• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dimensi pola komunikasi keluarga dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara dimensi pola komunikasi keluarga dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA DIMENSI POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh : Anak Agung Ayu Ratna Paramita 109114025. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING. ii.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “Tuhan menaruhmu ditempat sekarang bukan karena KEBETULAN.Orang HEBAT tidak dihasilkan melalui KEMUDAHAN, KESENANGAN, dan KENYAMANAN. Mereka dibentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN dan AIR MATA – Dahlan Iskan”. “Hanya karena jalan yang sedang kau lalui hujan dan berbadai, tak berarti engkau tidak akan sampai di tempat yang cerah dan indah. Bersabaralah itu semua hanya sementara – Mario Teguh”. “Tidak ada manusia yang bodoh karena telat wisuda, tidak ada yang ingin mempermalukan orang tuanya hanya karena belum lulus, semua orang punya proses begitu juga dengan kamu, aku dan kita – anonim”. “Setiap orang berjalan dengan langkah yang berbeda, nikmati setiap langkah karena disana letak kebahagian kita dan tiada usaha yang sia-sia hanya semsesta sedang menyiapkan waktu yang tepat untuk menikmati hasil usahamu - Ratna Paramita”. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Saya persembahkan Skripsi ini kepada:. Ida Sang Hyang Widi Wasa, Sang Hyang Kanjeng Ratu Brawijaya dan Dewi Sararswati yang selalu memberikan kelancaran, menyertai dan memberikan kekuatan.. Untuk jiwa dan ragaku yang tak pernah lelah berjuang untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Terima kasih telah bekerja lebih keras beberapa bulan belakangan ini.. Untuk Ibu, Ajik, Gek Ita dan seluruh keluarga besarku yang selalu sabar untuk menanti selesainya skripsi ini.. Untuk mereka yang tak pernah lelah hadir dan menemaniku Erga Patragave, Yasinta Nugraheni, Lilian Juanita, Wuri Diastari, I Gusti Agung Ayu Try Mentari. Dan untuk semua orang yang sedang berjuang mengejar cita-citanya percayalah tidak ada yang tidak mungkin jangan pantang menyerah dan percayalah selalu ada Pelangi setelah Hujan v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 5 Januari 2015 Penulis. Anak Agung Ayu Ratna Paramita. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA DIMENSI POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA Anak Agung Ayu Ratna Paramita ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi pola komunikasi keluarga dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja.Penelitian ini menggunakan subjek sejumlah 245 orang remaja (138 perempuan dan 107 laki-laki). Instrumen penelitian ini menggunakan 3 skala yaitu skala kecenderungan pembelian impulsif yang terdiri dari 34 item (α = 0,905), skala orientasi kepatuhan yang terdiri dari 24 item (α = 0,908) dan skala orientasi percakapan yang terdiri dari 20 item (α = 0,911). Hasil analisis menggunakan Pearson Product Moment menunjukkan bahwa orientasi kepatuhan (𝑥̅ = 68,35, 𝑠 = 8,307)memiliki korelasi negatif dan signifikan (r = -0,240, p = 0,000) terhadap kecenderungan pembelian impulsif (𝑥̅ = 76,40, 𝑠 = 12,253). Begitu juga dengan orientasi percakapan (𝑥̅ = 56,31, s= 7,307) memiliki korelasi negatif dan signifikan (r= -0,177, p= 0,003) terhadap kecenderungan pembelian impulsif Hasil analisis tambahan, berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek laki-laki dan perempuan dalam kecenderungan pembelian impuslif (p = 0,014) dan orientasi percakapan (p = 0,001). Pada analisis tambahan berdasarkan kategori usia terdapat perbedaan yang signifikan pada orientasi kepatuhan remaja awal dan remaja akhir (p = 0,000). Berdasarkan analisis tambahan juga, diperoleh hasil bahwa yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang paling tinggi adalah subjek dengan pola komunikasi laissez-faire (n= 20, 𝑥̅ = 79,75) Kata kunci : kecenderungan pembelian impulsif, orientasi kepatuhan, orientasi percakapan, remaja. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. THE RELATION BETWEEN FAMILY COMMUNICATION PATTERN DIMENSION AND IMPULSIVE BUYING TENDENCY IN ADOLESCENCE. Anak Agung Ayu Ratna Paramita ABSTRACT The purpose of this research was to know the relation between the Family Communication Pattern (FCP) dimension and impulsive buying tendency in adolescence. The hypothesis stated in this research was there is a correlation between each dimension of FCP and impulsive buying tendency among adolescents. The research involved 245 adolescents, consisting of 107 male, and 138 female. The age of the subjects in this research range between 12 to 21 years old. Three scales were used in this research, conformity orientation scale (α= 0,908), conversation orientation scale (α= 0,911), and impulsive buying tendency scale (α= 0,905). Results from the analysis using Pearson Product Moment showed that conformity orientation (𝑥̅ = 68,35, 𝑠 = 8,307) was significantly correlated (r = -0,240, p = 0,000) to impulsive buying tendency (𝑥̅ = 76,40, 𝑠 = 12,253). Furthermore, conversation orientation (𝑥̅ = 56,31, s = 7,307) was also significantly correlated (r = -0,177, p = 0,003) to impulsive buying tendency. There was also a mean differences in impulsive buying tendency (p = 0,014) and conversation orientation (p = 0.001) between male and female adolescent. Early adolescents and late adolescents were different in conformity orientation with p = 0,000. Based on the type of communication pattern, the Laissezfaire type had the highest mean (𝑥̅ = 79.75) compared with the other three types.. Keywords: Family Communication Pattern (FCP), Impulsive Buying Tendency, Conformity Orientation, Conversation Orientation, adolescents. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma : Nama : Anak Agung Ayu Ratna Paramita Nomor Mahasiswa : 109114025 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA DIMENSI POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 20 Februari 2015 Yang menyatakan,. (Anak Agung Ayu Ratna Paramita) ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Ida Sang Hyang Widhi atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr.Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik saya ibu P.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A yang selalu sabar dan memberi arahan selama proses skripsi ini. Terima kasih sekali ibu, apa yang ibu ajarkan akan selalu saya ingat. 4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi dan bapak TM. Raditya Hernawa, M.Psi selaku dosen penguji yang telah membagi ilmunya dan membantu menyempurnakan penelitian saya. 5. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernah saya miliki pertahankan relasi yang akrab dengan para mahasiswa 6. Seluruh staff Fakultas Psikologi: mas Gandung, mbak Nanik, pak Gi, mas Muji (Glory Glory Man.United) dan mas Doni. Terima kasih untuk. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. keramahannya. Maaf kalau sering merepotkan dan bertanya urusan kuliah. Terima kasih sudah membantu segala pratikum tes yang cukup merepotkan. 7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan mendoakan kebarhasilan saya. Tetap semangat meraih mimpi dan cita-cita ya temanteman. 8. Terima kasih pada Ibu dan Ajik yang selalu mendoakan, memberikan semangat, menunggu dengan sabar sampai skripsi ini selesai. Terima kasih sudah mempercayakan saya untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab atas pilihan saya, selalu bersyukur bisa memiliki kalian. 9. Kakak saya tercinta Anak Agung Ayu Winda Pradnyanita, terima kasih sudah mau menunggu adek mu ini sampai selesai. Terima kasih untuk doa dan dukungannya. Skripsi ini adalah hadiah dari aku untuk kamu. 10. Terima kasih untuk my partner in crime Erga Patragave Ratih, terima kasih selalu sabar menemani, membantu dan diam-diam memotivasi. Tuhan selalu mengukir cerita yang menarik bagi kita berdua. 11. Keluarga besar Kost Puri Sekar Negari, Eyang Kakung, Eyang Uti Veronica, Jung Ida, Gek Tri, Okta, Rini, Surti, Anggi, Ade, Dila, terima kasih sudah menjadi rumah kedua saya. Terima kasih juga untuk generasi junior Pitik, Ela, Tiya, dan Uik yang rela membantu menskoring skala. Terima kasih untuk kalian semua selalu memberikan hiburan ketika saya jenuh dari rutinitas keseharian.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. Terima kasih untuk ayang Yasinta Nugraheni (green), Lilian Juanita (red), Wuri Diastari (pink) , selalu menenami saya dalam kondisi apa pun selama 4 tahun perkuliah di psikologi. Terima kasih untuk dukungan, bantuan, dan tempat berkeluh kesah. Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk selalu mengerjakan skripsi. Kita adalah satu keluarga. Aku pasti akan merindukan ke alayan kalian. 13. Maria Krisna Nugraheni sebagai saudara yang tertukar dan partner dalam mengerjakan skripsi, terima kasih sudah mau menyamakan langkah bersama dan berjuang bersama. Semoga sukses ya 14. Keluarga besar PSG dibali Novi Lindaswari, Desak Wijayanti, Sri Astini, Dayu Putri, Ogek Hellin, Desyana Rahayu, Dina Arypangesti, Ade Saraswati, Wasundari Dewi, dan Ratih Nurpeni yang selalu mendukung dan memberi doa dari jauh. 15. Terima kasih untuk the girls psikologi kelas A, Astrid, Dita Mano, Rosari, Sondra, Sutar, Anin, Laura, Rika, Sheila, Rika, Yovi, Vira, Si mbah Fiona, Riska, Ninda, Tutut, Cha-cha, Hoyi, berdinamika bersama kalian selama 4 tahun merupakan hal yang menyenangkan. Sukses ya girls, jangan mau kalah sama lakik 16. Terima kasih untuk pejantan psikologi , Iwan, Vincent, Gustav, Iyus, Bayu, Brandan, Dion, Sandi, Yovidia. Kalian membawa warna tersendiri ditengah-tengah kami para wanita, sukses untuk kalian semoga bisa jadi bapak yang bertanggung jawab semua yak.. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. Untuk teman-teman seperjuangan tetap semangat yak, kalian pasti bisa!! Tetap rajin, tetap sabar, tetap berjuang. Tidak ada manusia yang bodoh hanya karena belum wisuda. Semangat! 18. Saudara-saudara satu rantuan yang selalu siap membantu dan siap dijadikan pelarian ketika penat Mb Manik, Kak Ita, Odek, Bayu, Gung Is, Bincik dan seluruh anak KMHD USD yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu. 19. Terima kasih pada alam semesta, laptop, perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Google, para peneliti, pembuat program SPSS dan Yayo yang telah menyempurnakan skripsi ini. 20. Terima kasih kepada seluruh pihak yang belum dapat subjek ucapkan secara satu-satu. Semoga Tuhan memberi lebih dari yang kalian berikan pada ku. Peneliti menyadari kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, sehingga peneliti sangat terbuka dengan kritik dan saran dari siapa pun.Mohon maaf apabila ada salah kata. Sekian. Peneliti. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........... ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang ..............................................................................................1 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................12 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................12 xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1.. Manfaat Teoretis .............................................................................................. 