• Tidak ada hasil yang ditemukan

| Website Resmi Bappeda Kota Dumai |

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "| Website Resmi Bappeda Kota Dumai |"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT

akhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kota Dumai Tahun 2016-2021 dapat diwujudkan.

Kiranya RENSTRA ini dapat menjadi sarana bagi Kota Dumai

untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, baik aparatur,

tenaga pendidik dan kependidikan, maupun lembaga pendidikan

yang mampu membangun manusia yang beriman, bertakwa,

berakhlak mulia, berkepribadian tinggi, serta mandiri.

Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan hasrat mulia

tersebut RENSTRA ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber

daya yang ada yang akan difokuskan pada: 1). Pemerataan dan

perluasan akses pendidikan; 2). Peningkatan mutu, relevansi, dan

daya saing; dan 3). Peningkatan tata kelola pemerintahan,

akuntabilitas, dan pencitraan publik seluruh jajaran pendidikan.

Upaya untuk mewujudkan hasrat tersebut bukanlah hal

yang mudah. Oleh karena itu, diperlukan tekad yang kuat,

kerjasama yang baik, dengan tindakan yang sungguh-sungguh

dari pemerintah kota, satuan pendidikan, dan unsur masyarakat

lainnya.

Akhirnya dengan rampungnya RENSTRA ini, kami masih

mengharapkan saran, dan masukan dari semua pihak, demi

suksesnya capaian seluruh target yang telah diprogramkan dalam

RENSTRA ini.

Dumai, September 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemerdekaan memberikan janji kepada seluruh anak

bangsa lintas generasi, seperti yang dinyatakan dalam

Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah

negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial .

Janji adalah sesuatu yang harus dilunasi. Janji

kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

menempatkan pembangunan pendidikan dan kebudayaan menjadi

isu pokok dan agenda utama tiap periode pemerintahan. Janji

kemerdekaan untuk memajukan kesejahteraan umum lebih

memperkuat keniscayaan itu. Arti penting pembangunan

pendidikan dan kebudayaan juga merupakan pelaksanaan amanat

konstitusi yang secara lugas dinyatakan dalam berbagai pasal.

Pasal 28c, ayat (1), UUD 1945 menyatakan bahwa "setiap orang

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat

dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi

meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

(4)

Pasal 31 menyatakan pemerintah wajib memajukan

pendidikan dengan mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang,

memprioritaskan anggaran pendidikan serta memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia. Upaya melunasi janji kemerdekaan

dan kesungguhan melaksanakan amanat konstitusi terkait dengan

pendidikan semakin didukung oleh perundang-undangan.

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidkan dan

Kebudayaan Kota Dumai Tahun 2016-2021 merupakan penjelasan

tentang visi, misi, tujuan, strategis kebijakan, program, dan

kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di Kota

Dumai dalam lima tahun ke depan. Program Pembangunan

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai diarahkan pada efesiensi

dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan agar secara efektif dapat

memacu peningkatan mutu, relevansi pendidikan dan daya saing,

serta pemerataan kesempatan belajar secara berkelanjutan.

RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

Tahun 2016 2021 akan menjadi acuan untuk penetapan

kebijakan pendidikan, kebudayaan dan perencanaan program

tahunan dan jangka menengah lima tahun ke depan. Selain itu

(5)

karena RENSTRA ini merupakan perencanaan pendidikan dan

kebudayaan yang tak dapat dipisahkan dari Program

Pembangunan Daerah Kota Dumai.

I.2. Landasan Hukum

RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

disusun dengan mengacu pada:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4400);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran

(6)

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4700);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725);

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4851);

9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas

dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5025)

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(7)

Nomor 2440, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4585);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah,

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada

Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4693);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

(8)

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 3)

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

(9)

25. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Riau

Tahun 2014-2018.

26. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2014 tentang

Rencana Jangka Panjang Daerah Kota Dumai Tahun

2005-2025.

I.3. Maksud dan Tujuan

Secara umum penyusunan RENSTRA Pendidikan dan

Kebudayaan Kota Dumai 2016-2021 dimaksudkan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan sekaligus untuk memacu dan

mempercepat pencapaian dan pelaksanaannya.

Sedangkan tujuannya adalah:

1. Memberikan arah kebijakan pendidikan dan kebudayaan Kota

Dumai khususnya pada periode 2016-2021.

2. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana program

tahunan pengembangan pendidikan dan kebudayaan di Kota

Dumai

3. Sebagai pedoman dalam mencapai target capaian

(keberhasilan) pengembangan pendidikan dan kebudayaan di

Kota Dumai.

I.4. Sistematika Penulisan

RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

2016-2021 disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai

berikut :

(10)

1.1. Latar Belakang

1.2. Landasan Hukum

1.3. Maksud dan Tujuan

1.4. Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA DUMAI

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota Dumai

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kota Dumai

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan

Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kota Dumai

3.2. Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Terpilih

3.3. Telaah Renstra K/L dan Renstra

3.4. Penentuan Isu-Isu Strategis

(11)

4.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota Dumai

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kota Dumai

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

(12)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

1. Tugas

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

mempunyai tugas melaksanakan kewenangan di bidang

pendidikan dan kebudayaan dalam merumuskan

kebijaksanaan, mengkoordinasikan, membina, dan

mengendalikan program pendidikan, kebudayaan dan

tenaga kependidikan serta melaksanakan tugas-tugas lain

yang diberikan oleh Walikota Dumai.

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagai mana tersebut di

atas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijaksanaan di bidang pendidikan

dan kebudayaan;

2) Pembinaan dan pengendalian pendidikan pra

sekolah dan luar sekolah;

3) Perencanaan, pengendalian, pembinaan,

pengurusan dan pengawasan pendidikan dasar;

4) Perencanaan, pengendalian, pembinaan,

pengurusan, dan pengawasan manajemen

(13)

5) Perencanaan, pengendalian, pembinaan,

pengurusan dan pengawasan tenaga

kependidikan;

6) Pembinaan dan pengendalian kurikulum dan

muatan lokal;

7) Pembinaan dan pengawasan teknis edukatif dan

administratif kepada unsur terkait dengan bidang

pendidikan dan kebudayaan;

8) Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan

ketatausahaan;

9) Perumusan Kebijakan peningkatan mutu

pendidikan dan kebudayaan.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota

Dumai dimuat dalam Peraturan Walikota Dumai Nomor 48 Tahun

2016 tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kota Dumai. Struktur Organisasi Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan, terdiri dari:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretaris;

3. Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal,

Informal, Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus;

4. Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar;

5. Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama;

6. Kepala Bidang Kebudayaan.

Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan dibantu oleh Sekretaris dan Kepala

Bidang. Sekretaris dan Kepala Bidang Dibantu oleh Kepala

(14)

1). Sekretaris dibantu oleh Kepala Subbagian terdiri dari :

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;

b. Kepala Sub Bagian Perencanaan;

c. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Aset.

2). Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal,

Informal Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus dibantu

oleh Kepala Seksi terdiri dari :

a. Kepala Seksi Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman

Kanak-Kanak;

b. Kepala Seksi Pendidikan Non Formal dan Informal;

c. Kepala Seksi Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus.

3). Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar dibantu oleh:

a. Kepala Seksi Kurikulum, Peserta Didik dan Kelembagaan

Sekolah Dasar;

b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Sekolah Dasar;

c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah

Dasar.

4). Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dibantu

oleh:

a. Kepala Seksi Kurikulum, Peserta Didik dan Kelembagaan

Sekolah Menengah Pertama;

b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Sekolah Menengah

Pertama;

c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama.

