KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT
akhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Dumai Tahun 2016-2021 dapat diwujudkan.
Kiranya RENSTRA ini dapat menjadi sarana bagi Kota Dumai
untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, baik aparatur,
tenaga pendidik dan kependidikan, maupun lembaga pendidikan
yang mampu membangun manusia yang beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, berkepribadian tinggi, serta mandiri.
Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan hasrat mulia
tersebut RENSTRA ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber
daya yang ada yang akan difokuskan pada: 1). Pemerataan dan
perluasan akses pendidikan; 2). Peningkatan mutu, relevansi, dan
daya saing; dan 3). Peningkatan tata kelola pemerintahan,
akuntabilitas, dan pencitraan publik seluruh jajaran pendidikan.
Upaya untuk mewujudkan hasrat tersebut bukanlah hal
yang mudah. Oleh karena itu, diperlukan tekad yang kuat,
kerjasama yang baik, dengan tindakan yang sungguh-sungguh
dari pemerintah kota, satuan pendidikan, dan unsur masyarakat
lainnya.
Akhirnya dengan rampungnya RENSTRA ini, kami masih
mengharapkan saran, dan masukan dari semua pihak, demi
suksesnya capaian seluruh target yang telah diprogramkan dalam
RENSTRA ini.
Dumai, September 2016
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kemerdekaan memberikan janji kepada seluruh anak
bangsa lintas generasi, seperti yang dinyatakan dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial .
Janji adalah sesuatu yang harus dilunasi. Janji
kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
menempatkan pembangunan pendidikan dan kebudayaan menjadi
isu pokok dan agenda utama tiap periode pemerintahan. Janji
kemerdekaan untuk memajukan kesejahteraan umum lebih
memperkuat keniscayaan itu. Arti penting pembangunan
pendidikan dan kebudayaan juga merupakan pelaksanaan amanat
konstitusi yang secara lugas dinyatakan dalam berbagai pasal.
Pasal 28c, ayat (1), UUD 1945 menyatakan bahwa "setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
Pasal 31 menyatakan pemerintah wajib memajukan
pendidikan dengan mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang,
memprioritaskan anggaran pendidikan serta memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia. Upaya melunasi janji kemerdekaan
dan kesungguhan melaksanakan amanat konstitusi terkait dengan
pendidikan semakin didukung oleh perundang-undangan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidkan dan
Kebudayaan Kota Dumai Tahun 2016-2021 merupakan penjelasan
tentang visi, misi, tujuan, strategis kebijakan, program, dan
kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di Kota
Dumai dalam lima tahun ke depan. Program Pembangunan
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai diarahkan pada efesiensi
dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan agar secara efektif dapat
memacu peningkatan mutu, relevansi pendidikan dan daya saing,
serta pemerataan kesempatan belajar secara berkelanjutan.
RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
Tahun 2016 2021 akan menjadi acuan untuk penetapan
kebijakan pendidikan, kebudayaan dan perencanaan program
tahunan dan jangka menengah lima tahun ke depan. Selain itu
karena RENSTRA ini merupakan perencanaan pendidikan dan
kebudayaan yang tak dapat dipisahkan dari Program
Pembangunan Daerah Kota Dumai.
I.2. Landasan Hukum
RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
disusun dengan mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025)
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
Nomor 2440, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4585);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4693);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 3)
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
25. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Riau
Tahun 2014-2018.
26. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Rencana Jangka Panjang Daerah Kota Dumai Tahun
2005-2025.
I.3. Maksud dan Tujuan
Secara umum penyusunan RENSTRA Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Dumai 2016-2021 dimaksudkan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan sekaligus untuk memacu dan
mempercepat pencapaian dan pelaksanaannya.
Sedangkan tujuannya adalah:
1. Memberikan arah kebijakan pendidikan dan kebudayaan Kota
Dumai khususnya pada periode 2016-2021.
2. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana program
tahunan pengembangan pendidikan dan kebudayaan di Kota
Dumai
3. Sebagai pedoman dalam mencapai target capaian
(keberhasilan) pengembangan pendidikan dan kebudayaan di
Kota Dumai.
I.4. Sistematika Penulisan
RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
2016-2021 disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai
berikut :
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA DUMAI
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Dumai
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Dumai
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan
Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Dumai
3.2. Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Terpilih
3.3. Telaah Renstra K/L dan Renstra
3.4. Penentuan Isu-Isu Strategis
4.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Dumai
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Dumai
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
1. Tugas
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
mempunyai tugas melaksanakan kewenangan di bidang
pendidikan dan kebudayaan dalam merumuskan
kebijaksanaan, mengkoordinasikan, membina, dan
mengendalikan program pendidikan, kebudayaan dan
tenaga kependidikan serta melaksanakan tugas-tugas lain
yang diberikan oleh Walikota Dumai.
2. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagai mana tersebut di
atas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
mempunyai fungsi :
1) Perumusan kebijaksanaan di bidang pendidikan
dan kebudayaan;
2) Pembinaan dan pengendalian pendidikan pra
sekolah dan luar sekolah;
3) Perencanaan, pengendalian, pembinaan,
pengurusan dan pengawasan pendidikan dasar;
4) Perencanaan, pengendalian, pembinaan,
pengurusan, dan pengawasan manajemen
5) Perencanaan, pengendalian, pembinaan,
pengurusan dan pengawasan tenaga
kependidikan;
6) Pembinaan dan pengendalian kurikulum dan
muatan lokal;
7) Pembinaan dan pengawasan teknis edukatif dan
administratif kepada unsur terkait dengan bidang
pendidikan dan kebudayaan;
8) Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan
ketatausahaan;
9) Perumusan Kebijakan peningkatan mutu
pendidikan dan kebudayaan.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Dumai dimuat dalam Peraturan Walikota Dumai Nomor 48 Tahun
2016 tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kota Dumai. Struktur Organisasi Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, terdiri dari:
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris;
3. Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal,
Informal, Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus;
4. Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar;
5. Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama;
6. Kepala Bidang Kebudayaan.
Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan dibantu oleh Sekretaris dan Kepala
Bidang. Sekretaris dan Kepala Bidang Dibantu oleh Kepala
1). Sekretaris dibantu oleh Kepala Subbagian terdiri dari :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;
b. Kepala Sub Bagian Perencanaan;
c. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Aset.
2). Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal,
Informal Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus dibantu
oleh Kepala Seksi terdiri dari :
a. Kepala Seksi Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman
Kanak-Kanak;
b. Kepala Seksi Pendidikan Non Formal dan Informal;
c. Kepala Seksi Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus.
3). Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar dibantu oleh:
a. Kepala Seksi Kurikulum, Peserta Didik dan Kelembagaan
Sekolah Dasar;
b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Sekolah Dasar;
c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah
Dasar.
4). Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dibantu
oleh:
a. Kepala Seksi Kurikulum, Peserta Didik dan Kelembagaan
Sekolah Menengah Pertama;
b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama;
c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama.
