• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DATA. 27 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISIS DATA. 27 Universitas Kristen Petra"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

27 Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah GBIS River of life

Banyak jenis atau aliran gereja Kristen di dunia. Di Indonesia sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/GerejadiIndonesia, chap 2) ada beberapa aliran atau denominasi yaitu Calvinis, Lutheran, gereja Methodis, Menonit, Pentakosta- karismatik, gereja Baptis. Gereja Bethel Injil Sepenuh River of Life atau sering disingkat GBIS ROL merupakan gereja Pentakosta-karismatik. Didirikan oleh beberapa orang pengurus pada 11 Maret 2001. Gereja ini dipimpin oleh seorang gembala sidang yaitu Pdt. Dr. Agung Budi S.S,PRI. Awalnya gereja ini bertempat di sebuah hotel. Namun kemudian berpindah ke sebuah supermarket di daerah Kertajaya.

Pada awal berdirinya gereja ini, jemaat yang datang hanya sedikit saja.

Namun makin lama gereja ini semakin bertambah jemaatnya. Akhirnya pada tahun 2007, gereja ini berpindah tempat di sebuah ruko di daerah Klampis. Gereja ini menyewa satu ruko dan kemudian digabung dengan satu ruko milik salah satu dari pengurus gereja.

Namun seperti gereja-gereja atau organisasi lain, terjadi konflik di dalam pengurus jemaat. Konflik ini membuat perpecahan di dalam gereja sehingga ada beberapa pengurus gereja yang mengundurkan diri dari kepengurusan bahkan mengundurkan diri menjadi anggota jemaat gereja ini. Pengunduran diri beberapa pengurus ini membuat gereja bingung karena salah seorang pengurus yang mengundurkan diri ini merupakan salah seorang yang memiliki salah satu ruko yang ditempati GBIS ROL untuk beribadah. Akhirnya disepakati bahwa gereja ini akan membeli ruko tersebut sehingga ruko itu dapat digunakan untuk beribadah oleh jemaat tanpa harus berpindah-pindah lagi.

Setelah perpecahan itu, gereja ini mulai berbenah diri kembali. Disusunlah

pengurus-pengurus baru di dalam gereja ini. Kemudian para pengurus bersama

para pelayan yang ada bekerjasama untuk memajukan gereja ini. Dari kerjasama

itu membuahkan hasil hingga tahun 2012 kemarin didata bahwa jemaat dari GBIS

ROL mencapai 103 orang dewasa dan 20 anak-anak..

(2)

28 Universitas Kristen Petra

Pada awalnya gereja ini hanya mengadakan satu kali ibadah. Namun sekarang gereja ini membagi ibadah menjadi 3 yaitu ibadah raya I berisi jemaat diakonia (35 orang), ibadah raya II untuk jemaat dengan ekonomi yang dianggap menengah ke atas (55 orang), dan ibadah raya III untuk jemaat pelajar yang mendapatkan beasiswa (13 orang). Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah penyampaian khotbah kepada jemaat-jemaat yang ada sehingga mereka mengerti dan bahkan dapat menjalankan pengajaran yang ada. Pembagian jadwal ibadah ini terjadi dari awal tahun ini sejak visi gereja terbentuk

4.1.2 Profil Ibadah Raya I

Ibadah raya I terbentuk sejak tahun 2013. Ibadah raya ini disebut juga dengan ibadah diakonia. Disebut ibadah diakonia karena ibadah ini berisi jemaat- jemaat yang perlu dilayani. Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu serta berpendidikan rendah. Dalam kehidupan sehari-hari mereka juga berprofesi sebagai pedagang asongan atau ibu rumah tangga. Bahkan ada beberapa yang menjadi pengangguran.

Dalam pengelompokkan jemaat tersebut termasuk jemaat diakonia atau tidak, gereja mendata setiap jemaat. Apabila jemaat yang berpendapatan di bawah 1,5 juta mereka diikutkan dalam ibadah diakonia (Pdt. Agung, personal communication, Februari 10, 2013).

Setiap minggunya, jemaat diakonia akan memulai ibadah pada pukul 07.00 pagi. Awalnya mereka berkumpul di salah satu rumah jemaat lain dan kemudian mereka sama-sama berangkat menuju gereja dengan menyewa sebuah angkutan umum.

Dalam setiap ibadah, jemaat ini dibina oleh sebuah tim yang disebut tim ibadah raya I. Mereka terdiri dari 4 orang yang bertugas untuk mengajar, serta membina mereka. Tugas lain dari tim ibadah raya I adalah menentukan tema khotbah setiap minggunya untuk kemajuan dari jemaat ini.

Ibadah raya I tidak seperti dua ibadah lainnya di ROL. Ibadah ini

terkadang terlihat santai. Bahkan dalam ibadah berlangsung, bahasa yang

digunakan adalah bahasa sehari-hari. Terkadang menggunakan Bahasa Jawa. Hal

ini dimaksudkan agar jemaat yang ada dapat lebih mudah untuk mengerti dari isi

(3)

29 Universitas Kristen Petra

khotbah. Penggunaan Bahasa Jawa ini dilakukan karena ada beberapa anggota jemaat diakonia yang tidak terlalu fasih dalam berbahasa Indonesia.

Selain penggunaan bahasa, untuk memudahkan mereka mengerti khotbah yang ada, terkadang mereka akan melihat film. Dari film itu kemudian akan ditarik kesimpulan maksud dari cerita yang ada. Terkadang khotbah juga berisi tanya jawab langsung antara pengkhotbah dengan jemaat. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kebingungan mereka atau pada saat mereka tidak mengerti isi khotbah.

4.2 Profil Informan 4.2.1 Robert Tjahjono

Robert Tjahjono adalah seseorang yang lahir pada tanggal 1 Desember 1965. Dia memiliki istri bernama Lie Tien Tien dan seorang anak laki-laki.

Dalam kehidupan sehari-hari, dia berprofesi sebagai penginjil. Robert Tjahjono setiap harinya harus melayani sebuah perusahaan dalam renungan atau persekutuan doa yang diadakan oleh perusahaan itu sebelum perusahaan tersebut mulai beroperasi setiap harinya.

Robert Tjahjono bergabung dengan gereja ROL ini dari awal pembentukan gereja, sehingga dia mengerti tentang perkembangan gereja ini dari awal sampai sekarang. Dalam gereja GBIS ROL ini, Robert Tjahjono dipercaya untuk menjadi wakil dari gembala sidang. Sehingga setelah memberikan renungan di sebuah perusahaan tiap paginya, dia langsung menuju sekretariat gereja untuk mengurus masalah intern gereja.

Pada awal 2013 ini, gereja memiliki visi Tahun Investasi. Dan kemudian

diambilah keputusan untuk membagi ibadah menjadi tiga bagian di mana ibadah

raya I berisi jemaat diakonia, Ibadah raya II berisi jemaat dengan ekonomi

menengah ke atas, dan ibadah raya III yaitu untuk pelajar yang mendapat

beasiswa. Robert Tjahjono yang merupakan wakil gembala sidang GBIS ROL

terbeban untuk melayani jemaat diakonia. Maka dari itu, dia ikut ambil bagian

untuk menjadi anggota tim ibadah raya I. Dalam menjalankan aktifitasnya sebagai

anggota tim ibadah raya I, dia bersama tiga orang lainnya menentukan tema setiap

(4)

30 Universitas Kristen Petra

khotbah pada hari Minggu. Tema apa yang cocok untuk mereka serta menentukan orang-orang yang berkhotbah setiap hari Minggunya.

4.2.2 Joshua

Joshua adalah seorang ayah dengan dua orang anak. Dia lahir pada 8 Juli 1968. Dalam kesehariannya dia mengelola sebuah percetakan yang dia bangun bersama beberapa orang temannya. Kehidupannya tidak hanya mengurus percetakan namun juga melayani serta memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

Joshua memiliki pemikiran di manapun dia berada, dia harus melayani Tuhan. Hal ini membuat di manapun dia berada termasuk di tempat kerjanya dia melayani Tuhan. Hal ini ditunjukkan dengan memperhatikan serta memberikan contoh yang baik untuk karyawan-karyawannya. Bahkan setiap pagi dia mengajak karyawannya untuk berdoa terlebih dahulu. Apabila karyawan ada masalah atau sakit, dia tidak segan-segan untuk membantu atau memberi nasihat. Semua nasihat yang ia berikan selalu berdasarkan apa yang dia baca atau pelajari dari Alkitab. Sering pula dia mendoakan karyawan-karyawannya yang sakit atau tertimpa masalah walaupun karyawan tersebut beragama lain. Hal ini membuat karyawan yang bekerja dengannya merasa nyaman dan diperhatikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan dari salah satu karyawannya

“Pak Joshua ini menganggap karyawan di sini adalah keluarga. Bila ada masalah kita bisa cerita-cerita ke dia, dan dia dengan senang hati mau membantu. Orang-orang di sini senang sama Pak Joshua. Enak kerja di tempat in.i”.

(hasil wawancara dengan Herry, salah satu karyawan Joshua).

Joshua bergabung dengan GBIS ROL semenjak gereja ini dibentuk pada tahun 2001. Sama seperti Robert Tjahjono dia adalah seseorang yang mengerti perkembangan GBIS ROL dari awal. Dan saat ini, dia merupakan tim inti dari ibadah raya I.

Pada saat diminta menjadi tim ibadah raya I, Joshua sangat antusias sekali.

