• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I.Pendahuluan

I-

7

BAB I

PENDAHULAUAN

Rencana Program Investas

Jangka Menengah 2016 -2020

Kota Tidore Kepulauan

(2)

BAB I.Pendahuluan

I-1

1.1. Latar Belakang

Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar

rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan.

Selain itu, infrastruktur juga memegang peranan penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global.

Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diperlukan keterpaduan

antara 3 (tiga) pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan yang kemudian

diperkuat dengan dimensi kelembagaan. Pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan secara umum tercermin dalam indikator–indikator antara lain: (1)

indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan dampak ekonomi;

(2) tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat

marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur

sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di

masyarakat; dan (3) dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta

ekosistem (keanekaragaman hayati).

Dengan demikian, dalam setiap penyelenggaraan pembangunan, khususnya

pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat, harus

selalu berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan yang

memperhatikan daya dukung agar hasil pembangunan selain dapat

dimanfaatkan untuk generasi sekarang juga dapat diwariskan pada generasi

mendatang.

Selanjutnya, Pengarusutamaan Gender (PUG) diartikan sebagai strategi yang

dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang memperhatikan kualitas

hidup, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan laki-laki dan

(3)

BAB I.Pendahuluan

I-2

kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara

ekonomi), yang diperoleh dari indikator kesetaraan akses, kontrol, partisipasi

dalam pembangunan dalam memperoleh manfaat hasil-hasil pembangunan.

Dalam kaitan tersebut, maka diperlukan peningkatan efektifitas pelembagaan

PUG ke dalam budaya internal organisasi, mewujudkan penyelenggaraan

infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang terintegrasi dengan

aspek gender; serta mewujudkan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender (PPRG) di seluruh unit organisasi.

Makna dari tata kelola pemerintahan yang baik adalah merupakan tatanan

pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip

tertentu, antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi,

supremasi hukum, keadilan dan partisipasi. Penerapan tata kelola pemerintahan

yang baik secara konsisten dan berkelanjutan mempunyai peranan yang sangat

penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional. Penerapan tata

kelola pemerintahan yang baik harus dilaksanakan secara konsisten,

berkelanjutan dan dilakukan pada seluruh aspek manajemen penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

sampai dengan pengendaliannya. Penerapan tata kelola pemerintahan yang

baik akan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, pelayanan

publik yang berkualitas serta kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi yang

tinggi. Ketiganya merupakan prasyaratkeberhasilan pembangunan.

Pemerintahan yang bersih akan meningkatkan pengelolaan sumber aya

pembangunan yang akuntabel, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan

menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, pelayanan publik yang baik

dapat menciptakan kondisi kehidupan masyarakat yang lebih aman, nyaman,

meningkat kesejahteraannya, serta dapat mengekspresikan dirinya secara

maksimal. Lebih jauh, diharapkan pelayanan publik yang baik dapat

memfasilitasi dunia usaha nasional dan pemangku kepentingan lainnya,

sehingga dapat ikut memacu peningkatan kapasitas perekonomian nasional.

Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam UU No 17 Tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025

yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(4)

BAB I.Pendahuluan

I-3

RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk

mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang

mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan

yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada

daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya

alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana

yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

berdasarkan kepada :

1. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya

meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh

menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak

keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh

merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu

keseimbangan ekosistem.

2. Dimensi Pembangunan;

a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat . Pembangunan

mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan,

tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

b. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan

pangan, ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan

kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan,

Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak

tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar dan

terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan

ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman

dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi

keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan

modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri

(5)

BAB I.Pendahuluan

I-4

c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus

meminimalkan kesenjangan, baik antar kelompok pendapatan, maupun

antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan

prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan

Timur.

3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi

kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan

demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

4. Quickwins.. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat

terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi

dan partisipasi masyarakat.

Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang

ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda

prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan 3.desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

sehinggabangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa

Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategisekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia..

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,

(6)

BAB I.Pendahuluan

I-5

nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang

mencakup:

a. Sasaran Makro;

b. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: .

c. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: .

d. Sasaran Dimensi Pemerataan:

e. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah:

f. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan

Dengan demikian, Untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar

wilayah, harus difokusan Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional

Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat

mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu

Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap

menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah

Indonesia, sehingga pembangunan daerah merupakan perwujudan dan

pelaksanaannya. Pendayagunaan sumber daya alam, sumber daya manusia

dan sumber daya buatan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat perlu

dilakukan secara terencana, terpadu dan optimal sesuai dengan pengelolaan

lingkungan bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Seiring dengan kebutuhan pembangunan yang dikeluarkan daerah, maka salah

satu upaya penting yang dilakukan daerah adalah dengan pemahaman persepsi

dan peningkatan kemampuan operasionalisasi oleh karena itu pada setiap

bidang Cipta Karya memerlukan suatu rincian program dan kegiatan yang telah

dilaksanakan ataupun yang akan dilaksanakan sehingga rencana

pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah pun dapat sejalan

dan mempunyai benang merah yang sama.

Selain itu untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan di daerah perlu

merinci pendanaan yang dibutuhkan pada setiap kegiatannya yang dituangkan

dalam rencana program investasi jangka menengah (RPIJM) yang mempunyai

(7)

BAB I.Pendahuluan

I-6

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Tujuan penyiapan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPJM)

Daerah Bidang Cipta Karya Tidore Provinsi Maluku Utara adalah untuk

mendorong terwujudnya kemandirian daerah dalam penyelenggaraan

pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan yang berkelanjutan serta

terintegrasi dalam pengembangan wilayah dalam rangka mengembangkan

kehidupan sosial yang adil dan demokratis, aman damai serta kehidupan

ekonomi nasional yang lebih sejahtera.

1.2.2. Tujuan

Sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan

penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPIJM

(8)

BAB I.Pendahuluan

I-

7

1.3. Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

NASIONAL

(9)

BAB I.Pendahuluan

I-

7

1.4. Muatan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Muatan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) adalah sebagai

berikut ini:

BAB 1. PENDAHULUAN

Pada Bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan

tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya, serta muatan RPIJM Bidang Cipta

Karya.

BAB 2. PROFIL KABUPATEN/KOTA

Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah,

demografi dan urbanisasi, serta isu strategis Kabupaten/Kota.

BAB 3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

Pada bab ini berisi arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya dan

rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya

BAB 4. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

Pada Bagian ini membahas tentang analisis sosial, ekonomi, dan lingkungan antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan analisis kemiskinan.

BAB 5. KERANGKA STRATEGI PENDANAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA

KARYA

Bagian ini membahas mengenai kebutuhan investasi, potensi

pendanaan, dan alternatif pendanaan.

BAB 6 . KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA

Bagian ini membahas mengenai kerangka kelembagaan dan kerangka

regulasi yang ada di kabupaten/kota.

BAB 7. RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur

Bidang Cipta Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor

Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan

Lingkungan, Pengembangan SPAM, dan Pengembangan PLP.

Pada setiapsektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta

(10)

BAB I.Pendahuluan

I-1

BAB 8. MEMORANDUM PROGRAM JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA

KARYA

Pada bab ini berisi mengenai matriks program investasi RPIJM

Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program pada kawasan

Gambar

Gambar  I.1.  Bagan  Kedudukan  Rencana Investasi  Jangka   Menengah

Referensi

Dokumen terkait

7-16 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 Pembangunan Penataan Kawasan

Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cimahi Tahun 2015 -

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 - 2015.. PEMERINTAH

Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya tahun 2018 adalah suatu penelaahan kegiatan kegiatan yang terdapat dalam dokumen RPIJM