• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD INPRES TOMMO II KECAMATAN TOMMO KABUPATEN MAMUJU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD INPRES TOMMO II KECAMATAN TOMMO KABUPATEN MAMUJU"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SD INPRES TOMMO II KECAMATAN TOMMO KABUPATEN MAMUJU

SKRIPSI

Oleh

TRY HUSNAWATI NIM 4512103253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2018

(2)

ii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SD INPRES TOMMO II KECAMATAN TOMMO KABUPATEN MAMUJU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

TRY HUSNAWATI NIM 4512103253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2018

(3)

iii

(4)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperaatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Tommo II Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju ” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung risiko/sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang menlanggar etika keilmuaan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar, 08 Agustus 2018 Yang membuat pernyataan,

Try Husnawati

(5)

ii

Motto

Tidak bijaksana untuk berhenti di tengah jalan sebelum Apa yang diinginkan terwujud

Pemenang sejati bukanlah orang yang tidak pernah kalah tetapi pemenang sejati adalah orang yang tidak pernah menyerah

Berlakulah dengan sewajarnya, Niscaya orang akan menilai dengan sejujurnya

KUPERUNTUKKAN

Ayah Dan Ibunda Tercinta Yang Telah Memberikan Dukungan Moral Dan Spiritual Selama Ananda Mengikuti Pendidikan.

(6)

iii

ABSTRAK

Try Husnawati. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap hasil belajar IPS Siswa kelas IV SD Inpres Tommo II Kabupaten Mamuju. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Muhammad Yunus, M.Pd, dan Susalti Nur Arsyad, S.Pd., M.Pd.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre eksperimen yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas IV SD Inpres Tommo II. Penelitian ini mengacu pada 2 kriteria pengaruh hasil belajar siswa, dan aktivitas siswa yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, terhadap pelaksanaan model kooperatif tipe STAD. Desain penelitian yang digunakan adalah one Group Pretest- Posttest, yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol) dan mempunyai tes awal serta test akhir. Populasinya adalah seluruh siswa SD Inpres Tommo II dengan sampel penelitian adalah siswa Kelas IV sebanyak 21 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 6 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada awal pertemuan dan tes akhir pertemuan, lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) skor rata- rata tes hasil belajar IPS siswa pada Pretest adalah 55,19 dengan standar deviasi 16,49 dimana skor terendah yang diperoleh adalah 17 dan skor tertinggi adalah 82 dari skor ideal 100 sedangkan pada Posttest skor rata- rata hasil belajar meningkat menjadi 81,90 dengan standar deviasi 16,23 dimana skor terendah yang diperoleh adalah 30 dan skor tertinggi adalah 100 dari skor ideal 100. (2) rata-rata persentase frekuensi aktivitas siswa yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian maka model kooperatif tipe STAD efektif diterapkan dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas IV SD Inpres Tommo II.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Hasil Belajar

(7)

iv

ABSTRACT

Try Husnawati. 2018. The effect of cooperative type STAD model on learning outcomes of IV students of SD Inpres Tommo II Mamuju district . Essay, Primary School Teacher Education Study Program. Guided by Prof. Dr. Muhammad Yunus, M.Pd, and Susalti Nur Arsyad, S.Pd., M.Pd.

This type of research is a pre experimental research that involves one class as an experimental class which aims to determine the effect of the STAD type cooperative model in social Studies learning for IV SD Inpres Tommo II. The research refers to 2 criteria for the influence of student learning outcomes, and students activities related to learning activities, on the implementation of the STAD type cooperative model . the desing of this study used is one group pretest posttest, which is an experiment carried out without a comparison class (control class) and has an initial test and final test. The population is all SD Inpres Tommo II the sample of the class IV as much 21 students . the study was conducted for 6 meetings. The data collection technique used is the test of learning outcomes givem to students at the beginning of the meeting and the end of the meeting , the observation sheet to observe student activities during the learning process. The results show that: (1) The average score of students’ social studies learning outcomes at pretest was 55,19 with a standard deviation of 16,49 where the lowest score obtained was 17 and the highest score was 82 of the ideal score of 100 while in the posttest the average score of learning increased to 81,90 with a standard deviation of 16,23 where the lowest score obtained is 30 and the highest score is 100 of the ideal score of 100 . (2) The average percentage of student activity related to learning activities has increased. Based on the results of the study, the STAD type cooperative model is effectively appelied in social studies learnig for class IV SD Inpres Tommo II.

Keywords : STAD type cooperative learning model and learning outcomes

(8)

v PRAKATA

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak- banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Muh. Saleh PAllu, M.Eng, selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Dr. Asdar, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan pengajaran, motivasi dan saran dan prasarana selama penulis menempuh perkuliahan.

3. Susalti Nur Arsyad, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan pengajaran mulai penulis duduk di bangku kuliah sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Muhammad Yunus, M.Pd selaku pembimbing I dan Susalti Nur Arsyad, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

(9)

vi

membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal pembuatan proposal penelitian sampai penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah mendidik dan mengajar penulis, dari tidak tahu menjadi tahu dan kelak ilmu yang diamanatkan akan penulis amalkan kepada Nusa dan Bangsa.