5). Kepala Bidang Kebudayaan dibantu oleh Kepala Seksi terdiri
dari:
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON INFORMAL, INFORMAL, PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN
KHUSUS
BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERATAMA
2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai Dalam upaya akselerasi pelaksanaan program dan kegiatan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai dibantu oleh 60
personel. Dengan kualifikasi pendidikan, S-2 sebanyak 9 orang,
S-1 sebanyak 34 orang, D-III sebanyak 1 orang, D-II sebanyak 2
orang dan SMA sebanyak 14 orang. Komposisi PNS menurut
Pangkat dan Golongan dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel II.1
Jumlah PNS Menurut Pangkat dan Golongan Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
No. PANGKAT GOL. RUANG JUMLAH
1.
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
dan kebudayaan Kota Dumai berdasarkan aspek-aspek yakni
kondisi akses; mutu, relevansi, dan daya saing; dan tata kelola
dan good governance.
Setelah itu kondisi masing-masing jenjang pendidikan juga
akan dipaparkan berdasarkan aspek-aspek sebagai mana
disebutkan di atas. Hal ini penting untuk dapat melihat kondisi
pendidikan secara lebih jelas di masing-masing jenjang pendidikan
tersebut.
2.3.1. Akses Pendidikan di Kota Dumai
Ketersediaan akses pendidikan ditunjukkan dengan
keberadaan lembaga pendidikan formal dan nonformal di Kota
Dumai. Dari tabel di bawah terlihat persebaran TK/PAUD, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA/SMK negeri dan swasta berdasarkan
kecamatan, sebagai berikut:
Tabel II.2
Jumlah Lembaga TK/PAUD Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN TK/PAUD
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 2 16 18
2 Dumai Barat - 20 20
3 Dumai Kota - 21 21
4 Dumai Selatan - 25 25
5 Dumai Timur 1 38 39
6 Medang Kampai 1 7 8
7 Sungai Sembilan - 19 19
Tabel II.3
Jumlah SD/MI Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN SD/MI
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 15 3 18
2 Dumai Barat 9 3 12
3 Dumai Kota 5 4 9
4 Dumai Selatan 10 4 14
5 Dumai Timur 20 6 26
6 Medang Kampai 7 1 8
7 Sungai Sembilan 19 1 20
JUMLAH 85 22 107
Sedangkan persebaran satuan pendidikan pada tingkatan
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Kota Dumai (per kecamatan)
dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel II.4
Jumlah SMP/MTs Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN SMP/MTs
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 6 7 13
2 Dumai Barat 2 7 9
3 Dumai Kota 1 3 4
4 Dumai Selatan 3 5 8
5 Dumai Timur 3 7 10
Tabel II.5
Jumlah SMA/MA/SMK Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN SMA/MA/SMK
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 2 5 7
2 Dumai Barat 2 3 5
3 Dumai Kota 1 3 4
4 Dumai Selatan 4 6 10
5 Dumai Timur 1 6 7
6 Medang Kampai 1 1 2
7 Sungai Sembilan 2 2 4
JUMLAH 13 16 39
Ketersediaan sarana belajar pendidikan berupa lembaga
satuan pendidikan di tiap kecamatan sebagaimana tabel di atas
juga dapat menggambarkan persebaran siswa per jenjang
pendidikan per kecamatan.
Tabel di bawah ini menunjukan persebaran siswa di
masing-masing kecamatan tersebut khususnya pada jenjang pendidikan
Tabel II.6
Jumlah Siswa TK/PAUD Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN TK/PAUD
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 47 2.604 2.651
2 Dumai Barat - 1.846 1.846
3 Dumai Kota - 2.398 2.398
4 Dumai Selatan - 1.904 1.904
5 Dumai Timur 74 3.236 3.310
6 Medang Kampai 65 353 418
7 Sungai Sembilan - 1.420 1.420
JUMLAH 186 13.761 13.947
Tabel II.7
Jumlah Siswa SD/MI Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN SD/MI
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 5.929 405 6.334
2 Dumai Barat 4.205 285 4.490
3 Dumai Kota 2.457 1.834 4.291
4 Dumai Selatan 5.282 915 6.197
5 Dumai Timur 8.579 1.877 10.456
6 Medang Kampai 1.698 108 1.806
7 Sungai Sembilan 5.033 98 5.131
Sedangkan persebaran siswa pada tahun 2015 berdasarkan
jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Kota Dumai
(per kecamatan) dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel II.8
Jumlah Siswa SMP/MTs Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN SMP/MTs
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 1.777 594 2.371
2 Dumai Barat 1.740 768 2.508
3 Dumai Kota 873 829 1.702
4 Dumai Selatan 2.008 1.588 3.596
5 Dumai Timur 2.019 959 2.978
6 Medang Kampai 459 32 491
7 Sungai Sembilan 1.221 247 1.468
JUMLAH 10.097 5.017 15.114
Tabel II.9
Jumlah Siswa SMA/MA/SMK Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015
NO KECAMATAN SMA/SMK/MA
NEGERI SWASTA JUMLAH
1 Bukit Kapur 1.549 148 1.697
2 Dumai Barat 1.743 68 1.811
3 Dumai Kota 116 1.377 1.493
4 Dumai Selatan 3.394 2.608 6.002
5 Dumai Timur 909 423 1.332
6 Medang Kampai 296 23 319
7 Sungai Sembilan 1.199 90 1.289
Dapat kita lihat bahwa pada tingkat pendidikan SD dengan
jumlah murid lebih banyak berada di Kecamatan Dumai Timur
dan Kecamatan Dumai Barat. Di samping jenjang pendidikan SD,
SMP, dan SMA, pada tingkat TK didominasi oleh sekolah swasta.
Hal ini menunjukan tingginya partisipasi pihak swasta dalam
pengelolaan pendidikan di Kota Dumai.
Untuk lebih jelasnya menggambarkan kondisi ketersediaan
akses pendidikan di Kota Dumai, berikuti dipaparkan beberapa
indikator akses pendidikan seperti angka partisipasi kasar (APK),
rasio ruang kelas per siswa, dan rasio rombongan belajar per
siswa.
1. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka partisipasi kasar (APK) adalah perbandingan antara
penduduk usia sekolah di daerah tertentu dengan jumlah siswa
usia sekolah yang tertampung di sekolah. Berdasarkan data Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Dumai penduduk usia 4-6
tahun di Kota Dumai tahun 2015 berjumlah 17.277 jiwa,
sedangkan jumlah siswa TK/PAUD se-Kota Dumai saat ini
berjumlah 13.947 orang. Dengan demikian APK TK Kota Dumai
adalah 80,73%.
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota
Dumai sebenarnya cukup cepat. Tahun 2014 terdata sebanyak 75
TK/RA di Kota Dumai, dan pada tahun 2015 angka itu bertambah
menjadi 150 TK/PAUD. Jumlah anak usia sekolah 4-6 tahun yang
pendidikan yang dibangun oleh Pemerintah Kota Dumai dan
Masyarakat mempengaruhi tingginya APK TK/PAUD saat ini.
Pertumbuhan jumlah sekolah TK/RA mayoritas digerakkan
oleh sektor swasta yang mana sekolah-sekolah tersebut memiliki
daya tampung yang masih cukup terbatas. Jumlah TK Negeri di
Kota Dumai saat ini hanya 4 (empat) sekolah yakni di Kecamatan
Dumai Timur, Medang Kampai dan Bukit Kapur. Diharapkan ke
depan Kota Dumai memiliki TK Negeri minimal 1 (satu) per
kecamatannya, sehingga masih dibutuhkan pembangunan sekolah
baru di Kecamatan Dumai Barat, Dumai Selatan, Dumai Kota dan
Sungai Sembilan. Dengan demikian diharapkan kehadiran TK
Negeri tersebut dapat berfungsi sebagai pembina TK/PAUD swasta
yang ada di kecamatan masing-masing.
