• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1

MAN TEGALREJO MAGELANGTAHUN PELAJARAN

2009/2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Sri Sudaryati

11408071

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2010

(2)

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:

Sri Sudaryati

11408071

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga ac.id.

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama : Sri Sudaryati

NIM : 11408071

Jurusan : Tarbiyah

Progdi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS

(ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan

Salatiga, Juli 2010 Pembimbing

ARI SETIAWAN, M.M.

NIP.197510042003121002

(4)

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga ac.id.

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi saudari Sri Sudaryati dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408071 yang berjudul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 telah dimunaqosahkan sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam (S.Pd.I).

Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H. 28 Agustus 2010

PANITIA UJIAN

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 195808271983031002 NIP. 196701121992031005

Penguji I Penguji II

Benny Ridwan, M.Hum Dr. H. M. Zulfa, M.Ag NIP. 197305201999031006 NIP. 195204301977031001

Pembimbing

Ari Setiawan, M.M NIP. 1975100420033121002

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sri Sudaryati

NIM : 11408071

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2009/2010.

Merupakan karya ilmiah yang saya buat sendiri dan menurut pengamatan serta keyakinan saya. Skripsi ini tidak mengandung bagian skripsi atau karya ilmiah yang pernah diterbitkan atau ditulis oleh orang lain, kecuali kutipan referensi yang dimuat di dalam skripsi ini.

Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, saya sanggup menerima sanksi akademik dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. .

Salatiga, Maret 2010 Yang menyatakan

(6)

JANGAN PERNAH BERFIKIR TENTANG HIDUP KARENA KITA TELAH HIDUP, MAKA NIKMATILAH HIDUP DAN JADIKAN HIDUP

LEBIH BERMAKNA.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada:

Ayah ibuku, kakak-kakakku tercinta yang telah mendukungku baik secara materiil maupun spiritual, serta teman-temanku dan sahabat-sahabatku yang telah membantu dan mendampingiku dalam

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul " PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010" ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SI Sarjana Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ketua STAIN Salatiga Bapak Imam Sutomo.

2. Dosen Pembimbing Bapak Ari Setiawan atas waktu, tenaga ilmu dan arahan serta bimbingan yang telah diberikan kepada peneliti dengan kesabaran dan keikhlasan.

3. Segenap Dosen STAIN Salatiga atas ilmu yang telah diberikan.

4. Kepada MAN Tegalrejo, Magelang Bapak Ali Masyhar dan seluruh keluarga besar MAN Tegalrejo Magelang.

5. Teman-teman satu bimbingan skripsi.

Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Salatiga, Juli 2010 Penulis

(8)

SRI SUDARYATI, Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance,

Relevance, Interest, assessment, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Fiqih Bagi Siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama

Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Ari Setiawan, M.M.

Kata kunci : Penerapan Model Pembelajaran ARIAS

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bentuk pembelajaran secara umum saat ini yang masih konvensional dan secara khusus pembelajaran Fiqih di kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang sehingga pembelajaran yang selama ini terasa monoton dan berakibat pada motivasi dan prestasi belajar Fiqih siswa kelas X-1 yang dirasakan kurang serta perlu adanya upaya untuk meningkatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan meningkatkan motivasi serta prestasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 Masdrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penerapan model pembelajaran ARIAS pada proses pembelajaran Fiqih.

Penelitian inii merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang yang berjumlah 30 siswa. Rencana tindakan pada penelitian ini meliputi dua siklus. Siklus I dengan materi permasalahan dalam dhaman dan siklus II dengan materi kafalah. Instrumen yang digunakan selama pengambilan data adalah lembar observasi, panduan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data kemudian mengorganisasikan data yang muncul agar bisa disajikan dan ditarik kesimpulan. Mengenai keberhasilan produk, dapat diketahui dengan menggunakan prosentase keberhasilan. Sedangkan untuk memeriksa keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang dilaksanakan dalam dua siklus. Sebelum melakukan tindakan, dilakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi pembelajaran dan motivasi belajar. Setiap pelaksanaan siklus akan diiringi oleh 4 (empat) tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dari dua siklus tersebut kemudian diolah dan dimaknai sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa model pembelajaran ARIAS ini berjalan dengan lancar dan membawa dampak positif bagi motivasi belajar dan prestasi belajar Fiqih siswa. (2) Peningkatan motivasi belajar Fiqih siswa melalui model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang ini ditandai dengan meningkatnya motivasi siswa yang sebelumnya siswa pasif dalam pembelajaran menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran seperti aktif dalam bertanya, memberi pendapat, semangat

(9)

dengan hasil wawancara dengan guru dan siswa. (3) Sedangkan untuk prestasi Fiqih siswa cukup tinggi hal ini dibuktikan dari rata-rata hasil pre-test sebesar 6,78 dan nilai post-test sebesar 7,52. Ini berarti ada peningkatan sebesar 0,73. Pada siklus II, hasil prestasi belajar semakin mengalami peningkatan, yaitu pre-test sebesar 7,52 dan nilai post-pre-test sebesar 9,12. Pada siklus II ini prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar 1,60. artinya metode ARIAS sangat cocok untuk pembelajaran fiqih.

(10)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHANA ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

D. Hipotesis Tindakan... 5 E. Metode Penelitian... 6 1. Jenis Penelitian ... 6 2. Pendekatan Penelitian... 7 3. Subyek Penelitian... 8 4. Prosedur Penelitian ... 8

(11)

7. Metode Pengumpulan Data... 13

8. Metode Analisis Data... 15

F. Sistematika Penulisan... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 20

1. Model pembelajaran ARIAS... 20

2. Motivasi Belajar... 27

3. Prestasi Belajar... 33

4. Fiqih... 38

BAB III GAMBARAN UMUM MAN TEGALREJO MAGELANG... 40

A. Letak dan Keadaan Geografis... 40

B. Sejarah Berdirinya Madrasah... 40

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan... 43

D. Struktur Organisasi... 45

E. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan... 46

F. Keadaan Sarana Prasarana... 50

G. Pra Siklus... 52

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 55

A. Pelaksanaan Siklus I... 55

B. Pelaksanaan Siklus II... 69

(12)

B. Saran... 104 DAFTAR PUSTAKA... 105 LAMPIRAN... 106

(13)

