• Tidak ada hasil yang ditemukan

FANATISME SUPORTER SEPAK BOLA PSS SLEMAN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FANATISME SUPORTER SEPAK BOLA PSS SLEMAN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

FANATISME SUPORTER SEPAK BOLA PSS SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Johanes Unaradjan 149114003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.

Matius 21:22

janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang karena Aku ini Allahmu, Aku akan meneguhkan bahkan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Yesaya 41:10

Saya persembahkan karya ini untuk Kemuliaan Tuhan Yesus Kristus, Ayah saya Marselinus Assan Unaradjan yang tercinta, Ibu saya Theresia Sri Murni Asih yang tercinta, serta para saudara, sahabat, dan teman tersayang yang selalu mendukung saya di kala senang maupun susah.

(5)

v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 4 Juni 2021 Penulis,

Johanes Unaradjan

(6)

vi

FANATISME SUPORTER SEPAK BOLA PSS SLEMAN Johanes Unaradjan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk fanatisme pada suporter klub sepak bola PSS Sleman khususnya Brigata Curva Sud (BCS). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Proses wawancara dilakukan terhadap 3 (tiga) informan yang merupakan suporter klub sepak bola PSS Sleman yang khususnya Brigata Curva Sud (BCS). Analisis data dilakukan menggunakan teknik model interactive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk fanatisme kelompok suporter Brigata Curva Sud dalam mendukung klub sepak bola PSS diwujudkan dalam kecintaan terhadap PSS Sleman, loyalitas yang tinggi seperti berdiri tegak sepanjang pertandingan, pemakaian atribut; kreasi suporter; menghafalkan chant serta selalu berusaha menyaksikan setiap laga PSS Sleman. Selanjutnya wujud fanatisme yang terbentuk juga membangun hubungan relasi dan serangkaian perilaku diantara melindungi PSS Sleman seperti memprioritaskan PSS Sleman sehingga mengabaikan kepentingan pribadi seperti pengorbanan waktu dan berani meninggalkan kewajiban, pengorbanan materi dan serangkaian aksi nekat.

Kata Kunci: Fanatisme, Suporter, Sepak Bola, PSS Sleman, BCS

(7)

vii

Fanaticism in PSS Sleman Football Club Supporters

Johanes Unaradjan

ABSTRACT

This study aims to determine the form of fanaticism in PSS Sleman football club supporters, especially the Brigata Curva Sud (BCS). This study used a qualitative method with a phenomenological approach. The data collection method was conducted by semi-structured interviews. The interview process was conducted on 3 (three) informants who were supporters of the PSS Sleman soccer club, precisely Brigata Curva Sud (BCS). Data analysis techniques that is used in this study is interactive modeling. The results of the study showed that the forms of fanaticism of the Brigata Curva Sud supporter group in supporting the PSS football club were manifested in the love for PSS Sleman, high loyalty of the fans such as standing throughout the match, using attributes created by the fans, memorizing chants and always trying to watch every PSS Sleman matches.

Furthermore, the form of fanaticism that is formed also builds relationships and protecting act towards PSS Sleman such as prioritizing PSS Sleman so as ignoring personal interests such as sacrificing time and have the audacity to leave obligations, sacrificing some materials, and a series of reckless actions.

Keywords: Fanaticism, Supporter, Football, PSS Sleman, BCS

(8)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Johanes Unaradjan NIM : 149114003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

FANATISME SUPORTER SEPAK BOLA PSS SLEMAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, serta mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 4 Juni 2021 Yang menyatakan,

(Johanes Unaradjan)

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kuasaNya yang luar biasa sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi). Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini juga berkat adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang luar biasa kepada:

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama masa studi hingga penulisan skripsi.

Terima kasih atas arahan serta waktu yang telah bapak berikan. Tuhan Memberkati.

4. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan pengalaman, ilmu, pengetahuan. Terima kasih atas segala bimbingannya.

5. Marselinus Assan Unaradjan dan Theresia Sri Murni Asih. Ayah Ibu ku tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, memberikan semangat. Terima kasih atas segalanya. Tuhan Memberkati.

6. Nenek, Om, Tante, Kakak, Adik. Terima kasih atas segala doanya.

(10)

x

7. Anak-anak Kos Kubus, Ikang, Simon, Pras, Anggi, Sandro, Wawan, Petrus, Fian, Michael, Danan, Jose. Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

8. Anak-anak Kos Hammer, Kaks Vande, Kaks Vile, Kaks Sudung, Mas Amon, Mas Charis, Mas Oki, Mas Codot, Mas Abi, Mas Saw, Mas Rama.

Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

9. Anak-anak Kos Mesjun, Rama, Kaks Dino, Mas Il. Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

10. Leonardus Ipank yang sudah membukakan jalan serta mengenalkan saya dengan para subjek.

11. Ketiga informan E, W, Y. Terima kasih atas waktu dan kesediaannya.

12. Gantih Sukmaraga, Ni Kadek Indri Drestiyani, Pande Ayu Sawitri Dewi, Dewa Mas, Pristi Amelia, GM, Mank Indah, Deva, Kemara, Okta. Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

13. Intan Agatha, Grace Stella, Bernadea Linawati, David Gracenda Majesty, Ridho Yurio Kristo, Kuncung, Daniel Yosta, Stevanus Krisna, Regina Larasaty, Deo Garcia. Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

14. Teman-teman panitia AKSI 2015, AKSI 2018 yang luar biasa.

15. Anak-anak UKF Futsal Sandri Alfredo Panjaitan, Bernadus Ibnu, Yudha Yehezkiel, Samuel Willy, Sunario Sitanggang, Jeremy Abraham, Ario Dominic, Yoanes Rian, Pius Titah, Leonardus Ipank, Atma Cipta, Oscar

(11)

xi

Josefin, Krisna Primantara, Arma Lahagu, Dewa Ndaru, Antonius Setya.

Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

16. Yosep Christo Steikopaska, Elisabeth Vania Pratami, Ocha Sasmitha.

Terima kasih atas keseruan, cerita, proses yang telah kita lalui bersama.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian skripsi ini. Oleh karena itu peneliti meminta kritik dan saran yang membangun dalam perkembangan penelitian ilmu Psikologi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 4 Juni 2021 Peneliti,

(Johanes Unaradjan)

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...8

1. Manfaat Praktis………8

2. Manfaat Teoritis………...8

(13)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10

A. Kerangka Teori...10

1. Fanatisme………...…...10

a. Pengertian Fanatisme………..10

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fanatisme………..11

c. Aspek Fanatisme……….13

d. Ciri-Ciri Fanatisme……….14

e. Jenis-Jenis Fanatisme...15

2. Suporter Sepak Bola……….17

B. Kajian Penelitian Terdahulu...20

C. Pertanyaan Penelitian...22

BAB III METODE PENELITIAN...23

A. Jenis Penelitian...23

B. Fokus Penelitian...24

C. Informan Penelitian...24

D. Metode Penelitian...25

E. Metode Analisis Data...28

1. Data Reduction (Reduksi Data)………..28

2. Data Display (Penyajian Data)………...29

3. Conclusion Drawing / Verification (Penarikan Kesimpulan / Verifikasi)………...29

F. Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian...29

1. Uji Kredibilitas………30

(14)

xiv

2. Uji Dependabilitas………...30

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...31

A. Proses Penelitian...31

1. Persiapan Penelitian………...31

2. Pelaksanaan Penelitian………..32

a. Proses Pengambilan Data………..32

b. Profil Informan Penelitian……….38

B. Analisis Data...38

C. Pembahasan...48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...54

A. Kesimpulan...54

B. Kelemahan Penelitian...54

C. Saran………...55

1. Bagi Anggota Suporter Brigata Curva Sud (BCS)………55

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Sleman……….55

3. Bagi Peneliti Selanjutnya………...55

DAFTAR PUSTAKA...57

LAMPIRAN...61

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Panduan Pertanyaan Wawancara ………..27

Tabel 4.1 Latar Belakang Informan Mengenai Ketertarikan Pada PSS Serta Menjadi Kelompok Suporter BCS...36

Tabel 4.2 Data Informan...38

Tabel 4.3 Jadwal Wawancara...38

Tabel 4.4 Bentuk Fanatisme Yang Muncul Pada Wawancara...47

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent E………...62

Lampiran 2. Informed Consent W……….63

Lampiran 3. Informed Consent Y………..64

Lampiran 4. Verbatim dan Coding Informan E……….65

Lampiran 5. Tema Informan E………...71

Lampiran 6. Verbatim dan Coding Informan W………75

Lampiran 7. Tema Informan W……….83

Lampiran 8. Verbatim dan Coding Informan Y……….86

Lampiran 9. Tema Informan Y………..96

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia, hal ini dilandasi berdasarkan riset yang dilakukan World Atlas (2020) yang mengemukakan bahwa pengikut (fans) sepak bola di dunia menjadi 4 Miliar. Menurut Malfaid dalam (Wirasmara, 2018) sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari dari berbagai kalangan, baik dari anak- anak, sampai orang tua. Menurut Coddington dalam (Rahmansyah, 2016) seseorang yang menggemari sesuatu dengan sangat antusias disebut suporter.

Secara bahasa, suporter berasal dari kata support yang artinya dukungan, sehingga suporter merupakan dukungan dari individu / kelompok yang diberikan kepada sesuatu dalam sebuah pertandingan.

Perilaku suporter dalam memberikan dukungan pada klub idolanya dapat berbentuk langsung ataupun tak langsung. Dukungan langsung berarti dukungan yang diberikan secara langsung seperti di stadion. Sedangkan suporter yang tak langsung misalnya lewat radio, televisi, atau media lainnya (Lucky, 2013).

Perilaku suporter menunjukkan rasa cintanya terhadap klub yang disukai dilakukan dengan berbagai cara seperti membentangkan bendera yang bergambar klub favoritnya, membentang syal-syal dan spanduk bertuliskan kalimat / kata penyemangat, bahkan terkadang suporter

(18)

mengeluarkan chant yang menghina ataupun mengejek klub sepak bola lainnya dengan tujuan untuk memeriahkan suasana (Rahmansyah, 2016).

Menurut Su’udi (2006) mengemukakan bahwa setiap klub dari level terendah hingga tertinggi pasti memiliki penggemar fanatik karena adanya ikatan kedaerahan, keluarga, golongan atau simpatik dengan pemainnya.

Di Indonesia semua klub sepak bola selalu diikuti dengan kehadiran suporternya dengan masing-masing mengusung nama khas, seperti klub pendukung PERSIJA yakni Jack Mania, Pendukung PERSIB disebut Viking, PERSEBAYA suporternya Bonek Mania, pendukung AREMA FC yaitu Aremania, dan PSS Sleman disebut BCS dan Slemania dan lainnya.

Pada tingkat Asia Tenggara suporter Sepak bola Indonesia sangat disegani baik di level Tim Nasional ataupun level klub. Suporter di Indonesia terkenal fanatik mereka tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada klub yang didukung (Wirasmara, 2018).

Selanjutnya, Fox Sports Asia secara resmi telah merilis daftar suporter terbanyak di ASEAN sepanjang tahun 2019 yang diketahui bahwa tim-tim asal Indonesia tercatat mendominasi daftar tersebut, termasuk Persija Jakarta yang menempati posisi teratas dengan mencatat memiliki suporter rata-rata 24.303 orang dan posisi kedua ditempati oleh PSS Sleman dengan memiliki rata-rata penggemar 18.909 orang (Fatoni, 2021).

Kehadiran suporter tidak selalu menimbulkan kenyamanan bagi penonton lain, hal ini disebabkan karena kecintaan suporter yang

(19)

berlebihan kepada tim yang didukungnya. Bahkan suporter kerap kali membuat huru-hara atau kerusuhan yang dilakukan sejak pertandingan baru dimulai hingga pertandingan selesai. Menurut Boffey dalam (Strang, et.al.,2018) diketahui bahwa pada kejuaraan Eropa (European Championships) tahun 2016 yang diadakan di Perancis terjadi bentrokan antara suporter Inggris dan Rusia di publikasikan di sosial media dan menjadi berita utama yang dipicu karena kekalahan salah satu tim.

