• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SD Negeri Genuk 01 Ungaran Baratabupaten Semarang T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SD Negeri Genuk 01 Ungaran Baratabupaten Semarang T2 BAB IV"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

SD Negeri Genuk 01 terletak di Jl. Letjen S. Parman No. 108 Kelurahan Genuk Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Sekolah ini dibangun di atas tanah seluas 1.705 m2 yang letaknya sangat strategis, karena selain berada di perbatasan antara Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk juga terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Untuk mencapai sekolah ini juga sangat mudah, dapat ditem-puh dengan berjalan kaki atau menggunakan kenda-raan.

Sebagian besar wali murid SDN Genuk 01 ber-mata pencaharian sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai PNS ataupun petani. Jam kerja sebagai karyawan pabrik yang sangat ketat, sehingga masalah pendidikan dise-rahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah.

(2)

36

secara intensif dan kompetitif kepada warga sekolah melalui pembelajaran terpadu; (c) Menumbuhkan peng-hayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

Berdasarkan visi dan misi tersebut, sekolah me-rumuskan tujuan seperti berikut: (1) Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) Memiliki kecakapan hidup; (3) Mengenali dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaan; (4) Meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat Kecamatan; (5) Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk me-lanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi; (6) Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat; (7) Menjalankan pola hidup bersih, sehat serta peduli terhadap lingkungan sekitar dan dapat memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari; (8) Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.

SD Negeri Genuk 01 memiliki guru sejumlah 10 orang, yang terdiri dari guru kelas dan guru mata pelajaran. Rincian jumlah guru dan kualifikasi pendi-dikan SD Negeri Genuk 01 dapat dilihat di Tabel di bawah ini

Tabel 4.1. Jumlah Guru SD Negeri Genuk 01

Jenis Guru Jumlah Guru

Laki-laki Perempuan Jumlah

Guru PNS 3 7 10

Guru Non PNS 1 - 1

(3)

37 Lanjutan Tabel 4.1. Jumlah Guru SD Negeri Genuk 01

Kualifikasi Pendidikan Guru SD Negeri Genuk 01 Tingkat Pendidikan Jumlah

SPG 1

D2 1

S1 9

Jumlah 11

Sumber: Data primer SD Negeri Genuk 01 Tahun pelajaran 2014/2015

Dengan melihat tabel di atas, hampir seluruh guru SDN Genuk 01 sudah berpendidikn Strata satu (S1) dan hanya dua orang guru yang masih berijazah SPG dan D2.

Jumlah siswa SD Negeri Genuk 01 pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah 236, terdiri dari:

Kelas I : laki-laki 24, perempuan 15, jumlah 39 Kelas II : laki-laki 18, perempuan 17, jumlah 35 Kelas III : laki-laki 19, perempuan 20, jumlah 39 Kelas IV : laki-laki 26, perempuan 18, jumlah 44 Kelas V : laki-laki 14, perempuan 25, jumlah 39 Kelas VI : laki-laki 27, perempuan 13, jumlah 40

Dari 236 siswa tersebut terbagi menjadi 6 rom-bongan belajar (rombel).

1.1.2 Sumber Daya Sekolah

(4)

38

a. Sumber Daya bukan Manusia.

Terkait dengan sumber daya bukan manusia kepala sekolah menyatakan:

“Sumber daya bukan manusia yang terdapat di SDN

Genuk 01 adalah program-program sekolah, dianta-ranya: program jangka panjang berupa Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), program jangka mene-ngah berupa Rencana Kerja Sekolah (RKS), program tahunan, dan RKAS. Sedangkan salah satu per-wujudan dari pelaksanaan program, adalah adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

pem-belajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”.

b. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan bukti dokumen administrasi yang ada di sekolah, dapat diperoleh data, bahwa yang men-dukung terlaksananya program-program sekolah ada-lah: seorang kepala sekolah, 6 guru kelas, 4 guru mata pelajaran, satu tenaga Tata Usaha, seorang penjaga sekolah, seorang satpam, 236 siswa, orang tua siswa, dan masyarakat yang memiliki kepedulian kepada se-kolah.

c. Sumber Daya Fisik.

(5)

39

Data tersebut diperjelas oleh kepala sekolah, dengan mengatakan:

“Bangunan di sekolah ini lengkap seperti yang bisa dilihat, namun ada beberapa ruang yang masih dalam proses perbaikan, seperti: ruang perpustakaan dan ruang Kepala sekolah. Kondisi bangunan rata-rata masih dalam kondisi yang baik”.

d. Sumber Daya Keuangan.

Sumber daya keuangan merupakan

keseluruh-an dkeseluruh-ana pengelolakeseluruh-an sekolah baik ykeseluruh-ang diterima dari pemerintah maupun masyarakat.

Terkait dengan sumber dana yang digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan pengelolaan pendidikan di SD Negeri Genuk 01, kepala sekolah menjelaskan:

“Sumber keuangan yang diterima sekolah hanya-lah bersumber dari pemerintah yaitu dana BOS.”

Keseluruhan dana tersebut dikelola untuk men-dukung kelancaran program. Pernyataan dari kepala sekolah didukung oleh salah seorang guru yang me-rangkap tugas sebagai bendahara BOS. Guru tersebut mengatakan:

“Sumber dana sekolah hanya dari BOS, namun dulu kadang kala wali murid juga peduli dan dengan sukarela memberikan sumbangan pada sekolah, apabila ada kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi dari

dana BOS.”

4.1.3MBS di SDN Genuk 01 Kecamatan Ungaran Barat

(6)

40

demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Penge-lolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah di-berikannya kewenangan kepada sekolah untuk meng-ambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pen-didikan. Kewenangan sekolah dalam pengelolaan pendi-dikan diwujudkan dalam bentuk Manajemen Berbasis sekolah (MBS), yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri dan mampu mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.

Kepala sekolah menjelaskan bahwa MBS di SD Negeri Genuk 01 dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yang telah disusun dengan tujuan agar mutu pen-didikan dapat ditingkatkan. Adapun manajemen model MBS di sekolah ini tersirat di dalam program jangka panjang dan program jangka menengah. Inilah pernya-taan kepala sekolah terkait dengan hal tersebut di atas:

“Kami menerapkan manajemen pola MBS dalam mewujudkan program-program sekolah yang tertuang dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dengan mengembangkan delapan standar pendidikan”.

4.1.3.1 Konteks MBS

(7)

41

sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu pendi-dikan di SD Negeri Genuk 01. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah:

“Tujuan utama diterapkannya manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Genuk 01 ini adalah agar sekolah diberi wewenang untuk mengelola segala sumberdaya sesuai dengan kebutuhan sekolah”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh guru kelas 6, dengan mengatakan:

“…dengan adanya model pengelolaan seperti mana -jemen berbasis sekolah, maka sekolah bisa lebih kreatif dalam mengembangkan kemampuannya. Guru juga bisa berinovasi dalam kegiatan belajar mengajar”.

Latar belakang yang mendasari penerapan Mana-jemen Berbasis Sekolah di SD negeri Genuk 01 Keca-matan Ungaran Barat diantaranya adalah dengan ada-nya kebijakan di tingkat UPTD, yaitu dengan member-kan kewenangan kepada sekolah untuk mengelola sekolahnya dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki guna mencapai tujuan pendidikan. Selain itu sekolah juga diberikan kewenangan untuk menyeleng-garakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kreati-vitas masing-masing sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh Pengawas Sekolah dengan mengatakan:

“Apabila sekolah tidak diberikan keleluasaan dalam

mengelola sumberdaya yang ada, yang terjadi adalah sikap ketergantungan dari pihak sekolah dalam pengelolaan pendidikan, sehingga warga sekolah menjadi pasif dan kemampuannya tidak

berkem-bang”.

