E D I T O R Tak banyak orang yang tahu atau ingat akan lokakarya
internasional penting mengenai persoalan agraria pemikiran mendalam yang dilahirkan dari proses intensif selama dua minggu oleh 50 pakar dari berbagai bangsa itu tidak diketahui dan tidak bisa diakses oleh masyarakat luas, dan akhirnya terlupakan dalam khazanah ilmu sosial maupun kebijakan pembangunan di Indonesia.
Dihadirkan kembali pada masa sekarang,
hasil-hasil Lokakarya Selabintana ini seakan oase di padang gurun. Dalam segala keterbatasan zaman itu, hasil-hasil lokakarya ini telah menghamparkan di depan mata kita lapangan riset agraria yang luas dan belum terjelajahi sepenuhnya.
Pertanyaan-pertanyaan tentang proses komersialisasi pertanian, perubahan hubungan sosial agraria, kemiskinan, krisis ekologis, migrasi, de-agrarianisasi, dan ketidakadilan gender yang diusung dalam lokakarya ternyata tetap bahkan semakin aktual untuk konteks sekarang.
DALAM TINJAUAN KOMPARATIF
H ASIL LOKAKARYA KEBIJ AKAN REFORMA AGRARIA
DI SELABINTANA
disun tin g oleh
B E N J AM I N W H I T E
d a n
Benjamin White & Gunawan Wiradi (eds.)
ISBN 978-9799643186 122 + xx hlm, 14 x 21 cm
Diterjemahkan dari
Agrarian Reform in Comparative Perspective: Policy Issues and Research Needs
April 1984
Alih bahasa
Stephanus Aswar Herwinarko
Penyunting bahasa
Laksmi A. Savitri
Tata letak dan desain sampul
Ronny Agustinus
Penerbit
Divisi penerbitan BRIGHTEN INSTITUTE Jl. Merak no. 14
Dua puluh delapan tahun setelah Lokakarya Selabin tan a m e-n gee-n ai “Reform a Agraria dalam Perspektif Kom paratif” berhasil m en ggali berbagai persoalan m en dasar dan rekom en dasi kebi-jakan ten tan g reform a agraria, tern yata ban yak pertan yaan yan g sam a m asih tetap diajukan pada hari in i. Pertan yaan -per-tan yaan ten -per-tan g proses pen etrasi kapitalism e di pedesaan (m odern isasi dan kom ersialisasi pertan ian ), perubahan hubun gan -hubun gan sosial agraria, keten agakerjaan dan relasi gen der, m igrasi, proses-proses de-agrarian isasi, tern yata tetap bahkan sem akin aktual un tuk kon teks sekaran g. Kem iskin an m asih m en yan dera wilayah pedesaan kita dan persoalan krisis sosial-ekologi m en gan cam basis-basis sistem pr od u ksi n asion al. Apakah in i m en an dakan bahwa dalam urusan reform a agraria kita tidak beran jak m aju diban din gkan 28 tahun lalu?
m asih m em bekas terh adap soal-soal pertan ah an m em buat lokakarya in i terpasun g. J adi, m eski m erupakan sebuah acara in tern asion al yan g diikuti 50 peserta beragam ban gsa, kegiatan -n ya ya-n g bertajuk isu se-n sitif “reform a agraria” telah m e-n ye-babkan lokakarya in i dilaran g diliput oleh m edia m assa. Akibat-n ya, hasil-hasil pem ikiraAkibat-n m eAkibat-n dalam yaAkibat-n g dilahirkaAkibat-n dari proses in ten sif yan g ditekun i oleh berbagai pakar m an ca n egara selam a dua m in ggu itu tidak diketahui dan tidak bisa diakses oleh m asyarakat luas.
Seben arn ya, pen yelen ggaraan Lokakarya Selabin tan a in i adalah tin dak lan jut dari “World Con feren ce on Agrarian Reform an d Rural Developm en t” (WCARRD) yan g diselen g-garakan oleh FAO di Rom a pada 1979. In don esia m en girim kan delegasi cukup besar ke Kon feren si in i dan dipim pin lan gsun g oleh Men teri Pertan ian . Kon feren si yan g m en ghasilkan Piagam Petan i itu telah m en ggerakkan sejum lah pakar perguruan tin g-gi yan g berasal dari berbagai n egara peserta un tuk bersepakat m em ban gun lan dasan ilm iah bagi pelaksan aan reform a agraria di n egaran ya m asin g-m asin g. Salah satu cara yan g dipilih ada-lah den gan m elakukan studi ban din g. Ada yan g m elakukan studi di beberapa n egara di Am erika Latin , dan ada yan g di Asia. In don esia m elakukan studi ban din g ke In dia. Berbagai studi ban din g itu lalu dibahas dalam Lokakarya Selabin tan a yan g resm in ya berjudul: “In tern ation al Policy Workshop on Agrarian Reform in Com parative Perspectives”.
a-kan adm in istrasi pertan ahan (catur tertib pertan ahan ). Dem i-kian lah, kon teks politik dalam m asa pem erin tahan Orde Baru tidak m em berikan ruan g dan kesem patan un tuk m en jadikan reform a agraria sebagai sebuah gerakan koreksi atas ketim -pan gan yan g sesun gguhn ya sudah sem akin parah pada m asa itu. Upaya pen in gkatan kesejahteraan lan gsun g “m elom pat” pada solusi tekn okratis, yaitu Revolusi H ijau.
Kedua, selain kon teks politik di atas, ada ham batan besar dalam perkem ban gan studi agraria di era Orde Baru. Pada m asa-m asa itu, pen gem ban gan diskursus kritis ten tan g isu-isu kun ci dalam “tran sform asi agraria” san gat terkukun g oleh situasi politik yan g tidak m em beri tem pat pada diskusi-diskusi terbuka ten tan g topik agraria (White 20 0 6). Dalam suasan a represif seperti itu, wajar bila para pen eliti In don esia cen derun g m en ghin dari topik-topik kon troversial. Ada pola yan g didapat oleh White (20 0 6) ten tan g jen is-jen is riset pada waktu itu, yakn i: sedikit sekali riset yan g m em beri perhatian pada pen gua-saan tan ah dan hubun gan agraris, serta isu-isu teoretis yan g lebih luas, tetapi ban yak sekali riset yan g topiktopikn ya cen -derun g m erupakan pen gesahan terhadap m odel dan pem ba-n guba-n aba-n desa ala Orde Baru yaba-n g saat itu sedaba-n g dom iba-n aba-n . Nam un , White m em berikan perkecualian an tara lain pada studi kom prehen sif Sajogyo, M odern ization w ithout Dev elopm en t in R ural Jav a, ten tan g dam pak in ten sifikasi pertan ian versi Orde Baru, yan g m erupakan studi kritis pada periode saat itu. Perm asalahan ketim pan gan agraria yan g m akin diperkuat oleh Revolusi H ijau digarisbawahi den gan tegas dalam studi in i.
se-jum lah pertan yaan dikun jun gi kem bali di era n eoliberal in i, isu-isu kom ersialisasi, korporasi tran sn asion al, keten agakerjaan , m igrasi, kem iskin an , krisis ekologis dan ketidakadilan gen der m asih tetap m en jadi fen om en a yan g belum berjawab.
Men gapa Lokakarya Selabin tan a tetap kon tekstual? Mere-bakn ya kem bali perhatian terhadap reform a agraria di abad ke21 dipicu oleh ban yak alasan serupa yan g m en dasari keprihatin -an di balik Kon feren si Rom a 1979, -an tara lain adalah persoal-an kesen jan gan yan g m elahirkan kem iskin an akut (Ghim ire 20 0 1). Pada perten gahan 198 0 -an FAO m en catat terdapat 8 17 juta buruh tan i tan pa tan ah dan petan i gurem di Asia, Afrika, dan Am erika Latin . Persoalan hilan gn ya akses terhadap tan ah tidak lagi dapat dilihat sekedar sebagai bagian perjalan an dari per-tan ian m en uju in dustri, baik didesain m aupun tidak, tetapi kon seku en si d ar i beker jan ya keku atan -keku atan p r od u ksi un tuk akum ulasi kapital secara eksploitatif (Cousin s 20 0 7). Dalam cara pan dan g tersebut, reform a agraria abad ke-21 tidak cukup berhen ti pada redistribusi tan ah un tuk m erom bak struk-tur agraria, tetapi juga berprin sip m erom bak relasi-relasi sosial berbasiskan tan ah yan g m en gh am bat produktivitas rakyat pedesaan , serta m erupakan bagian tak terpisahkan dari ren can a p em ban gu n an n asion al u n t u k p en gen t asan kem iskin an (Ghim ire 20 0 1; Cousin s 20 0 7; Win oto 20 0 8 ).
dan orn op, m aupun badan -badan pem ban gun an in tern asion al. Duapuluh delapan tahun yan g lalu, isu pen caplokan tan ah
(lan d grabbin g)m elalui skem a “corporate social responsibility ”, tan pa harus m en gadakan con tract farm in g atau perkebun an in ti-plasm a, m un gkin belum terjadi. Am brukn ya pasar kom odi-ti karen a keban gkrutan pasar fin an sial baran gkali belum terbayan gkan dapat m en yeret petan i sawit In don esia. Pertan yaan pertan yaan baru ten tan g agraria m em an g akan terus berm un -culan , sem en tara pertan yaan -pertan yaan “lam a” m asih terasa baru. Sem oga karya pem ikiran 28 tahun lalu yan g dihadirkan dalam buku in i dapat m en jadi pem acu un tuk tidak pern ah berhen ti m en em ukan pertan yaan dan m em pertan yakan kem -bali jawaban ten tan g persoalan agraria dalam ran gka m en e-m ukan jawaban refore-m a agraria e-m acae-m apa yan g tepat dilak-san akan un tuk kon teks yan g kita hadapi sekaran g.
Lokakarya yan g m en dasari pen ulisan laporan in i terselen ggara berkat perhatian dan dukun gan sejum lah besar lem baga dan in dividu, term asuk di an taran ya adalah Kem en terian Belan da u n t u k Ker jasam a Pem ban gu n an yan g t elah m em ber ikan dukun gan dan a, baik un tuk Study Tourm aupun Lokakarya.
dan m urah hati yan g telah diberikan kepada para peserta kun -jun gan lapan gan . Para peserta lokakarya telah m en curahkan ban yak ten aga u n tu k m em per siapkan m akalah lokakar ya, catatan diskusi dan m elaksan akan tugas yan g tidak m udah dalam m erum uskan ran can gan laporan di hari-hari terakhir lokakarya. Terakhir, kam i m em berikan pen ghargaan sebesar-besarn ya kepada Steerin g Com m ittee dan Sekretariat Loka-kar ya (yan g t er d aft ar d i Lam p ir an B), d an ju ga kep ad a karyawan H otel Selabin tan a un tuk usaha m ereka m en yukses-kan lokakarya in i.