Selanjutnya terdapat aksi suporter PSS Sleman pada tanggal 23 Juli 2017 diketahui membakar sepeda motor yang melintas di Jalan Barito ke arah Jalan Ahmad Yani Kota Magelang, dan di hari yang sama terdapat satu korban yang meninggal akibat luka tusuk karena terlibat keributan dengan suporter PSS Sleman sehingga Polda Jawa Tengah menetapkan dua suporter PSS Sleman sebagai tersangka kasus pembunuhan (Parwito, 2021).

Kasus kerusuhan lainnya terjadi pada laga pembuka Shopee Liga 1 (kasta tertinggi sepak bola Indonesia) musim 2019 antara PSS Sleman vs Arema FC yang dilaksanakan pada Rabu (15/05/19) diwarnai aksi rusuh.

Kemenangan PSS Sleman atas Arema Malang di Stadion Maguwoharjo dengan skor 3-1 ternoda karena oknum kedua suporter yang saling lakukan lemparan batu. Diketahui terdapat 26 korban luka dirawat di rumah sakit setempat (Gusti A, 2021).

Tindakan kericuhan yang dilakukan para suporter disebabkan oleh rasa frustasi atau kekecewaan karena tim yang didukung mengalami

(20)

kekalahan dan keputusan wasit dianggap tidak tepat serta sikap saling mengejek (wicaksono, 2010). Selain itu, Faktor-faktor yang dapat mendorong perilaku kekerasan pada suporter klub sepak bola yaitu adanya pengaruh alkohol, faktor psikologis (emosi dan adrenalin), faktor sosial politik seperti adanya ketegangan etnis / bangsa, adanya faktor terkait situasional dan atmosfer pertandingan persaingan olahraga dan ekspektasi penggemar terhadap idolanya (Strang, et.al., 2018).

Berkaitan dengan hal ini, rasa cinta yang berlebihan bisa memunculkan sebuah fanatisme. Sejalan dengan pernyataan Chaplin (2008) yang mengemukakan bahwa fanatisme merupakan sikap / perilaku penuh semangat yang berlebihan terhadap satu objek. Fanatisme didefinisikan sebagai sebuah pengabdian yang luar biasa untuk suatu objek yang mana individu atau kelompok yang berada pada fase fanatisme cenderung bersikeras menganggap diri sendiri atau kelompok mereka benar dan mengabaikan semua fakta atau argumen yang mungkin bertentangan dengan pikiran atau keyakinan (Chung et al., 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2015) mengungkapkan bahwa bentuk fanatisme suporter sepak bola terbagi menjadi dua kategori yakni fanatisme positif dan fanatisme negatif. Fanatisme positif meliputi aksi sosial, kreasi suporter, pemakaian atribut dan aksi yang mengindahkan tujuan klub suporter. Sedangkan fanatisme negatif berbentuk bentrokan, pemalakan dan aksi yang melanggar tujuan organisasi klub suporter.

(21)

Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) memiliki basis suporter fanatik yakni kelompok suporter Brigata Curva Sud (BCS) dan suporter Slemania. Slemania merupakan kelompok suporter tertua di PSS Sleman dan masih eksis (bertahan) sampai sekarang. Bentuk-bentuk dukungan mereka seperti koreografi, nyanyian kepada tim, ataupun gerakan tangan yang dilakukan secara bersamaan di dalam stadion (Atmaja V, 2021).

Sedangkan, Brigata Curva Sud (BCS) diketahui merupakan kelompok suporter yang jauh lebih muda namun memiliki kekompakan yang kuat pada kelompoknya dengan menghadirkan euforia yang tinggi, dan diketahui BCS memiliki lebih dari 10.000 anggota dengan 335 sub kelompok-kelompok suporter di dalamnya (Niatami, dkk, 2020). Selain itu, Kelompok suporter Brigata Curva Sud merupakan identitas penamaan suporter laki-laki yang dibentuk pada tahun 2011, sedangkan untuk identitas kelompok suporter perempuan yang merupakan bagian BCS disebut Ladies Curva Sud yang dibentuk pada tahun 2012 (Munawaroh, 2019).

Menurut sebuah situs digital pecinta bola dunia Copa90, diketahui bahwa pada tahun 2017, BCS dinobatkan sebagai suporter ultras terbaik di Asia. Selain itu BCS juga diketahui tidak berpolitik dan anti rasis yang membuat kenyamanan tersendiri pada kelompoknya (Zakaria, 2021).

Komunitas ini menjadi sorotan karena mampu memberikan angin segar terhadap komunitas suporter sepak bola di Indonesia. BCS mampu mengarahkan anggotanya untuk mengubah karakter suporter sepak bola

(22)

Indonesia yang mayoritas negatif kearah yang lebih positif dan kreatif.

Seperti membuat “Chant” yang tidak rasis, membuat koreo yang sangat detail dan susah untuk ditiru bentuknya (Niatami, dkk, 2020). Bentuk dukungannya pun beragam seperti dengan mengumandangkan nyanyian selama 90 menit laga tanpa berhenti di Stadion Maguwoharjo (Pradana, 2021). Disebut sebagai ultras terbaik di Indonesia hal ini ditunjukkan melalui karya-karya koreografi yang memukau, selain itu BCS selalu menghadirkan teror bagi lawan melalui suara nyanyian lantang untuk memompa semangat para penggawa tim Elang Jawa.

Pada masa pandemic Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia, pemerintah Indonesia memberikan peraturan melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang menegaskan bahwa larangan kehadiran penonton dan suporter di lapangan pada pertandingan sepak bola. Artinya, hal ini membatasi setiap kelompok suporter untuk memberi dukungan secara langsung. Suporter tim sepak bola PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) menanggapi positif terkait ide federasi untuk menggelar liga tanpa penonton (Syarifudin, 2021).

Terkait hal ini, bentuk dukungan kelompok suporter BCS juga dilakukan melalui penggalangan dana dengan melelang jersey untuk didonasikan demi membantu penanganan pandemi COVID-19 (Atmaja V, 2021). Selain itu, melalui laman instagram resmi BCS, bentuk dukungan di masa pandemi yang diberikan oleh kelompok suporter BCS juga

(23)

dilakukan dengan menyaksikan setiap pertandingan PSS Sleman dari rumah.