12. 2.. Manfaat Praktis ................................................................................................ 13. BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................14 A. Pembelian Impulsif (Impulsive Buying) ......................................................14 1.. Definisi Pembelian Impulsif ............................................................................. 14. 2.. Aspek- aspek Pembelian Impulsif .................................................................... 15. 3.. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelian Impulsif ................................... 16. B. Komunikasi Keluarga..................................................................................22 1. Definisi Komunikasi .......................................................................................22 2.. Definisi Komunikasi Keluarga ......................................................................... 23. 3.. Dimensi pada Pola Komunikasi Keluarga ........................................................ 24. 4.. Tipe-tipe dalam Pola Komunikasi Keluarga ..................................................... 27. 5.. Dampak Komunikasi Keluarga ........................................................................ 30. C. Remaja.........................................................................................................34 1.. Definisi Remaja ................................................................................................ 34. 2.. Aspek-aspek Perkembangan Remaja ................................................................ 35. D. Penelitian Pembelian Impulsif ....................................................................39 E. Hubungan Antara Dimensi Pola Komunikasi Keluarga dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja .........................................40 F. Hipotesis .........................................................................................................47 xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................48 A. Jenis Penelitian ............................................................................................48 B. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................48 1.. Variabel Tergantung ......................................................................................... 48. 2.. Variabel Bebas ................................................................................................. 48. C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................................49 1.. Dimensi Pola Komunikasi Keluarga ................................................................ 49. 2.. Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja ........................................... 51. D. Subjek Penelitian.........................................................................................52 E. Metode Pengambilan Data ..........................................................................52 1.. Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga ....................................................... 53. 2.. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ....................................................... 54. F. Validitas dan Realibitas ..................................................................................56 1. Validitas ..........................................................................................................56 2.. Seleksi Aitem ................................................................................................... 57. 3.. Reliabilitas ....................................................................................................... 60. G. Metode Analisis Data ..................................................................................61 1.. Uji Asumsi ....................................................................................................... 61. 2.. Uji Hipotesis .................................................................................................... 63. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................65 xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................65 B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................................65 C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................66 1.. Perbandingan Data Teoretik dan Data Empiris................................................. 66. D. Hasil Penelitian ...............................................................................................70 1.. Uji Normalitas .................................................................................................. 70. 2.. Uji Linearitas.................................................................................................... 73. 3.. Uji Hipotesis .................................................................................................... 74. E. Analisis Tambahan ......................................................................................76 1.. Uji Perbedaan Jenis Kelamin............................................................................ 76. 2.. Uji Perbedaan Usia ........................................................................................... 80. 3.. Kategorisasi Tipe Pola Komunikasi Keluarga .................................................. 