LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 2
BAB I PENDAHULUAN
Dengan berakhirnya rencana keuangan tahunan daerah yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka perlu dianalisa perubahan dinamika sosial ekonomi dan kelembagaan di daerah berdasarkan indikator-indikator terukur yang merupakan hasil nyata penyelenggaraan pemerintahan yang terlaksana melalui program dan kegiatan pembangunan sepanjang tahun berkenaan. Hasil analisa tersebut dituangkan dalam laporan sebagai wujud pertanggungjawaban dan akuntabilitas publik atas penyelenggaraan pemerintahan pada tahun 2016.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 ayat 1, maka Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah yang telah tersusun kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) guna dibahas lebih lanjut untuk menghasilkan pokok pikir dan rekomendasi sebagai early warning system bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan daerah periode selanjutnya serta sebagai mekanisme check and balance.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang Tahun 2016 dan mengacu kepada Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Magelang Tahun 2016-2021 serta berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.
Sebagaimana pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, LKPJ Walikota Magelang yang disampaikan kepada DPRD disusun dengan substansi yang sekurang-kurangnya meliputi beberapa hal sebagai berikut:
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 3
a. Arah kebijakan umum pemerintahan daerah;
b. Pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan belanja daerah dan pembiayan daerah;
c. Penyelenggaraan urusan desentralisasi; d. Penyelenggaraan tugas pembantuan; dan e. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
A. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota-kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 4
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
11. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 3);
12. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 4);
13. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 5);
14. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan dan Kelurahan (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 6);
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 5
15. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Magelang Tahun 2011-2015 (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2011 Nomor 4);
16. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2015 Nomor 9);
17. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Magelang Tahun 2016– 2021 (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2016 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Magelang Nomor 50);
18. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2016 Nomor 8);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
20. Peraturan Walikota Magelang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun 2016 (Berita Daerah Kota Magelang Tahun 2015 Nomor 14).
B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografi
a. Batas administrasi daerah
Kota Magelang terletak pada posisi 7o26’18”-7o30’9” Lintang Selatan dan 110o12’30”-110o12’52” Bujur Timur. Posisi Kota Magelang terletak di tengah-tengah wilayah administratif Kabupaten Magelang dan hampir di tengah-tengah pulau Jawa. Posisi tersebut menjadikan daya tarik geografis alami Kota Magelang karena berada pada persilangan simpul ekonomi, transportasi dan pariwisata antara wilayah Semarang-Magelang-Yogyakarta dan Purworejo-Temanggung.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 6
Posisi strategis ini didukung dengan penetapan Kota Magelang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) kawasan PURWOMANGGUNG (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung) dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. Batas wilayah administrastif Kota Magelang adalah sebagai berikut:
1) sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang;
2) sebelah timur berbatasan dengan Sungai Elo/Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang;
3) sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang; dan
4) sebelah barat berbatasan dengan Sungai Progo/Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.
Gambar 1.1 Peta Posisi Kota Magelang di Jawa Tengah
b. Luas wilayah
Kota Magelang memiliki luas 18,12 km2 atau sebesar 0,06% dari total luas provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kota Magelang terbagi atas 3 (tiga) wilayah Kecamatan dan 17 Kelurahan, yaitu:
1) Kecamatan Magelang Utara, terdiri dari 5 kelurahan, yaitu: Kelurahan Kramat Utara, Kramat Selatan, Kedungsari, Potrobangsan dan Wates.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 7
2) Kecamatan Magelang Tengah, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Kelurahan Magelang, Gelangan, Panjang, Cacaban, Kemirirejo dan Rejowinangun Utara.
3) Kecamatan Magelang Selatan, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Kelurahan Tidar Utara, Tidar Selatan, Jurangombo Utara, Jurangombo Selatan, Rejowinangun Selatan dan Magersari.
Pembagian wilayah administratif Kota Magelang tersaji pada Gambar 1.2 berikut.
Gambar 1.2 Peta Pembagian Wilayah Administasi Kota Magelang
c. Topografi
Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang dikelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sundoro dan Sumbing, Pegunungan
Magelang Utara (6,128 km2) Wates (1,173 km2) Potrobangsan (1,299 km2) Kedungsari (1,334 km2) Kramat Utara (0,864 km2) Kramat Selatan (1,458 km2) Magelang Tengah (5,104km2) Rejowinangun Utara (0,993 km2) Kemirirejo (0,880 km2) Cacaban (0,826 km2) Magelang (1,246 km2) Panjang (0,345 km2) Gelangan (0,814 km2) Magelang Selatan (6,888 km2) Rejowinangun Selatan (0,433 km2) Jurangombo Utara (0,575 km2) Jurangombo Selatan (2,264 km2) Tidar Utara (0,970 km2) Tidar Selatan (1,269 km2) Magersari (1,377 km2)
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 8
Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Morfologi pendataran antar gunung api, medan landai dan berelief sedang-halus.
Di bagian selatan wilayah terdapat Gunung Tidar yang merupakan hutan lindung dengan kemiringan hingga 30-40%. Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri dengan kecenderungan pertumbuhan alamiah ke arah utara dan selatan yang didominasi area terbangun pada daerah dengan topografi datar. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada di ketinggian 375–500 mdpl dengan titik ketinggian tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl. Keberadaan Gunung Tidar sebagai paru-paru kota menjadikan iklim Kota Magelang berhawa sejuk.
Gambar 1.3 Peta Kelerengan Kota Magelang
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 9
d. Geologi
Kontur geologi Kota Magelang berupa dataran alluvium yang tersebar sampai di bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo. Dataran ini tersusun oleh batuan hasil rombakan bebatuan yang lebih tua, yang bersifat lepas. Umumnya berada pada ketinggian antara 250–350 m, berelief halus dengan kemiringan antara 3-8%. Daerah ini dialiri oleh Sungai Progo dan Sungai Elo yang mengalir dengan pola sum meander. Potensi kandungan tanah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan konglomerat. Hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan kwarter. Sifat batuan pasir dan breksi/konglomerat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta penurunan terhadap beban kecil, mendekati 0 (nol). Daya dukung terhadap bangunan berkisar antara 5 kg/cm2–19 kg/cm2.
e. Hidrologi
Kota Magelang memiliki 2 (dua) sungai yang cukup besar yaitu Sungai Elo di sebelah timur dan Sungai Progo di sebelah barat yang juga merupakan batas alamiah yang menentukan letak adminstrasi Kota Magelang. Kota Magelang termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo-Opak-Serang. Sumber air di Kota Magelang digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan saluran irigasi. Sedangkan potensi air tanahnya relatif bervariasi dengan kedalaman antara 5 m sampai dengan lebih dari 20 m. Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung pada mata air yang berada di wilayah Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang berada di kawasan Kota Magelang, yaitu mata air Tuk Pecah. Di kawasan Kota Magelang juga terdapat 3 (tiga) saluran air, yaitu Kali Bening, Kali Kota dan Kali Manggis. Saluran tersebut juga dapat berfungsi sebagai saluran irigasi teknis.
f. Kondisi Iklim
Kota Magelang mempunyai temperatur 20-32˚C dengan kelembaban sekitar 88,8%, sehingga termasuk wilayah beriklim sejuk. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 10
dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diketahui rata-rata jumlah curah hujan di Kota Magelang sepanjang tahun 2016 sebesar 362,67 mm/tahun. Curah hujan ini lebih tinggi dari tahun 2015 yang hanya sebesar 248,17 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September selama 19 hari dengan jumlah curah hujan 549 mm. Sampai dengan akhir tahun 2016 Kota Magelang mengalami 219 hari hujan. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di Kota Magelang sepanjang tahun 2016 tergambar pada Grafik 1.1 berikut.