5). Kepala Bidang Kebudayaan dibantu oleh Kepala Seksi terdiri

dari:

(15)

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON INFORMAL, INFORMAL, PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN

KHUSUS

BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERATAMA

(16)

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai Dalam upaya akselerasi pelaksanaan program dan kegiatan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai dibantu oleh 60

personel. Dengan kualifikasi pendidikan, S-2 sebanyak 9 orang,

S-1 sebanyak 34 orang, D-III sebanyak 1 orang, D-II sebanyak 2

orang dan SMA sebanyak 14 orang. Komposisi PNS menurut

Pangkat dan Golongan dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel II.1

Jumlah PNS Menurut Pangkat dan Golongan Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

No. PANGKAT GOL. RUANG JUMLAH

1.

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

(17)

dan kebudayaan Kota Dumai berdasarkan aspek-aspek yakni

kondisi akses; mutu, relevansi, dan daya saing; dan tata kelola

dan good governance.

Setelah itu kondisi masing-masing jenjang pendidikan juga

akan dipaparkan berdasarkan aspek-aspek sebagai mana

disebutkan di atas. Hal ini penting untuk dapat melihat kondisi

pendidikan secara lebih jelas di masing-masing jenjang pendidikan

tersebut.

2.3.1. Akses Pendidikan di Kota Dumai

Ketersediaan akses pendidikan ditunjukkan dengan

keberadaan lembaga pendidikan formal dan nonformal di Kota

Dumai. Dari tabel di bawah terlihat persebaran TK/PAUD, SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA/SMK negeri dan swasta berdasarkan

kecamatan, sebagai berikut:

Tabel II.2

Jumlah Lembaga TK/PAUD Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN TK/PAUD

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 2 16 18

2 Dumai Barat - 20 20

3 Dumai Kota - 21 21

4 Dumai Selatan - 25 25

5 Dumai Timur 1 38 39

6 Medang Kampai 1 7 8

7 Sungai Sembilan - 19 19

(18)

Tabel II.3

Jumlah SD/MI Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN SD/MI

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 15 3 18

2 Dumai Barat 9 3 12

3 Dumai Kota 5 4 9

4 Dumai Selatan 10 4 14

5 Dumai Timur 20 6 26

6 Medang Kampai 7 1 8

7 Sungai Sembilan 19 1 20

JUMLAH 85 22 107

Sedangkan persebaran satuan pendidikan pada tingkatan

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Kota Dumai (per kecamatan)

dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel II.4

Jumlah SMP/MTs Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN SMP/MTs

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 6 7 13

2 Dumai Barat 2 7 9

3 Dumai Kota 1 3 4

4 Dumai Selatan 3 5 8

5 Dumai Timur 3 7 10

(19)

Tabel II.5

Jumlah SMA/MA/SMK Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN SMA/MA/SMK

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 2 5 7

2 Dumai Barat 2 3 5

3 Dumai Kota 1 3 4

4 Dumai Selatan 4 6 10

5 Dumai Timur 1 6 7

6 Medang Kampai 1 1 2

7 Sungai Sembilan 2 2 4

JUMLAH 13 16 39

Ketersediaan sarana belajar pendidikan berupa lembaga

satuan pendidikan di tiap kecamatan sebagaimana tabel di atas

juga dapat menggambarkan persebaran siswa per jenjang

pendidikan per kecamatan.

Tabel di bawah ini menunjukan persebaran siswa di

masing-masing kecamatan tersebut khususnya pada jenjang pendidikan

(20)

Tabel II.6

Jumlah Siswa TK/PAUD Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN TK/PAUD

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 47 2.604 2.651

2 Dumai Barat - 1.846 1.846

3 Dumai Kota - 2.398 2.398

4 Dumai Selatan - 1.904 1.904

5 Dumai Timur 74 3.236 3.310

6 Medang Kampai 65 353 418

7 Sungai Sembilan - 1.420 1.420

JUMLAH 186 13.761 13.947

Tabel II.7

Jumlah Siswa SD/MI Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN SD/MI

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 5.929 405 6.334

2 Dumai Barat 4.205 285 4.490

3 Dumai Kota 2.457 1.834 4.291

4 Dumai Selatan 5.282 915 6.197

5 Dumai Timur 8.579 1.877 10.456

6 Medang Kampai 1.698 108 1.806

7 Sungai Sembilan 5.033 98 5.131

(21)

Sedangkan persebaran siswa pada tahun 2015 berdasarkan

jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Kota Dumai

(per kecamatan) dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel II.8

Jumlah Siswa SMP/MTs Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN SMP/MTs

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 1.777 594 2.371

2 Dumai Barat 1.740 768 2.508

3 Dumai Kota 873 829 1.702

4 Dumai Selatan 2.008 1.588 3.596

5 Dumai Timur 2.019 959 2.978

6 Medang Kampai 459 32 491

7 Sungai Sembilan 1.221 247 1.468

JUMLAH 10.097 5.017 15.114

Tabel II.9

Jumlah Siswa SMA/MA/SMK Negeri dan Swasta Kota Dumai Tahun 2015

NO KECAMATAN SMA/SMK/MA

NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 1.549 148 1.697

2 Dumai Barat 1.743 68 1.811

3 Dumai Kota 116 1.377 1.493

4 Dumai Selatan 3.394 2.608 6.002

5 Dumai Timur 909 423 1.332

6 Medang Kampai 296 23 319

7 Sungai Sembilan 1.199 90 1.289

(22)

Dapat kita lihat bahwa pada tingkat pendidikan SD dengan

jumlah murid lebih banyak berada di Kecamatan Dumai Timur

dan Kecamatan Dumai Barat. Di samping jenjang pendidikan SD,

SMP, dan SMA, pada tingkat TK didominasi oleh sekolah swasta.

Hal ini menunjukan tingginya partisipasi pihak swasta dalam

pengelolaan pendidikan di Kota Dumai.

Untuk lebih jelasnya menggambarkan kondisi ketersediaan

akses pendidikan di Kota Dumai, berikuti dipaparkan beberapa

indikator akses pendidikan seperti angka partisipasi kasar (APK),

rasio ruang kelas per siswa, dan rasio rombongan belajar per

siswa.

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka partisipasi kasar (APK) adalah perbandingan antara

penduduk usia sekolah di daerah tertentu dengan jumlah siswa

usia sekolah yang tertampung di sekolah. Berdasarkan data Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Dumai penduduk usia 4-6

tahun di Kota Dumai tahun 2015 berjumlah 17.277 jiwa,

sedangkan jumlah siswa TK/PAUD se-Kota Dumai saat ini

berjumlah 13.947 orang. Dengan demikian APK TK Kota Dumai

adalah 80,73%.

Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota

Dumai sebenarnya cukup cepat. Tahun 2014 terdata sebanyak 75

TK/RA di Kota Dumai, dan pada tahun 2015 angka itu bertambah

menjadi 150 TK/PAUD. Jumlah anak usia sekolah 4-6 tahun yang

(23)

pendidikan yang dibangun oleh Pemerintah Kota Dumai dan

Masyarakat mempengaruhi tingginya APK TK/PAUD saat ini.