5. Kedua orang tua Harbi Husni S,Pd dan Mardia Jumari yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya,

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, Agustus 2018

Penulis

(10)

vii DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Teori ... 7

1. Belajar dan Hasil Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Pengertian Hasil Belajar ... 8

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 9

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 13

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperaatif Tipe STAD ... 16

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17

e. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran IPS ... 18

3. IPS ... 21

a. Pengertian IPS ... 21

b. Manfaat Pembelajaran IPS ... 23

c. Tujuan Pembelajaran IPS ... 24

d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS ... 25

e. Materi dalam Pembelajaran IPS ... 25

B. Kerangka Pikir ... 30

(11)

viii

C. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrument Penelitian ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Analisis Statistik Deskriptif... 40

2. Analisis Aktivitas Siswa ... 45

3. Analisis Statistik Inferensial ... 47

B. Pembahasan ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 58

RIWAYAT HIDUP ... 117

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 59

2. Kisi-kisi dan Pemberian Skor Nilai... 84

3. Lembar soal Pretesst Posttest dan kunci jawaban ... 90

4. Lembar observasi aktivitas siswa ... 95

5. Absen... 96

6. Jadwal penelitian ... 97

7. Nilai pretest dan postest ... 98

8. Format Pengelompokkan Belajar Kooperatif Tipe STAD ... 99

9. Perhitungan Poin Penghargaan Kelompok... 101

10. Analisis aktivitas siswa ... 105

11. Analisis hasil belajar ... 106

12. Tabel T ... 111

13. Uji hipotesis ... 112

14. Uji normalitas ... 113

15. Persuratan ... 115

16. Dokumentasi ... 116

(13)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 14

2.2 Perhitungan skor perkembangan ... 15

2.3 Tingkat penghargaan kelompok ... 16

3.1 Populasi seluruh siswa SD Inpres Tommo II ... 34

3.2 Kategorisasi standar hasil belajar siswa ... 36

4.1 Deskripsi skor hasil pretest hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan ... 40

4.2 Distribusi frekuensi persentase skor hasil pretest hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan ... 41

4.3 Deskripsi skor hasil posttest siswa setelah diberikan perlakuan ... 42

4.4 Distribusi frekuensi persentase skor hasil posttest kemampuan membaca pemahaman murid setelah diberikan perlakuan ... 43

4.5 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPS Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan ... 44

4.6 Hasil analisis data observasi aktivitas siswa ... 45

4.7 Distribusi dan perhitungan D dan D2 ... 49

(14)

11 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan zaman dan gerak pembangunan nasional, bidang pendidikan senantiasa mengalami perubahan. Pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui perbaikan sistem pendidikan nasional dengan segala komponen yang terkait didalamnya. Salah satu diantaranya adalah perubahan kurikulum dan pengajaran IPS di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum.

Pada kegiatan pembelajaran, guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan murid dalam belajar, oleh sebab itu guru tidak hanya dituntut profesional dibidangnya tetapi lebih dari itu guru dituntut memiliki komitmen yang tinggi atas terselenggaranya pengajaran yang lebih efektif dan efesien.

Dalam meningkatkan hasil belajar murid khususnya hasil belajar IPS sangat dibutuhkan kemampuan dari guru untuk mengembangkan kreasi mengajar agar mampu menarik minat murid untuk belajar IPS. Model pembelajaran kooperatif di sekolah-sekolah masih jarang digunakan. Guru-guru justru lebih cenderung menggunkan model pembelajaran langsung dimana model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar murid yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

(15)

Pengetahuan deklaratif adalah informasi faktual yang diketahui oleh seseorang sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana seseorang melakukan sesuatu, pengetahuan bagaimana performa seseorang dalam menjalankan langkah-langkah dalam suatu proses. Selama ini proses pembelajaran IPS masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada murid yang pasif atau masih menggunakan model pembelajaran langsung. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan murid duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi mononton. Bahkan masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran langsung pada semua materi pelajaran atau dengan kata lain tidak ada variasi model yang digunakan.

Hal ini disebabkan antara lain guru sudah terbiasa menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Karena tidak sesuainya model dengan materi maka akan menyebabkan kebosanan oleh para murid dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan murid dalam memahami mata pelajaran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis sebelum penelitian melalui observasi dan wawancara dari kelas IV SD Inpres Tommo II Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju serta informasi yang diperoleh dari wali kelas pada bulan Januari 2018 untuk mata pelajaran IPS Kelas IV SD Inpres Tommo II dikemukakan bahwa ketuntasan belajar pada semester ganjil dan genap 2018/2019 hanya 30 % dari 21 orang siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar sementara siswa lainnya mengikuti remedial karena memperoleh nilai 70

(16)

kebawah. Sementara tuntutan kurikulum, siswa harus mencapai tingkat kelulusan 80% secara klasikal dimana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 dengan perolehan nilai rata-rata 70 ke atas.

Rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa disebabkan oleh beberapa aspek. Dari aspek guru disebabkan karena: (1) guru kurang memberikan waktu kepada siswa dalam membantu satu sama lain; (2) guru kurang mengaktifkan siswa; (3) pengelolaan kelas cenderung klasikal sehingga interaksi kurang terbina.

Sedangkan dari aspek siswa disebabkan karena: (1) kurangnya interakasi siswa dengan yang lain apabila diadakannya kegiatan diskusi;(2) kurangnya kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pendapat; (3) siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung sehingga dalam hal ini yang aktif adalah guru bukan siswa maka proses pembelajaran akan terasa kaku dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.

