dan gambar 1.4
Struktur organisasi Balai Besar Teknologi Pati; berdasarkan Peraturan Kepala BPPT
Nomor 011 Tahun 2015, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Tanggal 19 Oktober 2015 dilihat pada gambar 1.5
Struktur organisasi Balai Bioteknologi; berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor
019 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Bioteknologi dilihat pada
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -7
Struktur Organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015
Struktur Organisasi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -9
Struktur Organisasi Balai Besar Teknologi Pati
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 011 Tahun 2015
Struktur Organisasi Balai Bioteknologi
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 019 Tahun 2015
Gambar 1.6. Struktur Organisasi Balai Bioteknologi Seksi Program dan
Penerapan Bioteknologi
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Jasa Teknologi
Kelompok Jabatan Fungsional
Balai Bioteknologi
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -11 1.4. Sumber Daya Manusia
Deputi Bidang TAB per Desember tahun 2016 mempunyai Aparatur Sipil Negara
(ASN) / sumber daya manusia (SDM) sebanyak 466 orang yang terdistribusi pada 6
unit kerja.
Distribusi SDM Deputi Bidang TAB berdasarkan kelompok pendidikan ditampilkan
pada Tabel 1.1, Gambar 1.7 dan gambar 1.8 di bawah ini.
Tabel 1.1. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan
PENDIDIKAN PTB PTFM PTA PTPP B2TP BALAI
BIOTEK TAB %
< S1 3 7 10 9 77 33 139 29.83 S1 15 20 28 27 29 38 157 33.69
S2 8 11 31 22 11 23 106 22.75 S3 14 17 10 6 5 12 64 13.73
JUMLAH 40 55 79 64 122 106 466 100.00
Gambar 1.8. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Distribusi SDM Deputi Bidang TAB tahun 2016 berdasarkan kelompok umur
(rentang usia) ditampilkan pada Tabel 1.2, Gambar 1.9 dan Gambar 1.10 di bawah
ini.
Tabel 1.2. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang Usia)
RENTANG
USIA PTB PTFM PTA PTPP B2TP
BALAI
BIOTEK TAB %
< 30 4 4 3 9 3 2 25 5.36 30-40 10 24 28 20 14 22 118 25.32 40-50 16 19 22 10 29 70 166 35.62 >50 10 8 26 25 76 12 157 33.69
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -13 Gambar 1.9. PetadistribusiSDM Deputi Bidang TAB pada 6 unit kerja
Berdasarkan Kelompok Umur (rentang Usia)
Gambar 1.10. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Kelompok Umur (Rentang Usia)
Distribusi SDM Deputi Bidang TAB tahun 2016 berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.3. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin PTB PTFM PTA PTPP B2TP
BALAI
BIOTEK TAB %
Laki-Laki 21 29 48 40 106 69 313 67.17 Perempuan 19 26 31 24 16 37 153 32.83
JUMLAH 40 55 79 64 122 106 466 100.00
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -15 Distribusi SDM Deputi Bidang TAB tahun 2016 berdasarkan kelompok Jabatan
Fungsional ditampilkan pada Tabel 1.4, Gambar 1.13 dan Gambar 1.14 di bawah ini.
Tabel 1.4. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional
Jabatan
Fungsional PTB PTFM PTA PTPP B2TP
BALAI
BIOTEK TAB %
Perekayasa 22 36 58 48 23 50 237 50.86 Peneliti 9 5 5 6 2 3 30 6.44
Litkayasa 1 5 5 - 24 29 64 13.73 Arsiparis 1 - - - - 4 5 1.07
Pranata
Humas - - - - 2 - 2 0.43
Jabatan Fungsional Umum (JFU)
7 9 11 10 71 20 128 27.47
JUMLAH 40 55 79 64 122 106 466 100.00
Gambar 1.14. SDM Deputi Bidang TAB Berdasarkan Jabatan Fungsional
1.5. Aspek Strategis dan Permasaalahan Utama
Arah kebijakan Deputi TAB, BPPT sangat terkait dengan arah kebijakan dan
strategi nasional yang terdiri dari :
1. Peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka
pembangunan diarahkan pada Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan
Perekekayasaan dan Teknologi dan Penguatan Kerjasama Swasta Pemerintah–
Perguruan Tingi.
2. Peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan
sumberdaya alam maka pembangunan terutama diarahkan pada Sumberdaya
hayati
3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -17 Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis Deputi
TAB maka arah kebijakan Deputi TAB pada tahun 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Mendukung peningkatan daya saing industri melalui :
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam
bidang teknologi pangan, pertanian, obat dan kesehatan.
2. Mendukung kemandirian bangsa melalui :
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam
bidang teknologi pangan, pertanian, obat dan kesehatan.
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui
upaya-upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam program Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (PPT) dalam lingkup Deputi TAB yang dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan pada unit-unit kerja sebagai berikut :
1. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Pertanian
2. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agroindustri
3. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri
4. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika
5. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pati
6. Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi
1.5.1. Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industri
Strategi program untuk mendukung peningkatan daya saing industry dilaksanakan
melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan dengan output-output sebagai berikut :
1. Berlangsungnya difusi-difusi teknologi untuk memacu pertumbuhan industri
serta berdirinya perusahaan-perusahaan baru berbasis teknologi pada
1.5.2. Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa
Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa dilaksanakan melalui pelaksanaan
kegiatan-kegiatan dengan output-output sebagai berikut :
1. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi Bahan Baku Obat (BBO)
pada perusahaan farmasi dalam negeri
2. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi pangan berbahan baku
lokal untuk mendukung diversifikasi pangan di kabupaten percontohan
3. Alih teknologi produksi pengolahan pangan berbahan baku lokal berbasis
jagung, ubi kayu, sagu dan sorgum yang mendukung diversifikasi pangan.
4. Alih teknologi produksi bahan baku obat (dekstrosa dan Cephaloporin C.) yang
mendukung kemandirian industri bahan baku obat.
5. Alih teknologi produksi perikanan budidaya ikan Salina dan ikan Maharsih
dalam rangka mendukung kemandirian produksi pangan sumer protein
hewani.
6. Alih teknologi produksi pangan fungsional pangan fungsional gizi tinggi
berbasis polipeptida bioaktif dalam rangka mendukung pemenuhan
kebutuhan pangan bergizi, mencegah masalah kekurangan gizi.
7. Alih teknologi produksi produk bioindustri enzim xylanase dalam rangka
kemandirian industri enzim nasional.
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 I -19 1.6. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang TAB Tahun 2016 berisi
4 Bab yaitu:
Bab I. Pendahuluan
Berisi penjelasan umum; kedudukan, tugas dan fungsi; Struktur
organisasi; Sumberdaya manusia; serta aspek strategis dan permasalahan
utama (Strategic Issue).
Bab II. Perencanaan Kinerja
Berisi Keterkaitan RPJMN; Rencana strategis dan Perencanaan Kinerja;
Rencana strategis Deputi Bidang TAB tahun 2015-2019, Keterkaitan
Program dengan RPJMN 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan
Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2016
Bab III. Akuntabilitas Kinerja
Berisi Pengukuran Kinerja; Pengukuran Capaian sasaran strategis dan
Indikator Kinerja Utama; dan Realisasi Anggaran
Bab IV. Penutup
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis
Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga (Renstra K/L) atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/ Lembaga adalah merupakan dokumen perencanaan Kementeriaan/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun. Penyusunan Renstra tahun 2015-2019 harus berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019, dari presiden dan wakil presiden terpilih.
Pasal 6 ayat 1, Undang undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).menjelaskan bahwa “Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan
berpedoman pada RPJMN dan bersifat indikatif.”
Berkaitan dengan tentang tata cara penyusunan rencana strategis K/L yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (RENSTRA K/L) 2015-2019, maka renstra harus mengakomodasi hal-hal sebagai berikut:
• Sasaran program prioritas Presiden terjabarkan ke sasaran tujuan K/L
• Kebijakan K/L konsisten dengan RPJMN
• Program dan Kegiatan K/L konsisten dengan RPJMN
• Sasaran hasil (outcome) à sinergis dengan program prioritas Presiden
• Sasaran keluaran (output) à sasaran hasil (outcome)
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -2
BPPT dalam menyusun program dan kegiatannya memperhatikan perkembangan lingkungan strategis sekitar dan mengacu pada Perpres No. 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan Agenda (Nawacita) Presiden / Wakil Presiden serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 khususnya Rencana Pembangunan di Bidang Iptek.
RPJPN 2005-2025 bidang Iptek mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada : Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek untuk mendukung 7 (tujuh) bidang prioritas yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan teknologi material maju.