Grafik 1.1 Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Magelang Tahun 2016
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2017)
g. Penggunaan Lahan
Menurut penggunaan lahan, wilayah Kota Magelang didominasi oleh pemanfaatan lahan sebagai pekarangan/bangunan/halaman (73,32%). Potensi lapangan usaha pertanian di Kota Magelang tidak begitu menonjol karena penggunaan tanah sawah di Kota Magelang sampai dengan semester I tahun 2016 hanya 11,51% dari total luas wilayah dengan jumlah penduduk berpencaharian dalam bidang pertanian hanya sebanyak 195 orang. 28 22 32 21 14 11 11 10 19 12 20 19
Hari Hujan (hari)
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 11
h. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah di Kota Magelang didasarkan pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang Tahun 2011-2031. Dokumen tersebut menjadi landasan bagi pengembangan wilayah Kota Magelang dan diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah. Potensi pengembangan sebagaimana terdapat dalam Rencana Pola Ruang Kota Magelang adalah sebagai berikut:
1) Kawasan Lindung
a) Kawasan Perlindungan Setempat meliputi sempadan sungai dan ruang terbuka hijau (hutan kota). Kota Magelang memiliki kawasan hutan lindung dan hutan wisata yang keberadaannya penting untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan konservasi Gunung Tidar. b) Kawasan Rawan Bencana Longsor merupakan kawasan
yang diidentifi kasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana longsor. Daerah yang termasuk kawasan rawan bencana longsor di Kota Magelang meliputi daerah yang terdapat di sekitar DAS Progo dan Elo.
2) Kawasan Budidaya
a) Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas total keseluruhan ± 701,36 ha. Secara eksisting perumahan di Kota Magelang memiliki kepadatan yang sangat tinggi, sehingga pengembangannya dimasa mendatang diarahkan secara vertikal. Selain itu diperlukan pengembangan rumah susun untuk mencukupi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk bermukim. Kawasan yang masih memungkinkan adanya pengembangan permukiman adalah BWP III dan V.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 12
b) Kawasan Perdagangan/Jasa
Pengembangan kawasan perdagangan/jasa diarahkan di sekitar jalan arteri primer di BWP IV khusus untuk perdagangan/jasa skala regional, jalan arteri sekunder di BWP I, II, IV dan V dan jalan lokal primer/sekunder di BWP I dengan luas keseluruhan ± 120,86 ha.
c) Kawasan Perkantoran
Fasilitas perkantoran utama yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi perkantoran pusat pemerintahan, kantor dinas/instansi pemerintahan Kota Magelang, kantor instansi vertikal, kantor pemerintahan kecamatan, maupun sarana perkantoran niaga. Fasilitas lain yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi kantor pemerintah kelurahan, kantor niaga dan perbankan, koperasi, kantor jasa, gedung pertemuan, museum, fasilitas kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan perkantoran diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 48,76 ha.
d) Kawasan Pendidikan
Pengembangan fasilitas pendidikan diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelang agar sistem pelayanan kepada masyarakat merata. Luas keseluruhan mencapai ± 107,92 ha.
e) Kawasan Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan tersebar di seluruh wilayah perkotaan guna memeratakan sistem pelayanan kepada masyarakat. Pengembangan kawasan kesehatan diarahkan di BWP I, II, III dan V dengan luas keseluruhan ± 42,46 ha.
f) Kawasan Peribadatan
Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi eksisting yang ada saat ini sudah sangat
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 13
mencukupi. Sehingga dalam pengembangannya hanya berorientasi pada perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas yang ada. Pengembangan kawasan peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWK yang ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha.
g) Kawasan Rekreasi/Olah Raga
Rencana pengembangan kawasan rekreasi di Kota Magelang diarahkan dalam dua bentuk, yaitu rekreasi terbuka dan rekreasi tertutup. Untuk rekreasi terbuka direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga, lapangan dan taman-taman kota yang direncanakan ada di setiap pusat kawasan sebagai sarana interaksi sosial bagi masyarakatnya. Untuk rekreasi yang tertutup direncanakan berbentuk sarana rekreasi bioskop, tempat olahraga, arena permainan dan sebagainya. Fasilitas rekreasi tersebut berada pada kawasan pusat kota dan sub pusat kota, serta kawasan perdagangan, terutama yang berupa pasar swalayan. Fasilitas lain yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan rekreasi/olahraga antara lain fasilitas rekreasi/olah raga skala lokal, kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, gedung pertemuan, gedung kesenian/pertunjukan, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan rekreasi olah raga diarahkan di BWP II, III dan V dengan luas keseluruhan ± 89,39 ha.
h) Kawasan Industri/Perdagangan
Dalam penataan ruang untuk industri, diprioritaskan untuk industri sedang dan industri kecil/rumah tangga yang rata-rata berkembang di kawasan permukiman, sehingga perlu diatur dengan dukungan penyediaan prasarana sarana seperti pengelolaan limbah dan showroom sekaligus outlet sebagai sarana promosi dan pemasaran. Pengembangan kawasan industri/perdagangan diarahkan di BWP IV dengan luas keseluruhan ± 68,03 ha.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 14
i) Kawasan Militer
Sebagaimana kondisi yang ada saat ini, di luar kawasan-kawasan milik TNI yang pemanfaatannya untuk fungsi non kemiliteran lain (lapangan golf, gedung pertemuan A. Yani dan lainnya) berada di BWP II, III dan V dengan luas keseluruhan ± 151,05 ha.
j) Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan di BWK II, III, IV dan V dengan luas keseluruhan ± 185,56 ha.
k) Kawasan Terbuka Non Hijau
Adapun Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) yang ada di Kota Magelang meliputi plasa, parkir, lapangan olahraga, tempat bermain dan rekreasi, pembatas (median jalan), dan koridor rumah. Pengembangan RTNH merupakan salah satu alternatif untuk pengganti RTH yang bisa di terapkan pada kawasan-kawasan padat kota.
l) Kawasan Transportasi (Terminal)
Sarana terminal yang diarahkan untuk dikembangkan antara lain meliputi terminal regional, terminal angkutan kota dan terminal barang. Fasilitas dan/atau kegiatan yang mendukung ekonomi, sosial dan budaya yang dapat dikembangkan di kawasan terminal, antara lain fasilitas perdagangan skala lokal (kios), kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan terminal diarahkan di BWP I, II dan IV dengan luas keseluruhan ± 4,85 ha.
m) Kawasan Pemakaman
Kawasan pemakaman merupakan kawasan budidaya yang mempunyai fungsi utama dan satu-satunya sebagai tempat pemakaman umum ataupun taman makam pahlawan. Pengembangan kawasan pemakaman diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 35,65 ha.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 15
n) Kawasan Khusus Sektor Informal
Pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL secara umum dapat dikembangkan di daerah-daerah yang merupakan simpul-simpul perdagangan, memiliki tingkat aksesibilitas untuk dijangkau dengan berjalan kaki, ruang terbuka aktif, daerah-daerah yang memiliki tingkat keramaian dan merupakan area bebas yang cukup luas dan memiliki potensi untuk dikunjungi penduduk sebagai lokasi untuk bersantai dan melepas lelah. Arahan pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL dapat dikembangkan dan ditata di kawasan Jalan Jenggolo, Jalan Pajajaran dan Jalan Pajang.