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana bentuk fanatisme pada suporter klub sepak bola PSS Sleman khususnya pada kelompok suporter Brigata Curva Sud (BCS). Selanjutnya pada penelitian ini peneliti memilih informan berkriteria laki-laki. Hal ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmansyah (2016) yang mengungkapkan bahwa permainan sepak bola identik dengan permainan laki-laki. Selain itu, Brigata Curva Sud (BCS) merupakan identitas penamaan pada kelompok suporter laki-laki pendukung klub sepak bola PSS Sleman (Munawaroh, 2019).

Untuk mengetahui bentuk fanatisme pada kelompok suporter, khususnya BCS. Peneliti menggali alasan maupun pengalaman partisipan bergabung menjadi anggota kelompok suporter. Pengalaman serta alasan partisipan tersebut merupakan data yang digunakan untuk mencari makna serta bentuk fanatisme kelompok suporter BCS dalam mendukung PSS Sleman. Menurut Goddard (2001) perilaku fanatisme bisa dilihat dari tindakan dan pengalaman seseorang seperti lamanya individu bergabung pada satu jenis kegiatan. Selain itu Agriawan (2016) menambahkan untuk mengetahui bentuk fanatisme seseorang dapat dilihat berdasarkan faktor- faktor yang mempengaruhi seseorang bergabung dalam suatu kegiatan yang dicintai.

(24)

Selanjutnya, Pemilihan Brigata Curva Sud (BCS) sebagai objek penelitian di dasari dengan pencapaian yang dicapai kelompok suporter tersebut sebagai kelompok suporter ultras terbaik se Asia pada tahun 2017 dan terdapat kerusuhan yang terjadi pada kelompok suporter PSS Sleman, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Meneliti wujud fanatisme dirasa penting karena dari wujud tersebut peneliti dapat menggali makna yang terkandung di dalamnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk fanatisme pada suporter klub sepak bola PSS Sleman khususnya Brigata Curva Sud (BCS)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui bentuk fanatisme pada suporter klub sepak bola PSS Sleman khususnya Brigata Curva Sud (BCS).

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui mengenai bentuk- bentuk fanatisme terwujud khususnya pada suporter sepak bola.

2. Manfaat Teoritis

(25)

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya mengenai fanatisme pada suporter sepak bola.

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Fanatisme

a. Pengertian Fanatisme

Penelitian ini memanfaatkan konsep fanatisme yang digagas oleh Goddard menjadi dasar teori mengenai fanatisme suporter. Menurut Goddard (2001) fanatisme adalah suatu kepercayaan terhadap suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan yang tidak memiliki teori atau landasan kenyataan, tetapi akan tetap dipeluk secara mendalam sehingga sulit untuk diluruskan atau diubah. Gambaran kontemporer tentang "Fanatisme" mengacu pada unsur-unsur pemikiran pencerahan abad ke-18 yang diyakini intoleransi agama dan kekerasan politik adalah penyebab utama kekerasan politik, sosial destabilisasi, dan keterbelakangan intelektual (Toscano, 2010).

Fanatisme atau fanaticism merupakan pendapat atau pandangan ekstrim tentang sebuah pemikiran atau objek tertentu yang sering dihubungkan dengan sebuah konsep kepercayaan, dogma atau paradigma (Maress, 2021). Secara psikologis seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa yang ada di luar dirinya dan tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan dalam memahami karakteristik individu

(27)

atau orang lain yang berada di luar kelompoknya, baik benar ataupun salah (Rizkita, 2012).

Menurut ahli psikologi, Santayana (1905) fanatisme adalah emosi yang dipenuhi dengan semangat yang berlebihan dan tidak kritis, terutama untuk tujuan agama atau politik yang ekstrim, atau dengan antusiasme yang obsesif untuk hobi. Sedangkan menurut Robles (2013) fanatisme merupakan suatu gambaran kepatuhan gairah tanpa syarat, antusiasme yang berlebihan terhadap suatu hal tertentu, keras kepala, tanpa pandang bulu atau menggunakan cara-cara dengan kekerasan. Hal senada juga disampaikan Giulianotti (2006) yang mengemukakan bahwa fanatisme merupakan rasa cinta manusia yang melekat dengan sebuah kasih sayang dan semangat untuk bertahan, sebaliknya dengan cinta pula manusia berubah menjadi sadis, ambisius, anarkis dan mematikan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fanatisme

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fanatisme, menurut Wolman (1973) adalah:

1) Kebodohan

Kebodohan yang dimaksud artinya secara intelektual seorang suporter mempunyai pola pikir yang kurang, hal ini bisa dipicu oleh faktor pendidikan seperti seorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi secara intelektual mempunyai pola pikir yang maju kedepan bila dibandingkan dengan suporter yang mengenyam pendidikan rendah atau tidak mengenyam pendidikan, selain itu mudah terpengaruh

(28)

seperti hanya mengikuti rekan lain tanpa ada pertimbangan yang matang dan hanya mengandalkan keyakinan belaka.

2) Cinta golongan dan daerah tertentu

Sikap fanatik ini dipengaruhi oleh rasa cinta yang sangat berlebihan terhadap golongan yang dianutnya atau daerah yang ditempatinya, dengan menganggap golongan atau daerah lain lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang mereka anut atau tempati.

Sehingga akan muncul beberapa perilaku yang akan merugikan antara orang yang satu dan yang lainya. Bahkan memungkinkan juga terjadi konflik dalam skala horizontal.

3) Figur atau Tokoh karismatik

Biasanya setiap orang mempunyai salah satu figur yang dijadikan sebagai seorang idola atau bisa dikatakan sebagai panutan, tergantung latar belakang dari masing-masing orang itu sendiri. Mereka menganggap figur yang mereka anut mempunyai hal-hal yang superior dibandingkan yang lainya dan hal tersebut menjadikan sikap fanatis terhadap figur ataupun tokoh yang mereka anut.

Sedangkan, menurut Haryatmoko (2003) terdapat empat faktor yang dapat menumbuhkan fanatisme yaitu:

1) Memperlakukan kelompok tertentu sebagai ideologi, hal ini terjadi jika ada kelompok yang mempunyai pemahaman eksklusif dalam pemaknaan hubungan-hubungan sosial tersebut.

(29)

2) Sikap standar ganda, dalam arti antara kelompok organisasi yang satu dengan kelompok organisasi yang lain selalu memakai standar yang berbeda untuk kelompoknya masing-masing.

