SKRIPSI
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA ANGKATAN 2014 TENTANG PENTINGNYA SERAT UNTUK MENCEGAH KONSTIPASI
Oleh :
SONYA DESFIRINA 130100072
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA ANGKATAN 2014 TENTANG PENTINGNYA SERAT UNTUK MENCEGAH KONSTIPASI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
SONYA DESFIRINA 130100072
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
i
ii
ABSTRAK
Prevalensi konstipasi di Indonesia cukup tinggi mengingat masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi serat. Berdasarkan data yang diperoleh dari National Health Interview Survey pada tahun 1991, terdapat sebanyak 4,5 juta jiwa yang mengalami konstipasi. Angka konsumsi serat masyarakat Indonesia sangat kurang. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013, sebanyak 93,6% dan 93,5% penduduk Indonesia kurang memakan sayur dan buah. Meskipun serat tidak mengandung zat gizi, hasil penelitian membuktikan bahwa serat dapat menurunkan risiko terjadinya konstipasi dengan merangsang peristaltik usus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dan pengambilan sampel ini dilakukan secara simple random sampling dengan menggunakan 96 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 mengenai serat dikategorikan tingkat pengetahuan baik. Terdapat 72,9% mahasiswa dan mahasiswi dengan tingkat pengetahuan baik, 24% mahasiswa dan mahasiswi dengan tingkat pengetahuan sedang, dan 3,1% mahasiswa dan mahasiswi dengan tingkat pengetahuan kurang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 adalah baik.
Kata Kunci : Serat, konstipasi, tingkat pengetahuan.
iii
ABSTRACT
The prevalence of constipation in Indonesia is quite high considering the Indonesian people consume less fiber. Based on statistic obtained from the National Health Interview Survey in 1991, there were an estimated 4.5 million people who suffered from constipation. The fiber’s consumption number of Indonesian people was very less. Based on Research of Basic Health report 2007 and 2013, about 93.6% and 93.5% of Indonesian people consumed less vegetables and fruits. Eventhough fiber does not contain nutrients, observation proved that fiber could minimize the risk of constipation by stimulating intestinal peristalsic.
This research aims was to determine how the knowledge level of Medicine Faculty USU students about the importance of fiber to prevent constipation. The research method was descriptive with cross-sectional and sampling was performed simple random by using 96 respondent who were suitable with inclusion and exclusion criteria.
The result of this research showed that the knowledge level of Medicine Faculty USU students 2014 about fiber was categorized good knowledge level generally. There were 72.9% of students with the good knowledge level, 24%
with moderate, and 3,1% with the less knowledge level.
The result of this research showed that the knowledge level of Medicine Faculty USU students of 2014 were almost good.
Keywords: Fiber, constipation, level of knowledge.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul
“
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2014 TENTANG PENTINGNYA SERAT UNTUK MENCEGAH KONSTIPASI”.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Kedokteran di Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), FINASIM dan dr. Melati Silvanni Nasution, Sp.PD selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari penulisan proposal sampai skripsi ini selesai.
3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, Ramli Sulaiman dan Sri Gana Hari Bulan S.Pd yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan telah membesarkan saya dengan sepenuh hati dan kasih sayang.
5. Kepada adik-adik saya tersayang, Eva Masyitah dan Ridho Antonio yang telah mendoakan dan memotivasi penulis.
v
6. Kepada Hana Fauziah, Ruth Tri Mentari, Natassha Bianca Sembiring dan Sholimah, selaku teman satu dosen pembimbing saya. Terima kasih karena selalu menemani saat penelitian dan menjadi teman baik selama bimbingan.
7. Kepada teman-teman terdekat saya Sari, Rahmi, Mira, Fatimah, Fidya, Ayu, Rizqi Shaleh, Endang dan seluruh teman-teman Stambuk 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
8. Kepada teman spesial Ahmad Rizky Siregar yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan menjadi sumbangan yang sangat berarti guna untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan hasil skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara Indonesia. Dan Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan budi baik mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan,………2016 Penulis
Sonya Desfirina NIM 130100072
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1. Bagi Pendidikan FK USU ... 3
1.4.2. Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi FK USU ... 3
1.4.3. Bagi Peneliti ... 4
1.4.4. Bagi Masyarakat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Serat... 5
2.1.1 Pengertian Serat... 5
2.1.2 Klasifikasi Serat ... 5
2.1.3 Dietary Reference Intake (DRI) Serat ... 6
2.1.4 Pengaruh Serat Makanan terhadap Saluran Pencernaan 7 2.1.5 Manfaat Konsumsi Serat ... 8
vii
2.2. Konstipasi ... 9
2.2.1 Definisi Konstipasi ... 9
2.2.2 Penyebab Konstipasi ... 9
2.2.3 Faktor Risiko Konstipasi ... 10
2.2.4 Klasifikasi Konstipasi ... 10
2.2.5 Gejala Klinis Konstipasi... 12
2.2.6 Diagnosis Konstipasi ... 12
2.2.7 Penatalaksanaan Konstipasi ... 13
2.3. Pengetahuan ... 15
BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ... 18
3.1. Kerangka Teori... 18
3.2. Kerangka Konsep ... 19
BAB IV METODE PENELITIAN ... 20
4.1. Rancangan Penelitian ... 20
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
4.3.1 Kriteria Inklusi ... 21
4.3.2 Kriteria Eksklusi ... 21
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21
4.4.1 Data Primer ... 21
4.4.2 Data Sekunder ... 22
4.4.3 Instrumen Penelitian ... 22
4.5. Pengolahan Data... 22
4.6. Definisi Operasional... 22
4.6.1 Cara Ukur ... 22
4.6.2 Alat Ukur ... 23
4.6.3 Hasil Ukur ... 23
4.6.4 Skala Ukur ... 23
viii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 24
5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 24
5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 25
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 25 5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku... 26
5.1.2.5 Karakteristik responden berdasarkan kuesioner 27 5.1.3 Hasil Analisis Statistik ... 28
5.2. Pembahasan ... 28
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 31
6.1 Kesimpulan ... 31
6.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin ... 24
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia ... 25
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan usia ... 25
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan suku ... 26
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang serat ... 27
Tabel 5.6 Rata-rata tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi ... 28
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 1 Kerangka Teori ... 18
Gambar 2 Kerangka Konsep ... 19
xi
DAFTAR SINGKATAN
1. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
2. DRI : Dietary Reference Intake
3. SPSS : Statistic Package for Social Science
4. AI : Adequate Intake
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, asupan serat dianjurkan lebih tinggi, mengingat banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Badan Kesehatan Dunia sudah mengeluarkan angka kecukupan asupan gizi (adequate intake) serat makanan yang bisa dijadikan acuan untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan dan kesehatan organ tubuh lainnya.
