• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP REMAJA YATIM PIATU TENTANG KELUARGA (Studi Etnografi di Panti Asuhan) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP REMAJA YATIM PIATU TENTANG KELUARGA (Studi Etnografi di Panti Asuhan) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP REMAJA YATIM PIATU TENTANG KELUARGA (Studi Etnografi di Panti Asuhan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

DisusunOleh: Aneke Ardiana Adiwinata

NIM: 101114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

KONSEP REMAJA YATIM PIATU TENTANG KELUARGA (Studi Etnografi di Panti Asuhan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

DisusunOleh: Aneke Ardiana Adiwinata

NIM: 101114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

“Jika tidak ada hari kemarin, maka tak tercipta hari ini.”

“Kebahagiaanmu tidak ditentukan oleh orang lain, tapi oleh dirimu sendiri. Apa yang kamu lakukan hari ini, tentukan kebahagiaan di masa depanmu.”

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

KONSEP REMAJA YATIM PIATU TENTANG KELUARGA (Studi Etnografi di Panti Asuhan)

Aneke Ardiana Adiwinata Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep remaja yatim piatu tentang keluarga. Penelitian ini dilakukan disebuah Panti Asuhan di Kulon Progo, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah dua remaja yatim piatu, subjek pertama kelas VIII berusia 14 tahun dan subjek kedua kelas IV berusia 13 tahun.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode etnografi yaitu live in selama 1 bulan di panti asuhan. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah mereduksi data ke dalam verbatim, menggolongan verbatim kedalam aspek, melakukan coding pada verbatim, dan memasukan teori dari hasil analisis data.

(9)

viii ABTRACT

THE CONCEPT OF ORPHANS TEENAGER ABOUT FAMILY (Ethnographic Studies in Orphanage)

Aneke Ardiana Adiwinata Sanata Dharma University

2014

The aims of the study is to identify the concept of orphaned teenager about family. This research was conducted in an orphanage in Kulon Progo, Yogyakarta. The subject of this study were two teenage orphan, the first subject was class VIII aged 14 years old and the second subject was class IV aged 13 years old.

This study includes qualitative research with ethnographic methods, namely: live in for 1 month in an orphanage. Research instruments such as interview guidelines and observation. Technique analysis data which used is to reduce the data into verbatim, verbatim classify into aspects, coding the verbatim, and include the theory of data analysis.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang di limpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam masa studi di jenjang Universitas. Melalui penulisan skripsi, penulis mendapatkan banyak pembelajaran serta pengalaman baru selama prosesnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dan berjalan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah dengan setia mendampingi penulis. Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih secara tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungan selama penyelesaian skripsi.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah bersedia membantu dalam persiapan menjelang ujian skripsi.

3. Drs. Robertus Budi Sarwono, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

4. Dosen-dosen bimbingan dam konseling yang telah mendampingi peneliti selama menjalankan studi.

(11)

x melakukan Penelitian.

6. Kedua Subjek yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

7. Kedua orangtuaku, Stefanus Widiarto dan Vincencia Wiwik Yuniarti yang telah memberi dukungan baik doa, semangat dan materi demi terselesainya skripsi ini.

8. Deviartanti Adiwinata, S.E yang telah memberikan dukungan doa dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

9. Mas Moko yang telah membantu dalam kelengkapan administrasi.

10.Sahabatku Made yang telah memberikan banyak usulan mengenai penelitian ini.

11.Sahabatku Rima dan Erni yang telah mengajarkan tentang teknik-teknik dalam penulisan skripsi ini.

12.Sahabatku Al yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penulisan skripsi ini.

13.Sahabat seperjuanganku Diana, Peny, Aap, Fe, Chika, Agung yang telah memberikan banyak usul dan saran dalam skripsi ini.

14.Seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah mendukung dan memberi usulan dalam penyelesaian skripsi ini.

Yogyakarta, 21 Oktober 2014

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional Variabel ... 4

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Konsep ... 5

(13)

xii

2. Perolehan Konsep ... 6

3. Memahami Konsep ... 7

5. Konsep menurut Piaget ... 7

6. Konsep Keluarga ... 10

B. Keluarga ... 11

1. Pengertian Keluarga ... 11

2. Fungsi Keluarga... 11

a. Fungsi reproduksi... 11

b. Fungsi ekonomi ... 12

c. Fungsi sosialisasi ... 12

d. Fungsi perawatan kesehatan ... 12

e. Fungsi afektif ... 12

G. Remaja Yatim Piatu ... 13

1. Pengertian Remaja ... 13

2. Ciri-ciri masa remaja ... 13

a. Masa remaja sebagai periode yang penting ... 13

b. Masa remaja sebagai periode yang peralihan ... 14

c. Masa remaja periode perubahan ... 14

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah ... 15

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas... 15

f. Anggapan stereotip budaya ... 15

(14)

xiii

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa ... 16

3. Tugas perkembangan masa remaja ... 16

a. Memiliki kemampuan mengontrol diri seperti orang dewasa ... 17

b. Memperoleh kebebasan ... 17

c. Bergaul dengan teman lawan jenis ... 17

d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru ... 18

e. Memiliki citra diri yang realitas ... 18

4. Yatim Piatu ... 18

D. Konsep Remaja Yatim Piatu tentang Keluarga ... 19

BAB III: METODE PENELITIAN ... 21

A. Desain Penelitian ... 21

B. Subyek Penelitian ... 22

C. Setting Penelitian ... 22

D. Alat Pengumpul Data ... 24

1. Wawancara ... 24

a. Tujuan yang eksplisit ... 25

b. Penjelasan etnografis ... 25

c. Pertanyaan etnografis ... 25

2. Observasi ... 28

3. Anekdota/ Catatan ... 28

(15)

xiv

b. Catatan reflektif ... 29

4. Kode (Cooding) ... 29

a. Catatan awal ... 30

b. Catatan lanjut ... 30

c. Penulisan transkrip dan pemberian kode ... 30

d. Membuat Kode ... 31

E. Validitas Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Subjek 1... 34

1. Penghimpunan data subjek ... 34

a. Deskripsi umum kasus ... 34

b. Analisis ... 35

B. Subjek 2 ... 42

1. Penghimpunan data subjek ... 42

a. Deskripsi umum kasus... 42

b. Analisis ... 42

C. Konsep tentang Keluarga Subjek 1 dan Subjek 2 ... 49

a. Fungsi reproduksi ... 49

b. Fungsi ekonomi ... 51

c. Fungsi sosialisasi ... 54

(16)

xv

e. Fungsi afektif ... 58

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran-saran ... 62

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah konsep remaja yatim piatu

tentang keluarga, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

definisi operasional. Rumusan masalah dalam penelitian ini, memaparkan konsep

remaja yatim piatu tentang keluarga. Tujuan penelitian ini ialah memahami

konsep remaja yatim piatu tentang keluarga. Penelitian ini memiliki manfaat

untuk menjelaskan konsep remaja yatim piatu terhadap keluarga. Definisi

operasional variabel terdiri dari konsep, keluarga, remaja, dan yatim piatu.

A. Latar Belakang

Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, yang setiap anggotanya

saling terikat satu sama lain. Masing-masing anggota keluarga memiliki

keterikatan dalam bentuk hak dan kewajiban yang sesuai dengan perannya.

Menurut Ivey, Simek-Morgan (dalam Kertamuda, 2009: 46) keluarga

merupakan suatu sistem dimana didalamnya terdapat hubungan yang spesifik,

aturan-aturan, dan peran-peran, dari masing-masing anggota yang memiliki

keunikan tersendiri.

Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat dimana anak

berinteraksi sosial dengan orang tua yang paling lama, sehingga upaya

pencegahan terhadap perilaku dan sikap yang kurang baik pada masa

perkembangan anak difokuskan pada keluarga kemudian sekolah. Keluarga

(19)

darah, pernikahan, atau pengadopsian serta tinggal secara bersama-sama (dalam Kertamuda, 2009: 46).