Sesuai dengan RPJMN 2015-2019 dan Renstra BPPT 2015-2019 maka penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Biteknologi (TAB) merupakan turunan (cascading) terhadap Renstra diatasnya. Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, dua diantaranya berhubungan dengan bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi yaitu
untuk mendukung ketahanan pangan (prioritas 1);
pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan (prioritas 6)
Renstra Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Biteknologi (TAB) 2015 – 2019, dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kedeputian TAB. Renstra ini juga mencakup strategi pelaksanaan yang meliputi sumberdaya manusia, perencanaan anggaran maupun sarana dan prasarana. Renstra ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan mekanisme pelaksanaan tata kelola kedeputian yang baik.
2.1.1. Visi dan Misi
Mengacu kepada Visi BPPT, maka Visi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah
“Pusat Unggulan Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi yang Mengutamakan
Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk meningkatkan Daya Saing dan
Kemandirian Bangsa”
Untuk mencapai Visi tersebut di atas, maka misi Deputi Bidang teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -4
Gambar 2.1. Peta Strategi BPPT 2015 - 2019
2.1.2. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Deputi Bidang TAB ke dalam program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan Deputi Bidang TAB tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan
daya saing dan kemandirian bangsa (T1)
Pencapaian tujuan ini diukur dengan beberapa Indikator yang disebut sebagai
Ukuran Kinerja tingkat Kedeputian TAB terhadap kontribusi pembangunan teknologi nasional dengan melakukan fungsi kerekayasaan dalam bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi dengan fokus menghasilkan inovasi - inovasi yang mendukung industri /usaha berbasis teknologi.
2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan
Ukuran Kinerja tingkat Kedeputian TAB terhadap kontribusi pembangunan teknologi nasional dengan melakukan fungsi menyusun rekomendasi-rekomendasi teknologi yang disampaikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan
3. Jumlah Layanan Teknologi
Ukuran Kinerja tingkat Kedeputian TAB terhadap kontribusi pembangunan teknologi nasional dengan melakukan fungsi layanan teknologi kepada para pengguna teknologi.
4. Indeks Kepuasan Masyarakat
Ukuran Kinerja Kedeputian TAB atas pelayanan teknologi terhadap pengguna teknologi , yang mana ukuran pencapaiannya dipengaruhi oleh kualitas pemberian layanan kepada pengguna teknologi.
2.1.3. Sasaran Program
Sasaran Program Deputi Bidang TAB Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan Program dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Program Deputi Bidang TAB 2015-2019 adalah sebagai berikut:
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -6
Sasaran Program 1: Terwujudnya inovasi di bidang Agroindustri dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Program 1 adalah: i. Jumlah Inovasi yang dihasilkan,
ii. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan.
Sasaran Program 2: Terwujudnya layanan teknologi di bidang Agroindustri dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Program 2 adalah: i. Jumlah Layanan Teknologi,
ii. Indeks Kepuasan Masyarakat.
Secara lebih rinci sasaran dan indikator kinerja tersebut dapat dilihat pada tabel Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja.
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran Program dan Indikator Kinerja
2.2. Keterkaitan Program Deputi Bidang TAB dengan RPJMN 2015 - 2019
Pasal 31 Ayat 5 UUD 1945 hasil Amandemen ke-4 menyebutkan bahwa
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia”. Sektor ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai peran penting bagi upaya pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat jika output yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan industri, memenuhi kebutuhan masyarakat atau menjadi solusi bagi permasalahan nasional.