Hal ini karena memang dari awal Joshua sudah terbeban untuk melayani jemaat

diakonia. Joshua berperan aktif dalam membina jemaat diakonia. Setiap Minggu

pagi, dia selalu mendampingi jemaat diakonia dalam beribadah. Bahkan Joshua

(5)

31 Universitas Kristen Petra

sering memberikan khotbah pada hari Minggu. Khotbah yang dia berikan biasanya berisikan pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga jemaat diakonia bisa menerima dengan mudah isi dari khotbah tersebut.

Pada awalnya menjadi tim ibadah raya I, Joshua berusaha untuk mendekatkan diri dengan jemaat diakonia. Untuk membuat mereka dekat, Joshua tidak segan-segan untuk mengikuti acara-acara atau memperhatikan jemaat diakonia. Pada saat ada salah satu jemaat diakonia yang sakit, Joshua tidak segan- segan membantu mengurus rumah sakit untuk jemaat itu. Dan hampir setiap hari dia membesuk untuk mengetahui perkembangan dari jemaat tersebut. Saat ini Joshua sangat nyaman serta merasa memiliki kesempatan yang besar yang dia sebut sebagai tugas Tuhan untuk melayani jemaat diakonia.

4.2.3 Esther Sulikah

Esther Sulikah lahir pada Desember 1967. Sehari-hari dia bersama orangtuanya. Wanita yang tidak bekerja ini merupakan salah satu dari jemaat diakonia di GBIS ROL. Dia bergabung dengan gereja ini sejak tahun 2010, sedangkan orangtuanya masih beragama.

Pada awalnya, Esther bekerja di sebuah kantor (yang bersangkutan tidak berkenan menyebutkan). Dia mengurus administrasi. Namun suatu ketika dia diberhentikan oleh kantor tersebut karena dia sakit katarak serta myop. Dalam sakitnya itu dia akhirnya pergi ke gereja dan dengan bantuan GBIS ROL akhirnya dia dapat operasi myop. Setelah menjalani operasi myop, dia menjalankan operasi katarak. Namun hanya satu mata saja yang dapat.

Saat ini keseharian Esther adalah diam di rumah. Setiap bulan dia mendapat tunjangan Rp. 300.000 dari orangtuanya serta mendapat bantuan gereja.

Dengan jumlah uang yang terbatas dia berusaha mencukupkan semua kebutuhannya. Selain itu dia juga aktif dalam kegiatan gereja. Setiap hari Selasa dia ikut persekutuan doa di kampungnya serta pelayanan seperti membesuk orang- orang yang dianggap membutuhkan. Pada hari Rabu dia aktif dalam komsel (salah satu kegiatan GBIS ROL di mana mereka berkomunitas dan diisi dengan sharing).

Dalam hidupnya saat ini dia hanya mengisi waktu untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan rohani.

(6)

32 Universitas Kristen Petra

4.2.4 Wartiah

Wartiah lahir di Surabaya 28 April 1967. Wartiah adalah seorang orangtua tunggal dari empat orang anak. Suaminya meninggalkan wartiah sekitar 10 tahun yang lalu. Namun hal ini tidak membuat dia patah semangat. Dia mencari pekerjaan agar dia dapat menghidupi anak-anaknya.

Saat ini Wartiah menjadi pembantu rumah tangga. Tugasnya juga menjaga anak majikannya. Setiap bulan, pendapatan Wartiah Rp. 600.000. Dengan uang yang sangat minim tersebut dia harus membiayai anak-anaknya yang berjumlah empat orang.

Setiap harinya, Wartiah harus bekerja dari pagi hingga sore hari. Dia bekerja dari hari Senin sampai hari Sabtu. Pada hari Minggu dia mendapat libur dari majikannya karena dia harus ke gereja bersama dengan teman-teman diakonia yang lain.

Wartiah tercatat sebagai jemaat ROL pada tahun 2009. Dia merasa bertumbuh dan merasa nyaman dengan bergereja di GBIS ROL karena merasa diperhatikan. Setiap Minggu dia ke gereja bergantian dengan anaknya. Dia pergi ke gereja pagi dan anak-anaknya ke gereja siang yaitu ibadah raya III karena anaknya salah satu yang mendapat beasiswa dari GBIS ROL.

Sebagai jemaat GBIS ROL, Wartiah tergolong aktif di dalam kegiatan- kegiatan gereja. Dia rajin mengikuti komsel yang diadakan setiap Rabu. Bersama beberapa jemaat diakonia lainnya dia sering membesuk teman-teman yang membutuhkan. Kegiatan itu dia lakukan setelah pulang dari kerja. Di antara jemaat-jemaat diakonia, Wartiah merupakan salah seorang yang perkembangan imannya sangat pesat sehingga sering diajak berdiskusi oleh anggota tim ibadah raya I untuk kemajuan ibadah diakonia.

4.3 Setting Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian proses komunikasi publik di suatu tempat

ibadah. Tempat ibadah yang dimaksud adalah sebuah gereja yaitu GBIS River Of

Life. Gereja ini terletak di sebuah ruko di daerah Klampis. Secara geografis, di

ruko Klampis ini terdapat tiga gereja. Gereja itu adalah Maranatha, GBIS River Of

Life, dan MDC (Masa Depan Cerah). GBIS River Of Life ini terletak tepat

(7)

33 Universitas Kristen Petra

berhadapan dengan gereja Maranatha yang lebih besar dari GBIS River Of Life.

GBIS River Of Life selain berada di antara beberapa gereja juga dikelilingi oleh toko-toko yang ada di daerah itu namun untungnya toko-toko yang ada selalu tutup setiap hari Minggu sehingga ibadah tidak terganggu.

Dibandingkan dengan kedua gereja lain di ruko Klampis tersebut, peneliti mengamati bahwa GBIS ROL adalah yang paling kecil. GBIS ROL hanya menggunakan dua ruko saja. Dengan ukuran ruko 6x12m², apabila menggunakan dua ruko maka besar GBIS ROL adalah 12x12m². Sedangkan Maranatha menggunakan lima ruko dan 1 ruko lagi secara terpisah untuk sekolah Minggu.

Sedangkan gereja Masa Depan Cerah atau MDC menggunakan 4 ruko untuk beribadah. Selain itu dari segi ekonomi jemaat yang ada, peneliti mengamati bahwa GBIS ROL berada di urutan paling bawah. Kedua gereja lain didominasi oleh mobil-mobil mewah. Sedangkan untuk GBIS ROL hanya sedikit orang yang membawa mobil. GBIS ROL didominasi dengan orang-orang yang membawa motor. Hal ini dibuktikan dari lahan parkir untuk gereja-gereja tersebut.

Untuk bagian dalam gereja, GBIS ROL terdiri dari tiga lantai. Lantai

pertama untuk sekretariat gereja dan ruang tamu sehingga jemaat dapat menunggu

ibadah dimulai di sana. Di lantai dua dibagi menjadi ruang makan dan ruang

untuk sekolah Minggu. Ruang makan ini ada karena setiap Minggu setelah jam

ibadah, untuk jemaat disediakan cemilan berupa kue serta air mineral dan teh

hangat. Lantai ketiga digunakan untuk ibadah raya. Ruang ini cukup untuk

menampung sekitar 100 orang sehingga apabila ada ibadah gabungan jemaat

harus duduk berdekatan agar ruangan cukup. Di dalam ruang ibadah terdapat 5

pendingin ruangan di mana 4 pendingin di bagian belakang dan 1 pendingin

ruangan ada di sisi kiri ruangan untuk petugas pujian serta pembicara pada saat di

atas mimbar. Di bagian belakang terdapat sound system untuk mengatur suara

yang keluar dari pemimpin pujian, pembicara serta musik yang dimainkan. Di sisi

kanan terdapat pembatas dari rotan dengan ukuran 2x2m untuk membatasi

pandangan jemaat apabila ada orang yang membuka pintu. Jam dinding diletakkan

di sisi kanan gereja sehingga pembicara dapat melihat waktu dia berbicara apakah

melebihi waktu yang ditentukan atau tidak. Di pojok kanan terdapat meja untuk

penerima jemaat yang sering disebut usher. Di atas meja tersebut ada amplop

(8)

34 Universitas Kristen Petra

untuk persembahan yang digunakan jemaat setiap Minggu. Selain itu ada air mineral yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh jemaat.

Untuk setting waktu penelitian adalah setiap hari Minggu pada waktu ibadah raya I sedang berlangsung. Ibadah raya I dimulai dari pukul 07.00-09.00.

pada pukul 07.00 kebaktian dimulai diawali dengan doa dan puji-pujian yang dipimpin oleh pemimpin pujian atau worship leader. Setelah itu khotbah dimulai pada pukul 07.30. Waktu yang diberikan adalah 45 menit sampai 1 jam. Setelah itu waktu diisi dengan pengumuman serta persembahan serta diakhiri dengan doa berkat. Pada pukul 09.00 ibadah raya I selesai. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi serta melakukan wawancara kepada informan-informan yang telah ditunjuk oleh peneliti. Obeservasi yang dilakukan peneliti berlangsung selama khotbah diberikan. Setelah itu pada saat ibadah raya selesai, peneliti akan melakukan wawancara kepada setiap informan yang ada. Hasil observasi dan wawancara akan ditulis dalam bentuk matriks. Lama penelitian ini adalah bulan April sampai Mei 2013.

Gambar 4.2 Denah ruangan GBIS ROL Sumber: Olahan Peneliti

11

Keterangan:

1. Pintu

13

1

12

3 2 4

6 5 14

8

9 10 11a

11b 11c 11d 11e

11f 11g 11h 11i 11j

11k 11l 11m

11n 11o 7

(9)

35 Universitas Kristen Petra

2. Meja usher

3-7. Pendingin ruangan

8. Tempat pemain musik berdiri 9. Meja mimbar

10. Tiang pembatas ruko 11(a-o). Kursi jemaat 12. Pembatas dari rotan

13. Gudang penyimpan alat music 14. Meja sound system

Jam dinding

4.4 Temuan Data

Dalam penelitian ini peneliti menuliskan temuan data berdasarkan pembicara atau speaker dalam menyampaikan pesan visi gereja kepada jemaat diakonia di GBIS ROL.