Pertumbuhan jumlah sekolah TK/RA mayoritas digerakkan

oleh sektor swasta yang mana sekolah-sekolah tersebut memiliki

daya tampung yang masih cukup terbatas. Jumlah TK Negeri di

Kota Dumai saat ini hanya 4 (empat) sekolah yakni di Kecamatan

Dumai Timur, Medang Kampai dan Bukit Kapur. Diharapkan ke

depan Kota Dumai memiliki TK Negeri minimal 1 (satu) per

kecamatannya, sehingga masih dibutuhkan pembangunan sekolah

baru di Kecamatan Dumai Barat, Dumai Selatan, Dumai Kota dan

Sungai Sembilan. Dengan demikian diharapkan kehadiran TK

Negeri tersebut dapat berfungsi sebagai pembina TK/PAUD swasta

yang ada di kecamatan masing-masing.

Oleh karena itu untuk meningkatkan akses pendidikan

PAUD Formal (TK/RA) yang dilakukan ke depan adalah dengan

mencanangkan pembangunan TK Negeri di setiap kecamatan yang

belum memiliki TK Negeri. Diharapkan dalam 5 tahun ke depan

hal tersebut telah terwujud baik melalui APBD Kota Dumai,

Provinsi, dan Pusat.

Pada jenjang pendidikan tingkat SD/MI, jumlah penduduk

usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai tahun 2015 sebanyak

33.854 jiwa. Sedangkan jumlah siswa SD/MI se-Kota Dumai

34.998 orang. Dengan demikian APK tingkat SD/MI adalah

103,38%.

Untuk tingkat SMP/MTs, jumlah penduduk usia sekolah

13-15 tahun di Kota Dumai adalah 15.134 jiwa, sedangkan jumlah

siswa tingkat SMP/MTs 13.058 orang. dengan demikian APK

(24)

Jika dilihat dari APK tingkat SD/MI dan SMP/MTs secara

umum memang dapat dikatakan bahwa Kota Dumai telah berhasil

dalam menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan

tahun. Namun jika kita lihat APK per kecamatan maka terdapat

disparitas yang cukup siqnifikan antar kecamatan. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.10

APK SD/MI DAN SMP/MTs PER KECAMATAN

No Kecamatan

1 Bukit Kapur 5.471 5.355 97,88 2.423 1.795 74,08 2 Dumai Barat 4.674 4.585 98,10 2.060 1.923 93,35

3 Dumai Kota 5.168 4.112 79,57 2.331 2.063 88,50

4 Dumai Selatan 5.437 5.325 97,94 2.467 3.030 122,82 5 Dumai Timur 7.325 9.706 132,51 3.335 2.833 84,95

6 Medang Kampai 1.465 1.612 110,03 591 262 44,33

7 Sungai Sembilan 4.315 4.304 99,75 1.927 1.153 59,83

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa aktifitas pendidikan

dasar tingkat SD/MI di Kota Dumai terkonsentrasi pada

Kecamatan Medang Kampai dan Dumai Timur, sedangkan untuk

tingkat SMP/MTs banyak terkonsentrasi di Kecamatan Dumai

Selatan. Hal ini dikarenakan persebaran sekolah SMP/MTs yang

lebih banyak berada di Dumai Selatan sehingga penduduk usia

sekolah dari kecamatan lain bersekolah di Dumai Selatan. Oleh

karena itu kecamatan lainnya terutama Sungai Sembilan masih

membutuhkan perluasan akses pendidikan dasar seperti

(25)

1. Membangun unit sekolah baru di wilayah pinggir kota Dumai

dengan tujuan agar konsentrasi sekolah-sekolah di pusat kota

bisa dipecah.

2. Pemerataan fasilitas dan mutu pendidikan dengan

meningkatan kapasitas sekolah-sekolah potensial.

3. Melakukan revitalisasi bangunan sekolah di wilayah padat

penduduk seperti di Jayamukti, Pangkalan Sesai, Bintan,

Sukajadi, Tanjung Palas, Dumai Kota, Buluh Kasap, dan Teluk

Binjai.

4. Menambah ruang kelas di sekolah-sekolah yang lahannya

masih cukup, dengan memperhatikan standar maksimal

rombongan belajar dan kapasitas kelas.

Dalam beberapa tahun terakhir APK Pendidikan Kota Dumai

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan pada semua jenjang

pendidikan (SD, SMP, dan SMA). Hal ini disebabkan jumlah siswa

lebih banyak dibandingkan dengan usia wajar penduduk.

Tabel II.11

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2011 - 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD 115,05 >100 >100 107,27 116,20

SMP 110,20 >100 >100 89,67 81,02

SMA 85,37 75,37 85,68 73,45 93,77

Dengan mencermati data APK tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Dumai telah berhasil

(26)

Pada jenjang pendidikan sekolah menengah, jumlah

penduduk usia sekolah 16-18 tahun di Kota Dumai tahun 2015

berjumlah 12.245 jiwa, sedangkan siswa SMA/MA/SMK se-Kota

Dumai berjumlah 10.512 orang. Dengan demikian APM

SMA/MA/SMK Kota Dumai adalah 85.85 %. Dari APM tersebut

tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa masih banyak

penduduk usia sekolah 16-18 tahun yang tidak sekolah.

Namun dalam hal pemerataan akses pendidikan dapat

dilihat dari persebaran pendidikan di tiap kecamatan sebagaimana

tabel berikut.

Tabel II.12

APK SMA/MA/SMK PER KECAMATAN

No Kecamatan

SMA Sederajat Pddk Usia

16-18 thn Siswa APK

1 Bukit Kapur 1.839 1.261 68,57

2 Dumai Barat 1.660 5.635 339,46

3 Dumai Kota 1.909 616 32,27

4 Dumai Selatan 2.125 639 30,07

5 Dumai Timur 2.753 1.255 45,59

6 Medang Kampai 465 271 58,28

7 Sungai Sembilan 1.494 835 55,89

Penumpukan siswa terutama terjadi di Kecamatan Dumai

Timur dan Dumai Barat seperti di SMAN 1, SMAN 2, SMKN 1,

SMKN 2, dan SMK Taruna Persada. Hal ini disebabkan karena

peserta didik yang berasal dari Kecamatan Bukit Kapur, Sungai

(27)

sekolah-disebut di atas masih membutuhkan penambahan ruang kelas

baru dan sarana lainnya.

Upaya yang dilakukan dalam 5 tahun ke depan dalam

mengatasi masalah akses pendidikan menengah adalah :

1. Merencanakan pembangunan unit sekolah baru SMA/ SMK

Negeri di Dumai Timur.

2. Memberikan beasiswa miskin secara bertahap sehingga

mencapai pendidikan menengah yang murah dan

terjangkau.

3. Mendorong dan memfasilitasi sekolah swasta agar

meningkatkan mutunya sehingga membantu pemenuhan

akses pendidikan menengah.

Jika dilihat dari indikator APK, jelaslah bahwa Kota Dumai

sebenarnya sudah mencapai target wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun dengan asumsi bahwa seluruh penduduk usia

sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun sudah terserap di dalam

lembaga pendidikan formal satuan pendidikan (sekolah). Bahkan

jika dilihat angkanya melebihi 100% dapat diambil kesimpulan

bahwa tidak hanya mereka yang terdaftar sebagai penduduk Kota

Dumai saja yang mendapatkan fasilitas akses pendidikan di Kota

Dumai, melainkan kawasan yang masuk wilayah administrasi

kabupaten-kabupaten tetangga seperti Bengkalis dan Rokan Hilir.

Namun terserapnya penduduk usia sekolah pendidikan

dasar tersebut belum diikuti dengan efisiensi pendidikan

berdasarkan umur. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi

murni (APM). Jumlah siswa usia sekolah 7-12 tahun di Kota

Dumai yang sebanyak 34.998 jiwa. Jika dibandingkan dengan

(28)

sebanyak 33.854 jiwa maka APM tingkat SD/MI sebesar 103.38 %.

