• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Masyarakat SDN 2 Tegowanu Wetan T2 942013121 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Masyarakat SDN 2 Tegowanu Wetan T2 942013121 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Evaluasi Program

Keberhasilan sebuah program menjadikan suatu keunggulan tersendiri bagi instansi yang menerapkannya. Dari keberhasilan program tersebut arus dilakukan sebuah evaluasi agar mengetahui apakah program ini mengalami kemajuan atau bahkan kemunduran. Selain itu dengan dilakukan evaluasi peneliti dapat memahami seluk beluk dari program itu sendiri seperti dari perencanaannya hingga keberlanjutan program. Hal ini sejalan dengan Sukardi (2011:14) yang menyatakan bahwa ”Evaluasi merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan”. Proses evaluasi harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi diawali dengan pemahaman tentang informasi dan dilakukannya evaluasi secara sistematis dan kontinu agar mengetahui kekurangan dan kelebihan maupun keberlanjutan program yang sedang dijalankan.

(2)

10

2003 Tentang Sisdiknas Pasal 57 ayat(1) menjelaskan bahwa:

evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaraya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.

Dari pengertian tersebut evaluasi merupakan sebuah proses penilaian yang dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan kepada pihak yang berkepentingan. Langkah pertama dalam melakukan kegiatan evaluasi adalah mengukur, di dalam kegiatan mengukur ini dilihat sejauh mana kegiatan berjalan dan terdapat kendala apa saja yang ada dalam kegiatan yang di evaluasi. Setelah itu dilakukan kegiatan menilai, di dalam kegiatan menilai ini dilihat sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan dan menghasilkan masukan untuk keberlanjutan kegiatan.

(3)

11 arah dan tujuan yang jelas”. Evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi, hasil evaluasi merupakan suatu landasan untuk menilai suatu program dan untuk menentukan langkah keberlanjutan program.

Menurut Arikunto dan Cepi (2010:18), “evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijaksanaan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya”. Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebabnya. Sejalan dengan hal tersebut Tayibnapis (2008:9) menjelaskan “suatu evaluasi program harus mengumpulkan informasi yang valid, informasi yang dapat dipercaya, informasi yang berguna untuk program yang dievaluasi”. Informasi dari program yang ingin dievaluasi haruslah jelas dan berdasarkan kondisi nyata sehingga evaluasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

(4)

12

penyampaian informasi. Hal itu dilakukan agar tujuan dari evaluasi program dapat tercapai dengan maksimal.

2.1.1 Tujuan Evaluasi Program

Arikunto dan Cepi (2010: 18) menjelaskan bahwa:

tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya.

Oleh karena itu, sebelum melakukan evaluasi perlu diperjelas apa tujuan yang hendak dicapai dalam program evaluasi. Selain itu Sudjana (2006:48) menyebutkan 6 tujuan khusus evaluasi program, yaitu: 1. Memberikan masukan bagi perencanaan program. 2. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan

yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program.

3. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program.

4. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program.

5. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program.

(5)

13 Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan program dan untuk memberikan masukan untuk keberlanjutan progam.

2.2 Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product)

Stufflebeam dalam Tayibnapis (2008:10) menyebutkan bahwa pendekatan yang berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation approach structure) untuk menolong administrator membuat keputusan. Dia membuat pedoman kerja untuk melayani para manajer dan administrator menghadapi empat macam keputusan pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam yaitu:

1. Contect evaluation to serve planning decision.

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program. Tujuan dari evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam program yang ingin dilaksanakan. 2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini

(6)

14

pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.

3. Process evaluation, to see implementing decision.

Evaluasi proses untuk membantu

mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki. 4. Product evaluation, to serve recycling decision.

Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program, berjalan? Huruf pertama dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP, model ini terkenal dengan nama model CIPP.

Sedangkan menurut Arikunto dan Cepi (2010: 45)

model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian, jika tim elevator sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program maka harus dianalisis terlebih daluhu berdasarkan komponen-komponennya.