3) Komunitas dijadikan legitimasi etis hubungan sosial, tetapi sikap tersebut bukan sakralisasi hubungan sosial, tetapi pengklaiman tatanan sosial tertentu yang mendapat dukungan dari kelompok tertentu.

4) Klaim kepemilikan organisasi oleh kelompok tertentu pada sikap tersebut, seseorang seringkali mengidentikkan kelompok sosialnya dengan organisasi tertentu yang berperan aktif dan hidup di masyarakat.

Sehingga, Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi fanatisme adalah memperlakukan kelompok tertentu sebagai ideologi, serta saling pengertian dan mengklaim bahwa kepemilikan organisasi oleh kelompok tertentu, maksudnya organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berperan aktif dan hidup di masyarakat

c. Aspek Fanatisme

Adapun aspek-aspek fanatisme menurut Goddard (2001) diantaranya adalah:

1) Besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan, fanatisme terhadap satu jenis aktivitas tertentu merupakan hal yang wajar.

Dengan fanatisme, seseorang akan mudah memotivasi dirinya

(30)

sendiri untuk lebih meningkatkan usahanya dalam mendukung klub favoritnya.

2) Sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut, hal ini merupakan suatu esensi yang sangat penting mengingat ini adalah merupakan jiwa dari memulai sesuatu yang akan dilakukan tersebut.

3) Lamanya individu menekuni satu jenis keadaan tertentu, dalam melakukan sesuatu haruslah ada perasaan senang dan bangga terhadap apa yang dikerjakannya, sesuatu itu lebih bermakna bila yang berbuat mempunyai kadar kecintaan terhadap apa yang dilakukannya.

Motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannya. Selain hal-hal diatas, dukungan dari keluarga juga sangat mempengaruhi munculnya fanatisme.

d. Ciri-Ciri Fanatisme

Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatisme adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berbeda diluar kelompoknya. Hal ini dapat diartikan bahwa biasanya seseorang yang memiliki sifat fanatisme menganggap bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah kebenaran meskipun dalam hal ini apa yang dilakukan bertentangan dengan orang lain. Selanjutnya, Robles (2013) menambahkan biasanya sifat fanatisme ditandai dengan adanya pemikiran dogmatis, tidak memiliki toleransi terhadap perbedaan dan keinginan untuk memaksakan.

(31)

Adapun ciri-ciri fanatisme yang lain menurut Wolman (1973) meliputi:

1) Kurang rasional, seseorang dalam melakukan tindakan atau mengambil keputusan tidak disertai dengan pemikiran- pemikiran yang rasional dan cenderung bertindak dengan mengedepankan emosi;

2) Pandangan yang sempit, seseorang lebih mementingkan kelompoknya dan menganggap apapun yang ada dalam kelompoknya sebagai sesuatu yang paling benar, sehingga cenderung menyalahkan kelompok lain;

3) Bersemangat untuk mengejar tujuan tertentu, adanya tujuan- tujuan yang sangat ingin diraih, sehingga bersemangat dan menggebu-gebu untuk mencapai tujuan tersebut.

Seseorang yang fanatik jika dilihat secara psikologis, individu tersebut tidak mampu memahami apa-apa yang ada diluar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini.

e. Jenis-Jenis Fanatisme.

Menurut Thorne dan Bruner (2006) berdasarkan jenisnya, fanatisme dibagi menjadi tiga yakni:

1) Fanatisme konsumen yang merupakan tingkat keterlibatan atau minat yang dimiliki seseorang dalam menyukai orang, kelompok, tren, karya seni atau ide tertentu.

(32)

2) Fanatisme agama yang dianggap oleh beberapa orang sebagai bentuk fundamentalisme agama yang paling ekstrim.

3) Dan Fanatisme anti-agama, dalam hal ini berbeda dengan fanatisme agama, fanatisme anti-agama berurusan dengan oposisi fanatik terhadap doktrin agama. Contohnya adalah Anti-klerikalisme.

Sedangkan menurut Santayana (1905) mengungkapkan bahwa terdapat lima jenis fanatisme, yang meliputi:

1) Fanatisme Agama 2) Fanatisme Idola 3) Fanatisme Etnis 4) Fanatisme Nasional 5) Fanatisme Olahraga

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti jenis fanatisme olahraga khususnya pada Kelompok Suporter Brigata Curva Sud (BCS).

Fanatisme olahraga adalah seseorang yang memiliki sikap fanatik atau sangat antusias terhadap suatu kegiatan, olahraga atau gaya hidup tertentu (Collins, 2021). Dalam dunia olahraga, khususnya sepak bola sifat fanatisme dapat dilihat dari kelompok suporter.

Bentuk fanatisme pada suporter memiliki nilai positifnya sendiri dimana dengan perasaan cinta yang luar biasa dari suporter akan mempengaruhi semangat sebuah klub sepak bola yang didukung.

Fanatisme pada suporter juga memiliki memberikan manfaat pada roda

(33)

ekonomi, seperti melalui pembelian tiket pertandingan serta merchandise (Hernandhito, 2021). Sehingga, Fanatisme dapat diukur dengan antusiasme dukungan dan ungkapan, seperti ekspresi wajah, keragaman atribut (kaos, syal dan celana).

2. Suporter Sepak Bola

Suporter sepak bola merupakan orang atau sekelompok orang yang menyaksikan ataupun memberikan dukungan pada suatu tim dalam pertandingan sepak bola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penonton sepak bola merupakan kumpulan orang yang berada dalam suatu situasi sosial tertentu, yaitu situasi pertandingan sepak bola yang menyaksikan atau memberikan dukungan kepada tim yang dijagokannya.

Oleh karena suporter sepak bola merupakan suatu kumpulan orang, maka untuk memahami perilakunya diperlukan penjelasan yang terkait dengan konsep seperti situasi sosial dan kelompok sosial. Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator crowds) (Soekanto, 1990).

Menurut Graham (1976) mengemukakan bahwa suporter memiliki arti sebagai berikut:

“Suporter sebagai individu maupun kelompok yang hadir pada suatu pertandingan olahraga dengan tujuan menunjukkan dukungannya kepada salah satu tim yang bertanding dan merasa memiliki keterikatan dengan klub tersebut. Suporter ini biasanya memiliki rasa kecintaan yang lebih dibandingkan penonton biasa yang hadir dilapangan.”