Ru d o lf S . S in a ga Ma rtin R. D o o rn b o s
Mewakili Mewakili
Buku in i m erupakan buah pikiran dari Lokakarya Kebijakan ten tan g Reform a Agraria dalam Tin jauan Kom paratif. Loka-karya in i diikuti oleh 50 peserta yan g terdiri dari para pem buat kebijakan , an ggota organ isasi-organ isasi n on -pem erin tah dan wartawan dari berbagai m edia (28 oran g dari In don esia dan 22 oran g dari n egara-n egara lain ). Mereka berkum pul un tuk m e-lakukan perban din gan atas pen galam an reform a agraria di In don esia dan di n egara-n egara Asia, Am erika Latin dan Afrika, serta un tuk m en geksplorasi relevan si pen galam an -pen galam an tersebut den gan kon disi dan perm asalahan di In don esia. Latar belakan g dan tujuan lokakarya in i dijelaskan lebih rin ci pada Bab I. Sebagai pen gan tar, kam i selaku pen yun tin g in gin m en je-laskan m en gapa kam i m en gan ggap pen tin g m em publikasikan hasil-hasil lokakarya in i, sehin gga dapat dim an faatkan , baik oleh para pem baca In don esia m aupun pem baca in tern asion al.
si-fikasi pertan ian dalam keran gka struktur agraria yan g ada. Da-lam kasus terten tu strategi itu m em an g m em buat produksi per-tan ian m en capai pen in gkaper-tan yan g m em uaskan . Nam un dem i-kian , strategi-strategi tersebut m em bawa beberapa perm asalah-an , yaitu: terjadin ya percepatasalah-an kon sen trasi tasalah-an ah, aset dasalah-an pen dapatan di satu pihak, dan di pihak lain m arjin alisasi petan i kecil, petan i gurem , dan kaum tun a kism a dalam jum lah m assal dan terus m en ggelem bun g (lihat Bab II dan Bab III.1). Proses-proses kon sen trasi dan m arjin alisasi yan g berjalan paralel itu telah m em buat reform a agraria dan terutam a lan dreform
“sekaligus m en jadi lebih sulit dilakukan , dan sem akin harus dilakukan ” (sebagaim an a yan g dikatakan seoran g peserta loka-karya yan g berasal dari In dia), dan itu adalah pan dan gan yan g juga disam paikan oleh para peserta, baik yan g berasal dari In don esia m aupun dari n egara-n egara lain , tan pa pen gecualian .
Pen dekn ya, kam i m em iliki pan dan gan yan g sam a den gan Erich J acoby yan g dalam buku terakhirn ya —ditulis ham pir ber sam aan d en gan wakt u lokakar ya—m en gat akan bah wa “lan dreform tidak ketin ggalan zam an ” (J acoby, 198 1). Pan -dan gan itu juga tercerm in dalam perhatian terus-m en erus yan g diberikan oleh ban yak lem baga in tern asion al terhadap bebe-rapa m asalah lan dreform dan reform a agraria. Kita bisa lihat, m isaln ya, perhatian tan pa putus yan g diberikan oleh Food an d Agricultural Organ ization dan In tern ation al Labour Organ i-zation .1Sem en tara itu, tahun 1970 -an m em un culkan bukan saja
beberapa perm asalahan baru agraria —yan g berim plikasi pada perlun ya evaluasi ulan g beberapa aturan reform a agraria yan g
ada, dan pern ah berlaku di m asa lalu—tetapi juga tahun -tahun itu m em bawa berbagai pan dan gan baru dalam proses reform a agraria (lihat Brown dan Thiesen husen , 198 3; Ghose, 198 3).
Dalam pan dan gan kam i, seperti yan g dilaporkan dalam Bab II hin gga IV, beberapa kekhususan yan g ditam pilkan dalam Lokakarya Selabin tan a telah m en jadi sum ber-sum ber yan g se-cara poten sial bergun a un tuk m en dapatkan pen getahuan baru bagi m ereka yan g bergelut den gan m asalah-m asalah lan d-reform dan reform a agraria, baik di In don esia m aupun di ban yak n egara lain , di tahun 198 0 -an m aupun sesudahn ya. Kekhususan pertam a adalah bahwa lokakarya in i m em iliki tujuan -tujuan un tuk m elakukan perban din gan yan g din yatakan secara eksplisit. Para peserta n on -In don esia, den gan beberapa pen gecualian , dipilih bukan karen a pen getahuan m en dalam m ereka ten tan g kon disi In don esia —seben arn ya, bagi ban yak di an tara m ereka, lokakarya in i m erupakan kun jun gan pertam a m ereka ke In don esia—tetapi m ereka dipilih karen a pen getahu-an kom paratif m ereka ten tgetahu-an g beberapa proses reform a agraria dan m asalah -m asalah n ya di tem pat-tem pat lain di dun ia. Kedua, “lokakarya” in i adalah lokakarya dalam pen gertian yan g sesun gguhn ya, yan g serin gkali disalahgun akan . Meskipun total 35 m akalah ten tan g beberapa topik In don esia dan topik kom pa-ratif dikon tribusikan dalam lokakarya in i,2tetapi sebagian besar
waktu yan g tersedia dalam lokakarya digun akan un tuk diskusi kr eat if d an p er t u kar an p an d an gan yan g d ir an gsan g oleh m akalah-m akalah itu. Sebagian besar waktu digun akan un tuk pen catatan secara cerm at dan pen distribusian hasil-hasil dis-kusi itu, dan juga un tuk kegiatan pem buatan ran can gan n askah, diskusi plen o dan re-draftin g yan g dilaksan akan oleh beberapa kelom pok kerja yan g ditugasi un tuk m en gerjakan beberapa
bagian berbeda dari buku in i. Oleh sebab itu, buku in i m en ya-jikan bukan han ya ran gkum an m ateri-m ateri yan g dibawa oleh para peserta ke lokakarya, tetapi m en am pilkan suatu rekam an in teraksi kreatif an tara para ahli In don esia dan para kolega m ereka dari luar n egeri selam a lokakarya. Ketiga, lokakarya in i ban yak m em beri perhatian kepada iden tifikasi a ge n d a u n tu k p e n e litia n d i m a s a d a ta n g (lihat Bagian 1.2 dan beberapa bagian yan g berkaitan di Bab II hin gga IV). Para peserta m en g-an ggap agen da itu dibutuhkg-an karen a akg-an m en yediakg-an suatu dasar yan g lebih baik un tuk m em ah am i m asalah -m asalah agraria. H al in i perlu dilakukan un tuk m en yatakan bahwa kita ten gah m em persiapkan reform a agraria dan im plem en tasin ya, serta un tuk m em ban gun ban yak in stitusi pascareform asi yan g m em an g harus ada, agar reform a agraria bisa m en capai tujuan -n ya. Age-n da pe-n elitia-n i-n i, m eskipu-n dirum uska-n de-n ga-n acuan utam a In don esia, juga relevan bagi ban yak n egara lain yan g ten gah m en ghadapi m asalah-m asalah yan g sam a.
Meskipun laporan in i m em uat sejarah agraria In don esia dan beberapa perkem ban gan terbarun ya (lihat Bagian II.2 dan II.3), n am un bagian tersebut sen gaja dibuat rin gkas sebagai orien tasi m in im al yan g diperlukan para pem baca n on -In do-n esia. Sedado-n gkado-n bagiado-n utam a buku ido-n i sedo-n diri tetap dikhusus-kan bagi pen dalam an kom paratif. Nam un dem ikian , beberapa catatan tam bahan ten tan g relevan si buku in i bagi para pem baca In don esia juga san gat bergun a di sin i. Meskipun m em an g ter-dapat ban yak m asalah di seputar lan dreform dan im plem en -tasin ya pada tahun 1960 -an , kom itm en form al terus-m en erus p em er in t ah In d on esia t er h ad ap la n d r efor m d an r efor m a agraria bisa diperlihatkan sebagai berikut:
itu perlu dipikirkan ulan g den gan m em pertim ban g-kan kon disi-kon disi yan g berubah di tahun 198 0 -an ; - Pad a p er in gatan p er ayaan 20 tah u n p en gesah an
un dan g-un dan g tersebut bulan Oktober 198 0 , ban yak pejabat tin ggi n egara m em berikan pern yataan publik yan g m em buat kedua UU tersebut seolah m en dapat-kan legitim asi baru.
- GBH N yan g dirum uskan pada tahun 1978 m em asuk-kan prin sip bahwa “dalam ran gka m en in gkatasuk-kan kese-jahteraan rakyat dan m en ciptakan keadilan sosial, m aka pen ataan ulan g pen ggun aan tan ah, pen guasaan tan ah dan kepem ilikan tan ah harus dilaksan akan ”; - Bersam a ban yak ban gsa lain , In don esia ikut m
e-n ae-n datae-n gae-n i “Peasae-n ts’ Charter” yae-n g dibuat dalam ran gka World Con feren ce on Agrarian Reform an d Rural Developm en t yan g diselen ggarakan FAO (lihat FAO, 198 1).
Walaupun begitu, den gan beberapa pen gecualian , um um -n ya disepakati bahwa pe-n capaia-n praktis-n ya tetap sa-n gat ter-batas,3
baik dalam pelaksan aan perun dan g-un dan gan yan g ada m aupun dalam pen elitian lapan gan dan pelatihan yan g di-tujukan un tuk m em persiapkan basis pen getahuan ilm iah yan g d ip er lu kan , ser t a m em p er siap kan kesad ar an r akyat d an person il terlatih dem i keberhasilan usaha lan dreform dan reform a agraria di m asa depan . H al in i sebagian disebabkan karen a sen sitifn ya topik itu secara politis dalam kon teks In do-n esia, ido-n i terlihat m isaldo-n ya ketika selam a sepuluh tahudo-n (1966-1976) isu-isu lan dreform m en jadi tidak m un gkin dibicarakan dalam diskusi publik. Ban gkitn ya ketertarikan publik terhadap m asalah-m asalah lan dreform dan reform a agraria (seperti yan g
tercerm in dalam pern yataan -pern yataan publik pejabat, tulisan yan g terbit dari kalan gan para in telektual dan di m edia um um ) pada periode 1978 -198 2 kelihatan n ya juga telah kehilan gan m om en tum n ya.