Untuk tingkat SMP/MTs, jumlah penduduk usia sekolah 13-15

tahun di Kota Dumai adalah 15.134 jiwa, sedangkan jumlah siswa

berusia 13-15 tahun tingkat SMP/MTs sebesar 13.058 orang.

Dengan demikian APM SMP/MTs Kota Dumai baru mencapai

86.28%.

Belum tercapainya APM 100% disebabkan banyaknya

penduduk yang masuk sekolah meskipun usianya belum

mencukupi. Hal ini dapat dipandang bahwa antusiasme orang tua

memasukkan anaknya sekolah sebelum mencapai usia

menggambarkan kondisi ekonomi keluarga yang sudah baik,

namun di sisi lain dapat juga dipandang sebagai inefesiensi dalam

memaksimalkan perkembangan anak berdasarkan usianya.

Angka Partisipasi Murni Pendidikan Kota Dumai dari tahun

2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan secara

signifikan pada setiap jenjang pendidikan. Ini berarti persentase

penduduk kelompok usia sekolah yang bersekolah dijenjang

pendidikan tertentu cukup tinggi terutama pada jenjang SD dan

SMA. Sedangkan APM SMP tahun 2015 mencapai 83,14%. Hal ini

disebabkan adanya jumlah anak yang bersekolah pada jenjang

SMP di bawah kelompok usia Wajar (13-15 tahun).

Tabel II.13

Perkembangan Angka Partisipasi Murni Tahun 2011 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD 97,48 98,65 97,70 98,45 101,04

(29)

2. Rasio Siswa/Ruang Kelas/Rombongan Belajar

Untuk menjamin perluasan akses dapat diikuti dengan

mutu pembelajaran, jumlah siswa per ruang kelasnya harus

dibatasi sampai batas efektif seorang pendidik dapat memantau

perkembangan setiap peserta didiknya.

Untuk tingkat SD sederajat jumlah ruang kelas yang

tersedia di Kota Dumai adalah 900 unit dengan jumlah siswa

sebanyak 38.870 orang. Dengan demikian rasio siswa per ruang

kelas tingkat SD sederajat adalah 43,19 : 1. Jumlah ruang kelas

tingkat SMP sederajat di Kota Dumai adalah 365 unit, sedangkan

jumlah siswa sebanyak 15.128 orang. Dengan demikian rasio

siswa per ruang kelas tingkat SMP sederajat adalah 41,45 : 1.

Untuk tingkat SMA sederajat ruang kelas yang tersedia sebanyak

483, sedangkan jumlah siswa 12.326 orang. Maka rasio siswa per

kelas tingkat SMA sederajat di Kota Dumai adalah 25,52 : 1.

Rasio Jumlah Siswa/Kelas Tahun 2011 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD 30,80 31,64 39,28 38,86 43,19

SMP 31,29 31,25 30,64 33,66 41,45

SMA 30,95 31,89 39,62 26,82 25,52

Dari data beberapa tahun terakhir di atas terlihat bahwa

kita masih membutuhkan tambahan perluasan akses pendidikan

khusunya untuk tingkat SD. Kenyataan ini semakin dikuatkan

dengan melihat rasio siswa per kelas dan rasio ruang kelas

berbanding rombongan belajar yang cukup tinggi. Untuk tingkat

(30)

rasionya 1 : 0,71, dan untuk tingkat SMA sederajat rasionya 1 :

1,05.

Dapat dilihat bahwa rata-rata 1 (satu) unit ruang kelas

(bangunan fisik) dipakai lebih dari 1 (satu) rombongan/ kelompok

belajar, yang mana pada prakteknya hal ini disebut masih banyak

sekolah yang menerapkan double shift (terutama SD dan SMP Negeri), sebagian kelas belajar sore, sehingga dipandang kurang

efektif dalam mutu proses pembelajaran.

Rasio Ruang Kelas/Rombel Tahun 2011 - 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD 0,88 0,80 0,34 0,66 0,60

SMP 1,06 0,97 0,62 0,88 0,71

SMA 0,96 0,97 0,64 1,01 1,05

Selain hal di atas persoalan persebaran peserta didik yang

terjadi adalah penumpukan pada sekolah negeri terutama di

Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur. Hal ini terjadi karena

memang tingkat kepadatan penduduk Kota Dumai juga terjadi di

kecamatan yang disebut di atas.

Untuk mengatasinya selain dengan meningkatkan mutu

pendidikan sekolah di daerah pinggir kota dan

sekolah-sekolah swasta, juga dengan membuka sekolah-sekolah baru dan

menambah ruang kelas sekolah-sekolah yang lahannya masih

(31)

2.3.2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan

Kualitas Pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait

dalam satu sistem dan saling berpengaruh. Mutu keluaran

pendidikan dipengaruhi oleh mutu masukan, mutu proses, dan

mutu keluaran.

Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang

secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu

pendidikan meliputi: (I) ketersediaan pendidik dan tenaga

kependidikan (kuantitas dan kualitas) maupun kesejahteraan

pendidik; (2) prasarana dan sarana belajar yang tersedia dan

didayagunakan; dan (3) pendanaan pendidikan yang memadai

untuk menunjang mutu pembelajaran; serta (4) proses

pembelajaran efisien dan efektif.

1. Mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan

Salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi kualitas

pendidikan adalah ketersediaan pendidik dan tenaga

kependidikan. Sampai dengan Tahun 2015 terdapat sekitar 4.731

guru dari jenjang pendidikan SD hingga SMA, baik pada sekolah

negeri maupun swasta. Angka menunjukkan rasio guru terhadap

siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA Tahun 2015 yaitu 1:18,

1:18, dan 1:14. Apabila dibandingkan dengan rasio guru terhadap

siswa berdasarkan standar nasional pendidikan, maka jumlah

guru pada jenjang tersebut sudah sangat mencukupi. Rasio ini

tidak diikuti dengan pendayagunaan guru secara efisien. Beberapa

faktor penyebab ketidakefisienan tersebut disebabkan adanya

(32)

Masalah guru atau tenaga pendidik lainnya adalah masih

terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahlian atau latar

belakang bidang keilmuannya. Guru yang mengajar tidak sesuai

dengan bidang keahliannya (mismatch) masih banyak terjadi pada

jenjang SD, yang dalam hal ini erat kaitannya dengan kelayakan

mengajar guru.

Proporsi guru yang berpendidikan di bawah kualifikasi

minimal tersebut tentu tidak memadai jika pemerintah daerah

ingin menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Untuk

jenjang pendidikan SD menggunakan sistem guru kelas, SMP dan

SMA yang menggunakan sistem guru mata pelajaran. Namun

sebagaimana dipaparkan di atas banyak terjadi ketidaksesuaian

antara pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan

guru tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian, khususnya

dalam rekrutmen tenaga pendidik, penempatan, mutasi, dan

pengendaliannya.

Dalam memenuhi amanat UU No.14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa ada

banyak hal yang harus dibenahi. Hal ini terutama karena masih

banyak sekali tenaga pendidik belum memiliki tingkat pendidikan

setara S-1, sebagaimana tuntutan undang-undang.

Kondisi tenaga pendidik yang belum berpendidikan setara

S-1 dikategorikan sebagai tenaga pendidik yang belum berwewenang

(33)

Persentase guru kualifikasi S1 Tahun 2011 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD 1.128 1.230 1.838 1.866 2.170

SMP 812 637 856 821 841

SMA 891 483 554 804 860

Tentu saja masih banyak tenaga pendidik yang harus

membenahi diri. Oleh karena itu untuk mempercepat pemenuhan

tuntutan undang-undang, selain terbatasnya anggaran untuk

menyekolahkan para guru, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota Dumai berkoordinasi dengan Universitas Terbuka dan

Universitas Riau sehingga dapat menambah akses bagi para guru

dalam mencapai pendidikan setara sarjana.