Nilai AI serat makanan bagi orang dewasa, sekarang ditetapkan sebesar 25-30 gram/hari. Sebelumnya (pada tahun 1972), hanya ditetapkan sebesar 16-28 gram/hari atau setara dengan 1-4% crude intake british diets. Dalam american diet, serat makanan yang dianjurkan sebesar 5-8 gram/100 gram serat kasar (crude fiber).1
Mengingat serat dalam usus bersifat mampu menyerap air dalam jumlah besar, maka diet kaya serat perlu diimbangi dengan minum air minimum 2-2,5 liter per hari atau setara dengan 8-10 gelas. Kemampuan mengikat air dari serat buah dan sayuran berbeda. Serat dedak mampu mengikat 2-6 gram air per gram berat kering bahan. Serat wortel dan serat apel mampu menyerap air 30 kali berat bahannya. Serat biji-bijian mengikat lebih banyak air dibandingkan dengan serat buah dan sayur.1 Serat larut air dapat mengoptimalkan waktu yang diperlukan saat makanan masuk ke dalam mulut hingga sisa-sisa makanan yang dikeluarkan dalam bentuk feses (transit time). Pada orang dengan pola makan tinggi serat, makanan perlu transit time sekitar 30 jam. Sebaliknya, orang dengan menu diet rendah serat, seperti orang Eropa dan Amerika, memiliki transit time lebih dari 48 jam.1
Meskipun serat tidak mengandung zat gizi, hasil penelitian membuktikan bahwa serat memiliki fungsi yang tidak tergantikan oleh zat lainnya dalam memicu terjadinya kondisi fisiologis dan metabolis yang dapat memberikan perlindungan terhadap kesehatan saluran pencernaan terutama usus halus dan kolon.1 Konsumsi serat sering diabaikan karena kekurangan serat jarang
2
menyebabkan seseorang mengeluhkan gejala-gejala yang mengganggu kualitas hidupnya. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013, sebanyak 93,6% dan 93,5% penduduk Indonesia kurang memakan sayur dan buah, selain itu juga disebutkan kurang dari 10% masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi serat. Persentase ini sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara- Negara ASEAN lainnya.2
Kekurangan serat dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan, salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi merupakan suatu keadaan sulit defekasi dalam waktu 2 minggu atau lebih yang meliputi berkurangnya frekuensi defekasi atau meningkatnya konsistensi feses yang menyebabkan nyeri saat defekasi.3 Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta penduduk Amerika Serikat mengeluh menderita konstipasi terutama pada anak-anak, perempuan, dan orang yang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini menyebabkan kunjungan ke dokter sebanyak 2,5 juta kali/tahun dan menghabiskan dana sekitar 725 juta dolar untuk obat-obatan pencahar.4 Di Indonesia kejadiannya antara 0,3-10,1% dimana 90% di antaranya merupakan konstipasi fungsional.5 Pada tahun 2010 pernah dilaporkan dari studi cross- sectional di Sumatera Utara terhadap 82 siswa berusia 10-14 tahun, 32 di antaranya mengalami konstipasi dengan rincian 28% pada perempuan dan 11%
pada laki-laki serta konstipasi banyak terjadi pada anak dengan gizi lebih (obesitas).6
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, angka prevalensi kejadian konstipasi di Indonesia tergolong cukup tinggi.Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2014 tahun 2016 tentang pentingnya konsumsi serat sebagai salah satu pencegahan konstipasi.
Sebagaimana diketahui bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) merupakan salah satu Fakultas Kedokteran yang nantinya merupakan kader kesehatan di kota Medan. Penulis ingin mengetahui apakah pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi sudah baik. Dimana kelak mahasiswa dan mahasiswi Fakultas
3
Kedokteran akan berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk melakukan tindakan preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi di Universitas Sumatera Utara.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden dan gambaran pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 mengenai pengertian serat, klasifikasi serat, jenis serat, sumber serat, manfaat serat, Dietary Reference Intake serat, definisi konstipasi, dan penyebab konstipasi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Fakultas Kedokteran untuk meningkatkan kurikulum terutama pada Departemen Gizi.
1.4.2 Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi mengenai pentingnya mengkonsumsi serat.
4
1.4.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan di bidang penelitian dan meningkatkan pengetahuan mengenai serat serta sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu penelitian yang telah dipelajari di bangku perkuliahan.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi serat untuk mencegah konstipasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Serat
2.1.1 Pengertian serat
Serat (fiber) merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat resisten terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia, serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar.7
2.1.2 Klasifikasi serat
Serat dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : serat yang larut dalam air (soluble fiber) dan serat yang tidak larut dalam air (insoluble fiber).8
1. Serat yang Larut dalam Air
Serat yang larut dalam air disebut juga sebagai serat yang dapat difermentasi, contohnya dapat ditemukan dalam gandum, buah-buahan, seperti pisang dan apel, kacang-kacangan (beans, peas) serta sayuran seperti wortel dan kentang.