Terdapat beberapa sentra kuliner yang sudah ditata oleh Pemerintah Kota Magelang, antara lain: Kuliner Armada Estate, Kuliner Sejuta Bunga, Kuliner Tuin van Java, Kuliner Kartikasari, Kuliner Sari Boga Kencana, Kuliner Jendralan, Kuliner Badaan, Kuliner Sigaluh, Kuliner Daha, Kuliner Rejomulyo, Kuliner Jalan Alibasah, Kuliner Jalan Sriwijaya, Kuliner Jalan Padjajaran, Kuliner Jenggolo, Kuliner Lembah Tidar, Kuliner Kauman, Kuliner Rejotumoto, Kuliner RINDAM, Kuliner S. Parman dan Kuliner Pahingan Aloon-aloon.
Secara ilustrasi pembagian rencana pola ruang Kota Magelang tersaji pada Gambar 1.4 berikut ini.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 16
Gambar 1.4 Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang
Sumber: BAPPEDA Kota Magelang (2017)
2. Gambaran Umum Demografi a. Jumlah Penduduk
Penduduk mampu menjadi modal dasar yang potensial bagi pembangunan jika diimbangi dengan kualitas dan kesejahteraan
Kawasan Permukiman Kawasan Pertanian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Kesehatan Kawasan Militer Kawasan Pariwisata Kawasan Industri
(pendukung Perdangangan & jasa) Kawasan Perkantoran Kawasan Peribadatan Kawasan Perdagangan/Jasa IPLT Kawasan Pendidikan Kawasan Pemakaman Kawasan Evakuasi Bencana Kawasan Terminal Kawasan Olahraga Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 17
yang baik. Jumlah penduduk di Kota Magelang pada tahun 2016 mencapai 132.662 jiwa dengan pertumbuhan terkendali sebesar 0,3% dan kepadatan penduduk rata-rata 7.321 jiwa/km2. Laju ini menunjukkan tren menurun dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang mengindikasikan bahwa pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Magelang cukup efektif. Jumlah kepala keluarga (KK) tercatat sebesar 43.026 KK dengan rata-rata 3 anggota keluarga/KK.
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Indikator Kependudukan Kota Magelang Tahun 2016
Indikator Target Realisasi Keterangan
Angka pertumbuhan
penduduk (%) 0,353 0,303
Lebih baik dari target
Rata-rata jumlah anak dalam
keluarga 2 1
Lebih baik dari target
Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021;
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017)
Bonus demografi masih dinikmati Kota Magelang dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebesar 94.528 jiwa (71,25% dari total penduduk) tumbuh 0,342% dari tahun 2015. Rasio ketergantungan masih stabil di angka 40. Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk kelompok usia produktif harus menanggung 40 penduduk usia non produktif.
Statistik ini dapat menstimulus peningkatan pembangunan manusia khususnya dalam pemberdayaan penduduk usia non-produktif disamping peningkatan kompetensi penduduk usia non-produktif agar rasio ketergantungan semakin menurun.
Tabel 1.2 Penduduk Kota Magelang (jiwa) Tahun 2016 Kecamatan/Kelurahan Laki-laki Perempuan Total Kepadatan
(jiwa/km2) Magelang Selatan 21.679 21.999 43.678 6.339 Rejowinangun Selatan 4.437 4.436 8.873 20.635 Jurangombo Utara 2.117 2.211 4.328 7.562 Jurangombo Selatan 3.531 3.667 7.198 3.185 Tidar Utara 4.268 4.314 8.582 8.847 Tidar Selatan 2.913 2.924 5.837 4.596 Magersari 4.413 4.447 8.860 6.420 Magelang Tengah 24.663 25.457 50.120 9.827
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 18
Kecamatan/Kelurahan Laki-laki Perempuan Total Kepadatan (jiwa/km2) Rejowinangun Utara 6.290 6.273 12.563 12.690 Kemirirejo 3.043 3.139 6.182 7.025 Cacaban 4.010 4.204 8.214 9.896 Magelang 3.861 4.131 7.992 6.394 Panjang 3.313 3.521 6.834 19.526 Gelangan 4.146 4.189 8.335 10.290 Magelang Utara 19.033 19.831 38.864 6.340 Wates 4.544 4.698 9.242 7.899 Potrobangsan 4.303 4.584 8.887 6.836 Kedungsari 3.754 3.851 7.605 5.718 Kramat Utara 2.448 2.518 4.966 5.774 Kramat Selatan 3.984 4.180 8.164 5.592 Kota Magelang 65.375 67.287 132.662 7.321
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017)
b. Struktur Usia Penduduk
Jumlah penduduk usia produktif di Kota Magelang hampir seimbang dari sisi gender. Penduduk perempuan yang masuk dalam kelompok usia produktif mencapai 50,39% (47.636 jiwa) namun demikian pertumbuhan penduduk laki-laki usia produktif lebih cepat (0,43%) dibandingkan dengan perempuan (0,25%).
Grafik 1.2 Perubahan Jumlah Penduduk Kota Magelang Berdasar Berdasar Kelompok Usia, Tahun 2016
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 19
Transmisi kependudukan paling besar terjadi pada kelompok penduduk usia 30-34 tahun yang berkurang 524 jiwa pada tahun 2016, sementara penduduk usia di atasnya (35-39 tahun) hanya bertambah 92 jiwa. Fenomena ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kematian dan atau kepindahan penduduk ke luar wilayah.
Hal ini perlu mendapat perhatian karena kelompok usia tersebut merupakan golongan penduduk dengan potensi produktivitas yang tinggi. Peningkatan kompetensi, tingkat kesehatan dan taraf hidup masyarakat harus dimaksimalkan. Demikian juga dalam hal perluasan lapangan kerja agar kelompok usia tersebut dapat melakukan aktivitas ekonomi di Kota Magelang yang pada akhirnya dapat meningkatkan output barang dan jasa serta pertumbuhan ekonomi makro dalam jangka panjang.
Grafik 1.3 Piramida Penduduk Kota Magelang Tahun 2016
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017)
Penambahan penduduk kelompok usia produktif tertinggi berasal dari usia 20-24 tahun dan 55-64 tahun. Struktur piramida penduduk Kota Magelang masih relatif sama dari tahun ke tahun dengan dominasi penduduk pada kelompok usia produktif dan usia menuju produktif (10-14 tahun) yang mencapai 10.062 jiwa.
> 75 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 20
c. Klasifikasi Pekerjaan
Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kota Magelang adalah sebagai karyawan swasta, wiraswasta dan buruh harian lepas. Keterbatasan lahan pertanian menjadikan mata pencaharian petani/pekebun berkurang dari tahun ke tahun. Sampai dengan akhir tahun 2016 jumlah petani/pekebun di Kota Magelang hanya 195 jiwa, setelah pada tahun sebelumnya mencapai 215 jiwa.
Dominasi pekerja pada sektor informal khususnya buruh, baik buruh bangunan, buruh industri maupun buruh tani, tidak lepas dari kondisi profil tenaga kerja di Kota Magelang yang mayoritas hanya tamat pendidikan formal tingkat SLTA saja (41,64%) dan kurang atau sampai dengan Sekolah Dasar/Sederajat (24,61%) dari total 94.883 jiwa penduduk usia kerja yang tercatat pada tahun 2015.
d. Pembangunan Manusia
Angka resmi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun berjalan dipublikasikan pada bulan Oktober-November tahun berikutnya. Oleh karena itu data IPM tahun 2016 belum tersedia sampai dengan saat ini.