Pada saat ini, tidak semua anak memiliki keluarga yang utuh. Banyak anak memiliki nasib yang kurang beruntung, terutama remaja yang memiliki status yatim piatu atau tidak memiliki kedua orang tua. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh organisasi kemanusiaan Save the Children yang bekerjasama dengan UNICEF pada akhir tahun 2009, menemukan sekitar 6% dari lima ratus ribu anak berada dalam pengasuhan rumah yatim piatu. Sedangkan 94% anak yang benar-benar yatim piatu menjadi penghuni panti.

(20)

yang tidak berstatus yatim piatu dijemput oleh kedua orang tuanya sedangkan mereka tetap tinggal di panti asuhan.

Timbulnya gejala-gejala yang kurang sesuai yang muncul dalam nonverbal pada kedua remaja yatim piatu saat ditanya mengenai keluarganya membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana konsep yang dimiliki anak yatim piatu tentang keluarga. Masing-masing anak yatim piatu akan memiliki konsep yang berbeda mengenai keluarga sesuai dengan pengalaman yang mereka alami. Pengalaman anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya akan berbeda dengan pengalaman anak yang kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Selain hal tersebut, penelitian ini memiliki manfaat untuk kehidupannya. Contohnya, memberi gambaran pada remaja yatim piatu yang tidak memiliki keluarga yang utuh untuk berkeluarga nantinya. Remaja yatim piatu memiliki pemikiran yang positif terhadap sebuah keluarga walaupun tidak memiliki keluarga yang utuh, dan remaja yatim piatu memiliki konsep yang baik terhadap relasi saat nantinya berkeluarga.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dijawab dengan penelitian ini dirumuskan : Bagaimana konsep remaja yatim piatu tentang keluarga? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk:

(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teroritis: Penelitian ini memberikan sumbangan bagi peningkatan dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan konsep remaja yatim piatu yang tinggal di panti asuhan tentang keluarga.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi Pamong Panti Asuhan:

Menyadari konsep remaja yatim piatu tentang keluarga, sehingga lebih mengetahui cara yang tepat untuk mendampingi anak-anak yatim piatu yang berada di panti.

b. Bagi Subjek:

Mengetahui konsep tentang keluarga, sehingga subjek lebih memahami mengenai keluarga walaupun subjek tidak tinggal bersama dengan keluarga intinya

E. Definisi Operasional Variabel

1. Konsep Keluarga: paham atau tafsiran tentang sebuah sistem sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang memiliki suatu keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

2. Remaja: perkembangan manusia pada rentan usia sebelas sampai empatbelas tahun.

(22)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan kajian ilmiah tentang konsep anak yatim piatu tentang keluarga yang terdiri dari: pengertian konsep, pembentukan konsep, memahami konsep, konsep menurut Piaget, konsep keluarga. Keluarga yang terdiri dari: pengertian keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga. Remaja yatim piatu yang terdiri dari: Pengertian remaja, ciri-ciri remaja, tugas perkembangan remaja, dan pengertian yatim piatu. Pengertian konsep Remaja Yatim Piatu tentang Keluarga.

A. Konsep

1. Pengertian Konsep

(23)

2. Perolehan Konsep

Konsep dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep diperoleh sebelum anak masuk sekolah. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama dan sesudah disekolah. Banyak konsep yang diperoleh dan berkembang semasa kecil, tetapi konsep-konsep itu mengalami modifikasi atau perubahan yang disebabkan karena pengalaman-pengalaman kita. Anak-anak memperoleh konsep-konsep seperti: meja, kursi dan lain-lain, konsep semacam ini diperoleh melalui proses pembentukan konsep. Pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif yang melibatkan proses-proses psikologi seperti analisis deskriminatif, abstraksi, deferensiasi, pembentukan hipotesis, pengujian dan generalisasi (Dahar, 2011: 64).

(24)

definisi formal dari kata, menunjukkan kesamaan-kesamaan dengan konsep itu, dan membedakan konsep itu dari konsep-konsep lain (Dahar, 2011: 65).

3. Memahami Konsep

Menurut Klausmeier (dalam Dahar, 2011), tingkat pemahaman konsep dibagi menjadi empat kriteria, yaitu: 1) tingkat konkret, 2) tingkat identitas, 3) tingkat klasifikasi, 4) tingkat formal. Tingkat konkret dicapai apabila orang dapat menjelaskan benda tersebut dengan memperlihatkan benda dan dapat membedakan benda-benda dari stimulus-stimulus yang ada dilingkungannya. Tingkat identitas ini, seseorang akan mengenal objek sesudah selang waktu, bila orang tersebut mempunyai orientasi ruang yang berbeda dengan objek itu, bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Tingkat klasifikasi telah dicapai apabila mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Tingkat formal telah dicapai apabila dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep,dengan memberi nama, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memberi contoh verbal ataupun nonverbal.

4. Konsep menurut Piaget

(25)

dilihat,oleh karena itu skema dapat juga disebut sebagai suatu konsep atau kategori dalam pikiran seseorang. Semakin seseorang bertambah dewasa, maka skema yang dimiliki seseorang semakin bertambah banyak, karena seseorang akan semakin banyak mendapatkan pengalamannya dan berkontak dengan lingkungannya (Suparno: 2000).

Skema bertambah dan berubah seseuai dengan apa yang telah ditemukan dan dilihat oleh seseorang mengenai objek tersebut berdasarkan pengalamanya. Pertambahan dan perubahan skema tersebut dapat disebut sebagai asimilasi dan akomodasi (Suparno: 2000).

(26)

Akomodasi dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru ini dengan skema yang telah dimiliki. Hal ini terjadi karena pengalaman yang baru itu sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Pada keadaan seperti ini, dapat membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Maka, akomodasi dapat diartikan sebagi pembentukan skema yang baru atau mengubah skema yang lama. Misalnya, pemikiran seseorang anak bahwa benda yang memiliki masa lebih berat maka akan jatuh terlebih dahulu, tetapi saat di suatu laboratorium anak tersebut melakukan percobaan di suatu ruangan hampa udara dan ternyata benda dengan masa yang lebih berat dan lebih ringan akan terjatuh secara besamaan, dengan adanya kejadian tersebut anak tersebut merubah skema yang telah dimiliki dengan skema yang baru (Suparno: 2000).

(27)

berjalan terus dalam diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema) (Suparno 2000).

5. Konsep keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2011), konsep adalah rancangan dan paham yang telah ada dalam pikiran seseorang. Santrock (2002: 257) mengemukakan keluarga sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu yang berinteraksi yang saling bersosialisasi dan saling mengatur.

(28)

B. Keluarga

1. Pengertian keluarga

Menurut Suparlan dkk (1990:98) keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak yang merupakan tiang pokok masyarakat, yang ada hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan masyarakat: lembaga pertama dari individu yang terkait oleh norma-norma tertentu dan juga berbagai kebutuhan jasmani maupun rohani serta sosial.

Santrock (2002: 257) mengatakan/ menuliskan keluarga sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu yang berinteraksi yang saling bersosialisasi dan saling mengatur. Menurut (Ahmad, 1991: 239) keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga memberikan pengaruh yang menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak; dan menjadi unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak.

2. Fungsi Keluarga

Terdapat lima fungsi keluarga (Marilyn. M. Friedman, 1998: 286):

(29)

b. Fungsi ekonomi yaitu merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.

c. Fungsi sosialisasi yaitu keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi dimana sosialisasi ini merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup bagi individu yang secara kontinu dapat mengubah perilaku sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.

d. Fungsi perawatan kesehatan yaitu keluarga mempunyai fungsi melaksanakan praktek asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

e. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga, keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afeksi tidak terpenuhi.

(30)

gambaran mengenai konsep remaja yatim piatu tentang keluarga dari sisi fungsi keluarga yang mereka miliki saat ini.