Tabel 3.1. Daftar Guru MAN Tegalrejo Magelang... 47

Tabel 3.2. Daftar Siswa MAN Tegalrejo Magelang... 49

Tabel 3.3 Daftar Pegawai MAN Tegalrejo Magelang... 50

Tabel 3.4. Daftar Sarana Prasarana MAN Tegalrejo Magelang... 51

Tabel 3.5. Skor Motivasi Siswa Pada Seluruh Aspek Pra Siklus... 52

Tabel 3.6. Nilai Pelajaran Fiqih Pada Pra Siklus... 53

Tabel 4.1 Skor Motivasi Siswa Pada Seluruh Aspek Siklus I... 59

Tabel 4.2 Skor Motivasi Siswa Pada Masing-masing Aspek Siklus II... 60

Tabel 4.3 Nilai Pelajaran Fiqih Pada Siklus I... 61

Tabel 4.4 Skor Rata-rata Pre-test dan Post-test Motivasi Siswa Dengan Model ARIAS Siklus I... 63

Tabel 4.5 Skor Rata-rata Motivasi Siswa Pre-test dan Post-test Siklus I... 67

Tabel 4.6 Skor Motivasi Siswa Pada Seluruh Aspek Siklus II... 77

Tabel 4.7 Skor Motivasi Siswa Pada Masing-masing Aspek Siklus II... 78

Tabel 4.8 Nilai Pelajaran Fiqih Pada Siklus II... 78

Tabel 4.9 Skor Rata-rata Pre-test dan Post-test Motivasi Siswa Dengan Model ARIAS Siklus II... 81

Tabel 4.10 Skor Rata-rata Motivasi Siswa Pre-test dan Post-test Siklus II... 84 Tabel 4.11 Peningkatan Nilai Pre-test dan Post-test Siklus I dan II 88

(14)

Gambar 1.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas... 9 Gambar 3.2. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo Magelang... 45

(15)

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkunganya yang terdiri atas siswa, guru, materi pelajaran sumber belajar, fasilitas dan lain sebagainya. Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku baik pada ketrampilan tingkat pengetahuan, atau sikapnya.

Perkembangan keagamaan mengikuti karakteristik tertentu yang khas. Pada usia yang berbeda akan dicirikan dengan karakteristik perkembangan agama yang berbeda pula, secara kasar dalam realitas kehidupan beragama anak ada yang sudah menjalankan ajaran agama dengan baik, artinya sudah melaksanakan ajaran agama secara rutin, ada yang setengah-setengah, ada pula yang kurang atau minim. Hal ini tergantung dari hasil pendidikan baik dari keluarga, lingkungan, maupun pendidikan prenatal, (Sriyanti; 2003: 93).

Titik sentral setiap peristiwa pembelajaran terletak pada suksesnya siswa mengorganisasikan pengalamanya, mengembangkan kemampuan berfikir, bukan pada kebenaran siswa dalam replikasi atas apa yang dikerjakan oleh guru. Bidang studi Fiqih adalah salah satu bagian mata pelajaran Fiqih yang dapat mengembangkan ritual dan sosial siswa sehingga materi yang telah didapatkan dapat dipraktikan pula dalam hubungan sesama manusia. Pembelajaran Fiqih

(16)

yang secara umum bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kedalam diri siswa agar dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun sampai saat ini, pelaksanaan Fiqih khususnya Fiqih masih dihadapkan pada problem (masalah) adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Praktik-praktik pembelajaran Pendidikan Agam Islam di SMA dan MA cenderung pada pembelajaran konvensional. Ini ditujukan bahwa pembelajaran Fiqih saat ini belum dapat mengembangkan seluruh aspek dalam diri siswa. Selain itu, praktik pembelajaran di kelas selama ini cenderung pada pembelajaran konvensional sehinga kurang mampu merangsang siswa untuk aktif, memotivasi dengan minat atau perhatian, membangkitkan kepercayaan diri untuk berhasil, menumbuhkan rasa bangga, kepuasan diri siswa dengan memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri dan yang paling penting adalah mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan riil siswa dalam masyarakat.

Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas ini dapat ditempuh dengan meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan punya daya tarik. Dalam hal ini guru harus mempunyai kompetensi metodologi pembelajaran Fiqih.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12 – 14 April 2010, bahwa konsep dan pembelajaran di MAN, Tegalrejo, Magelang telah menerapkan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) Namun pada kenyataanya, belum

(17)

banyak guru yang menyampaikan materi-materi pelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip KTSP, sehingga proses pembelajaran pun masih bersifat Transfer of knowledge dari pada mengembangkan potensi siswa. Artinya, proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini, belum mengarah ke proses pembelajaran yang dapat menjadikan motivasi yang tinggi bagi siswa dalam belajar. Sedangkan dampak dari proses pembelajaran tersebut adalah kurangnya minat belajar siswa dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai masih belum maksimal.

Adapun hasil perbincangan peneliti dengan Faida Syarifah selaku guru yang mengampu mata pelajaran Fiqih mengenai proses pembelajaran Fiqih di MAN, Tegalrejo, Magelang masih bersifat konvensional. Selain itu, prestasi belajar Fiqih di sekolah ini masih berkisar pada rata-rata 60-75. Oleh karena itu, usaha untuk membantu meningkatkan pembelajaran Fiqih yang efektif, efisien, dan punya daya tarik dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dengan model pembelajaran salah satunya model Pembelajaran ARIAS.

Berdasarkan fenomena persoalan pembelajaran Fiqih yang telah di paparkan sebelumnya, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN, TEGALREJO, MAGELANG.

(18)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih siswa kelas X-1 MAN, Tegalrejo, Magelang?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar Fiqih melalui model Pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN, Tegalrejo, Magelang?

3. Seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar Fiqih melalui Model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih pada kelas X MAN Tegalrejo, Magelang.

b. Untuk meningkatkan motivasi belajar Fiqih bagi siswa kelas X di MAN Tegalrejo, Magelang dengan model pembelajaran ARIAS.

c. Untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqih bagi siswa kelas X di MAN Tegalrejo, Magelang dengan model pembelajaran ARIAS.

2. Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian a. Teoritis

1) Hasil penelitian ini dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman Tentang model pembelajaran ARIAS

2) Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam Bidang Fiqih dengan model pembelajaran ARIAS

(19)

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan menjadi motivasi bagi peneliti lain yang lebih baik dan sempurna dalam menggali dan khususnya menggembangkan Fiqih.

b. Praktis

1) Bagi siswa

Menimbulkan sikap senang terhadap mata pelajaran Fiqih sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan percaya diri.

2) Bagi guru

Memperkaya ilmu pengetahuan tentang metodologis pembelajaran Fiqih pada khususnya sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Bagi sekolah

Memberi sumbangan dan informasi bagi praktisi lembaga Pendidikan dalam rangka menyusun kebijaksanaan mengenai suatu program Pembelajaran Fiqih sehingga meningkatkan mutu proses pembelajaran.

D. Hipotesis Tindakan

1. Penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Fiqih.

2. Penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Fiqih.

(20)

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau

Classroom Acrion Research yakni kegiatan penelitian untuk mendapatkan

kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.

Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. (Wiriaatmadja; 2005: 137)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto Penilaian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), uaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajar berdasarkan asumsi atau teori pendidikan. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti.

(21)

b. Tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. (Arikunto; 2007: 2)

Dengan menggabungkan batasa pengertian tiga kata inti, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. (Arikunto; 2007: 3)

Ringkasnya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri (dilakukan dalam pembelajaran biasa bukan kelas khusus) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

PTK ini dilakukan dengan kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru mata pelajaran Fiqih MAN Tegalrejo, Magelang. Adapun fungsi peneliti sebagai pengamat/observer dan guru sebagai pelaksana tindakan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi yaitu usaha untuk memahami segala perilaku terjadi pada manusia. Psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memahami

(22)

perilaku belajar siswa. Psikologi dan belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan, mengingat aktivitas belajar siswa tidak terlepas dari keadaan psikologi siswa.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari penelitian yang diinginkan. Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek adalah siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo, Magelang yang berjumlah 30 siswa.

4. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas terdapat 4 rangkaian antara lain, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi yang selalu dilakukan tiap siklus. Penelitian Tindakan Kelas minimal dilakukan sebanyak 2 (dua) siklus mulai dari perencanaan sampai refleksi. Tahapan tersebut diulang sampai terjadi peningkatan, dengan catatan bahwa perencanaan pada siklus berikutnya harus didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya, dan menunjukkan apa saja kelemahan siklus tersebut, kemudian penjelasan tentang bagaimana hal tersebut akan diperbaiki (Aqib; 2006: 41). Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan kea rah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas dan tercapai tujuannya. (Arikunto; 2007: 117)

(23)

Adapun penjelasan keempat tahap dalam suatu siklus penelitian dapat dilihat pada gambar berikut: (Arikunto; 2007: 16)

Gambar 1.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas

Tahap perencanaan yang dilakukan dapat berupa fase persiapan yakni mulai dari permintaan izin penelitian di sekolah dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuaun yang diinginkan. Adapun pelaksanaan dilakukan untuk melakukan apa-apa yang telah direncanakan di awal. Observasi dilakukan untuk merekam semua tindakan atau kegiatan belajar mengajar, dan refleksi merupakan suatu usaha mengevaluasi proses sebelumnya merevisi proses selanjutnya.

Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan

?

SIKLUS II

SIKLUS I

(24)

5. Rencana Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS. Model pembelajaran ARIAS ini akan diterapkan pada pembelajaran Fiqih terhadap materi Dhaman dan Kafalah. Untuk materi dhaman, dengan komptensi dasar menjelaskan ketentuan Islam tentang Dhaman dan hikmahnya, serta menerapkan cara dhaman, sedangkan untuk materi kafalah dengan kompetensi dasar menjelaskan ketentuan Islam tentang kafalah dan hikmahnya serta menerapkan cara kafalah.

Untuk lebih rincinya, rencana penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Permintaan izin penelitian di sekolah.

2) Observasi dan wawancara. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang MAN Tegalrejo, Magelang secara keseluruhan dan keadaan proses pembelajaran Fiqih khususnya di kelas X-1.

3) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran Fiqih di MAN Tegalrejo, Magelang.

b. Tahap perencanaan

1) Merumuskan spesifikasi sementara dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS.

(25)

2) Menyusun rancangan pelaksanaan tindakan berdasarkan model pembelajaran ARIAS yang mencakup pembahasan materi, dan menentukan skor awal berdasarkan pre-test pada pokok kajian yang diamati.

3) Membuat instrument penelitian.

4) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS.

5) Membuat soal tes untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa pada materi serta mengetahui belajar siswa.

6) Membuat lembar observasi untuk merekam aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

c. Pelaksanaan

Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, perhatian/minat siswa, sarana belajar, maka dilakukan tindakan yaitu dengan pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS.

d. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan untuk merekam semua kemampuan dan aktivitas belajar siswa kelas X-1 ketika proses pembelajaran berlangsung. Setiap siswa yang menunjukkan kemampuan sesuai dengan kriteria akan dicatat pada lembar observasi.

(26)

e. Refleksi

Dari pelaksanaan tindakan dan observasi tersebut, akan diperoleh informasi tentang hasil model pembelajaran ARIAS. Hasil observasi itu kemudian dianalisis dan didiskusikan dengan guru untuk mengetahui seberapa jauh tindakan yang dilaksanakan itu sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran tersebut. Dari hasil diskusi tersebut, dijadikan sebuah refleksi dalam menyusun perencanaan untuk siklus selanjutnya.

f. Evaluasi dan revisi

Kesimpulan hasil evaluasi menjadi acuan dalma pengambilan keputusan tindakan. Apakah tindakan telah berhasil atau belum sesuai dengan kriteria keberhasilan sehingga dilakukan perubahan terhadap rencana tindakan.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dilakukan revisi atau modifikasi untuk tindakan pada siklus berikutnya sehingga mencapai target yang diharapkan.