Dalam Buku II Bab IV Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dijelaskan bahwa Pembangunan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) diarahkan Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan Perekayasaan dan Teknologi; Layanan Infra Struktur Mutu; Layanan pengawasan Tenaga Nuklir; Penguatan Kerjasama Akademisi – Swasta-Pemerintah
Penyelenggaraan Litbang (Riset) difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkan pada RPJPN 2005-2025 yaitu : 1) pangan dan pertanian; 2) energi, energi baru dan terbarukan; 3) kesehatan dan obat; 4) transportasi; 5) telekomunikasi, informasi dan komunikasi (TIK); 6) Transportasi pertahanan dan keamanan; dan 7) material maju. Yang selanjutnya disebut PUNAS RISTEK
Dalam RPJMN 2015-2019 strategi untuk melaksanakan PUNAS Ristek adalah : 1. Semua Kegiatan Riset harus menunjukkan kemajuan capaian secara
berturut-turut dari eksplorasi hingga difusi;
2. Prioritas kegiatan Riset adalah kegiatan yang dapat mencapai tahap difusi; 3. Penyediaan kebutuhan disetiap tahapan Riset secara memadai
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -8
PUNAS Riset Pangan dan Pertanian
BPPT melalui kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi agroindustri diharapkan : 1) teknologi industri pengolahan pangan (sagu) dan diversifikasi produknya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dimanfaatkan oleh masyarakat; 2) strain udang galah unggul Neofemale, teknologi pakan dan teknologi vaksin dimanfaatkan oleh masyarakat; 3) teknologi produksi pangan fungsional berbahan baku lokal oleh industri dimanfaatkan oleh masyarakat; dan 4) dimanfaatkannya teknologi pertanian dan pengolah produk pertanian unggulan seperti : produk turunan minyak sawit (oleokimia), teknologi budidaya coklat, teknologi produk enzim lipase, Xylanase B dan Selulase serta bibit unggul karet
PUNAS Riset Teknologi Kesehatan dan Obat
BPPT melalui kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi obat diharapkan : 1) menghasilkan 6 teknologi produksi ekstrak terstandar dan 2 formula herbal; 2) menghasilkan 1 produk diagnostik kit dan 1 seed vaksin demam berdarah; dan 3) menghasilkan 3 rekomendasi teknologi produksi bahan baku obat
Deputi Bidang TAB selaku unit kerja Eselon 1 dibawah BPPT telah membuat visi dan misi yang berorientasi kepada pembangunan teknologi lima tahun, serta membuat suatu perencanaan jangka menengah berupa Rencana Strategis 2015-2019 yang sesuai dengan tupoksi dan mengacu pada RPJMN 2015-2015-2019.
Gambar 2.2. Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK)
Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJMN 2015-2019 dan semangat dari tugas pokok yang diemban, Deputi Bidang TAB telah menghasilkan indikator kinerja utama yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam RPJMN. Program dan Kegiatan di lingkungan Deputi Bidang TAB berorientasi pada 2 (dua) Bidang Teknologi, yaitu :
1. Bidang Teknologi Pangan.
2. Bidang Teknologi Kesehatan dan Obat.
Langkah-langkah untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut diatas dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang mampu mewujudkan visi dan misi Deputi Bidang TAB sesuai langkah – langkah yang dilakukan oleh BPPT, yaitu:
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -10
1) Deputi Bidang TAB mengarahkan program dan kegiatan mengacu kepada Peran dan Tugas BPPT untuk memenuhi kriteria :
a. Adanya permintaan dan kebutuhan industri, masyarakat, instansi pemerintah, dan dunia usaha.
b. Berskala nasional dan dapat memecahkan isu nasional serta selaras
dengan 13 bidang teknologi.
c. Mampu berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, pengkajian teknologi, audit teknologi dan solusi teknologi;
d. Adanya pelayanan teknologi Deputi Bidang TAB dalam bentuk
rekomendasi, alih teknologi, survei, advokasi, pengujian, konsultasi, jasa operasi, pilot project, pilot plant, prototype, referensi teknis, kajian teknologi dan PPBT
e. Adanya value propositon kepada customer dan stakeholder berupa State of the Art Technology, Daya Saing Industri, dan Kemandirian Bangsa. 2) Deputi Bidang TAB menyusun program dan kegiatan secara partisipatif
dengan format lintas unit kerja (internal dan eksternal BPPT) dan lintas bidang teknologi dengan menerapkan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK).
3) Peningkatan kualitas sumberdaya (SDM, paket teknologi, kelembagaan, anggaran, sarana-prasarana) dan budaya kerja (yang bermoral, profesional, integritas, produktif dan bertanggungjawab).
4) Segala aktivitas pengkajian dan penerapan dalam tahapan dalam tahapan
Research, Development, Engineering, and Operation (R, D, E, O).
5) Program Deputi Bidang TAB dilaksanakan dalam kerangka Sistem Inovasi Nasional (SIN) seperti pada Gambar 2.3 di halaman berikut.
waktu 5 tahun. Selain itu untuk memandu operasionalisasi kegiatan disusun
Program Manual (PM) yang memuat tentang tujuan, ruang linfkup, indikator kinerja dan sumberdaya yang dibutuhkan.
Beberapa strategi pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Terus menerus meningkatkan kompetensi dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang unggul (state-of-the-art) pada 6+3 bidang teknologi.