(8)

42

sekolah dalam mengelola keuangan yang ada dalam upaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan sekolah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh guru kelas 2 yang merangkap sebagai bendahara sekolah:

“Sebenarnya banyak sarana dan prasarana yang

dibutuhkan oleh sekolah tapi belum bisa terpenuhi, seperti: mushola, kantin sekolah, perabot sekolah ataupun segala sesuatu yang diperlukan untuk mem-perindah dan menghijaukan lingkungan. Namun kebu-tuhan tersebut tidak boleh didanai dari dana BOS, karena penggunaannya dibatasi oleh peraturan yang

dituangkan dalam Juknis pengelolaan dana BOS.”

Penjelasan guru tersebut dipertegas oleh kepala sekolah dengan mengatakan:

“Untuk memenuhi semua itu kami harus menunggu bantuan pemerintah yang kadang tidak bisa dipastikan kapan akan terealisasi. Sedangkan mengharap adanya peran serta masyarakat atau wali murid juga tidak mungkin, karena sekolah tidak diperbolehkan memu-ngut apapun dari wali murid. Pada dasarnya sekolah boleh menerima bantuan dari wali murid tetapi tidak boleh meminta sumbangan dengan jumlah dan waktu yang ditentukan. Namun sangat sulit untuk membang-kitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya duku-ngan masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan.”

Kondisi atau kesesuaian daerah sekitar ditinjau dari sosial budaya kehidupan masyarakat sangat berpe-ran terhadap pelaksanaan program di sekolah. Dari hasil wawancara dengan penjaga sekolah yang tinggal di rumah dinas, menyatakan:

“Di sekolah ini aman, walaupun sekolah berada di

tengah-tengah pemukiman penduduk tetapi tidak pernah ada yang mengganggu atau merusak ling-kungan. Halaman sekolah sering dijadikan arena ber-main bagi masyarakat sekitar, tetapi tanaman atau-pun barang-barang yang ada di luar tidak ada yang

(9)

43

Selain itu, dari hasil observasi di lingkungan masyarakat, dapat dikatakan bahwa kerukunan antara umat beragama dan adat istiadat masyarakat di sekitar sekolah tergolong kondusif. Masyarakat yakin dan per-caya terhadap penyelenggaraan pendidikan di SD Negeri Genuk 01. Hal itu terbukti sebagian besar peserta didik berasal dari daerah sekitar sekolah.

Jarak sekolah dengan tempat tinggal siswa yang tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau, dapat mendu-kung sukses dan berkembangnya program sekolah. Keterjangkauan siswa menuju ke sekolah akan mem-perlancar kegiatan belajar. Kondisi tersebut dapat men-dukung implementasi manajemen berbasis sekolah di SD negeri Genuk 01.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar SDN Genuk 01, berdasarkan wawancara dengan beberapa warga sekitar sekolah, diperoleh keterangan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar sekolah dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya bera-gam, dari yang berpendidikan SD sampai dengan Sar-jana. Sementara itu berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing wali kelas, bahwa wali murid dari siswa-siswi SDN Genuk 01 rata-rata berpendidikan SMA.

(10)

44

menengah ke bawah. Seperti dikatakan oleh kepala sekolah.

“Wali murid di sekolah ini rata-rata bekerja di pabrik, hanya 5 peserta didik yang orang tuanya PNS, selain itu ada sebagian kecil adalah buruh serabutan”.

Dengan melihat kondisi rata-rata sosial ekonomi masyarakat atau wali murid yang sebagian besar dari waktunya dihabiskan untuk bekerja di pabrik yang terpancang jam kerja sangat berpengaruh terhadap ha-sil belajar peserta didik. Dalam kondisi yang seperti ini diperlukan suatu pogram yang tepat untuk dapat membantu peserta didik secara maksimal dalam men-capai tujuan pendidikan.

Selain itu dituntut adanya kreativitas guru de-ngan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan seperti yang dipersyaratkan dalam MBS, agar prestasi peserta didik bisa meningkat. Hal itu sejalan dengan harapan masyarakat yang begitu besar, agar putra-putrinya memeroleh pendidikan yang terbaik. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah, dengan mengatakan:

“Masyarakat atau orang tua menganggap bahwa SD

Negeri Genuk 01 ini merupakan salah satu sekolah yang menjadi pilihan masyarakat karena dinilai sebagai sekolah yang mempunyai kredibilitas untuk

meraih prestasi”.

(11)

45

“Sebagian orang tua sangat berambisi agar anaknya

berhasil dengan nilai yang memuaskan, selain minta pihak sekolah untuk memberikan les tambahan juga memasukkan putra putrinya ke lembaga bimbingan

belajar”.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Genuk 01, diperlukan adanya dukungan atau partisipasi masyarakat pada pendidikan/sekolah. Adapun bentuk dukungan yang diharapkan sekolah bisa berupa pemikiran, fisik, dana, dukungan moral, ataupun bidang tek-nis edukatif. Tetapi sangat di-sayangkan bahwa dukungan masyarakat dan orang tua di SD Negeri Genuk 01 belum maksimal. Sebagaimana dikatakan oleh kepala sekolah:

“Masyarakat atau wali murid kurang merespon program-program yang disusun oleh pihak sekolah. Wali murid hanya menggantungkan kemajuan pendi-dikan dan prestasi siswa kepada pihak sekolah. Pe-mikiran mereka hanya sederhana, bahwa sekolah itu

gratis, semuanya sudah ditanggung pemerintah”.

Dengan melihat kondisi yang seperti ini diper-lukan manajemen model MBS yang melibatkan masya-rakat secara langsung untuk mendukung pendidikan.

Simpulan dari hasil penelitian di atas me-nunjukkan bahwa, kebijakan pemerintah belum terwu-jud secara menyeluruh. Sementara itu kondisi geografis mendukung terlaksananya program sekolah, namun kondisi sosial ekonomi orang tua kurang mendukung sehingga berdampak pada prestasi peserta didik.

(12)

46

bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat untuk me-ningkatkan mutu pendidikan.

4.1.3.2 Input MBS

Input atau masukan adalah unsur yang harus tersedia sebelum program MBS di SD Negeri Genuk 01 dilaksanakan guna mendukung terselenggaranya pro-gram. Unsur tersebut adalah: sumber daya manusia, kurikulum, sarana dan peralatan yang mendukung, dana dan anggaran sekolah.

1. Sumber daya manusia.

Keberhasilan MBS tidak terlepas dari kemam-puan dari sumber daya manusia di sekolah tersebut. Berdasarkan data yang ada, bahwa sumber daya manu-sia yang mendukung terlaksananya MBS di SDN Genuk 01 terdiri dari: seorang kepala sekolah dan 9 guru yang rata-rata berpendidikan S1 termasuk guru mata pe-lajaran, peserta didik, penjaga sekolah, dan masyarakat atau wali murid.

Seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidik-an selalu bekerja sama berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Genuk 01.

(13)

47

“Walaupun guru-guru harus mengajar, tapi mereka masih bisa melaksanakan tugas-tugas lain yang dibe-bankan, sehingga program sekolah bisa terlaksana dengan lancar.”