Adapun kriteria evaluasi dalam penelitian ini adalah untuk memberikan makna terhadap peningkatan motivasi belajar siswa yaitu apabila keadaan setelah tindakan, siswa bertambah semangat dalam belajar, senang dan tertarik belajar Fiqih yang ditunjukkan dengan indikator adanya buku catatan Fiqih, mendengarkan dengan aktif, berpartisipasi dalam kelompok, sering bertanya pada guru atau teman, selalu mengerjakan tugas yang diberikan, berani menjawab pertanyaan

(27)

dan mempertahankan pendapat setelah tindakan itu dapat dikatakan berhasil. Sedangkan untuk prestasi belajar, apabila hasil prosentasi rata-rata tes seluruh siswa meningkat dari sebelum tindakan (60 – 70).

6. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto; 2006: 17 – 20). Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah check list yang berupa lembar pengamatan suasana kelas saat terjadi kegiatan belajar-mengajar dan lembar pengamatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS juga menggunakan pedoman dokumentasi untuk mencari data nilai siswa sebelum dilakukan penelitian.

7. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Wawancara

Wawancara atau interview sebagai metode pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dan pertemuan tatap muka baik secara individual maupun kelompok (Sukmadinata; 2005: 216). Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan sebelumnya dengan cermat dan lengkap, namun penyampaian bebas tanpa terikat oleh nomor urut

(28)

yang telah digariskan (Kartono; 1990: 204). Adapun yang menjadi obyek wawancara dalam penelitian ini adalah guru Fiqih dan siswa guna menanyakan mengenai proses pembelajaran setelah menggunakan model pembelajaran ARIAS. Instrumen yang digunakan yakni pedoman wawancara yang berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup (Moleong; 2004: 187). Pedoman ini berisi pertanyaaan tentang pelaksanaan model pembelajaran ARIAS guna meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar Fiqih.

b. Observasi

Metode observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata; 2004: 220). Atau dapat pula dikatakan suatu teknik pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsug. Adapun metode pengamatan yang digunakan adalah metode pengamatan secara langsung (direct

observation), yakni pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap

objek yang diteliti. Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati dan mencatat keadaan fisik sekolah, subjek didik, metode, strategi yang digunakan dan sarana dengan menggunakan lembar observasi yang berisi catatan gambaran kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dikelas.

(29)

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto; 2006:231). Teknik ini digunakan untuk mencari data mengenai jumlah siswa dan perkembangan prestasi belajar siswa.

d. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data/informasi tentang hasil belajar siswa baik sebelum dilakukan tindakan maupun setelah dilakukan tindakan. Adapun untuk mengukur tes tersebut peneliti menggunakan lembar soal tes sebagai instrument yakni lembar soal pre tes dan post tes. Lembar soal pre test disusun guna mengetahui pemahaman siswa terhadap kompetensi yang ditentukan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Lembar post test disusun untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kompetensi yang ditentukan setelah pelaksanaan pembelajaran.

8. Metode Analisis Data

Analisis data adalah langkah untuk memberikan interpretasi dan arti data yang telah dikumpulkan sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menyajikannya dengan menggunakan metode analisis data yang bersifat deskriptif-kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh melalui

(30)

instrument penelitian. Setelah datanya terkumpul, lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Analisis data kualitatif yang digunakan adalah perkumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Mattew dan Michael; 1992: 15-17).

Mengenai keberhasilan produk dari pre test dan post test, dapat diketahui dengan menggunakan presentase keberhasilan. Adapun rumus yang digunakan adalah:

P = F/N x 100% Keterangan:

P = Presentase keberhasilan produk F = Frekuensi

N = Jumlah siswa

Nilai rerata keberhasilan siswa dalam menjawab pre test dan post test dihitung dengan persamaan: N fX Σ = Χ Keterangan: X = Nilai rerata f = Frekuensi X = nilai

(31)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembuatan skripsi ini maka akan dijelaskan mengenai sistematika penelitian skripsi secara garis besar sistematika penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian awal a. Sampul b. Lembar berlogo c. Judul d. Persetujuan pembimbing e. Pengesahan kelulusan f. Pernyataan keaslian tulisan g. Motto dan persembahan h. Kata pengantar i. Abstrak j. Daftar isi k. Daftar tabel l. Daftar gambar m. Daftar lampiran 2. Bagian Inti BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

(32)

D. Hipotesis Tindakan E. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian b. Pendekatan Penelitian c. Subyek Penelitian d. Prosedur Penelitian e. Rencana Penelitian f. Instrumen Penelitian g. Metode Pengumpulan Data h. Metode Analisis Data BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran ARIAS B. Motivasi Belajar

C. Prestasi Belajar D. Fiqih

BAB III GAMBARAN UMUM MAN TEGALREJO MAGELANG A. Letak dan Keadaan Geografis

B. Sejarah dan Tujuan Pendidikan C. Dasar dan Tujuan Pendidikan D. Struktur Organisasi

E. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan F. Keadaan Sarana dan Prasarana G. Pra Siklus

(33)

BAB IVPELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Siklus I B. Pelaksanaan Siklus II

C. Perbandingan Antar Siklus I dan Siklus II BAB V PENUTUP

A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Model pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS (attention, relevance, confidence, satisfaction) (Keller's; 1998: 1). Model Pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value Theory) yang menggandung dua komponen yaitu nilai (value ) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu, dari dua komponen tersebut oleh keller dikembangkan menjadi empat komponen.

Keempat model pembelajaran itu adalah attention, relevance,

confidence, Satisfaction dengan akronim ARCS. Tetapi model pembelajaran

ini tidak ada evaluasi, padahal evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang akan dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

Maka dengan adanya modifikasi tersebut model pembelajaran yang digunakan menjadi lima komponen (Sopah; 2007: 2) yaitu: attention

(35)

(minat/perhatian), relevance (relevansi), Confidence (percaya/yakin),

satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi).

Modifikasi juga dilakukan dengan pengantian nama confidence menjadi Assurance dan Attention menjadi interest. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil tetapi sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Pengantian kata Attention menjadi

interest karena kata interest (minat) sudah terkandung penggertian Attention

(perhatian). Model pembelajaran yang telah dimodifikasi disebut model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,

Satisfaction).

Kelima komponen itu merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatandalam kegiatan pembelajaran, Diskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah : a. Assurance (percaya diri)

Assurance/percaya diri yaitu yang berhubungan dengan sikap percaya, akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil.

Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan semaksimal

(36)

guna mencapai keberhasilan yang optimal. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:

1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam satu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya itu merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri siswa dan kepada siswa. 2) Menggunakan suatu patokan, standart yang memungkinkan siswa

dapat mencapai keberhasilan, misalnya dengan menggatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan dibawah ini tanpa melihat buku.

3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa, misalnya menyajikan materi secara bertahap sesuai tingkat kesukarannya dan memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar.

b. Relevance (relevasi)

Relevance/relevansi adalah berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang, siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai,

(37)

bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka, sehingga Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran:

1) Mengemukakan tujuan, sasaran yang akan dicapai.tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (kongkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut.

2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang atau untuk berbagai aktifitas dimasa mendatang.

3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh yang ada hubunganya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru, menggunakan berbagai alternatif, setrategi, dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan, dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.

c. Interest (minat/perhatian)

Interest/minat/perhatian yaitu yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama

(38)

kegiatan pembelajaran berlangsung (Sopah; 2007: 3). Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/ perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar Siswa. Cara untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:

1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya variasi dari serius ke humor dari cepat kelambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan menggubah gaya mengajar.

4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demontrasi dan simulasi.

(39)

d. Assessment (penilaian)

Assessment/penilaian yaitu yang berhubungan dengan evaluasi

terhadap siswa, evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah di pahami oleh siswa. Untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal dan mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang mereka ingin capai. Untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:

1) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.

2) Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil valuasi kepada siswa.

3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

(40)

4) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

e. Satisfaction (kepuasan/rasa bangga)

Satisfaction/kepuasan/rasa bangga yaitu yang berhubungan

dengan rasa bangga, puas atas hasil yang di capai. Dalam teori belajar

satisfaction adalah Reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil

mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.

Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan

puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat di gunakan untuk mempengarui hasil belajar siswa. Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu di tanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa cara yang dapat di lakukan antara lain:

1) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non verbal. Kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilanya. Ucapan Guru ”Bagus, kamu telah mengerjakan dengan baik sekali” mengangukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu

(41)

pertanyaan. Merupakan salah satu bentuk kegiatan. Ucapan yang tulus atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan

atau ketrampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.

3) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan.

2. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata "motif" yang berarti daya/upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (1992: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah daya/kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

(42)

Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasari atas motivasi tertentu akan mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Adanya motivasi dapat diamati dari partisipasi siswa dalam pelajaran yang sedang berlangsung. Seorang siswa yang termotivasi belajarnya akan berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung tanpa terpaksa tetapi secara sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibatnya hasil belajar yang dicapai akan lebih baik dan lebih lama diserap.

Motivasi diperlukan agar anak didik mau belajar. Motivasi baik dan penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-rubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik sehingga dibutuhkan motivasi.

Motivasi adalah mendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto; 2004: 71) Seseorang melakukan kegiatan karena adanya motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, begitu juga belajar perlu motivasi, semakin kuat motivasi intrinsik pada diri siswa semakin baik hasil belajarnya. Semakin tepat motivasi ekstrinsik yang diberikan makin baik juga.

Keberhasilannya, jadi motivasi menentukan tingkat keberhasilan siswa. Adapun cara lain untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dari luar (ekstrinsik) antara lain dengan cara memberi hasil ulangan, memberi

(43)

hadiah, pujian ataupun dengan memberi hukuman kepada siswa. Sedangkan fungsi motivasi menurut Ngalim purwanto adalah:

a. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, yakin sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan tugas.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu.

c. Menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang sesuai guna mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. (Purwanto; 2004: 70)

Kehadiran motivasi dalam aktifitas belajar merupakan faktor psikis yang menimbulkan kegiatan belajar. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana ciri-ciri motivasi tersebut, menurut Sardiman (1992: 83) diantaranya:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai).

b. Untuk menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan prestasi yang pernah dicapai).

(44)

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan prikologis siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa.

Dari segi pembelajaran penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemauan menjadi cita-cita. Dengan kata lain cita-cita akan memperkuat motivasi belajar sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan siswa.

Keinginan seseorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa.

Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang anak yang sedang sakit, lapar atau marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang anak yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dengan teman sebaya atau kehidupan kemasyarakatan dapat memperkuat motivasi belajar. Oleh sebab itu kondisi lingkungan yang

(45)

sehat, kerukunan hidup, ketertiban, pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. (Dimyati dan Mudjiono; 2000: 97 – 99)

Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya diantaranya melalui:

a. Memberi angka

Pada umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya melalui angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik, maka akan mendorong motivasi belajarnya lebih besar. Namun sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, bisa menimbulkan frustasi atau bisa sebaliknya menjadi pendorong agar belajarnya lebih baik.

b. Pujian

Pemberian pujian kepada siswa atas hasil yang dicapainya besar manfaatnya sebagai pendorong belajar karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang.

c. Hadiah

Cara ini juga dapat dilakukan oleh guru seperti memberi hadiah pada siswa yang mendapat hasil belajar yang baik atau tinggi.

d. Kerja kelompok

Kadang-kadang kerjasama terhadap kelompok belajarnya dapat mendorong kekuatan belajarnya.

(46)

e. Persaingan

Persaingan dapat memberikan motif-motif sosial terhadap siswa baik persaingan kerja kelompok maupun persaingan individual.

f. Penilaian

Penilaian secara continue akan mendorong siswa belajar.karena setiap siswa memiliki kecenderungan untuk mendapatkan hasil yang baik.

g. Karyawisata dan ekskuri

Dalam kegiatan ini siswa mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya karena obyek yang dikunjungi dapat menarik minat siswa sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan.

h. Film pendidikan

Gambaran dan isi cerita film dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. (Hamalik; 1992: 134)

Dalam proses belajar di sekolah, maka motivasi belajar siswa bisa datang dari guru. Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Oleh karenanya seorang guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Adapun prinsip-prinsip motivasi belajar menurut Sutrisno (2005: 70) adalah: a. Kebermaknaan.

b. Pengetahuan dan ketrampilan prasyarat. c. Model.

d. Komunikasi terbuka.

(47)

f. Latihan yang tepat dan aktif. g. Penilaian tugas.

h. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan. i. Keragaman pendekatan.

j. Mengembangkan beragam kemampuan. k. Melibatkan sebanyak mungkin indra.

l. Keseimbangan peraturan pengalaman belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar maka akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Ketekunan dan konsentrasi tinggi. b. Perhatian tinggi.

c. Aktifitas dan partisipasi tinggi. d. Minat yang besar dalam belajar.