C. Remaja Yatim Piatu 1. Pengertian Remaja

Remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan pada tingkat yang sama (Hurlock, 1980: 206). Remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya. Bahwa remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock, (1980:207): a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

(31)

membentuk sikap, nilai dan minat yang baru dalam melakukan kegiatannya.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Peralihan tidak berarti lepas dari kejadian atau peristiwa yang terjadi sebelumnya, melainkan berkembang dari satu tahap perkembangan ketahap perkembangan berikutnya. Artinya yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada masa sekarang dan yang akan datang. Kadang perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi pada masa anak akan meninggalkan bekas da mempengaruhi masa remaja.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada tiga perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu:

1) Meningginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru.

(32)

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit di atasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan karena:

1) Sepanjang masa kanak-kanak masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

2) Para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Seperti dijelaskan Erikson (Hurlock, 1980:207) identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, dan apa peranannya dalam masyarakat. Remaja mempertanyakan apakah ia seorang anak atau orang dewasa; apakah ia mampu percaya diri; apakah ia akan berhasil atau gagal.

f. Anggapan stereotip budaya.

(33)

orang tua dan remaja terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua apabila menemui masalah.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih daam cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, dan menyebabkan meningginya emosi remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa apabila melakukan kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa, remaja akan dianggap dewasa dan dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

(34)

adalah suatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu, jika tugas perkembangan itu berhasil akan menimbulak kebahagiaan individu, sebaliknya jika tugas itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya pada masa mendatang.

Tugas perkembangan remaja menurut Wattenberg (Mappiare, 1982:106) sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa. Ketika memasuki masa remaja seorang remaja diharapkan dapat mengontrol dirinya sendiri. Tugas perkembangan ini timbul karena remaja sudah dianggap seperti orang dewasa yang umumnya mampu mengontrol dirinya. Kemampuan dalam mengontrol dirinya membuat dia diterima oleh lingkungannya.

b. Memperoleh kebebasan.

Memperoleh kebebasan termasuk salah satu diantaranya tugas perkembangan yang penting bagi remaja. Remaja diharapkan belajar dan berlatih membuat rencana, bebas membuat alternatif pilihan, dan bebas melaksanakan pilihan-pilihannya itu dengan bertanggung jawab. Remaja diharapkan dapat melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang dewasa lainnya secara berangsur-angsur.

c. Bergaul dengan teman lawan jenis.

(35)

dekat dengan lawan jenisnya, tetapi lama-kelamaan mereka terbiasa bahkan ada yang lebih banyak bergaul dengan lawan jenisnya.

d. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru.

Remaja diharapkan mulai belajar mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup dan pergaulannya dalam masa dewasa kelak. Ketrampilan-ketrampilan baru itu tidak saja menyangkut apa yang dituntut pada bidang pekerjaan, melainkan juga bersangkutan dengan ketrampilan dalam kehidupan berkeluarga. Remaja perempuan misalnya dapat melakukan latihan mengatur meja makan, memasak, mencuci dan sebagainya. Remaja lelaki dapat membantu membresihkan halaman, mengepel lantai dan sebagainya.

e. Memiliki citra diri yang realistis.

Remaja diharapkan dapat member penilaian terhadap dirinya secara apa adanya. Mereka diharapkan dapat mengukur kelebihan dan kekurangannya dan dapat menerima diri apa adanya, memelihara dan memanfaatkannya secara positif. Remaja juga diharapkan memiliki gambaran diri secara realistis dan bukan lagi berdasarkan fantasi seperti yang pernah mereka alami semasa anak-anak.

4. Yatim Piatu

(36)

Remaja yatim piatu dapat diartikan bahwa, seorang remaja yang dalam kehidupannya tidak merasakan adanya kehadiran orang tua (ayah dan ibu). Orang tua adalah orang yang dapat diandalkan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya, sumber kasih sayang dan penerimaan, sumber bimbingan, orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam memcahkan masalah yang dihadapi dalam setiap penyesuaian kehidupan, perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial serta menjadi sumber persahabatan sampai anak cukup besar untuk mendapatkan teman atau menjadi sahabat baginya (Santrock, 2011).

D. Konsep Remaja Yatim Piatu tentang Keluarga

(37)
(38)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Dezin dan Licoln (dalam Tohirin, 2012: 2) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Salah satu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan metode etnografis. Metode etnografi memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat (kelompok orang) mengorganisasikan kebiasaan dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan kebiasaan tersebut dalam kehidupan (Spardley, 2007: xii). Menurut Bogdan & Biklen (dalam Ahmad, 2014: 50), metode etnografi adalah studi tentang bagaimana anak panti asuhan memahami dan menjalani kehidupan keseharian mereka, serta menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan tersebut.

(39)

piatu terhadap keluarga yang berada di panti asuhan dengan melakukan

penelitian lapangan.

B. Subyek Penelitian

Subjek Penelitian terdiri dari 2 remaja yang berada di sebuah panti

asuhan. Subjek pertama siswa kelas IV Sekolah Dasar yang berumur 13 tahun

berstatus yatim piatu. Sejak lahir subjek, oleh seseorang dititipkan di sebuah

penampungan. Ciri fisik subjek adalah tinggi badan ± 150 cm, rambut lurus,

dan mata bulat.

Subjek yang kedua siswa kelas VIII SMP berumur 14 tahun yang

berstatus anak yatim piatu. Ayah subjek meninggal saat subjek masih kecil

dan ibu subjek meninggal pada saat subjek kelas VII SMP , maka oleh salah

satu anggota keluarganya, anak ini dimasukan ke panti asuhan. Ciri fisik

subjek yaitu tinggi badan ± 152 cm, rambut lurus, dan bibir tebal.

C.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sebuah panti asuhan di daerah Kulon

Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama satu bulan

dari bulan 21 Mei 2014 sampai bulan 21 Juni 2014 dengan mengikuti kegiatan

subjek dan peneliti tinggal bersama subjek (live in). Di panti asuhan tersebut

terdapat beberapa anak yang berstatus yatim piatu, tetapi peneliti hanya

mengambil sampel dua subjek saja karena mereka berdua yang menarik

peneliti untuk menjadi subjek penelitian. Peneliti melakukan penggalian data

dengan metode observasi dan wawancara saat subjek sedang tidak mengikuti

(40)

Lingkungan sekitar subjek merupakan lingkungan yang cukup

nyaman dan baik untuk kelangsungan kehidupan subjek. Subjek saat berada di

panti asuhan diasuh oleh dua pamong panti asuhan. Pamong pertama bertugas

sebagai pimpinan panti asuhan yang mengurus bagian administrasi dan

megasuh anak-anak yang berada di panti asuhan, sedangkan pamong yang

kedua bertugas untuk mengasuh anak-nak panti. Subjek setiap harinya wajib

mengikuti kegiatan yang telah terjadwal mulai dari bangun pagi hingga saat

tidur malam. Saat ada acara gereja atau tamu dari luar panti subjek juga

diwajibkan untuk mengikuti acara tersebut. Subjek saat di panti di berikan

beberapa fasilitas seerti ruang belajar, lapangan untuk sepak bola, lapangan

badminton, kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang doa, ruang makan, dan

ruang musik.

Berikut adalah jadwal penelitian selama peneliti bertemu dengan kedua subjek

serta melakukan trianggulasi dengan kedua karyawan:

Tabel 1. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek dan kedua karyawan

NO TANGGAL PERTEMUAN

KETERANGAN TEMPAT

1 22 Mei 2014 Bertemu dengan kedua subjek untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan peneliti dan observasi.

Di ruang doa.

(41)

seputar keluarga.

5 11 Juni 2014 Mencari informasi mengenai subjek dengan pimpinan panti,

6 20 Juni 2014 Wawancara dengan subyek seputar konsep subjek tentang keluarga.

Di ruang doa.

D. Alat Pengumpulan Data

Penulis menggunakan beberapa metode dalam usaha untuk

memperoleh data dan informasi tersebut, antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah data verbal yang diperoleh melalui percakapn

atau tanya jawab (Tohirin, 2012: 63). Wawancara dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami

individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan

eksplorasi terhadap isu atau makna subjektif yang muncul.

Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: 317) menyatakan bahwa

wawancara merupakan hatinya penelitian sosial. Bila melihat jurnal dalam

ilmu sosial, maka akan menemui semua penelitian sosial yang didasarkan

pada interview, baik yang dasar maupun mendalam.

Wawancara etnografi adalah sebagai serangkaian percakapan

(42)

beberapa unsur baru guna membantu subyek memberikan jawaban sebagai

seorang subyek (Spradley, 2006: 85). Ada tiga unsur etnografis yang

terpenting, yaitu tujuan yang eksplisit, penjelasan, dan pertanyaan yang

bersifat etnologi (Spradley, 2006: 85-87):

a. Tujuan yang eksplisit

Wawancara pada etnografis melibatkan tujuan dan arah. Pada saat

wawancara dalam studi etnografi selayaknya memiliki arah dan

tujuan yang jelas, maka jika pada saat subjek diwawancarai

menuju arah dan tujuan yang tidak jelas peneliti wajib

memperjelas.

b. Penjelasan etnografis

Pertemuan pertama sampai wawancara yang terakhir, peneliti

secara berulang-ulang harus memberi penjelasan kepada subyek,

karena pada akhirnya peneliti mempelajari kebiasaan subyek, maka

subyek memiliki kesempatan untuk belajar mengenai beberapa hal.

c. Pertanyaan etnografis

Tiga tipe utama dalam pernyataan etnografis dan fungsinya:

1) Pertanyaan deskriptif

Tipe pertanyaan ini memungkinakan seseorang untuk

mengumpulkan suatu sampel yang terjadi di dalam bahasa

subjek.

(43)

Pertanyaan jenis ini memungkinkan peneliti untuk

menemukan subjek mengenai domain unsur-unsur dasar

dalam kebiasaan subjek. Pertanyaan ini untuk menemukan

bagaimana subjek mengorganisir pengetahuan mereka.

3) Pertanyaan Kontras

Pertanyaan kontras memungkinkan peneliti menemukan

dimensi makna yang dipakai oleh subjek untuk

membedakan berbagai objek dan peristiwa dalam dunia

subjek.

Berikut ini akan dijabarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan aspek-aspek

fungsi keluarga:

Tabel 2. Pertanyaan Wawancara

No Aspek Pertanyaan

1 Fungsi reproduksi 1. Bagaimana pendapat anda mengenai tentang kenyaman anda sebagai seorang laki-laki?

2. Bagaimana pendapat anda tentang seorang perempuan?

2 Fungsi ekonomi 1. Bagaimana pendapat anda ketika kamu dibelikan baju baru?

2. Bagaimana pendapat anda ketika kamu diberi uang jajan?

3 Fungsi sosialisasi 1. Bagaimana pendapat anda tentang kebiasaan anda yang dilakukan saat di rumah?

2. Bagaimana menurut anda jika tugas rumah diselesaikan namun, dengan cara harus diperingatkan oleh orang tua terlebih dahulu?

(44)

kesehatan 2. Bagaimana pendapat anda ketika anda

sedang sakit dirawat oleh kedua orang tua anda?

5 Fungsi Afektif

1. Bagaimana perasaan anda ketika anda sedang bersama dengan ibu anda?

2. Bagaimana perasaan anda ketika anda sedang berada dengan ayah anda?

3. Bagaimana perasaan anda ketika anda sedang berada dengan kakak dan adik anda?

Berdasarkan pertanyaan tersebut peneliti merasa perlu fokus terhadap

aspek fungsi reproduksi dan fungsi sosialisasi. Peneliti mengalami kesulitan

dalam menggali informasi mengenai fungsi reproduksi karena subjek dinilai

belum sungguh-sungguh memahami tentang fungsi reproduksi. Aspek sosialisasi

dimaksudkan oleh peniliti untuk mendapatkan gambaran mengenai relasi sosial

subjek dengan keluarganya saat berada di rumah.

Peneliti melihat aspek fungsi reproduksi dari sisi fungsi seksualitas subjek,

karena kesiapan seseorang untuk mencapai fungsi reproduksi berawal dari

terbentuknya fungsi seksualitas yang subjek miliki. Berdasarkan pertanyaan yang

disampaikan peneliti kepada subjek tentang aspek sosialisasi, peneliti

menyimpulkan bahwa kebiasaan yang dilakukan di rumah dapat menggambarkan

bagaimana subjek berkomunikasi dengan keluarganya. Kebiasaan subjek yang

hanya sibuk dengan kepetingan dirinya sendiri dapat menyebabkan sosialisasi

yang dimiliki subjek kurang baik. Berdasarkan pertanyaan kedua tentang aspek

fungsi sosialisasi, peneliti menemukan bahwa kebiasaan subjek saat diminta untuk

mengerjakan pekerjaan rumah dapat mencerminkan bagaimana kemampuan

(45)

2. Observasi

Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa,

observasi adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan

berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat

kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda runag

angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Marshall (dalam Sugiyono, 2010: 310) mengatakan bahwa melalui

observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku

tersebut. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan fisik subjek serta

konsep tentang keluarga. Observasi dilangsungkan selama wawancara

dengan mencatat hasil observasi.

3. Anekdota/ catatan

Pada umumnya catatan lapangan itu terdiri dari dua bagian, yaitu catatan

deskriptif dan catatan reflektif.

a. Catatan Deskriptif

Catatan deskriptif/ gambar rinci tentang lokasi, situasi, kejadian/

peristiwa atau apa pun yang diamati peneliti dan hasil-hasil

pembicaraan/ wawancara yang ditulis apa adanya, sesuai dengan

kenyataan. Sedapat mungkin diusahakan tidak ada penilaian, ungkapan

perasaan, dan pendapat pribadi, yang dilihat, didengar, dibau, disentuh

(46)

b. Catatan Reflektif

Catatan reflektif menggambarkan realitas apa adanya dan

sependapat mungkin bebas dari pendapat perasaan pribadi si peneliti.

Pada catatan reflektif peneliti bebas memberikan tanggapannya baik

logis maupun etis. Peneltiti boleh menanggapi yang dilihat, didengar,

dan dirasakannya. Peneliti diberi kebebasan dalam pendeskripsiannya,

(dalam Putra, 2011:123).

Catatan/ anekdota didapatkan pada saat peneliti melakukan

wawancara dan pengobservsian terhadap subjek pada saat subjek

menjalankan aktifitas sehari-hari dalam panti asuhan. Catatan yang

digunakan berupa catatan deskriptif. Dengan melihat keadaan yang

sebenarnya dari pihak subjek tanpa adanya tanggapan dari peneliti.

4. Kode (Cooding)

Kode menurut Miles dan Huberman (dalam Ahmad, 2014: 209),

adalah etiket atau label untuk menandai unit-unit makna pada

informasi deskriptif atau inferensial yang disetujui selama suatu kajian.

Menurut Ahmad (2014: 210), pengkodean data adalah pekerjaan yang

berat dari penumpukan data mentah ke dalam tumpukan yang dapat

dikelola. Pembuatan kode merupakan tahapan terpenting pada

penelitian kualitatif, maka langkahnya harus dilakukan secara disiplin.

(47)

a. Catatan Awal

Catatan awal adalah hasil pengumpulan data selama peneliti berada

di lapangan. Menurut Spradley (dalam Ahmad, 2014: 220) disebut

sebagai catatan singkat, yakni catatan yang dibuat saat itu (pada

saat peneliti sedang mengobservasi dan wawancara). Saat peneliti

melakukan pencatatan, biasanya di tulis dengan

singkatan-singkatan agar dapat mengejar informasi dari subjek, sehingga

perlu diperhatikan dengan memberi tanda pada

singkatan-singkatan yang di tulis oleh peneliti.

b. Catatan Lanjut

Menurut spradley (dalam Ahmad, 2014: 221) catatan ini disebut

sebagai catatan yang diperluas, yakni catatan yang dibuat segera

mungkin setelah melakukan observasi dan wawancara di lapangan.