Keberadaan peserta didik, diawali dengan kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yang dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Penerimaan peserta didik baru melalui proses seleksi berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah. Sebagai-mana dijelaskan oleh kepala sekolah:

“Dalam penerimaan peserta didik baru, kami mengacu pada peraturan dari dinas pendidikan yaitu berdasar-kan usia dan jarak tempat tinggal calon peserta didik dengan sekolah.”

Berdasarkan keterangan dari guru-guru, bahwa tingkat kemampuan peserta didik di SD Negeri Genuk 01, rata-rata di setiap kelas yang termasuk katagori baik sekitar 30%, tingkat kemampuan dengan katagori sedang sekitar 30%, sedangkan yang termasuk katagori kurang sekitar 40%. Perbedaan karakteristik dari peser-ta didik salah satunya dipengaruhi oleh faktor keluarga. Hal tersebut dipertegas oleh guru kelas 4, dengan mengatakan:

“Rata-rata orang tua peserta didik bekerja di pabrik dengan jam kerja dari pagi hingga sore atau malam hari. Waktu mereka terbatas untuk bisa mengawasi atau membantu anak-anak belajar, sehingga peserta didik memperoleh pendidikan hanya sebatas dari guru di sekolah.”

(14)

48

2. Kurikulum

Kurikulum berisi rencana dan pengaturan me-ngenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembela-jaran. SD Negeri Genuk 01, pada setiap awal tahun pelajaran menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pen-didikan (KTSP). Dalam hal ini Kepala sekolah me-ngatakan:

“KTSP kami susun setiap awal tahun pelajaran, untuk tahun 2014 ini KTSP yang kami susun merupakan perpaduan antara kurikulum 2006 untuk kelas 3 dan 6, dan kurikulum 2013 untuk kelas 1,2,4, dan 5”.

Kurikulum Sekolah Dasar Negeri Genuk 01, UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Barat, Kabupa-ten Semarang dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini merupakan sebuah dokumen yang akan diimple-mentasikan sebagai panduan proses pembelajaran pada tahun pelajaran 2014/2015 dalam masa transisi dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013. Dalam kurikulum tersebut tertuang visi dan misi sekolah, dengan ha-rapan dapat dicapai dengan MBS.

(15)

49

Dokumen KTSP tidak terlepas dari keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, yaitu: menyusun silabus, program ta-hunan, program semester, program evaluasi, menyu-sun analisis KKM, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat jurnal, daftar nilai, melakukan analisis penilaian, menyusun program tindak lanjut, dan melaksanakan bimbingan konseling.

Para guru mengatakan bahwa kegiatan rutin me-reka pada setiap pelajaran awal tahun adalah mela-kukan review silabus untuk disesuaikan dengan kebu-tuhan pembelajaran. Selanjutnya mereka menghitung jumlah hari efektif dalam satu tahun ajaran sebagai dasar penyusunan program tahunan. Program semester dan program evaluasi disusun dengan mengacu pada program tahunan yang sudah dibuat. Analisis KKM setiap mata pelajaran dibuat dengan diawali analisis per kompetensi dasar, kemudian dirata, dan hasil rata-rata tersebut ditetapkan sebagai KKM per mata pela-jaran.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu guru di SD Negeri Genuk 01:

”Silabus sudah ada, kami hanya mereview untuk

disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran, bisa pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

strategi yang dianggap lebih baik.”

(16)

50

membuat jurnal, daftar nilai, melakukan analisis peni-laian, menyusun program tindak lanjut, dan melaksa-nakan bimbingan konseling. Dari keseluruhan kegiatan dibuat dokumen administrasi kegiatan. Dokumen admi-nistrasi merupakan bukti tertulis tentang apa yang telah dikerjakan guru terkait dengan kegiatan pembe-lajaran dan pengembangan kurikulum.

3. Sarana dan peralatan yang mendukung.

Berdasarkan observasi di lapangan, terlihat sara-na dan prasarasara-na yang ada saat ini dapat mendukung terlaksanakannya MBS di SDN Genuk 01. Sarana pen-didikan yang berupa peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan atau proses belajar mengajar, yaitu: 6 ruang kelas yang memenuhi standar dilengkapi dengan kursi dan bangku siswa yang cukup, ruang UKS, ruang per-pustakaan yang berisi buku-buku pelajaran, buku re-ferensi, buku fiksi dan non fiksi yang dapat diman-faatkan siswa sebagai sarana belajar, ruang labora-torium, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan terdapat juga kantin sekolah.

Kemudian untuk sarana pendukung kegi-atan belajar mengajar menurut guru-guru sudah tercukupi, seperti: whiteboard, LCD, tape recorder dan alat peraga yang cukup lengkap, alat-alat olah raga, alat-alat kese-nian juga ada walaupun belum lengkap. Sarana lain berupa komputer untuk melatih siswa dalam pengua-saan IT walaupun jumlahnya belum memadai.

(17)

51

”Secara bertahap kami akan melengkapi ataupun

memperbaharui alat-alat pendidikan yang ada di

se-kolah ini.”

Adapun prasarana pendidikan atau fasilitas yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan di SD Negeri Genuk 01, yaitu halaman sekolah, kebun, taman sekolah, ataupun akses menuju sekolah cukup memadai.

4. Dana dan anggaran sekolah.

Pendidikan yang berkualitas membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan bisa dikatakan mahal. Se-mentara itu dana dan anggaran yang diperlukan untuk memperlancar terlaksananya program pendidikan di SD Negeri Genuk 01 hanya bersumber dari pemerintah berupa dana BOS, yang besarnya di tahun 2014 Rp 580.000/peserta didik/tahun. Jumlah total dana yang diterima adalah Rp 136.880.000,00 dan di tahun 2015 sebesar Rp 800.000,00/peserta didik/tahun. Seperti yang disampaikan oleh guru kelas 2 yang merangkap sebagai bendahara BOS:

”Untuk memenuhi seluruh kebutuhan sekolah, baik untuk belanja pegawai, pembelian barang habis pakai, untuk biaya PPDB, kegiatan ekstrakurikuler, pera-watan sekolah, dll. Kami hanya mengandalkan uang dari dana BOS. Sementara pengelolaan dana tersebut dibatasi oleh peraturan yang tertuang dalam buku Ju-knis pengelolaan dana BOS”.

(18)

52

didanai dari dana BOS, karena terikat oleh batasan penggunaannya yang tertuang dalam Juknis penge-lolaan dana BOS.

Oleh karena itu diperlukan sumber dana lain guna memenuhi seluruh kebutuhan sekolah, dan dana tersebut didapat dari sumbangan wali murid yang sifatnya sukarela tidak mengikat baik jumlah maupun waktunya. Namun dalam dua tahun terakhir ini belum ada sumber dana dari masyarakat ataupun dunia usaha.

Upaya penggalian sumber dana dari masyarakat atau orang tua belum dilakukan oleh sekolah. Hal itu disebabkan adanya kekhawatiran dari kepala sekolah terhadap peraturan yang melarang adanya pungutan dalam jumlah berapapun. Hal ini sebagaimana dikata-kan oleh kepala sekolah:

”Sangat sulit untuk membangkitkan kesadaran orang tua terutama mereka yang tingkat ekonominya cukup mapan agar secara ikhlas turut membantu pihak

se-kolah dalam hal pendanaan.”

Dari uraian hasil penelitian tersebut dapat diam-bil suatu kesimpulan, bahwa sumber daya manusia

yang mendukung terlaksananya MBS di SDN Genuk 01 sudah memadai sesuai dengan yang disyaratkan, yaitu dari faktor jumlah personil sudah lengkap dan rata-rata berpendidikan S1 termasuk guru mata pelajaran.