Di bawah ini yang termasuk serat yang larut dalam air adalah : a. Pektin
b. Gum c. Mukilase d. Glukan e. Algal
Serat yang termasuk dalam kelompok ini akan larut atau mengembang di dalam air sehingga membentuk gel di dalam saluran cerna.9
Pektin terdapat di dalam sayur dan buah, terutama jenis sitrus, apel, jambu biji, anggur dan wortel. Senyawa pektin juga berfungsi sebagai bahan perekat antar dinding sel. Buah-buahan yang mempunyai kandungan pektin tinggi baik untuk dibuat jam atau jeli. Gum dan pektin digunakan dalam industri pangan sebagai pengental, emulsifier, dan stabilizer. Mukilase terdapat dalam
6
biji-bijian dan akar yang berfungsi untuk mencegah pengeringan. Beta-glukan terdapat dalam serealia, terutama di dalam oat dan barley yang berperan dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Algal di Indonesia banyak digunakan sebagai agar-agar, bahan pengental, dan stabilizer.8
2. Serat yang tidak Larut dalam Air
Serat yang tidak larut dalam air dikenal juga sebagai serat yang dapat difermentasi sebagian, contohnya dapat ditemukan dalam cereal yang kaya serat, biji-bijian, sayuran, serta kacang-kacangan (nuts).9
Yang termasuk serat tidak larut dalam air adalah:
a. Selulosa b. Hemiselulosa c. Lignin
Ketiga jenis serat ini merupakan kerangka struktural semua tumbuh- tumbuhan. Selulosa merupakan komponen utama dinding sel tumbuh- tumbuhan. Selulosa yang berasal dari makanan nabati akan melewati saluran cerna secara utuh. Selulosa dapat melunakkan dan memberi bentuk pada feses karena mampu menyerap air, sehingga membantu gerakan peristaltik usus, dengan demikian membantu defekasi dan mencegah konstipasi. Hemiselulosa merupakan merupakan bagian utama serat serealia. Lignin tidak terfermentasi dan bagian keras dari tumbuhan yang memperkuat struktur tumbuh-tumbuhan sehingga jarang dimakan. Contohnya terdapat pada bagian inti di dalam wortel, biji jambu biji dan di dalam tangkai sayuran.8
2.1.3 Dietary Reference Intake (DRI) serat
Dietary Reference Intake (DRI) adalah patokan untuk menentukan kecukupan gizi seseorang untuk hidup sehat. Berdasarkan National Academy of Sciences, yaitu :10
1. Anak-anak
a. 1-3 tahun : 19 gram/hari b. 4-8 tahun : 25 gram/hari
7
2. Pria
a. 9-13 tahun : 31 gram/hari
b. 14-18 tahun : 38 gram/hari c. 19-30 tahun : 38 gram/hari d. 31-50 tahun : 38 gram/hari e. > 50 tahun : 30 gram/hari
3. Wanita
a. 9-13 tahun : 26 gram/hari
b. 14-18 tahun : 36 gram/hari c. 19-30 tahun : 25 gram/hari d. 31-50 tahun : 25 gram/hari e. > 50 tahun : 21 gram/hari
2.1.4 Pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan Pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan adalah : 1. Mulut
Makanan yang kaya akan serat dan tidak digiling halus akan terasa kasar dan penuh sehingga harus dikunyah lebih lama daripada makanan yang telah digiling halus. Pekerjaan mengunyah tambahan ini akan meningkatkan pengeluaran air liur (salivasi). Baik peningkatan proses mengunyah maupun salivasi akan membantu mempertahankan kesehatan gigi serta gusi.
2. Lambung
Pada umumnya makanan yang kasar dan banyak mengandung serat akan tinggal lebih lama di dalam lambung dibandingkan bentuk halus makanan yang sama. Perlambatan pengosongan lambung ini menyebabkan seseorang merasa kenyang setelah makan dan dengan demikian makan lebih sedikit. Ini juga berarti bahwa makanan masuk lebih lambat ke dalam usus halus sehingga proses pencernaan dan penyerapan oleh usus halus juga diperlambat.
3. Usus halus
Berbagai tipe serat menghasilkan berbagai macam pengaruh terhadap fungsi usus halus. Kelompok serat yang kerjanya telah diketahui dengan jelas adalah
8
pektin, gum, dan mukilase. Jenis serat ini meningkatkan viskositas isi usus halus dan memperlambat laju penyerapan produk pencernaan. Meskipun pencernaan sudah selesai, proses tersebut akan berlanjut lebih lama lagi hingga di sebelah distal usus halus dibandingkan dengan keadaan di mana serat tidak terdapat.
Waktu transit usus halus diubah oleh sebagian besar serat. Apakah perubahannya berupa peningkatan ataukah penurunan waktu transit, semuanya bergantung terutama kepada tipe serat. Semua serat, kecuali serat yang berbentuk partikel, seperti bekatul, akan memperlambat transit usus halus.
4. Usus besar
Di sini jelas bahwa serat memiliki pengaruh yang sangat penting dan tidak dapat diperdebatkan lagi. Walaupun serat tidak dapat dipecah oleh enzim dan getah hasil sekresi usus halus, hanya sedikit serat yang diekskresikan ke dalam feses tanpa mengalami perubahan. Sebagian besar serat akan dipecah oleh bakteri dalam saekum dan kolon. Produk proses penguraian oleh bakteri tersebut berupa gas, asam-asam lemak rantai pendek dan molekul kecil lainnya. Semua substansi ini dan sifat menahan air pada fragmen serat yang tersisa secara bersama-sama akan menghasilkan suatu massa tinja yang lebih besar. Akibat massa tinja yang banyak dan lunak (karena mengandung air) adalah :
a. Pengurangan waktu transit dalam kolon b. Penurunan tekanan intrakolon
c. Peningkatan frekuensi buang air besar11
2.1.5 Manfaat konsumsi serat
Manfaat mengkonsumsi serat dalam tubuh, yaitu : 1. Dapat membantu dalam proses defekasi
2. Dapat menurunkan kadar kolesterol darah
3. Dapat mencegah gangguan pada sistem pencernaan, seperti : konstipasi, hemoroid, penyakit divertikulosis, kanker usus besar
4. Dapat mengontrol berat badan agar tidak kegemukan
5. Dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dan jantung koroner yang berkaitan dengan kadar kolesterol darah tinggi8
9
2.2. Konstipasi
2.2.1 Definisi konstipasi
Konstipasi adalah gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas atau lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, tinja yang keras, dan perlu ekstra mengejan. Dikatakan seseorang konstipasi apabila buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar diperlukan mengejan secara berlebihan.4
2.2.2 Penyebab konstipasi
Penyebab konstipasi antara lain : 1. Pola hidup
Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, kurang olah raga.
2. Obat-obatan
Antikolinergik, penyekat kalsium, alumunium hidroksida, suplemen besi dan kalsium, opiat (kodein, morfin).