Berdasarkan data sebelumnya, terlihat bahwa mata pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran dengan perolehan nilai rata-rata yang rendah.

Rendahnya hasil belajar sosial yang diperoleh siswa tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, diantaranya faktor guru, siswa, metode mengajar, sarana dan prasarana pendidikan maupun materi pelajaran.

Permasalahan yang muncul dari kondisi pembelajaran IPS tersebut, sebagian siswa menganggap mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga siswa cenderung merasa bosan, jenuh dan malas untuk belajar, siswa kurang termotivasi karena menganggap mata pelajaran IPS merupakan mata

(17)

pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep yang luas. Sehingga aktivitas siswa yang rendah ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Padahal pembelajaran IPS dapat berkesan dan lebih menyenangkan ketika seorang guru mampu memadukannya dengan model pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran IPS salah satunya ialah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Salah satu tipe pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams-Achievement Division (STAD). Tipe ini dianggap jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana sehingga mudah diterapkan di sekolah, seperti dalam pembelajaran IPS, karena siswa hanya dibagi atas beberapa kelompok kemudian berdiskusi sesama anggota kelompok mengenai bahan ajar.

Hasil dari diskusi kelompok akan dipertanggung jawabkan melalui kegiatan tanya jawab antar kelompok, sementara guru sebagai pengarah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD suatu model pembelajaran kreatif dan inovatif merupakan salah satu solusi yang efektif. Jadi, diharapkan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kemampuan belajar IPS siswa dapat lebih maksimal dan mendukung peningkatan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami pokok bahasan, membuat siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran serta membuat siswa tidak mudah bosan dalam proses pembelajaran karena dapat belajar dan berinteraksi langsung dengan teman sebayanya.

Penerapan model belajar yang memuat unsur permainan merupakan hal yang menyenangkan dan sangat membahagiakan bagi anak-anak karena permainan tidaklah dapat dipisahkan dari kehidupannya. Model pembelajaran ini

(18)

mampu mengurangi kebosanan dan dapat menimbulkan semangat secara sehat, serta menjadikan siswa yang lamban dan kurang termotivasi akan terdorong semangatnya untuk belajar. Sehingga tujuan pengajaran tercapai dan hasil belajar siswa meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah, “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Inpres Tommo II, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju?”

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Inpres Tommo II, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian Eksperimen ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, ada empat manfaat yang ingin dicapai :

(19)

a. Bagi siswa

Bagi siswa sekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan ada perubahan baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

b. Bagi guru

Bagi guru diharapkan dapat menerapkan secara langsung penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS di sekolah dasar.

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah sebagai bahan masukan dalam usaha memperbaiki sistem pembelajaran khususnya sekolah tempat penelitian, sehingga dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.

d. Bagi peneliti

Merupakan bahan pembelajaran untuk bekal kedepan sebagai calon pendidik dalam memperbaiki hasil belajar IPS.

(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori

1. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Proses belajar merupakan kegiatan setiap orang yang terjadi seumur hidup dan dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan dalam segala situasi dan kondisi. Sehingga pada prinsipnya belajar tidak dibatasi oleh ruang tempat dan waktu.

Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan setiap orang yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dilihat dari cara berpikir, sikap dan keterampilan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990: 1) bahwa: “pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku”.

Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. Slameto dalam Haling (2004) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksinya

(21)

dengan lingkungannya”. Demikian pula pendapat Sahabuddin dalam Haling (2004) yang mengemukakan bahwa: “Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya”.

Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Gagne dalam Maryati (2012:1)

“belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”

Dari beberapa batasan yang dikemukakan di atas tentang definisi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dan usaha sadar yang dilakukan oleh setiap individu yang menyebabkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik sebagai tanggapan terhadap respon sebagai akibat interaksi antar individu dengan lingkungannya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Suprijono (2011) mengemukakan bahwa: “hasil belajar dapat didefinisikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.

Horward Kingsley dalam Susanto (2013: 3) membagi tiga macam hasil belajar, sebagai berikut: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik secara

(22)

kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif statis.

c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar menurut Sudjana (2002: 39) mengemukakan bahwa:

Hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Faktor internal terdiri dari kecerdasan, faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal berupa faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Lingkungan sekolah berkaitan dengan faktor guru berupa kualitas pembelajaran di kelas, kurikulum sekolah serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Guru memiliki pengaruh yang paling dominan dalam kualitas pembelajaran berupa kompetensi profesional yang dimilikinya. Hal tersebut meliputi kemampuan dasar yang dimiliki guru baik dibidang kognitif (intelektual), bidang afektif (sikap) dan bidang psikomotorik (keterampilan).

Daryanto dan Rahardjo (2012: 23) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi dua yakni faktor internal dan eksternal, kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Faktor internal

a) Faktor fisiologis atau jasmani individu bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.

(23)

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yaitu faktor intelektual dan non intelektual.