Latar belakang kecerdasan peserta didik di SD Negeri Genuk 01 pada tingkat rata-rata, untuk itu pe-ran guru sangat menentukan prestasi peserta didik.

(19)

Kabu-53

paten Semarang telah mengembangkan KTSP dan menerapkan kurikulum muatan lokal Propinsi, muatan lokal Kabupaten, dan muatan lokal sekolah.

Secara umum sarana dan segala peralatan yang mendukung terselenggaranya MBS di SD Negeri Genuk 01 sudah tersedia cukup lengkap dan dalam kondisi yang masih baik.

4.1.3.3 Proses MBS

Proses merupakan rangkaian kegiatan untuk merubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses penyelenggaraan MBS meliputi: proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan MBS, proses belajar mengajar, dan proses evaluasi sekolah. Unsur-unsur tersebut dijabarkan berdasarkan hasil wawancara de-ngan kepala sekolah, guru, dan siswa.

1. Proses Pengambilan Keputusan.

Pengambilan keputusan memegang peranan pen-ting dalam kegiatan manajemen. Demikian pula dalam MBS diperlukan adanya penetapan tujuan, penyusunan rencana, pengorganisasian, dan juga dalam memilih serta menempatkan orang-orang yang sesuai dengan kemampuannya. Hal tersebut diperlukan pemikiran yang tepat dan semuanya dilakukan dengan cara mem-buat suatu keputusan

(20)

54

“Segala sesuatu yang menyangkut kebutuhan dan

kemajuan sekolah, ataupun segala permasalahan yang ada di sekolah ini selalu saya bicarakan lebih dulu dengan guru dan karyawan untuk menentukan

alternatif yang terbaik.”

Sementara itu dari wawancara dengan salah satu pengurus komite didapat keterangan, bahwa wali murid diajak bermusyawarah hanya terbatas pada program-program pembangunan sekolah. Tentang penyusunan program-program yang lain mereka belum dilibatkan. Hal itu masih menurut komite, mereka percaya bahwa sekolah sudah membuat program sesuai dengan harap-an masyarakat, yaitu meningkatkharap-an mutu pendidikharap-an di sekolah tersebut.

2. Proses Pengelolaan MBS

Pengelolaan merupakan rangkaian kegiatan dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi.

Menurut kepala sekolah, sebelum program dilak-sanakan, sekolah menyusun visi, misi, dan tujuan. Ke-mudian dilanjutkan dengan menyusun rencana jangka panjang, rencana kerja sekolah, dan menyusun pro-gram tahunan. Dalam Rencana Pengembangan Seko-lah menyiratkan adanya program MBS yang menjadi sasaran penelitian dari penulis.

Dalam penjelasannya, kepala sekolah mengata-kan:

(21)

55

Pada tahap akhir dari proses pengelolaan MBS adalah tahap pengawasan dan evaluasi. Tujuannya un-tuk mengukur keberhasilan suatu program. Demikian juga SD Negeri Genuk 01 yang melakukan evaluasi setiap akhir tahun pelajaran. Sebagaimana dijelaskan oleh kepala sekolah:

“Setiap akhir tahun pelajaran kami melakukan eva-luasi terhadap pelaksanaan program dalam setahun yang menyangkut delapan standar pendidikan seba-gai dasar untuk penyusunan program di tahun

beri-kutnya.”

Kepala sekolah melakukan evaluasi secara ber-sama-sama, dengan melibatkan seluruh guru dan te-naga lainnya seperti penjaga, satpam, dan tete-naga ke-pendidikan, agar mereka dapat memahami setiap peni-laian yang dilakukan, untuk selanjutnya bisa mem-berikan masukan sebagai alternatif pemecahan.

Selanjutnya dari masukan-masukan tersebut bisa dijadikan dasar untuk penyusunan program tahun be-rikutnya. Dari hasil evaluasi tersebut dibuat laporan yang berupa Evaluasi Diri sekolah (EDS).

3. Proses belajar mengajar di SDN Genuk 01

(22)

-56

belajaran PAKEM yang merupakan bagian dari tiga pilar Manajemen Berbasis Sekolah.

Pada saat penelitian ini berlangsung, seko-lah menerapkan kurikulum 2013 untuk kelas 1, 2, 4, dan 5 sedangkan kelas 3 dan 6 masih menggunakan kuri-kulum 2006.

Penelitian terhadap Proses Belajar Mengajar, dia-wali dengan wawancara terhadap guru-guru yang me-nerapkan kurikulum 2013, guru kelas 4 mengatakan:

“Pembelajaran dengan penerapan Kurikulum 2013 sebenarnya tidak sulit, tapi cukup melelahkan. Kare-na setiap hari kita dituntut untuk menyiapkan alat

pembelajaran yang cocok dengan materi pelajaran.”

Dalam keterangannya, guru kelas 1, 2, dan 5 me-ngatakan bahwa hal yang sangat merepotkan adalah dengan buku pegangan peserta didik dan guru yang belum ada. Kesulitan terbesar dalam penerapan K 13 adalah dalam melakukan penilaian yang cukup rumit. Selain itu juga kesulitan dalam membangkitkan kebe-ranian peserta didik untuk menyampaikan pendapat-nya.

(23)

57

Selama PBM berlangsung, guru berusaha meman-cing peserta didik untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Guru menggunakan alat peraga yang relevan dengan materi yang disampaikan. Selain itu guru mengatur posisi tempat duduk peserta didik sesuai dengan skenario dan membantu peserta didik dalam belajar dengan cara berkeliling membantu anak yang mengalami kesulitan. Dalam keterangannya, guru tersebut mengatakan:

“Tempat duduk anak, saya atur sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, dengan tujuan agar saya lebih mudah untuk membantu kesulitan yang dialami

seca-ra kelompok, agar lebih efektif.”

Pembelajaran dengan menerapkan kurikulum 2013, peserta didik tampak aktif. Mereka belajar de-ngan senang dan suasana tidak menegangkan, walau-pun kelas sedikit gaduh.

Kemudian selanjutnya pengamatan dilakukan di kelas 6 yang belum menerapkan kurikulum 2013, suasana kelas sangat berbeda dengan kelas 2 dan kelas 5. Suasana kelas sangat tenang tidak ada keributan. Model pembelajaran yang digunakan guru adalah konvensional, di mana siswa lebih banyak men-dengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melak-sanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik. Metode yang digunakan guru antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan.

(24)

58

tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga tidak terlihat adanya keaktifan siswa.

Kepala sekolah mengatakan:

“Kreativitas guru sangat tampak, ketika pembela-jaran menggunakan kurikulum 2013, di mana guru sangat bersemangat memanfaatkan sumber belajar dan alat pembelajaran yang relevan dengan materi

yang diajarkan.”

Guru kelas 6 memberikan keterangan seperti be-rikut: “Menghadapi Ujian Sekolah, target materi harus

se-lesai pada akhir semester 1, karena pada bulan Februari biasanya sudah dilaksanakan try out, sehingga mau tidak mau guru kelas 6 akan me-ngejar target materi semaksimal mungkin. Sehingga kegiatan pembelajaran di akhir bulan Nopember hingga pelaksanaan ujian, penyampaian materi le-bih banyak menggunakan model konvensional.”

Pada akhir pembelajaran, guru melakukan peni-laian, kemudian menjelaskan tingkat keberhasilan da-lam pembelajaran dan mengidentifikasi bagian yang perlu diperbaiki.