Peneliti menyempurnakan catatan awal dengan pembetulan

huruf-huruf atau singkatan-singkatan yang digunakan, sehingga kalimat

tersebut lebih terlihat komunikatif.

c. Penulisan Transkrip dan Pemberian Kode

Crewell (dalam Ahmad, 2014: 223), mengemukakan bahwa

penghimpunan data lapangan peneliti menghimpun teks atau

kata-kata melalui wawancara dengan subjek atau dengan menulis

catatan selama observasi. Prosedur yang paling lengkap adalah

memiliki seluruh wawancara dan semua catatan lapangan yang

(48)

audiotape atau catatan lapangan ke dalam data teks. Peneltiti

biasanya memindah hasil rekaman audiotape ke dalam komputer

atau menggunakan tulis tangan dahulu lalu memindahkan kedalam

komputer.

Proses pemberian kode terhadap data ( informasi) atau teks,

yaitu dengan mengetik atau mengkopi dari teks yang sudah diketik

dalam komputer. Formatnya dengan membuat tabel yang berisi

kolom nomor baris dan kolom data teks. Nomor baris menunjukkan

tentang posisi kutipan informasi (data). Nomor baris memiliki

fungsi mempermudah bagi peneliti atau orang lain untuk

menelusuri posisi informasi (data) dalam transkrip.

d. Membuat Kode

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengkodean. Peneliti

memenggal teks dari tumpukan teks yang sangat banyak dan

dipindahkan /diletakkan pada unsur-unsur kategori atau klarifikasi

tertentu sesuai dengan fokus penelitian. Peneliti, pada tahapan ini

membuat format kategori data, sehingga peneliti mudah untuk

mengetahui teks-teks tertentu yang diperlukan untuk kepetingan

analisis. Menurut Silverman (dalam Ahmad, 2014: 228),

kategori-kategori digunakan dengan cara yang terstandar, sehingga peneliti

(49)

E. Validasi Data

Validasi data menggunakan triangulasi. Menurut Lexy (dalam Tohirin

2012: 76) Triangulasi adalah membandingkan dan meninjau kembali tingkat

kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui orang yang berbeda.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kebenaran data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian (Moleong, 2004:330). Triangulasi ini selain digunakan untuk

mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi

juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,

karena itu triangulasi bersifat reflektif, Denzin (dalam Moleong, 2004).

Validasi data dengan menggunakan trianggulasi mendapatkan informasi

dari pihak-pihak lain yang berkaitan dengan konsep remaja yatim piatu

tentang keluarga. Informasi didapatkan melalui wawancara dengan pimpinan

panti asuhan, pamong panti asuhan, karyawan panti, teman subjek, serta

data-data yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari subjek.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu pencarian pola-pola dalam data, yaitu

perilaku yang muncul, objek-objek, atau badan pengetahuan, (Neuman dalam

Ahmad, 2014: 229). Menurut Bogdan & Biklen (dalam Ahmad, 2014: 230)

analisis data merupakan suatu proses penyelidikan dan pengaturan secara

sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan material-material lain.

Prosedur analisis data kualitatif menurut Patton (dalam Ahmad, 2014: 230),

(50)

memungkinkan studi yang mendalam tentang kasus-kasus ini. Kasus dapat

berupa individual, program, institusi, atau kelompok.

Alur analisis data:

Data

Verbatim Penggolongan

n

Coding

Analisis data menurut:

1. Aspek Fungsi Keluarga: a. Fungsi Reproduksi b. Fungsi Ekonom i c. Fungsi Sosialisasi

d. Fungsi Peraw at an Kesehat an e. Fungsi Afekt if

T

E

O

R

(51)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Terdiri dari tempat pelaksanaan penelitian. Jadwal pertemuan dengan subjek. Data tentang subjek. Pembahasan mengenai konsep remaja yatim piatu tentang keluarga pada subjek 1 dan subjek 2.

A. Subjek 1

1. Penghimpunan Data Subjek

a. Deskripsi Umum Kasus

Nama : John (nama samaran)

Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 6 Desember 2000

Asal Daerah : Semarang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 14 tahun

Agama : Katolik

(52)

Anak ke- : 2 dari 3 bersaudara

Pendidikan Terakhir : SD

Sekolah : SMP

Cita-cita : Peneliti Fosil

Hobby : Berenang

Penampilan Fisik : Tinggi badan ± 152cm, berat badan ± 45kg, kulit sawo matang, rambut pendek tebal lurus, bentuk wajah lancip, mata bulat, bibir tebal, hidung pesek.

Penampilan Psikis : Ramah, terbuka, banyak bicara, peduli.

Sumber Informasi : Subjek, pimpinan panti, karyawan

b. Analisis

1) Latar Belakang Kehidupan Keluarga

(53)

Peneliti: “John, menurutmu keluarga tuh apa ta?”

Subjek: “ keluarga itu merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan pada kita untuk mengasuh dan merawat anak-anaknya supaya bisa menjadi orang yang dapat dipercaya. (W/S1/PERS-PART/001-005)

John saat di tanya tentang ayahnya dia menjawab dengan menundukkan kepalanya dan mengeluarkan keringat yang lumayan banyak, karena menurut John ayahnya sudah lama meninggal dan itu saat John masih kecil jadi John kurang mengingat kebersamaan dengan ayahnya, walaupun John hanya merasakan sebentar kebersamaan dengan ayahnya tetapi John sangat menyayangi dan bersyukur memiliki ayah.

Peneliti : “Kalau mbak boleh tau, sosok ayah menurutmu tuh kayak apa sih?”

Subjek : “Ayah tu ya, kepala keluarga dan selalu menjalin cinta di dalam keluarganya.”

Peneliti : “Kamu deket sama ayahmu?”

Subjek: “engga sih mbak, karena ayah meninggal waktu aku kecil tapi yang paling aku inget itu ketika aku jatuh ayah yang gendong nolongin aku terus bawa aku ke rumah sakit. Rasanya seneng banget mbak.” (W/S1/PERS-PART/006-016)

(54)

John ibunya merupakan wanita yang hebat dan luar biasa yang telah mebesarkan anak-anaknya sendiri tanpa ayah John. Ibu John juga selalu memberi kebutuhan John walaupun John tidak berasal dari keluarga yang mampu. John sangat sayang kepada ibunya.

Peneliti : Sekarang mbak nanya ke kamu, kalau sosok ibu menurutmu gimana?”

Subjek : Ibu itu bagiku harta yang takkan aku lupakan. Walaupun orang tuaku udah gak ada, ibu lah yang merawat sampai sekarang ini.”

Peneliti : “kamu deket ya sama ibumu?”

Subjek: “ iya mbak, soalnya ibu udah kasih perhatian aku sama sayang sama aku. Aku seneng dulu waktu ibu pas meluk aku rasanya seneng sama nyaman banget mbak.” (W/S1/PERS-PART/017-025)

Berdasarkan daftar nama penghuni panti asuhan dan hasil wawancara dengan karyawan panti. Kakak John juga merupakan anak panti asuhan. Kakak John sekarang bersekolah di sebuah SMK di Muntilan. Kakak John beberapa kali terlibat dengan kasus-kasus, sehingga John kurang merespon kakaknya, walaupun demikian John tetap menyayangi kakaknya.

Peneliti : “kalau kakak itu menurutmu apa?” Subjek :” kakak tuh orang yang lebih tua dariku.” Peneltiti : “kamu sayang sama kakakmu?”

(55)

Adik John saat ini tinggal di Semarang dengan budhenya. Saat ini adik John bersekolah di TK yang berlokasi di Semarang. John sangat sayang dengan adiknya karena menurut John adiknya mirip dengan ibunya. Pada saat John di tanya dari anggota keluarga yang paling ingin ditemui saat ini ialah adiknya.

Peneliti : “ kalau adik itu menurutmu apa?”

Subjek : “kalau adik bagiku orang yang lebih muda di banding dariku aku juga manyayangi adikku seperti sayang orang tua.” (W/S1/PERS-PART/029-032)

Peneliti : “ kenapa kamu menyayangi adikmu seperti menyayangi orang tuamu.”