Oleh karena itu untuk meningkatkan akses pendidikan
PAUD Formal (TK/RA) yang dilakukan ke depan adalah dengan
mencanangkan pembangunan TK Negeri di setiap kecamatan yang
belum memiliki TK Negeri. Diharapkan dalam 5 tahun ke depan
hal tersebut telah terwujud baik melalui APBD Kota Dumai,
Provinsi, dan Pusat.
Pada jenjang pendidikan tingkat SD/MI, jumlah penduduk
usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai tahun 2015 sebanyak
33.854 jiwa. Sedangkan jumlah siswa SD/MI se-Kota Dumai
34.998 orang. Dengan demikian APK tingkat SD/MI adalah
103,38%.
Untuk tingkat SMP/MTs, jumlah penduduk usia sekolah
13-15 tahun di Kota Dumai adalah 15.134 jiwa, sedangkan jumlah
siswa tingkat SMP/MTs 13.058 orang. dengan demikian APK
Jika dilihat dari APK tingkat SD/MI dan SMP/MTs secara
umum memang dapat dikatakan bahwa Kota Dumai telah berhasil
dalam menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun. Namun jika kita lihat APK per kecamatan maka terdapat
disparitas yang cukup siqnifikan antar kecamatan. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.10
APK SD/MI DAN SMP/MTs PER KECAMATAN
No Kecamatan
1 Bukit Kapur 5.471 5.355 97,88 2.423 1.795 74,08 2 Dumai Barat 4.674 4.585 98,10 2.060 1.923 93,35
3 Dumai Kota 5.168 4.112 79,57 2.331 2.063 88,50
4 Dumai Selatan 5.437 5.325 97,94 2.467 3.030 122,82 5 Dumai Timur 7.325 9.706 132,51 3.335 2.833 84,95
6 Medang Kampai 1.465 1.612 110,03 591 262 44,33
7 Sungai Sembilan 4.315 4.304 99,75 1.927 1.153 59,83
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa aktifitas pendidikan
dasar tingkat SD/MI di Kota Dumai terkonsentrasi pada
Kecamatan Medang Kampai dan Dumai Timur, sedangkan untuk
tingkat SMP/MTs banyak terkonsentrasi di Kecamatan Dumai
Selatan. Hal ini dikarenakan persebaran sekolah SMP/MTs yang
lebih banyak berada di Dumai Selatan sehingga penduduk usia
sekolah dari kecamatan lain bersekolah di Dumai Selatan. Oleh
karena itu kecamatan lainnya terutama Sungai Sembilan masih
membutuhkan perluasan akses pendidikan dasar seperti
1. Membangun unit sekolah baru di wilayah pinggir kota Dumai
dengan tujuan agar konsentrasi sekolah-sekolah di pusat kota
bisa dipecah.
2. Pemerataan fasilitas dan mutu pendidikan dengan
meningkatan kapasitas sekolah-sekolah potensial.
3. Melakukan revitalisasi bangunan sekolah di wilayah padat
penduduk seperti di Jayamukti, Pangkalan Sesai, Bintan,
Sukajadi, Tanjung Palas, Dumai Kota, Buluh Kasap, dan Teluk
Binjai.
4. Menambah ruang kelas di sekolah-sekolah yang lahannya
masih cukup, dengan memperhatikan standar maksimal
rombongan belajar dan kapasitas kelas.
Dalam beberapa tahun terakhir APK Pendidikan Kota Dumai
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan pada semua jenjang
pendidikan (SD, SMP, dan SMA). Hal ini disebabkan jumlah siswa
lebih banyak dibandingkan dengan usia wajar penduduk.
Tabel II.11
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2011 - 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD 115,05 >100 >100 107,27 116,20
SMP 110,20 >100 >100 89,67 81,02
SMA 85,37 75,37 85,68 73,45 93,77
Dengan mencermati data APK tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Dumai telah berhasil
Pada jenjang pendidikan sekolah menengah, jumlah
penduduk usia sekolah 16-18 tahun di Kota Dumai tahun 2015
berjumlah 12.245 jiwa, sedangkan siswa SMA/MA/SMK se-Kota
Dumai berjumlah 10.512 orang. Dengan demikian APM
SMA/MA/SMK Kota Dumai adalah 85.85 %. Dari APM tersebut
tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa masih banyak
penduduk usia sekolah 16-18 tahun yang tidak sekolah.
Namun dalam hal pemerataan akses pendidikan dapat
dilihat dari persebaran pendidikan di tiap kecamatan sebagaimana
tabel berikut.
Tabel II.12
APK SMA/MA/SMK PER KECAMATAN
No Kecamatan
SMA Sederajat Pddk Usia
16-18 thn Siswa APK
1 Bukit Kapur 1.839 1.261 68,57
2 Dumai Barat 1.660 5.635 339,46
3 Dumai Kota 1.909 616 32,27
4 Dumai Selatan 2.125 639 30,07
5 Dumai Timur 2.753 1.255 45,59
6 Medang Kampai 465 271 58,28
7 Sungai Sembilan 1.494 835 55,89
Penumpukan siswa terutama terjadi di Kecamatan Dumai
Timur dan Dumai Barat seperti di SMAN 1, SMAN 2, SMKN 1,
SMKN 2, dan SMK Taruna Persada. Hal ini disebabkan karena
peserta didik yang berasal dari Kecamatan Bukit Kapur, Sungai
sekolah-disebut di atas masih membutuhkan penambahan ruang kelas
baru dan sarana lainnya.
Upaya yang dilakukan dalam 5 tahun ke depan dalam
mengatasi masalah akses pendidikan menengah adalah :
1. Merencanakan pembangunan unit sekolah baru SMA/ SMK
Negeri di Dumai Timur.
2. Memberikan beasiswa miskin secara bertahap sehingga
mencapai pendidikan menengah yang murah dan
terjangkau.
3. Mendorong dan memfasilitasi sekolah swasta agar
meningkatkan mutunya sehingga membantu pemenuhan
akses pendidikan menengah.
Jika dilihat dari indikator APK, jelaslah bahwa Kota Dumai
sebenarnya sudah mencapai target wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun dengan asumsi bahwa seluruh penduduk usia
sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun sudah terserap di dalam
lembaga pendidikan formal satuan pendidikan (sekolah). Bahkan
jika dilihat angkanya melebihi 100% dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak hanya mereka yang terdaftar sebagai penduduk Kota
Dumai saja yang mendapatkan fasilitas akses pendidikan di Kota
Dumai, melainkan kawasan yang masuk wilayah administrasi
kabupaten-kabupaten tetangga seperti Bengkalis dan Rokan Hilir.