Hasil pembangunan manusia di Kota Magelang pada tahun 2015 kembali menempati posisi ke-4 di antara Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dengan nilai IPM sebesar 76,39 masih lebih rendah daripada Kota Salatiga (80,96), Kota Semarang (80,23) dan Kota Surakarta (80,14).
Tabel 1.3 Komponen Pembentuk IPM Kota Magelang Tahun 2014-2015
AHH HLS RLS Pengeluaran
IPM
(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Rp 000)
2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
76,57 76,58 12,98 13,1 10,27 10,28 10.344 10.793 75,79 76,39 Keterangan: AHH (Angka Harapan Hidup); RLS (Rata-rata Lama Sekolah); HLS (Harapan Lama
Sekolah)
Sumber: BPS Kota Magelang (2017)
Meskipun mampu mencapai IPM yang cukup tinggi tapi ditilik dari pertumbuhannya, pembangunan manusia di Kota Magelang tergolong relatif lambat di Jawa Tengah, meskipun lebih tinggi dari
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 21
tahun 2014 (0,66%). Pertumbuhan IPM Kota Magelang pada tahun 2015 hanya mencapai 0,79% sementara mayoritas Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mampu tumbuh di atas 1%. Angka pertumbuhan ini menduduki posisi ke-26 dari 35 Kabupaten/Kota. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Pati dan Batang yang mampu meningkatkan IPM di atas level 2% pada tahun 2015.
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Magelang masih stagnan dari tahun ke tahun sebesar 10 tahun (tingkat 1 SLTA) dengan lama sekolah yang diharapkan dari penduduk usia 7 tahun dapat dicapai sampai jenjang pertama Perguruan Tinggi (~13 tahun). Pergerakan nilai komponen penyusun IPM di Kota Magelang dengan laju yang paling signifikan hanyalah pertumbuhan pengeluaran per kapita riil, sedangkan 3 komponen yang lain justru berkontraksi (lebih lambat) pada tahun 2015. Hal ini mengindikasikan masih perlunya optimasi pembangunan khususnya di sektor pendidikan dan kesehatan.
Dengan meningkatnya kualitas pembangunan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2016, diprediksi capaian angka IPM pada tahun 2016 akan memenuhi target yaitu sebesar 76,77.
Tabel 1.4 Target dan Prediksi Realisasi IPM Tahun 2016 Indikator Target Realisasi* Keterangan
IPM 76,61 76,77 Deviasi ±0,13%
Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10,36 10,34 Deviasi ±0,012 Harapan Lama Sekolah (tahun) 13,27 13,29 Deviasi ±0,043 Angka Harapan Hidup (tahun) 76,67 76,64 Deviasi ±0,012 Pengeluaran per Kapita Riil
Disesuaikan (000 Rp) 10.886 10.886 Deviasi ±67,24
Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021 (2017) * Angka Prediksi
e. Pembangunan dan Pemberdayan Gender 1) Pembangunan Gender
Pembangunan gender yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Kota Magelang pada 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan linear sejalan dengan kenaikan IPM. Gap angka IPG Kota Magelang semakin kecil dan
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 22
mendekati 100 yang menunjukkan meningkatnya kesetaraan pembangunan antara laki laki dan perempuan di Kota Magelang. Grafik 1.4 Kabupaten/Kota dengan IPG Tertinggi di Jawa Tengah
Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016)
IPG Kota Magelang mencapai 95,81 tumbuh 0,38% pada tahun 2015 lebih tinggi dari IPG skala Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Di antara 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, pembangunan gender di Kota Magelang menduduki peringkat ke-6 dengan kualitas pembangunan penduduk laki-laki yang secara umum lebih baik dibandingkan dengan perempuan khususnya dari aspek pendidikan dan kesejahteraan. Namun demikian harapan hidup penduduk perempuan masih lebih tinggi mencapai rata-rata 78,5 tahun dibandingkan penduduk laki-laki dengan rata-rata 74,4 tahun.
Tabel 1.5 IPM dan IPG Kota Magelang Tahun 2010-2015
Tahun IPM IPG
2010 73,99 94,16 2011 74,47 94,83 2012 75,00 95,14 2013 75,29 95,36 2014 75,79 95,45 2015 76,39 95,81 Jateng 2015 69,49 92,21 Indonesia 2015 69,55 91,03
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 23
Gap yang cukup tinggi terlihat dari komponen pengeluaran per kapita riil (disesuaikan) dimana antara penduduk laki-laki dan perempuan terdapat selisih untuk standar hidup layak, yaitu sebesar Rp 1.354.000,00. Hal tersebut didukung oleh dominasi kaum laki-laki (55,47%) dalam struktur angkatan kerja Kota Magelang pada tahun 2015. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia kaum perempuan menjadi sesuatu yang krusial agar mampu mengimbangi produktivitas ekonomi sehingga dapat memicu peningkatan standar hidup.
Tabel 1.6 Komponen Penyusun IPG Kota Magelang Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016)
Dengan implementasi program pembangunan serta alokasi kegiatan berbasis gender pada tahun 2016, diprediksi IPG Kota Magelang sampai dengan akhir tahun 2016 mampu memenuhi target RPJMD yang ditetapkan.
Tabel 1.7 Target dan Prediksi Realisasi IPG Tahun 2016 Indikator Target Realisasi* Keterangan
IPG 95,79 96,16 Deviasi ±0,133
Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021 * Angka Prediksi
2) Pemberdayaan Gender
Peningkatan nilai IPM dan IPG harus diiringi dengan pertumbuhan indeks pemberdayaan gender (IDG) sebagai indikator besarnya peran aktif perempuan dalam berpolitik, ekonomi, pengambilan keputusan dan penguasaan sumber daya ekonomi.
Indikator Laki-laki Perempuan
IPM 78,63 75,33
Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10,90 9,92 Harapan Lama Sekolah (tahun) 13,27 12,89 Angka Harapan Hidup (tahun) 74,54 78,51 Pengeluaran per Kapita Riil
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 24
Pada tahun 2015 IDG Kota Magelang mencapai angka 75,83. Meskipun lebih tinggi dari IDG Jawa Tengah (74,80) dan Nasional (70,83), namun capaian tersebut turun dari tahun 2014 yang mampu berada pada angka 78,82. Hal ini menunjukkan semakin lemahnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan ekonomi di Kota Magelang. Pada tahun 2014 IDG Kota Magelang berada pada peringkat ke-3 di Jawa Tengah di bawah Kabupaten Temanggung (81,65 menduduki peringkat ke-6 se-Indonesia) dan Kota Salatiga (80,36). Namun pada tahun 2015 IDG Kota Magelang tergeser jauh sehingga menempati urutan ke-7 di bawah Kabupaten Temanggung (82,2), Kota Salatiga (80,38), Kabupaten Tegal (77,06), Kota Tegal (76,67), Kota Semarang (76,53) dan Kabupaten Karanganyar (75,84).
Melemahnya peran perempuan di Kota Magelang terutama disebabkan karena turunnya persentase keterlibatan kaum perempuan dalam parlemen yang hanya sebesar 20%. Persentase ini masih belum mampu memenuhi kuota yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang menyebutkan bahwa kuota perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam politik sekurang-kurangnya 30%.