84. F. Pembahasan.....................................................................................................89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................96 A. Kesimpulan .................................................................................................96 B. Saran............................................................................................................96 1.. Bagi Remaja ..................................................................................................... 96. 2.. Bagi Orang tua ................................................................................................. 97. 3.. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................. 97. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................99 xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Skema Dimensi Tipe Komunikasi Keluarga ........................................... 30 Tabel 2. Blue Print Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga............................ 53 Tabel 3. Skor Favorable Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga ................... 54 Tabel 4. Skor Unfavorable Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga ............... 54 Tabel 5. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ............................ 55 Tabel 6. Skor Favorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif.................... 56 Tabel 7. Skor Unfavorable Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif................ 56 Tabel 8. Blue Prints Skala Pola Komunikasi Keluarga Setelah Seleksi Item ....... 59 Tabel 9. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Setelah Seleksi Item ....................................................................................................................... 60 Tabel 10. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian .......................................... 65 Tabel 11. Deskripsi Usia Subjek Penelitian .......................................................... 66 Tabel 13. Data Teoretik dan Empiris Ketiga Variabel.......................................... 68 Table 14. Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoretik Kecenderungan Pembelian Impulsif ................................................................................................................. 68 Table 15. Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoretik Orientasi Kepatuhan....... 69 Table 16. Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoretik Orientasi Percakapan...... 70 Tabel 17. Uji Normalitas Kecenderungan Pembelian Impulasif, Orientasi Kepatuhan, dan Orientasi Percakapan................................................................... 71. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tabel 18. Hasil Uji Lineritas Variabel Pembelian Impulsif dan Orientasi Kepatuhan ............................................................................................................. 74 Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Variabel Pembelian Impulsif dan Orientasi Percakapan ............................................................................................................ 74 Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Variabel Pembelian Impulsif dengan Orientasi Kepatuhan ............................................................................................................. 75 Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis Variabel Pembelian Impulsif dengan Orientasi Percakapan ............................................................................................................ 75 Tabel 22. Hasil Independet Samples T-Tes Jenis Kelamin Kecenderunngan Pembelian Impulsif ............................................................................................... 77 Tabel 23. Deskripsi Data Jenis Kelamin Kecenderungan Pembelian Impulsif .... 77 Tabel 24. Hasil Independet Samples T-Tes Jenis Kelamin Orientasi Kepatuhan. 78 Tabel 25. Deskripsi Data Jenis Kelamin Orientasi Kepatuhan ............................. 78 Tabel 26. Hasil Independet Samples T-Tes Jenis Kelamin Orientasi Percakapan 79 Tabel 27. Deskripsi Data Jenis Kelamin Orientasi Percakapan ............................ 79 Tabel 28. Hasil Independet Samples T-Tes Usia Kecenderungan Pembelian Impulsif ................................................................................................................. 81 Tabel 29. Deskripsi Data Usia Kecenderungan Pembelian Impulsif .................... 81 Tabel 30. Hasil Independet Samples T-Tes Usia Orientasi Kepatuhan ................ 82 Tabel 31. Deskripsi Data Usia Orientasi Kepatuhan ............................................ 82 Tabel 32. Hasil Independet Samples T-Tes Usia Orientasi Percakapan ............... 83 Tabel 33. Deskripsi Data Usia Orientasi Percakapan ........................................... 83 Tabel 34. Pengkategorian Tipe Pola Komunikasi Keluarga ................................. 85 xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tabel 35. Jumlah Subjek Pada Tipe Pola Komunikasi Keluarga.......................... 86 Tabel 36. Jumlah Subjek dan Nilai Mean Kecenderungan Pembelian Impulsif... 86 Table 37. Statistik Deskriptif Tipe Pola Komunikasi Protektif, Pluralistik, dan Laissez-faire .......................................................................................................... 88 Table 38. Uji Asmusi Homogenitas Tipe Pola Komunikasi Protektif, Pluralistik, dan Laissez-faire ................................................................................................... 