2) Faktor eksternal

a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, teknologi, kesenian dan sebagainya.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

d) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi dua faktor yakni, faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik meliputi faktor fisik dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal berada di luar diri peserta didik yaitu faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model kooperatif menurut Davitson dan Kroll dalam Asma (2006: 11) adalah “kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerjasama secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada pada tugas siswa”. Kemudian Kuachak dan Eggen dalam Ratumanan (2002: 107) menyatakan bahwa “belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari sesuatu”. Selanjutnya Slavin dalam Ratumanan (2002: 107) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi”. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan Thomson dan Smith dalam

(24)

Ratumanan (2002: 107), yakni “dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan keterampilan antara pribadi”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif adalah metode belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling berbagi ide-ide dan membantu untuk memahami dalam belajar, sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tinggi. Dalam belajar kooperatif belum selesai jika masih ada salah satu anggota kelompoknya belum menguasai materi.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa karakteristik yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran yang lain. Menurut Rusman (2010:

207), karakteristik pembelajaran kooperatif adalah:

1) Pembelajaran secara tim

Artinya pembelajaran dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kelompok, setiap siswa harus dapat menerima siswa lain yang berbeda ras, budaya, kemampuan, dan ketidakmampuannya dengan saling bergantung satu sama lain untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Setiap siswa dalam kelompok mengatur sedemikian rupa sehingga setiap siswa hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sebelum tiap-tiap siswa menyatukan perolehan tugas mereka.

(25)

3) Kemauan untuk bekerja sama

Menumbuhkan perasaan pada siswa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan tersebut. Siswa harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan kelompok tidak akan tercapai. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka prinsip bekerja sama dan kebersamaan yang harus selalu ditekankan.

4) Keterampilan bekerja sama

Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk bekerja sama sehingga akan mempengaruhi ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan sosial yang dimaksud adalah ketrampilan berinteraksi dan berkomunikasi. Interaksi dan komunikasi siswa dapat dilihat dari hal-hal berikut: siswa saling memberi informasi yang diperlukan, saling mengingatkan, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

Beberapa tipe dari model kooperatif ini diantaranya, sebagai berikut:

a) STAD (Student Teams Achievement Division) b) Jigsaw

c) NHT (Number Head Together) d) GI (Group Investigasi)

e) Picture and Picture f) TPS (Think Pair Share)

(26)

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang murid secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Slavin dalam Trianto (2014: 118) menyatakan bahwa: “pada STAD murid ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku”.

Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok murid, menyajikan informasi akademik baru kepada murid setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi murid menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai 5 orang, dan terdiri atas laki- laki dan perempuan yang sifatnya heterogen.

Dalam tahap awal pembelajaran, murid dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim yang bersifat heterogen (baik jenis kelamin maupun kemampuan akademik). Setiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antara sesama anggota kelompok. Secara periodik dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan mereka terhadap bahan pelajaran.

(27)

Trianto (2014: 120) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan/ menyampaikn informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka Fase 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(Sumber: Ibrahim, dkk. 2000: 10)

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

(28)

a. Menghitung skor individu.

Menurut Slavin dalam Ibrahim, dkk (2000), untuk memberikan skor perkembangan individu seperti tersajikan pada table berikut:

Tabel 2.2

Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin

Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal) 30 poin

b. Menghitung skor kelompok

skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok yang tinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

N1 =

ada yang kelompok anggota

Jumlah

anggota an

perkembang total

Jumlah

Keterangan:

N1 = skor perkembangan kelompok

Poin perkembangan yang diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada table berikut:

(29)

Tabel 2.3

Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata tim Predikat

0 ≤ x ≤ 5 -

5 ≤ x ≤ 15 Tim Baik

15 ≤ x ≤ 25 Tim Hebat

25≤ x ≤ 30 Tim Super

(sumber: Ratumanan, 2002)

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Mappasoro dan Kamaruddin (2008) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dikemukakan oleh yaitu:

1) Membentuk kelompok heterogen 4-5 orang anggotanya.

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberi tugas.

4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, tidak dibolehkan siswa saling membantu.

5) Memberi evaluasi 6) Kesimpulan

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD di atas menunjukkan bahwa tipe ini memiliki tahapan yang diawali dengan pembentukan kelompok secara heterogen, seperti: jenis kelamin dan perbedaan kemampuan belajar murid, penyajian materi pelajaran sistematis, pemberian tugas kepada setiap kelompok dan ditindak lanjuti dengan pemberian kuis, kemudian dilakukan evaluasi dan menutup pelajaran.

(30)

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Slavin dalam Trianto (2010: 72) menyatakan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berikut ini:

1) Kelebihan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

a) Murid bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b) Murid aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

d) Interaksi antar murid seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

e) Meningkatkan kecakapan individu.

f) Meningkatkan kecakapan kelompok.

2) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

a) Konstribusi dari murid berprestasi rendah menjadi kurang.

b) Murid berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit mencapai target kurikulum.

(31)

d) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

e) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

e. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran IPS.