Tabel 1.8 Komponen Penyusun IDG di Kota Magelang dan Wilayah Sekitar Tahun 2014-2015
Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016) Wilayah % Keterlibatan Perempuan di Parlemen % Perempuan sebagai Tenaga Profesional, Administrasi dan Teknisi % Sumbangan Pendapatan Perempuan dalam Pendapatan Kerja 2014 2015 2014 2015 2014 2015 Kota Magelang 24,00 20,00 45,02 45,74 41,11 41,81 Kab. Magelang 14,00 14,00 36,94 53,37 37,22 37,33 Temanggung 31,11 31,11 44,42 54,73 41,74 40,83 Purworejo 17,78 17,78 48,28 45,20 32,63 33,92 Wonosobo 4,44 4,65 38,12 45,38 23,31 23,89 Jateng 24,00 24,24 45,67 47,72 33,46 34,06 Indonesia 17,32 17,32 45,61 46,03 35,64 36,03
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 25
Hal yang perlu diperhatikan adalah fenomena menurunnya proporsi angkatan kerja perempuan sejak tahun 2013, dari 45,96% menjadi 44,53% pada tahun 2015, dan naiknya persentase pengangguran perempuan dari 26,10% pada tahun 2013 menjadi 34,86% pada tahun 2015. Selain peran perempuan dalam parlemen dan tenaga professional, perlu ditingkatkan juga peningkatan kompetensi penduduk usia kerja perempuan dan penyerapan tenaga kerja perempuan secara umum sehingga dapat membantu mempercepat pertumbuhan kontribusi perempuan dalam pendapatan kerja.
f. Kemiskinan
Garis kemiskinan (GK) untuk Kota Magelang pada tahun 2015 ditetapkan sebesar Rp 405.228,-/kapita/bulan. Dengan penetapan tersebut terdapat 100 penduduk yang terentas dari kemiskinan pada tahun 2015, namun masih terdapat 10.900 jiwa penduduk yang memiliki pengeluaran di bawah GK dan masuk dalam klasifikasi penduduk miskin. Secara persentase, penduduk miskin di Kota Magelang menunjukkan tren menurun dengan capaian pada tahun 2015 mencapai 9,05% turun dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 9,14%.
Grafik 1.5 Fluktuasi Jumlah Penduduk Miskin di Kota MagelangTahun 1996-2015
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2017)
Namun demikian pengentasan kemiskinan di Kota Magelang masih mengalami permasalahan, khususnya karena naiknya indeks
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 26
kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2), meskipun dari persentase jumlah penduduk miskin sudah mengalami penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dari 10.900 masyarakat miskin, makin jauh (kecil) pengeluaran mereka terhadap GK. Demikian juga di antara sesama penduduk miskin di Kota Magelang, kesenjangan pengeluaran yang tercipta semakin lebar. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa peningkatan pendapatan yang terjadi pada penduduk miskin belum merata dan tidak cukup signifikan dapat mengimbangi kenaikan GK.
Tabel 1.9 Indikator Kemiskinan Kota Magelang Tahun 2011-2015
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2017)
Dengan implementasi program pro-poor sepanjang tahun 2016, diprediksi indikator kemiskinan di Kota Magelang mengalami perbaikan dan mampu memenuhi target RPJMD yang ditetapkan.
Tabel 1.10 Target dan Prediksi Realisasi Tingkat Kemiskinan Kota Magelang Tahun 2016
Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021 (2017) * Angka Prediksi
g. Ketenagakerjaan
Sampel pendataan ketenagakerjaan yang dilakukan BPS untuk tahun 2016 tidak memenuhi untuk melakukan breakdown data sampai dengan level Kabupaten/Kota, sehingga statistik ketenagakerjaan terakhir hasil rilis resmi BPS adalah tahun 2015.
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Garis Kemiskinan
(Rp/kapita/bln) 280.877 313.250 350.554 376.143 405.228
Penduduk Miskin (ribu jiwa) 13,1 12,1 11,8 11,0 10,9
Persentase Penduduk
Miskin-P0 (%) 11,06 10,31 9,80 9,14 9,05
Indeks Kedalaman
Kemiskinan-P1 (%) 1,61 1,48 1,45 0,94 1,39
Indeks Keparahan
Kemiskinan-P2 (%) 0,36 0,33 0,37 0,20 0,31
Indikator Target Realisasi*
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 27
Berdasarkan data tersebut tercatat jumlah penduduk usia kerja di Kota Magelang sebanyak 94.883 jiwa. Dari jumlah tersebut sebesar 64,35% (61.060 jiwa) merupakan angkatan kerja. Angka ini turun 5,16% dari tahun 2014. Penurunan tersebut secara langsung juga berpengaruh terhadap turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota Magelang yang pada tahun 2015 hanya mencapai 64,35%. Namun demikian secara persentase, pada tahun 2015 terjadi peningkatan tingkat kesempatan kerja dari 92,62% pada tahun 2014 menjadi 93,57% dengan penurunan jumlah pengangguran dari 7,35% ke posisi 6,43%.
Tabel 1.11. Statistik Ketenagakerjaan di Kota Magelang Tahun 2014-2015
Uraian 2014 2015
Jumlah Angkatan Kerja (orang) 64.382,00 61.060,00
Jumlah Penduduk usia Kerja (orang) 94.007,00 94.883,00
Jumlah Angkatan Kerja Menganggur (orang) 4.754,00 3.927,00
Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja (orang) 59.628,00 57.133,00
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang (2016)
Total penganggur pada tahun 2015 sebesar 3.927 jiwa dengan mayoritas masyarakat lulusan SLTA/SMK/MA dan Sarjana. Disamping melakukan peningkatan kualitas kompetensi secara berkesinambungan Pemerintah Kota Magelang juga harus mengeksplorasi sumber perekonomian baru yang mampu memperluas lapangan pekerjaan. Hal tersebut dapat berimbas pada penurunan jumlah pengangguran dan mengurangi kemungkinan pindahnya tenaga kerja produktif ke sektor-sektor ekonomi di luar wilayah.
Besarnya pencari kerja yang terdaftar di Kota Magelang berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan rata-rata penempatan pada akhir tahun sebesar 85,89%. Sepanjang tahun 2016 jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kota Magelang sebesar 530 jiwa, tumbuh 53,62% dari tahun 2015. Dari seluruh pencari kerja tersebut 93,21% telah ditempatkan. Diprediksi persentase jumlah pengangguran di Kota Magelang pada akhir tahun 2016 akan semakin menurun mencapai 6% seiring dengan prediksi tumbuhnya angkatan kerja.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 28
Banyaknya tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi tahun 2016 naik 12,57% mencapai 197 orang yang lebih banyak diikuti oleh tenaga kerja laki-laki (128 orang). Sebagai salah satu dampak dari mulai efektifnya Balai Latihan Kerja di Kota Magelang dan intensnya pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi pada tahun 2016, tingkat penyerapan tenaga kerja diprediksi akan melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2016-2021 (60%). Hal tersebut didukung oleh tren data historis serapan tenaga kerja di Kota Magelang yang dalam 8 tahun terakhir (2008-2015) selalu di atas 60% (rata-rata mencapai 66,62% per tahun) dengan rata-rata tingkat kesempatan kerja sebesar 90,24% per tahun.