88 Table 39. Ringkasan Anava Tipe Pola Komunikasi Protektif, Pluralistik, dan Laissez-faire .......................................................................................................... 88. xx.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Uji Normalitas Kecenderungan Pembelian Impulsif .......................... 72 Gambar 2. Uji Normalitas Orientasi Kepatuhan ................................................... 72 Gambar 3. Uji Normalitas Orientasi Percakapan .................................................. 73. xxi.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Skala Try Out 1................................................................................104 Lampiran 2. Skala Try Out 2................................................................................115 Lampiran 3. Reliabilits Skala ...............................................................................123 Lampiran 4. Skala Penelitian ...............................................................................132 Lampiran 5. Deskripsi Subjek ..............................................................................144 Lampiran 6. Uji Asumsi .......................................................................................146 Lampiran 7. Uji Hipotesis ....................................................................................148 Lampiran 8. Hasil Tambahan ...............................................................................150. xxii.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pembelian impulsif mulai banyak terjadi di Indonesia. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nielsen tentang trend pebelanja di Indonesia (Post Industrial, 2011). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut selama Desember 2010 sampai Januari 2011 yang menunjukkan bahwa pebelanja di kota-kota besar Indonesia semakin impulsif dalam melakukan pembelian. Kondisi tersebut dibuktikan dengan peningkatan sebesar dua kali lipat sejak tahun 2003 pembeli yang mengaku tidak pernah membuat rencana belanja saat melakukan proses berbelanja (Post Industrial, 2011). Perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencanayang dilakukan tanpa melakukan pertimbangan dan tidak berdasarkan pada penilaian atau evaluasi tertentu terhadap produk atau manfaat dari produk yang dibeli disebut sebagai pembelian impulsif (impulsive buying) (Rook, 1987).Pembelian impulsif terjadi ketika orang mengalami dorongan secara tiba-tiba, bersifat powerful, terjadi terus menurus sehingga menimbulkan keinginan untuk melakukan pembelian dan sulit untuk menolak dorongan yang muncul tersebut (Solomon, 1994; Arnould, Price dan Zinkhan, 2002; Rook, 1987).Pembelian impulsif juga dapat dikatakan sebagai pembelian yang cepat dan tidak terencana (Verplanken dan Herabadi, 2001). 1.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Pembelian impulsif dapat saja terjadi pada rentang usia berapa pun tanpa terkecuali remaja. Beberapa penelitian mengenai hubungan antara usia dan kecenderungan pembelian impulsif telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Wood (dalam Ghani, Imran, dan Jan, 2011) menemukan bahwa kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia antara 18-39 tahun dan akan menurun setelah melewati usia 39 tahun. Rawling, Boldero dan Wiseman (dalam Ghani, Imran dan Jan, 2011) menemukan orangorang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih tua. Di Indonesia, beberapa peneliti menemukan bahwa remaja di Indonesia kini cenderung melakukan pembelian secara impulsif. Hal ini di buktikan oleh salah satu survey yang dilakukan oleh Deteksi Jawa Post menemukan bahwa 20,9 % dari 1.071 responden yang berdomisili di Surabaya dan Jakarta mengaku pernah menggunakan uang sppnya untuk membeli barang yang tidak mereka butuhkan ( Jawa Post dalam Sitohang, 2009). Selain itu, penelitian yang pernah dilakukan oleh Sitohang di Semarang menunjukan hasil bahwa konformitas teman sebaya merupakan faktor pemicu terjadinya kecenderungan pembelian impulsif pada remaja di kota Semarang (Sitohang, 2009) Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang cukup pesat baik secara fisik, psikologis dan sosial (Santrock, 2003). Akan tetapi, remaja mengalami emosi yang kurang stabil, dimana dalam masa ini remaja cenderung berpikir secara abstrak dan tergesa-gesa (Santrock,.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. 2003).Sifat remaja yang cenderung berpikir abstarak dan tergesa-gesa tersebut membuat remaja mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, mudah terbujuk iklan, kurang berpikir hemat, kurang realistis dan cenderung impulsif (Johnestone, dalam Sitohang, 2009).Hal ini mengakibatkan remaja menjadi sasaran yang dicari para produsen.Selain itu, pada masa remaja peran teman sebaya sungguh sangat kuat.Hal ini membuat remaja cenderung melakukan pembelian secara impulsif untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan sosialnya (Rook dan Fisher, 1995). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ratner dan Khan (dalam Setiawati, 2004) menunjukan bahwa konsumen remaja membeli suatu produk bukan berdasarkan kebutuhan tapi karena adanya pendapat dari orang lain yang dirasa penting bagi remaja. Pembelian impulsif pada remaja dapat memberikan konsekuensi yang negatif. Konsekuensi yang dapat dialami remaja antara lain, kesulitan keuangan, mengalami kekecewaan terhadap barang yang sudah dibeli dan kurang mendapatkan persetujuan mengenai barang yang dibeli dari orangorang yang berada pada lingkungan remaja, seperti teman dan keluarga (Rook, 1987). Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) menyatakan bahwa kecenderungan pembelian impulsif mengambarkan suatu tindakan yang irasional sehingga secara ekonomis dapat menimbulkan pemborosan dan ketidakefisianan biaya serta secara psikologis dapat menimbulkan kecenderungan rasa cemas dan tidak aman..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Pembelian impulsif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dalam diri individu dan faktor diluar diri individu. Beberapa penelitian sudah pernah dilakukan terkait faktor dalam diri individu Faktor dalam diri individu terdiri dari kepribadian seseorang (Karbasivar dan Yarahmadi, 2011; Shahjehan et.al, 2012;Verplanken dan Herabadi, 2001; Verplanken dan Sato, 2011), usia (Wood, 1998; Ghani, Imran, dan Jan, 2011; Lin, 2005), gender (Gasiorowska, 2011; Lin & Chuang, 2005), kontrol diri (Utami dan Sumaryono, 2008; Baumeister, 2002), dan mood (Verplanken dan Herabadi, 2001). Faktor eskternal adalah perubahan dari lingkungan luar yang memperngaruhi keputusan konsumen unutk membeli suatu barang (Amirullah, 2002). Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahmawan, Kumadji dan Kusumawati (2001) menunjukan bahwa lingkungan toko merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya pembelian impulsif pada konsumen di Malang. Selain itu, konformitas teman sebaya juga merupakan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya perilaku pembelian impulsif. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan di Marretha (2013) dan Sitohang (2009). Keluarga juga merupakan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya pembelian impulsif pada remaja. Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Copeland (dalam Yang, Kim, Laroche dan Lee, 2014) menunjukan bahwa remaja yang melakukan pembelian secara impulsif membutuhkan lebih banyak arahan seperti masukan dari orang tua mereka..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak. Keluarga merupakan salah satu faktor membetuk perilaku pada remaja (Santrock, 2011). Para remaja cenderung mengidentifikasi perilaku orang tua mereka sebelum mengidentifikasi perilaku orang lain (Santrock, 2011). Salah satu bentuk pengaruh keluarga dalam pembentukan perilaku seseorang adalah melalui gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Pola asuh orang tua dipengaruhi oleh pola komunikasi yang dibangun dalam rangka meningkatkan hubungan diantara anggota keluarga (Bahri, 2004).Melihat keluarga memiliki pengaruh dalam membentuk perilaku angota keluarganya, maka keluarga juga dapat membentuk anak sebagai seorang konsumen (Mangkunegara, 1988). Komunikasi keluarga adalah interaksi yang dikembangkan dari waktu ke waktu oleh sekelompok orang terkait yang berbagi ruang hidup yang umum (Zeushner, 1992). Menurut Galvin, Bylund, dan Brommel (2004) komunikasi keluarga dapat dilihat sebagai proses berbagi dalam keluarga,. dimana. masing-masing. anggota. memiliki. peran. yang. dikembangkan melalui diskusi, berdialog, dan bernegosiasi antar anggota keluarga. Selain itu, komunikasi dalam keluarga biasanya berbentuk komunikasi. antar. personal. atau. komunikasi. langsung. (face. to. facecommunication) dimana tiap peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator atau komunikan (Febriytanti, Karimah, dan Aristi, 2014)..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Pola komunikasi keluarga pertama kali diusulkan oleh Mcleod dan Chafee (dalam Noller dan Fitzpatrick, 1993; Osredkar Priscilla, 2012; Prasitthipab, 2008).Mereka menemukan bahwa pada pola komunikasi keluarga memiliki dua dimensi yaitu orientasi sosial (socio orientation) dan orientasi konsep (concept orientation).Lalu beberapa dekade berikutnya Fitzpatrick dan Ritchie (1990) melakukan penelitian mengenai hal serupa dan memberi label ulang pada kedua dimensi yang dibuat oleh McLeod dan Chaffee.Fitzpatrick dan Ritchie (1990) menggunakan istilah conformity orientation sebagai socio orientation dan conversation orientation sebagai concept orientation. Conformity orientation (orientasi kepatuhan)merupakan jenis komunikasi yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat dan membina hubungan sosial yang harmonis yang menyenangkan dirumah (Moschis, 1985).Orientasi kepatuhan ini merujuk pada pembentukan suasana yang menghasilkan kepercayaan yang homogen yang berkaitan dengan sikap nilai dan keyakinan yang ditandai dengan keseragaman empati (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Interaksi pada orientasi kepatuhan menekankan pada kepatuhan terhadap orang tua, menghindari konflik dan saling bergantung dengan angggota. keluarga(Korner dan Fitzpatrick, 2002).. Keluarga dengan orientasi kepatuhan yang tinggi menciptakan anggota keluarga yang cenderung memaksimalkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarganya sedangkan keluarga dengan orientasi kepatuhan yang rendah lebih senang mengembangkan dirinya dengan lingkungan diluar.