4. Proses evaluasi sekolah.

Dalam proses evaluasi sekolah, penelitian me-liputi dua hal yaitu evaluasi terhadap proses pembe-lajaran dan evaluasi terhadap program kerja tahunan sekolah.

(25)

59

Menurut guru kelas 4, penilaian cukup rumit, terutama pada penilaian sikap, karena ada beberapa teknik, yaitu: melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Sebagaimana disampaikan oleh guru kelas 5:

“Kami baru semester ini melaksanakan kurikulum 2013, ternyata penilaiannya sangat rumit dan mele-lahkan. Kami harus bisa mengelola waktu dengan sebaik-baiknya agar semua unsur yang dinilai bisa

terlaksana.”

Sementara itu, untuk kelas 3 dan 6 yang masih menggunakan kurikulum 2006, dari hasil studi doku-mentasi menunjukkan bahwa aspek penilaiannya juga sama dengan kelas lain meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian dilakukan pada setiap akhir pembahasan per kompetensi dasar. Terkait dengan penilaian guru kelas 5 mengatakan:

“Setiap selesai penilaian per tema/topik/kompetensi dasar, guru akan menganalisa nilai hasil belajar pe-serta didik. Dari hasil analisa akan diketahui taraf serap terhadap materi yang diajarkan. Kemudian dari hasil analisa tersebut digunakan guru untuk mem-perbaiki proses pembelajaran dan juga hasil belajar peserta didik.

Semua kelas pada setiap pertengahan semester, baik semester satu ataupun dua dilakukan evaluasi. Kemudian pada akhir semester satu dan dua juga dilakukan evaluasi. Hasil penilaian secara keseluruhan akan dijadikan sebagai bahan laporan kepada orang tua tentang kemajuan belajar peserta didik.

(26)

pro-60

gram tahunan meliputi sasaran, program, kegiatan strategis, dan penanggungjawab. Program yang disasar meliputi bidang kesiswaan, pendidik dan tenaga kepen-didikan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, sarana dan prasarana, serta peran serta masyarakat.

Para guru menjelaskan bahwa pada setiap akhir tahun pelajaran, kepala sekolah bersama-sama guru dan karyawan mengumpulkan hasil-hasil evaluasi ter-hadap kinerja siswa, seperti hasil US, hasil ulangan umum, hasil lomba, dan kinerja siswa yang lain yang dapat teramati secara jelas. Bagian tata usaha juga memberikan keterangan apabila tiap akhir pelajaran diadakan pendataan terhadap pelaksanaan kurikulum, keadaan pendidik dan tenaga kependidikan, keadaan sarpras, pengelolaan keuangan, berikut administrasi pelaksanaannya. Penjelasan dari guru dan tata usaha dipertegas oleh kepala sekolah dengan mengatakan:

“Kami melakukan evaluasi terhadap program kerja setelah satu tahun pelaksanaan, untuk mengetahui sampai sejauh mana program kerja tersebut dapat dicapai. Program yang belum dapat tercapai akan

di-masukkan kembali pada program tahun berikutnya.”

Lebih lanjut kepala sekolah menjelaskan, bahwa hasil dari evaluasi tersebut, akan dijadikan sebagai bahan laporan tentang kinerja sekolah selama satu tahan yang disebut Evaluasi Diri sekolah (EDS).

(27)

keputus-61

an belum melibatkan masyarakat atau orang tua secara maksimal. Sedangkan dalam proses belajar mengajar belum semua guru menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan seperti yang diharapkan dari pelaksanaan MBS.

4.1.3.4 Produk MBS

Hasil dari pendidikan merupakan hasil nyata pelaksanaan MBS, yaitu berupa prestasi siswa baik akademik ataupun non akademik.

a. Prestasi siswa di SD Negeri Genuk 01.

Prestasi yang diraih sekolah meliputi prestasi akademik dan non akademik. Prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang dicapai setelah belajar secara optimal. Adapun prestasi akademik yang diraih SD Negeri Genuk 01 yang berupa hasil nilai Ujian Sekolah dan prestasi sekolah dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat di Tabel 4.2

Tabel 4.2 Prestasi SD Negeri Genuk 01

No Mata

Pelajaran

2011/2012 2012/2013 2013/2014

N

Prestasi yang Dicapai Sekolah 3 Tahun Terakhir

No. Kejuaraan Tingkat Tahun Keterangan

1. Lomba sholat putra Kecamatan 2012 Juara III

2. Lomba K-3 Kabupaten 2012 Juara I

3. Lomba Pentas seni Jawa Kecamatan 2012 Juara II

(28)

62

Lanjutan Tabel 4.2 Prestasi SD Negeri Genuk 01

5. Lomba Bahasa Jawa Kecamatan 2012 Juara I

6. Lomba Geguritan Kecamatan 2012 Juara II

7. Lomba Seni tari Kecamatan 2012 Juara III

8. Lomba sekolah adi wiyata Kabupaten 2013 Juara II

9. Pesta siaga putra Pramuka Kecamatan 2013 Juara II

10. Pesta Siaga putri Pramuka Kabupaten 2013 Juara II

11 Lomba Adzan Kabupaten 2014 Juara II

12. Lomba Baca tulis hitung kelas 3 Kecamatan 2014 Juara III

14. Siswa berprestasi Kecamatan 2014 Juara II

15 OSN Kecamatan 2014 Juara V

Berdasarkan data prestasi yang diraih SD Negeri Genuk 01 di atas, menunjukkan bahwa prestasi aka-demik peserta didik mengalami kenaikan, sementara pretasi non akademik dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penyebab turunnya prestasi non akademik diakui kepala sekolah pada saat FGD, bahwa guru memberikan bimbingan pada peserta didik pada saat akan diadakannya lomba. Waktu yang singkat me-nyebabkan pembimbingan dari guru kepada peserta didik tidak dapat dilakukan secara optimal.

Merujuk uraian di atas, dapat diambil kesim-pulan, bahwa prestasi akademik di SD Negeri Genuk 01 terkait dengan hasil ujian sekolah sudah sesuai dengan harapan masyarakat, namun prestasi non akademik belum optimal. Hal itu disebabkan kegiatan pembim-bingan yang belum terprogram. Dengan demikian sa-saran yang ingin dicapai oleh sekolah belum maksimal.

4.2

Pembahasan

4.2.1 Evaluasi Konteks MBS

(29)

63

pelaksanaan pendidikan telah diserahkan kepada dae-rah, termasuk tanggungjawab dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Selanjutnya pengelolaan pendidikan diserahkan kepada sekolah di mana sekolah diberikan kewenangan untuk mengelola sekolahnya. Demikian halnya dengan SD Negeri Genuk 01, dengan adanya otonomi sekolah tersebut menjadikan sekolah lebih mandiri dan mampu mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.

Kewenangan sekolah dalam pengelolaan pendi-dikan diwujudkan dalam bentuk Manajemen Berbasis sekolah. Hal tersebut sesuai dengan PP 19/2005:SNP Ps 49:1 yang menjelaskan bahwa: Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan mene-ngah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisi-pasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Dengan adanya otonomi sekolah, SD Negeri Genuk 01 lebih leluasa untuk mengelola sumberdaya yang tersedia di sekolah tersebut. Namun dalam pengelolaan keuangan, sekolah belum diberikan kele-luasaan secara penuh seperti yang tersirat pada kebi-jakan MBS. Sehingga hal itu cukup menyulitkan seko-lah untuk memenuhi kebutuhan sekoseko-lah.