Namun terserapnya penduduk usia sekolah pendidikan
dasar tersebut belum diikuti dengan efisiensi pendidikan
berdasarkan umur. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi
murni (APM). Jumlah siswa usia sekolah 7-12 tahun di Kota
Dumai yang sebanyak 34.998 jiwa. Jika dibandingkan dengan
sebanyak 33.854 jiwa maka APM tingkat SD/MI sebesar 103.38 %.
Untuk tingkat SMP/MTs, jumlah penduduk usia sekolah 13-15
tahun di Kota Dumai adalah 15.134 jiwa, sedangkan jumlah siswa
berusia 13-15 tahun tingkat SMP/MTs sebesar 13.058 orang.
Dengan demikian APM SMP/MTs Kota Dumai baru mencapai
86.28%.
Belum tercapainya APM 100% disebabkan banyaknya
penduduk yang masuk sekolah meskipun usianya belum
mencukupi. Hal ini dapat dipandang bahwa antusiasme orang tua
memasukkan anaknya sekolah sebelum mencapai usia
menggambarkan kondisi ekonomi keluarga yang sudah baik,
namun di sisi lain dapat juga dipandang sebagai inefesiensi dalam
memaksimalkan perkembangan anak berdasarkan usianya.
Angka Partisipasi Murni Pendidikan Kota Dumai dari tahun
2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan secara
signifikan pada setiap jenjang pendidikan. Ini berarti persentase
penduduk kelompok usia sekolah yang bersekolah dijenjang
pendidikan tertentu cukup tinggi terutama pada jenjang SD dan
SMA. Sedangkan APM SMP tahun 2015 mencapai 83,14%. Hal ini
disebabkan adanya jumlah anak yang bersekolah pada jenjang
SMP di bawah kelompok usia Wajar (13-15 tahun).
Tabel II.13
Perkembangan Angka Partisipasi Murni Tahun 2011 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD 97,48 98,65 97,70 98,45 101,04
2. Rasio Siswa/Ruang Kelas/Rombongan Belajar
Untuk menjamin perluasan akses dapat diikuti dengan
mutu pembelajaran, jumlah siswa per ruang kelasnya harus
dibatasi sampai batas efektif seorang pendidik dapat memantau
perkembangan setiap peserta didiknya.
Untuk tingkat SD sederajat jumlah ruang kelas yang
tersedia di Kota Dumai adalah 900 unit dengan jumlah siswa
sebanyak 38.870 orang. Dengan demikian rasio siswa per ruang
kelas tingkat SD sederajat adalah 43,19 : 1. Jumlah ruang kelas
tingkat SMP sederajat di Kota Dumai adalah 365 unit, sedangkan
jumlah siswa sebanyak 15.128 orang. Dengan demikian rasio
siswa per ruang kelas tingkat SMP sederajat adalah 41,45 : 1.
Untuk tingkat SMA sederajat ruang kelas yang tersedia sebanyak
483, sedangkan jumlah siswa 12.326 orang. Maka rasio siswa per
kelas tingkat SMA sederajat di Kota Dumai adalah 25,52 : 1.
Rasio Jumlah Siswa/Kelas Tahun 2011 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD 30,80 31,64 39,28 38,86 43,19
SMP 31,29 31,25 30,64 33,66 41,45
SMA 30,95 31,89 39,62 26,82 25,52
Dari data beberapa tahun terakhir di atas terlihat bahwa
kita masih membutuhkan tambahan perluasan akses pendidikan
khusunya untuk tingkat SD. Kenyataan ini semakin dikuatkan
dengan melihat rasio siswa per kelas dan rasio ruang kelas
berbanding rombongan belajar yang cukup tinggi. Untuk tingkat
rasionya 1 : 0,71, dan untuk tingkat SMA sederajat rasionya 1 :
1,05.
Dapat dilihat bahwa rata-rata 1 (satu) unit ruang kelas
(bangunan fisik) dipakai lebih dari 1 (satu) rombongan/ kelompok
belajar, yang mana pada prakteknya hal ini disebut masih banyak
sekolah yang menerapkan double shift (terutama SD dan SMP Negeri), sebagian kelas belajar sore, sehingga dipandang kurang
efektif dalam mutu proses pembelajaran.
Rasio Ruang Kelas/Rombel Tahun 2011 - 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD 0,88 0,80 0,34 0,66 0,60
SMP 1,06 0,97 0,62 0,88 0,71
SMA 0,96 0,97 0,64 1,01 1,05
Selain hal di atas persoalan persebaran peserta didik yang
terjadi adalah penumpukan pada sekolah negeri terutama di
Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur. Hal ini terjadi karena
memang tingkat kepadatan penduduk Kota Dumai juga terjadi di
kecamatan yang disebut di atas.
Untuk mengatasinya selain dengan meningkatkan mutu
pendidikan sekolah di daerah pinggir kota dan
sekolah-sekolah swasta, juga dengan membuka sekolah-sekolah baru dan
menambah ruang kelas sekolah-sekolah yang lahannya masih
2.3.2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan
Kualitas Pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait
dalam satu sistem dan saling berpengaruh. Mutu keluaran
pendidikan dipengaruhi oleh mutu masukan, mutu proses, dan
mutu keluaran.
Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang
secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu
pendidikan meliputi: (I) ketersediaan pendidik dan tenaga
kependidikan (kuantitas dan kualitas) maupun kesejahteraan
pendidik; (2) prasarana dan sarana belajar yang tersedia dan
didayagunakan; dan (3) pendanaan pendidikan yang memadai
untuk menunjang mutu pembelajaran; serta (4) proses
pembelajaran efisien dan efektif.
1. Mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan
Salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi kualitas
pendidikan adalah ketersediaan pendidik dan tenaga
kependidikan. Sampai dengan Tahun 2015 terdapat sekitar 4.731
guru dari jenjang pendidikan SD hingga SMA, baik pada sekolah
negeri maupun swasta. Angka menunjukkan rasio guru terhadap
siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA Tahun 2015 yaitu 1:18,
1:18, dan 1:14. Apabila dibandingkan dengan rasio guru terhadap
siswa berdasarkan standar nasional pendidikan, maka jumlah
guru pada jenjang tersebut sudah sangat mencukupi. Rasio ini
tidak diikuti dengan pendayagunaan guru secara efisien. Beberapa
faktor penyebab ketidakefisienan tersebut disebabkan adanya
Masalah guru atau tenaga pendidik lainnya adalah masih
terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahlian atau latar
belakang bidang keilmuannya. Guru yang mengajar tidak sesuai
dengan bidang keahliannya (mismatch) masih banyak terjadi pada
jenjang SD, yang dalam hal ini erat kaitannya dengan kelayakan
mengajar guru.
Proporsi guru yang berpendidikan di bawah kualifikasi
minimal tersebut tentu tidak memadai jika pemerintah daerah
ingin menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Untuk
jenjang pendidikan SD menggunakan sistem guru kelas, SMP dan
SMA yang menggunakan sistem guru mata pelajaran. Namun
sebagaimana dipaparkan di atas banyak terjadi ketidaksesuaian
antara pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan
guru tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian, khususnya
dalam rekrutmen tenaga pendidik, penempatan, mutasi, dan
pengendaliannya.
Dalam memenuhi amanat UU No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa ada
banyak hal yang harus dibenahi. Hal ini terutama karena masih
banyak sekali tenaga pendidik belum memiliki tingkat pendidikan
setara S-1, sebagaimana tuntutan undang-undang.