Meskipun kin i diskusi ten tan g lan dreform dan reform a agraria lebih terbuka, kon disi in i m em un culkan satu perm asa-lahan yan g serius yakn i kuran gn ya m ateri-m ateri pen elitian lokal dan kom paratif ten tan g m asalah-m asalah pen guasaan tan ah, ten tan g teori dan praktik lan dreform dan reform a agraria. Terlebih lagi, pelatihan form al dalam hal teori dan praktik lan dreform dan reform a agraria tidak tercan tum dalam kurikulum sebagian besar jurusan yan g berkaitan den gan m asalah-m asalah pen gem ban gan pertan ian dan pedesaan di berbagai perguruan tin ggi di In don esia. Beberapa bagian buku in i m em perlihatkan kom pleksitas lan dreform dan reform a agraria yan g luar biasa, dan m en un jukkan pula perlun ya program -program pen elitian , pelatihan dan pem berian in for-m asi kepada publik. Prografor-m -prografor-m itu harus for-m elibatkan ban yak disiplin keilm uan dan juga beberapa lem baga baik pem erin tah m aupun n on -pem erin tah dan m en jadi pra-kon disi suksesn ya usaha-usaha reform a di m asa depan . J adi, kam i ber-harap bahwa isu-isu yan g m en yan gkut kebijakan dan pen elitian yan g diran gkum dalam buku in i, bisa m em berikan kon tribusi pada agen da yan g pen tin g dan pen uh tan tan gan yan g akan dihadapi oleh gen erasi baru ilm uwan In don esia, para pem buat kebijakan , para pekerja pem ban gun an dan publik yan g berjuan g un tuk pen gem ban gan pem aham an yan g lebih baik ten -tan g m asalah-m asalah agraria dan pem ecahan n ya.
gaya pen yajian n ya. Kecuali beberapa perubahan editorial kecil, kam i sen gaja m em biarkan bagian -bagian itu sesuai aslin ya agar rasa dari kerja keras yan g dilakukan oleh para peserta tetap ter-jaga. Terlebih, sebagaim an a yan g disepakati oleh para peserta lokakarya, kam i telah berhati-hati un tuk tidak m en gubah subs-tan si terlalu ban yak. Beberapa perubahan yan g kam i lakukan terbatas pada hal-hal berikut: (a) pen ataan ulan g bab-bab dan bagian -bagian sehin gga bisa m en jadi susun an yan g lebih logis;4
(b) pen am bahan beberapa butir pikiran yan g berasal dari rekam an tulis diskusi Lokakarya, yan g tidak sem pat dim asuk-kan dalam draf asli karen a keterbatasan waktu; (c) beberapa pen yesuaian kecil atas gaya dan bahasa di bagian -bagian yan g berbeda-beda; dan (d) pen am bahan “Pen gan tar Pen yun tin g” in i. Tam bahan lain yan g dim asukkan para pen yun tin g ke dalam teks disebutkan di catatan kaki. Kam i in gin m en yam paikan pen yesalan bahwa hal-hal di luar ken dali kam i telah m em buat pen yelesaian proses pen yun tin gan dan publikasi in i m en ghabis-kan waktu lebih lam a dari yan g diperkiraghabis-kan . Kam i berharap bahwa hal tersebut tidak m en guran gi m an faat yan g bisa diam bil oleh sidan g pem baca.
Bogor/ Den H aag Gun awan Wiradi
16 April 198 4 Ben jam in White
Pen gan tar Pen erbit v Terim a Kasih x Pen gan tar Pen y un tin g xii
1 pendahuluan
31. Latar Belakan g Lokakarya Selabin tan a 3
2. Catatan ten tan g Kebutuhan -kebutuhan Pen elitian 8
2 berbagai permasalahan yang mendasari
bangkitnya reforma agraria
131. Beberapa Kecen derun gan Um um 13
2. In don esia: Sejarah Agraria 23
3. In don esia: Perubahan di Era Modern isasi 26 4. Tem a-Tem a Pen elitian yan g Disaran kan 36
3 reforma agraria dalam tinjauan komparatif
391. Din am ika Reform a Agraria di Asia 40
2. Aspek Politik Reform a Agraria 42
3. Reform a Agraria dan Strategi Pem ban gun an Nasion al 54 4. Reform a Agraria di J epan g, Taiwan dan Korea Selatan :
7. Reform a Agraria dan Buruh Pedesaan :
Perban din gan dari In dia 8 8
8 . Tem a-tem a Pen elitian yan g Disaran kan 92
4 aspek-aspek operasional dan teknis reforma agraria
99 1. Organ isasi un tuk Im plem en tasi Reform a Agraria 992. Organ isasi-organ isasi Rakyat 10 1
3. Pen daftaran Tan ah dan Status Pen guasaan Tan ah
oleh Petan i 10 4
4. In dividu vs. Keluarga sebagai Pen erim a Tan ah
dan Berbagai Layan an 10 4
5. Kredit Produksi dan Kon sum si 10 6
6. Fragm en tasi dan Kon solidasi Tan ah 10 7
7. Kom pen sasi bagi Pem ilik Tan ah
dan Am ortisasi oleh Pen erim a 10 8
8 . Pen didikan dan Pelatihan un tuk Reform a Agraria 110 9. Pen ggun aan Tan ah un tuk Kegiatan Non -Pertan ian 111
lampiran
112A. Materi Acuan yan g Digun akan dalam Lokakarya 112
1. M ateri Latar Belakan g 112
2. Beberapa M akalah oleh Peserta Lokakary a 116
1. LATAR BELAKANG LOKAKARYA
Ran gkaian per siapan u n tu k Lokakar ya Kebijakan ten tan g Reform a Agraria dalam Tin jauan Kom paratif (Policy W orkshop on Agrarian R eform in Com parativ e Perspectiv e), yang disaji-kan dalam buku ini, dim ulai pada 1979. Waktu itu, setelah m enghadiri Kon feren si Dun ia ten tan g Reform a Agraria dan Pen gem ban gan Pedesaan yan g diselen ggarakan FAO di Rom a, sekelom -pok pen eliti dan pem buat kebijakan dari In don esia bertem u de-ngan para kolega m ereka di Belanda untuk m em bicarakan kerja-sam a m endatang dalam penelitian dan dalam beberapa aktivitas lain yan g berkaitan den gan struktur agraria, sistem pen guasaan tan ah (lan d ten ure),dan reform a agraria. Kem udian m ereka se-pakat un tuk m eren can akan seran gkaian aktivitas kerja sam a yan g ditujukan un tuk m en in gkatkan pem aham an yan g lebih baik ten tan g sistem pen guasaan tan ah tan ah, struktur agraria dan lan d reform di In don esia.
Disepakati pula bahwa aktivitas-aktivitas tersebut harus m en gan dun g beberapa hal berikut:
- sebuah perspektif kom paratif, sehin gga an alisis kon -disi-kon disi agraria dan pilihan -pilihan kebijakan di
In don esia bisa m en arik m an faat dari pen galam an n egar an egar a lain yan g m en gh ad ap i m asalah -m asalah yan g sa-m a;
- sebuah tin jauan luas ten tan g m asalah dan kebijakan agraria, den gan m elihat m asalah dan kebijakan itu da-lam perspektif sejarah dan juga dada-lam kon teks sosial, ekon om i, dan politik kon tem porer;
- m em prom osikan hubun gan -hubun gan , bukan han ya an tar pen eliti yan g berasal dari In don esia dan Be-lan da, tetapi juga an tara para pen eliti In don esia dan kolega-kolega m ereka di n egara-n egara Asia lain n ya; - pelibatan gen erasi m uda, sehin gga aktivitas-aktivitas
itu bisa m en jadi ajan g pelatihan m ereka dalam pen e-litian yan g berfokus kebijakan .
Dalam keran gka itu, berikut adalah ran gkaian aktivitas yan g telah dilakukan sejak 1979 hin gga 198 2:
oran g pen eliti m en dapatkan pelatihan dari lokakarya-lokaraya tersebut.5
- sebuah “Study Tour of Agrarian Reform Experim en ts in Selected Region s of In dia”. Selam a kuran g lebih tiga bulan (dari Novem ber 198 0 hin gga J an uari 198 1), tiga kelom pok pen eliti dan para pem buat kebijakan dari In don esia m en gun jun gi beberapa lem baga pen elitian dan bergabung dengan tuan rum ah India dalam sebuah perjalanan lapangan guna m endapatkan pengalam an langsung dari beberapa pendekatan yang saling kon tras terhadap reform a agraria di n egara bagian Pun jab, Ben gali Barat, Bihar dan Kerala. Beberapa laporan ten tan g daerah-daerah itu disajikan dalam Lokakarya in i oleh para peserta dari In don esia dan juga oleh wakil-wakil dari lem baga pen elitian In dia tersebut. - “Policy Workshop on Agrarian Reform in Com parative
Per spective”, yan g d iselen ggar akan ber sam a oleh Yayasan Agro Ekon om ika dan In stitute of Social Studies di Sukabum i (17-30 Mei 198 1). Lokakarya in i m elibatkan 50 peserta yan g terdiri dari pen eliti, para pem buat kebijakan dan wartawan (28 orang dari Indo-n esia; 22 oraIndo-n g dari Indo-n egara laiIndo-n ).6Para peserta diajak
un tuk m elihat pen galam an lan gsun g yan g berkaitan kon disi dan reform a agraria di In don esia dan di bebe-rapa n egara lain di Asia, Afrika dan Am erika Latin , agar bisa m en geksplorasi relevan si pen galam an -pen g-alam an kom paratif un tuk kon disi-kon disi In don esia.
5 Kom pilasi hasil pen elitian yan g dilakukan selam a lokakarya in i: Faisal Kasryn o (ed.), Prosp ek Pem ban gun an Ek on om i Pedesaan In don esia, J akarta, Yayasan Obor, 1995.
Beberapa hari terakhir dari Lokakarya Kebijakan in i di-khususkan un tuk kerja pem buatan draft kolektif un tuk buku in i. Di bagian selan jutn ya, kepada para pem baca kam i akan m en jelaskan secara sin gkat tujuan -tujuan dan beberapa tem a utam a dan bagaim an a buku in i ditulis.