Subjek: “ karena adik ku mirip banget sama ibu jadinya aku sayang adikku.” (W/S1/ALAS-PART/033-034)

2) Lingkungan Fisik, Sosio- Ekonomi dan Sosio Kultural

(56)

adik dan keluarga yang ada di Semarang tetapi demi pendidikan John, maka John tinggal di panti asuhan.

Peneliti: “ apa kamu merasa nyaman tinggal di panti asuhan?” Subjek:” ya.. gimana ya mbak nyaman ga nyaman. Aku kan tinggal di sini biar aku bisa melanjutkan sekolahku, sebetulnya aku pengen tinggal bersama dengan adik ku di Semarang. (W/S1/ALAS-PART/035-041)

Lingkungan fisik subjek yang berada di panti asuhan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi subjek. Subjek sendiri tidak tinggal bersama kedua orang tuanya melainkan bersama dengan penghuni panti asuhan yang diasuh oleh pimpinan dan pamong panti asuhan, sehingga uang jajan subjek di dapatkan dari pimpinan panti pada saat subjek terlibat dalam acara-acara tertentu. Tetapi sehari-hari subjek di beri uang jajan oleh salah satu anggota keluarganya yang bekerja sebagai karyawan di panti, agar subjek tetap bisa jajan seperti teman-teman yang lainnya.

(57)

dilakukan oleh subjek, sehingga subjek harus melakukan semua yang terdapat pada aturan dan tugas di panti. Peraturan dan tugas di panti asuhan di buat untuk membuat setiap anak panti menjadi lebih displin dan tidak malas-malasan. Saat di tanya tentang aturan dan tugas di panti subjek menjawab berat menjalaninya tetapi semua harus dilakukan supaya saya dapat belajar.

3) Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

John tumbuh secara normal. Ia tidak memiliki penyakit yang di dideritanya, hanya beberapa kali John sakit panas, pusing batuk, mual saat cuaca-cuaca terntentu. Nafsu makan John juga terlihat baik-baik saja sesuai dengan tahap perkembangan fisiknya saat ini.

4) Perkembangan kognitif

(58)

tinggal kelas atau tidak naik kelas. Berikut kutipan wawancara dengan John.

Peneliti: “Bagaimana dengan prestasimu saat di sekolah?

John: “hehehe.. ya lumayan mbak” (W/S1/PERS-PART/039-041)

5) Perkembangan Sosial dan Status Sosial Saat Ini

John merupakan anak yang mudah untuk bersosialiasi tetapi dengan teman-teman tertentu saja. Saat peneliti bertanya dengan teman satu kelas subjek mengenai teman dekat subjek saat di kelas tenyata subjek hanya bergaul dengan teman-teman satu panti yang dengan subjek. Saat di panti pun subjek hanya bermain dengan teman-teman yang di bawah usianya, sering kali melihat subjek berlari-lari, bermain-main, dan bercandaan dengan teman yang usianya di bawahnya, hanya beberapa kali peneliti melihat subjek bermain dengan teman sebayanya.

(59)

6) Ciri-ciri Kepribadian

John merupakan anak yang sopan, ramah, dan banyak bicara tetapi John hanya bergaul dengan teman tertentu saja, tetapi subjek memiliki kepedulian terhadap teman-temannya terbukti saat subjek mendapatkan uang jajan subjek selalu membelikan teman-temannya makanan. Subjek juga menerima dirinya dengan baik walaupun subjek sendiri merasa dirinya memiliki kekurangan.

Subjek: “ Aku seneng kok mbak sama diriku sekarang walaupun aku pendek tapi aku bisa melakukan apa yang orang lain ga bisa karena aku ngelakuinnya dari hati mbak.” (W/S1/PERS-PART/050-054)

B. Subjek 2

1. Penghimpunan Data Subjek

a. Deskripsi Umum Kasus

Nama : Ino (nama samaran)

Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 23 September 2001

Asal Daerah : Yogyakarta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 13

(60)

Alamat : Yogyakarta

Anak ke- : 1

Pendidikan Terakhir : TK

Pekerjaan/ Sekolah : SD

Cita-cita : Pemain sepak bola

Hobby : Bermain sepak bola

Penampilan Fisik : Tinggi badan ± 150cm, berat badan ± 45kg, kulit gelap, rambut pendek tebal lurus, bentuk wajah bulat, mata bulat, bibir sedang, hidung pesek.

Penampilan Psikis : Ramah, pendiam, kurang mudah untuk berkonsentrasi.

Sumber Informasi : Subjek, pimpinan panti, karyawan.

b. Analisis

1) Latar Belakang kehidupan Keluarga

(61)

data-data dan wawancara yang dilakukan dengan Ino, bahwa Ino memahami sebuah keluarga yang utuh, dihadiri oleh seluruh anggota keluarga. Berikut kutipan wawancara dengan Ino.

Peneliti: “ Ino, menurutmu keluarga itu apa?”

Subjek: “kebersamaan mbak.. kumpul bareng, ya.. kalau pas doa sama pas makan mbak buat suasana jadi nyaman.” (W/S2/PERS-PART/001-004)

Ayah dan Ibu Ino merupakan saudara kandung, karena status ayah ibunya yang memiliki hubungan sedarah, maka saat Ino kecil diterlantarkan di daerah Kulon Progo. Ino kemudian dititipkan oleh seseorang disebuah yayasan di Yogyakarta. Ino sendiri tidak pernah melihat dan merasakan kasih sayang dari ayahnya. Saat ditanya mengenai ayahnya, Ino menjawabnya dengan singkat dan berpikir lama sekali sambil tatapannya melihat ke segala arah. Ino sendiri menjawab ayah merupakan seseorang yang memiliki peran yang tanggung jawab pada sebuah keluarganya.

(62)

saat ini Ino tidak pernah melihat dan merasakan kasih sayang ibunya. Saat di tanya tentang ibunya Ino menjawab dengan bingung dengan berpikir lama serta pandangannya yang melihat berbagai arah. Ino menjawab bahwa ibu merupakan seseorang yang memiliki tugas untuk melahirkan dan merawatnya sampai anak-anaknya bertumbuh dewasa.

Peneliti: “kalau ibu menurut pemahamanmu apa Ino?”

Subjek: “ Ibu yang telah melahirkan kita semua, menjaga sampai besar.” (W/S2/PERS-PART/008-010)

Berdasarkan hasil wawancara Ino kurang memahami mengenai kehadiran adik dan kakak karena Ino sendiri tidak mengetahui keluarga kandungnya. Ino hanya melihat hubungan kakak dan adik saat di panti asuhan, karena beberapa temannya di panti asuhan ada yang berstatus kakak dan adik. Maka saat ditanya tentang kakak dan adik Ino hanya menjawab dengan singkat. Ino sendiri memahami kakak dan adik hanya sekedar teman untuk bermain, dengan bermain Ino dapat menemukan kesenangannya.

Peneliti: “Apa yang kamu ketahui tentang kakak dan adik?” Subjek: “bermain bersama membuat seru.” (W/S2/PERS-PART/011-013)

2) Lingkungan Fisik, Sosio-Ekonomi, dan Sosio Kultural

(63)

di dalamnya terapat fasilitas yang mencukupi kebutuhan subjek. Subjek dengan lingkungannya saat ini sudah merasa seperti rumahnya sehingga subjek menemukan kenyaman dalam diri subjek untuk tinggal di lingkungan yang di tempati subjek saat ini.

Peneliti: “apa kamu merasa nyaman tinggal di panti?” Subjek: “ ya nyaman mbak.” (W/S2/PERS-PART/014-015) Peneliti: “Kenapa?”

Subjek: “ya karena di sini aku banyak temen udah aku anggep keluarga.” (W/S2/ALAS-PART/016-018)

Ino tinggal di lingkungan panti asuhan, sehingga mempegaruhi keadaan sosio-ekonomi. Ino jarang di beri uang jajan, hanya pada saat ada acara tertentu saja Ino di berikan uang jajan, setiap harinya Ino tidak pernah di berikan uang jajan. Tetapi kebutuhan sehari-hari Ino sudah di berikan oleh pihak panti asuhan.