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. rumah dan lebih percaya bahwa kemandirian, nilai dan kepentingan merupakan urusan masing-masing individu (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Conversation orientation (orientasi percakapan) berfokus pada sejauh mana keluarga menciptakan iklim yang mampu mendorong seluruh anggota keluarga untuk berpartisipasi dan berinteraksi dalam membahas berbagai topik dalam keluarga (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Pada orientasi ini, seluruh anggota keluarga bebas, spontan dan sering berinteraksi satu sama lain, menghabiskan banyak waktu untuk saling berinteraksi membahas berbagai topik mengenai kegiatan yang dilakukan sehari-hari, pikiran dan perasaan (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Pada orientasi percakapan, tindakan atau kegiatan yang akan direncanakan oleh keluarga akan dibahas oleh seluruh anggota keluarga dan keputusan dibuat bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga. Keluarga dengan orientasi percakapan yang tinggi percaya bahwa komunikasi yang terbuka dan sering sangat penting untuk kehidupan keluarga yang menyenangkan, serta memiliki manfaat bagi remaja karena dapat mendidikan dan mengajarkan anak cara bersosialisasi (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga dengan orientasi percakapan yang rendah cenderung jarang melakukan interaksi, sedikit terjadi pertukaran pemikiran, perasaan dan kegiatan.Keluarga dengan orientasi percakapan yang rendah juga percaya bahwa komunikasi terbuka tidak diperlukan untuk mendidik anak dalam bersosialisasi (Korner dan Fitzpatrick, 2002)..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. Komunikasi yang efektif dalam sebuah keluarga merupakan hal yang penting bagi seluruh anggota keluarga untuk berhasil dalam menghadapi perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut. Bila komunikasi orang tua dan anak lemah, maka anak akan mengembangkan lingkungan yang negatif dirumah (Koerner danFitzpatrick, 2002; Fitzpatrick,dalam Prasitthipab, 2008). Pola komunikasi memiliki pengaruh juga terhadap perilaku konsumen remaja. Pengaruh langsung dari pola komunikasi melibatkan kemampuan untuk mendapatkan informasi konsumsi yang nantinya membentuk keyakinan, norma dan perilaku (menurut Moschis dan Moore dalam Carlson, Grossbartr dan Walsh, 1990). Pola komunikasi memiliki peran untuk memberikan informasi mengenai produk yang hendak dibeli remaja (Moschis dan Moore dalam Carlson, Grossbartr dan Walsh, 1990).Selain itu, melalui komunikasi keluarga, orang tua berproses untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan tentang pasar kepada anakanak mereka (Carlson, Grossbart, dan Stuenkel, 1992). Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Moschis, dkk (1986) yang menunjukan hasil bahwa pola komunikasi keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pembelian pada remaja, dimana melalui komunikasi anak akan memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan proses membeli..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. Pada pola komunikasi keluarga terdapat dua dimensi yaitu orientasi kepatuhan dan orientasi percakapan. Kedua dimensi ini masing-masing juga memiliki dampak bagi para remaja Keluarga yang memiliki dimensi kepatuhan yang tinggi akan memiliki kontrol diri yang baik karena terdapat otoritas dari orang tua. Menurut Grolnick et al. (dalam Smith, 2008), kontrol orangtua lebih ditunjukkan ketika orang tua menekan anakanak mereka dengan upaya memecahkan masalah anak-anak mereka yang mana dapat ditemukan pada keluarga yang memiliki orientasi kepatuhan yang tinggi. Remaja dengan orientasi kepatuhan yang tinggi juga akan memiliki relasi yang baik dan mampu menghindari konflik (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Hal ini dikarenakan dalam keluarga anak dibiasakan untuk tidak adu argumen dengan orang tua (Korner dan Fitzpatrick, 2002).Remaja. yang. memiliki. kontrol. diri. yang. baik. mampu. mengendalikan dirinya dengan baik, sehinga anak mampu terhindar dari kecenderungan pembelian impulsif. Apabila orientasi kepatuhan dalam keluarga rendah dapat menyebabkan anak memiliki kontrol diri yang lemah, cenderung berpikir bebas dan kurang mampu menjaga relasi.Hal ini dikarenakan anak lebih nyaman berada di lingkungan luar rumah, selain itu anak percaya bahwa pertumbuhan masing-masing individu penting untuk dilakukan meskipun dapat menyebabkan kerusakan dan kerapuhan pada keluarga (Korner dan Fitzpatrick, 2002).Kontrol diri yang rendah pada remaja menyebabkan.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. remaja cenderung mudah tertarik pada penawaran produk sehingga menyebabkan remaja cenderung melakukan pembelian impulsif. Keluarga yang memiliki orientasi percakapan yang tinggi sering menghabiskan sebagian waktu untuk berdiskusi satu sama lain untuk mencapai sebuah keputusan (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Anak-anak cenderung di dorong untuk berkomunikasi secara terbuka, bertukar ide dan menikmati berbagai nilai-nilai sehingga nantinya akan terbentuk remaja yang terbuka dengan pendapat dan mampu menciptakan hubungan yang harmonis (Korner dan Fitzpatrick dalam Prasitthipab, 2008).Keterbukaan yang diperolah dari keluarga membuat remaja sering melakukan diskusi mengenai pasar konsumen yang nantinya dapat digunakan remaja sebagai pertimbangan sebelum melakukan pebelanjaan. Berbeda dengan keluarga yang memiliki orientasi percakapan yang rendah, keluarga sangat jarang bahkan tidak pernah meluangkan waktunya untuk berdiskusi (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga dengan orientasi tersebut sangat memungkinan membentuk remaja yang sangat mudah terkena bujukan atau rayuan dari orang lain diluar keluarganya dan sangat rentan dengan terjadinya miss komunikasi. Hal ini dikarenakan dalam keluarga tidak dibiasakan untuk berinteraksi dalam keluarga yang menyebabkan anak tidak mampu untuk mempertahankan argumennya sehingga anak cenderung mudah dipengaruhi oleh kelompok sosial di luar keluarga (Koerner dan Fitzpatrick, 2002).Remaja dengan orientasi.