Gambar 1.5 Profil Pengangguran di Kota Magelang Tahun 2015
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang (2016)
h. Kesehatan
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tercermin dari beberapa indikator kesehatan yang menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2016. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat sampai dengan akhir tahun 2016 tidak terjadi kasus kematian ibu namun terjadi 16 kasus kematian bayi. Kasus kematian bayi ini
6,43% 2.558 jiwa 1.369 jiwa Kompetensi
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 29
turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 25 kasus. Dari sisi gender, angka kematian baik bayi maupun balita laki-laki di Kota Magelang pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan bayi dan balita perempuan.
Tabel 1.12 Statistik Kesehatan Kota Magelang Tahun 2015-2016
Indikator 2015 2016
Kelahiran Bayi Hidup (jiwa) 1.600,00 1.501,00
Kematian Bayi (jiwa) 25,00 16,00
Kematian Ibu (jiwa) 3,00 0,00
Jumlah Balita (jiwa) 6.628,00 8.282,00
Kematian Balita (jiwa) 1,00 3,00
Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 15,63 10,66 Angka Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup) 187,50 0,00
Balita dengan ASI Eksklusif (jiwa) 382,00 386,00
Anak dengan Imunisasi (jiwa) 1.552,00 1.173,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017)
Jumlah kelahiran bayi terkendali, turun 6,19% sebanyak 1.501 kelahiran hidup. Kesadaran kaum ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif semakin meningkat, hal ini terbukti dengan pertumbuhan jumlah Balita yang mendapat ASI eksklusif sebesar 1,05% mencapai 386 Balita (50,52% balita laki-laki). Cakupan imunisasi meliputi 1.173 anak dengan 50,9% diikuti oleh anak perempuan.
Meski masih ditemui beberapa kasus penyakit di Kota Magelang, namun jumlah penderita beberapa penyakit tersebut mengalami penurunan pada tahun 2016 yang mengindikasikan makin baiknya pelayanan jasa kesehatan di Kota Magelang. Khusus HIV/AIDS turun 33,33% pada tahun 2016 sebanyak 16 kasus yang terdiri dari 10 penderita HIV/AIDS laki-laki dan 6 perempuan. Grafik 1.6 berikut mengilustrasikan perbandingan jumlah kasus beberapa penyakit di Kota Magelang selama tahun 2015 dan 2016.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 30
Grafik 1.6 Jumlah Kasus Beberapa Penyakit di Kota Magelang Tahun 2015-2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017)
Jumlah sarana prasarana kesehatan tahun 2016 di Kota Magelang cenderung sama dengan tahun 2015 dari sisi infrastruktur. Peningkatan terjadi pada jumlah dokter (bertambah 2 orang), perawat (naik 36,02%), bidan (naik 27,97%) dan tenaga kesehatan lainnya (38,73%).
Tabel 1.13 dan 1.14 berikut menampilkan perbandingan target dan realisasi indikator kesehatan serta jumlah sarana dan prasarana kesehatan di Kota Magelang pada tahun 2015 dan 2016.
Tabel 1.13 Target dan Realisasi Indikator Kesehatan Kota Magelang Tahun 2015-2016
Indikator Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016
Persentase Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terakreditasi 0 3 2*
Angka Kematian Ibu/100.000
Kelahiran Hidup 187,5 135,00 0,00
Angka Kematian Bayi/1.000
Kelahiran Hidup 15,63 15,00 16,00
Prevalensi Balita Gizi Buruk 0,31 0,31 0,22
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 31
Indikator Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Angka Prevalensi TB 128,33 <106 119,85
Angka Prevalensi HIV AIDS pada Penduduk Usia 15-49 Tahun
0,05 <0,5% 0,02
Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021; Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017); * RSU dan Laboratorium Kesehatan
Tabel 1.14 Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan di Kota MagelangTahun 2015-2016
Uraian 2015 2016
Jumlah Posyandu (unit) 197 197
Jumlah Puskesmas, Poliklinik, Pustu (unit) 28 27*
Jumlah Rumah Sakit (unit) 7 7
Jumlah Dokter (orang) 147 149
Jumlah Perawat (orang) 1.105 1.408
Jumlah Bidan (orang) 143 183
Jumlah Apoteker (orang) 24 24
Jumlah Tenaga Kesehatan lainnya (orang)** 284 394
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017) * GKI Pajajaran tutup
** Tenga Gizi, Analis Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Masyarakat, Fisioterapi, Rekam Medik
i. Pendidikan
Kota Magelang memiliki sarana prasarana pendidikan yang mencukupi kebutuhan baik dalam maupun luar wilayah. Berdasar data komponen IPM, rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Magelang pada tahun 2015 adalah 10,28 tahun atau setingkat jenjang kelas 1 SMA. Indikator ini didukung oleh data demografi penduduk usia 25 tahun ke atas dimana mayoritas pendidikan yang ditamatkan sampai dengan akhir tahun 2016 adalah pada jenjang SMA.
Tingkat literasi di Kota Magelang sangat baik dengan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa baca tulis pada tahun 2016 mencapai 98,27%. Dari perspektif gender, penduduk laki-laki di Kota Magelang relatif mengenyam tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 32
Tabel 1.15. Target dan Realisasi Angka Melek Huruf Kota Magelang Tahun 2016
Indikator Target 2016 Realisasi 2016
Angka Melek Huruf (%) 97,35 98,27
Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021;
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang (2017)
Permasalahan berbasis data yang masih dihadapi di bidang pendidikan adalah belum adanya basis data siswa yang terpilah berdasarkan asal wilayah. Hal tersebut berimbas pada perhitungan yang bias terhadap Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK), baik untuk jenjang SD maupun SMP di Kota Magelang.
Tabel 1.16. Statistik Pendidikan Sekolah Dasar di Kota Magelang Tahun 2016
Sumber: Profil Pendidikan Tahun 2015/2016, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang (2017)
Pada tahun 2016 masih terdapat 356 anak dengan usia lebih dari 12 tahun yang masih mengenyam pendidikan SD. Dari jumlah
Variabel SD MI Jumlah
1. Sekolah 75 2 77
a. Negeri 61 0 61
b. Swasta 14 2 16
2. Siswa menurut usia sekolah 14.623 343 14.966
a. <7 tahun 1.027 37 1.064
b. 7-12 tahun 13.249 297 13.546
c. >12 tahun 347 9 356
3. Mengulang 327 17 344
4. Putus sekolah 2 0 2
5. KS dan Guru menurut ijazah 897 22 919
a. Ijazah < S1 151 0 151
b. Ijazah S1/Diploma IV & lebih tinggi 746 22 768
6. Ruang kelas 542 15 557 a. Baik 493 10 503 b. Rusak ringan 34 4 38 c. Rusak berat 15 1 16 7. Perpustakaan 77 2 79 8. Ruang Komputer 41 1 42
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 33
tersebut mayoritas adalah anak laki-laki (64,04%). Jumlah siswa yang mengulang sebanyak 344 siswa dan putus sekolah di tingkat SD sejumlah 2 orang. Untuk jenjang SMP, tercatat 373 anak usia lebih dari 15 tahun yang masih bersekolah SMP, 37 siswa mengulang dan 42 siswa putus sekolah dengan dominasi putus pada kelas 8 (76,19%).
Data-data tersebut perlu mendapat perhatian sebagai bentuk evaluasi kinerja pendidikan di Kota Magelang dan untuk mengetahui dan mengeleminir faktor pencetus angka putus sekolah dan terlambatnya usia anak yang masuk kelas pertama pada level SD maupun SMP.