Sejalan dengan itu Sukardi (2011: 63) menjelaskan “model CIPP ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam evaluasi sistem dengan analisis yang berorientasi pada perubahan terencana”. Evaluasi dengan model CIPP pada prinsipnya mendukung proses pengambilan keputusan dengan mengajukan pemilihan alternatif dan penindak lanjutan dari suatu keputusan.

(7)

15 pembuatan keputusan dalam evaluasi system dengan analisis yang berdasar pada komponen-komponenya secara konsisten.

2.3 Pengertian Adiwiyata (Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan)

Lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi pola kembang prestasi maupun pola hidup siswa di sekolah. lingkungan yang baik dalam hal ini cukup pencahayaan dan terdapat beberapa tananman penunjang dalam pembelajaran dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sedari dini siswa diajarkan agar mencintai serta melestarikan lingkungan yang berada disekitar dalam hal ini khusunya lingkungan sekolah. dengan diajarkan tentang pentingnya pendidikan lingkungan hidup diharapkan siswa dapat mencintai, melestarikan, serta memanfaatkan lingkungannya agar dapat menunjang pembelajaran atau meningkatkan kreatifitas dari siswa bahkan dapat menciptakan sebuah produk baru dari pemanfaatan lingkungan. Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2006) adalah:

(8)

16

Untuk mewujudkan kerangka tersebut melalui pendidikan lingkungan hidup diharapkan khususnya pada warga sekolah dan warga di lingkungan sekolah secara berani dan bertanggung jawab melaksanakan kewajiban melakukan aksi perlindungan lingkungan kepada siapapun termasuk pemerintah.

Sejalan dengan hal tersebut Karim (2012:81) menyebutkan:

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan proses memahami dan menjelaskan konsep-konsep untuk mengembangkan keterampilan dan sikap guna memahami dan menghargai hubungan timbal balik antara manusia, kebudayaan, dan lingkungannya.

Kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh kerjasama antar pihak sekolah dan masyarakat sekitar dapat mengembangkan keterampilan dan sikap dari peserta didik sehingga nilai-nilai pendidikan karakter dapat tertanam didalam diri peserta didik.

(9)

17 Selanjutnya Kementerian Lingkungan Hidup (2006) dijelaskan pula pengertian dari adiwiyata yaitu:

ADIWIYATA mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Dengan tujuan untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata diberikan dalam bentuk penghargaan Adiwiyata kepada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adiwiyata adalah sekolah yang ideal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, norma, dan etika yang dapat menjadi dasar menuju terciptanya kesejahteraan hidup menuju cita-cita pembangunan yang berkelanjutan.

Adapun prinsip adiwiyata menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2006) adalah sebagai berikut:

(10)

18

proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran.

2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.

Dengan adanya prinsip adiwiyata ini diharapkan sekolah mampu menjalankan program sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Dalam Prinsip partisipatif sekolah diharapkan mampu mengatur seluruh proses dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sesuai dengan tanggung jawab dan peran masing-masing. Sedangkan dalam prinsip berkelanjutan diharapkan dalam pelaksanaan program adiwiyata ini dapat terlaksana dengan baik dan mengalami peningkatan sehingga program ini dapat berkembang sehingga dapat mendapatkan karya baru sebagai keberlanjutan dari program.

Selanjutnya Kementrian Lingkungan Hidup (2006) menjelaskan untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah:

a. Kebijakan Berwawasan Lingkungan, memiliki standar;

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

(11)

19 b. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan,

memiliki standar;

1. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup.

2. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif memiliki standar;

1. Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah

2. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).

d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan memiliki satandar;

1. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan

(12)

20

Sedangkan keuntungan mengikuti Program Adiwiyata menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2006) adalah:

1. Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah. 2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi.

3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.

4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.

5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meIalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.

(13)

21 karena belajar tidak hanya pada ruang kelas melainkan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media belajar.