4.4.1 Robert Tjahjono

Dalam menyampaikan visi GBIS ROL yaitu “Tahun Investasi” , Robert Tjahjono berusaha menyampaikan pesan kepada jemaat diakonia dengan cara berkhotbah. Adapun dalam proses penyampaian itu terdapat elemen-elemen yang mempengaruhi. Di sini peneliti akan menuliskan temuan data tersebut berdasarkan elemen-elemen tersebut.

4.4.1.1 Stimuly / rangsangan

Dalam mengawali khotbah yang ada, Robert Tjahjono memberikan stimuli. Stimuli yang diberikan adalah Robert Tjahjono mengajak jemaat untuk berdoa. Dengan berdoa diharapkan membuat jemaat dapat berkonsesntrasi dengan khotbah yang ada. Dalam doa tersebut pembicara meminta agar Tuhan memberikan kemampuan pada pembicara untuk mampu berkata-kata dan biar apa yang disampaikan itu benar-benar dari Tuhan untuk jemaat sehingga jemaat memdapatkan sesuatu yang baru. Demikian isi doa yang diucapkan oleh pembicara:

“Sungguh besar kasih-Mu ya Bapa karena Engkau memberikan kami

berkat sepanjang hidup kamu.

(10)

36 Universitas Kristen Petra

Engkau yang mengetahui segalanya dalam hati kami.

Sebentar lagi hamba-Mu akan menyampaikan firman-Mu.

Biarlah apa yang keluar dari mulut hamba-Mu ini adalah benar dari Engkau Tuhan.

Hamba-Mu ini tidak mampu untuk berkata-kata.

Juga untuk jemaat yang hadir biarkan mereka mendapatkan sessuatu sehingga kami ketika kami pulang kami tidak sama dengan kami yang sekarang.

Ajar kami untuk mengerti firman-Mu ya Tuhan.

Kami mau ikat dan kami hancurkan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus segala roh yang akan mencuri firman-Mu dari kami.

Biarkan Engkau sendiri yang berkata-kata dan hadir dalam setiap hati kami masing-masing.

Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.

Yang siap mendengarkan firman Tuhan bersama-sama katakan Amin.”.

Setelah mengajak jemaat berdoa, Robert menyapa jemaat dengan berkata

“Shalom”. Setelah itu Robert memberikan pengantar bahwa khotbah hari itu akan dibuat dalam bentuk tanya jawab.

“Hari ini saya akan berkhotbah. Tapi khotbah yang saya sampaikan akan saya selingi dengan tanya jawab. Jadi nanti yang saya tanya harap menjawab ya.’.

Setelah pemberitahuan itu, Robert memulai khotbah pada hari itu.

4.4.1.2 Speaker / pembicara

Dalam usaha penyampaian visi GBIS ROL, Robert Tjahjono merupakan anggota tim ibadah raya I yang bertugas untuk menyampaikan visi kepada jemaat diakonia. Dalam penelitian ini peneliti memilih Robert Tjahjono sebagai informan karena sebagai anggota tim ibadah raya I, Robert Tjahjono merupakan salah satu yang paling aktif untuk berkhotbah di ibadah raya I atau yang juga disebut ibadah diakonia.

Pada tanggal 7 April 2013, Robert Tjahjono berkhotbah bahwa kita perlu

bersyukur karena kita memiliki Tuhan. Dalam menyampaikan pesan itu, Robert

(11)

37 Universitas Kristen Petra

memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat berkhotbah tentang bersyukur karena memiliki Tuhan, Dia memberikan contoh pengalaman pribadi yang dia alami. Pada saat itu, Robert mengatakan

“Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus bersyukur bahwa kita ini memiliki Tuhan. Tentu saja kita setiap hari merasakan bahwa Tuhan itu baik kepada kita. Tuhan memberikan sesuatu yang kita butuhkan.

Sekarang apa yang harus kita lakukan untuk membalas kebaikan Tuhan?

Salah satu caranya ya kita harus memberi orang-orang yang membutuhkan. Nah beberapa waktu yang lalu saya pergi sama anak istri saya ke Jakarta. Di sana kita mengunjungi saudara istri yang memang tinggal di Jakarta. Nah di Jakarta itu saya punya ponakan yang kecil masih SD. Saya suka cara orang tua mereka dalam mengajar mereka. Mereka sudah diajari untuk memberi. Waktu kita pergi jalan-jalan bersama, kita bertemu dengan anak jalanan yang minta-minta. Nah ponakan saya ini kemudian meminta uang kecil pada saya. Dia bilang Om minta uang kecilnya ya buat anak itu. Aku lupa nggak bawa uang Om. Uangku di rumah.. Setelah tak beri uang dia berikan uang itu ke anak jalanan itu. Dan saya senang melihat itu. Walaupun kecil dia sudah mau belajar untuk memberi orang lain dari kecil walaupun dia harus minta uang untuk memberi anak-anak itu.”

Untuk memudahkan penyampaian pesan, Robert berusaha untuk mendekatkan diri dengan jemaat diakonia. Dia berusaha untuk membuka diri dengan bercerita pengalaman-pengalaman pribadinya. Namun kedekatan yang dibentuk oleh Robert adalah kedekatan seperti Bapak dengan jemaat. Hal ini diakui oleh Robert ketika peneliti bertanya karakter seperti apa yang diinginkan oleh Robert (personal communication, April 7, 2013). Hal ini dibuktikan pada saat berkhotbah jemaat berusaha untuk diam memperhatikan. Apabila mereka berbicara dengan jemaat di bangku sebelah mereka, mereka berbicara pelan-pelan.

Pada saat ada sesuatu yang jemaat tidak mengerti pun jemaat juga tidak berani

menyela Robert Tjahjono. Hal ini menyebabkan ada rasa sungkan yang terjadi

pada jemaat terhadap Robert.

(12)

38 Universitas Kristen Petra

4.4.1.3 Message / pesan

Setiap minggunya, dalam usaha menyampaikan visi gereja, tim ibadah raya I menyiapkan tema yang berbeda untuk disampaikan kepada jemaat diakonia.

tema ini disiapkan sungguh-sungguh oleh tim ibadah raya I yang kemudian tema itu akan diberikan kepada setiap pembicara baik itu anggota tim ibadah raya I yang berkhotbah, gembala sidang, maupun pembicara tamu.

Pada tanggal 7 April 2013, tema yang diberikan adalah kita harus bersyukur karena kita memiliki Tuhan. Tema ini dikhotbahkan oleh Robert Tjahjono. Tema ini berisi di mana kita mengucap syukur karena Tuhan rela mati untuk kita. Itu semua karena Dia mencintai kita. Maka dari itu kita juga harus mengasihi Tuhan. Dalam khotbahnya Robert megatakan

“Ojok koyok orang Farisi. Ngomong-ngomong Farisi apa arti Farisi?

Setelah itu Robert bertanya kepada jemaat arti Farisi. Dia bertanya kepada jemaat dengan menyebutkan nama secara langsung kepada jemaat yang ditunjuk. Namun tidak ada seorangpun yang dapat memberikan penjelasan karena mereka tidak mengetahui arti Farisi. Karena tidak ada seorangpun yang ditanya tidak dapat menjawab maka Robert Tjahjono menjelaskan arti Farisi. Robert mengatakan bahwah orang Farisi itu hanya terlihat baik di depan. Berdoa di depan orang banyak tetapi tidak mau menjalankan perintah Tuhan yang sebenarnya mereka sudah mengetahui ajaran-ajaran itu.

“Orang-orang Farisi itu serigala berbulu domba. Sopo seng ngerti artine?”

Namun karena yang ditanya kembali tidak menjawab maka Robert pun menjelaskan artinya. Robert mengatakan

“Artinya kelihatan baik di depan tapi jahat di belakang. Mereka itu ketoke tok apik. Sembayang nggethu. Ngomonge cinta Tuhan tapi emoh ngelakuno ajarane. Sekarang semua mengerti?”

Setelah itu Robert menjelaskan bahwa orang Farisi tidak pernah menjalankan perintah Tuhan. Mereka hanya berdoa di pinggir jalan agar orang-orang melihat mereka mengasihi Tuhan. Tapi sebenarnya tidak. Mereka bahkan tidak mau memberi sesama yang kekurangan.

“Mangkane ojo koyo ngono. Kudu menjalankan perintah Tuhan. Salah satu

caranya kita memberi sesama yang kekurangan.”.

(13)

39 Universitas Kristen Petra

Setelah itu, Robert memberikan contoh

“Misalnya tetangga kita datang. Dia membutuhkan beras. Memang kita memiliki beras tapi sedikit. Sebaiknya kita tetap memberi walaupun sedikit. Berilah semampu kita memberi. Ya jangan sampai kita tidak makan besok. Misalnya punya 5 kg beras ya berilah 1 kg buat tetangga itu.

Jangan sampai ketika mereka datang pada kita dan kita kekurangan kemudian kita bilang kalo kita tidak punya beras juga. Selain itu berbohong berarti kita tidak menjalankan salah satu perintah Tuhan.”.

Di akhir khotbahnya Robert memberikan kesimpulan dari khotbahnya dan menyelesaikan khotbahnya. Setelah itu Robert bertanya apa ada pertanyaan apabila jemaat tidak mengerti isi khotbah yang disampaikan.

Selain secara verbal, Robert juga menyampaikan pesan secara nonverbal.