(30)

64

salah satu cara yang bisa ditempuh oleh sekolah yaitu dengan melibatkan masyarakat atau wali murid untuk ikut berperan secara aktif membantu sekolah dalam memenuhi kebutuhan tersebut, seperti yang tersirat dalam manajemen berbasis sekolah.

Aspek lain yang melatarbelakangi terselengga-rakannya MBS adalah kondisi geografis dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi dan kesesuaian daerah sekitar SD Negeri Genuk 01 ditinjau dari sosial budaya kehidupan masyarakat dapat dikatakan bahwa masyarakat sekitar mendukung pelaksanaan MBS. Masyarakat berpartisipasi dalam hal keamanan dan kenyamanan sekitar sekolah.

Dengan kondisi yang demikian akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi nyaman dan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat Raharjo (2004:9), bahwa lingkungan sekolah yang aman dan tertib, dapat menciptakan suasana proses belajar mengajar yang nyaman dan efektif.

Kondisi Alam sekitar SD Negeri Genuk 01 yang jauh dari gangguan bencana alam dan jarak yang ter-jangkau peserta didik dapat mendukung penye-lenggaraan pendidikan di sekolah dan memiliki potensi besar untuk sukses dan berkembangnya MBS. Keter-jangkauan peserta didik menuju ke sekolah akan mem-perlancar kegiatan pembelajaran yang sudah ter-jadwal secara tertib.

(31)

65

jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu mak-simal tiga kilometer untuk SD/MI.

Sementara itu kerukunan antara umat beragama dan adat istiadat masyarakat di sekitar SD Negeri Genuk 01 tergolong kondusif. Masyarakat juga memiliki keyakinan terhadap penyelenggaraan pendidikan di SD Negeri Genuk 01. Hal itu terbukti sebagian besar ma-syarakat di sekitar sekolah memercayakan anak-anaknya untuk belajar di sekolah tersebut.

Keberlangsungan proses pendidikan tidak terle-pas dari latar belakang orang tua peserta didik, terkait dengan kondisi sosial ekonominya. Dilihat dari tingkat pendidikan orang tua yang rata-rata masih tergolong rendah dan sumber mata pencaharian sebagai karya-wan pabrik, berpengaruh terhadap prestasi peserta didik. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memberikan perhatian pada anak selama di rumah. Tetapi kenyataan yang ada, waktu orang tua banyak tersita di tempat bekerja, sehingga nyaris tidak ada kesempatan untuk mendampingi anak belajar.

Kondisi tersebut tentu saja memengaruhi tingkat keberhasilan anak di sekolah. Dengan kondisi seperti diperlukan upaya maksimal dari guru untuk mencip-takan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Dalam hal ini model PAKEM digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang diterapkan di SD Negeri Genuk 01.

(32)

66

untuk melanjutkan pendidikan anaknya yang lebih tinggi, tidak terpengaruh oleh kondisi sosial ekonomi mereka.

Persaingan yang ketat untuk memasuki sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, membuat masyarakat menuntut hasil ujian sekolah juga tinggi. Hal itu terungkap dalam FGD, bahwa wali murid SD Negeri Genuk 01 sangat berharap hasil ujian sekolah bisa maksimal, sehingga peserta didik bisa dengan mudah memasuki sekolah yang diinginkan.

Hal ini menunjukkan, bahwa perlu adanya stra-tegi yang tepat untuk dapat memenuhi harapan orang tua/masyarakat tersebut. Terselenggaranya MBS tidak terlepas dengan adanya dukungan dari masyarakat dan wali murid atau peran serta masyarakat dalam me-ningkatkan mutu pendidikan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memang telah menyediakan serangkaian materi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Walau sebenarnya tanggung-jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tang-gungjawab sekolah, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat atau orang tua untuk ikut serta berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(33)

kema-67

syarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan”, serta masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan peng-guna hasil pendidikan”.

Kenyataan yang ada masih terdapat jurang pe-misah yang terjadi dalam konsep pendidikan kita saat ini. Banyak orang tua yang menyerahkan sepe-nuhnya tanggungjawab pendidikan ke sekolah, tanpa mempe-dulikan kemajuan pendidikan.

Demikian halnya dengan wali murid SDN Genuk 01 sebagian besar merasa sudah melaksanakan kewa-jiban mendidik anak, dengan hanya menyerahkannya kepada sekolah. Tidak ada seorangpun yang datang ke sekolah menemui wali kelas untuk menanyakan kema-juan pendidikan anak-anaknya, apalagi menanyakan tentang program-program sekolah. Pemikiran mereka sangat sederhana, bahwa pemerintah sudah menang-gung semua biaya pendidikan. Sehingga orang tua tidak lagi berpikir bagaimana sekolah tempat anaknya belajar bisa memenuhi kebutuhan guna menunjang kemajuan pendidikan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa di SD Negeri Genuk 01 dukungan atau partisipasi masya-rakat pada pendidikan/sekolah dalam bentuk pemikir-an, fisik, dana, ataupun bidang teknis edukatif belum banyak dilakukan, sebagaimana yang diharapkan dari pelaksanaan MBS dan UU Sisdiknas.

(34)

ter-68

jalin dengan baik, maka rasa tanggung jawab dan par-tisipasi masyarakat untuk ikut serta memajukan pen-didikan di sekolah tersebut akan baik dan meningkat. Dengan hubungan yang harmonis tersebut dapat men-jembatani pemenuhan kebutuhan yang diperlukan oleh sekolah dan masyarakat itu sendiri.

Selain itu perlu dilakukan komunikasi interaktif mengenai program-program sekolah dan menginforma-sikan mengenai gambaran dan kondisi sekolah kepada masyarakat atau wali murid. Informasi dapat dilakukan melalui laporan tahunan kepada orang tua, pameran sekolah, bulletin bulanan, kunjungan ke rumah peserta didik, atau penjelasan oleh kepala sekolah, guru, dan staf sekolah. Di samping itu paguyuban wali murid yang sudah terbentuk di SD Negeri Genuk 01 dapat di-optimalkan fungsinya yaitu dengan cara mendorong paguyuban untuk membuat program kegiatan yang berorientasi pada program-program sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disim-pulkan bahwa program manajemen berbasis sekolah dibutuhkan oleh warga sekolah untuk mengelola pendi-dikan secara maksimal sehinggan dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Genuk 01 Kecamatan Ungaran Barat, Kabu-paten Semarang.

4.2.2 Evaluasi Input MBS

(35)

69

1. Sumber daya manusia.

MBS bukan hanya sekadar memiliki kewenangan dalam pengelolaan pendidikan saja, melainkan men-syaratkan kemampuan dan kemandirian dari sumber daya manusia yang terlibat di dalam pengelolaan satu-an pendidiksatu-an tersebut, seperti: kepala sekolah, guru, staf, serta komite sekolah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa efektivitas dan efisiensi belajar dan pembelajaran siswa di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Guru yang profesional sangat menentukan keberhasilan dari pendidikan. Selain itu keberhasilan suatu program di-pengaruhi juga oleh jumlah maupun tingkat pendidikan dari personil pendukung proses pendidikan itu sendiri.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya terkait dengan sumber daya manusia yang mendukung ter-selenggaranya MBS yaitu kemampuan dari setiap personil untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan pekerjaan yang dibebankannya.

Berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimiliki, bahwa sumber daya manusia yang mendukung terlaksananya MBS di SDN Genuk 01 sudah sesuai dengan yang disyaratkan, yaitu dari faktor jumlah per-sonil sudah lengkap dan rata-rata berpendidikan S1 termasuk guru mata pelajaran. Hal itu sesuai dengan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan Kom-petensi Guru, yang berbunyi :

(36)

(D-70

IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh

dari program studi yang terakreditasi.”

Dengan demikian secara umum sumber daya manusia yang ada di SD Negeri Genuk 01 memiliki kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankannya. Selain itu terdapat seorang tenaga administrasi berpendidikan S1 yang mengerjakan kegiatan administrasi dan me-rangkap tugas mengajar komputer bagi seluruh siswa. Untuk merawat lingkungan sekolah dibebankan kepada seorang penjaga sekolah.

Jumlah guru yang lengkap, proses pembelajaran menjadi lancar dan peserta didik bisa belajar dengan maksimal karena selalu ada guru yang mengajar di kelas. Selain itu dengan tingkat pendidikan dari guru yang sudah memadai sangat menunjang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

(37)

71 segenap kemampuannya untuk kepentingan sekolah dan bekerja lebih baik dari hari ke hari.

Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, keu-angan, hubungan sekolah dengan masyarakat, kese-muanya diarahkan pada peserta didik agar mendapat layanan pendidikan yang bermutu.

Keberhasilan pendidikan juga dipengaruhi oleh bakat, minat, dan tingkat kecerdasan peserta didik. Mencermati latar belakang kecerdasan peserta didik di SD Negeri Genuk 01 pada tingkat rata-rata, maka guru dituntut untuk menyusun strategi pembelajaran yang tepat dengan memerhatikan karakteristik peserta didik.

2. Kurikulum.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyeleng-garaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas, 2008). Terkait dengan hal itu, maka setiap sekolah harus mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam Permendiknas nomor 19 tahun 2007 ten-tang Standar Pengelolaan, dijelaskan bahwa: KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, potensi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

(38)

72

kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum yang tersusun merupakan sebuah dokumen yang akan diimplementasikan sebagai panduan proses pembelajar-an pada tahun pelajarpembelajar-an 2014/2015 dalam masa transisi dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013. Dalam kurikulum tersebut tertuang visi dan misi se-kolah, dengan harapan dapat dicapai dengan MBS.

Dalam dokumen KTSP SD Negeri Genuk 01, tertulis dengan jelas visi dan misi yang dirumuskan berdasarkan kondisi sekolah, diantaranya memasuk-kan wawasan lingkungan sebagai langkah ke depan dalam upaya mengurangi polusi udara. Dalam KTSP tersebut juga termuat tentang muatan lokal Bahasa Jawa, Tembang Jawa, dan Bahasa Inggris, serta me-muat kegiatan pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk ekstrakurikuler.

Selain itu dalam Permendiknas nomor 19 tahun 2007 juga dijelaskan bahwa setiap guru bertang-gungjawab menyusun silabus setiap mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan KTSP.

(39)

73

kemudian dirata-rata, dan hasil rata-rata tersebut ditetapkan sebagai KKM per mata pelajaran.

Berdasarkan paparan di atas, tergambar jelas bahwa di SD Negeri Genuk 01, Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang telah mengembangkan KTSP dan menerapkan kurikulum muatan lokal Pro-vinsi, muatan lokal Kabupaten, dan muatan lokal seko-lah. Para guru juga telah mengembangkan kurikulum dalam bentuk silabus, prota, promes, program evaluasi, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang disusun oleh sekolah siap digunakan untuk penyelenggaraan MBS di SD Negeri Genuk 01.

3. Sarana dan peralatan yang mendukung.

Secara umum sarana dan segala peralatan yang mendukung terselenggaranya MBS di SD Negeri Genuk 01 sudah tersedia cukup lengkap dan dalam kondisi yang masih baik. Sarana dan prasarana yang ada mencakup: (a) Alat pelajaran, seperti: papan tulis, alat-alat olah raga dan kesenian, alat-alat-alat-alat untuk praktikum IPA, dan sebagainya; (b) alat peraga, seperti: torso, rangka manusia, globe, peta, dan sebagainya; (c) media pengajaran/pendidikan, seperti: chart, tape recorder, televisi, komputer, dan LCD.

(40)

74

MBS akan efektif apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Demikian halnya dengan SD Negari Genuk 0, menyediakan sarana dan peralatan yang cukup lengkap untuk mendukung kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan secara maksimal. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang tertulis dalam UU No 20 taun 2003 tentang Sisdiknas pasal 45 ayat 1 yang menyatakan bahwa: ”Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan pra-sarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik."

4. Dana dan anggaran.

Dana dan anggaran merupakan sumber daya yang sangat diperlukan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hampir semua kegiatan yang ada di sekolah membutuhkan biaya.

Saat ini sumber dana yang diterima SD Negeri Genuk 01 hanya berasal dari pemerintah berupa dana BOS dan dana pendamping berupa dana BOSDA. Penggunaan dana untuk kegiatan di sekolah tidak bo-leh menyimpang dari juknis pengelolaan dana BOS. Kondisi demikian cukup mempersulit pihak sekolah untuk menggunakan dana sesuai dengan kebutuhan sekolah secara luas. Namun secara umum dana yang ada cukup untuk menyuplai terselenggaranya MBS.

(41)

75

tidak melanggar peraturan yang ada. Sumber dana yang dimaksud bersumber dari pemerintah, orang tua peserta didik, ataupun masyarakat. Namun demikian, SD Negeri Genuk 01 belum melakukan upaya-upaya penggalian dana dari sumber lain, selain dana BOS.

Dari paparan hasil penelitian dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa sumber daya manusia, kurikulum, sarana prasarana, serta dana yang tersedia di SD Negeri Genuk 01 sudah dapat mendukung imple-mentasi MBS di SD Negeri Genuk 01 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

4.2.3 Evaluasi Proses MBS

Evaluasi proses dilakukan pada aspek: proses pengambilan keputusan, pengelolaan MBS, proses bela-jar mengabela-jar, proses evaluasi.

1. Proses Pengambilan Keputusan.

Faktor penting dalam kegiatan MBS adalah proses pengambilan keputusan. Sekolah merupakan suatu organisasi, tentu diperlukan adanya penetapan tujuan, penyusunan rencana, pengorganisasian, pe-nempatan personil, sampai dengan tahap pelaksanaan. Semua kegiatan tersebut tidak terlepas dari proses pengambilan keputusan yang dianggap paling tepat.

(42)

76

Semua peserta musyawarah diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan saran dan pendapat.

Semua saran, masukan, dan pendapat disimpul-kan oleh kepala sekolah selaku pimpinan untuk menen-tukan langkah-langkah yang hendak diambil dalam suatu kegiatan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Farland (1976 dalam Rohiat 2012:20), bahwa keputus-an adalah suatu tindakkeputus-an pemilihkeputus-an di mkeputus-ana pimpinkeputus-an menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan dalam situasi tertentu.

Tidak semua bentuk pengambilan keputusan dilakukan oleh sekolah dengan melibatkan masyarakat, tetapi hanya pada saat membahas program-program pembangunan. Pembahasan dilakukan dengan cara musyawarah pada saat ke-giatan pertemuan antara warga sekolah dan wali murid bersama komite. Dalam aktiitas pertemuan, usulan, saran, dan pendapat ha-nya didominasi orang-orang tertentu saja, namun peserta yang lain menyepakati hasil musyawarah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala sekolah bersama-sama warga sekolah dan ko-mite didasarkan atas asas musyawarah, mufakat, dan demokratis.