Oleh karena itu sejak tahun 2007 sampai sekarang telah

dilaksanakan program penyetaraan guru dengan memberikan

bantuan pendidikan termasuk kerjasama dengan Universitas Riau

(UR) dan Universitas Terbuka (UT) dalam meningkatkan kualifikasi

pendidikan para guru. Salah satu yang penting bahwa syarat

kualifikasi guru adalah berpendidikan strata satu (S-1).

Dan untuk 5 (lima) tahun ke depan Pemerintah Kota Dumai

harus semakin aktif dalam membuka akses dan memfasilitasi

tenaga pendidik yang belum berpendidikan S-1 untuk mencapai

kualifikasi tersebut. Hal ini dikarenakan dalam UU No. 34 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen ditargetkan setelah tahun 2015

seluruh tenaga pendidik di Indonesia harus sudah mencapai

kualifikasi S-1. Oleh karena itu selain menganggarkan dukungan

(34)

aktif membangun kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah

Provinsi Riau maupun pemerintah pusat.

Kualifikasi tenaga pendidik juga berdasarkan UU Guru dan

Dosen telah dianggap sebagai profesi, sehingga tenaga pendidik

harus memiliki sertifikasi profesionalisme. Proses sertifikasi

tersebut saat ini masih dikoordinir oleh pemerintah pusat

termasuk quota setiap kabupaten/ kota setiap tahunnya.

Sampai dengan tahun 2015/2016 ini jumlah tenaga

pendidik dan pengawas sekolah yang telah mendapatkan

sertifikasi sebanyak 1.050 orang dari 3.856 tenaga pendidik

(27,23%). Hal ini dapat dilihat lebih jelas dalam tabel berikut :

NO TAHUN JUMLAH

GURU/PENGAWAS

1 2011 436

2 2012 112

3 2013 159

4 2014 162

5 2015 181

JUMLAH 1.050

Selain pemenuhan kualifikasi tenaga pendidik

berpendidikan setingkat sarjana, Pemerintah Kota Dumai juga

berupaya menghasilkan tenaga pendidik yang dapat menjadi

fasilitator dan menguasai metodologi penelitian pendidikan. Hal ini

dapat dicapai melalui pendidikan lanjutan bagi pendidik dan

tenaga kependidikan pada tingkat program magister (S-2) dan

(35)

Peningkatan tenaga kependidikan dalam hal ini

dititikberatkan kepada pengelola laboratorium (laboran) dan

perpustakaan (pustakawan). Selama ini diakui bahwa tenaga

laboran dan pustakawan belum memenuhi kualifikasi keahlian

profesinya. Mereka seharusnya mendapat pendidikan khusus yang

kualifikasinya diakui secara nasional bahkan internasional.

Pelatihan terhadap laboran dan pustakawan tersebut dapat

dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga pelatihan lainnya.

Hal ini penting dalam rangka pemberdayaan sumber daya

manusia pendidikan. Terutama sekali karena dari tahun 2010

Pemerintah Kota Dumai sudah melakukan kerjasama dengan

Universitas Riau untuk membuka program magister pendidikan di

Kota Dumai.

2. Kondisi Ruang Kelas

Pada tahun 2015, di tingkat SD ruang kelas yang dalam

kondisi baik 86,74%, rusak ringan 12,32 %, dan rusak berat 3,01

%. Di tingkat SMP/MTs yang dalam kondisi baik 89,76%, rusak

ringan 3,12 % dan rusak berat 2,90 %. Di tingkat SMA/MA ruang

kelas yang dalam kondisi baik 90,26 %, rusak ringan 1,58, dan

rusak berat 0 %.

Kondisi rusak ringan yang dimaksud terutama lantai ruang

kelas yang berdebu (tidak berkeramik), teras dan rabat kelas yang

turun/ retak, dan atap kelas/ rangka atap yang sudah dimakan

usia sehingga beberapa bagian bocor/ tempias jika hujan turun.

(36)

Kondisi rusak berat yang dimaksud adalah bangunan

sekolah negeri yang semula dibangun atas inisiatif masyarakat.

Karena keterbatasan dana sekolah tersebut pada sebagian

kelasnya masih kurang layak ditinjau dari kualitas bangunan

misalnya atap kelas yang sudah lapuk, kelas yang masih berlantai

tanah, dan dinding sekolah yang masih terbuat dari kayu/ papan.

Ruang Kelas Tahun 2011 - 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD 1.021 1.033 894 967 1.072

SMP 329 338 343 322 340

SMA 370 212 161 182 181

Jumlah sekolah seperti ini sebenarnya hanya sedikit dan

lokasinya berada jauh dari pusat kota seperti di daerah

transmigrasi di Kecamatan Sungai Sembilan dan Kecamatan Bukit

Kapur. Pemerintah Kota Dumai dalam 5 (lima) tahun terakhir

telah memfokuskan dana dan perhatian untuk memperbaiki

infrastruktur di daerah tersebut, namun untuk menuntaskan

sekolah dalam kondisi rusak berat dan rusak ringan

membutuhkan dana yang cukup besar yang berasal dari APBD

Kota Dumai, APBD Provinsi Riau, dan dari APBN Pemerintah

Pusat.

3. Angka Putus Sekolah

Tingkat siswa putus sekolah di Kota Dumai dapat dikatakan

(37)

SMP/MTs ada 5 (lima) orang, dan di tingkat sekolah menengah

terdapat 6 orang.

Perkembangan Angka Putus Sekolah Tahun 2011 - 2015

JENJANG 2011 2012 2013 2014 2015

SD <0,05 <0,05 0,05 <0,05 <0,05

SMP 0,17 0,03 0,26 0,26 0,17

SMA 0,03 0.10 0,05 0,05 0,03

Dalam beberapa tahun terakhir angka putus sekolah di Kota

Dumai dapat dikatakan cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar masyarakat Kota Dumai ternyata telah mampu

membiayai pendidikan anaknya pada pendidikan dasar mulai

sejak mendaftar sampai dengan selesainya. Selain itu juga dapat

disimpulkan bahwa program pembebasan biaya pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar melalui berbagai program seperti

Bantuan Operasional Sekolah (BOS), subsidi pendidikan melalui

dana APBD Kota Dumai, beasiswa siswa miskin, beasiswa retrival,

dan program-program lainnya sudah cukup berhasil.

4. Rasio Guru PNS dan Non PNS

Jumlah guru di Kota Dumai sebenarnya sudah mencukupi

kalau dilihat dari rasio guru berbanding siswa. Bahkan tidak

berlebihan dikatakan bahwa Kota Dumai sudah berkelebihan

tenaga pendidik. Hanya saja kalau kita lihat persentase jumlah

guru dengan status PNS dengan yang non PNS maka

(38)

Dari sisi kesejahteraan dan fasilitas jelas guru PNS lebih

baik daripada non PNS. Sementara tuntutan di sekolah hampir

tidak ada bedanya. Tentu saja hal ini bisa menimbulkan

kurangnya motivasi guru dalam mengajar yang berdampak pada

mutu pendidikan.