3. Prestasi Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai tes, atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Poerwadarminta; 1995: 787). Menurut Oemar Hamalik (1992: 29) bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan.

(48)

Prestasi belajar Fiqih dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran Fiqih selama mengikuti proses belajar Fiqih yang diwujudkan dengan angka atau nilai untuk mengetahui prestasi belajar siswa tersebut dilakukan dengan tes hasil belajar. Menurut Slameto Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (faktor eksternal).

Kedua faktor tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Faktor yang berasal dari diri individu (faktor internal).

Faktor yang terdapat dalam diri individu dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu Faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh fisik atau jasmaninya, kesehatan dan kenormalan fungsi alat–alat tubuhnya. Jika keadaan tersebut diatas baik, maka proses belajar akan berjalan dengan baik. Demikian sebaliknya, jika faktor–faktor diatas kurang baik maka dapat mengganggu proses belajar seseorang.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis.Faktor-faktor itu Adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

(49)

b. Faktor yang berasal dari luar diri individu (faktor eksternal)

Faktor-faktor eksternal disini banyak jenisnya, karena banyak menyangkut hal yang Datangnya dari luar individu. Faktor-faktor itu adalah:

1) Faktor sosial

Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dalam pergaulan antara Manusia terjadilah komunikasi, baik komunikasi satu arah atau lebih baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam proses komunikasi itulah pengaruh individu lain terjadi pada orang yang belajar, baik dalam perasaan, sikap, maupun pikiranya. Komunikasi dengan segala pengaruh itu akan terjadi di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat disertai segala aspek yang ada didalamnya.

2) Faktor non sosial

Faktor non sosial adalah segala yang ada diluar diri manusia yang dapat mempengaruhi proses belajar di luar hal yang bersifat sosial. Faktor ini dapat berupa keadaan alam, misalnya: keadan udara, cuaca, panas, dingin, waktu, (pagi, Siang, malam), dan sebagainya. Fasilitas, misalnya : gedung, alat –alat tulis, buku Buku bacaan dan lain- lain. (Slameto; 2003: 56)

Menurut Syah (2001: 154 – 156) untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat prestasi belajar siswa, dapat dilakukan evaluasi prestasi belajar dengan cara antara lain:

(50)

a. Evaluasi prestasi koginitif

Yaitu mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tidak pernah diguankan lagi, karena pelaksanaan yang face to face.

b. Evaluasi prestasi afektif

Dalam rangka menyusun instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa), jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi sebaiknya mendapat perhatian khusus, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.

c. Evaluasi prestasi psikomotor

Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi, yang dapat diartikan sebagai jenis tes mengenai peristiwa tingkah laku atau fenomena lain dengan pengamatan langsung.

Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari usaha pribadi sebagai pelajar, guru sebagai pengajar, kurikulum sebagai acuan pelajaran dan metode pembelajaran yang semuanya merupakan aspek dalam meningkatkan prestasi belaajr yang saling berkaitan.

(51)

Adapun prinsip-prinsip belajar yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar, menurut Slameto (2003: 29) adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) Dalam belajar siswa harus diusahakan aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement (pengetahuan) dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya berekspresi dan belajar efektif. 4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1) Belajar itu perlu proses continue, maka harus tahap demi tahap menurut pengembangannya.

2) Belajar adalah organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery (penemuan).

3) Belajar adalah proses kontinuitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang berlawanan.

(52)

4. Fiqih

Mata pelajaran Fiqih adalah suatu rangkaian pelajaran yang disampaikan dalam suatu lembaga pendidikan/sekolah. Sedangkan pengertian mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Aliyah (Depag; 2003: 2) adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, memahami, dan mengamalkan hukum-hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, latihan serta penggunaan pengalaman.

Dalam Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah atau Aliyah materi pelajaran Fiqih merupakan salah satu materi wajib karena merupakan salah satu materi dengan ciri-ciri khusus sebagai sekolah yang bercirikan agama. Belajar Fiqih adalah penting mengingat bahwa Fiqih merupakan modal agama adalah merupakan rangkaian hukum-hukum syariat yang berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia agar mendapatkan kebahagiaan di dunia akhirat.

Sedangkan tujuan bidang studi Fiqih sebagaimana yang dirumuskan oleh Depag RI adalah agar siswa dapat memahami ajaran agama Islam secara meluas dan menyeluruh dengan mengetahui dalil-dalilnya (aqli/naqli), sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, masyarakat, alam sekitar serta menjadi manusia yang taat terhadap perintah Allah dan rasul-Nya.

Dari rumusan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan daripada bidang studi Fiqih adalah untuk memberi wawasan dan perluasan pandangan

(53)

bagi umat Islam khususnya, siswa-siswa dalam sebuah lembaga pendidikan agar dapat mengetahui secara jelas dan pasti tentang hukum-hukum Islam yang didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, agar manusia dapat melaksanakan syariat Islam dengan baik sesuai dengan hukum yang benar agar dapat mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

(54)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAN TEGALREJO MAGELANG

A. Letak dan Keadaan Geografis

MAN Tegalrejo terletak di Jalan Abdan No. 4 PUSDIK Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang 56192, nomor telepon (0293) 3148996

Adapun batas bangunan MAN Tegalrejo sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan PUSDIK (Pusat Pendidikan) - Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan milik warga - Sebelah barat berbatasan dengan SDN Dlimas

- Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Tegalrejo – Secang

Lokasi ini sangat strategis untuk dijadikan lokasi lembaga pendidikan, karena letaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya yang mengakibatkan kebisingan dan mengganggu proses pembelajaran. Juga tidak terlalu jauh dari jalan raya, yakni 100 meter. Dengan begitu lokasi madrasah mudah dijangkau oleh para siswa, guru maupun pegawai madrasah.

B. Sejarah Berdirinya Madrasah

Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo yang berada di Jalan Kyai Abdan Pusdik Dlimas Tegalrejo beradal dari Pendidikan Guru Agama Islam Nahdlotul Ulama 4 tahun Tegalrejo didirikan atas ide dan arahan Bapak K.H. Chudlori yang

(55)

selanjutnya dikelola di bawah naungan sebuah yayasan yang bernama YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam) Tegalrejo.