3. Kelainan struktural kolon.
Tumor, striktur, hemoroid, abses perineum, megakolon.
4. Penyakit sistemik .
Hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes melitus.
5. Penyakit neurologi
Hirschprung, lesi medula spinalis, neuropati otonom.
6. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronik.
7. Irritable Bowel Syndrome tipe konstipasi.4
10
2.2.3 Faktor risiko konstipasi
Berbagai faktor risiko terhadap terjadinya konstipasi meliputi : 1. Balita dan anak-anak
Anak sering mengalami konstipasi fungsional karena pola pergerakan usus besar belum terlatih
2. Usia > 55 tahun
3. Riwayat operasi abdomen atau perianal/pelvis sebelumnya 4. Kehamilan usia tua
5. Kurangnya aktivitas fisik 6. Diet rendah serat
7. Kurangnya intake makanan dan minuman12,13
2.2.4 Klasifikasi konstipasi
Berdasarkan hal tersebut, konstipasi dibagi atas dua kelompok, yaitu : 1. Konstipasi Primer
Konstipasi primer terjadi karena kelainan pada saluran cerna. Keadaan ini dibagi atas 3 kelompok, yaitu :
a. Konstipasi transit normal, disebut juga konstipasi fungsional
Konstipasi transit normal atau konstipasi fungsional merupakan keadaan konstipasi yang paling sering ditemukan. Dalam keadaan ini, feses didorong ke bagian distal saluran cerna dalam waktu yang normal.
Konstipasi pada keadaan ini diduga oleh karena kesulitan pada saat evakuasi feses atau oleh karena feses yang keras. Pasien biasanya mengeluh kembung dan rasa tidak nyaman di perut atau bahkan nyeri perut. Kadang-kadang pada kelompok ini tampak adanya gangguan psikososial.
b. Konstipasi transit lambat
Konstipasi transit lambat ditandai dengan melambatnya pasase feses di kolon. Konstipasi jenis ini umumnya terjadi pada wanita usia muda dengan frekuensi defekasi sekali dalam seminggu atau kurang. Keadaan ini sering mulai muncul pada usia pubertas yang disertai kurangnya sensasi untuk
11
defekasi, kembung serta rasa tidak nyaman di perut. Penyebab dari konstipasi ini belum sepenuhnya jelas, namun diduga karena adanya kelainan pada fleksus mienterikus, kelainan pada persarafan kolinergik serta kelainan pada system transmisi neuromuscular nor adrenergik.
c. Disfungsi anorektal
Pada disfungsi anorektal, terjadi koordinasi yang tidak efisien dari otot- otot di daerah pelvis pada saat proses evakuasi. Istilah lain untuk keadaan ini adalah anismus, pelvic floor dyssynergia atau disfungsi pelvic floor.
Keadaan ini dapat terjadi akibat kebiasaan dalam jangka panjang menahan buang air besar untuk menghindari timbulnya rasa sakit yang disebabkan oleh massa feses yang besar dan keras, fissura ani atau hemoroid.
Penyebab lain dari disfungsi anorektal adalah kelainan struktural di daerah anorektal seperti intususepsi rektum, rektokel dan desensi daerah perianal yang eksesif. Pasien umumnya mengeluh perasaan evakuasi yang tidak tuntas, perasaan tersumbat (obstruksi) serta memerlukan manipulasi digital untuk evakuasi feses. Disfungsi anorektal bisa terjadi karena kebiasaan defekasi yang salah, dan umunya tidak terjadi pada masa anak-anak.
2. Konstipasi Sekunder
Konstipasi sekunder adalah keadaan konstipasi yang disebabkan berbagai keadaan atau berbagai penyakit sistemik (kelainan organik), seperti :
a. Penyakit metabolik (diabetes, hipotiroid, hipokalemia, hiperkalsemia, uremia, keracunan logam berat)
b. Keadaan miopati (amiloidosis, scleroderma)
c. Neuropati (Parkinson, trauma medulla spinalis, tumor, megakolon) d. Psikiatri (depresi, penyakit sendi degeneratif, neuropati otonom) e. Imobilisasi
f. Obstruksi mekanik, seperti kanker kolon, striktur, rektokel besar, megakolon atau fisura ani
g. Konstipasi karena asupan serat dan air tidak adekuat
h. Obat-obatan seperti antasid, antikolinergik, antidepresan serta berbagai obat lainnya12,13
12
2.2.5 Gejala klinis konstipasi
Gejala klinis dari konstipasi, yaitu :
1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan buang air besar 2. Mengejan keras saat buang air besar
3. Massa feses yang keras dan sulit keluar 4. Perasaan tidak tuntas saat buang air besar 5. Sakit pada daerah rektum saat buang air besar 6. Rasa sakit pada perut saat buang air besar
7. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam 8. Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses 9. Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa buang air besar4
2.2.6 Diagnosis konstipasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat harus dilakukan untuk menyingkirkan berbagai penyebab konstipasi sekunder. Anamnesis harus menggali informasi sebagai berikut :
1. Karakteristik dari konstipasi (frekuensi, sensasi rektal, kesulitan defekasi dan konsistensi feses)
2. Keluhan-keluhan gastrointestinal yang menyertai 3. Berbagai keadaan komorbid
4. Riwayat penggunaan obat-obatan 5. Kebiasaan makan (asupan serat dan air) 6. Aktivitas sehari-hari
7. Ada tidaknya tanda alarm : hematokezia, tumor intraabdomen, riwayat kanker kolorektal pada keluarga, inflammatory bowel disease, penurunan berat badan
>5 kg, anoreksia, mual muntah kronis.