Dalam menyampaikan khotbah dia terkesan serius. Penyampaian pesan ini juga terkesan kaku. Hal ini dibuktikan dengan posisi berdiri pada saat dia berkhotbah.

Pada saat berkhotbah, Robert selalu berada di tengah. Dia selalu berdiri dengan posisi tegak tanpa bergerak ke kanan dan ke kiri. Pada saat dia bertanya pada jemaat pun dia tidak beranjak dari tempatnya. Dia hanya menyebut nama jemaat yang dimaksud. Dalam menyampaikan pesan tersebut, ekspresi wajah yang diberikan oleh Robert terkesan ceria. Robert selalu tersenyum pada saat menyampaikan khotbah. Pada saat mengucapkan sesuatu yang serius ini mimik wajah Robert juga berubah menjadi serius. Selama menyampaikan khotbah pun Robert selalu menatap mata setiap jemaat secara bergantian. Apalagi ketika dia bertanya pada seorang jemaat untuk menjawab pertanyaannya, dia selalu menatap mata orang tersebut.

4.4.1.4 Channel / saluran

Tiap pembicara memiliki cara sendiri dalam penyampaiannya agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh audience. Pada saat Robert berkhotbah pada tanggal 7 April 2013 proses khotbah berlangsung tatap muka secara langsung. Di mana Robert berada di depan mereka dan memberikan khotbah.

Penyampaian khotbah ini melalui suara karena Robert melakukannya seperti tanya

jawab. Selain menjelaskan sesuatu, Robert juga bertanya kepada jemaat dengan

(14)

40 Universitas Kristen Petra

menunjuk langsung jemaat untuk menjawab pertanyaan yang dia berikan. Namun dalam penyampaian itu peneliti melihat bahwa suasana telihat tenang bahkan sebagian dari mereka mengantuk. Terkadang mereka terkadang berbicara dengan teman sebelah mereka.

Selain itu, volume suara juga mempengaruhi. Jemaat senang pada saat suara yang keluar itu jelas. Dalam penyampaian pesan, jemaat juga senang yang perlahan sehingga mereka dapat mengerti dan mencerna apa yang dikatakan oleh pembicara. Hal inilah yang terjadi pada saat Robert berbicara di depan untuk berkhotbah. Suara yang keluar keras sehingga jemaat dapat mendengar dengan jelas dan Robert juga menjelaskan dengan perlahan.

Selain itu, intonasi dan volume dari pembicara sangat mempengaruhi jemaat. Dalam menyampaikan pesan yang diselingi tanya jawab Robert memberikan penekanan-penekanan terhadap poin-poin yang dianggap penting.

Misalnya saja pada saat dia menjelaskan tentang Farisi dia memberikan penekanan pada penjelasan itu. Dan bertanya langsung pada jemaat setelah memberikan penjelasan. Diharapkan pada saat mereka tidak mengerti mereka langsung bertanya sehingga dapat dijelaskan secara langsung. Begitu pula pada saat menjelaskan bagaimana kita harus mengasihi sesama sebagai bentuk mengasihi Tuhan. Dia menjelaskan dengan volume yang keras.

Selain suara, dalam berkhotbah, Robert juga menggunakan saluran visual.

Saluran visual ini bisa berupa gerak tubuh, ekspresi wajah serta sikap dalam berbicara. Dalam berkhotbah Robert selalu berdiri dengan badan tegap. Selain itu pada saat berbicara, Robert selalu tersenyum. Selain itu terdapat saluran visual lain yaitu di mana pada saat berkhotbah Robert menggunakan media power point.

Media ini berisikan poin-poin penting yang harus disampaikan baik itu pada saat

menjelaskan ataupun saat memberikan pertanyaan. Selain poin-poin penting,

media visual ini juga digunakan saat Robert mengajak jemaat untuk membaca

ayat Alkitab. Hal ini digunakan agar jemaat yang tidak membawa Alkitab dapat

ikut membaca ayat tersebut, dan mereka yang membawa Alkitab tidak perlu susah

payah membuka ayat Alkitab tersebut.

(15)

41 Universitas Kristen Petra

4.4.1.5 Audience/ pemirsa

Audience di sini yang dimaksud adalah jemaat yang datang pada ibadah raya I di GBIS ROl. Jemaat ini juga disebut jemaat diakonia. jemaat diakonia adalah jemaat yang dianggap kurang mampu. GBIS ROL memberikan standar bahwa yang termasuk jemaat diakonia adalah mereka yang memiliki penghasilan di bawah Rp. 1.500.000,-. Profesi mereka pun beragam dari pedagang di pinggir jalan, pembantu rumah tangga, sampai pengangguran.

Pada saat ini, jemaat diakonia berjumlah 35 orang, mayoritas sudah berkeluarga. Dari 35 orang itu, ada 4 orang pria dan 31 wanita. 35 orang jemaat diakonia ini tidak semuanya aktif. Yang aktif hanya sekitar 20 orang saja. Pada saat tanggal 7 April 2013, jumlah yang hadir adalah 20 orang. dari 20 orang itu 4 orang adalah pria dan sisanya adalah wanita.

Penampilan mereka pada saat datang ke gereja sangat sederhana. Di mana yang pria menggunakan pakaian batik ataupun kaos berkrah dan celana panjang kain. Alas kaki mereka adalah sandal kulit ataupun sandal selop. Sedangkan yang wanita yang menggunakan kaos dan celana jeans dan sandal selop sebagai alas kaki. Namun yang ibu-ibu berumur 50 tahun ke atas menggunakan baju hem serta rok selutut atau di bawah lutut. Alas kaki yang mereka gunakan kebanyakan sandal jepit. Pada saat tanggal 7 April 2013 ada salah satu dari jemaat yang datang tanpa alas kaki.

Pada saat mendengarkan khotbah dari Robert Tjahjono, tampang jemaat serius. Pada saat ditanya pun kebanyakan dari mereka diam atau menjawab tidak tahu. Selain itu ada juga yang berbincang sendiri dengan teman di sebelahnya walaupun dengan suara yang kecil agar Robert sebagai pembicara tidak mendengar obrolan mereka.

4.4.1.6 Context / konteks

Lingkungan atau konteks yang terjadi dalam proses komunikasi publik

antara anggota tim ibadah raya I dengan jemaat diakonia adalah dimensi fisik,

waktu dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan. Dimensi fisik di sini terjadi

di suatu ruko di Klampis Surabaya. Gereja ini memiliki gedung yang terdiri dari

dua ruko yang digabungkan. Masing-masing ruko memiliki ukuran ruangan

(16)

42 Universitas Kristen Petra

6x12m². Pada sisi kiri ruangan terdapat pigura yang berisi foto-foto serta misi dari gereja GBIS ROL. Pada tengah ruangan terdapat tiang pancang. Tiang ini merupakan batas antara ruko satu dengan ruko lainnya. Namun karena GBIS ROL terdiri dari dua ruko yang digabungkan, maka tiang ini sedikit mengganggu pandangan dari jemaat yang berada di baris 3 sampai baris 5 khususnya yang berada di tengah. Sedangkan di sisi kanan jemaat terdapat pembatas dari rotan dengan ukuran 2x2m yang berguna untuk menghalangi pandangan jemaat pada saat ada jemaat yang datang. Pengatur musik dan suara berada di sisi belakang. Di bagian belakang atas terdapat 4 alat pendingin ruangan. Terdapat 1 pendingin ruangan di sisi kiri untuk pemusik dan pemimpin pujian.

Untuk dimensi waktu, jemaat diakonia selalu memulai ibadah pada pukul 07.00. Pada awalnya mereka berdoa serta bernyanyi bersama pemimpin pujikan dan pemusik selama 30 menit. Pada pukul 07.30 Robert mulai berkhotbah.

Khotbah pada tanggal 7 April 2013 berlangsung selama 45 menit sehingga pada pukul 08.15 khotbah selesai dan kemudian dilanjutkan dengan perjamuan kudus, pengumuman dan persembahan. Ibadah pada hari itu selesai pada pukul 09.00.

Pada hari itu, tema yang disampaikan adalah pentingnya kita mengasihi Tuhan. Di mana maksud dari khotbah tersebut adalah pada saat kita mengasihi Tuhan kita harus menjadi berkat bagi sesama. Kita harus memberi sesama yang membutuhkan. Tema ini dipersiapkan oleh anggota tim ibadah raya I dan disesuaikan dengan visi gereja yaitu “Tahun Investasi” .

4.4.1.7 Effect / efek

Pada saat khotbah disampaikan oleh pembicara, terdapat beberapa dampak

oleh jemaat. Pada tanggal 7 April 2013, pada saat pembicara menghotbahkan

tentang pentingnya mengasihi Tuhan dengan cara berbagi, maka pada saat mereka

mengerti sebagian dari mereka menganggukkan kepala. Selain menganggukkan

kepala ada juga yang mencatat setiap khotbah. Pada pertemuan ini mereka

mengerti bahwa sebagai seorang Kristen mereka harus mengasihi Tuhan Allah

bukan karena ada sesuatu yang diperlukan. Pada saat mereka hanya mengasihi

Tuhan karena ada sesuatu yang diingini maka mereka merupakan orang farisi.

(17)

43 Universitas Kristen Petra

Dalam pertemuan ini mereka juga mengerti bahwa salah satu cara mengasihi Tuhan dengan memberi sesama yang membutuhkan.

Selain dampak kognitif, mereka juga memberikan dampak afektif.

pertemuan ini mereka mau belajar untuk memberi. Hal ini ditunjukkan dalam setiap wawancara dengan informan yang ada, setiap dari mereka selalu mengatakan bahwa mereka mau belajar untuk memberi walaupun mereka dalam keadaan yang tidak mampu dan tentu aja itu sulit bagi mereka.