Tabel 1.17 Statistik Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kota Magelang Tahun 2016
Sumber: Profil Pendidikan Tahun 2015/2016, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang (2017)
Variabel SMP MTS Jumlah
1. Sekolah 21 2 23
a. Negeri 14 1 15
b. Swasta 7 1 8
2. Siswa menurut usia sekolah 7.109 1.585 8.694
a. <7 tahun 1.198 220 1.418
b. 7-12 tahun 5.636 1.267 6.903
c. >12 tahun 275 98 373
3. Mengulang 27 10 37
4. Putus sekolah 42 0 42
5. KS dan Guru menurut ijazah 648 96 744
a. Ijazah < S1 36 2 38
b. Ijazah S1/Diploma IV & lebih tinggi 612 94 706
6. Ruang kelas 299 45 344 a. Baik 267 42 309 b. Rusak ringan 28 3 31 c. Rusak berat 4 0 4 7. Perpustakaan 15 10 25 8. Ruang Komputer 17 2 19
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 34
C. Gambaran Umum Ekonomi 1. Potensi Unggulan
a. Industri Pengolahan dan Perdagangan (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor)
Sektor ini pada tahun 2015 mampu memproduksi output sebesar total Rp 2,145 triliun dari total PDRB Kota Magelang. Sebagai sektor dengan pertumbuhan yang tinggi di atas rata-rata pertumbuhan umum, Industri Pengolahan dan Perdagangan (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor) perlu terus dikembangkan khususnya dengan optimasi lapangan usaha industri kreatif, peningkatan kualitas produk dan kapabilitas pelaku ekonomi dalam sektor-sektor tersebut.
Sebagian besar usaha perdagangan dan manufaktur di Kota Magelang merupakan industri kecil. Jumlah industri kecil di Kota Magelang pada tahun 2016 bertambah 11 unit dengan serapan tenaga kerja yang 7,86%. Keberadaan UMKM di Kota Magelang juga cukup signifikan dalam berkontribusi dalam sektor perdagangan. UMKM yang tercatat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang pada tahun 2016 mencapai 6.861 unit usaha dengan nilai investasi mencapai Rp 59,355 miliar. Penyerapan tenaga klerja UMKM pada tahun 2016 sebesar 13.591. UMKM sebagai roda perekonomian yang telah terbukti tangguh terhadap goncangan ekonomi perlu terus dikembangkan, khususnya dalam peningkatan kualitas produk dan pemantapan manajemen organisasinya. Hal tersebut dapat meningkatkan omzet secara lebih signifikan dan stabil dalam jangka panjang.
Tabel 1.18 berikut menggambarkan perkembangan kondisi industry manufaktur, UMKM dan koperasi di Kota Magelang selama tahun 2015 dan 2016.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 35
Tabel 1.18 Statistik Perindustrian dan Perdagangan di Kota MagelangTahun 2015-2016
Uraian Unit
Anggota/Tenaga
Kerja Nilai Investasi
2016 2015 2016 2015 2016 Industri Kecil Formal 588 599 3.436 3.706 22.435.130.735 Industri Menengah Formal 19 19 1.520 1.520 30.557.670.578 UMKM 5.012 6.861 6.661 13.591 59.355.130.801 Koperasi Konsumen 2 2 77 77 Koperasi Simpan Pinjam 202 202 11.549 11.503 Koperasi Sekunder 3 3 81 koperasi 81 koperasi Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang, (2017)
Aktivitas ekonomi industri pengolahan dan perdagangan, khususnya dalam skala permodalan kecil, juga didukung oleh peran koperasi di Kota Magelang. Pada tahun 2016 jumlah koperasi di Kota Magelang tercatat sebanyak 2 koperasi konsumen, 202 koperasi simpan pinjam dan 3 koperasi sekunder.
b. Pariwisata
Penataan kota dan pengelolaan obyek wisata yang makin baik mampu menarik wisatawan pada tahun 2016. Total kunjungan wisatawan sebanyak 972.220 wisatawan dimana 0,46% dari jumlah kunjungan tersebut berasal dari wisatawan mancanegara.
Jumlah wisatawan, baik wisatawan domestik dan mancanegara, yang berkunjung di Kota Magelang pada tahun 2016 beserta destinasi wisatanya tersaji pada Tabel 1.19 berikut ini.
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 36
Tabel 1.19 Jumlah Wisatawan di Kota Magelang Tahun 2016
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Magelang, (2017)
Fasilitas jasa wisata tidak dapat dipisahkan dari keberadaan hotel yang terdapat di Kota Magelang. Objek wisata di Kota Magelang juga didukung oleh keberadaan 18 hotel (8 hotel berbintang dan 10 hotel melati) dan 20 pusat kuliner yang terletak strategis dan terjangkau ke beberapa destinasi wisata. Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan, rata-rata tingkat hunian kamar hotel di Kota Magelang juga ikut meningkat. Pada tahun 2016 jumlah pengunjung yang bermalam di hotel-hotel di Kota Magelang sebanyak 187.330 pengunjung dengan tamu mancanegara sebanyak 2.359 orang.
Besaran kunjungan ke Kota Magelang juga berdampak pada kontribusi terhadap penerimaan di sektor pariwisata. Diproksi dari pendapatan pajak hotel, restoran dan hiburan, pengaruh tersebut tercermin dari naiknya total pendapatan sektor pariwisata. Kenaikan penerimaan tersebut adalah dari Rp 6,005 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp 6,945 miliar pada tahun 2016 (tumbuh 15,66%).
Grafik 1.7 berikut menggambarkan penerimaan pajak hotel, restoran dan tempat hiburan di Kota Magelang dari tahun 2011-2016.
Objek Wisata/Event Domestik Mancanegara
Taman Kyai Langgeng 561.394 -
Museum Sudirman 5.983 -
Museum BPK 1.251 -
Museum Diponegoro 6.567 -
Museum OHD 4.539 408
Museum Abdul Jalil 25.318 -
Museum Bumi Putera 879 -
Gunung Tidar 134.182 13
Borobudur Golf 9.832 4.039
Lain-lain 216.815 3.680
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 37
Grafik 1.7 Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan di Kota Magelang Tahun 2011-2016 (dalam miliar Rp)
Sumber : BPKAD Kota Magelang (2017)
Dengan pertumbuhan penerimaan tertinggi sebesar 17,91%, Pajak Hotel memberikan kontribusi terbesar (Rp 2,879 miliar) atau sebesar 41,46% dari total penerimaan sektor pariwisata. Meskipun secara total penerimaan sektor pariwisata mengalami kenaikan, namun kontribusi terhadap PAD pada tahun 2016 sedikit menurun. Dengan total PAD sebesar Rp 220,193 miliar, sektor ini hanya berkontribusi 3,15% setelah pada tahun 2015 mampu mencapai persentase lebih tinggi, yaitu 3,22%. Hal ini terlebih disebabkan karena kenaikan PAD pada tahun 2016 (18,01%) lebih besar daripada pertumbuhan penerimaan sektor pariwisata (15,66%), sehingga diperoleh persentase kontribusi yang sedikit menurun. c. Perhubungan dan Transportasi
Manajemen transportasi di Kota Magelang sebagai simpul perhubungan dengan daerah sekitar dikelola dengan sangat baik. Hal ini terbukti salah satunya dengan diraihnya penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) selama 3 tahun berturut-turut (2014-2016) atas prestasi Kota Magelang dalam manajemen lalu lintas transportasi. Sebagai wilayah yang didominasi trasportasi jalur darat, Kota Magelang memiliki moda trasportasi cukup lengkap yang mendorong kemudahan mobilitas dari dan ke luar wilayah. Kemudahan tersebut merupakan salah satu faktor yang meningkatkan pertumbuhan
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 38
jumlah penumpang angkutan darat di Kota Magelang. Sampai dengan akhir tahun 2016 jumlah penumpang angkutan darat mencapai 2.954.846 penumpang.