Kondisi tenaga pendidik yang belum berpendidikan setara
S-1 dikategorikan sebagai tenaga pendidik yang belum berwewenang
Persentase guru kualifikasi S1 Tahun 2011 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD 1.128 1.230 1.838 1.866 2.170
SMP 812 637 856 821 841
SMA 891 483 554 804 860
Tentu saja masih banyak tenaga pendidik yang harus
membenahi diri. Oleh karena itu untuk mempercepat pemenuhan
tuntutan undang-undang, selain terbatasnya anggaran untuk
menyekolahkan para guru, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Dumai berkoordinasi dengan Universitas Terbuka dan
Universitas Riau sehingga dapat menambah akses bagi para guru
dalam mencapai pendidikan setara sarjana.
Oleh karena itu sejak tahun 2007 sampai sekarang telah
dilaksanakan program penyetaraan guru dengan memberikan
bantuan pendidikan termasuk kerjasama dengan Universitas Riau
(UR) dan Universitas Terbuka (UT) dalam meningkatkan kualifikasi
pendidikan para guru. Salah satu yang penting bahwa syarat
kualifikasi guru adalah berpendidikan strata satu (S-1).
Dan untuk 5 (lima) tahun ke depan Pemerintah Kota Dumai
harus semakin aktif dalam membuka akses dan memfasilitasi
tenaga pendidik yang belum berpendidikan S-1 untuk mencapai
kualifikasi tersebut. Hal ini dikarenakan dalam UU No. 34 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen ditargetkan setelah tahun 2015
seluruh tenaga pendidik di Indonesia harus sudah mencapai
kualifikasi S-1. Oleh karena itu selain menganggarkan dukungan
aktif membangun kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi Riau maupun pemerintah pusat.
Kualifikasi tenaga pendidik juga berdasarkan UU Guru dan
Dosen telah dianggap sebagai profesi, sehingga tenaga pendidik
harus memiliki sertifikasi profesionalisme. Proses sertifikasi
tersebut saat ini masih dikoordinir oleh pemerintah pusat
termasuk quota setiap kabupaten/ kota setiap tahunnya.
Sampai dengan tahun 2015/2016 ini jumlah tenaga
pendidik dan pengawas sekolah yang telah mendapatkan
sertifikasi sebanyak 1.050 orang dari 3.856 tenaga pendidik
(27,23%). Hal ini dapat dilihat lebih jelas dalam tabel berikut :
NO TAHUN JUMLAH
GURU/PENGAWAS
1 2011 436
2 2012 112
3 2013 159
4 2014 162
5 2015 181
JUMLAH 1.050
Selain pemenuhan kualifikasi tenaga pendidik
berpendidikan setingkat sarjana, Pemerintah Kota Dumai juga
berupaya menghasilkan tenaga pendidik yang dapat menjadi
fasilitator dan menguasai metodologi penelitian pendidikan. Hal ini
dapat dicapai melalui pendidikan lanjutan bagi pendidik dan
tenaga kependidikan pada tingkat program magister (S-2) dan
Peningkatan tenaga kependidikan dalam hal ini
dititikberatkan kepada pengelola laboratorium (laboran) dan
perpustakaan (pustakawan). Selama ini diakui bahwa tenaga
laboran dan pustakawan belum memenuhi kualifikasi keahlian
profesinya. Mereka seharusnya mendapat pendidikan khusus yang
kualifikasinya diakui secara nasional bahkan internasional.
Pelatihan terhadap laboran dan pustakawan tersebut dapat
dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga pelatihan lainnya.
Hal ini penting dalam rangka pemberdayaan sumber daya
manusia pendidikan. Terutama sekali karena dari tahun 2010
Pemerintah Kota Dumai sudah melakukan kerjasama dengan
Universitas Riau untuk membuka program magister pendidikan di
Kota Dumai.
2. Kondisi Ruang Kelas
Pada tahun 2015, di tingkat SD ruang kelas yang dalam
kondisi baik 86,74%, rusak ringan 12,32 %, dan rusak berat 3,01
%. Di tingkat SMP/MTs yang dalam kondisi baik 89,76%, rusak
ringan 3,12 % dan rusak berat 2,90 %. Di tingkat SMA/MA ruang
kelas yang dalam kondisi baik 90,26 %, rusak ringan 1,58, dan
rusak berat 0 %.
Kondisi rusak ringan yang dimaksud terutama lantai ruang
kelas yang berdebu (tidak berkeramik), teras dan rabat kelas yang
turun/ retak, dan atap kelas/ rangka atap yang sudah dimakan
usia sehingga beberapa bagian bocor/ tempias jika hujan turun.
Kondisi rusak berat yang dimaksud adalah bangunan
sekolah negeri yang semula dibangun atas inisiatif masyarakat.
Karena keterbatasan dana sekolah tersebut pada sebagian
kelasnya masih kurang layak ditinjau dari kualitas bangunan
misalnya atap kelas yang sudah lapuk, kelas yang masih berlantai
tanah, dan dinding sekolah yang masih terbuat dari kayu/ papan.
Ruang Kelas Tahun 2011 - 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD 1.021 1.033 894 967 1.072
SMP 329 338 343 322 340
SMA 370 212 161 182 181
Jumlah sekolah seperti ini sebenarnya hanya sedikit dan
lokasinya berada jauh dari pusat kota seperti di daerah
transmigrasi di Kecamatan Sungai Sembilan dan Kecamatan Bukit
Kapur. Pemerintah Kota Dumai dalam 5 (lima) tahun terakhir
telah memfokuskan dana dan perhatian untuk memperbaiki
infrastruktur di daerah tersebut, namun untuk menuntaskan
sekolah dalam kondisi rusak berat dan rusak ringan
membutuhkan dana yang cukup besar yang berasal dari APBD
Kota Dumai, APBD Provinsi Riau, dan dari APBN Pemerintah
Pusat.
3. Angka Putus Sekolah
Tingkat siswa putus sekolah di Kota Dumai dapat dikatakan
SMP/MTs ada 5 (lima) orang, dan di tingkat sekolah menengah
terdapat 6 orang.
Perkembangan Angka Putus Sekolah Tahun 2011 - 2015
JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015
SD <0,05 <0,05 0,05 <0,05 <0,05
SMP 0,17 0,03 0,26 0,26 0,17
SMA 0,03 0.10 0,05 0,05 0,03
Dalam beberapa tahun terakhir angka putus sekolah di Kota
Dumai dapat dikatakan cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat Kota Dumai ternyata telah mampu
membiayai pendidikan anaknya pada pendidikan dasar mulai
sejak mendaftar sampai dengan selesainya. Selain itu juga dapat
disimpulkan bahwa program pembebasan biaya pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar melalui berbagai program seperti
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), subsidi pendidikan melalui
dana APBD Kota Dumai, beasiswa siswa miskin, beasiswa retrival,
dan program-program lainnya sudah cukup berhasil.