Peneliti: “Apakah Ino sering mendapatkan uang jajan dari Bruder?”

Subjek: “Gak pernah mbak, ya Cuma kalau pas ada acara aja kayak dulu pas sekolah ngadain wisata di luar sekolah baru bruder ngasih.” (W/S2/PERS-PART/019-023)

(64)

subjek tetap menjalaninya dengan ikhlas karena memang sudah menjadi tanggung jawabnya.

3) Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Pertumbuhan jasmani Ino berkembang secara normal sesuai dengan tahap perkembangannya. Ino tidak memiliki penyakit apapun. Hanya sakit pusing, panas, batuk, pilek yang pernah Ino rasakan. Nafsu makan Ino cukup baik terbukti saat peneliti melihat Ino makan Ino mengambil dengan jumlah yang banyak melebih teman-teman satu mejanya

4) Perkembangan Kognitif

Berdasarkan hasil rapot Ino di semester I kelas IV dari sepuluh mata pelajaran Ino memiliki nilai yang tuntas sesuai dengan batas KKM sebanyak tujuh mata pelajaran, sedangkan nilai yang tidak tuntas ada tiga mata pelajaran yaitu matematika, IPA, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris. Nilai Ino yang paling tertinggi ada pada dua mata pelajaran yaitu Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani. Perkembangan Kognitif Ino tergolong lumayan sesuai dengan hasil rapot kelas IV di semster I, tetapi saat dahulu Ino kelas II pernah tidak naik kelas atau tinggal kelas. Berikut kutipan wawancara dengan Ino.

(65)

Subjek: “ya lumayan mbak.”

Peneliti: “ tapi kamu selalu naik kelas kan?”

Subjek: “Dulu pernah sekali ndak naik mbak waktu kelas II.” (W/S2/PERS-PART/024-027)

5) Perkembangan Sosial dan Status Sosial Saat Ini

Ino merupakan anak yang tidak banyak bicara. Tetapi saat dengan teman-temannya Ino mampu berkomunikasi dengan baik. Ino memiliki banyak teman walaupun Ino sendiri memiliki teman dekat yang selalu bermain bersamanya. Hubungan Ino dengan teman sebayanya cukup baik, Ino dapat bermain, bercanda, dan berkomunikasi sesuai dengan tahap perkembangannya.

Saat di tanya mengenai teman-temannya yang berada di panti Ino sangat senang karena kesehariannya Ino selalu bermain dengan mereka. Ino sudah menanggap teman-temannya dipanti asuhan sebagai keluarga. Sehingga Ino merasa nyaman saat dengan mereka.

Peneliti: “Bagaimana hubunganmu dengan teman-teman mu di panti saat ini?”

Subjek: “Baik mbak, seneng kalau pas bermain dengan mereka.” (W/S2/PERS-PART/028-030)

6) Ciri-ciri kepribadian

(66)

dan bahkan menjawab yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Saat di tanya mengenai dirinya Ino menjawab bahwa ia kurang nyaman dengan dirinya karena menurutnya dirinya dahulu pernah melaukan kesalahan yang membuatnya dirinya sekarang malu dan kurang percaya diri.

Subjek: “kurang nyaman sama mbak.. karena sering berantem sama dulu aku pernah kena masalah yang berat tapi ya udah lah mbak itu dulu.” (W/S2/PERS-PART/031-035)

C. Konsep tentang Keluarga Subjek 1 dan Subjek 2 1. Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi dalam keluarga adalah reproduksi. Fungsi ini memiliki tujuan untuk menambah keturunan dan menambah sumber daya manusia dalam sebuah keluarga. Pada diri remaja yatim piatu yang selama ini tidak tinggal bersama dengan keluarga kandungnya sendiri, memiliki konsep yang berbeda dengan konsep masyrakat pada umumnya.

(67)

perpempuan itu memiliki peranan yang berbeda dengan seorang laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

Peneliti: Bagaimana pendapatmu tentang kenyamanmu sebagai seorang laki-laki?

John: “ aku bangga mbak jadi laki-laki.. soalnya aku nyaman dengan diriku, ya.. walupun aku pendek gini mbak.. (W/S1/PERS-PART/053-057)

Peneliti: Bagaimana pendapatmu tentang seorang perempuan?

John: : “ perempuan ya mbak.. hmmm.. apa ya mbak.. perempuan itu beda tugas mbak sama laki-laki.. tugasnya tuh ngerawat anak-anaknya mbak.. (W/S1/PERS-PART/058-062)

Konsep yang dimiliki John mengenai fungsi reproduksi keluarga, memiliki pemahaman yang baik dan sesuai dengan dirinya. John menerima dirinya dengan baik dan memberi penilaian perempuan dengan membedakan tugasnya. Konsep yang dimiliki John termasuk dalam tingkat konkret, karena John mampu menjelaskan pendapat tetang dirinya dan pendapat tetang seseorang perempuan, salah satu contohnya dengan menyebutkan tugas perempuan. Menurut, Klausmeier (dalam Dahar, 2011: 50) untuk mencapai tingkat konkret apabila orang itu mengenal suatu objek yang telah dihadapinya. Dengan dimikian John dapat memilki fungsi seksualitas yang normal dengan penerimaannya sehingga akan berpengaruh pula terhadap fungsi reproduksi dalam keluarga.

(68)

bahwa dirinya sebagai laki-laki kurang membuat merasakan kenyaman dan tidak membuatnya pecaya diri. Ino saat si tanya mengenai perempuan memiliki pandangan bahwa perempuan itu memiliki kesaaman dengan laki-laki. Artinya Ino melihat perempuan itu sebagai makhluk yang sama dengan laki-laki.

Ino: “kurang nyaman sama mbak.. karena sering berantem sama dulu aku pernah kena masalah yang berat tapi ya udah lah mbak itu dulu.” (W/S2/PERS-PART/031-035)

Ino: “perempuan… hmmm.. ya sama mbak sama kayak laki-laki punya tugas yang sama.. (W/S2/PERS-PART/036-039)

Konsep Ino mengenai fungsi reproduksi keluarga, kurang dapat dapahami dengan baik. Ino kurang memahami apa saja yang menjadi peran perempuan maupun laki-laki. Ino juga kurang nyaman terhadap dirinya sebagai laki-laki, karena proses belajar yang Ino hadapi maka Ino merasakan ketidak nyamanan tersebut, sehingga menimbulkan perubahan konsep. Pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru ini dengan skema yang telah dimiliki. Hal ini terjadi karena pengalaman baru itu sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada, pernyataan tersebut dapat disebut dengan akomodasi (Suparno: 2000).

2. Fungsi Ekonomi

(69)

mengenai bagaimana ketika mereka diberi uang jajan dan barang seperti pakaian oleh keluarganya. John saat ditanya menegenai hal tersebut merasakan kesenangan, artinya John merasa bahwa dirinya masih diperhatikan oleh keluarganya walapun keluarga intinya telah tiada.

Peneliti: Bagaimana menurutmu ketika kamu dibelikan baju baru? John: ”dulu tuh pernah mbak di beliin budhe baju.. soalnya mereka tuh sayang terus perhatian sama aku mbak. (W/S1/ALAS-PART/063-067) Peneliti: Bagaimana pendapatmu ketika kamu diberi uang jajan? John: “ aku suka dikasih uang buat jajan sama budhe, tante, sama keluargaku yang lainnya juga mbak.. ya karena itu tadi mbak mereka sayang dan perhatian sama aku.. (W/S1/ALAS-PART/068-073)

Karyawan 1: “ John memang sering saya beri uang jajan karena saya kasihan kalau liat John ga jajan, kadang John suka ngomong ke saya kalau laper apalagi habis pulang sekolah. Tapi kadang-kadang uang jajan John habis buat menraktir teman-temannya dan John memang sering nabung tapi kalau pas balik ke Semarang dia lagi-lagi menraktir teman-temannya di rumah dan menraktir adik dan kakaknya.” (W/T/PERS-PART/026-032)

Konsep John mengenai fungsi ekonomi keluarga didapat dari pengalaman John saat dahulu pernah diberi uang saku dan dibelikan baju oleh budhe dan tantenya. Kedua hal tersebut menimbulkan perasaan senang pada

(70)

ekonomi pada tahap tingkat kualifikasi. Tingkat kualifikasi merupakan tingkat seseorang mengenal perasaan dari sua contoh yang berbeda dati objek yang sama (Dahar: 2011).