Asma (2006) mengemukakan bahwa: “dalam kegiatan pembelajaran, penerapan belajar kooperatif model STAD dilaksanakan melalui tahap persiapan pembelajaran, penyajian materi, belajar kelompok, pemeriksaan hasil kegiatan kelompok, tes, pemeriksaan hasil tes, dan penghargaan kelompok”. Berikut ini ulasan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

1) Tahap Persiapan Pembelajaran a) Materi

Materi pembelajaran dalam belajar kooperatif dengan menggunakan model STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, lembar jawaban dan lembar kegiatan tersebut.

b) Menempatkan siswa dalam kelompok

Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari empat dan lima orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan daftar siswa yang telah

(32)

diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian. Kemudian diambil satu siswa dari tiap kelompok sebagai anggota kelompok. Kelompok yang sudah terbentuk diusahakan berimbang menurut kemampuan akademik dan jenis kelamin.

c) Menentukan skor dasar

Skor dasar merupakan skor rata-rata pada kuis/tes sebelumnya. Jika mulai menggunakan STAD setelah memberi tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal, maka skor tes tersebut dapat dipakai sebagai skor dasar. Selain skor kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan sebagai skor dasar.

2) Tahap Penyajian Materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit.

Setiap pembelajaran dengan model ini, selalu dimulai dengan penyajian materi oleh guru. Sebelum penyajian materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan prasyarat dan sebagainya. Dalam penyajian kelas dapat digunakan model ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan dengan isi bahan ajar dan kemampuan pelajar.

3) Tahap Kegiatan Belajar Kelompok

Dalam setiap belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerja sama di antara anggota

(33)

kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan. Setelah menyerahkan lembar kegiatan dan lembar tugas, guru menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setiap siswa mendapat kesempatan memimpin anggota-anggota di dalam kelompoknya, dengan harapan bahwa setiap anggota kelompok termotivasi untuk memulai pembicaraan dalam diskusi.

Pada awal pelaksanaan kelompok dengan model STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan pebelajar untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya, misalnya: (1) meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi, (2) tidak seorang pun menghentikan belajar sampai semua anggota menguasai materi, (3) meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada gurunya, (4) setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain, saling menghormati dan menghargai.

4) Tahap Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini, diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk

(34)

melengkapi jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban, dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.

5) Tahap Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes secara Individual

Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap ini tidak diperkenankan bekerja sama.

6) Tahap Pemeriksaan Hasil Tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

7) Tahap Penghargaan Kelompok

Setelah diperoleh hasil tes, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

Trianto (2007: 124) ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, politik hukum dan

(35)

budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interprioner dari aspek dan cabang- cabang ilmu sosial.

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial” (IPS), merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies”.

Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para murid diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah- masalah sosial tersebut.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS murid diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora murid agar berlangsung secara optimal.

(36)

b. Manfaat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Secara umum manfaat pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah:

1) Sebagai pendidikan nilai (value education), yakni:

(a) Mendidik nilai-nilai yang baik merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat.

(b) Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang dimiliki murid.

(c) Nilai-nilai inti (core value) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, serta martabat manusia harus dimiliki sebagai upaya dalam membangun kelas yang demokratis.

2) Sebagai pendidikan multicultural (multicultural education), yakni:

(a) Mendidik murid bahwa perbedaan itu wajar.

(b) Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang merupakan kekayaan budaya bangsa.

(c) Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.

3) Sebagai pendidikan global (global education), yakni:

(a) Mendidik murid akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia.

(b) Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa.

(c) Menanamkan kesadaran terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia.

(d) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, perusakan lingkungan, serta bertanggung jawab menjadi warga dunia yang cinta damai.

(37)

c. Tujuan Pembelajaran IPS

IPS penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar karena bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap positif terhadap perbaikan segala masalah sosial, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang memimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.

Trianto (2009: 128) “Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dicapai manakala program-program pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah diorganisasikan secara baik”. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah kebudayaan dan kebudayaan masyarakat;

b) Mengetahui dan memahani konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat menggunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial;

c) Mampu menggunakan strategi dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat;

d) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat;

e) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri dan kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

(38)

d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai ruang lingkup meliputi aspek-aspek berikut:

1. Manusia, tempat dan lingkungan;

2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan;

3. Sistem sosial dan budaya;

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

e. Materi dalam Pembelajaran IPS

Pada penelitian kali ini penulis akan mengangkat bahasan materi pada pembelajaran IPS kelas IV SD Inpres Tommo II yaitu “ Peta Lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi“. Berikut adalah penjelasan tentang peta linkungan kabupatan/kota dan provinsi pada buku paket kelas IV SD Inpres Tommo II.

1) Pengertian Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang dibuat pada bidang datar dengan skala tertentu. Ilmu yang mempelajari peta disebut kartografi. Kumpulan peta-peta yang dibukukan disebut atlas.

2) Jenis Peta

Peta ternyata sangat beragam. Berdasarkan kegunaannya peta dibedakan menjadi dua, yakni:

(a) Peta umum adalah pea yang memberikan gambaran umum tentang suatu daerah atau wilayah. Misalnya: peta topografi, peta chorografi dan peta dunia.

(39)

(b) Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan tertentu dari suatu wilayah. Misalnya: peta iklim dan peta curah hujan.

3) Komponen-Komponen Peta

Peta memiliki kelengkapan penting agar mudah dibaca dan dipahami.

Kelengkapan tersebut dinamakan komponen peta. Komponen-komponen peta antara lain sebagai berikut:

(a) Judul peta merupakan identitas atau nama untuk menjelaskan isi atau gambar peta. Judul peta biasanya terletak di bagian atas peta.

(b) Legenda merupakan keterangan yang berisi gambar-gambar atau simbol- simbol beserta artinya. Legenda biasanya terletak di bagian pojok kiri bawah peta.

(c) Skala merupakan perbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi.