Tabel 1.20 Sarana dan Prasarana Transportasi di Kota Magelang Tahun 2016
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Magelang (2017)
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pada tahun 2015 perolehan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Magelang tumbuh 9,2% mencapai Rp 6,466 triliun. Nilai ini berkembang 161,24% dari tahun dasar 2010. Struktur perekonomian Kota Magelang relatif stagnan dari tahun ke tahun tanpa adanya transformasi yang cukup berarti. Seperti tahun-tahun sebelumnya sektor Konstruksi mendominasi dengan nilai tambah 16,86% terhadap total PDRB. Sektor selanjutnya dengan output barang dan jasa yang terbesar di Kota Magelang pada tahun 2015 berasal dari sektor Industri Pengolahan (16,41%) dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (14,13%).
Pertumbuhan ekonomi riil Kota Magelang sempat melambat pada tahun 2014 setelah pada tahun 2013 mampu mencapai di atas 6%. Hal tersebut karena perlambatan produksi pada hampir seluruh sektor dengan perlambatan terparah pada sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang mencapai -0,51%. Pada tahun 2015 secara riil pertumbuhan ekonomi makro Kota Magelang
Uraian Jumlah
Jumlah Terminal Kelas A 1
Jumlah Terminal Kelas C 1
Jumlah Armada Taxi 50
Jumlah Armada Angkutan Kota 335
Jumlah Armada AKAP 376
Jumlah Armada AKDP 150
Jumlah Armada Angkutan Barang 355
Jumlah Armada Bus Pariwisata 15
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 39
mencapai 5,07% mengalami ekspansi dari tahun sebelumnya yang hanya berada pada angka 4,9%.
Tabel 1.21 Prediksi Nilai Tambah Bruto (NTB) dan Pertumbuhan Lapangan Usaha Pembentuk PDRB Kota Magelang Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB)Tahun 2016
Sumber : BPS Kota Magelang (2016)
* Angka Sangat Sementara, ** Angka Prediksi (deviasi 0,68%)
Lapangan Usaha NTB 2015* (Juta Rupiah) NTB 2016** (Juta Rupiah) Pertumbuhan** (%) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 129.930,50 138.559,06 6,64 Industri Pengolahan 1.046.892,40 1.160.029,45 10,81 Pengadaan Listrik dan
Gas 17.352,42 18.182,71 4,78
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
8.501,88 8.783,55 3,31 Konstruksi 1.098.299,45 1.191.761,81 8,51 Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
943.221,05 998.387,89 5,85
Transportasi dan
Pergudangan 446.900,64 493.004,07 10,32 Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 379.472,18 417.470,45 10,01 Informasi dan
Komunikasi 309.098,04 336.044,29 8,72
Jasa Keuangan dan
Asuransi 313.820,95 342.112,28 9,02 Real Estate 210.148,57 227.525,19 8,27 Jasa Perusahaan 21.318,87 23.729,72 11,31 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
761.280,66 820.821,98 7,82
Jasa Pendidikan 478.794,89 558.251,54 16,60 Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 174.548,69 196.094,20 12,34 Jasa lainnya 127.389,85 136.599,07 7,23
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 40
Grafik 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Kota Magelang Tahun 2011-2015 dan Prediksi tahun 2016
Sumber : BPS Kota Magelang (2016), Tahun 2015 Angka Sangat Sementara; * Angka Prediksi
Fluktuasi ekonomi yang terkendali mendukung kinerja pembangunan yang semakin baik pada tahun 2016. Hal tersebut didukung oleh kondusifnya kondisi sosial ekonomi baik nasional maupun regional sehingga menghasilkan prediksi yang optimis terhadap perekonomian makro Kota Magelang pada akhir tahun 2016. Diprediksi sampai dengan akhir tahun 2016 PDRB Kota Magelang mampu tumbuh mencapai nilai Rp 7,067 triliun (deviasi 0,68%) dengan pertumbuhan ekonomi 5,18% (deviasi 0,25%) dengan tren mendekati pertumbuhan riil potensialnya.
Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk pertengahan tahun 2016 sebesar 0,26% dan prediksi pertumbuhan PDRB ADHB 9,28% (deviasi ±0,68%), maka diprediksi PDRB per kapita tahun 2016 mampu mencapai Rp 4.862.824,8 per bulan, tumbuh 9% dari tahun 2015.
Tabel 1.22 Target dan Realisasi Indikator Ekonomi Makro Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Realisasi 2015* Target 2016 Realisasi 2016** Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,07 4,93-5,43 5,18 PDRB per Kapita (Rp/tahun) 53.538.074,04 58.309.122,98 58.353.897,63
Sumber : RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021;
LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 41
3. Investasi
Investasi yang didekati dari indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kota Magelang pada tahun 2015 mencapai Rp 3,082 triliun (47,65% dari total PDRB), tumbuh 9,92% dari tahun sebelumnya. Rata-rata Incremental Capital Output Ratio (ICOR, lag 1 tahun) dalam kurun 2010-2015 tercatat sebesar 4,88. Besarnya nilai ICOR yang relatif rendah ini mengindikasikan efisiennya kegiatan investasi di Kota Magelang. Kebutuhan investasi rata-rata Rp 1,446 triliun per tahun dengan nominal PMTB yang masih cukup untuk meng-cover kebutuhan investasi tersebut.
Pada tahun 2016 dengan didukung iklim usaha yang kondusif dan tingginya daya saing Kota Magelang (menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah pada tahun 2015 dengan indeks 64,72) serta munculnya peluang ekonomi baru dari kawasan sekitar seperti berjalannya proyek lanjutan tol Bawen-Salatiga-Solo; proyek jalan lintas selatan Wonogiri-Yogyakarta-Kebumen-Cilacap; kebijakan prioritas pembangunan Kawasan Strategis Nasional KEDUNGSEPUR (Kendal, Ungaran, Semarang, Purwodadi); prioritas pembangunan area PURWOMANGGUNG dan kawasan Segitiga Emas JOGLOSEMAR (Jogjakarta, Solo, Semarang), diprediksi mampu menciptakan multiplier effect yang besar bagi perekonomian Kota Magelang khususnya bagi sektor Transportasi dan Pergudangan dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Hal ini mendorong optimisnya prediksi pertumbuhan investasi dari proksi PMTB pada tahun 2016 mencapai Rp 3,348 triliun.
Tabel 1.23 Nilai Investasi PMA dan PMDN di Kota Magelang Tahun 2015-2016
Uraian PMA PMDN
2015 2016 2015 2016
Jumlah Perusahaan (unit) 3 3 980 1.043
Nilai Investasi (juta Rp) 193.821 193.821 534.992 672.248 Jumlah Tenaga Kerja (orang) 187 187 3.339 4.039
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Magelang (2017)
Prediksi tersebut tidak terlepas dari kondisi eksisting kalkulasi nilai investasi PMA dan PMDN yang sampai akhir tahun 2016 mencapai