Setelah itu, pemeriksaan fisik dilakukan dengan sistematis, yang meliputi : 1. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : apakah ada bekas operasi atau distensi perut
b. Palpasi : apakah perut teraba tegang, nyeri, atau ada masa intraabdomen maupun feses yang teraba (skibala)
13
c. Perkusi : apakah ada massa atau banyak gas
d. Auskultasi : bising usus normal, menurun atau meningkat 2. Pemeriksaan colok dubur
a. Nilai tonus sfingter ani
b. Bila ditemukan feses, nilai konsistensi dan warna feses c. Apakah ditemukan darah
d. Apakah ada tumor, hemoroid, fisura, fistel, atau prolaps 3. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium, meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap, kadar kalsium darah, gula darah, elektrolit, fungsi tiroid
b. Analisis feses c. Urinalisis
d. Radiologi : meliputi foto polos abdomen, radiografi dengan barium enema, atau CT kolonografi
e. Sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi diikuti biopsy f. Pemeriksaan fungsi kolorektal :
1) Pemeriksaan waktu transit kolon 2) Manometri anorekta
g. Defekografi atau baloon expulsion test12,13
2.2.7 Penatalaksanaan konstipasi
Penatalaksanaan konstipasi antara lain : 12,13 1. Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologis harus segera dimulai dengan cara modifikasi gaya hidup, yaitu :
a. Diet tinggi serat dan banyak minum. Diet tinggi serat dapat mengurangi waktu transit kolon serta meningkatkan massa feses. Asupan serat dianjurkan sekitar 20-30 gram per hari. Minum yang cukup dapat juga membantu mempertahankan motilitas usus
b. Bowel training. Sebagian besar pasien memiliki pola buang air besar yang teratur setiap hari dengan waktu yang hampir sama. Waktu yang optimal
14
untuk defekasi biasanya segera setelah bangun pagi dan setelah makan (pengaruh refleks gastrokolik), ketika aktivitas kolon dalam keadaan puncaknya
c. Olahraga / meningkatkan aktivitas fisik. Konstipasi sering terjadi pada pasien-pasien yang banyak bedrest atau kurang gerak. Laporan dari The National Health and Nutrition Examination Survey,USA, menyatakan bahwa risiko terjadinya konstipasi dua kali lebih besar pada pasien-pasien dengan aktivitas fisik yang kurang
2. Terapi Farmakologis
Kombinasi antara diet tinggi serat dan penggunaan obat-obat laksatif dapat meningkatkan frekuensi buang air besar. Tidak ada pedoman untuk menentukan golongan laksatif yang akan diberikan kepada pasien.
a. Bulk Laxative. Obat-obatan bulk laxative terdiri dari yang bisa larut (psyllium, pektin, plantago) dan yang tidak bisa larut selulosa. Golongan laksatif ini bersifat hidrofilik, menyerap air dari lumen usus yang akhirnya dapat meningkatkan massa feses dan melunakkan konsistensi feses.
b. Laksatif osmotik. Golongan laksatif osmotic (saline laxative) seperti magnesium hidroksida (milk of magnesia), magnesium sitrat dan natrium bifosfat (phosphosoda) bersifat hiperosmolar, menyebabkan sekresi air ke dalam lumen saluran cerna berdasarkan aktivitas osmotik. Golongan laksatif ini cukup aman karena bekerja di lumen kolon dan tidak menimbulkan efek sistemik. Namun pada penggunaan laksatif ini dapat terjadi gangguan elektrolit (hipokalemia).
c. Stimulant Laxative. Bisacodyl dan senna dapat meningkatkan motilitas usus dan meningkatkan sekresi air ke dalam lumen usus. Biasanya defekasi terjadi dalam beberapa jam setelah laksatif ini diminum, namun kadang-kadang dapat terjadi abdominal cramping karena meningkatnya peristaltis. Obat-obat prokinetik. Berbagai obat prokinetik telah digunakan untuk pengobatan konstipasi transit lambat. Kolkisin dan misoprostol dilaporkan dapat mempercepat waktu transit kolon dan meningkatkan frekuensi defekasi.
15
d. Terapi biofeedback. Terapi biofeedback (pelvic floor retraining) adalah terapi utama untuk pasien-pasien dengan disfungsi anorektal, dikombinasi dengan terapi nonfarmakologis dan laksatif. Terapi ini diharapkan dapat mengembalikan koordinasi normal dan fungsi dari spingter ani dan otot dasar panggul.
e. Terapi bedah. Pada pasien-pasien dengan konstipasi transit lambat tanpa adanya disfungsi anorektal yang gagal dengan terapi nonfarmakologis dan laksatif, dapat dipertimbangkan kolektomi subtotal dengan ileorektostomi.
Namun demikian, komplikasi pasca bedah dapat terjadi meliputi obstruksi usus, konstipasi rekuren atau persisten, diare dan inkontinensia.
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Menurut Mubarak (2012) ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu :14 1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikannya secara luas.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.
16
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Mubarak (2012), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
17
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.
Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
7. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
18
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Teori Serat
Kontrol Berat Badan Memperlambat transit time pada
saluran pencernaan Menurunkan Kolesterol
Pencegahan Diabetes
Melitus
Makanan
Konstipasi
19
3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2. Kerangka Konsep Pengetahuan
Mahasiswa dan Mahasiswi FK USU
Angkatan 2014
Pentingnya serat mencegah konstipasi
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa FK USU merupakan salah satu Fakultas Kedokteran yang terkenal cukup bagus di kota Medan sehingga mahasiswa dan mahasiswi yang dihasilkan juga identik dengan prestasi yang bagus juga. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Oktober 2016.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 sekitar 271 orang. Populasi penelitian ini dipilih karena mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 sudah mempelajari materi perkuliahan tentang serat dan penyakit di bidang Gastroenterologi, sehingga mereka layak untuk dijadikan populasi dan sampel penelitian. Pengambilan sampel ini dilakukan secara simple random sampling. Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan metode statistik dengan memakai formula :15
n : jumlah sampel
Zα : deviat baku alfa (ditetapkan) n = Zα2 PQ
d2
21
P : proporsi kategori variabel yang teliti, (bila tidak diketahui, ditetapkan 50% = 0,5)
Q : 1-P
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan, dalam penelitian ini digunakan 10 %
Jadi, jumlah sampel minimum yang akan dijadikan responden adalah 96,040 dan dibulatkan menjadi 96 responden dari jumlah populasi mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014.
4.3.1 Kriteria inklusi
Mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 yang bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent.
4.3.2 Kriteria eksklusi
Mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari subjek penelitian oleh si peneliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode angket berupa kuesioner.
n = 1,962 x 0,5 x (1-0,5) = 0,96 = 96,040
0,12
0,01
22
4.4.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Sub Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berisikan data jumlah mahasiswa FK USU angkatan 2014.