Mengharapkan kinerja guru bantu sama dengan tuntutan

terhadap guru PNS harus diikuti dengan kejelasan jenjang karir

dan status bagi guru bantu serta peningkatan kesejahteraan. Ke

depan kedua hal tersebutlah yang menjadi fokus dalam

pemerataan kebutuhan guru di Kota Dumai yang dilakukan oleh

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai bersama dengan

Badan Kepegawaian Daerah Kota Dumai.

5. Ketersediaan Sarana Pendidikan Lainnya

Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan, sarana

yang harus tersedia harus memenuhi Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional

khususnya Standar Sarana Pendidikan yang diatur dalam

Perarutan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 dan

Program Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EfA), sekolah harus memiliki sarana di antaranya perpustakaan,

laboratorium IPA, laboratorium bahasa, ruang praktek untuk

SMK, alat praktik siswa, sarana kegiatan kesiswaan, dan sarana

sanitasi sekolah.

Dalam pelaksanaan peningkatan kegiatan belajar dan

(39)

jenjang pendidikan SD/MI belum memadai dalam penyediaan

media, hal ini disebabkan pendidikan lebih memfokuskan kepada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama SMA/MA.

Perpustakaan dan laboratorium yang dimaksud adalah yang

sesuai dengan standar pelayanan minimal yang diatur oleh

peraturan perundang-undangan. Sebagian sekolah khususnya SD

tidak dapat memiliki lahan yang cukup untuk membangun sarana

yang sesuai dengan standar, sehingga menggunakan ruangan lain

difungsikan sebagai perpustakaan/ laboratorium.

Selain itu dengan digiatkannya program pendidikan

vokasional jumlah jurusan di SMK semakin bertambah yang

seharusnya diikuti dengan pertambahan ruang praktik dan alat

peraga siswa berdasarkan jurusan masing-masing. Hal-hal

tersebut di atas menunjukkan bahwa masih banyak sarana/ pra

sarana pendidikan yang harus dipenuhi Pemerintah Kota Dumai.

Dari aspek fisik, kondisi sarana dan pra sarana pendidikan

belum sepenuhnya memadai. Hal ini antara lain dapat dilihat dari

ketersediaan perpustakaan di sekolah. Saat ini baru 42 % sekolah

yang sudah memiliki perpustakaan. Selain kondisi fasilitas yang

demikian juga masih banyak ruang belajar dan sarana belajar lain

seperti laboratorium dan sarana olahraga yang rusak. Kondisi

demikian selain akan berpengaruh pada proses belajar mengajar,

juga akan berdampak pada keengganan orang tua untuk

menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

Fasiliitas lainnya yang turut mempengaruhi mutu pendidikan

(40)

SD, SMP, SMA dan SMK berturut-turut adalah 0,75; 0,65; 0,60

dan 0,25. Kondisi ini masih jauh dari kondisi ideal yakni rasio 1:1

(satu siswa satu buku). Masalah yang lebih besar tidak hanya

terletak pada ketersediaan buku tetapi juga pendayagunaan buku

pelajaran tersebut untuk meningkatan mutu pendidikan.

Kecenderungan sekolah untuk mengganti buku setiap tahun

ajaran baru semakin memberatkan orang tua siswa. Selain itu

juga menimbulkan pemborosan yang tidak perlu, karena buku

yang ada di sekolah tidak dapat dimanfaatkan oleh siswa tahun

berikutnya. Faktor lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu

dan daya saing adalah anggaran pendidikan yang belum memadai,

baik dalam ketersediaannya maupun dalam efisiensi

pengelolaannya.

6. Daya Saing Hasil Pembelajaran

Pemerintah Kota Dumai sudah serius dan berupaya dalam

memperhatikan persoalan pendidikan. Pada dasarnya kuantitas

lulusan yang dihasikan sejalan dengan kualitasnya. Pemerintah

melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan kriteria

kompetensi lulusan yang mana untuk mencapai hasil tersebut

dipersiapkan melalui kurikulum, rencana pokok pembelajaran,

dan silabus yang disusun oleh setiap tenaga pendidik (guru).

Berbagai instrumen tersebut diterjemahkan di dalam

pembelajaran sehari-hari dan dievaluasi secara berkala oleh

(41)

nasional. Oleh karena itu hasil ujian nasional dapat dianggap

mewakili kualitas peserta didik.

Dinas Pendidikan berupaya meningkatkan mutu hasil

pembelajaran melalui berbagai upaya. Salah satunya adalah

melaksanakan try out kepada calon peserta ujian nasional di setiap jenjang pendidikan. Hal ini dipandang penting karena

mengingat di tahun 2015 prestasi pendidikan Kota Dumai

khususnya jika dilihat dari persentase kelulusan belum

membanggakan.

Oleh karena itu di tahun 2015/2016 dilakukan pembenahan

sebagai hasil evaluasi hasil ujian nasional 2014/2015.

Pelaksanaan try out tetap dijadikan pilihan meskipun di tahun sebelumnya juga dilaksanakan. Hal ini didasarkan pandangan

bahwa belum semua siswa terbiasa dengan model ujian dengan

sistem komputerisasi.

Hasilnya memang mengalami peningkatan meskipun belum

begitu baik. Khususnya untuk tingkat SMA/MA dan SMK

peningkatannya cukup baik. pada tahun 2014/2015 angka

kelulusan SMA/MA sebesar 99,80 %, dan pada tahun 2015/2016

meningkat menjadi 100 % untuk SMA dan MA. Berarti ada

kenaikan sebesar 1%. Ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai untuk membenahi

mutu pembelajaran dan persiapan menjelang ujian nasional di

tahun mendatang.

Sebagai tambahan berikut ditampilkan rata-rata nilai ujian

(42)

ujian se-Provinsi Riau. Meskipun kebanyakan nilai rata-rata yang

diperoleh Dumai melebihi rata-rata di Provinsi Riau namun

prestasi ini belumlah begitu memuaskan, dan ke depan harus

dilakukan banyak pembenahan untuk mendongkrak mutu

pendidikan, khususnya hasil ujian nasional.

Penilaian tersebut menggunakan indikator-indikator dari 8

(delapan) standar pendidikan nasional. Dengan memperhatikan

hasil penelitian dan publikasinya yang dimuat pada beberapa

media massa lokal Riau, Kota Dumai ternyata mempunyai mutu

pendidikan terbaik di Riau karena parameternya lebih lengkap

daripada hanya melihat hasil ujian nasional.

Meskipun demikian prestasi yang telah dicapai ini perlu

dimaknai sebagai bagian dari evaluasi kinerja peningkatan mutu

pendidikan yang selama ini telah dilaksanakan di Kota Dumai.

Dan ke depan perlu lebih banyak mempelajari hal-hal apa saja

yang sangat menentukan penilaian mutu pendidikan di suatu

daerah, sehingga pembenahan mutu pendidikan dapat dilakukan

lebih kompherensif.

Pada tahun 2015 dan 2016 perkembangan daya saing

pendidikan berdasarkan evaluasi kualitas hasil pembelajaran yang

dilihat dari tingkat kelulusan dan nilai akhir ujian nasional pada

setiap jenjang pendidikan dibandingkan dengan peringkat

se-Provinsi Riau terus mengalami dinamika.

(43)

Namun hal ini tidak serta merta diikuti dengan perbaikan

peringkat di Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

persaingan perkembangan yang cukup siqnifikan dari kabupaten/

kota yang lain di Riau.