2) Menerapkan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan didalam perencanaan dan pelaksanaan program BPPT.
3) Memposisikan BPPT sebagai penggerak utama dalam penguatan sistem inovasi nasional (SIN) (Gambar 2.3).
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -12
2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015
Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Rencana Kinerja Deputi Bidang TAB Tahun 2016 disajikan pada tabel 2.2 halaman berikut :
Tabel 2.2. Rencana Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang TAB
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
1 2 3 4
1 Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan :
Paten Proses Produksi Enzim Xilanase
Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati (biopeat)
1 1 Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang
dimanfaatkan :
Buku outlook teknologi pangan
Buku outlook teknologi kesehatan
1
Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB :
Layanan konsultasi kepadaUKM pengolah produk olahan jagung
Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan
Layanan konsultasi kepada 4 UKM
Layanan difusi olahan produk pati
Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu
Layanan kepada Usaha berbadan hukum dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng
Layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 II -14 2.4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Perjanjian Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi.
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 1
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI TAB
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program
Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program ditetapkan
dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini berupa penilaian
pencapaian setiap target kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan
kegagalan Deputi TAB dalam pencapaian tujuan.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja khususnya
membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan
menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No.
09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah).
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program dan Indikator Kinerja
Tabel 3.1. REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TINGKAT ESELON I
Lembaga : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Eselon I : Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
(Deputi TAB)
Tahun Anggaran : 2016
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
1 2 3 4
1 Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa
Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan :
Paten Proses Produksi Enzim Xilanase
Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati (biopeat)
1
1 Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang
dimanfaatkan :
Buku outlook teknologi pangan
Buku outlook teknologi kesehatan
1
Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB :
Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung
Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan
Layanan konsultasi kepada 4 UKM
Layanan difusi olahan produk pati
Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu
Layanan kepada Usaha berbadan hukum dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng
Layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 3 3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1
Pengukuran Capaian Sasaran Program 1 (SP 1) yaitu Terwujudnya inovasi di bidang
Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa, dengan 2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:
1. Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan dengan target 2 Inovasi, yang
meliputi :
a) Paten Proses Produksi Enzim Xilanase
b) Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati (biopeat)
2. Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan dengan target 2, yang
meliputi :
a) Buku outlook teknologi pangan
b) Buku outlook teknologi kesehatan
3.1.1.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1
Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 dari sasaran Program 1 yaitu Jumlah Inovasi
di bidang TAB yang dihasilkan, dengan target 2 Inovasi, yang meliputi : (a) Paten
Proses Produksi Enzim Xilanase; (b) Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati
Tabel 3.2. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1
Sasaran Program 1
Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Indikator Kinerja 1
Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan Target :
1 Paten Proses Produksi Enzim Xilanase 1 Alih Teknologi BioPeat
Penjelasan Target Indikator Kinerja
a. Paten Proses Produksi Enzim Xilanase yang bersifat tahan panas dan tahan basa menggunakan tongkol jagung dan tepung ikan untuk aplikasi di industri pulp dan kertas.
b. Alih Teknologi ke 1 perusahaan yang memanfaatkan teknologi biopeat, dan pengguna teknologi adalah PT. Riau Sakti United Plantation
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung
Inovasi dan Layanan
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 5 Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :
a. Jumlah Patent Proses Produksi Enzim Xilanase
a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai
dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)
Uraian Kegiatan
Indikator kinerja ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah Patent proses
produksi enzim. Dari hasil pengkajian dan penerapan teknologi Bioindustri
tahun 2016, dapat dihasilkan 1 buah Paten Proses produksi terdaftar untuk
enzim Xilanase. Paten ini belum dikomersialkan dan rencana
pengkomersialkan akan dimanfaatkan untuk aplikasi di Industri Pulp dan
kertas..
Program DIPA yang digunakan untuk mencapai target kinerja adalah
“Program Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Daya Saing Produk
Bioindustri” dengan output : “Paten Proses Produksi Enzim Xilanase”
Indikator Kinerja : Teknologi Produksi Enzim yang Dimanfaatkan oleh Industri (Xilanase)
Tabel 3.3. Kriteria indikator kinerja Paten Proses Produksi Enzim Xilanase
Kriteria Penjelasan
Spesifik Paten proses produksi Xilanase yang khusus untuk aplikasi di industri pulp dan kertas
Dapat diukur Basic design ini untuk memproduksi Xilanase kapasitas 3 ton/hari
Dapat dicapai Paten ini telah disusun berdasarkan data-data yang diambil dari uji produksi xilanase di pilot plant
Relevan Xilanase yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk pabrik kertas dengan bekerja sama dengan mitra (PT. Sadya Balawan) Kurun waktu Teknologi produksi xilanase ini diharapkan dapat dilakukan alih
Capaian kinerja BPPT untuk Indikator Kinerja : Jumlah perekayasaan teknologi produksi enzim yang dimanfaatkan oleh industri dengan target 1 paten proses
produksi Xilanase.