2.4 Peran Serta Masyarakat

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara Negara, keluarga, dan masyarakat. Negara bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program pendidikan maupun infrastruktur pendidikan. Keluarga bertanggung jawab dalam hal pendidikan moral dan biaya pendidikan. Sedangkan masyarakat bertanggung jawab untuk ikut berperan serta aktif dalam pendidikan. Dalam program Manajemen Berbasis Sekolah (2005: 2-5) dijelaskan bahwa “masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung pendidikan yang baik. Kewajiban mereka tidak hanya dalam bentuk sumbangan dana, tetapi juga ide dan gagasannya”. Dukungan dari masyarakat dirasa sangat perlu mengingat beberapa hal dalam program sekolah sangat membutuhkan bantuan dari masyarakat. Dalam hal ini terkait dengan program adiwiyata yang diselenggarakan di sekolah, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan program dan agar komponen standar program adiwiyata dapat terpenehuhi.

(14)

22

dan guru) melainkan juga partisipasi dari orang tua sangat diperlukan. Dengan adanya partisipasi dari pihak sekolah dan orang tua atau masyarakat, diharapkan program sekolah terutama program unggulan yang dapat meningkatkan mutu sekolah dapat berjalan secara optimal.

Sejalan dengan hal tersebut Mulyasa (2009: 51) menyebutkan bahwa “hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak”. Selanjutnya dijelaskan Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Dengan menggandeng pihak masyarakat maka sekolah memiliki nilai lebih dalam memajukan sekolah tersebut

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian evaluasi program adiwiyata, antara lain:

(15)

23 efektivitas program dengan Visi Misi Sekolah, namun masih perlu di tingkatkan. Dana dari program adiwiyata masih dirasa kurang, tenaga pendidik dan non pendidik masih kurang dalam menjalankan tugasnya.

2. “Implementasi Kebijakan Program Adiwiyata di SMP Negeri 3 Gresik” penelitian ini dilakukan oleh Yeni Isnaeni guru SMP Negeri 3 Gresik pada tahun 2013. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian implementasi kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik menunjukkan kebijakan sekolah yang tertuang dalam bentuk S.K Kepala Sekolah No. 588/215/437.53.02.03/2012, tentang mata pelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi dengan PLH dan PBK tahun pelajaran 2012/2013. Faktor pendukung implementasi kebijakan adalah adanya persamaan pemahaman dari seluruh warga sekolah dan ditunjang sarana dan prasarana yang memadai, dampak langsung kebijakan tersebut adalah adanya kesadaran warga sekolah untuk menjaga lingkungan hidup dan merawatnya dengan baik SMP Negeri 3 Gresik yang telah menghasilkan SMP Negeri 3 Gresik sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Nasional di tahun 2012.

(16)

24

lingkungan hidup di sekolah sudah dituangkan dalam surat keputusan dan terintegrasi dalam masing-masing mata pelajaran. Kemudian mensosialisasikan beberapa kegiatan utama dengan pendekatan pada siswa guna mendapatkan dukungan yang sempurna sehingga menciptakan kesepakatan yang mutlak bahwa sekolah tersebut benar-benar sekolah berwawasan lingkungan. Selanjutnya masih dijumpai berbagai situasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan adiwiyata, seperti satuan tugas yang tidak tepat waktu serta ada sekelompok siswa yang masih belum sadar dalam memahami konsep sekolah berwawasan lingkungan hidup, masalah pendanaan, dan dukungan masyarakat serta instansi lain yang masih rendah. Sekolah sudah melakukan langkah-langkah strategi guna mengatasi hambatan.

(17)

25 diperiksa seperti frekuensi kelas lingkungan, frekuensi kelas praktis mengenai studi lingkungan, frekuensi kelas observasi lapangan atau alam studi, jenis metodologi pengajaran yang digunakan, jenis sistem evaluasi dll Data yang terkumpul ditabulasikan dan dihitung menerapkan alat-alat statistik sederhana. Status pendidikan lingkungan yang lebih tinggi sistem pendidikan sekolah benar-benar tidak memuaskan dan ada kebutuhan untuk standar dan memperbarui sistem pendidikan secara keseluruhan.