4. Rasio Guru PNS dan Non PNS
Jumlah guru di Kota Dumai sebenarnya sudah mencukupi
kalau dilihat dari rasio guru berbanding siswa. Bahkan tidak
berlebihan dikatakan bahwa Kota Dumai sudah berkelebihan
tenaga pendidik. Hanya saja kalau kita lihat persentase jumlah
guru dengan status PNS dengan yang non PNS maka
Dari sisi kesejahteraan dan fasilitas jelas guru PNS lebih
baik daripada non PNS. Sementara tuntutan di sekolah hampir
tidak ada bedanya. Tentu saja hal ini bisa menimbulkan
kurangnya motivasi guru dalam mengajar yang berdampak pada
mutu pendidikan.
Mengharapkan kinerja guru bantu sama dengan tuntutan
terhadap guru PNS harus diikuti dengan kejelasan jenjang karir
dan status bagi guru bantu serta peningkatan kesejahteraan. Ke
depan kedua hal tersebutlah yang menjadi fokus dalam
pemerataan kebutuhan guru di Kota Dumai yang dilakukan oleh
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai bersama dengan
Badan Kepegawaian Daerah Kota Dumai.
5. Ketersediaan Sarana Pendidikan Lainnya
Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan, sarana
yang harus tersedia harus memenuhi Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional
khususnya Standar Sarana Pendidikan yang diatur dalam
Perarutan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 dan
Program Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EfA), sekolah harus memiliki sarana di antaranya perpustakaan,
laboratorium IPA, laboratorium bahasa, ruang praktek untuk
SMK, alat praktik siswa, sarana kegiatan kesiswaan, dan sarana
sanitasi sekolah.
Dalam pelaksanaan peningkatan kegiatan belajar dan
jenjang pendidikan SD/MI belum memadai dalam penyediaan
media, hal ini disebabkan pendidikan lebih memfokuskan kepada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama SMA/MA.
Perpustakaan dan laboratorium yang dimaksud adalah yang
sesuai dengan standar pelayanan minimal yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan. Sebagian sekolah khususnya SD
tidak dapat memiliki lahan yang cukup untuk membangun sarana
yang sesuai dengan standar, sehingga menggunakan ruangan lain
difungsikan sebagai perpustakaan/ laboratorium.
Selain itu dengan digiatkannya program pendidikan
vokasional jumlah jurusan di SMK semakin bertambah yang
seharusnya diikuti dengan pertambahan ruang praktik dan alat
peraga siswa berdasarkan jurusan masing-masing. Hal-hal
tersebut di atas menunjukkan bahwa masih banyak sarana/ pra
sarana pendidikan yang harus dipenuhi Pemerintah Kota Dumai.
Dari aspek fisik, kondisi sarana dan pra sarana pendidikan
belum sepenuhnya memadai. Hal ini antara lain dapat dilihat dari
ketersediaan perpustakaan di sekolah. Saat ini baru 42 % sekolah
yang sudah memiliki perpustakaan. Selain kondisi fasilitas yang
demikian juga masih banyak ruang belajar dan sarana belajar lain
seperti laboratorium dan sarana olahraga yang rusak. Kondisi
demikian selain akan berpengaruh pada proses belajar mengajar,
juga akan berdampak pada keengganan orang tua untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Fasiliitas lainnya yang turut mempengaruhi mutu pendidikan
SD, SMP, SMA dan SMK berturut-turut adalah 0,75; 0,65; 0,60
dan 0,25. Kondisi ini masih jauh dari kondisi ideal yakni rasio 1:1
(satu siswa satu buku). Masalah yang lebih besar tidak hanya
terletak pada ketersediaan buku tetapi juga pendayagunaan buku
pelajaran tersebut untuk meningkatan mutu pendidikan.
Kecenderungan sekolah untuk mengganti buku setiap tahun
ajaran baru semakin memberatkan orang tua siswa. Selain itu
juga menimbulkan pemborosan yang tidak perlu, karena buku
yang ada di sekolah tidak dapat dimanfaatkan oleh siswa tahun
berikutnya. Faktor lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu
dan daya saing adalah anggaran pendidikan yang belum memadai,
baik dalam ketersediaannya maupun dalam efisiensi
pengelolaannya.
6. Daya Saing Hasil Pembelajaran
Pemerintah Kota Dumai sudah serius dan berupaya dalam
memperhatikan persoalan pendidikan. Pada dasarnya kuantitas
lulusan yang dihasikan sejalan dengan kualitasnya. Pemerintah
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan kriteria
kompetensi lulusan yang mana untuk mencapai hasil tersebut
dipersiapkan melalui kurikulum, rencana pokok pembelajaran,
dan silabus yang disusun oleh setiap tenaga pendidik (guru).
Berbagai instrumen tersebut diterjemahkan di dalam
pembelajaran sehari-hari dan dievaluasi secara berkala oleh
nasional. Oleh karena itu hasil ujian nasional dapat dianggap
mewakili kualitas peserta didik.
Dinas Pendidikan berupaya meningkatkan mutu hasil
pembelajaran melalui berbagai upaya. Salah satunya adalah
melaksanakan try out kepada calon peserta ujian nasional di setiap jenjang pendidikan. Hal ini dipandang penting karena
mengingat di tahun 2015 prestasi pendidikan Kota Dumai
khususnya jika dilihat dari persentase kelulusan belum
membanggakan.
Oleh karena itu di tahun 2015/2016 dilakukan pembenahan
sebagai hasil evaluasi hasil ujian nasional 2014/2015.
Pelaksanaan try out tetap dijadikan pilihan meskipun di tahun sebelumnya juga dilaksanakan. Hal ini didasarkan pandangan
bahwa belum semua siswa terbiasa dengan model ujian dengan
sistem komputerisasi.
Hasilnya memang mengalami peningkatan meskipun belum
begitu baik. Khususnya untuk tingkat SMA/MA dan SMK
peningkatannya cukup baik. pada tahun 2014/2015 angka
kelulusan SMA/MA sebesar 99,80 %, dan pada tahun 2015/2016
meningkat menjadi 100 % untuk SMA dan MA. Berarti ada
kenaikan sebesar 1%. Ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai untuk membenahi
mutu pembelajaran dan persiapan menjelang ujian nasional di
tahun mendatang.
Sebagai tambahan berikut ditampilkan rata-rata nilai ujian
ujian se-Provinsi Riau. Meskipun kebanyakan nilai rata-rata yang
diperoleh Dumai melebihi rata-rata di Provinsi Riau namun
prestasi ini belumlah begitu memuaskan, dan ke depan harus
dilakukan banyak pembenahan untuk mendongkrak mutu
pendidikan, khususnya hasil ujian nasional.
Penilaian tersebut menggunakan indikator-indikator dari 8
(delapan) standar pendidikan nasional. Dengan memperhatikan
hasil penelitian dan publikasinya yang dimuat pada beberapa
media massa lokal Riau, Kota Dumai ternyata mempunyai mutu
pendidikan terbaik di Riau karena parameternya lebih lengkap
daripada hanya melihat hasil ujian nasional.
Meskipun demikian prestasi yang telah dicapai ini perlu
dimaknai sebagai bagian dari evaluasi kinerja peningkatan mutu
pendidikan yang selama ini telah dilaksanakan di Kota Dumai.
Dan ke depan perlu lebih banyak mempelajari hal-hal apa saja
yang sangat menentukan penilaian mutu pendidikan di suatu
daerah, sehingga pembenahan mutu pendidikan dapat dilakukan
lebih kompherensif.