Perlu dimaklumi bahwa yayasan ini bergerak di bidang dakwah dan pendidikan dengan Akter Notaris nomor 14 tanggal 22 Juni 1972.

Kepengurusan Yayasan ini meliputi:

1. Ketua : K. Siradj Abdan

2. Sekretaris I : Zarqoni

Sekretaris II : Rachmatullah Abdan 3. Bendahara I : Dulkarnen

Bendahara II : K. Sjamhudi

4. Pembantu : R. Ali

Jamal Muhtarom 5. Badan Pengurus : Muhammad AR

K. Ismail Muh Chalil 6. Badan Penasehat : K. Idris Abdan

K. Thoyib Ahmadi M. Hasjim

7. Seksi Pendidikan : A. Hartanto, BA. 8. Seksi Dakwah : K.M. Salihun Pada mulanya yayasan ini mempunyai: 1. 21 Raudlatul Athfal

(56)

2. 20 Madrasah Ibtidaiyah 3. 2 Madrasah Tsanawiyah

Pada tanggal 7 April 1979 segenap pengurus yayasan mengadakan musyawarah bersama Muspika dan sabahat mendirikan Madrasah Aliyah YAKTI sebagai upaya untuk mencukupi dan menampung siswa tamatan SMP maupun MTs yang ada.

Maka pada tanggal 3 Juli 1979 secara resmi berdirilah MA YAKTI dengan nomor/ragam LK/3C/075/MA/81 dengan Kepala Madrasah yang pertama adalah Bpk. K. Idris Abdan dan wakilnya Bpk. Sumarmo, BA., dengan jumlah murid 23 anak pada tahun pertama. Pada tahun kedua mencapai 36 siswa, tahun ketiga 68 siswa dan tahun keempat 77 siswa.

Tahun 1983 kepala sekolah dipegang oleh Bapak Sumarmo, BA., dengan jumlah siswa 123 anak. Tahun 1984 merupakan puncak banyaknya siswa yakni 143. Kemudian setelah itu jumlah siswa mulai menurun bahkan tahun 1988 jumlah siswa seluruhnya hanya 112 anak.

Dalam rangka memantapkan keberadaan MA YAKTI Tegalrejo Yayasan mengajukan Filialitas MA ke MAN Parakan Temanggung dengan surat permohonan yang ditandatangani oleh ketua A. Siradj Abdan, BA dan sekretaris M. Mahfudz pada tanggal 20 Desember 1982, sehingga pada tanggal 3 Maret 1984 MA YAKTI Tegalrejo dinyatakan sebagai MAN Filial Parakan Temanggung Filian Tegalrejo Kabupaten Magelang oleh Menteri Agama dengan Surat Keputusan Menteri Nomor: KEP/E/Pgm.6/54/1984.

(57)

Untuk menuju madrasah yang mandiri pemerintah Cq Departemen Agama RI menegrikan Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Filial Tegalrejo menjadi MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan Keputusan Menteri Agama RI: Nomor. 17 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997.

Dengan memandirikan Madrasah, maka jumlah siswapun bertambah terbukti kelas I pada waktu itu mendapat 2 (dua) kelas, terlebih pada 2 tahun terakhir ini MAN Tegalrejo berkembang cukup signifikan; dengan dibuktikan siswa semakin bertambah dan sudah menempati gedung baru dengan local kelas nyaman.

Sedangkan untuk kendala/keadaan yang menjadi ancaman bagi Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo adalah dengan dicanangkannya otonomi daerah dimana terjadi pemekaran wilayah masing-masing daerah ingin mendirikan sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan yang dikhawatirkan akan mematikan Madrasah Aliyah termasuk di dalamnya MAN Tegalrejo. Disamping rendahnya kesadaran masyarakat Tegalrejo dan sekitarnya dalam menyekolahkan putra putrinya, juga mayoritas penduduknya tingkat ekonominya sangat lemah dan kebanyakan remajanya sekarang mempunyai kecenderungan lebih memilih sekolah kejuruan.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan 1. Visi Madrasah

Mewujudkan Madrasah Aliyah unggulan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan (MULIA DALAM

(58)

BUDI PAKERTI), menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (UNGGUL DALAM PRESTASI), serta mampu mengaktualisasikannya di masyarakat (TERAMPIL DALAM BERKARYA DAN BERWAWASAN GLOBAL).

2. Misi Madrasah

a. Mengembangkan potensi anak didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Islam.

b. Mendorong pembaharuan pemikiran Islam menuju masyarakat modern. c. Mengintegrasikan ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan Islam.

d. Menghasilkan lulusan yang religius (iman dan taqwa), akhlak mulia, cerdas trampil, demokratis, bersikap adil, disiplin, toleran, menghargai HAM, taat hukum dan berorientasi global.

3. Indikator Unggul

a. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.

b. Unggul dalam perolehan nilai Ulangan Umum Semester.

c. Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. d. Unggul dalam lomba mata pelajaran/akademis.

e. Unggul dalam lomba kreativitas. f. Unggul dalam lomba kesenian. g. Unggul dalam lomba olah raga. h. Unggul dalam lomba kepramukaan. i. Unggul dalam kedisiplinan.

(59)

j. Unggul dalam aktivitas keagamaan. k. Unggul dalam ketrampilan komputer.

l. Unggul dalam ketrampilan berbahasa Inggris. m. Unggul dalam kepemimpinan dan organisasi.

D. Struktur Organisasi

Gambar 3.2. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo Magelang

Komite Sekolah Kepala Madrasah

Kepala Urusan TU Waka Bid. Humas Waka Bid. Kesiswaan Waka Bid. Kurikulum Waka Bid. Sarpras Kepala Perpus Koord.

Life Skill Keagamaan Koord. PramukaKoord. Prestasi Koord. Ka. Lab MIPA Koord. Mapel & PPD Koord. Lab Bhs Komp. dan Media

Wali Kelas Koord. BP

Guru

(60)

Adapun keterangan bagan tersebut adalah:

Kepala Madrasah Ali Masyar S.Ag.,M.Si.