Tujuan,Tema dan Pengorganisasian Lokakarya Kebijakan
Tem a um um lokakarya in i adalah: bagaim an a m em buat suatu struktur agraria m am pu m en in gkatkan kesetaraan di an tara r akyat ped esaan ? Sebagaim an a d itu n ju kkan oleh bab-bab selan jutn ya, tekan an utam a diberikan terhadap beberapa m a-salah im plem en tasi reform a agraria, den gan perhatian khusus kepada peran berbagai kelom pok yan g tidak diun tun gkan (pe-tan i kecil, pe(pe-tan i pen yewa, para buruh (pe-tan i yan g ham pir tidak bertan ah dan yan g sam a sekali tidak bertan ah), yaitu m ereka yan g seharusn ya m en jadi pen erim a m an faat reform a agraria. Pen gaturan kem bali atas hak m ilik dan hak gun a tan ah m em an g m erupakan in ti dan fokus utam a dari reform a agraria, tetapi juga harus diin gat bahwa agar efektif m aka pen gaturan kem bali tersebut harus didukun g oleh beragam organ isasi pen dukun g yan g m em an g m am pu m em perluas ken dali para produsen per-tan ian atas proses produksi dan produk perper-tan ian n ya. Aspek tersebut diberi perhatian yan g sem estin ya dalam diskusi loka-karya dan dalam laporan n ya (lihat terutam a Bab III bagian 5-7, dan Bab IV bagian 2, 4 dan 5).
pre-sen tasi-prepre-sen tasi dan diskusi ten tan g berm acam tem a. Tem a-tem a besar yan g dibicarakan di sesi-sesi plen o itu an tara lain :
- St u d i-st u d i em p ir ik t en t an g kon d isi-kon d isi d an m asalah-m asalah agraria (baik di m asa lalu m aupun yan g kon tem porer) di beberapa daerah di In don esia (den gan pen ekan an kh usus pada J awa, Sulawesi, Sum atera Utara dan Kalim an tan );
- Latar belakang peraturan perudang-undangan tentang Reform a Agraria di In don esia yan g dikeluarkan tahun 1960 dan beberapa perm asalahan im plem en tasin ya; - Reform a agraria di beberapa daerah di In dia, Am erika
Latin , Afrika Tim ur, Asia Tim ur dan Asia Ten ggara; - Beragam gaya im plem en tasi reform a agraria dan
peran organ isasi-organ isasi petan i;
- H ak-hak adat dan hak-hak form al atas tan ah, den gan perhatian khusus pada in teraksi an tara subsisten si lokal atau produsen kecil den gan perkebun an besar, agribisn is dan eksploitasi hutan ;
- Pendaftaran tanah, konsolidasi tanah dan perencanaan tata guna tanah dalam kaitannya dengan landreform
Em pat hari terakhir, para peserta dibagi ke dalam beberapa ke-lom pok kerja un tuk m en diskusikan beberapa topik spesifik dan m erum uskan kesim pulan . Kelom pokkelom pok kerja itu diben -tuk atas dasar beberapa tem a utam a berikut in i:
- reform a agraria dan berbagai strategi pem ban gun an n asion al;
posisi kaum elit pem ilik tan ah sebelum n ya;
- beber ap a asp ek op er asion al d an t ekn is r efor m a agraria.
Laporan -laporan draft yan g dibuat kelom pok-kelom pok kerja in i dipresen tasikan dan didiskusikan dalam seran gkaian sidan g plen o dan sidan g kom ite. Kem udian laporan draft itu direvisi dan disatukan m en jadi sebuah draft laporan um um yan g diselesaikan di hari terakhir lokakarya. Laporan yan g sudah diselesaikan oleh kelom pok-kelom pok yan g bekerja di bawah tekan an waktu itu m em butuhkan beberapa kerja edito-rial (lihat Pen gan tar Editor di atas), tetapi substan sin ya tetap tidak diubah dalam laporan yan g sedan g dibaca in i. H arus di-catat juga bahwa ketika berm acam opin i m un cul di an tara para peserta —sebagaim an a wajarn ya terjadi dalam suatu kerja pe-n ulisape-n yape-n g m elibatkape-n lebih dari 25 orape-n g—tidak ada usaha apapun yan g dilakukan un tuk m em aksakan keseragam an da-lam laporan n ya. Tugas kam i han yalah m erekam berm acam perspektif, den gan harapan bahwa rekam an itu bisa m em ban tu m em perjelas beberapa isu yan g dibicarakan .
2. CATATAN TENTANG KEBUTUHAN-KEBUTUHAN PENELITIAN
Selain daftar-daftar topik penelitian spesifik, beberapa butir um um yang m erujuk kepada Indonesia dan m uncul dalam dis-kusi tentang kebutuhan-kebutuhan penelitian, dirangkum sbb:
- Ada kesepakatan di an tara para peserta bahwa bebe-rapa kesen jan gan serius m em an g ada dalam hal pe-n getahuape-n kita tepe-n tape-n g kope-n disi-kope-n disi pem ilikape-n / pen guasaan tan ah zam an sekaran g dan ten tan g bebe-rapa perubahan yan g terjadi terakhir. Kesen jan gan pen getahuan itu bahkan terjadi ten tan g J awa, di m an a pen elitian relatif lebih ban yak dilakukan . Dapat di-bayan gkan , m in im n ya p en get ah u an t en t an g lu ar J awa. Ada kebutuhan un tuk m em acu pen elitian di ban yak daerah yan g pun ya relevan si lan gsun g ter-hadap perum usan kebijakan .
- Riset seharusn ya m en cakup bukan han ya perban din g-an g-an tar-daerah di In don esia, tetapi juga m eliputi per-ban din gan n ya den gan n egara-n egara lain . H al in i pen tin g un tuk studi ten tan g m asalah agraria yan g m e-m un culkan keharusan dilakukan n ya lan dreform dan reform a agraria, m aupun studi ten tan g beberapa ke-berhasilan dan m asalah yan g ada pada ragam strategi reform a agraria dan m odus im plem en tasin ya. Studi diran can g un tuk m em ecahkan m asalah-m asalah itu. - Apabila m em un gkin kan , pen elitian harus m en gan
yan g m asuk akal bagi pem ecahan m asalah agraria. - Dalam kaitan n ya den gan hal di atas, ada beberapa
kun tkun gan yan g bisa didapat dari pen ggabkun gan pen e-lit ian h ist or is d an p en ee-lit ian kon t em p or er p ad a daerah yan g sam a, sebagaim an a yan g telah dilakukan di beberapa proyek pen elitian kolaboratif di In do-n esia. Para peserta juga m elihat adado-n ya kekurado-n gado-n bahan dokum en ter ten tan g sejarah agraria di periode 1940 an dan 1960 an In don esia, padahal pada tahun -tahun itu bisa diyakin i bahwa beberapa perubahan agraria telah terjadi m eski han ya sedikit yan g diketa-hui ten tan g perubahan -perubahan itu.
- Metode-m etode pen elitian harus bisa diadaptasikan dan (kalau perlu) bersifat eksperim en tal, sehin gga bisa digun akan un tuk m en em ukan kom bin asi-kom bi-n asi yabi-n g cocok di abi-n tara tekbi-n ik kuabi-n titatif ubi-n tuk skala kecil dan skala besar. Berbagai pen elitian “par-tisipatoris”, term asuk riset aksi dalam keran gka pro-yek eksperim en tal, juga san gat bergun a. Pada prin sip-n ya, peresip-n casip-n aasip-n dasip-n pelaksasip-n aasip-n proyek pesip-n elitiasip-n ten tan g m asalah agraria harus lan gsun g m elibatkan kelom p ok-kelom p ok m asyar akat p ed esaan , sebab m erekalah yan g palin g terken a dam pak m asalah itu sebagai partisipan aktif. Pen dekatan itu juga m em -ban tu kita un tuk m en dapatkan relevan si lebih besar dari ran can gan pen elitian dan un tuk m em astikan aku-rasi lebih tin ggi dari hasil pen elitian .
Terakhir, sebuah sesi khusus Lokakarya ditujukan un tuk m en em ukan beberapa kebutuhan organ isasion al yan g diper-lukan un tuk m elakukan stim ulasi, pen dukun gan dan pen ye-baran pen elitian ten tan g sistem pen guasaan tan ah dan ten tan g beberapa m asalah agraria terkait. Um um diketahui bahwa zam an sekaran g tidak ada in stan si pem erin tah m aupun n on -pem erin tah yan g m en yediakan layan an itu di In don esia. Para pen eliti yan g tertarik den gan m asalah agraria tersebar di ba-n yak lem baga di berbagai tem pat di Iba-n doba-n esia, daba-n haba-n ya m e-m iliki sedikit hubun gan koe-m un ikasi satu sae-m a lain . Selain itu, tidak tersedia juga pusat pen yim pan an dokum en tasi pen elitian dan in form asi ten tan g sistem pen guasaan tan ah, lan dreform
dan reform a agraria di In don esia yan g bersifat kom paratif. Padahal pusat dokum en tasi itu diperlukan oleh para pen eliti un tuk m en dapatkan in form asi.
kesa-daran publik ten tan g m asalah-m asalah yan g terkait den gan reform a agraria, yaitu den gan m en yebarluaskan hasil-hasil pen elitian dan pen galam an -pen galam an yan g relevan ten tan g reform a agraria di In don esia dan di n egara-n egara lain kepada khalayak luas dalam ben tuk populer atau sem i-populer.
PENDAHULUAN
Masalah dan kon disi agraria yan g m en doron g m un culn ya lan d-reform san gat beragam di seluruh dun ia, bahkan keberagam an pun terdapat di dalam n egara itu sen diri. Nam un , ada dua kata kun ci, yaitu: kon sen trasi tan ah dan m arjin alisasi sebagian dari m asyar akat , yan g m en u n ju kkan beber ap a kecen d er u n gan um um yan g sedan g terjadi di ban yak tem pat di dun ia. Dalam bab ini kecenderungan-kecenderungan itu dibicarakan pertam atam a dalam perspektif global, lalu diikuti den gan beberapa pen dapat ten tan g kasus In don esia. Men gin gat kita sedan g m em -bicarakan ten tan g berbagai proses yan g sudah berlan gsun g dalam jan gka waktu yan g lam a, m aka akan diberikan pan dan g-an sekilas ten tg-an g latar belakg-an g historis dg-an perkem bg-an gg-an proses-proses itu hin gga saat in i.
1. BEBERAPA KECENDERUNGAN UMUM
Terin tegrasin ya ban yak n egara dun ia ketiga ke dalam ekon om i global m ulai dari abad ke-16 hin gga abad ke-20 m en yebabkan m en in gkatn ya pr oduksi per tan ian secar a kom er sil. Secar a
u m u m , kon d isi it u t elah m en gakibat kan kon sen t r asi p e-n guasaae-n tae-n ah. Dalam periode pae-n jae-n g sejarah koloe-n ial dae-n ekon om i depen den si, tan ah m en jadi faktor produksi utam a, di m an a buruh dan kapital diorgan isir den gan berpusat pada tan ah. Di berbagai tem pat di dun ia, beragam tipe kaum elit m em iliki kuasa atas tan ah, baik secara lan gsun g dalam ben tuk kepem ilikan , atau secara tidak lan gsun g dalam ben tuk pen gua-saan oleh n egara atas produksi (con toh: di J awa, m elalui Sistem Tan am Paksa), atau dalam ben tuk ten gkulak yan g m en guasai aliran produk pertan ian .