Pada tahun 2015 dan 2016 perkembangan daya saing
pendidikan berdasarkan evaluasi kualitas hasil pembelajaran yang
dilihat dari tingkat kelulusan dan nilai akhir ujian nasional pada
setiap jenjang pendidikan dibandingkan dengan peringkat
se-Provinsi Riau terus mengalami dinamika.
Namun hal ini tidak serta merta diikuti dengan perbaikan
peringkat di Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
persaingan perkembangan yang cukup siqnifikan dari kabupaten/
kota yang lain di Riau.
NO TINGKAT TAHUN
1 SD/MI 2011 99.96% Turun 7.38 Naik 4
2012 100.00% Naik 7.12 Turun 8
2013 100.00% Naik 7.35 Naik 4
2014 99.94% Turun 7.05 Turun 6
2 SMP/ MTs
2011 99.57% Naik 7.61 Naik 9
2012 99.21% Turun 7.71 Naik 9
2013 99.85% Naik 7.23 Turun 3
2014 99.94% Naik 8.01 Naik 1
Ujian nasional memang dapat menjadi indikator mutu
pendidikan di sebuah daerah. Dan yang menjadi pembanding
adalah hasil ujian nasional di daerah lain. Namun ujian nasional
bukan satu-satunya indikator keberhasilan atau mutu pendidikan.
Dan hasil ujian nasional sangat dipengaruhi oleh banyak hal lain
seperti kualitas guru, metode pembelajaran, dan kurikulum.
Jika hanya melihat hasil ujian nasional ini meskipun
mengalami peningkatan namun belum membuat prestasi
pendidikan Kota Dumai dalam hal hasil ujian nasional menjadi
kebanggaan bersama. Dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan
diharapkan minimal dalam hal kelulusan dan rata-rata nilai ujian
nasional Kota Dumai dapat berada pada posisi 5 besar, bahkan di
besar di Riau. Oleh karena itu harus dilakukan banyak
pembenahan terutama di dalam peningkatan kualitas pendidik,
penyediaan sarana dan pra sarana yang memadai, serta
peningkatan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan melalui
berbagai program dan kegiatan sebagaimana termuat di dalam
RENSTRA Pendidikan ini.
2.3.3. Tata Kelola Pemerintahan, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.
Tujuan dari program perluasan dan pemerataan pendidikan;
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing akan tercapai
dengan baik apabila dibarengi dengan peningkatan mutu tata
kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik penyelenggara
pendidikan. Penerapan manajemen sumber daya pendidikan di
Dinas dan sekolah-sekolah yang efektif dan efesien akan tercapai
apabila dikembangkan dengan sistem pengelolaan pendidikan dan
didukung oleh sumber daya manusia yang handal.
Salah satu tujuan desentralisasi pendidikan adalah
peningkatan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat dan
juga sebagai alat pelayanan pendidikan. Desentralisasi pendidikan
harus sampai ke sekolah dan sekolah diberi kewenangan
mengatur rumah tangga sekolah yang disesuaikan dengan kondisi
masyarakat setempat dan dilakukan secara partisipatif
(Manajemen Berbasis Sekolah). Namun hal tersebut masih terasa
sulit bagi sekolah untuk memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip kemandirian
Program dan pengelolaan pendidikan masih belum berjalan
dengan baik terutama program penuntasan wajib belajar 9 Tahun,
karena masih lemahnya koordinasi dan sinkronisasi antara
pemerintah pusat, provinsi, dan kota. Di sisi lain, pelaksanaan
monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan pendidikan masih
belum optimal. Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi ini
program-program dapat dipantau dan dipastikan bahwa proses
implementasi kegiatan pendidikan berlangsung dengan baik dan
tujuan dicapai dengan opimal.
Manajemen data dan informasi pendidikan Kota Dumai yang
masih lemah, data kependidikan kurang akurat, masih menjadi
kendala sehingga dalam merumuskan program dan kegiatan
setiap tahunnya belum optimal sebagai mana mestinya.
Masih belum tertata dengan baik sistem perencanaan,
aktualisasi, implementasi, koordinasi, monitoring, dan evaluasi
program dan kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai, serta belum optimalnya
sumber daya manusia yang melaksanakan berbagai program dan
kegiatan tersebut dapat terlihat dari :
• Masih terdapatnya miskoorndinasi antara bidang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang sebagian
disebabkan karena masih terdapatnya ego sektoral;
• Koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat baik dalam hal pelaksanaan program nasional dan
provinsi maupun dalam upaya bantuan kegiatan dan
anggaran belum tertata dan cenderung berjalan
• Kegiatan belum benar-benar berfokus pada pencapaian hasil sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen
perencanaan dan tindak lanjut (keberlanjutannya) masih
belum optimal;
• Database, sistem informasi manajemen, dan pengembangan teknologi berbasis web yang belum optimal;
• Sarana dan pra sarana gedung kantor serta fasilitas yang belum mendukung dinamika dan mobilisasi layanan
pendidikan.
2.3.4. Anggaran Pendidikan Kota Dumai
Anggaran pendidikan memang telah melebihi 20% dari
APBD Kota Dumai dalam kurun 4 (empat) tahun terakhir. Namun
jika dilihat komposisinya maka sebagian besar anggaran tersebut
terserap untuk membiayai gaji pegawai, honor dan transportasi
guru/pegawai tidak tetap, dan biaya operasional sekolah negeri
mulai dari tingkat TK hingga sekolah menengah. Selebihnya
anggaran yang ada diupayakan untuk dapat memenuhi
kebutuhan sarana/ pra sarana pendidikan, kegiatan peningkatan
mutu guru, kegiatan rutin kesiswaan, pembinaan pelayanan
sekolah, dan penyediaan beasiswa bagi siswa kurang mampu.
Hal ini dapat dilihat dari komposisi anggaran Dinas Pendidikan
N0 JENI S KEGI ATAN ANGGARAN ( Rp) %
1 Belanja Tidak Langung 262.428.892.110 79,94
2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
4.786.619.150 1,46
3 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
6 Program Pendidikan Anak Usia Dini 1.808.092.900 0,55
7 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
28.937.445.996 8,81
8 Program Pendidikan Menengah 16.389.981.395 4,99
9 Program Pendidikan Non Formal 232.652.340 0,07
10 Program Pendidikan Luar Biasa 464.391.912 0,14
11 Program Peningkatan Mutu
Dengan anggaran yang sangat terbatas, program-program
pendidikan harus secara ketat menetapkan skala prioritas selama
jangka menengah. Kita mengetahui ada banyak persoalan
pendidikan yang harus dijawab seperti: sarana pendidikan yang
masih banyak belum memenuhi standar khususnya di daerah
pinggiran dan sekolah swasta, masih perlunya peningkatan akses
pendidikan, meringankan biaya pendidikan terutama bagi yang
kurang mampu, masih banyaknya pendidik yang belum memenuhi
kualifikasi, proses belajar mengajar yang belum optimal,
kurangnya kegiatan peningkatan prestasi siswa, terdapat ancaman
penurunan moralitas siswa, kurangnya kegiatan peningkatan
pendidikan, belum meratanya alat pembelajaran di setiap sekolah,
dan lain sebagainya.