RINCIAN KEGIATAN SEBAGAI BERIKUT :
Xilanase adalah enzim yang bekerja mendegradasi polisakarida
beta-1,4-xylan menjadi Xilosa. Xilanase banyak diproduksi oleh mikroba, baik fungi
(jamur), bakteria, yeast (khamir), alga, maupun protozoa. Namun mamalia
tidak dapat memproduksi xilanase. Saat ini sumber utama xylanase komersial
adalah filamentous fungi (kapang). Secara komersial, Xilanase dapat diaplikasikan untuk proses bleachingsebagai pengganti klorin dalam industri pulp dan kertas. Selain dimanfaatkan dalam industri pulp dan kertas, Xilanase
juga digunakan sebagai additif pakan unggas, dan juga untuk meningkatkan
kualitas adonan dalam industri roti/bakeri.Akan tetapi khusus untuk aplikasi
pada industri kertas, xilanase dari jamur tidak sesuai karakternya dengan
kebutuhan aplikasi di industri, yaitu harus tahan panas dan tahan basa. Oleh
karena itu, pencarian xilanase baru dari sumber daya hayati lokal dan
produksi xilanase yang bersifat tahan panas dan tahan basa harus senantiasa
dilakukan. Ada berbagai galur bakteri yang ada di alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil Xilanase tanpa melalui proses rekayasa
genetika. Salah satunya adalah bakteri Bacillus halodurans galur CM1 yang ada di koleksi bakteri Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT.
Tim rekayasa genetika Pusat Teknologi Bioindustri-BPPT telah berhasil
mengisolasi, mengidentifikasi, dan mengkarakterisasi strain Bacillus
halodurans CM1 penghasil xilanase alkalotermofilik yang berasal dari sumber
air panas Cimanggu, Jawa Barat (Maria Ulfah et al 2011). Produksi xilanase
dari B. halodurans CM1 CM1 ini menghasil xilanase yang bersifat
alkalotermofilik dengan aktivitas sekitar 90 U/ml pada pH 9 dan suhu 70 ºC
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 7 diisolasi dan proses rekayasa genetika lanjutan sedang dilakukan (Noer 2011
and data not published yet). Enzim xilanase alkalotermofilik ini dalam skala
laboratorium telah terbukti dapat dimanfaatkan dalam proses deinking kertas
di PT Fajar Paper. Karena itu enzim xilanase alkalotermofilik ini sangat potensial
untuk dilakukan scaling up untuk diproduksi secara skala industri.
Pada penelitian sebelumnya juga telah berhasil memproduksi enzim xilanase
(rekombinan) dalam level yang sangat tinggi di E. coli (Helianti et al. 2010), juga
telah memproduksi xilanase ekstraseluler dalam level tinggi di Bacillus subtilis
(Helianti et al. 2012) yang disertai xilooligosakarida sebagai hasil produksi
secara simultan dengan media tongkol jagung (Helianti et al. 2012).
1) Tujuan
a) Melakukan proses produksi xilanase yang bersifat tahan panas dan
tahan basa menggunakan tongkol jagung dan tepung ikan untuk
aplikasi di industri pulp dan kertas.
b) Penyusunan draf paten produksi xianase.
2) Kegiatan
a) Penggunaan RSM untuk optimasi
b) Evaluasi penggunaan antifoam
c) Pengujian stabilitas enzim dalam waktu lama
d) Evaluasi penggunaan media yang berbeda pada strater
e) Penggunaan media Mamo dan Horikoshi yang telah dimodifikasi
f) Evaluasi penggunaan tepung ikan pengganti protein pada starter
3) Hasil Kegiatan dan Pembahasan
Matriks percobaan factorial yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode statistic program “Design Expert 7.0” adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Hasil pengamatan jumlah sel selama produksi xilanase
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah sel selama produksi
xilanase, pertumbuhan sel memasuki fase stasioner setelah jam ke
12. Hampir semua perlakuan jumlah sel setelah memasuki fase
tersebut mencapai lebih dari 108. Perlakuan yang memberikan
hasiIl enzim tertinggi juga memiliki jumlah sel tertinggi (250rpm
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 9 Gambar 3.1. Pengamatan jumlah sel selama produksi xilanase
dalam fermentor 10 liter.