Tingkatan dan luas konsentrasi penguasaan tanah berbeda-beda dari satu ben ua ke ben ua lain , dan dari satu n egara ke n egara lain n ya. Am erika Latin dicirikan oleh kom pleks latifun -dia-m in ifun dia. Dalam sistem itu kon sen trasi tan ah m en capai titik ekstrem n ya, yan g tidak ada ban din gan n ya di Afrika dan di Asia. H acien da-hacien da besar —beberapa di an taran ya bisa m en cap ai lu as seten gah ju t a h ektar —m er u p akan war isan periode kolon ial. Dalam periode kolon ial itu para ban gsawan Span yol dan Portugis ditugasi un tuk m en guasai tan ah-tan ah luas dan m en guasai pen duduk pribum i. Setelah kem erdekaan , m aka kelas hacien dado m en gkon solidasikan kekuasaan m ereka baik atas tan ah m aupun ten aga kerja.
Di sebagian besar n egara Am erika Latin , hak atas tan ah pen duduk pribum i sam a sekali telah dilucuti, terutam a di lem -bah-lem bah subur yan g beririgasi. Para pen jajah Span yol dan Portugis yan g lebih m iskin (ten tara in fan teri dari pasukan pe-n aklukape-n ) tidak perpe-n ah sam pai pada “titik pepe-n epe-n tu” tercapai-n ya kekayaatercapai-n , datercapai-n di pertetercapai-n gahatercapai-n abad ke-17 m ereka m ulai kehilan gan tan ah, baik secara n yata m aupun dalam hitun gan di atas kertas. Tan ah-tan ah pertan ian luas (estates) tetap tidak berubah bahkan hin gga abad ke-20 den gan sistem M ay orazco
m em bagi-bagi tan ah warisan . Keturun an -keturun an keluarga kaya m en dapatkan kem udahan un tuk m asuk dalam pem erin -tahan , kon sesi pertam ban gan , m iliter, profesi-profesi bergen gsi atau dalam m en dapatkan tan ah yan g baru dibeli.
Usaha tan i yan g luasn ya kuran g dari seribu hektar segera run tuh. Pem bagian warisan dipercepat oleh krisis keuan gan yan g parah, kem udian an ak-an ak m ereka kehilan gan tan ah per-tan ian karen a harus digun akan un tuk m em bayar uper-tan g kepada pem beri pin jam an . Pem bagian selan jutn ya m en jadi san gat cepat dan kejam , sebab keluarga-keluarga yan g sedan g m erosot m iskin itu tidak m em iliki akses ke m ata pen caharian lain di luar sektor pertan ian . Beberapa tetap berusaha hidup den gan m in i-fun dia, tetapi sebagian besar m en jadi tidak bertan ah dan ter-paksa harus bekerja di tan ah-tan ah pertan ian besar.
Di akhir abad ke-18 , 8 0 hin gga 90 persen tan ah yan g bisa diolah di Am erika Latin dikuasai oleh tiga hin gga lim a persen populasin ya. Di setiap n egara Am erika Latin , kaum elit yan g bertan ah luas itu m en ggun akan hegem on i absolut dalam suatu sistem yan g diistilahkan “kepem ilikan pribadi Negara”.
Tidak seperti di Am erika Latin atau di Asia, dapat dikata-kan bahwa di Sub-Sahara Afrika tan ah belum m en jadi pem icu m asalah sosial-politik yan g parah ke arah pecahn ya revolusi. Meskipun dem ikian , sistem pem ilikan dan pen guasaan tan ah telah m em un culkan beberapa m asalah besar. Ada bukti-bukti yan g sem akin m en guat bahwa di Afrika pun tan ah sem akin lan gka dan bahwa di beberapa n egara (m isal: Etiopia, Rwan da, Burun di dan beberapa wilayah Ken ya dan Ugan da), fen om en a itu telah m en capai proporsi yan g kritis dan telah m en jadi salah satu dari sebab-sebab dasar kon flik sosial-politik. Di n egara-n egara itu privatisasi daegara-n koegara-n seegara-n trasi taegara-n ah yaegara-n g sem akiegara-n cepat di tan gan kaum yan g lebih kaya (serin gkali den gan dasar absen tee) m en im bulkan form asi proletariat tak bertan ah yan g sem akin besar.
erupa-kan salah satu faktor kun ci proses itu. Dalam proses tersebut, pen gaturan pen guasaan tan ah secara adat cen derun g digan ti den gan aturan pen guasaan tan ah pribadi, baik yan g diform al-kan m aupun tan pa hak form al, dan tan ah telah m en cuat m en ja-di faktor pen tin g dalam proses kom ersialisasi. Karen a dalam hitun gan kasar populasi Afrika berlipat dua setiap 25 tahun , dan karen a tan ah yan g luasn ya tetap itu n an tin ya harus m em -beri m akan dua kali jum lah oran g yan g sekaran g (seben arn ya tan ah tersebut m am pu m em beri m akan lebih ban yak oran g, jika daerah-daerah pertan ian yan g tersubur tidak dijadikan lahan pertanian untuk kom oditas ekspor), m aka orang m ulai m em per-hitun gkan beratn ya proses gan da kon sen trasi dan m arjin alisasi golon gan oran g yan g tak bertan ah.
Di In dia secara historis pern ah berlaku beberapa sistem tan ah, yan g m en im bulkan terjadin ya kon sen trasi tan ah dan kekuasaan . Sistem zam in dari ten tan g Perm ukim an Perm an en diber lakukan oleh pem er in tah In ggr is un tuk m en ciptakan “kaum pem ilik tan ah” secara de jure (yan g secara historis bukan pem ilik tan ah dan di ban yak kasus secara de facto m ereka tidak diakui oleh m asyarakat tan i). Sistem in i pada dasarn ya adalah suatu pen ataan pen arikan pen erim aan n egara lewat seran gkai-an pergkai-an tara, bgkai-an yak di gkai-an tara pergkai-an tara itu kem udigkai-an m en da-patkan ban yak tan ah pertan ian yan g luas. Ada ry otw ari, m ahahrari, m irasdari,dan beberapa sistem pen arikan pen eri-m aan lain n ya, di eri-m an a n egara berusaha berurusan lan gsun g (dan bukan n ya m en ggun akan peran tara) den gan petan i, en tah petan i itu m au atau tidak. Sistem -sistem itu m em un gkin kan adan ya dan berevolusin ya beberapa sistem sub-sewa. Dalam sistem -sistem sub-sewa tersebut para pen yewa pertam a jadi bisa m en guasai tan ah yan g luas.
luas juga terkon sen trasi di tan gan para pen erim a hadiah tan ah yan g diberikan oleh para pen guasa sebelum In ggris, yaitu kuil, gereja dan beberapa in stitusi lain .
Di Filipin a, di bawah rezim kolon ial Span yol, sebuah kelas tuan tan ah Filipin o (m estizo) m un cul, den gan basis pertan ian kom ersial (gula, beras). Para tuan tan ah besar m en guasai tan ah pertan ian (hacien da) yan g dikerjakan oleh para petan i pen g-garap. Para tuan tan ah yan g hidup di pedesaan m en dom in asi politik lokal, dan kem udian (di bawah pem erin tah kolon ial Am erika) m ereka m en dom in asi politik di tin gkat provin si dan n asion al.
Struktur agraria yan g berkem ban g selam a m asa kolon ial bisa dian ggap sebagai pen gorgan isasian m asyarakat dalam skala kecil, sem en tara seluruh aparat n egara kolon ial berkuasa terutam a atas m asyarakat pedesaan yan g hidup dalam kom un i-tas-kom un itas lokal berskala kecil. Di beberapa n egara, hu-bun gan an tara tuan tan ah dan petan i kecil m em iliki beberapa ciri hubun gan patron -klien , yaitu suatu gabun gan an tara pater-n alism e dapater-n eksploitasi. Dalam proses lapater-n jutapater-n , yaitu berupa pem besaran skala dan pen etrasi kapitalism e hin gga ke pe-desaan , hubun gan -hubun gan sosial berubah, sehin gga karakter hubun gan yan g bersifat person al dan patern alistik m en jadi tidak pen tin g lagi.
Posisi kekuasaan kaum elit bertan ah itu m em buat m ereka m em iliki kem am puan yan g kuat dalam pem buatan keputusan kom un itas, sem en tara peran m ereka sebagai peran tara an tara golon gan petan i kecil dan n egara m em buat m ereka m em iliki pen garuh terhadap aparat n egara. Di beberapa n egara den gan kaum elit tuan tan ah yan g berkuasa di tin gkat provin si, aparat n egara di tin gkat pusat sen gaja dibuat lem ah.
beberapa kegiatan ekon om i lain , dan dalam kasus lain n ya lagi m ereka beralih karen a lan dreform m en gharuskan m ereka m e-n yerahkae-n sebagiae-n tae-n ahe-n ya kepada petae-n i kecil. Pada kasus yan g berbeda, lapisan m ereka digan tikan oleh kelom pok petan i lain sebagai dam pak dari keseluruhan perubahan dalam per-ekon om ian . San gat serin g terjadi bahwa len yapn ya seluruh atau sebagian kelas tuan tan ah besar m em beri ruan g kepada kelas baru petan i yan g berorien tasi usaha. Den gan pen ggan tian lapis-an elit pedesalapis-an in i, biaslapis-an ya beberapa proses akum ulasi tlapis-an ah juga dim ulai kem bali. Den gan dem ikian , m aka seben arn ya label “tuan tan ah” bisa m eliputi berm acam golon gan kelom pok yan g bertan ah.