Oleh karena itu langkah-langkah yang diambil untuk
mengatasi persoalan anggaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melakukan rasionalisasi dan evaluasi terhadap penggunaan
dan penyerapan anggaran di setiap program dan kegiatan serta
hasil dan efektivitas program/ kegiatan tersebut terhadap
upaya pencapaian target pembangunan pendidikan sebagai
mana mengacu kepada dokumen perencanaan lima tahunan.
2. Untuk mendukung pembangunan sarana dan pra sarana
pendidikan dilakukan berbagai upaya seperti membangun
komunikasi yang intensif dengan Pemerintah Provinsi Riau dan
Pemerintah Pusat serta perusahaan-perusahaan di Kota Dumai
melalui dana Coorporate Social Responsibility (CSR). Hasilnya sudah mulai terlihat di mana dari tahun 2011 pemerintah
provinsi mengalokasikan dana pembangunan yang lebih
banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang
difokuskan pada R-SBI, SMPN 15, SMAN 2, SMKN 1, dan SMK
Taruna Persada. Dan untuk tahun depan sudah disepakati
dengan Pemprov. Riau dana sharing untuk pendidikan Kota
Dumai melalui Rakor Pendidikan Se-Riau dan Musrenbang
Provinsi. Beberapa perusahaan di Kota Dumai seperti PT.CPI
dan Pertamina (Persero) juga sudah menyatakan komitmennya
untuk mendukung penyediaan sarana/ pra sarana khususnya
di daerah pinggir kota.
3. Mengevaluasi penggunaan berbagai dana operasional termasuk
4. Melakukan penghematan dalam penyediaan honor pantia
kegiatan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Dumai.
Namun diharapkan dalam tahun-tahun mendatang
penyediaan anggaran pendidikan diharapkan dapat semakin
ditingkatkan terutama dalam kegiatan yang diarahkan untuk
mengejar target pembangunan pendidikan seperti penyediaan
sarana dan prasarana, peningkatan kualitas dan kualifikasi
pendidik dan tenaga kependidikan, serta peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah.
2.3.5. Siswa Kurang Mampu dan Siswa Berprestasi.
Pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa memperoleh
pendidikan yang layak dan bermutu adalah hak setiap warga
negara yang dijamin dalam UUD 1945. Namun di sisi lain kita juga
menyadari bahwa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apalagi
mengingat kondisi ekonomi masyarakat kita yang sebagiannya
masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Meskipun angka putus sekolah Kota Dumai relatif kecil
(dibawah 2%) namun berdasarkan pengamatan dan laporan yang
diterima masih banyak keluarga yang sangat kesulitan dalam
membiayai pendidikan anak-anaknya. Hal ini terutama pada saat
memasuki tahun ajaran baru yakni berupa kebutuhan pakaian,
buku, tas, dan biaya lainnya. Selain itu sebagian siswa didapati
terpaksa bekerja atau membantu orang tua mencari uang setelah
pulang sekolah. Akibatnya di waktu malam mereka kurang bisa
maksimal lagi mengulang pelajaran akibat kelelahan. Terutama
menjalankan program wajib belajar pendidikan dasar dua belas
tahun.
Selain perlunya subsidi pendidikan bagi siswa yang berasal
dari keluarga kurang mampu, siswa yang berprestasi juga wajib
diberikan apresiasi. Mereka mendapat prestasi di sekolah dan
yang berhasil membawa nama baik Kota Dumai dalam berbagai
perlombaan sains, olahraga, dan seni, terutama sekali jika mereka
berasal dari keluarga yang sederhana, harus mendapatkan
penghargaan bahkan jaminan pendidikan sampai selesai tingkat
sekolah menengah bahkan sampai tingkat sarjana.
2.3.6. Forum-Forum Pendidikan
Peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan tidak dapat
dihasilkan hanya oleh pemerintah semata, harus ada kerjasama
dengan kelompok-kelompok masyarakat. Dengan adanya
kesadaran untuk terus mengembangkan diri secara mandiri atau
difasilitasi oleh pemerintah diharapkan kendala-kendala yang
dihadapi dunia pendidikan dapat terus diatasi.
Oleh karena itu forum-forum seperti Kelompok Kerja Kepala
Sekolah (K3S) tingkat SD/ sederajat, Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS) tingkat SMP sederajat dan SMA sederajat,
Kelompok Kerja Guru (KKG) tingkat SD sederajat, dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat SMP sederajat
dan SMA sederajat harus benar-benar diberdayakan, termasuk
melakukan pemetaan terhadap mutu pendidikan berdasarkan
hasil diskusi secara mandiri. Bahkan mereka sudah melakukan
berbagai pelatihan dengan mengundang narasumber lokal secara
mandiri.
Namun kendala yang dihadapi adalah keterbatasan dana.
Dalam beberapa aspek kapasitas narasumber lokal belum mampu
secara maksimal untuk secara langsung ikut serta dalam
mengatasi berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi sekolah.
Oleh karena itu diperlukan profesional baik dari tingkat provinsi
maupun nasional untuk membantu mentransfer pengetahuan dan
pengalaman, yang tentunya diikuti oleh pembiayaan yang sesuai.
Selain itu dibutuhkan juga dana untuk biaya konsumsi
pertemuan/ rapat dan pelatihan, alat tulis kantor, dan
perlengkapan lainnya.
Diharapkan ke depan forum-forum seperti ini semakin
diberdayakan dan dimandirikan secara kelembagaan sehingga
persolan-persoalan pendidikan dapat diselesaikan oleh seluruh
pihak yang berkepentingan tersebut.
2.4. Analisis Kondisi Eksternal dan Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai
2.4.1. Hasil Identifikasi dan Analisis Potensi Kependudukan Kota Dumai
A. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk yang besar dapat menjadi modal
pembangunan bila kualitas penduduknya baik, namun sebaliknya
Jumlah Penduduk Kota Dumai pada sampai dengan 31 Desember
tahun 2015 adalah 264.415 yang tersebar pada lima wilayah
Kecamatan seperti pada table berikut :
Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan
Penduduk Kota Dumai sebagian besar terkosentrasi di
Kecamatan Dumai Selatan dan Kecamatan Dumai Timur. Bila
dibandingkan jumlah penduduk dengan luas masing-masing
Kecamatan maka daerah yang paling padat adalah Kecamatan
Dumai Timur yaitu 1.390 jiwa/km².
B. Umur Penduduk
Melihat komposisi penduduk berdasarkan usia, dapat dilihat
Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur dan Jenis Kelamin
Melihat komposisi penduduk menurut umur, di mana
penduduk yang berusia kerja yaitu yang berusia 15 55 tahun
mempunyai jumlah yang cukup dominan. Hal ini berhubungan
dengan kondisi Kota Dumai sebagai salah satu kota tujuan
migrant tersebut pada umunya adalah penduduk yang berusia
muda atau yang berusia kerja.
C. Perkembangan penduduk
Melihat pertumbuhan penduduk Kota Dumai empat tahun
terakhir mempunyai perkembang yang cukup tinggi. Hal ini
terlihat dalam tabel berikut.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Dumai