4.4.1.8 Feedback / umpan balik

Dalam pertemuan ini jemaat memberikan umpan balik kepada pembicara.

Umpan balik ini berupa verbal maupun nonverbal. Dalam observasi yang yang dilakukan oleh peneliti umpan balik verbal. Contoh umpan balik verbal yang terjadi adalah ketika pembicara mengajak berdoa mereka juga berdoa (mengamini atau menanggapi apa yang dikatakan pada saat berdoa). Setelah itu pada saat pembicara menyapa jemaat dengan Shalom jemaat juga menjawab dengan Shalom. Umpan balik secara verbal juga nampak ketika pada khotbah dengan bentuk tanya jawab, mereka yang ditanya berusaha menjawab walaupun pada akhirnya jawaban mereka salah.

Sedangkan umpan balik yang terjadi selain secara verbal juga terjadi secara nonverbal. Pada tanggal 7 April 2013 setelah pembicara berkhotbah mereka bertepuk tangan. Ketika peneliti bertanya mengapa bertepuk tangan, mereka senang dengan khotbah yang ada. Dan mereka setuju dengan apa yang pembicara berikan. Setelah itu pada saat mereka diminta saling bersalaman sambil mengatakan Ayo mulai mengasihi dengan memberi dan mereka pun melakukan hal tersebut dengan tersenyum.

Pada saat mereka mendengarkan khotbah, terdapat kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan. Sebagian dari mereka mencatat khotbah yang disampaikan.

Ketika peneliti bertanya ternyata itu salah satu cara agar mereka ingat apa yang

dikhotbahkan dan juga menghindari dari mengantuk. Sebagian lagi ada yang

memperhatikan pembicara. Hal ini ditunjukkan dengan pandangan mata mereka

selalu tertuju pada pembicara. Pada saat pembicara berjalan, pandangan mata

mereka selalu mengikuti ke mana pembicara berjalan.

(18)

44 Universitas Kristen Petra

4.4.1.9 Noise / gangguan

Dalam komunikasi publik yang terjadi pada saat khotbah berlangsung ada beberapa gangguan yang terjadi. Gangguan tersebut terjadi baik dari jemaat sendiri ataupun dari dalam gereja serta dari luar. Gangguan dari dalam terjadi pada saat khotbah disampaikan ada jemaat yang berbicara dengan teman sebelahnya. Hal ini membuat teman yang berusaha untuk mendengarkan serta memperhatikan khotbah menjadi terpecah konsentrasinya. Selain itu pada saat salah seorang ditanya untuk menjawab pertanyaan, ada orang lain yang berusaha menyela jawaban mereka. Selain gangguan dari teman lain ada juga gangguan dari dalam diri sendiri. Begitu juga dengan suara anak kecil yang berteriak-teriak pada saat khotbah berlangsung. Hal ini membuat jemaat tidak konsentrasi terhadap apa yang dikhotbahkan.

Gangguan lain yang dari dalam terjadi secara teknis. Pendingin ruangan yang ada di dalam ruangan gereja tidak dingin. Hal ini membuat udara di dalam ruangan menjadi panas. Ketika peneliti bertanya pada informan mereka juga menyetujui bahwa udara yang panas membuat mereka tidak nyaman karena di dalam ruangan tersebut terdapat banyak orang. Selain itu terdapat gangguan dari luar. Gangguan ini berasal dari suara-suara di luar gereja. Suara tersebut berasal dari gereja lain yang letaknya tepat berhadapan dengan GBIS ROL. Pada saat jemaat mendengarkan khotbah, ibadah di gereja depan dimulai sehingga jemaat terganggu oleh musik serta nyanyian dari gereja tersebut.

Gangguan lain juga nampak ketika Robert menggunakan peribahasa yang tidak dimengerti oleh jemaat. Pada saat itu Robert mengatakan bahwa orang Farisi itu adalah serigala berbulu domba, namun jemaat tidak mengerti maksud dari peribahasa tersebut.

4.4.1.10 Intra audience communication

Setelah khotbah selesai jemaat diajak untuk saling bersalaman. Dan pada

saat itu mereka bersalaman sambil mengatakan Ayo mulai mengasihi sesama

dengan memberi.

(19)

45 Universitas Kristen Petra

4.4.2 Joshua

Selain Robert Tjahjono, yang menjadi informan untuk penelitian ini adalah Joshua. Joshua juga termasuk anggota tim ibadah raya I. Peneliti memilih Joshua sebagai informan karena Joshua juga sering berkhotbah kepada jemaat diakonia.

Bahkan dari pengamatan peneliti, Joshua berkhotbah lebih banyak daripada Robert Tjahjono. Dalam khotbah tersebut terdapat proses komunikasi publik yang terjadi antara Joshua dengan jemaat diakonia. Berikut ini adalah temuan data yang peneliti dapatkan pada saat Joshua berkhotbah di ibadah raya I.

4.4.2.1 Stimuly / stimuli

Dalam memulai khotbahnya, Joshua selalu memberikan stimuli. Stimuli yang Joshua berikan biasanya diawali kata “Shalom”. Setelah itu Joshua memberikan stimuli lain yaitu menyapa jemaat. Hal ini nampak pada saat Joshua berkhotbah pada tanggal 21 April 2013. Adapun cara Joshua menyapa adalah:

”Shalom Bapak Ibu.

Bagaimana kabarnya selama satu minggu ini?

Saya merasa senang dan saya selalu menunggu hari Minggu agar bisa bertemu dengan Bapak Ibu semua.”.

Setelah menyapa para jemaat secara umum, Joshua juga memberikan stimuli secara pribadi kepada jemaat. Hal ini dia lakukan sebagai bentuk perhatian dan kedekatannya kepada jemaat. Pada saat itu Joshua menyapa seorang jemaat yang baru sembuh dari sakit. Adapun stimuli yang Joshua berikan adalah

“Mbah Ja piye kabare? Senang ya bisa liat Mbah Ja ke gereja lagi. Kakine wes sembuh Mbah Ja?”.

(Mbah Ja bagaimana kabarnya? Senang bisa melihat Mbah Ja ke gereja lagi. Kakinya sudah sembuh Mbah)

Mbah Ja yang ditanya menjawab

“Wes enakan. Wes iso mlaku. Sak durunge nyeker .”.

(Sudah lebih enak. Sudah bisa berjalan. Sebelumnya tidak memakai sandal).

Setelah menyapa jemaat tersebut secara pribadi, Joshua melanjutkan

dengan memberikan pendapatnya soal lagu penyembahan yang dinyanyikan. Lagu

(20)

46 Universitas Kristen Petra

ini dinyanyikan saat itu adalah lagu yang dinyanyikan sebelum khotbah itu berlangsung. Adapun lirik lagu tersebut adalah

Ku bersyukur padamu Yesus Yang tlah mengubahkan hidupku

Tak ada yang seperti Engkau mengasihiku Kau menuntun jalan hidupku

Bawa ku masuk rencana-Mu Tak ada yang seperti Engkau Yesus Tuhanku

Kaulah Tuhan keselamatanku Kekuatan dan perisaiku Ku tak gentar karna janji-Mu Slalu memliharaku

Ku percaya dalam tangan-Mu Ada masa depan hidupku Ku tak gentar karna janji-Mu Slalu hidup dalamku

Stimuli yang sama juga terjadi pada awal bulan Mei yaitu pada minggu pertama. Di mana pembicara yang ada merasa terberkati dengan lagu yang telah dinyanyikan. Di mana lagu itu membuat pembicara secara pribadi sadar bahwa harus memperbaharui komitmennya kepada Tuhan. Adapun lirik lagu tersebut adalah:

Yesus Kau kebenaran yang menyelamatkanku Kau memberikanku hidup dan pengharapan Ku ikut kehendak-Mu

Ku perlu anugrah-Mu

Kunyatakan janjiku kepada-Mu Slama kuhidup, ku hidup bagi-Mu Hatiku tetap, tetap menyembah-Mu

Dunia tak bisa menjauhkanku dari kasih-Mu Kalau ku hidup kuhidup bagi-Mu

Mataku tetap tetap memandang-Mu

(21)

47 Universitas Kristen Petra

Dunia tak bisa menjauhkanku dari kasih-Mu

Setelah Joshua memberikan stimuli, barulah Joshua khotbah yang ada.

Khotbah yang ada biasanya sudah disiapkan dan pesan yang disampaikan tentu saja sesuai dengan tema yang mau diangkat oleh pembicara. Tema itu biasanya sesuai dengan visi yang diangkat oleh GBIS ROL.

4.4.2.2 Speaker / pembicara

Dalam memberikan khotbahnya, Joshua memiliki gaya yang berbeda dengan Robert Tjahjono. Bila Robert Tjahjono terkesan serius dalam khotbahnya, Joshua dalam berkhotbah lebih terlihat santai. Hal ini dibuktikan pada saat berkhotbah Joshua lebih banyak bergerak ke kanan dan ke kiri. Selain itu posisi berdiri Joshua lebih santai. Dia terkadang bergelayut di meja mimbar. Terkadang pula seperti bersandar di meja mimbar.

Selain pembawaannya yang santai, Joshua dalam berkhotbah selalu memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dia lebih sering menceritakan pengalamannya sendiri. Misalnya saja saat berkhotbah tentang memberi sesama merupakan salah satu cara mematahkan kutuk kemiskinan. Dia memberikan contoh pengalaman pribadinya pada saat dia membutuhkan uang untuk perusahaannya dan dia akhirnya harus memberi seseorang yang membutuhkan. Ketika dia taat untuk memberi orang itu, Tuhan mengembalikan pada dia sejumlah uang yang diperlukan untuk perusahaannya.