Sejak 1950 -an , di ban yak tem pat di dun ia, pertan ian sem a-kin bersifat padat m odal. Di Asia Selatan dan Asia Ten ggara “Revolu si H ijau ” yan g d im u lai p er ten gah an 1960 -an d an m en yebar cepat pada 1970 -an , m en im bulkan sejum lah per-ubahan dalam pertan ian . Diperken alkan n ya beberapa varietas tan am an yan g hasil pan en n ya tin ggi dan dikom bin asikan de-n gade-n pede-n ggude-n aade-n pupuk dade-n ide-n sektisida, telah m ede-n yebabkade-n terjadin ya ken aikan produktivitas secara keseluruhan . Tekn o-logi baru m em erlukan pen ggun aan kapital yan g besar. Per-alihan kepada m ekan isasi m en cerm in kan sem akin m en in gkat-n ya rasiogkat-n alisasi dagkat-n oriegkat-n tasi kepada strategi-strategi ke-wirausahaan . Pen in gkatan pen ggun aan kapital ini m enyebab-kan relasi-relasi produksi pun m engalam i perubahan-perubahan yan g terus-m en erus. Dua tipe dari suatu usaha pertan ian kapi-talistik bisa dilihat. Tipe pertam a adalah yan g disebut den gan istilah tipe Jun ker, pada tipe in i para tuan tan ah besar beralih kepada produksi kom oditas pasar dun ia, biasan ya den gan pen ggun aan kapital yan g in ten sif. Tipe kedua serin gkali disebut
sistem pertan ian kulak, tipe in i dilakukan oleh para petan i kecil in depen den , yan g ikut m elakukan pertan ian kom ersil.
proses m arjin alisasi yan g terus berlan gsun g hin gga saat in i. Ke-cen derun gan itu juga bisa dilihat di periode kolon ial akhir, ke-tika kem iskin an dan keadaan oran g tak bertan ah di pedesaan terus m em besar. Di beberapa n egara, kecen derun gan terjadin ya m arjin alisasi itu sem akin cepat selam a 1930 -an , ketika para tuan tan ah besar yan g m en ghadapi depresi ekon om i dun ia ber-usaha m em pertahan kan tin gkat keun tun gan m ereka den gan m em oton g biaya ten aga kerja. H al itu um um n ya bisa dilakukan den gan m en ggan ti hubun gan kerja bagi-hasil den gan upah bu-ruh dan m ekan isasi pertan ian . J um lah petan i kecil tak bertan ah (terusir dari tan ahn ya) m en in gkat di beberapa n egara. Kecen -derun gan itu berlan jut di periode pasca-peran g, terutam a sejak 1950 -an . Men in gkatn ya arti pen tin g kekuatan n egara dan in ter-ven si n egara (in i sebuah kecen derun gan yan g juga terjadi di periode kolon ial akhir) berlan gsun g dalam skala yan g lebih besar . “Pem ban gu n an ” m en jad i p r in sip u t am a. Beber ap a program yan g dilaksan akan pem erin tah beran gkat dari pen ye-diaan kredit bagi para petan i pen gusaha dan elit tuan tan ah. Di beberapa n egara, golon gan in i sesun gguhn ya sudah m em iliki akses lan gsun g kepada aparat n egara dan m en dapat keun tun g-an dari sum ber kapital baru itu. Para tug-an tg-an ah tidak lagi ber-gan tun g pada kom un itas lokal un tuk m en jalan kan usaha per-tan ian m ereka dan bisa m en goperasikan n ya den gan sum ber daya yan g diam bil dari n egara.
Sebagai dam pak dari m arjin alisasi, m aka kem iskin an m e-m an g terlihat jelas, baik dalae-m kon teks pedesaan e-m aupun per-kotaan . Daerah-daerah pedesaan m em perlihatkan sem akin m e-n ie-n gkate-n ya ketidaksetaraae-n dalam hal stratifikasi sosial, yaitu an tara golon gan petan i kaya di satu pihak dan sejum lah keluar-ga tak bertan ah di pihak lain . Kesem patan kerja dalam bidan g pertan ian tidak lagi cukup un tuk m en yediakan n afkah bagi para petan i tak bertan ah dan m arjin al itu. Di ban yak n egara, terus-m en erus terjadi perpin dahan secara besar-besaran (eksodus) yan g dilakukan oran g dari daerah pedesaan m en uju kota besar. Oleh karen a tin gkat pertum buhan in dustri ren dah, dan keba-n yakakeba-n m em akeba-n g padat m odal, m aka kelebihakeba-n tekeba-n aga kerja di pedesaan tidak bisa diserap oleh sektor itu. Ban yak pen datan g akhirn ya tin ggal di daerahdaerah yan g kum uh dan padat pen -duduk. Di daerah-daerah itu m ereka hidup den gan m elakukan beragam aktivitas yan g biasan ya disebut den gan istilah “sektor in form al” oleh para ahli ekon om i dan peren can a kota. Mata pen caharian m ereka itu m en cakup pedagan g kecil, pem ulun g, pekerja seks kom ersial, buruh ban gun an , dsb. Beberapa kota di n egara-n egara Dun ia Ketiga tum buh den gan kecepatan yan g san gat tin ggi, dan m asalah kem iskin an , pen gan gguran , serta m an ajem en perkotaan m en jadi sedem ikian besar sehin gga tidak bisa diken dalikan lagi.
Sebuah catatan tentang negara-negara industri
in dustri dan jasa. Perpin dahan besar-besaran ten aga kerja dari pertan ian ke beberapa sektor lain juga bisa dilihat di Eropa Barat dan J epan g, terutam a karen a berlan gsun gn ya in dustriali-sasi di beberapa dekade yan g lalu. Kecen derun gan itu sem akin cepat m en in gkat sejak awal tahun 1970 -an karen a adan ya ke-n aikake-n harga m ike-n yak secara koke-n tike-n yu seirike-n g deke-n gake-n keke-n aikake-n biaya in put yan g diakibatkan n ya.
Dalam sem ua kasus di atas, yaitu di Am erika Serikat, Eropa Barat dan J epan g, perpin dahan besar-besaran petan i kecil m en uju sektor-sektor lain m erupakan dam pak dari kebi-jakan yan g sen gaja diterapkan oleh pem erin tah. Perpin dahan itu ditujukan un tuk m en jam in produktivitas pertan ian yan g tin ggi dan efisien , sehin gga perluasan skala dian ggap m en jadi syarat utam a. Di J epan g yan g berpen duduk padat, atas dasar alasan politik, perluasan skala pertan ian han ya bisa terjadi se-cara terbatas. Meskipun doron gan pem besaran skala itu san gat kuat, tapi pertim ban gan politik yan g m en cakup kebutuhan par-tai berkuasa un tuk m em pertahan kan dukun gan m asyarakat pe-desaan , m en cegah terjadin ya hal tersebut. Un tuk m em astikan bahwa biaya tidak akan m elebihi pen dapatan produsen pertan i-an , m aka pem erin tah harus m elakuki-an program subsidi besar-besaran gun a m en cegah terjadin ya m arjin alisasi petan i kecil yan g jum lahn ya sem akin tin ggi.
Di Am erika Serikat dan Eropa Barat, program subsidi dilaksan akan un tuk m em ban tu petan i m en utup biaya yan g se-m akin tin ggi. Eksodus besar-besaran petan i kecil dari pedesaan m em an g m erupakan dam pak dari kebijakan yan g sen gaja dilak-san akan oleh pem erin tah, dan sekaligus juga m erupakan akibat dari perm ain an kekuatan -kekuatan pasar.
m ereka, yaitu m en yan gkut cara bagaim an a m ereka berproduk-si dan bagaim an a produk m ereka dipasarkan . Mereka sem akin m asuk ke situasi yan g tertekan oleh ban k dan in dustri pen g-olahan , serta kerum itan -kerum itan perdagan gan , yan g sem akin m em batasi cara-cara produksi pertan ian n ya. Walaupun para petan i in i tetap m em pertahan kan kepem ilikan n ya, tapi dalam praktikn ya m ereka han ya m en jadi alat dari korporasi-korporasi besar yan g m em an ipulasi pertan ian sebagai suatu aktivitas spekulatif yan g m en gun tun gkan . Sem en tara perusahaan -per-usahaan in i m en gam an kan bagian terbesar keun tun gan n ya, para petan i m en dapat bagian resikon ya saja.
Naikn ya biaya m en gharuskan petan i un tuk terus-m en erus m en coba produksi kom oditi baru dan cara-cara altern atif un tuk “m er asion alisasi” op er asi p er t an ian m er eka su p aya lebih efisien , kom petitif dan tetap hidup. Proses itu m em percepat ter-sin gkirn ya para petan i kecil yan g tidak lagi m am pu m em en uhi kr iter ia u n tu k m en d apatkan kr ed it ber su bsid i atau akses khusus ke pasar. Beberapa in vestasi terten tu juga disyaratkan , padahal m ereka tidak m am pu m em en uhin ya. Den gan dem i-kian , ketersin gkiran m ereka m em an g tidak bisa dihin dari dan putaran baru proses kon sen trasi kekayaan dim ulai lagi.
An alisis ten tan g evolusi kecen derun gan -kecen derun gan pertan ian di n egara-n egara in dustri san gatlah relevan bagi n egar a ber kem ban g, sebab kecen d er u n gan -kecen d er u n gan yan g sam a juga bisa didapati di n egara-n egara berkem ban g itu, m eskipun m asih berada di tahap awal.
m aka ban yak petan i kecil dihadapkan pada kehidupan yan g sulit dan serin gkali harus m en yerah.
2. INDONESIA: SEJARAH AGRARIA
begitu berat sehin gga dari waktu ke waktu kelaparan serius ser-in g terjadi. Kon disi-kon disi yan g m en yen gsarakan petan i itu tercerm in dari m un culn ya kata-kata seperti m isaln ya k uli
(buruh) bagi petan i bertan ah sem pit.
Beberapa kesim pulan yan g m un gkin relevan di zam an sekaran g bisa diam bil dari beberapa pen galam an agraria di m asa lalu. Pertam a, adan ya suatu tradisi kekerasan yan g pan -jan g di J awa, yan g m un cul dari relasi-relasi agraria. Tidak satu-pun proses perubahan agraria di J awa pada m asa pra-kolon ial m aupun kolon ial berlan gsun g secara dam ai. Dalam istilah setem pat, kekerasan yan g disebut peran g desa selalu terjadi dalam proses perubahan -perubahan agraria itu. Kedua, dasar pem beron takan petan i adalah pertarun gan kepen tin gan para petan i bertan ah m elawan tun tutan -tun tutan n egara. Terakhir, n egara telah m en ekan J awa begitu rupa hin gga m am pu m em -buat tun tutan -tun tutan n ya diberlakukan . Meskipun m em akan biaya yan g tin ggi, n egara m em an dan g biaya itu setara den gan hasiln ya.