Kepala Urusan TU Nur Istiqomah

Kepala Urusan Perpustakaan Dhorifa Uswatul W. A.Md. Waka Bid. Humas Nur Kholiq S.Ag., M.Si.

Waka Kesiswaan M. Purnama, S.Pt.

Waka Kurikulum Drs. Dwi Adi S., S.Pd.

Waka Sarpras Anas Munaji S.Ag.

Koord. Life Skill Sutrisno

Koord. Keagamaan Ma' Sumatun S.Ag.

Koord. Pramuka Jamari S.Pd.I.

Koord. OR Prestasi Yudi H.N. S.Pd.Kes.

Ka. LAB MIPA A. Zubair S.Pd.

Koord. Klinik Mapel Sri Widiarti S.Pd.Si. Koord. LAB Komp. & Media M. Rofiq S.Pd.

Koord. BP Agus Sulistyo SE.

E. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan

Guru yang mengajar di MAN Tegalrejo Magelang terbagi menjadi 21 golongan. Yaitu guru PNS dan non PNS. Jumlah guru PNS MAN Tegalrejo ada 28 orang dan guru non PNS berjumlah 17 orang. Berikut tabel guru MAN Tegalrejo Magelang:

(61)

Tabel 3.1. Daftar Guru MAN Tegalrejo Magelang

No Nama Pangkat Pend. Mata Pelajaran Utama Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Ali Masyhar, S.Ag.,M.Si. Dra. Hj. Mizhariyatil Hidayah Dra. Sri Zubaidah

Drs. Subagyo Dra. Ida Ariyani

Muhamad Purnama S.Pt. Drs. Zaenal Arifin

Ending Munawaroh S.Ag. A. Zubair S.Pd.

Sri Amriyati, S.Ag.,S.Pd. Muhamad Rofiq, S.Pd. Nur Kholiq, S.Ag.,M.Si. Dwi Adi Satrianto, S.Pd. Ma'Sumatun, S.Ag. Anas Munaji, S.Ag. Ending Aryati, S.Pd. Dra. Nuryanti

Hartsa Jamila Rochi, S.Pd. Nahru Rosyidah B., S.Pd. Karyati, S.Pd.

Nurul Ana Kusniyah, S.Pd. Sri Widiarti, S.Pd.Si. Dra. Siti Zulaikah

Yudi Hernayadi Nugraha, S.Pd. Agus Sulistyo, SE.

Siti Salbiyah, S.Pd. Eti Hikmawati, S.Ag. Sudarti, S.Ag.

Heni Isdaniyah, SE.

IVa IVa IVa IVa IVa IVa IVa IIId IIId IIId IIId IIId IIIc IIIc IIIc IIIc IIIb IIIb IIIb IIIb IIIb IIIb IIIa IIIa IIIa IIIa IIIa IIIa -S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 Kepala Madrasah A. Hadits + Fiqih Fiqih Seni Budaya Sosiologi Matematika Matematika + BTA Bahasa Inggris Fisika + Prak. Fisika Bio + Prak. Biologi Bahasa Inggris Bahasa Arab BK/PD Bahasa Arab A. Hadits + Aqidah B. Indo + B. Jawa Geografi Bhs. Inggris PKn Ekonomi Bhs. Indo + Bhs. Jawa Kimia + Prak. Kimia Bhs. Indo + Bhs. Jawa Penjaskes

Eko + Klinik Mapel Mtk + Klinik Mapel Sejarah + SKI Aqidah + TIK Ekonomi + Sejarah

(62)

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Uswatul Khasanah, S.Ag. Amarudin Syarif, S.Si. Dian Rafi' Rasita, S.Pd.I. Dimyati

Dzorifat Uswatun W., A.Md. Eliya Nabibatus, SS.

Faida Syarifah, S.Sos.I. Ismi Ahsaniyah

Iadatul Hasanah, S.Pd. Maesaroh, S.Pd. Maksum, S.Pd.I. Muchibin

Mursyidul Anam, S.Ag. Nurfathu Salam, S.Ag. Sholichah, S.Ag. Ulfatu Syarifah, S.Pd.I.

-S1 S1 S1 MAN S1 S1 S1 MAN S1 S1 S1 MAN S1 S1 S1 S1 BTA Kimia Matematika BTA TIK Aqidah Akhlak Pramuka BK/PP ECC Praktikum BTA BTA + A. Hadits BTA BTA

Bio + Prak. Bio + BI Sumber: MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2009/2010

Siswa yang belajar di MAN Tegalrejo berjumlah 372 yang terdiri dari 169 laki-laki dan 203 perempuan. Siswa terbagi menjadi 3 tingkat yang masing-masing terpisah dalam 5 kelas kecuali kelas XI yang terbagi menjadi 4 kelas. Berikut tabel jumlah siswa MAN Tegalrejo Magelang.

Gambar

Gambar 1.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.2. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo MagelangKomite Sekolah Kepala Madrasah
Tabel 3.1. Daftar Guru MAN Tegalrejo Magelang
Tabel 3.2. Daftar Siswa MAN Tegalrejo Magelang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes tertulis (pre test dan post test), dan wawancara. Analisis data dalam peneliti data adalah teknik analisis

Perubahan- perubahan perilaku yang dialami oleh G juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan hal ini dibuktikan dengan hasil pre-test dengan post-test bahwa saat

Peningkatan aktifitas belajar peserta didik di setiap siklus penelitian. Hasil tes akhir juga menunjukkan peningkatan prestasi belajar peserta didik dari tahap siklus I dan siklus

pendidikan anak dalam belajar membaca alqur’an dan Kurangnya Minat Anak dalam belajar Baca Tulis Al-Quran di desa Tanjung Besar yang sebagian besar berprofesi sebagai petani lebih

Antara 0,70 sampai dengan 0,90 Antara 0,90 sampai dengan 1, 00 terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Antara variabel

melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara paedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik ke arah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.37 Oleh karena itu

MAN 2 Kota Bengkulu merupakan Salah satu sekolah yang menerapkan model pembelajaran yang efektif, dan merupakan sekolah yang guru-gurunya memiliki kemampuan dan kekreatifan dalam

Pinrang yang dibuktikan melalui uji hipotesis dengan nilai signifikan 0.000 ≤ 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, serta berdasarkan uji pengaruh yang telah