Suporter memang sangat dibutuhkan oleh klub sepak bola.

Kehadirannya bisa meningkatkan semangat dan yang tak kalah pentingnya

(34)

adalah menghasilkan pemasukan bagi tim. Keberadaan suporter memberikan keuntungan dan juga kerugian pada klub sepak bola. Di satu sisi bisa meningkatkan nama klub yang dibela. Di sisi lain, perilaku buruk yang ditunjukkan suporter bisa menghancurkan reputasi dan nama baik tim sepak bola. Keberadaan suporter atau pendukung merupakan salah satu pilar penting yang wajib ada dalam suatu pertandingan sepak bola agar tidak terasa hambar dan tanpa makna.

Kelompok suporter merupakan fenomena lebih lanjut dari legalisasi komunitas pendukung suatu kesebelasan. Suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif. Di lingkungan sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Suporter sendiri merupakan bentuk eksistensi dari masyarakat, yang mempunyai sebuah bentuk kebanggaan serta kecintaan terhadap tim sepak bola. Hal ini yang membuat fanatisme suporter timbul. Mereka akan sangat senang jika tim mereka menang namun bisa sangat marah jika yang terjadi sebaliknya.

Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku suporter sepak bola (dalam Prakoso, S. A. 2013), yaitu:

a. Kepemimpinan wasit, wasit dalam memimpin pertandingan sering disoroti sebagai pemicu perilaku suporter sepak bola yang agresif yang dapat merugikan banyak kalangan. Permasalahan tentang wasit tidak hanya di Surabaya tetapi sudah menjadi masalah nasional.

Wasit seringkali kurang tegas dan ragu-ragu dalam mengambil

(35)

keputusan, hal inilah yang menyebabkan suporter kesebelasan merasa kesal dan kurang puas sebagai pelampiasan dari keputusan wasit yang kurang tegas.

b. Permainan kasar tim lawan, pertandingan sepak bola akan dapat dinikmati jika kedua kesebelasan menunjukkan permainan yang cantik, semangat, dan enak ditonton. Suporter sepak bola akan marah jika kesebelasan yang bertanding bermain kasar, sebagai rasa ketidakpuasan maka para suporter sepak bola mulai berperilaku aktif yakni melempari pemain yang bermain kasar (terutama pemain lawan) dengan botol air mineral ataupun dengan berbagai cemooh.

c. Kekalahan tim yang didukung, suporter sepak bola suatu kesebelasan sepak bola di surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya belum cukup dewasa untuk menerima kenyataan yang terjadi di lapangan. Suporter sepak bola akan merasa puas dan senang bila kesebelasan yang didukungnya menang. Suporter sepak bola akan kecewa, kurang puas dan merasa terhina jika kesebelasan yang didukung mengalami kekalahan. Inilah salah satu kelemahan suporter sepak bola di Surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya yang masih belum dapat menerima kenyataan bila kesebelasan yang cintainya kalah dalam pertandingan.

d. Overacting nya petugas keamanan. Petugas keamanan sebenarnya adalah mengamankan jika ada suporter sepak bola yang melakukan perbuatan yang merugikan kedua belah pihak kesebelasan yang sedang

(36)

bertanding. Namun, pada kenyataannya banyak kejadian yang diakibatkan petugas keamanan, penuh kreatif, dan kreasi yang ditunjukkan oleh suporter sepak bola dalam mendukung kesebelasannya yang kemudian dilarang dengan cara yang kasar serta main pukul pakai tongkat. Petugas beranggapan bahwa suporter sepak bola itu sebagai musuh, seandainya jika pandangan ini diubah dengan beranggapan bahwa suporter sepak bola itu teman serta petugas dapat mengarahkan mereka, tentu terjalin kerja sama yang baik antara petugas keamanan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian serupa yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Kajian penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan, selain itu juga penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan acuan atau referensi untuk peneliti melakukan penelitiannya.

Adapun penelitian serupa yang memiliki kesamaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar Akbar (2015) dengan judul

“Fanatisme Kelompok Suporter Sepak Bola (Studi Kasus Panser Biru Semarang)”. Penelitian ini membahas fenomena fanatisme suporter sepak bola pada kelompok Panser Biru yang mendukung sepak bola PSIS Semarang. Hasil

(37)

penelitian menunjukkan bentuk-bentuk fanatisme kelompok suporter Panser biru berada pada dua kategori yakni fanatisme positif dan negatif.

Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian tersebut terhadap penelitian yang akan dilakukan. penelitian yang akan dilakukan sama-sama membahas fenomena fanatisme pada sebuah komunitas yang merujuk pada kelompok suporter sepak bola. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya, dimana peneliti berfokus melihat bentuk fanatisme yang terjadi pada kelompok suporter Brigata Curva Sud.

Penelitian lain mengenai fanatisme juga pernah dilakukan oleh Saputra (2018) dengan judul penelitian “Hubungan antara Fanatisme dengan Keputusan Pembelian Merchandise pada Suporter Klub Manchester United”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fanatisme dengan keputusan pembelian merchandise. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara fanatisme suporter dengan keputusan pembelian.

Adapun persamaan dan perbedaan yang terdapat pada penelitian ini, persamaan yang meliputi pada kedua penelitian memiliki fokus melihat dan ingin mengetahui bentuk fanatisme yang terjadi pada suporter sepak bola.

Pada penelitian yang dilakukan Saputra (2018) memiliki fokus pada pembelian merchandise. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan mengarah pada bentuk fanatisme baik pada bentuk positif dan negatif. Selain itu perbedaan penelitian juga terletak pada objek penelitian dimana peneliti berfokus pada klub Brigata Curva Sud, dan pada metode yang digunakan.

Penelitian sebelumnya menggunakan kuantitatif sedangkan penelitian yang

(38)

akan peneliti lakukan menggunakan metode kualitatif dengan pengamatan dan wawancara langsung terhadap informan.

C. Pertanyaan Penelitian

Fanatisme merupakan perasaan antusias yang kuat terhadap suatu jenis kegiatan, komunitas atau kelompok, figur yang dapat menimbulkan perilaku obsesif dan adiktif terhadap sesuatu kegiatan tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertanyaan penelitian yang dikemukakan adalah:

Bagaimana wujud fanatisme kelompok suporter Brigata Curva Sud (BCS) terhadap klub sepak bola PSS?