Yang membedakan lagi antara Joshua dengan Robert adalah apabila dalam

menjalin hubungan dengan jemaat Robert lebih membangun hubungan antara

bapak dengan jemaatnya, Joshua lebih menganggap dirinya kakak rohani bagi

mereka. Hal ini membuat jemaat yang ada tidak merasa sungkan untuk menyela

perkataan Joshua secara langsung. Bahkan Joshua tidak segan-segan untuk

bergurau di depan jemaat saat dia berkhotbah. Bahasa yang digunakan pun adalah

bahasa yang sehari-hari dia gunakan. Hal ini membuat jemaat lebih semangat

dalam mendengarkan khotbah.

(22)

48 Universitas Kristen Petra

4.4.2.3 Message / pesan

Sebagai pembicara, Joshua merupakan anggota tim ibadah raya I sehingga dalam setiap khotbahnya dia sudah memiliki tema yang dia susun bersama anggota tim ibadah raya I (personal communication, April 21, 2013). Tema ini disusun selalu berhubungan dengan visi gereja GBIS ROL yaitu “Tahun Investasi”.

Pada observasi yang peneliti lakukan, Joshua sudah dua kali berkhotbah.

Dalam khotbahnya Joshua selalu berusaha memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Pada bulan April, Joshua bertugas memberikan khotbah pada minggu ketiga yaitu tanggal 21 April 2013. Dalam khotbahnya ini, Joshua memberikan tema pentingnya memberi dan hendaknya kita menjadi seperti jemaat Macedonia, Di mana mereka mau memberi dalam kekurangan mereka. Bahkan pada saaat itu jemaat Macedonia memaksa agar persembahan mereka diterima. Dengan memberi berarti kita sudah berusaha untuk mematahkan kutuk kemiskinan dalam keluarga kita. Hal ini karena kutuk kemiskinan dapat dipatahkan dengan cara kita memberi.

Kemudian Joshua memberikan contoh pada saat dia sedang membutuhkan uang untuk perusahaannya, dia dipertemukan dengan seseorang yang sangat membutuhkan uang. Kemudian dia tahu bahwa dia harus memberi orang itu.

Akhirnya dengan ikhlas dia berikan uang itu kepada orang yang membutuhkan.

Tetapi ternyata Tuhan mengembalikan uang itu berlipat kali ganda sehingga dia memiliki dana lebih untuk perusahaannya.

Kemudian Joshua mengatakan

“Memang kita ini dibilang maaf ya miskin. Tapi ojok kita ini merasa kasihan pada diri sendiri. Jangan mikir aku iki wes gak duwe sek disuruh ngeki orang lain.”.

(Memang kita ini maaf ya miskin. Tetapi jangan kita ini merasa kasihan pada diri sendiri. Jangan berpikir saya ini sudah tidak punya masih disuruh memberi orang lain.).

“Tuhan itu gak melihat sebesar apa yang kita beri. Tapi Tuhan melihat hati

kita. Seberapa besar kita tulus memberi kepada sesama kita yang

membutuhkan. Pada saat kita memberi dengan hati ikhlas percayalah kita

akan mendapat berlipat kali ganda. Tuhan yang akan membalasnya. Tak

(23)

49 Universitas Kristen Petra

ajari yo Bapak Ibu. Nek pingin sugeh, hidup cukup , ayo belajar memberi.

Ini salah satu cara mengalahkan kutuk kemiskinan. Sopo seng gelem susah terus?”

(Tuhan itu tidak melihat apa yang kita beri. Tetapi Tuhan melihat hati kita.

Seberapa besar kita tulus memberi kepada sesama kita yang membutuhkan. Pada saat kita memberi dengan ikhlas percayalah kita akan mendapat berlipat kali ganda. Tuhan akan membalasnya. Saya ajari ya Bapak Ibu. Apabila ingin kaya, hidup cukup, ayo belajar memberi. Ini salah satu cara mengalahkan kutuk kemiskinan. Siapa yang mau susah terus?).

Kemudian Joshua mengakhiri khotbah dengan mengajak semuanya saling bersalaman dan mengajak mereka yang mengubah hidup dan belajar memberi untuk didoakan di depan.

Pada 2 Minggu berikutnya, yaitu 5 Mei 2013 Joshua kembali memberikan khotbah. Khotbah kali ini tentang Bait Allah. Namun khotbah kali ini dia rancang seperti tanya jawab. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat mengerti dan mencari sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Dengan menjawab sendiri diharap mereka dapat mengingat terus maksud dari khotbah hari itu.

Joshua mengatakan

“Tak tanyaki ae ya hari ini. Mau tau saya Bapak Ibu ini ngerti gak.

Percuma saya khotbah bengak bengok tapi nek ternyata gak ngerti. Nek tak tanyaki kan anda semua bisa berusaha menjawab dan ingat terus nanti.

Jangan takut salah sama jawaban yang diberikan. Jadi siap-siap ya tak tanyak satu-satu.”.

(Saya bertanya saja ya hari ini. mau tau saya Bapak Ibu ini mengerti atau tidak. Percuma saya khotbah teriak-teriak tetapi ternyata tidak mengerti.).

Kemudian Joshua bertanya apa arti dari Bait Allah. Namun tidak ada satupun yang menjawab.

“Ayo apa artine Bait Allah? Nek gak tahu Bait Allah ya wes apa artine omah e Gusti?”.

(Ayo apa artinya Bait Allah? Apabila tidak tahu bait Allah ya sudah apa

artinya Rumah Tuhan?)

(24)

50 Universitas Kristen Petra

Namun tetap tidak ada yang menjawab. Kemudian Joshua berkata

“Sapa yang nggak bisa Bahasa Indonesia?”

(Siapa yang tidak bisa Bahasa Indonesia?)

Namun semua hanya diam saja. Sebagian hanya tersenyum. Kemudian Joshua melanjutkan

“Lho ya awes tak ganti. Sopo seng gak iso Bahasa Indonesia? Ayo rek ngacungo.

(Lho ya sudah saya ganti. Siapa yang tidak bisa Bahasa Indonesia? Ayo angkat tangan).

Namun tidak ada yang angkat tangan. Akhirnya Joshua berkata

“Waduh kayaknya saya ini harus buka pelajaran bahasa ya?

Ditanya gak ada yang ngacung satu-satuo.”.

(Ditanya tidak ada satupun yang angkat tangan).

Pernyataan Joshua disambut tawa oleh semua jemaat yang ada.

Setelah itu Joshua bertanya satu-satu kepada mereka. Setiap orang diberi pertanyaan yang sama.

“Pak Misnan apa artine Bait Allah? (sambil tersenyum pada orang yang ditunjuk).”.

Tetapi orang tersebut hanya diam saja. Kemudian Joshua bertanya pada jemaat lain

“Mbak Esther apa arti Bait Allah?”

Mbak Esther pun menjawab

“Bait Allah itu tempat Allah tinggal.”.

Setelah itu Joshua berpindah lagi kepada jemaat lain. Selain itu Joshua juga bekerjasama dengan Johan yang merupakan salah satu anggota tim ibadah raya I untuk membantu menjelaskan

“Ayo Pak Johan bener gak jawabane Mbak Esther?

(Ayo Pak Johan benar atau tidak jawaban Mbak Esther?)

Kalo Johan ini sudah ngerti isinya Alkitab saudara. Sudah hafal dia semua isi Alkitab. Jadi kita Tanya saja ya jawabannya bener atau tidak.”.

Setelah Johan membantu menjelaskan, Joshua menjelaskan kembali bahwa Bait

Allah adalah tempat di mana Allah itu tinggal.

(25)

51 Universitas Kristen Petra

“Sama seperti kita ini. Rumah Pak Misnan ya tempat Pak Misnan tinggal.

Bukan rumahnya Pak Doni.”.

Setelah itu pada pertanyaan selanjutnya Joshua memberi pertanyaan pilihan.

“Ayo tak kasi pilihan. Yang dimaksud Bait Allah itu adalah A. Gereja. B.

Saya C. Keduanya benar alias bener kabeh.”.

(Ayo saya beri pilihan. Yang dimaksud Bait Allah itu adalah A. Gereja B.

Saya C. Keduanya benar dengan kata lain benar semua).

Beberapa orang yang ditanya menjawab dengan jawabab yang salah. Akhirnya Joshua menjelaskan bahwa diri kita ini adalah Bait Allah.

“Kita ini Bait Allah. Jadi ada Allah di dalam kita. Kita harus menjalankan seperti apa yang Tuhan mau. Jalankan sesuai dengan fungsi Bait Allah itu sendiri.”.

Joshua menjelaskan salah satu fungsi Bait Allah adalah mengasihi sesama. Salah satu cara mengasihi adalah memberi sesama. Joshua mengatakan

“Di dunia ini kita harus menjalankan fungsi Bait Allah. Salah satu fungsinya ya mengasihi sesama kita. Salah satu caranya ya kita harus memberi sesama yang membutuhkan.”.

Kemudian Joshua berkata

“Hati-hati lho saudara. Dalam alkitab ditulis bahwa kita harus menjalankan fungsi bait Allah. Salahsatunya kita harus membantu mereka yang membutuhkan. Seperti ditulis dalam ayat alkitab di Matius 25: 31-46 (mengajak jemaat membaca bersama ayat tersebut).

Jadi kalau kita ini omah Gusti Yesus, kita harus ngasi.

(Jadi kalau kita ini Rumah Tuhan Yesus, kita harus memberi).

Kalo nggak ngasi ya kita tahu apa yang akan terjadi.