4.4.3 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, yaitu berupa daftar pertanyaan yang terdiri dari 23 pertanyaaan. Kuesioner ini dibagikan secara langsung oleh peneliti kepada subjek penelitian. Kuesioner yang digunakan telah melalui tahap uji validitas oleh ahli bidang yang bersangkutan. Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner ini telah mempersentasikan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi yang perlu diketahui mengenai serat.
Setelah melalui tahap uji validitas, peneliti membagikan kuesioner kepada subjek penelitian yang telah diminta informed consent terlebih dahulu secara tertulis.
4.5. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data menggunakan teknik statistik dengan bantuan software komputer yaitu Statistic Package for Social Science (SPSS). Hasil pengolahan data penelitian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
4.6. Definisi Operasional
Definisi operasional : Pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi yaitu apa yang diketahui mahasiswa dan mahasiswi mengenai pengertian serat, klasifikasi serat, jenis serat, manfaat serat, Dietary Reference Intake serat, definisi konstipasi, dan penyebab konstipasi.
4.6.1 Cara ukur
Dilakukan dengan menggunakan angket. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0.
23
4.6.2 Alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 23 buah pertanyaan.
4.6.3 Hasil ukur
Hasil ukur pengetahuan :16
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 73% dari skor maksimum
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40% - 73% dari skor maksimum
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar kurang dari 40% dari skor maksimum
Atau dengan kata lain :
1. Skor 17 – 23 : tingkat pengetahuan baik 2. Skor 10 – 16 : tingkat pengetahuan sedang 3. Skor 1 – 9 : tingkat pengetahuan kurang
4.6.4 Skala ukur
Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala ordinal.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di jalan Dr. T. Mansur No. 5, Kampus USU, Medan 20155, Indonesia. Fakultas ini merupakan salah satu fakultas bergengsi di Universitas Sumatera Utara. Fakultas ini memiliki berbagai sarana, seperti : perpustakaan, ruang kelas yang besar, ruang kelas tutorial, ruang laboratorium anatomi, ruang laboratorium fisiologi, ruang laboratorium histologi, ruang aula serba guna (ruang seminar dan ruang ildrem), ruang skills lab, departemen pendidikan dan ruang MEU (Medical Essesment Unit), kantin, tempat fotokopi, masjid dan lahan parkir yang sangat luas.
5.1.2 Deskripsi karakteristik responden
Jumlah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 yang menjadi responden adalah 96 orang yang terdiri dari 30 orang mahasiswa dan 66 orang mahasiswi. Gambaran karakteristik responden yang diamati ialah tahun, jenis kelamin, usia, agama, suku dan tingkat pengetahuan. Data lengkap didistribusikan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.
5.1.2.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)
Pria 30 31,2
Wanita 66 68,8
Jumlah 96 100
25
Pada penelitian ini jumlah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 30 orang (31,2%). Jumlah responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 66 orang (68,8%).
5.1.2.2 Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia
Usia Frekuensi (orang) Persentase (%)
17 1 1
18 2 2,1
19 33 34,4
20 52 54,2
21 6 6,3
22 1 1
23 1 1
Jumlah 96 100
Pada penelitian ini jumlah responden yang berusia 17 tahun sebanyak 1 orang (1%), jumlah responden yang berusia 18 tahun sebanyak 2 orang (2,1%), jumlah responden yang berusia 19 tahun sebanyak 33 orang (34,4%), jumlah responden yang berusia 20 tahun sebanyak 52 orang (54,2%), jumlah responden yang berusia 21 tahun sebanyak 6 orang (6,3%), jumlah responden yang berusia 22 tahun sebanyak 1 orang (1%), dan jumlah responden yang berusia 23 tahun sebanyak 1 orang (1%).
5.1.2.3 Karakteristik responden berdasarkan agama
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan agama Agama Frekuensi (orang) Persentase (%)
Islam 56 58,3
Kristen Protestan 17 17,8
Katolik 5 5,2
Budha 15 15,6
Hindu 3 3,1
Jumlah 96 100
26
Pada penelitian ini jumlah responden yang beragama Islam sebanyak 56 orang (58,3%), jumlah responden yang beragama Kristen Protestan sebanyak 17 orang (17,8%), jumlah responden yang beragama Katolik sebanyak 5 orang (5,2%), jumlah responden yang beragama Budha sebanyak 15 orang (15,6%), dan jumlah responden yang beragama Hindu sebanyak 3 orang (3,1%).
5.1.2.4 Karekteristik responden berdasarkan suku
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi berdasarkan suku Suku Frekuensi (orang) Persentase (%)
Melayu 5 5,2
Batak 44 45,8
Jawa 15 15,7
Minang 6 6,3
Banjar 1 1
Tionghoa 19 19,8
Mandailing 1 1
Sunda 2 2,1
India 3 3,1
Jumlah 96 100
Pada penelitian ini jumlah responden yang bersuku Melayu sebanyak 5 orang (5,2%), jumlah responden yang bersuku Batak sebanyak 44 orang (45,8%), jumlah responden yang bersuku Jawa sebanyak 15 orang (15,7%), jumlah responden yang bersuku Minang sebanyak 6 orang (6,3%), jumlah responden yang bersuku Banjar sebanyak 1 orang (1%), jumlah responden yang bersuku Tionghoa sebanyak 19 orang (19,8%), jumlah responden yang bersuku Mandailing sebanyak 1 orang (1%), jumlah responden yang bersuku Sunda sebanyak 2 orang (2,1%), dan jumlah responden yang bersuku India sebanyak 3 orang (3,1%).
27
5.1.2.5 Karakteristik responden berdasarkan kuesioner
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang serat
No Pertanyaan/Pernyataan
Jawaban Responden
Benar Salah
f % f %
1 Pengertian serat 73 76 23 24
2
Serat dapat diklasifikasikan menjadi serat yang larut dalam air dan serat yang tidak larut dalam air.
87 90.6 9 9.4
3 Insoluble fiber dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol darah. 49 51 47 49
4 Anggur dan apel termasuk soluble fiber. 81 84.4 15 15.6 5 Soluble fiber dapat membantu
meningkatkan volume tinja. 32 33.3 64 66.7
6
Kulit buah pear termasuk insoluble
fiber. 35 36.5 61 63.5
7
Sereal, sayuran, buah-buahan, kacang- kacangan dan biji-bijian merupakan sumber serat yang potensial.