(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk kegiatan penelitian yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial dan ekonomi, dimana hasil penelitian berupa uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok dan masyarakat (Jaya, 2020).

Berdasarkan pendekatannya, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi. Secara umum, penelitian psikologis fenomenologis bertujuan untuk mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari- hari (Giorgi, 2009). Pendekatan fenomenologi berusaha mendeskripsikan gejala sebagaimana gejala itu menampakkan dirinya pada pengamat. Gejala yang dimaksud yakni gejala yang secara langsung bisa diamati oleh pancaindra (gejala eksternal) dan gejala yang hampir bisa dialami, dirasakan, diimajinasikan atau dipikirkan oleh si pengamat tanpa perlu ada referensi empirisnya (gejala internal) (Abidin, 2002).

Pendekatan fenomenologi dalam penelitian ini memiliki sumber data yang dikumpulkan melalui wawancara kemudian akan ditranskripsi untuk kemudian

(40)

diolah menjadi bentuk deskripsi (Moleong, 2015). Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dalam usaha untuk memahami lebih dalam berkaitan dengan fanatisme yang terjadi pada kelompok suporter sepak bola, khususnya Brigata Curva Sud (BCS).

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah fanatisme yang terjadi pada partisipan yang merupakan suporter klub sepak bola khususnya kelompok Suporter Brigata Curva Sud (BCS). Fanatisme tersebut mencakup alasan maupun pengalaman partisipan sebagai suporter klub sepak bola PSS Sleman. Pengalaman serta alasan partisipan tersebut merupakan data yang digunakan untuk mencari bentuk fanatisme mereka dalam mendukung PSS Sleman.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah individu yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi latar belakang penelitian dan merupakan orang yang benar-benar mengetahui serta memahami permasalahan yang akan diteliti (Moleong, 2015). Untuk menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016) teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni informan adalah orang yang dianggap paling tahu dan menguasai mengenai hal yang akan diteliti. Berdasarkan hal tersebut peneliti membuat kriteria untuk menentukan informan dalam penelitian ini.

Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(41)

a. Laki-laki.

b. Suporter klub sepak bola PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) c. Berusia 20-25 Tahun

Kriteria di atas digunakan untuk mengetahui fanatisme pada kelompok suporter Brigata Curva Sud dalam mendukung klub sepak bola PSS Sleman.

Pemilihan informan yang berjenis laki-laki karena sepak bola identik sebagai permainan laki-laki (Rahmansyah, 2016). Selain itu, Brigata Curva Sud merupakan kelompok suporter PSS Sleman yang memiliki identitas laki-laki (Munawaroh, 2019). Pemilihan kriteria berdasarkan usia 20-25 Tahun didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh FIFA World Cup (2018) bahwa persentase tertinggi fans sepak bola di dunia berada pada usia 20-25 tahun dengan persentase 59% (Lange, 2021).

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara guna memperoleh data.

Menurut Tersiana (2018), metode wawancara dilakukan dengan cara tanya- jawab secara langsung dengan subjek atau informan yang berkontribusi langsung dengan objek penelitian. Objek penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yaitu peneliti mengajukan pertanyaan pokok kepada informan yang dapat diperdalam dan dikembangkan berdasarkan jawaban yang diperoleh, dalam hal ini peneliti menggunakan panduan atau pedoman wawancara yang digunakan untuk menggiring informasi mengenai pengalaman partisipan (informan). Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang

(42)

diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2016).

Berdasarkan metode penelitian tersebut maka peneliti merancang proses pengumpulan data dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan informan yang sesuai dengan kriteria penelitian

2) Menghubungi / menemui informan dan meminta bantuan kepada subjek untuk menjadi informan dalam penelitian ini dengan menjelaskan kepada informan maksud serta tujuan penelitian.

3) Menentukan waktu dan tempat wawancara berdasarkan kesepakatan.

4) Selanjutnya menyiapkan panduan wawancara yang berupa daftar acuan pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.

5) Dalam proses wawancara dengan informan peneliti menggunakan alat perekam / digital recorder agar selanjutnya bisa dianalisis secara verbatim dimana mempermudah peneliti dalam mencari tema-tema yang muncul.

Untuk metode wawancara peneliti menggunakan panduan wawancara.

Menurut Sukmadinata (2008) panduan atau pedoman wawancara disiapkan sebelum melaksanakan proses wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan yang mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden (informan) dengan fokus masalah yang dikaji dalam penelitian. Berikut pedoman wawancara yang menjadi acuan peneliti pada saat akan melakukan proses wawancara:

(43)

Tabel 3.1. Panduan Pertanyaan Wawancara

Pertanyaan Tujuan Pertanyaan

Sejak kapan anda menjadi anggota Brigata Curva Sud (BCS)?

Mengetahui latar belakang individu bergabung dalam kelompok suporter.

Apa yang membuat anda bergabung dengan kelompok suporter Brigata Curva Sud (BCS)?

Berperan sebagai apa anda dalam kepengurusan Brigata Curva Sud (BCS)?

Mengetahui peran serta pengalaman Individu.

Sejak kapan anda menggemari PSS

Sleman? Mengetahui hal yang melatarbelakangi

individu menyukai PSS Sleman.

Darimana anda mengetahui PSS Sleman?

Mengapa anda menggemari PSS Sleman?

Mengetahui ketertarikan individu pada klub sepak bola.

Seberapa besar anda menggemari PSS Sleman?

Mengetahui perasaan individu sebagai penggemar.

Sebagai anggota Brigata Curva Sud (BCS), Bagaimana cara anda mendukung PSS Sleman?

Mengetahui bentuk dukungan yang diberikan individu.

Pengorbanan apa yang pernah anda Mengetahui bentuk pengorbanan yang

(44)

lakukan saat mendukung PSS Sleman? diberikan individu.

Kegiatan apa saja yang dilakukan anggota Brigata Curva Sud (BCS)?

Mengetahui pengalaman individu selama menjadi suporter.

Sebagai Suporter PSS Sleman, atribut dan barang apa saja yang anda miliki?

Mengetahui jenis fanatisme yang terbentuk pada individu.