(Apabila tidak memberi ya kita tahu apa yang akan terjadi).

Dengan memberi sesama yang membutuhkan berarti kita sudah memberi kepada Tuhan.”.

Kemudian di akhir khotbahnya Joshua bertanya apakah semua jemaat mengerti,

dan kemudian jemaat menjawan mengerti. Ada pula yang hanya menganggukkan

kepala sebagai tanda mengerti.

(26)

52 Universitas Kristen Petra

Dari dua pertemuan di atas, pada saat berkhotbah dapat kita lihat bahwa Joshua sering menggunakan Bahasa Jawa sehari-hari dalam berkhotbah. Dan kesan yang diberikan adalah kesan santai dalam penyampaian khotbah itu.

Ekspresi wajah Joshua pun saat menyampaikan khotbah juga terlihat ceria. Dia selalu tersenyum kepada jemaat. Selain itu ekspresi wajahnya juga terlihat serius saat menyampaikan suatu pesan yang serius. Berbeda dengan Robert yang selalu berdiri di tengah, dalam khotbahnya Joshua sering berjalan ke kanan dan ke kiri.

Terkadang Joshua mendekati Jemaat yang ada secara langsung. Pada saat dia berkhotbah dalam bentuk tanya jawab yaitu tanggal 5 Mei 2013, Joshua tidak segan untuk menunjuk dengan jarinya sambil menyebutkan nama dari jemaat tersebut. Ketika mengucapkan kata saya Joshua sering menaruh tangannya di dada. Dan ketika mengatakan anda Joshua menunjuk jemaat dengan jarinya. Pada saat berkhotbah tentang Bait Allah ini, Joshua juga menggambarkan rumah dengan tangannya.

4.4.2.4 Channel / saluran

Dalam penyampaian khotbahnya, Joshua juga menggunakan saluran- saluran. Dalam menyampaikan khotbahnya, Joshua menggunakan dua metode yang berbeda. Yang pertama pada tanggal 21 April 2013 dia berkhotbah biasa di depan jemaat. Namun pada tanggal 5 Mei 2013 Joshua memilih cara untuk tanya jawab kepada jemaat. Diharapkan dengan sistem tanya jawab ini jemaat dapat lebih semangat dan mengingat terus karena jemaat sendiri yang menjawab.

Dalam khotbahnya itu Joshua juga menggunakan saluran visual. Hal ini dibuktikan saat dia berkhotbah, Joshua sering tersenyum pada jemaat. Selain itu dia juga memberikan penekanan dalam intonasi suaranya serta mimik wajah yang serius apabila apa yang diungkapkan itu penting. Wajah yang serius yang dimaksud adalah Joshua tidak tertawa ataupun tersenyum pada saat berkata-kata.

Misalnya saja saat pada tanggal 21 April 2013 tentang pentingnya memberi.

Diharapkan jemaat seperti jemaat Macedonia.

“Memang kita ini dibilang maaf ya miskin. Tapi ojok kita ini merasa

kasihan pada diri sendiri. Jangan mikir aku iki wes gak duwe sek disuruh

ngeki orang lain.”.

(27)

53 Universitas Kristen Petra

(Memang kita ini maaf ya miskin. Tetapi jangan kita ini merasa kasihan pada diri sendiri. Jangan berpikir saya ini sudah tidak punya masih disuruh memberi orang lain.)

“Tuhan itu gak melihat sebesar apa yang kita beri. Tapi Tuhan melihat hati kita. Seberapa besar kita tulus memberi kepada sesama kita yang membutuhkan. Pada saat kita memberi dengan hati ikhlas percayalah kita akan mendapat berlipat kali ganda. Tuhan yang akan membalasnya. Tak ajari yo Bapak Ibu. Nek pingin sugeh, hidup cukup , ayo belajar memberi.

Ini salah satu cara mengalahkan kutuk kemiskinan. Sopo seng gelem susah terus?

(Tuhan itu tidak melihat apa yang kita beri. Tetapi Tuhan melihat hati kita.

Seberapa besar kita tulus memberi kepada sesama kita yang membutuhkan. Pada saat kita memberi dengan ikhlas percayalah kita akan mendapat berlipat kali ganda).

Kalimat-kalimat tersebut memang diucapkan menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Tetapi karena hal ini penting maka Joshua mengungkapkan dengan wajah yang serius dan memberikan penekanan pada kalimat-kalimat tersebut, walaupun setelah itu dia kembali tersenyum. Hal ini diharapkan jemaat yang ada tidak selalu tegang dalam mendengarkan khotbah dari Joshua.

Berbeda dengan Robert yang selalu berdiri di tengah, dalam khotbahnya Joshua sering berjalan ke kanan dan ke kiri. Terkadang Joshua mendekati Jemaat yang ada secara langsung. Pada saat dia berkhotbah dalam bentuk tanya jawab yaitu tanggal 5 Mei 2013, Joshua tidak segan untuk menunjuk dengan jarinya sambil menyebutkan nama dari jemaat tersebut.

Selama berkhotbah dua kali di ibadah raya I, Joshua tidak menggunakan power point pada khotbah yang pertama. Namun pada khotbah yang ke dua dia mengajak jemaat untuk membaca ayat Alkitab bersama sehingga pada saat khotbah kedua dia menggunakan power point.

4.4.2.5 Audience / pemirsa

Seperti yang peneliti tuliskan di atas bahwa jemaat diakonia atau jemaat

ibadah raya I di GBIS ROL ada 35 orang. Jemaat yang aktif ada 20 orang. Hal ini

(28)

54 Universitas Kristen Petra

juga dibuktikan saat Joshua memberikan khotbah. Pada tanggal 21 April 2013 yang datang ada 25 orang dan pada tanggal 5 Mei 23 orang.

Dalam berpakaian mereka juga masih nampak sederhana. Di mana para pira menggunakan celana panjang dan hem serta alas kaki sandal kulit. Selain itu untuk yang wanita dengan umur rata-rata di atas 50 tahun menggunakan rok selutut dan hem. Sedangkan wanita yang lebih tua lebih memilih menggunakan celana jeans dipadukan dengan kaos atau hem serta alas kaki heels. Penampilan mereka nampak sederhana.

Pada waktu datang, seperti biasa mereka menggunakan angkutan umum yang mereka sewa. Kemudian mereka mengikuti ibadah dari menyanyikan lagu- lagu pujian, lagu penyembahan serta doa. kemudian tiba saatnya mereka mendengarkan khotbah. Pada saat mendengarkan khotbah mereka terlihat bersemangat. Pada tanggal 7 April 2013 jemaat yang ada memperhatikan Joshua yang memberikan khotbah dengan seksama. Cara mereka memperhatikan khotbah nampak ketika pandangan mereka tertuju pada pembicara terus menerus.

Walaupun khotbah hari itu terlihat serius namun karena Joshua membawakan dengan santai mereka nampak menikmati khotbah tersebut. Namun memang dapat terlihat ada beberapa yang mengantuk.

Pada saat tanggal 5 Mei 2013, jemaat juga datang menggunakan angkutan umum. Mereka juga datang di pagi hari. Namun pada hari itu mereka terlihat lebih bersemangat lagi daripada tanggal 7 April 2013. Hal ini karena Joshua membawakan dengan sistem tanya jawab. Mereka berusaha mencari tahu jawaban yang Joshua berikan. Pada Minggu ini mereka juga lebih banyak tertawa karena jawaban mereka sendiri.

4.4.2.6 Context / konteks

Lingkungan atau konteks yang terjadi masih tetap sama yaitu secara

dimensi fisik, proses komunikasi publik yang terjadi antara tim ibadah raya I

dengan jemaat diakonia terjadi di GBIS ROL yang terletak disalah satu ruko di

Klampis. Di gedung GBIS ROL yang memiliki luas 12x12m mereka mengikuti

ibadah raya tersebut.

(29)

55 Universitas Kristen Petra

Pada tanggal 21 April 2013, ibadah dimulai terlambat. Yang biasanya pukul 07.00 pada saat itu dimulai pada pukul 07.10. keterlambatan ini dikarenakan jemaat diakonia sendiri datang terlambat. Namun khotbah tetap berjalan sesuai jadwal yang ada yaitu pukul 07.30. Khotbah pun berlangsung selama 45 menit dan pada saat itu yang bertugas adalah Joshua. Pada saat Joshua memberikan khotbahnya, terdapat kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan.

Salah satu contoh yaitu ada sebagian dari mereka yang mencatat khotbah tersebut.

Namun ada juga yang menguap karena masih mengantuk.

Sedangkan pada tanggal 5 Mei 2013, ibadah berjalan tepat waktu yaitu pukul 07.00. Sedangkan khotbah berlangsung dari pukul 07.35 selama 60 menit.

Khotbah kali ini berlangsung lebih lama karena dari pengamatan peneliti mereka terlihat menikmati khotbah yang diberikan. Khotbah yang diberikan dalam bentuk tanya jawab namun berlangsung sangat menyenangkan. Mereka yang biasanya mencatat khotbah yang ada tidak nampak mencatat isi khotbah di awal-awal. Baru pada saat terakhir yaitu saat pembicara (pada saat itu Joshua yang bertugas) mengajak membaca ayat Alkitab, mereka yang biasa mencatat isi khotbah mencatat ayat tersebut dalam buku mereka. Sebelumnya, mereka semangat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pembicara.