Jawaban Ino saat ditanya dengan pertanyaan yang sama. Ino menjawab bahwa dirinya senang jika diberikan uang dan pakaian oleh keluarganya. Artinya Ino sangat senang jika Ino diberi uang dan pakaian oleh keluarga terutama keluarga intinya, walaupun sampai saat ini Ino memang tidak pernah mendapatkannya. Berikut kutipan wawancara dengan Ino.

Ino: “Aku ndak pernah dibeliin baju kok mbak.. tapi kalau aku dibeliin baju ya mesti seneng mbak.. kayak disayang mbak aku jadinya..” (W/S2/PERS-PART/040-044)

Ino: “Aku juga ndak pernah di kasih uang jajan.. ya kalau sama bruder tuh kadang-kadang kalau pas ada acara dari sekolah wisata keluar itu mbak.. aku sih seneng-seneng aja mbak kalau di kasih..” (W/S2/PERS-PART/045-050)

(71)

dan diberi uang jajan. Konsep yang dimiliki Ino terdapat pencapain tingkat konkret, dimana seseorang dapat mengenal dan menjelaskan suatu objek yang dihadapinya (Dahar: 2011).

3. Fungsi Sosialisai

Sosialisasi dalam keluarga memiliki peran yang memberikan sebuah hubungan yang positif atau pun negatif. Seseorang tanpa bersosialisasi tidak dapat menjalin relasi termasuk relasi dengan keluarga. Pertanyaan yang diutarakan oleh kedua subjek mengenai kebiasaan yang dilakukan saat di rumah dan mengenai konsep subjek menegani tugas rumah yang dengan cara diperingatkan oleh orang tua. Kedua subjek menjawab bahwa kebiasaan mereka saat dirumah kurang dilandasi kesadaran dalam diri dan mereka lebih sering memilih untuk bermain daripada membantu kedua orang tua mereka. Artinya mereka tidak berinisiatif dalam membantu orang tua mereka. Berikut kutipan wawancara dengan kedua subjek.

Peneliti: Bagaimana pendapatmu tentang kebiasaanmu yang dilakukan saat di rumah?

John: “Aku kalau di rumah ya cuma main, nonton tv, kadang bantu orang tua, kadang ya bantu budhe juga mbak, tapi semua kadang-kadang mbak. Hehehehe...” (W/S1/PERS-PART/074-078)

Peneliti: Bagaimana menurutmu jika tugas rumah dilaksanakan dengan cara diperingatkan oleh orang tua dahulu?

(72)

Ino: “ya bantu-bantu bersih-bersih mbak..(W/S2/PERS-PART/051-053)”

Ino: “seringnya di suruh mbak..” (W/S2/PERS-PART/054-057)

Subjek pertama yaitu John, memiliki konsep terhadap sosialisai sesuai dengan apa yang menjadi pengalamannya dahulu dan sekarang. Saat John dahulu tinggal bersama orang tuanya dan sekarang saat John pergi ke Semarang tepatnya di rumah budhenya. Perilaku malas membantu tugas rumah dan kebiasaan John yang hanya main, menonton tv saat dirumah sama-sama John tunjukan, baik dahulu saat John saat bersama-sama dengan orang tuanya atau pun sekarang ini bersama dengan budhenya, karena tidak ada kesadaran dalam diri John. Konsep sosialisasi yang dimiliki John merupakan tingkat klasifikasi yaitu tingkat seseorang dapat menyebutkan persamaan dari contoh yang berbeda dari objek yang sama (Dahar: 2011). John dapat menyebutkan perasamaan perasaan dan kegiatan yang sama saat dahulu tinggal dengan orang tuanya ataupun sekarang saat tinggal dengan budhenya.

Sedangkan subjek kedua yang bernama Ino memiliki konsep tentang fungsi sosialisai saat dirumah ialah dengan membantu bersih-bersih dan disuruh saat melaksanakan tugas rumah. Jawaban yang diutarakan Ino tersebut berdasarkan pengalaman Ino saat di panti saja karena selama ini Ino tidak pernah pulang ke rumah atau ke yayasan saat dulu Ino dititipkan. Berikut kutipan wawancara dengan salah satu karyawan panti.

(73)

(“Mas, Si Ino itu tidak pernah pulang kerumah pa?”)

Karyawan 2: “Ra tau lah.. arep balik ndi wong ra nduwe omah ket awal kan ya mung dititipne..” (W/K/PERS-PART/001-003)

(“Ya gak pernah lah.. mau pulang kemana kan dari awal ga punya rumah, cuma dititpin..)

Ino dapat menjelaskan fungsi sosialiasi dengan menjelaskan tugas-tugas saat dirumah tetapi Ino tidak dapat menggambarkan secara nyata bagaimana tugas tersebut dilaksankan dan saat orang tuanya menyuruhnya untuk melaksanakan tugas rumah tersebut, karena konsep Ino hanya dimiliki saat Ino di panti saja. Pemahaman konsep Ino tehadap fungsi sosialisasi berada pada tingkat konkret karena Ino hanya dapat menjelaskan saja. Tingkat konkret dapat dicapai bila seseorang dapat menjelaskan dan mengenal suatu objek yang telah dihadapinya.

4. Fungsi Perawatan Kesehatan

(74)

Berikut kutipan wawancara mengenai fungsi perawatan keluarga dengan kedua subjek.

Peneliti:”Bagaimana menurutmu John ketika melihat salah satu anggota keluargamu sakit?”

John: “Sedih, karena mereka harus merasakan sakit mbak.. ya mungkin aku cuma bisa doain..” (W/S1/PERS-PART/084-087)

Peneliti: Kalau pas kamu sakit terus kamu di rawat kedua orang tuamu, bagaimana menurutmu?”

John: “Seneng mbak soalnya mereka sayang aku, njaga aku, ngrawat aku.. (W/S1/PERS-PART/088-091)

Peneliti: Ino.. mbak mau tanya kalau ada salah satu anggota keluargamu yang sakit, bagaimana menurutmu?

Ino: “ya.. Sedih mbak kalau keluarga sakit soalnya butuh biaya banyak.. aku sih cuma doain aja..” (W/S2/PERS-PART/058-061) Peneliti:”Sekarang kalau Ino yang sakit terus dirawat sama kedua orang tuamu, bagaimana menurutmu?”

Ino: “Seneng mbak.. soalnya dirawat sama dijaga..” (W/S2/PERS-PART/062-064)

Gambar

Tabel 1. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek dan kedua karyawan
Tabel 2. Pertanyaan Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan:(1) mendeskripsikan tingkat kemampuan berempati mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan teknik self instruction untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi lisan dalam proses pembelajaran pada

Item yang termasuk dalam kategorisasi rendah yaitu pada nomor 6 “Ketika saya di kecewakan saya seringkali mengingat hal-hal yang membuat saya semakin gelisah”, 24 “Saya

Dosen pembimbing akademik sebagai orangtua mahasiswa dikampus hendaknya memberi perhatian yang lebih pada mahasiswa yang berperilaku konsumtif berpacaran dengan mengetahui

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah analisis minat para konsumen yang ada di UIN Sultan Syarif Kasim Riau khususnya mahasiswa program studi ekonomi syariah

merupakan solusi dari persamaan diferensial.. 3) Kurang memahami ciri-ciri dari jenis persamaan diferensial orde satu yaitu persamaan diferensial separabel, homogen,

Judul usulan topik program peningkatan dukungan orang tua terhadap belajar anak pada siswa kelas VIII SMP Negeri 31 Purworejo tahun ajaran 2017/2018 yang relevan,