(43)

77

2. Proses Pengelolaan MBS

Proses pengelolaan MBS di SD Negeri Genuk 01, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang dilak-sanakan secara berurutan, dari tahap perencanaan, pelaksanaaa, dan pengawasan/evaluasi.

Perencanaan merupakan kegiatan awal untuk menyiapkan secara sistematis bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari program sekolah. Pada tahap ini yang dilakukan SD Negeri Genuk 01 adalah merumuskan visi, misi, tujuan. Selain itu juga menyusun rencana kerja sekolah, baik jangka panjang, menengah, ataupun tahunan.

Pada tahap pelaksanaan, sekolah melaksanakan program sesuai dengan pedoman yang ada. Selain itu sekolah juga menyusun struktur organisasi sekolah, menyusun dan melaksanakan kegiatan sekolah dalam keseluruhan bidang, dari bidang kesiswaan, bidang pendidik dan kependidikan, sampai dengan peran serta masyarakat.

Pada tahap akhir dari proses pengelolaan MBS adalah tahap pengawasan dan evaluasi. Dalam hal ini kepala sekolah melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran dan evaluasi terhadap program kerja tahunan sekolah.

3. Proses Belajar Mengajar.

(44)

78

Para guru di SD Negeri Genuk 01, kegiatan pembelajaran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Dalam perencanaan proses pembelajaran, guru menyusun Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP) yang dijabarkan dari silabus. Guru dituntut untuk merencanakan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan kreatif.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan imple-mentasi dari RPP. Kegiatan pembelajaran yang dilaku-kan guru-guru SD Negeri Genuk 01 meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada tahap pendahuluan guru melaksanakan apersepsi untuk merangsang kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak semua guru di SD Negeri Genuk 01 memanfaatkan media atau alat peraga. Dari paparan hasil penelitian hanya kelas 1, 2, 4, dan 5 yang menggunakan media pembelajaran dengan lengkap, karena tuntutan kurikulum 2013. Peserta didik terlihat lebih aktif bertanya dan menyam-paikan pendapat, selain itu peserta didik juga tampak senang. Hal itu sesuai dengan pembelajaran PAKEM yang dikehendaki dalam MBS.

Pembelajaran PAKEM menuntut adanya krea-tivitas guru untuk menciptakan kegiatan belajar dan menyediakan sarana yang dapat merangsang keingin-tahuan siswa dan dapat merangsang siswa untuk berpikir secara produktif.

(45)

79

untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi pe-serta didik, pe-serta digunakan untuk menyusun laporan kemajuan hasil belajar, juga digunakan untuk mem-perbaiki proses pembelajaran.

4. Proses evaluasi sekolah.

Evaluasi adalah tahapan dalam MBS, merupakan kegiatan penting untuk memperoleh informasi sejauh mana tingkat keefektifan dan kesuksesan pelaksanaan program sekolah. Hasil evaluasi akan dijadikan bahan pertimbangan dalam mengadakan perbaikan terhadap program-program tersebut.

Evaluasi dilakukan oleh SD Negeri Genuk 01 secara menyeluruh, menyangkut pengelolaan semua bi-dang, yaitu bidang teknis edukatif atau pelaksanaan kurikulum/proses pembelajaran, bidang keuangan, bi-dang ketenagaan, sarana prasarana.

Evaluasi pelaksanaan kurikulum/proses pembe-lajaran dilakukan oleh para guru secara periodik, yaitu empat kali dalam setahun, pada pertengahan semester satu dan dua serta akhir semester satu dan dua, yang disebut tes sumatif. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada akhir pembahasan pada setiap kompetensi dasar atau per topik bahasan.

(46)

80

Hal tersebut sesuai dengan tujuan evaluasi yang tertulis dalam UU Sisdiknas tahun 2003, pasal 58 ayat 1, yang berbunyi: “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

SD negeri Genuk 01, selain melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran juga melakukan evaluasi terhadap program kerja tahunan. Evaluasi dilakukan pada akhir tahun pelajaran, untuk mengetahui sejauh mana program kerja tahunan sekolah telah dicapai. Program kerja tahunan meliputi bidang kesiswaan, bidang tenaga pendidik dan kependidikan, bidang keu-angan, dan bidang sarana prasarana sekolah.

Dari hasil evaluasi tersebut, sekolah menentukan langkah–langkah dan strategi yang tepat untuk mem-perbaiki atau meningkatkan ketercapaian program.

SD Negeri Genuk 01 pada setiap akhir tahun pelajaran juga melakukan evaluasi secara menyeluruh menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan berdasarkan delapan Standar Nasional Pen-didikan (SNP). Rumusan hasil evaluasi secara menye-luruh digunakan oleh sekolah untuk mengetahui kele-bihan dan kekurangannya untuk perbaikan program tahun berikutnya dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

(47)

me-81

rupakan evaluasi terhadap kinerja sekolah selama satu tahun.

Hal itu sejalan dengan penjelasan Umaedi (2012: 6.24), bahwa hasil evaluasi sekolah secara menyeluruh salah satunya digunakan sebagai masukan bagi tin-dakan koreksi dan perbaikan atau penyempurnaan bagi program kerja tahun berikutnya (baik dalam peren-canaan maupun pelaksanaan), serta penyempurnaan kebijakan pengelolaan satuan pendidikan yang bersang-kutan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala sekolah bersama-sama guru dan tenaga kependidikan, namun belum melibatkan orang tua dan komite secara mak-simal. Proses pengelolaan MBS sudah dilakukan secara berurutan. Proses belajar mengajar di SD Negeri Genuk 01 belum seluruhnya menerapkan PAKEM dalam ke-giatan pembelajaran. Proses Evaluasi dilakukan terha-dap kegiatan pembelajaran dan program sekolah.

4.2.4 Evaluasi Produk MBS

Produk atau hasil MBS di SD Negeri Genuk 01, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang meru-pakan tahap akhir yang hendak dicapai oleh sekolah. Produk merupakan bukti nyata dari keberhasilan MBS di SD Negeri Genuk 01.

(48)

82

pada prestasi yang diraih oleh sekolah yang berupa prestasi akademik dan non akademik.

Berdasarkan uraian hasil penelitian menun-jukkan, bahwa pada prestasi akademik ataupun non akademik di SD Negeri Genuk 01 belum maksimal. Proses pembimbingan dalam menghadapi lomba sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik.

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Guru SD Negeri Genuk 01
Tabel 4.2 Prestasi SD Negeri Genuk 01

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan strategi QUIP di kelas eksperimen

Data-data yang digunakan adalah data primer yang meliputi data tentang komunikasi yang dilakukan antara karyawan maupun karyawan dengan pimpinan pada Pabrik Gula

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa para pelaksana Penelitian Hibah Bersaing, Fundamental, Pekerti, Pasca Sarjana, Desertasi Doktor, Unggulan Perguruan Tinggi (Penelitian

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Malang Kawi disarankan untuk mempertahankan serta semakin meningkatkan knowledge sharing

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pemaparan yang diterima oleh para konsumen mengenai produk sepatu Converse merupakan salah satu faktor yang dapat

Hubungan Antara Komitmen Berpacaran dengan Kualitas Persahabatan pada Remaja Akhir di Universitas Pendidikan Indonesia.. Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kesimpulan dari hasil utama dalam penelitian ini, antara lain: tidak terdapat perbedaan rape myth acceptance yang signifikan antara orangtua yang memiliki anak perempuan dewasa muda

user berbeda telah berhasil berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari tabel diatas dapat diketahui