Apakah ada anggaran tersendiri dalam mendukung dan membeli atribut PSS Sleman?

Apakah anda pernah berbuat anarkis saat hasil pertandingan tidak sesuai dengan harapan anda?

Menurut anda apakah sifat fanatisme dalam mendukung tim kesayangannya selalu berkaitan dengan tindakan anarkis?

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interactive model, yang unsur-unsurnya meliputi pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verification). Teknik analisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga prosedur perolehan data, sebagai berikut:

1) Data Reduction (Reduksi Data)

(45)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang akan direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2016).

2) Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dilakukan setelah data direduksi. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2016).

3) Conclusion Drawing / Verification (Penarikan Kesimpulan / Verifikasi) Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah langkah ketiga dalam penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas dan setelah diteliti menjadi lebih jelas. Kesimpulan ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dibuat, tetapi mungkin juga tidak.

Hal ini dikarenakan masalah dan rumusan masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2016).

F. Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian

(46)

1. Uji Kredibilitas

Kredibilitas merupakan uji validitas pada sebuah penelitian kualitatif yang mencakup sejauh mana penelitian dapat dipercaya atau valid. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas yang dilakukan dengan triangulasi, dalam melakukan penelitian kualitatif yang menggunakan uji kepercayaan atau uji kredibilitas yaitu diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono.

2016).

Bentuk paling kompleks dari triangulasi data adalah dengan menggabungkan beberapa level analisis dengan cara peneliti menarasikan terlebih dahulu informasi yang diperoleh dari para informan, kemudian hasil narasi dikelompokkan berdasarkan beberapa tema agar data tersebut dapat dipahami (Sugiyono, 2016). Dalam hal ini peneliti menggunakan berbagai perspektif atau teori untuk menafsirkan sebuah data.

2. Uji Dependabilitas

Dalam penelitian kualitatif, dependability bisa juga disebut reliabilitas. Suatu penelitian dikatakan reliabel yaitu apabila orang lain mengulang / mereplikasi dalam meneliti. Dalam penelitian kualitatif ini, uji dependability bisa dilakukan dengn cara mengaudit proses-proses penelitian. Karena sering terjadi seseorang tidak melakukan penelitian ke lapangan tapi dia memiliki data, sehingga peneliti yang seperti ini perlu diuji dependability (Sugiyono. 2016).

(47)

31 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penelitian

Proses pengambilan data dalam penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2021. Informan yang terlibat dalam penelitian ini yaitu individu yang merupakan suporter PSS Sleman pada komunitas Brigata Curva Sud (BCS). Peneliti akan menjabarkan mengenai persiapan dan pengambilan data dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Peneliti melakukan persiapan penelitian sebelum diadakannya penelitian. Proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian diantaranya sebagai berikut:

a. Peneliti mencari informasi informan yang merupakan anggota dari Brigata Curva Sud (BCS) suporter sepak bola PSS Sleman. Dalam mencari informan peneliti menghubungi dan meminta bantuan kepada teman yang juga merupakan suporter dari PSS Sleman. Melalui relasi dari teman tersebut peneliti diberikan kontak yang merupakan anggota dari Brigata Curva Sud (BCS) suporter sepak bola PSS Sleman. Setelah mendapatkan kontak peneliti melalui media sosial WhatsApp mengirimi pesan yang berisikan permintaan persetujuan terlebih dahulu demi kelancaran penelitian, kemudian peneliti melakukan rapport serta

(48)

menjelaskan maksud dari penelitian. Peneliti melanjutkan komunikasi dengan menggunakan media sosial WhatsApp.

b. Setelah itu, pada proses komunikasi yang dilakukan peneliti melalui media sosial Whatsapp, peneliti meminta kesediaan untuk berpartisipasi menjadi informan dalam penelitian dan menentukan agenda untuk melakukan proses wawancara.

c. Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan wawancara yaitu menyiapkan pedoman wawancara yang berisikan daftar pertanyaan wawancara agar wawancara tidak melebar serta tetap sesuai dengan tujuan penelitian dan sebagai checklist pada aspek-aspek terkait dengan penelitian agar relevan. Kemudian, peneliti juga menyiapkan alat digital voice recorder serta memastikan kesediaan baterai untuk mengumpulkan data yang digunakan selama proses wawancara.

d. Tahap selanjutnya adalah pertemuan dengan informan. Sebelum memulai proses wawancara peneliti terlebih dahulu memberikan informed consent sebagai kesediaan dan persetujuan kepada informan serta meminta informan membaca terlebih dahulu agar menjaga kerahasiaan penelitian, kemudian proses wawancara bersama informan dilakukan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Proses Pengambilan Data

Peneliti melakukan proses pengambilan data setelah persiapan penelitian dilakukan. proses pengambilan data dalam penelitian adalah melalui proses wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan April-Mei

Gambar

Tabel 3.1. Panduan Pertanyaan Wawancara
Tabel 4.1. Latar Belakang Informan Mengenai  Ketertarikan  pada PSS serta Menjadi Kelompok Suporter BCS
Tabel 4.2. Data Informan
Tabel 4.4. Bentuk Fanatisme yang Muncul pada Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

1) Identifikasi organisasi dimaksudkan bahwa karyawan bersedia menerima tujuan organisasi yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk mewujudkan komitmen organisasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak-anak yang mengikuti kegiatan kursus dengan jumlah pertemuan lebih dari dua kali dalam seminggu mengalami gejala-gejala stres dan

Dan saya tidak tahu juga, kalau suatu saat nanti kami ketemu dalam satu komunitas apakah kami sudah bisa saling menerima, atau berelasi dengan baik. Apakah kamu

1) Kemampuan memonitor (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya,

Teman sebaya pada masa anak-anak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri anak terhadap kemampuan dirinya dalam menguasai tugas- tugas sekolah

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional memiliki validitas prediktif yang rendah sehingga rencana penambahan fungsi Ujian Nasional sebagai

1) Seeking social support for emotional reasons atau mencari dukungan sosial untuk alasan emosional, ditandai dengan adanya.. usaha individu untuk mencari dukungan

Y : makanya ya kalau saya lihat dunia pendidikan sekarang, saat ini sudah banyak pendidikan seks yang dilengkapi agama sehingga anak tidak akan berpikir semata-mata