(d) Simbol merupakan lambang-lambang atau gambar yang menunjukkan obyek alam atau buatan.

(e) Mata angin merupakan pedoman atau petunjuk arah mata angin.

(f) Garis astronomis merupakan garis khayal di atas permukaan bumi.

(g) Garis tepi merupakan garis yang dibuat mengelilingi gambar peta untuk menunjukkan batas peta tersebut.

(h) Tahun pembuatan peta menunjukkan kapan peta tersebut dibuat.

(i) Inset peta merupakan gambar peta yang ingin diperjelas atau karena letaknya di luar garis batas peta.

(40)

(j) Tata warna merupakan pewarnaan pada peta untuk membedakan obyek satu dengan yang lainnya.

4) Menggambar Peta

Menggambar peta dapat menggunakan cara menjiplak atau menggunakan teknik kotak. Dengan teknik menjiplak hanya dengan menjiplak gambar asli dengan karbon dan kertas putih. Sedangkan dengan teknik kotak dapat dilakukan sesuai langkah-langkah berikut :

1. Bukalah Atlas, lalu tentukan peta yang akan digambar!

2. Amatilah letak kota, sungai, danau, gunung, laut, batas-batas lainnya!

3. Buatlah garis-garis melintang dan membujur pada gambar peta asli dengan menggunakan pensil. Luas kotak = p x l = 1 x 1 cm.

4. Berilah nomor pada setiap garis lintang! Berilah huruf pada setiap garis yang membujur! Nomor dan huruf dibuat pada pinggir garis tepi.

5. Selanjutnya siapkan kertas yang akan digunakan untuk menggambar. Lebih baik ukuran kertas sama dengan ukuran peta aslinya.

6. Buatlah kotak-kotak dengan ukuran sama seperti pada peta asli. Berilah nomor dan huruf pada garis lintang dan garis bujur!

7. Gambarlah peta di atas kertas! Perhatikan setiap goresan pensil harus sesuai dengan alur garis atau kotak pada peta!

8. Setelah selesai mencontoh peta, pertebal lagi dan berilah warna-warna seperti yang ada pada peta di atlasmu!

(41)

9. Hapuslah kotak-kotak yang tadi dibuat dengan pensil beserta huruf dan nomornya!

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut !

5) Menghitung Jarak Tempat dengan Skala Peta

Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa peta harus dibuat dengan perbandingan tertentu atau skala. Skala merupakan perbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Skala biasanya menggunakan satuan cm. Skala peta ada 2 macam yaitu:

1. Skala angka

Skala angka merupakan skala yang menggunakan perbandingan angka. Misalnya :

(42)

Skala ini artinya jarak 1 cm pada peta sama dengan 500.000 cm pada keadaan sebenarnya atau 1 cm jarak pada peta sama dengan 5 km pada keadaan sebenarnya di bumi.

2. Skala garis

Skala garis merupakan skala yang menggunakan gambar garis untuk menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di bumi.

Misalnya :

Pada gambar skala garis di atas, angka yang berada di bawah garis menunjukkan jarak pada peta. Satuannya adalah sentimeter. Sedangkan angka yang berada di atas garis menunjukkan jarak sebenarnya. Satuannya adalah kilometer. Sehingga sesuai dengan skala garis di atas dapat dibaca bahwa jarak 1 cm pada peta sama dengan 50 km pada keadaan sebenarnya di bumi.

Pada peta daerah yang luas seperti peta dunia, digunakan skala yang kecil.

Misalnya 1 : 50.000.000, ini artinya 1 cm jarak pada peta sama dengan 500 km pada jarak sebenarnya. Sedangkan pada peta daerah sempit seperti kota dan pasar, digunakan skala yang besar. Misalnya 1 : 5.000, ini artinya 1 cm jarak pada peta sama dengan 50 m pada jarak sebenarnya. Berdasarkan skala yang tertulis pada

(43)

peta, kita dapat menghitung jarak suatu tempat. Bagaimana caranya? Perhatikan contoh berikut ! Pada sebuah peta tertulis skala 1 : 400.000. Ini artinya jarak 1 cm pada peta sama dengan 400.000 cm pada jarak sebenarnya. Pada peta tersebut diketahui jarak antara kota A dan B adalah 3 cm. Maka jarak sebenarnya antara kota A dan B adalah 3 cm x 400.000 cm = 1.200.000 cm. Berarti jarak sebenarnya antara kota A dan B adalah 1.200.000 cm atau 12 km.

6) Memperbesar dan Memperkecil Peta

Memperbesar peta adalah membuat peta lebih besar dari peta asli dengan perbandingan tertentu. Sedangkan memperkecil peta adalah membuat peta lebih kecil dari peta asli dengan perbandingan tertentu. Memperbesar dan memperkecil peta dapat dilakukan dengan alat mesin fotocopy dan pantograf. Kita juga dapat memperbesar dan memperkecil peta dengan cara sederhana, yaitu dengan menggambar langsung dari gambar asli dengan bantuan garis kotak-kotak.

Caranya hampir sama dengan teknik kotak, hanya saja dalam membuat petak pada kertas dibuat lebih besar atau lebih kecil ukurannya sesuai dengan yang diinginkan. Jika ingin diperbesar dua kali, maka kotak diperbesar ukurannya dua kali juga. Jika ingin diperkecil dua kali, maka kotak juga diperkecil ukurannya dua kali.