89 92.7 7 7.3
8 Pektin, gum, mukilase, glukan dan algal
termasuk serat yang larut dalam air. 53 55.2 43 44.8 9
Selulosa, hemiselulosa dan lignin tidak termasuk serat yang tidak larut dalam air.
50 52.1 46 47.9
10 Contoh sayuran yang tidak mengandung
serat 69 71.9 27 28.1
11
Gandum, dedak, beras merah, dan jagung bukan merupakan sumber makanan berserat.
49 51 47 49
12 DRI serat pada orang dewasa 20 20.8 76 79.2
13 Serat makanan tidak dapat membantu
mencegah konstipasi. 90 93.8 6 6.3
14 Serat makanan dapat membantu
mencegah kanker kolon. 94 97.9 2 2.1
15 Serat makanan dapat membantu
mencegah terjadinya haemorrhoid. 83 86.5 13 13.5
16
Serat makanan dapat membantu mengontrol berat badan dan mencegah terjadinya obesitas.
85 88.5 11 11.5
17
Serat makanan tidak dapat membantu mencegah terjadinya penyakit diverticular.
82 85.4 14 14.6
18 Serat makanan dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol darah. 91 94.8 5 5.2
19
Seseorang dapat dikatakan konstipasi bila tidak defekasi selama 1 hari dan konsistensi tinjanya lembek.
84 87.5 12 12.5
20 Pengertian konstipasi 90 93.8 6 6.3
21 Penyebab konstipasi 90 93.8 6 6.3
22
Diet tinggi serat dapat meningkatkan waktu transit kolon serta mengurangi massa feses.
50 52.1 46 47.9
23
Kombinasi diet tinggi serat serta penggunaan obat-obatan laksatif dapat menurunkan frekuensi buang air besar.
58 60.4 38 39.6
28
Pada penelitian ini jumlah responden yang paling banyak menjawab benar adalah pertanyaan nomor 14 yaitu serat makanan dapat membantu mencegah kanker kolon sebanyak 94 orang dengan persentase 97,9%. Dan jumlah responden yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan nomor 12 yaitu DRI serat pada orang dewasa sebanyak 76 orang dengan persentase 79,2%.
5.1.3 Hasil analisis statistik
Berdasarkan hasil pengumpulan data primer responden melalui kuesioner, diperoleh data-data yang disajikan di dalam table-tabel berikut :
Tabel 5.6. Rata-rata tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 70 72,9
Sedang 23 24
Kurang 3 3,1
Jumlah 96 100
Dari hasil penelitian, ternyata kategori tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi baik sebanyak 70 orang dengan persentase 72,9%, tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi sedang sebanyak 23 orang dengan persentase 24%, dan tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya serat untuk mencegah konstipasi kurang sebanyak 3 orang dengan persentase 3,1%
5.2 Pembahasan
Berdasarkan Tabel 5.1. dari 96 subjek yang diteliti, diperoleh data responden yang paling dominan adalah wanita sebanyak 66 orang dengan persentase 68,8%.
Berdasarkan Tabel 5.2. dari 96 subjek yang diteliti, diperoleh data responden yang paling dominan adalah yang berusia 20 tahun sebanyak 52 orang dengan persentase 54,2%.
29
Berdasarkan Tabel 5.3. dari 96 subjek yang diteliti, diperoleh data responden yang paling dominan adalah yang beragama Islam sebanyak 56 orang dengan persentase 58,3%.
Berdasarkan Tabel 5.4. dari 96 subjek yang diteliti, diperoleh data responden yang paling dominan adalah suku Batak sebanyak 44 orang dengan persentase 45,8%.
Berdasarkan Tabel 5.5. Dari pertanyaan tentang pengertian serat, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 73 orang dengan persentase 76%. Dari pertanyaan tentang klasifikasi serat, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 87 orang dengan persentase 90,6%. Dari pertanyaan tentang jenis serat, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 53 orang dengan persentase 55,2%. Dari pertanyaan tentang sumber serat, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 69 orang dengan persentase 71,9%. Dari pertanyaan tentang manfaat serat, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 94 orang dengan persentase 97,9%. Dari pertanyaan tentang Dietary Reference Intake serat, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 20 orang dengan persentase 20,8%. Dari pertanyaan tentang definisi konstipasi, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 90 orang dengan persentase 93,8%. Dari pertanyaan tentang penyebab konstipasi, mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar adalah sebanyak 90 orang dengan persentase 93,8%. Dari hasil penelitian ini, tidak ada item soal yang sebelumnya dijawab benar oleh responden. Menurut peneliti mungkin ini disebabkan oleh faktor individual seperti lupa, atau kurang memahami pelajaran mengenai serat di bangku perkuliahan.
Berdasarkan Tabel 5.6. dari 96 subjek yang diteliti, diperoleh data responden yang paling dominan adalah tingkat pengetahuan baik sebanyak 70 orang dengan persentase 72,9%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri Kumala Sari (2009), yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi semester V Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah baik dan sedang dengan persentase 74% (17 orang) dan 26% (6 orang).17 Hal yang berbeda disampaikan
30
dalam penelitian yang dilakukan oleh Yurike Hanaka (2011) bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah baik dan sedang dengan persentase 38,9% (42 orang) dan 53,7% (58 orang).18 Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan hasil tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah baik dan sedang dengan persentase 72,9% (70 orang) dan 24% (23 orang). Hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa tentang serat ini lebih tinggi di bandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yurike Hanaka (2011). Menurut peneliti perbandingan ini mungkin disebabkan oleh adanya beberapa faktor, yaitu : mahasiswa dan mahasiswi FK USU angkatan 2014 sudah mendapatkan informasi pada mata kuliah serat oleh Departemen Gizi, dari media cetak maupun media elektronik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mayoritas responden yang paling dominan adalah wanita yaitu sebanyak 66 orang (68,8%), responden yang berusia 20 tahun yaitu sebanyak 52 orang (54,2%), responden yang beragama Islam yaitu sebanyak 56 orang (58,3%), responden yang bersuku Batak yaitu sebanyak 44 orang (45,8%).
2. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang pengertian serat yaitu sebanyak 73 orang (76%).
3. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang klasifikasi serat yaitu sebanyak 87 orang (90,6%).
4. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang jenis serat yaitu sebanyak 53 orang (55,3%).
5. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang sumber serat yaitu sebanyak 69 orang (71,9%).
6. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang manfaat serat yaitu sebanyak 94 orang (97,9%).
7. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang Dietary Reference Intake serat yaitu sebanyak 20 orang (20,8%).
8. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang definisi konstipasi yaitu sebanyak 90 orang (93,8%).
9. Mayoritas responden menjawab pertanyaan yang benar tentang penyebab konstipasi yaitu sebanyak 90 orang (93,8%).
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain :
32
1. Untuk peneliti selanjutnya, mungkin dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan penelitian ini sebagai data dasar untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan pola konsumsi serat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
2. Untuk Departemen Gizi pada mata kuliah serat agar dapat meningkatkan kurikulum tentang pentingnya mengkonsumsi serat sebagai salah satu pencegahan dari konstipasi.
3. Untuk mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara agar dapat menambah ilmu dan wawasan yang baru tentang pentingnya mengkonsumsi serat untuk mencegah konstipasi.
4. Untuk masyarakat Indonesia agar dapat menambah sumber informasi tentang mengkonsumsi serat sebagai salah satu dari pencegahan terjadinya konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusilanti. Hidup Sehat dengan Mengonsumsi Serat Makanan. Dalam : Kusharto CM, editor. Sehat dengan Makanan Berserat. Jakarta : AgroMedia Pustaka; 2007. hal : 7-8. Diunduh dari : https://books.google.co.id/
nbooks?id= vn6vshY1vNsC&pg =PT3 &lpg=PT3&dq= rusilanti+sehat+
dengan+makanan+berserat&source=bl&ots=jFcF8oBWgb&sig=mXnHDG5d X7uXIsmR0WYll-zdWV0&hl = id&sa= X&redir_esc =y#v= onepage&q
=rusilanti%20sehat%20dengan%20makanan%20berserat&f=false [diakses pada 18 April 2016]
2. Depkes RI. Riskesdas 2013 dalam Angka. Jakarta : Depkes RI; 2013. Hal : 234.
Diunduh dari : http:// labmandat.litbang.depkes.go.id/ images /download /laporan/RKD/2013/RKD_dalam_angka_final.pdf [diakses pada 22 April 2016]
3. Greenwald BJ. Clinical Practice Guidelines for Pediatric Constipation. Jam Acad Nurse Pract. 2010;22(7). P.332-8. Available from : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1745-7599.2010.00517.x/pdf [diakses pada 25 April]
4. Pranata K, Andayani R. Konstipasi dan Inkotinensia Alvi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 2009. hal : 876-83.
5. Juffrie M, Kadim M, Mulyani NS, Damayanti W, Widowati W.
Gastrohepatologi. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta : IDAI; 2009. hal : 175-8. Diunduh dari : http: // www.idai.or.id / downloads/PPM/Buku-PPM.pdf [diakses pada 1 Mei 2016]
6. Nasution BB. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Konstipasi Fungsional pada Anak [Tesis]. Universitas Sumatera Utara, Medan; 2010:28-41. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32840/7/Cover.pdf [diakses pada 10 Mei 2016]
7. American Association Of Cereal Chemists. The Definition of Dietary Fiber.
2001. Available from : http: // www.aaccnet.org / initiatives /definitions/
documents/dietaryfiber/dfdef.pdf [diakses pada 14 Mei 2016]
34
8. Almatsier S. Karbohidrat. Dalam : Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 2010. hal : 28-50.
9. British Nutrition Foundation. Dietary Fibre. 2015. Available from : https://www.nutrition.org.uk/healthyliving/basics/fibre.html [diakses pada 4 Mei 2016]
10. Drummond KE, Brefere LM. Nutrition for Foodservice and Culinary Professionals.7th edition; 2010. USA : John Wiley & Sons, Inc. p : 99-102.
Available from : https: // is.muni.cz/ el/1411/ jaro2014/ BVAJ0222/
46976363/39181807/0470052422.pdf [diakses pada 10 Mei 2016]
11. Beck ME. Serat. Dalam : Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta ; ANDI. 2011. hal : 84-8.
12. Lilihata G, Syam AF. Konstipasi. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat.
Jakarta : Media Aesculapius; 2014. hal : 601-4.
13. Makmun D. Konstipasi. Dalam : Buku Ajar Gastroenterologi. Edisi pertama.
Jakarta : InternaPublishing; 2011. hal : 197-207.
14. Mubarak WI. Pengetahuan (knowledge). Dalam : Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika; 2012. hal : 81-4.
15. Dahlan MS. Menggunakan Rumus Besar Sampel Secara Benar. Dalam : Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika; 2013. hal : 36-80.
16. Sudarti HP. Definisi Operasional dari Variabel. Dalam : Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta : Proyek Pengembangan FKM di Indonesia; 1966. hal : 24-30.
17. Sari, S.K. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Pentingnya Serat untuk Mencegah Konstipasi Tahun 2009 : Universitas Sumatera Utara: 2010. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16740 [diakses 4 Desember 2016]
18. Hanaka, Y. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa FKUI tentang Asupan sayur dan Buah Tahun 2011 serta Faktor-Faktor yang Berhubungan. Universitas Indonesia: 2012. Diunduh dari : http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S- Yurike%20Hanaka [diakses 4 Desember 2016]
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Sonya Desfirina
Tempat/Tanggal Lahir : Sabang, 22 Desember 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Karya Wisata, Perumahan JIP 1, No : 59
Telepon : 085370802778
II. Riwayat Pelatihan
1. Tahun 2002-2008 : SD Negeri no. 112143 Rantauprapat 2. Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 1 Rantau Selatan 3. Tahun 2011-2013 : SMA AKSELERASI AL-AZHAR
MEDAN
4. Tahun 2013-sekarang : Fakultas Kedokteran USU
III. Riwayat Kepanitiaan -
Lampiran 2