NO TINGKAT TAHUN

1 SD/MI 2011 99.96% Turun 7.38 Naik 4

2012 100.00% Naik 7.12 Turun 8

2013 100.00% Naik 7.35 Naik 4

2014 99.94% Turun 7.05 Turun 6

2 SMP/ MTs

2011 99.57% Naik 7.61 Naik 9

2012 99.21% Turun 7.71 Naik 9

2013 99.85% Naik 7.23 Turun 3

2014 99.94% Naik 8.01 Naik 1

Ujian nasional memang dapat menjadi indikator mutu

pendidikan di sebuah daerah. Dan yang menjadi pembanding

adalah hasil ujian nasional di daerah lain. Namun ujian nasional

bukan satu-satunya indikator keberhasilan atau mutu pendidikan.

Dan hasil ujian nasional sangat dipengaruhi oleh banyak hal lain

seperti kualitas guru, metode pembelajaran, dan kurikulum.

Jika hanya melihat hasil ujian nasional ini meskipun

mengalami peningkatan namun belum membuat prestasi

pendidikan Kota Dumai dalam hal hasil ujian nasional menjadi

kebanggaan bersama. Dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan

diharapkan minimal dalam hal kelulusan dan rata-rata nilai ujian

nasional Kota Dumai dapat berada pada posisi 5 besar, bahkan di

(44)

besar di Riau. Oleh karena itu harus dilakukan banyak

pembenahan terutama di dalam peningkatan kualitas pendidik,

penyediaan sarana dan pra sarana yang memadai, serta

peningkatan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan melalui

berbagai program dan kegiatan sebagaimana termuat di dalam

RENSTRA Pendidikan ini.

2.3.3. Tata Kelola Pemerintahan, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.

Tujuan dari program perluasan dan pemerataan pendidikan;

peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing akan tercapai

dengan baik apabila dibarengi dengan peningkatan mutu tata

kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik penyelenggara

pendidikan. Penerapan manajemen sumber daya pendidikan di

Dinas dan sekolah-sekolah yang efektif dan efesien akan tercapai

apabila dikembangkan dengan sistem pengelolaan pendidikan dan

didukung oleh sumber daya manusia yang handal.

Salah satu tujuan desentralisasi pendidikan adalah

peningkatan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat dan

juga sebagai alat pelayanan pendidikan. Desentralisasi pendidikan

harus sampai ke sekolah dan sekolah diberi kewenangan

mengatur rumah tangga sekolah yang disesuaikan dengan kondisi

masyarakat setempat dan dilakukan secara partisipatif

(Manajemen Berbasis Sekolah). Namun hal tersebut masih terasa

sulit bagi sekolah untuk memberdayakan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip kemandirian

(45)

Program dan pengelolaan pendidikan masih belum berjalan

dengan baik terutama program penuntasan wajib belajar 9 Tahun,

karena masih lemahnya koordinasi dan sinkronisasi antara

pemerintah pusat, provinsi, dan kota. Di sisi lain, pelaksanaan

monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan pendidikan masih

belum optimal. Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi ini

program-program dapat dipantau dan dipastikan bahwa proses

implementasi kegiatan pendidikan berlangsung dengan baik dan

tujuan dicapai dengan opimal.

Manajemen data dan informasi pendidikan Kota Dumai yang

masih lemah, data kependidikan kurang akurat, masih menjadi

kendala sehingga dalam merumuskan program dan kegiatan

setiap tahunnya belum optimal sebagai mana mestinya.

Masih belum tertata dengan baik sistem perencanaan,

aktualisasi, implementasi, koordinasi, monitoring, dan evaluasi

program dan kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai, serta belum optimalnya

sumber daya manusia yang melaksanakan berbagai program dan

kegiatan tersebut dapat terlihat dari :

• Masih terdapatnya miskoorndinasi antara bidang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang sebagian

disebabkan karena masih terdapatnya ego sektoral;

• Koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat baik dalam hal pelaksanaan program nasional dan

provinsi maupun dalam upaya bantuan kegiatan dan

anggaran belum tertata dan cenderung berjalan

(46)

• Kegiatan belum benar-benar berfokus pada pencapaian hasil sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen

perencanaan dan tindak lanjut (keberlanjutannya) masih

belum optimal;

Database, sistem informasi manajemen, dan pengembangan teknologi berbasis web yang belum optimal;

• Sarana dan pra sarana gedung kantor serta fasilitas yang belum mendukung dinamika dan mobilisasi layanan

pendidikan.

2.3.4. Anggaran Pendidikan Kota Dumai

Anggaran pendidikan memang telah melebihi 20% dari

APBD Kota Dumai dalam kurun 4 (empat) tahun terakhir. Namun

jika dilihat komposisinya maka sebagian besar anggaran tersebut

terserap untuk membiayai gaji pegawai, honor dan transportasi

guru/pegawai tidak tetap, dan biaya operasional sekolah negeri

mulai dari tingkat TK hingga sekolah menengah. Selebihnya

anggaran yang ada diupayakan untuk dapat memenuhi

kebutuhan sarana/ pra sarana pendidikan, kegiatan peningkatan

mutu guru, kegiatan rutin kesiswaan, pembinaan pelayanan

sekolah, dan penyediaan beasiswa bagi siswa kurang mampu.

Hal ini dapat dilihat dari komposisi anggaran Dinas Pendidikan

(47)

N0 JENI S KEGI ATAN ANGGARAN ( Rp) %

1 Belanja Tidak Langung 262.428.892.110 79,94

2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

4.786.619.150 1,46

3 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

6 Program Pendidikan Anak Usia Dini 1.808.092.900 0,55

7 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

28.937.445.996 8,81

8 Program Pendidikan Menengah 16.389.981.395 4,99

9 Program Pendidikan Non Formal 232.652.340 0,07

10 Program Pendidikan Luar Biasa 464.391.912 0,14

11 Program Peningkatan Mutu

Dengan anggaran yang sangat terbatas, program-program

pendidikan harus secara ketat menetapkan skala prioritas selama

jangka menengah. Kita mengetahui ada banyak persoalan

pendidikan yang harus dijawab seperti: sarana pendidikan yang

masih banyak belum memenuhi standar khususnya di daerah

pinggiran dan sekolah swasta, masih perlunya peningkatan akses

pendidikan, meringankan biaya pendidikan terutama bagi yang

kurang mampu, masih banyaknya pendidik yang belum memenuhi

kualifikasi, proses belajar mengajar yang belum optimal,

kurangnya kegiatan peningkatan prestasi siswa, terdapat ancaman

penurunan moralitas siswa, kurangnya kegiatan peningkatan

(48)

pendidikan, belum meratanya alat pembelajaran di setiap sekolah,

dan lain sebagainya.

Oleh karena itu langkah-langkah yang diambil untuk

mengatasi persoalan anggaran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Melakukan rasionalisasi dan evaluasi terhadap penggunaan

dan penyerapan anggaran di setiap program dan kegiatan serta

hasil dan efektivitas program/ kegiatan tersebut terhadap

upaya pencapaian target pembangunan pendidikan sebagai

mana mengacu kepada dokumen perencanaan lima tahunan.

2. Untuk mendukung pembangunan sarana dan pra sarana

pendidikan dilakukan berbagai upaya seperti membangun

komunikasi yang intensif dengan Pemerintah Provinsi Riau dan

Pemerintah Pusat serta perusahaan-perusahaan di Kota Dumai

melalui dana Coorporate Social Responsibility (CSR). Hasilnya sudah mulai terlihat di mana dari tahun 2011 pemerintah

provinsi mengalokasikan dana pembangunan yang lebih

banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang

difokuskan pada R-SBI, SMPN 15, SMAN 2, SMKN 1, dan SMK

Taruna Persada. Dan untuk tahun depan sudah disepakati

dengan Pemprov. Riau dana sharing untuk pendidikan Kota

Dumai melalui Rakor Pendidikan Se-Riau dan Musrenbang

Provinsi. Beberapa perusahaan di Kota Dumai seperti PT.CPI

dan Pertamina (Persero) juga sudah menyatakan komitmennya

untuk mendukung penyediaan sarana/ pra sarana khususnya

di daerah pinggir kota.