5. “Impediments to Environmental Education Instruction in the Classroom: A Post-Workshop Inquiry” oleh Amy T. Parlo and Malcolm B. Butler. University of Georgia, USA pada tahun 2007. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan hubungan antara pendidikan lingkungan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penekanan yang lebih besar dibutuhkan pada penyediaan kesempatan bagi peserta untuk membuat hubungan yang jelas dengan instruksi mereka dalam populasi kelas sains.

(18)

26

adiwiyata dengan hasil implementasi kebijakan adiwiyata dapat berhasil karena adanya factor pendukung dari pihak guru maupun sarana dan prasarana yang tersedia. Kemudian dari Somenath Halder (2012) dengan topik tentang pendidikan lingkungan dan Amy T. Parlo (2007) tentang hambatan instruksi di lingkungan kelas yang dirasa agak berbeda dengan topik yang diambil oleh penulis. Namun, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penulis untuk membuat penelitian mengenai adiwiyata karena program adiwiyata merupakan program pendidikan lingkungan sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program adiwiyata yang dilaksanakan di SDN 2 Tegowanu Wetan sudah mencapai tujuan program sesuai dengan langkah-langkah atau acuan dari program adiwiyata. Selain itu dengan melakukan evaluasi ini diharapkan peran serta masyarakat di sekitar sekolah dapat meningkat dan dapat membantu pelaksanaan program adiwiyata. Dengan adanya peran serta masyarakat diharapkan program adiwiyata ini dapat menjadi program unggulan dan dapat dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah lain yang menerapka program adiwiyata maupun yang hendak menerapkan program ini.

(19)

27 menggunakan evalusai program adiwiyata untuk meningkatkan peran serta masyarakat. Jadi, penelitian ini tidak hanya mengevaluasi program adiwiyata tetapi juga memberikan masukan terhadap partisipasi masyarakat dalam program adiwiyata.

2.5 Kerangka Pikir

Evaluasi Program Adiwiyata yang dilaksanakan di SDN 2 Tegowanu Wetan dengan menggunakan model evaluasi CIPP yang dikaitkan dengan komponen program adiwiyata. Dari evaluasi tersebut maka akan didapatkan data-data tentang program adiwiyata.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir CIPP

Peneliti memulai penelitian evaluasi program adiwiyata dengan mendatangi sekolah dan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan pihak sekolah maupun dengan masyarakat sekitar tentang pengadaan program dan kendala yang dihadapi. Hal tersebut dilakukan agar peneliti mendapatkan data yang valid dan berdasarkan keadaan yang nyata. Data dikumpulkan dengan teknik CIPP berdasarkan

Evaluasi program adiwiyata

Perencanaan, proses dan hasil program adiwiyata

Hasil evaluasi program adiwiyata sesuai tujuan dan saran untuk

(20)

28

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir CIPP

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui proses implementasi kebijakan, faktor yang mempengaruhi program regrouping sekolah, dampak

Hasil yang berbeda mengenai kesuksesan implementasi kebijakan program inklusi dapat dilihat pada penelitian yang berskala lebih luas, yaitu di tingkat provinsi

Ahmad Fajarisma Budi Adam (2014) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup Pada Program Adiwiyata

Keberadaan pemerintah dengan semua akses terhadap ketersediaan sarana prasarana penunjang aktivitas perekonomian, serta keberadaan LSM pendamping dengan semua pengalaman

Sejalan dengan hasil wawancara terhadap Bapak Ambrozius, Bapak Emi dan Bapak Ape juga mempunyai pemahaman bahwa tidak ada dampak lingkungan dari pembangunan PLTP,

Evaluasi Input dilakukan pada aspek: sumber daya manusia, kurikulum, sarana dan prasarana, dana dan anggaran.. Sumber daya manusia. MBS bukan hanya sekadar memiliki kewenangan

a) Tidak ada permasalahan berarti pada standar ini. Pemasukkan bergantung pada jumlah mahasiswa yang masuk. b) Sarana dan prasarana bisa dikatakan memadai serta memuaskan. Hanya

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah terkait dengan konteks (context) program DAK menunjukkan bahwa kebutuhan sarana dan