B. Kerangka Pikir

Secara umum pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh guru yang mengarah kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Salah satu acuan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran adalah hasil belajar murid. Tercapai tidaknya tujuan tersebut

(44)

dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya faktor dari murid itu sendiri. Salah satu faktor yang berasal dari diri siswa adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang disajikan oleh guru.

Adapun bagan kerangka pikir dapat dilihat pada bagian dibawah ini:

Bagan 2.1 Kerangka pikir

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, kajian pustaka maupun kerangka pikir, dalam penelitian ini digunakan hipotesis yaitu: ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Inpres Tommo II, kecamatan Tommo, kabupaten Mamuju.

PRE TEST

Analisis Data Menerapkan Model Pembelajaran kooperatif Tipe

STAD

POST TEST

Berpengaruh Tidak Berpengaruh

Pembelajaran IPS

(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan melibatkan satu kelompok atau satu kelas yang dikenal dengan desain pra eksperimental. Dengan tujuan untuk mengetahui gambaran hasil belajar pembelajaran IPS melalui penerapan model kooperatif tipe STAD di kelas IV SD Inpres Tommo II.

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang hendak dijadikan sebagai objek pengamatan didalam sebuah penelitian. Sugiyono (2009) mengartikan variabel penelitian adalah “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Pada penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Inpres Tommo II, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju. Peneliti menggunakan dua variabel, yaitu satu variabel X dan variabel Y. Variabel X dalam penelitian ini adalah model pembalajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS sebagai variabel bebas (dependen), sedangkan variabel Y adalah peningkatan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (independen).

(46)

2. Desain Penelitian

Ancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One- Group Pretes-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (treatment). Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut.

Desain Penelitian

𝟎𝟏𝐗 𝟎𝟐

Sumber: Emzir, 2014 Keterangan:

O1 = tes awal (pretest) O2 = tes akhir (posttest)

X = perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu :

a) Memberikan pretest untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar) sebelum perlakuan dilakukan.

b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan model pembelajaran interaktif.

c) Memberikan posstest untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan dilakukan.

(47)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitian dalam ruang dan waktu tertentu. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah SD Inpres Tommo II Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju dengan jumlah keseluruhan 120 siswa.

Tabel 3.1

Populasi seluruh Siswa SD Inpres Tommo II

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Kelas I 16 14 26

2. Kelas II 4 8 12

3. Kelas III 9 7 16

4. Kelas IV 13 8 21

5. Kelas V 13 11 24

6. Kelas VI 12 9 21

58 54 120

Sumber: SD Inpres Tommo II

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi contoh yang diambil dengan cara-cara tertentu. Unit eksperimen ini adalah siswa kelas IV sebanyak 21 orang, terdiri dari 13 orang laki-laki, 8 orang perempuan dengan alasan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat memiliki dampak positif terhadap hasil belajar murid kelas IV.

(48)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes hasil belajar

Soal test digunakan untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa sebelum diterapkan model (pretest) STAD dan setelah diterapkan model (posttest) STAD.

2. Teknik observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengamati kesesuaian antara pelaksanaan dan perencanaan yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dalam proses pembelajaran serta untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dengan jenis pretest dan posttest. Pretest digunakan sebelum model pembelajaran interaktif diterapkan, sedangkan posttest digunakan setelah murid mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Lembar Observasi aktivitas siswa

Lembar Observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati dan mencatat secara sistematis aktivitas belajar IPS siswa kelas IV SD Inpres Tommo II.

(49)

F. Teknik Analisis Data

Data uji yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis dengan dua teknik analisis statistika, yaitu:

1. Analisis Statistika Deskriptif

Hasil belajar IPS siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam penelitian ini, analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan setelah diterapkan model kooperatif tipe STAD.

Jenis data berupa hasil belajar selanjutnya dikategorikan secara kualitatif.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan hasil belajar IPS adalah menurut standar kategorisasi Departemen Pendidikan Nasional (Misnawati, 2012) yang dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabe1 3.2

Kategorisasi Standar Hasil Belajar Siswa

Skor Kategori

0 – 34 Sangat Rendah

35 – 54 Rendah

55 – 64 Sedang

65 – 84 Tinggi

85 – 100 Sangat Tinggi

(sumber: Misnawati, 2012)

(50)

2. Analisis Data Aktivitas Siswa

Analisis data aktivitas siswa dilakukan dengan menentukan frekuensi dan persentase frekuensi yang dipergunakan siswa dalam pembelajaran IPS dengan model kooperatif tipe STAD. Adapun langkah-langkah analisis aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah siswa dari hasil pengamatan aktivitas siswa untuk setiap indikator dalam setiap kali pertemuan.

2. Menentukan rata-rata jumlah siswa yang melakukan aktivitas siswa yang diharapkan untuk setiap indikator dalam beberapa kali pertemuan sesuai dengan lamanya waktu penelitian.

3. Mencari persentase rata-rata jumlah siswa yang melakukan aktivitas yang diharapkan untuk setiap indikator dengan cara rata-rata jumlah siswa yang melakukan aktivitas yang diharapkan dibagi rata-rata seluruh jumlah siswa kemudian dikali 100%.

Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan lebih banyaknya siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan yang tidak aktif atau dapat dikatakan indikator aktivitas siswa dikatakan aktif jika rata-rata siswa yang aktif dalam pembelajaran sama dengan atau lebih dari 75%.

3. Analisis Statistika Inferensial

Pada analisis statistika inferensial menggunanakan Uji – T dependen. Uji t Dependen dilakukan untuk menguji perubahan yang terjadi akibat suatu perlakuan, membandingkan perilaku atas kemampuan subjek peneliti sebelum dan

(51)

sesudah perlakuan diberikan. Sampel T- tes yang dihitung dengan menggunakan bantuan SPSS namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan Uji Normalitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov – Smirnov Normality Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal. Hipotesis yang diuji sebagai berikut :

Ha : Populasi berdistribusi normal Ho : Populasi tidak berdistribusi normal

Data hasil belajar IPS murid yang diperoleh dikatakan berdistribusi normal, jika menerima Ha yaitu nilai peluang P-Value ≥ α

b. Menentukan Perbedaan Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Siswa.

Menentukan perbedaan hasil pretest dan postest kemampuan siswa dengan pengerjaan teknik statistik uji t Dependen dengan langkah-langkah sebagai berikut ini:

1. Buatlah Ha dan Ho dalam bentuk hipotesis statistik 2. Buatlah Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

3. Masukkan angka-angka statistik dari tabel distribusi

4. Tentukan besarnya D dan D2 (dalam kolom tabel distribusi) 5. Hitunglah besarnya SD (standar deviasi)

𝑆𝐷 =

D

2

– [

D)𝑛𝑝2

]

𝑛𝑝 − 1

(52)

Ket :

SD : Standar Deviasi D : differences Np : n Populasi 1 : nilai konstan

6. Uji perbedaan dengan menggunakan uji t dependen

Ket :

X1 : mean kelompok 1 X2 : mean kelompok 2 SD : Standar Deviasi

7. Menguji tingkat kesalahan (alpha) = 5% dengan rumus

8. Bandingkan hasil t hitung dengan t tabel (dengan terlebih dahulu mentukan two tail) Bila :

t hitung ≥ t tabel signifikan; Ha diterima Ho ditolak t hitung ≤ t tabel non signifikan; Ha ditolak Ho diterima 9. Berikan kesimpulan dengan menggunakan kalimat

Sumber : Tjalla ( 2013: 5.12 – 5.16)

𝑈𝑗𝑖 𝑡 =X1 − X2 SD

Db = n - 1

(53)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Hasil penelitian ini menunjukan deskripsi tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS yang meliputi hasil belajar IPS dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

a. Deskripsi hasil pretest kemampuan

Data hasil pretest hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Deskripsi Skor Hasil Pretest hasil belajar Siswa sebelum Diberikan Perlakuan

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel Skor Tertinggi Skor Terendah

Skor Ideal Rentang Skor Skor Rata-Rata Standar Deviasi

Variansi

21 82 17 100

65 55,19 16,49

272,1

(54)

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil pretest hasil belajar siswa adalah 55,19 dari skor ideal 100. Skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 82 dan skor terendah 17 dengan standar deviasi sebesar 16,49 yang tersebar dari skor terendah 17 sampai skor tertinggi 82.

Jika hasil pretest hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh tabel distribusi frekuensi dan persentase skor hasil pretest sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Persentase Skor Hasil Pretest Hasil Belajar Siswa sebelum Diberikan Perlakuan

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

(%) 1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84 85 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

3 5 7 6 0

14 24 33 29 0

Jumlah 21 100

Tabel 4.2 di atas menunjukkan skor hasil pretest siswa sebelum diberikan perlakuan dari 21 murid, 14% siswa masuk dalam kategori sangat rendah dengan frekuensi 3 orang siswa, 24% siswa pada kategori rendah dengan frekuensi 5 siswa, 33% siswa pada kategori sedang dengan frekuensi 7 orang dan 29% pada kategori tinggi dengan frekuensi 6 siswa. Hal ini berarti hasil pretest murid sebelum diberikan perlakuan pada umumnya (sebagian besar) berada pada kategori sedang, rendah dan tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Tata Operasional mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perencanaan dan perumusan bahan kebijakan teknis, penyusunan program, pemantauan, serta evaluasi pelaksanaan

Based on the figure above, it is known that the result of expansion load simulation for heating coil inside service tank portside is in white metallic color,

terhadap pengungkapan intellectual capital perusahaan yang melakukan. IPO serta diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi salah

Hasil yang digunakan untuk presentasi berupa Game Centeng Robot (Level 1) dengan Robot sebagai karakter utama menembaki pesawat musuh. Selanjutnya jika robot tertabrak oleh

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

2006 2006 © © © surya@fisika.ui.ac.id surya@fisika.ui.ac.id surya@fisika.ui.ac.id Arus Bolak-Balik (AC) dalam Induktor • Induktor memiliki sifat yang berbeda.

3.3 Diagram Kelas Keseluruhan +TampilMenuPembayaran() +TampilPilihanPembayaran() +PilihMenuTagihan() +PilihPembayaranPulsa() +PilihOperator() +TampilTagihan()

Adanya prioritas pengembangan program kerja sistem informasi/teknologi informasi secara lebih tepat dan berdaya guna yang disertai dengan penyiapan dukungan infrastruktur