3. Mengevaluasi penggunaan berbagai dana operasional termasuk

(49)

4. Melakukan penghematan dalam penyediaan honor pantia

kegiatan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota

Dumai.

Namun diharapkan dalam tahun-tahun mendatang

penyediaan anggaran pendidikan diharapkan dapat semakin

ditingkatkan terutama dalam kegiatan yang diarahkan untuk

mengejar target pembangunan pendidikan seperti penyediaan

sarana dan prasarana, peningkatan kualitas dan kualifikasi

pendidik dan tenaga kependidikan, serta peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah.

2.3.5. Siswa Kurang Mampu dan Siswa Berprestasi.

Pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa memperoleh

pendidikan yang layak dan bermutu adalah hak setiap warga

negara yang dijamin dalam UUD 1945. Namun di sisi lain kita juga

menyadari bahwa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu

tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apalagi

mengingat kondisi ekonomi masyarakat kita yang sebagiannya

masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Meskipun angka putus sekolah Kota Dumai relatif kecil

(dibawah 2%) namun berdasarkan pengamatan dan laporan yang

diterima masih banyak keluarga yang sangat kesulitan dalam

membiayai pendidikan anak-anaknya. Hal ini terutama pada saat

memasuki tahun ajaran baru yakni berupa kebutuhan pakaian,

buku, tas, dan biaya lainnya. Selain itu sebagian siswa didapati

terpaksa bekerja atau membantu orang tua mencari uang setelah

pulang sekolah. Akibatnya di waktu malam mereka kurang bisa

maksimal lagi mengulang pelajaran akibat kelelahan. Terutama

(50)

menjalankan program wajib belajar pendidikan dasar dua belas

tahun.

Selain perlunya subsidi pendidikan bagi siswa yang berasal

dari keluarga kurang mampu, siswa yang berprestasi juga wajib

diberikan apresiasi. Mereka mendapat prestasi di sekolah dan

yang berhasil membawa nama baik Kota Dumai dalam berbagai

perlombaan sains, olahraga, dan seni, terutama sekali jika mereka

berasal dari keluarga yang sederhana, harus mendapatkan

penghargaan bahkan jaminan pendidikan sampai selesai tingkat

sekolah menengah bahkan sampai tingkat sarjana.

2.3.6. Forum-Forum Pendidikan

Peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan tidak dapat

dihasilkan hanya oleh pemerintah semata, harus ada kerjasama

dengan kelompok-kelompok masyarakat. Dengan adanya

kesadaran untuk terus mengembangkan diri secara mandiri atau

difasilitasi oleh pemerintah diharapkan kendala-kendala yang

dihadapi dunia pendidikan dapat terus diatasi.

Oleh karena itu forum-forum seperti Kelompok Kerja Kepala

Sekolah (K3S) tingkat SD/ sederajat, Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS) tingkat SMP sederajat dan SMA sederajat,

Kelompok Kerja Guru (KKG) tingkat SD sederajat, dan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat SMP sederajat

dan SMA sederajat harus benar-benar diberdayakan, termasuk

(51)

melakukan pemetaan terhadap mutu pendidikan berdasarkan

hasil diskusi secara mandiri. Bahkan mereka sudah melakukan

berbagai pelatihan dengan mengundang narasumber lokal secara

mandiri.

Namun kendala yang dihadapi adalah keterbatasan dana.

Dalam beberapa aspek kapasitas narasumber lokal belum mampu

secara maksimal untuk secara langsung ikut serta dalam

mengatasi berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi sekolah.

Oleh karena itu diperlukan profesional baik dari tingkat provinsi

maupun nasional untuk membantu mentransfer pengetahuan dan

pengalaman, yang tentunya diikuti oleh pembiayaan yang sesuai.

Selain itu dibutuhkan juga dana untuk biaya konsumsi

pertemuan/ rapat dan pelatihan, alat tulis kantor, dan

perlengkapan lainnya.

Diharapkan ke depan forum-forum seperti ini semakin

diberdayakan dan dimandirikan secara kelembagaan sehingga

persolan-persoalan pendidikan dapat diselesaikan oleh seluruh

pihak yang berkepentingan tersebut.

2.4. Analisis Kondisi Eksternal dan Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai

2.4.1. Hasil Identifikasi dan Analisis Potensi Kependudukan Kota Dumai

A. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk yang besar dapat menjadi modal

pembangunan bila kualitas penduduknya baik, namun sebaliknya

(52)

Jumlah Penduduk Kota Dumai pada sampai dengan 31 Desember

tahun 2015 adalah 264.415 yang tersebar pada lima wilayah

Kecamatan seperti pada table berikut :

Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan

Penduduk Kota Dumai sebagian besar terkosentrasi di

Kecamatan Dumai Selatan dan Kecamatan Dumai Timur. Bila

dibandingkan jumlah penduduk dengan luas masing-masing

Kecamatan maka daerah yang paling padat adalah Kecamatan

Dumai Timur yaitu 1.390 jiwa/km².

B. Umur Penduduk

Melihat komposisi penduduk berdasarkan usia, dapat dilihat

(53)

Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur dan Jenis Kelamin

Melihat komposisi penduduk menurut umur, di mana

penduduk yang berusia kerja yaitu yang berusia 15 55 tahun

mempunyai jumlah yang cukup dominan. Hal ini berhubungan

dengan kondisi Kota Dumai sebagai salah satu kota tujuan

migrant tersebut pada umunya adalah penduduk yang berusia

muda atau yang berusia kerja.

C. Perkembangan penduduk

Melihat pertumbuhan penduduk Kota Dumai empat tahun

terakhir mempunyai perkembang yang cukup tinggi. Hal ini

terlihat dalam tabel berikut.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Dumai

Gambar

Tabel II.1Jumlah PNS Menurut Pangkat dan Golongan
Tabel II.3Jumlah SD/MI Negeri dan Swasta
Tabel II.5Jumlah SMA/MA/SMK Negeri dan Swasta
Tabel II.6Jumlah Siswa TK/PAUD Negeri dan Swasta
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian penulis membuat perancangan sistem informasi akademik berbasis SMS Gateway pada SMAN 2 Pacitan yang diharapakan mampu membantu orangtua siswa dalam memantau

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan Islam masalah metode mendapatkan perhatian yang sangat besar. Al-quran dan al- Hadits sebagai

Evaluasi Pembinaan penelitian adalah kegiatan mengevaluasi pelaksanaan meneliti di kalangan staf edukatif FKG apakah sudah sudah sesuai dengan pencapaian target yang

Aplikasi pendaftaran siswa baru di SMKN 2 Pacitan memiliki tiga pegguna, yaitu untuk pengguna (membaca dan mencetak data), operator (membaca, mencetak, mengubah basis data pada

Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pertolongan

Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya penulis memiliki solusi untuk mengembangkan suatu aplikasi web sebagai sarana pengelolaan nilai siswa,sehingga data yang

Staf melakukan persiapan pembuatan proposal penelitian dengan mengacu pada Pedoman HIBAH PENELITIAN DPP- SPP FKG-UB yang dibuat oleh BPPM.. Staf edukatif yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu: Sistem