Gambar 3.2. Pengamatan kadar protein larutan enzim selama
produksi xilanase oleh Bacillus halodurans CM1 dalam fermentor
b) Uji jenis anti foam
Telah dilakukan ujicoba terhadap 3 jenis antifoam yang digunakan
di LAPTIAB yaitu:
antifoam petrosida baru 0,08 %
antifoam petrosida lama 0,06 %
minyak 0,08 %
Sample diambil setiap 6 jam, yaitu pada jam ke-6, 12, 18 dan 24
setelah inokulasi. Dari sampel tersebut, diukur aktivitas volumetrik
enzim. Hasil ujicoba adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3. Pengaruh jenis antifoam terhadap aktivitas xilanase
c) Uji Stabilitas Enzim Dengan Berbagai Metode Penyimpanan
Pengujian stabilitas dilakukan selama 10 minggu,dengan
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 11 Metode penyimpanan yang diujikan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.4. Pengaruh cara penyimpanan terhadap aktivitas xilanase
d) Penggunaan media yang berbeda pada starter
Aktivitas xilanase selama produksi menggunakan starter horikoshi
Tabel 3.5. Penggunaan medium Starte pada produksi xilanase
Dari tabel 3.5 di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
medium starter yang berbeda, baik horikoshii maupun mamo
dengan sumber protein tepung ikan memberi aktivitas akhir yang
tidak jauh berbeda. Penggunaan media horikoshi maupun mamo
dapat digunakan sebagai starter pada proses produksi.
e) Penggunaan tepung ikan dan ragi sebagai pengganti protein pada
starter.
Penggantian sumber protein dari bahan standar (yeast dan pepton)
dengan tepung ikan pada starter tidak mempengaruhi aktivitas
xilanase secara umum. Karena itu tepung ikan dapat digunakan
dalam starter maupun dalam media produksi.
Penggantian protein standar dengan tepung ikan ataupun ragi
menyebabkan starter berwarna keruh dan tidak dapat diukur
densitasnya secara valid. Karena itu cara lain dengan mengukur
kurva pertumbuhan (waktu dan CFU/ml) dilakukan untuk
mengetahui masa log phase. Jumlah sel terbanyak dicapai ketika
menggunakan medium Horikoshi tersubsitusi ragi roti pada jam
LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 13 kondisi terbaik untuk memindahkan starter ke media produksi
adalah antara jam 1-3.
f) Penyusunan draft paten proses produksi xilanase yang bersifat
tahan panas dan tahan basa menggunakan tongkol jagung dan
tepung ikan untuk aplikasi di industri pulp dan kertas.
4) Kendala Yang Dihadapi
Banyaknya alat substansial yang rusak selama proses produksi
membuat target banyak yang terlambat dicapai. Rusaknya sentrifus
menyebabkan enzim hasil produksi 100 L yang aktivitasnya sangat baik
sekalipun tidak dapat dipanen dengan segera. Sehingga harus disimpan.
Sementara tempat penyimpanan seperti cold room juga rusak.
Sehingga enzim-enzim yang sudah dihasilkan mengalami kerusakan dan
berbau.
5) Kesimpulan
a) Produksi Xilanase tertinggi oleh Bacillus halodurans CM1 dalam
fermentor 10 liter dengan volume kerja 8 liter adalah batch dengan
agitasi 250ppm dan aerasi 0.675vvm (skala 5) dengan lama
fermentasi 30 jam (783.47U/ml).
b) Berdasarkan anova, model yang diuji signifikan, sehingga batas
atas agitasi dan aerasi untuk optimasi selanjutnya masing-masing
adalah 250rpm dan 1.75vvm, sedangkan batas bawah nya
masing-masing 100rpm dan 0.675vvm
c) Antifoam yang baru dari petrosida memberikan aktivitas terbaik
pada jam ke24. Namun tidak ada beda yang signifikan antara
aktifitas yang dihasilkan oleh antifoam yang berbeda pada jam-jam