4.4.2.7 Effect / efek

Dari khotbah yang diberikan, beberapa efek yang mereka berikan. Pada tanggal 21 April 2013, pembicara berkhotbah tentang pentingnya memberi. pada saat ini jemaat mendapatkan dampak kognitif yaitu di mana mereka mendapatkan satu pengetahuan lagi. Mereka mengerti bahwa mereka harus menjadi seperti jemaat Macedonia di mana mereka harus memberi walaupun mereka dalam keadaaan kekurangan. Dengan memberi berarti mereka akan mematahkan kutuk- kutuk kemiskinan dalam kehidupan mereka. Dampak lain yang terjadi adalah pada saat pembicara bertanya

“Siapa yang mau diperbaharui?

Sapa yang mau hidupnya lebih nyaman?

Sapa yang mau hidupnya sukses silahkan maju.

(30)

56 Universitas Kristen Petra

Kita mau berdoa untuk mematahkan kutuk-kutuk dalam hidup kita semua.”.

Pada saat pembicara berkata seperti itu, banyak jemaat yang maju. Ketika peneliti bertanya pada informan yang ada, kedua informan itu mengatakan bahwa dengan didoakan mereka menjadi tenang dan mereka serasa diteguhkan bahwa kutuk- kutuk kemiskinan itu sudah dipatahkan. Hal ini dibuktikan pada saat Esther mengatakan

“Biar marem.

(Agar merasa tenang)

Perlu peneguhan dari Bapak Joshua.

Kalo (bila) sudah didoakan itu tenang rasanya.Percaya gitu rasanya.”.

Sedangkan Wartiah maju karena dia ingin kehidapannya berubah dengan kutuk- kutuk kemiskinan dipatahkan. Wartiah mengatakan

“Saya maju karena saya merasa kalo (kalau) saya ini perlu didoakan biar kutuk kemiskinan ini hilang.”.

Pada tanggal 5 Mei 2013, jemaat ini mendapatkan pengertian perlunya menjadi Bait Allah dan menjalankan fungsi Bait Allah. Mereka mendapatkan bahwa mereka perlu menjalankan fungsi bait Allah, yaitu mengasihi sesama dengan cara memberi kepada mereka yang memerlukan. Dalam pertemuan ini mereka juga menunjukkan dampak secara kognitif. Pada saat mereka ditanya apakah mereka mengerti maksud dari khotbah yang dieberikan, mereka semua serentak menjawab mengerti. Sebagian pula menjawab sambil menganggukkan kepala mereka.

Selain dampak kognitif, mereka juga memberikan dampak afektif. Di mana dalam setiap pertemuan itu mereka mau belajar untuk memberi. Hal ini ditunjukkan dalam setiap wawancara dengan informan yang ada, setiap dari mereka selalu mengatakan bahwa mereka mau belajar untuk memberi walaupun mereka dalam keadaan yang tidak mampu dan tentu saja itu sulit bagi mereka.

4.4.2.8 Feedback / umpan balik

Umpan balik yang diberikan pada awalnya sama. Hal ini karena pembicara

menyapa dengan kata Shalom. Setelah itu mereka juga mengatakan hal yang sama

(31)

57 Universitas Kristen Petra

yaitu Shalom. Umpan balik lain yang merupakan umpan balik verbal terlihat pada saat pembicara mengatakan sesuatu yang membangun mereka menyahut dengan kata Amin. Hal ini terjadi pada saat Joshua berkata kepada jemaat Tidak ada lagi kutuk kemiskinan, semua yang ada di dalam ruangan itu menjawab Amin. Ketika Joshua bertanya apakah mengerti khotbah yang diberikan mereka juga membalas dengan Mengerti.

Selain itu umpan balik secara verbal nampak pada saat tanggal 5 Mei 2013. Pada saat itu khotbah berlangsung dengan tanya jawab. Pada saat jemaat ditanya oleh Joshua, sebagian dari mereka berusaha menjawab. bahkan ada pula yang berusaha menjawab walaupun pada saat itu tidak mendapat giliran untuk menjawab. mereka sangat antusias pada saat itu.

Selain secara verbal, nampak pula umpan balik secara nonverbal. Hal ini nampak pada saat Joshua bertanya siapa yang mau belajar untuk memberi, mereka tidak menjawab namun mengangkat tangan mereka sebagai jawaban. Selain itu pada saat mereka mengerti apa yang dibicarakan, ada juga dari mereka yang menganggukkan kepala tanda bahwa mereka mengerti. Sebagian lagi mencatat khotbah yang diberikan oleh pembicara. Hanya pada tanggal 5 Mei 2013 mereka yang biasa mencatat isi khotbah baru melakukan pada akhir ibadah yaitu pada saat membaca ayat Alkitab. Selain itu secara nonverbal jemaat memberikan umpan balik terhadap apa yang diceritakan oleh Joshua. Pada saat itu Joshua bercerita dan ada beberapa jemaat yang tersentuh sehingga menangis.

Selain umpan balik positif juga terdapat umpan balik negatif yang terjadi.

Pada tanggal 5 Mei 2013, pada saat Joshua bertanya pada salah seorang jemaat,

ada jemaat yang berusaha menyela dengan berusaha menyalahkan jawaban

temannya dan memberi jawaban yang benar. Umpan balik negatif juga nampak

pada saat jemaat diminta untuk membaca ayat Alkitab secara bergantian dengan

Joshua, hanya sebagian saja dari mereka yang membaca ayat tersebut. Hal ini

membuat Joshua meminta mereka untuk mengulangi membaca ayat alkitab

tersebut dengan lantang dan bersama-sama. Namun dari semua umpan balik yang

didapat, ketika bertanya pada informan jemaat merasa bahwa mereka perlu untuk

memberi dan mereka akan belajar untuk memberi.

(32)

58 Universitas Kristen Petra

4.4.2.9 Noise / gangguan

Sama seperti pengamatan sebelumnya, gangguan yang terjadi berasal dari dalam maupun dari luar. Gangguan yang terjadi dari dalam terjadi dari pembicara, jemaat ataupun secara teknis. Gangguang dari pembicara nampak pada saat tanggal 21 April Joshua menggunakan Bahasa Inggris. Ketika itu dia

“Kita hidup itu adalah karunia Tuhan. Ketika kita mendapatkan sesuatu yang tidak disangka-sangka itu adalah grace.”.

Namun kesalahan yang dibuat itu langsung diperbaiki dengan menjelaskan maksud dari kata tersebut. Sedangkan gangguan yang muncul dari jemaat adalah di mana jemaat ada yang berbicara sendiri pada saat khotbah berlangsung.

Apalagi pada saat tanya jawab tanggal 5 Mei 2013. Sebagian dari mereka berbicara dengan teman sebelah ataupun belakang dan depannya untuk berdiskusi jawaban yang diberikan. Selain itu khotbah terlihat ramai pada saat ada orang- orang yang berusaha menyela jawaban temannya ataupun berusaha menjawab walaupun pada saat itu mereka tidak diminta untuk menjawab.

Secara teknis, gangguan yang muncul adalah pendingin ruangan yang tidak berfungsi dengan baik. Ruangan menjadi panas sehingga beberapa jemaat tempak gerah. Apalagi hal itu terjadi pada tanggal 5 Mei 2013 di mana suasana tampak lebih ramai daripada minggu-minggu sebelumnya karena khotbah berlangsung dengan cara tanya jawab. Pada tanggal yang sama yaitu 5 Mei 2013 listrik di gereja padam pada saat khotbah berlangsung. Walaupun hanya berlangsung sekitar 10 menit saja namun hal ini tetap membuat jemaat terkaget di awal. Hal ini dibuktikan dengan adanya kata-kata Yah mati lampu. Dan hal tersebut juga membuat Joshua yang saat itu sedang bertanya kepada jemaat, suaranya menjadi kurang jelas. Gangguan lain adalah suara anak kecil yang menangis atau berteriak-teriak saat khotbah berlangsung. Anak ini merupakan salah satu anak jemaat diakonia yang selalu dia bawa setiap hari Minggu.

Sedangkan gangguan dari luar nampak terjadi setiap hari Minggu. Hal ini

karena GBIS ROL berhadapan dengan gereja lain dan memulai ibadah lebih awal,

sehingga pada saat khotbah berlangsung, jemaat dari gereja lain sedang bernyanyi

sehingga suara musik yang ditimbulkan mengganggu jemaat.

Gambar

Gambar 4.2  Denah ruangan GBIS ROL  Sumber: Olahan Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

 Berdasarkan tabel 4.15 mengenai lambang warna kuning dalam logo baru XL, dari 100 responden terdapat 73 orang menjawab dengan benar bahwa warna kuning melambangkan energi dan

Sedangakan A juga setuju dengan sikap orang tua Rahmat karena A melihat dari dari segi jumlah anak dimana Rahmat yaang digambarkan sebagai anak tunggal

Berdasarkan hasil kuesioner yang didapat maka dapat di ketahui bahwa sebanyak 178 orang responden (44,5%) pernah membaca iklan Jitu Jawa Pos lebih dari 2 kali, dan 154 (38,5%)

Kendala yang ditemui personil selama membuat indirect cost yaitu apabila proyek berada diluar kota karena harus memperoleh data biaya riil terutama living

The Oriental Bandits yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 9 Februari 2013, sehari sebelum perayaan Imlek. Di bulan November 2013, Ernest melakukan

Pernyataan informan, yang menyatakan bahwa dalam permainannya, Rizuki menggunakan kecepatan tangannya dan bantuan alat-alat sulap untuk menyajikan pertunjukan yang mengagumkan

Untuk gerai Indomaret dengan omset yang tidak terlalu tinggi sebaiknya mengurangi jumlah karyawan menjadi 6 sampai dengan 8 orang dengan tujuan untuk menekan biaya

alasan yang unik yang dipilih responden ketika, responden memilih untuk mengikuti event Indonesia Next Top Selfie. Hal ini dikarenakan, PT. XL Axiata merupakan