Den gan dihapusn ya Sistem Tan am Paksa setelah 18 70 , m aka pajak uan g m en ggan tikan pajak kerja dan beberapa usaha dilakukan un tuk m em perken alkan hak m ilik pribadi yan g lebih kuran g m irip den gan kon sep hak m ilik di Barat. Kepem ilikan in dividual dan kon solidasi tan ah petan i dian ggap oleh pem erin -tah kolon ial yan g sudah tercerahkan sebagai sesuatu yan g m odern , liberal dan progresif. Akan tetapi pada lim a puluh tahun pertam a setelah dihapuskan n ya Sistem Tan am Paksa, in dividualisasi tan ah diten tan g oleh para pejabat lokal dan pen daftaran tan ah m en dapatkan perlawan an . Salah satu alasan m en gapa pejabat lokal m en en tan gn ya adalah karen a in divi-dualisasi itu m em buat rum it pen gum pulan pajak, berkaitan den gan m asalah pajak yan g harus dibayar desa dan pajak yan g harus dibayar oleh in dividu. Kepen tin gan terselubun g dari para pejabat desa itu juga m em ain kan peran yan g pen tin g.
ter-jadin ya diferen siasi dan in dividualisasi yan g lan tas diperkuat oleh beberapa peraturan agraria dan eksperim en eksperim en -n ya. Sejauh ya-n g dibicaraka-n adalah sekum pula-n besar peta-n i m iskin di desa, seoran g ekon om zam an Belan da m en ggam bar-kan hubun gan m ereka den gan perputaran uan g yan g sem akin besar den gan istilah bahwa petan i harus “m em beli uan g”. Artin ya, sem ua pen dapatan m ereka akhirn ya han ya habis un tuk m em en uhi tun tutan -tun tutan yan g m en desak dari luar. Selam a terjadin ya depresi pada tahun 1930 -an , ketika pen dapatan tun ai terlalu sedikit un tuk m em bayar pajak, m aka ban yak petan i m en yerahkan tan ahn ya kepada kepala desa, sedan gkan beberapa petan i lain m em in jam uan g dari oran g luar desa dan m en -jadikan tan ah m ereka sebagai jam in an utan g.
Sayan gn ya, pen getahuan ten tan g sejarah agraria di luar Pulau J awa sedikit sekali. Akan tetapi, n am pakn ya ban yak tem -pat di pulau-pulau lain dalam periode waktu yan g pan jan g m em perlihatkan beberapa kecen derun gan yan g berlawan an den gan kecen derun gan -kecen derun gan di J awa. Di beberapa daerah yan g lebih jaran g pen dudukn ya pen etrasi kapitalism e secara in ten sif terjadi setelah perten gahan abad k19. Pen e-trasi kapitalism e itu m en yebabkan m un culn ya kapitalis lokal. Ban yak petan i kecil terlibat dalam m en an am tan am an kom odi-tas ekspor, dan apa yan g disebut den gan istilah “karet rakyat” m em an g hadir berdam pin gan den gan perkebun an oran g-oran g Eropa. Pada saat terjadi depresi ekon om i, m aka sistem pertan i-an kom ersil un tuk ekspor itu si-an gat m en urun drastis, tetapi sis-tem itu kem udian dihidupkan lagi oleh beberapa kebijakan pem erin tah setelah kem erdekaan .
per-usahaan asin g un tuk dijadikan perkebun an tan am an kom oditas ekspor, baik di J awa m aupun di daerah lain (terutam a di Sum atera Utara yan g sam pai kin i ekon om in ya m asih didom in asi oleh produksi perkebuin ain ). Meskipuin setelah dihapuskain -n ya sistem ‘kuli ko-n trak’ ya-n g terke-n al kekejam a-n -n ya, yaitu sis-tem rekrutm en ten aga kerja yan g diikat oleh utan g biaya m obili-sasi m ereka dari J awa ke tem pat kerjan ya sehin gga upah tidak dibayar selam a jan gka waktu kon trak, tetap saja upah dan kon -disi pekerja perkebun an m erupakan yan g palin g buruk dian tara pekerja lain di In don esia. Selam a zam an pen jajahan J epan g (19421945) para pekerja perkebun an didoron g un tuk m en -duduki tan ah perkebun an un tuk m en an am tan am an subsisten . Setelah kem erdekaan dan dilakukan n ya n asion alisasi perke-bun an -perkeperke-bun an Belan da di akhir 1950 -an (padahal bebera-pa perusahaan asin g m en dabebera-patkan kem bali hak m ereka), m aka ben trokan perebutan tan ah an tara para pekerja dan pihak p er kebu n an ter u s ber lan gsu n g, baik d i J awa m au p u n d i Sum atera, dan ban yak di an tara m asalah-m asalah itu m asih harus diselesaikan hin gga sekaran g.
3. INDONESIA: BEBERAPA PERUBAHAN DI ERA MODERNISASI
bebera-pa m asalah politik in tern al. Sebagian pen jelasan n ya juga harus dicari dalam kebijakan para peren can a ketika m en cari solusi yan g didasarkan pada param eter-param eter tekn is (in frastruk-tur, in ten sifikasi dan kredit). Dalam praktikn ya, kebijakan itu m erupakan suatu kebijakan “bertaruh pada yan g kuat” (bettin g on the stron g), sebab han ya petan i bersawah, yan g berstatus layak m en dapat kreditlah yan g bisa ikut dalam program pem e-rin tah. Oleh karen a sebagian besar petan i tidak m en dapatkan apapun dari fasilitas baru itu, m aka produksi keseluruhan tetap ren dah. Padahal, syarat utam a un tuk m en in gkatkan kesejahte-raan oran g m iskin desa adalah diikutkan n ya petan i gurem dan petan i tak bertan ah ke dalam program reform a agraria yan g dilaksan akan pem erin tah. Beberapa kabin et yan g berkuasa se-jak 1946 hin gga 1960 selalu m em asukkan upaya perbaikan per-aturan agraria dalam program m ereka, tetapi baru pada 1960 Un dan g-Un dan g Pokok Agraria (UUPA) diterim a oleh DPR.
Berten tan gan den gan opin i um um di In don esia zam an sekaran g, UUPA dan Un dan g-Un dan g Pokok Bagi H asil 1960 (yan g m en gatur m aksim um luas tan ah pertan ian yan g boleh dim iliki seseoran g di areal yan g berbeda-beda m en urut kepa-datan pen duduk —5,0 ha di J awa yan g padat pen duduk, m isal-n ya—daisal-n m iisal-n im um 50 perseisal-n hasil diberikaisal-n kepada peisal-n g-garap dalam sistem bagi hasil, den gan biaya tan am dibagi dua) san gatlah m oderat jika diban din gkan den gan beberapa un dan un dan g agraria di n egara lain . Seben arn ya, draft un dan g-un dan g itu diten tan g oleh Partai Kom g-un is In don esia, sebab tidak cukup radikal m en urut PKI, dan juga karen a un dan g-un dan g itu m em form alkan kepem ilikan tan ah pribadi.
m en gu ku h kan platfor m PKI d an Bar isan Tan i In d on esia, sehin gga di beberapa daerah UUPA itu m en im bulkan apa yan g disebut den gan ‘Aksi Sepihak’' yan g dilakukan petan i dalam usaha m ereka un tuk lan gsun g m en guasai tan ah, yaitu den gan m elan ggar prosedur form al Pan itia Lan dreform lokal. Kejadian -kejadian itu m erupakan faktor utam a pen yebab m en yebarluasn ya koyebarluasn flik agraria di tahuyebarluasn tahuyebarluasn sebelum 1965. Pada gilirayebarluasn -n ya, kejadia-n -kejadia-n itu m e-n jadi pe-n yebab pe-n ti-n g dari peris-tiwa-peristiwa tragis 1965-1966 yan g m em buat ribuan oran g desa, terutam a di Bali dan J awa, m en jadi korban pergolakan politik tin gkat n asion al, padahal m ereka tidak begitu tahu apa yan g seben arn ya terjadi. Di In don esia, sebagaim an a haln ya di ban yak n egara lain , oran g desa m en jadi korban dari kon flik dan in trik politik tin gkat tin ggi, sem en tara m ereka sam a sekali tidak m em iliki ken dali atasn ya.
Peristiwa-peristiwa tragis itu m en im bulkan dam pak yan g terus ada terhadap prospek pelaksan aan lan dreform hin gga hari in i. Selam a periode sepuluh tahun an tara 1966-1976, secara luas oran g m en gan ggap bahwa topik lan dreform sudah m en jadi “tabu”. Bahkan di tahun -tahun belakan gan , m eskipun perhati-an pem erin tah sudah diperbarui, dperhati-an ada pern yataperhati-an -pern yata-an publik beberapa pejabat tin ggi n egara bahwa “lan dreform
bukan produk dari PKI”,7juga m eski pem erin tah terus
berpe-gan g pada prin sip-prin sip lan dreform yan g disebut di Bab I, in gatan pahit sejarah m asa lalu m asih m em buat beberapa pe-jabat n egara, kaum in telektual dan oran g awam m erasa perlu bertin dak den gan san gat hati-hati ketika m em un culkan soal apapun yan g berkaitan den gan m asalah agraria.
Kecen derun gan kepada kom ersialisasi pertan ian yan g di-usahakan oleh petan i kecil telah m un cul sejak lam a. Kecen de-run gan itu dipercepat di tahun -tahun sesudah 1966, yaitu ketika
sistem irigasi telah direhabilitasi, pen gen alan varietas baru, in put dan praktik pertan ian “Revolusi H ijau” berhasil m en aik-kan produksi beras pada ban yak sawah irigasi di In don esia.8
Akan tetapi, harapan bahwa m odern isasi dan in ten sifikasi pro-duksi beras juga bisa m em bawa kem akm uran yan g lebih besar dan keun tun gan yan g m erata bagi m ereka sem ua yan g terlibat dalam produksi beras, tidak terpen uhi.
Meskipun sedikit sekali pen elitian tersedia un tuk m endu-kung kesan um um kecenderungan-kecenderungan itu, nam pak-n ya m em apak-n g di J awa hapak-n ya m ereka yapak-n g m em iliki lahapak-n ber-irigasi lebih dari 0 ,5 ha-lah yan g bisa m en dapatkan keun tun gan dari in put bersubsidi yan g disediakan oleh program pem erin tah un tuk in ten sifikasi pertan ian . H in gga sekaran g di ban yak dae-rah, tekan an dilakukan kepada para petan i berlahan sem pit un tuk ikut dalam program in ten sifikasi atau sekuran gn ya un tuk m en an am varitas un ggul, m eskipun m ereka tidak m au. Oleh karen a m en ghadapi ken aikan harga in put dan tekan an dari in stan si pem erin tah dan para pem ilik tan ah, m aka ban yak pe-tan i kecil tidak lagi m am pu m en golah pe-tan ahn ya, sehin gga lebih suka m en yewakan n ya kepada petan i yan g lebih m am pu.
Men in gkatn ya m ekan isasi juga m en im bulkan beberapa perubahan di sektor pertan ian . Di J awa dan Sulawesi Selatan , pen ggun aan traktor tan gan un tuk m em bajak sawah m en im -bulkan dam pak besar bagi kesem patan kerja baik bagi para buruh tan i, m aupun bagi para pem ilik lahan yan g karen a han ya m em iliki tan ah sem pit terpaksa harus m en cari kerja upahan selain di sawahn ya sen diri. Pada saat yan g sam a, kesem patan kerja bagi perem puan juga berkuran g akibat dipergun akan n ya
alat pen an am bibit padi sem i m ekan is. Selain itu, lapan gan kerja perem puan juga berkuran g karen a sem akin tersebarluas-n ya m esitersebarluas-n petersebarluas-n ggilitersebarluas-n gatersebarluas-n padi yatersebarluas-n g m etersebarluas-n ggusur pekerjaatersebarluas-n m e-n um buk padi.
Beberapa perubahan sifat kelem bagaan juga telah terjadi di ban yak tem pat di J awa pada tahun -tahun belakan gan in i. H asil Sen sus Pertan ian 1963 dan 1973 m en un jukkan bahwa an gka pen yakapan turun tajam , m eskipun tidak diketahui bagaim an a sesun gguhn ya perubahan itu terjadi. Ada yan g m e-n gatakae-n bahwa di awal 1960 -ae-n , karee-n a takut bahwa peraturae-n
lan dreform akan m em aksa m ereka m en yerahkan tan ah kepada pen ggarap, m aka ban yak pem ilik tan ah m en in ggalkan praktik pertan ian bagi hasil dan beralih m en ggun akan buruh upahan . J uga ada an ggapan bahwa bagi pem ilik tan ah luas buruh upah-an itu lebih ekon om is daripada m em pekerjakupah-an petupah-an i pen g-garap un tuk m en gg-garap tan ah m ereka, terutam a setelah prog-ram in ten sifikasi diperken alkan . Sem akin ban yakn ya pen ggu-n aaggu-n uaggu-n g dalam ekoggu-n om i pedesaaggu-n juga m eggu-n im bulkaggu-n bebe-rapa perubahan dalam praktik pan en . Di J awa ada bebebebe-rapa daerah dim an a para pem ilik tan ah m em ilih m en jual hasil per-tan ian m ereka sebelum waktu pan en berdasarkan kon trak de-n gade-n m ade-n dor yade-n g de-n ade-n tide-n ya akade-n m ede-n gelola pede-n gaturade-n tede-n aga kerja pan en di tan ahn ya, sebab cara itu dian ggap lebih m en gun tgun gkan . J adi setelah relasi patron klien len yap, m aka m gun -cul relasi kon traktual di desa-desa.
g-kat sedem ikian tin ggi, sehin gga spekulasi tidak bisa dihin dari. Ketika tan ah dibagi-bagi di an tara para ahli warisn ya, m aka tan ah yan g didapatkan oleh m asin g-m asin g m ereka m en jadi begitu kecil sehin gga tidak ekon om is un tuk diusahakan , akibat-n ya m ereka lebih suka m eakibat-n jualakibat-n ya. Utaakibat-n g yaakibat-n g jatuh tem po daakibat-n keharusan un tuk m en dapatkan uan g un tuk berbagai keperluan , seperti pen didikan an ak, juga m en doron g petan i gurem un tuk m en jual tan ahn ya. Beberapa pen gam at m en dukun g pen dapat bahwa UUPA 1960 itu sen diri juga m en doron g peralihan tan ah sem acam itu lewat pen jualan , sebab tan ah kom un al yan g dulu-n ya bisa diwariskadulu-n tetapi tidak bisa dijual kepada oradulu-n g luar telah m en jadi kepem ilikan pribadi, sehin gga bisa dijual.
Pen guasaan tan ah bisa dilakukan oleh pen duduk di per-kotaan yan g in gin m en gin vestasikan m odal m ereka, sebab tidak ada laran gan un tuk m en gin vestasikan n ya den gan m em beli ta-n ah pertata-n iata-n di J awa. Ada keceta-n deruta-n gata-n yata-n g sem akita-n besar bahwa oran g-oran g kota itu sem akin ban yak yan g berusaha m en dapatkan hak pen ggun aan tan ah yan g luas di beberapa daerah terten tu di luar J awa, seperti di Lam pun g, un tuk pem -budidayaan tan am an kom oditas ekspor (cen gkeh, karet, kelapa, dsb.). Proses akum ulasi tan ah itu dapat dilakukan karen a batas m aksim um kepem ilikan tan ah yan g diatur dalam UUPA han ya bisa diberlakukan bagi tan ah hak m ilik dan tidak berlaku bagi hak gun a tan ah. Terlebih, persoalan kepem ilikan absen tee tidak diatur dalam hal hak gun a.
kasus sem acam itu, m aka para pem ilik tan ah m en jadi petan i pen ggarap bagi hasil atau lebih um um n ya m en jadi buruh tan i di tan ah m ereka sen diri. Dalam kasus un tuk m en ebus tan ah yan g sudah digadaikan , pem ilik tan ah m en jadi petan i pen ggarap di tan ahn ya sen diri hin gga ia bisa m en dapat hasil yan g cukup un -tuk m em beli tan ahn ya kem bali. Seben arn ya, praktik sem acam itu dilaran g oleh hukum . Pada akhirn ya, ketidakm am puan un tuk m en ebus tan ah serin gkali m em buat petan i harus m en jual tan ahn ya itu.
Beberapa ben tuk hubun gan ten aga kerja telah m en galam i evolusi dalam m erespon fen om en a kom ersialisasi pertan ian . Den gan m eluruhn ya tradisi bagi hasil dan adan ya kecen derun g-an pem ilik tg-an ah un tuk m en ggun akg-an buruh upahg-an , m aka para petan i gurem dan buruh tan i tak bertan ah terpaksa m en g-ikuti aturan kerja yan g seben arn ya lebih m erugikan diban d-in gkan den gan pola bagi hasil yan g diperbolehkan oleh UUPA. H al in i tidak lain agar m ereka pun ya akses un tuk m en dapatkan hasil pertan ian . Misaln ya, ban yak buruh tan i di berbagai daerah sekaran g m au m elakukan pekerjaan seperti pen an am an dan pem bibitan tan pa bayar, agar m ereka tetap bisa m em iliki ke-sem patan kerja un tuk m em an en . Oleh karen a petan i dihadap-kan pada kem un gkin an bahwa pem ilik tan ah bisa saja m em ilih m en ggun akan sistem kon trak un tuk m em an en sawahn ya dan karen a lapan gan pekerjaan di pertan ian san gat sedikit, m aka para petan i gurem dan buruh tan i itu terpaksa m en gikuti kese-pakatan sem acam itu. Dalam beberapa kasus, petan i gurem sudah siap un tuk m en jadi buruh tan i di m usim hujan agar bisa m en dapatkan hak atas tan ah secara bagi hasil di m usim kerin g berikutn ya. Karen a kekuatan tawar petan i pem ilik lahan sem pit dan buruh tan i tak bertan ah sem akin lem ah, m aka beberapa perubahan dalam relasi ten aga kerja itu akan terus terjadi dan akan sem akin m erugikan m ereka.
produk yan g dihasilkan n ya, m aka sem akin ban yak terjadi pe-n yerobotape-n yape-n g dilakukape-n oleh pem ukim liar terhadap tape-n ah yang dikuasai oleh negara dan berbagai institusi lainnya. Serang-kaian in siden yan g terjadi pada 1979 ketika para pem ukim liar m en an tan g kekuasaan pem erin tah di Sum atera Utara dan J awa Tim ur m erupakan cerm in an dari cara yan g digun akan oran g m iskin desa un tuk m elawan m arjin alisasi yan g sem akin besar. Begitu pula, pen dudukan ilegal tan ah hutan lin dun g dan hutan rehabilitasi telah m em bawa dam pak ekologis. Pen dudukan ilegal itu bukan han ya m en un jukkan adan ya tekan an populasi di daerah pedesaan tetapi juga m en un juk pada ken yataan bah-wa han ya sejum lah kecil oran g saja yan g sekaran g m em iliki akses terhadap tan ah. Sebagaim an a digam barkan oleh in siden di Sum atera Utara dan J awa Tim ur itu, beberapa warga desa term asuk juga perem puan sudah siap terlibat ben trok fisik gun a m elin dun gi apa yan g m ereka yakin i sebagai hak m ereka.
pdesaan kalah bersain g. Bahkan pasar lokal yan g dulun ya m e-n yerap produk pedesaae-n juga sem akie-n m ee-n gecil jum lahe-n ya, karen a dihadapkan pada m asukn ya baran g pabrik dari kota. Ketika in dustri rum ah tan gga skala kecil bisa bertahan hidup, m isaln ya seperti kain ten un tan gan , m aka produk-produk in d u str i ter sebu t m en jad i sed em ikian r en d ah ku alitasn ya sehin gga tidak m am pu bersain g, kecuali den gan harga yan g san gat ren dah. Ketika beberapa peluan g pen ghasilan tercipta di daerah pedesaan oleh in ovasi baru (m isaln ya an gkutan pe-desaan ), m aka akses ke peluan g pen ghasilan itu han ya bisa di-dapatkan oleh m ereka yan g berada pada strata sosial-ekon om i tin ggi, sebab perkem ban gan sem acam itu ham pir selalu m em -butuhkan akses ke kapital.
Sem akin m en in gkatn ya perpin dahan keluar dari daerah pedesaan adalah suatu ben tuk lain tan ggapan terhadap sem akin besarn ya m arjin alisasi dan keciln ya akses peluan g kerja di desa-desa J awa. Di sebagian besar peristiwa, perpin dahan itu terjadi m en uju daerah perkotaan (baik yan g perm an en m aupun yan g sirkular), sebab sektor in form al m em berikan harapan pen g-hidupan yan g lebih baik daripada pertan ian . Beberapa oran g bahkan m em ilih un tuk pergi jauh m en in ggalkan J awa sebagai tran sm igran yan g dibiayai pem erin tah m aupun sebagai tran s-m igran swadaya (spon tan ). Gagasan un tuk s-m es-m iliki lahan per-tan ian sekuran gn ya dua hektar (ukuran yan g diberikan kepada para tran sm igran biaya pem erin tah) terbukti san gat m en arik bagi para buruh tan i tak bertan ah dan para petan i kecil, m eski-pun beberapa lain n ya lebih m em ilih pen ghidupan yan g lebih tidak m en en tu di daerah perkotaan sebagai tukan g becak, pen -jual m akan an , pekerja ban gun an dan sejen isn ya.