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. percakapan sangat mudah dipengaruhi penawaran produk yang dapat memicu terjadinya perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan. hal. tersebut,. maka. peran. orang. tua. dalam. menyampaikan informasi melalui komunikasi merupakan hal yang penting.Melalui komunikasi para orang tua mengajarkan remaja untuk menjadi konsumen yang bertanggung jawab. Hal yang dapat dilakukan para orang tua untuk menjadikan anak mereka konsumen yang bertanggung. jawab. dengan. mengajarkan. anak. mereka. untuk. memperhitungkan dengan matang sebelum membuat keputusan membeli, melakukan penelitian sebelum melakukan pembelian, belajar untuk mengontrol dorongan untuk berbelanja diluar dari anggaran atau perencanaan dan belajar untuk mengalahkan dorongan untuk berperilaku impulsif (Lermitte dan Merritt, dalam Setiawati, dkk, 2004). Penelitian lain yang dilakukan oleh Copeland dalam Yang, Kim, Laroche dan Lee (2014) tentang hubungan antaraimpulsifremajadan interaksiorangtua, menemukan bahwaremajaimpulsifmembutuhkan lebih banyak arahan seperti masukan dari orang tua mereka. Hal ini menunjukkan bahwaterdapat hubunganyang mungkin antaraimpulsifdan kurangnyabimbingan orangtua (Yang, Kim, Laroche dan Lee, 2014). Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Moschis (1985) mengungkapkan bahwa melalui komunikasi yang terjadi antara anak dan orang. tua,. orang. tua. mampu. mengajarkan. anak. untuk. lebih. mempertimbangkan dalam membuat keputusan membeli dan mengatur.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. keuangan anak mereka sehingga dapat mengurangi terjadinya perilaku pembelian impulsif. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena masih sangat jarang penelitian yang menghubungkan pola komunikasi keluarga dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja di Indonesia.Selain itu, melihat bahwa keluarga memiliki peran dalam membentuk perilaku anak, maka keluarga juga berperan dalam membentuk anak sebagai seorang konsumen yang bijaksana dengan menerapkan pola komunikasi yang baik. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara dimensi pola komunikasi keluarga dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara dimensi pola komunikasi keluarga dengan kecenderungan pembelian impulsif. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan disiplin ilmu psikologi, khususnya untuk Psikologi Perkembangan, Psikologi Komunikasi dan Psikologi Konsumen mengenai kecenderungan pembelian impulsif dan dimensi pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. 2. Manfaat Praktis Informasi yang diperolah dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi remaja dan orang tua untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga dan kecenderungan pembelian impulsif remaja. Hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai sumber evaluasi diri bagi para remaja dan orang tua..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelian Impulsif (Impulsive Buying) 1. Definisi Pembelian Impulsif Pembelian impulsif didefinisikan sebagai suatu aktivitas membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau keinginan membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Mowen and Minor, 2002).Rook (1987) menambahkan bahwa pembelian impulsif merupakan aktivitas pembelian yang tidak terencana yang dilakukan tanpa melakukan pertimbangan dan tidak berdasarkan pada penilaian atau evaluasi tertentu terhadap produk atau manfaat dari produk yang dibeli. Pembelian impulsif terjadi ketika orang mengalami dorongan secara tiba-tiba, bersifat powerful, terjadi terus menurus sehingga menimbulkan keinginan untuk melakukan pembelian dan sulit untuk menolak dorongan yang muncul tersebut (Solomon, 1994; Arnould, Price, and Zinkhan, 2002; Rook, 1987).Pembelian impulsif juga dapat dikatakan sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak terencana (Verplanken and Herabadi, 2011).Rook (dalam Verplanken dan Sato, 2001) juga memberikan tambahan definisi yang komprehensif dari pembelian impulsif, yang mencakup tiga fitur utama, yaitu, pembelian yangtidak. 14.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. direncanakan, sulit untuk mengontrol, dan disertai dengan respons emosional. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif sebagai suatu aktivitas pembelian yang dilakukan secara spontan, tanpa perencanaan sebelumnya yang disebabkan karena adanya sebuah stimulus tertentu sehingga membuat pembeli ingin melakukan pembelian secara cepat dan biasanya berujung pada rasa kecewa dan penyesalan. 2. Aspek- aspek Pembelian Impulsif Pembentukan perilaku pembelian impulsif didasari oleh dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.Kedua aspek ini merupakan. komponen. yang. dialami. oleh. pembeli. sehingga. membentuk suatu perilaku pembelian impulsif (Verplanken dan Herabadi, 2001). a. Aspek Kognitif Aspek kognitif yang dimaksud dalam pembelian impulsif adalah. kecenderungan. konsumen. yang. kurang. mampu. mempertimbangkan, memikirkan dan merencanakan sesuatu ketika melakukan pembelian (Verplanken dan Herabadi, 2001).Konsumen cenderung mudah terpengaruh oleh harga produk yang ditawarkan dan keuntungan yang diperoleh ketika membeli produk tersebut (Herabadi, Verplanken, dan Van Knippenberg, 2009)..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. b. Aspek Afektif Aspek afektif berkaitan erat dengan emosi, minat dan sikap dari konsumen.Aspek ini meliputi dorongan emosional yang muncul setelah konsumen melakukan pembelian tanpa rencana meliputi perasaan bahagia, senang, dan rasa penyesalan atau bersalah (Verplanken dan Herabadi, 2001).Coley dan Burgess (2003) menjelaskan bahwa pada aspek ini, pembeli melakukan pembelian impulsif dikarenakan menimbulkan perasaan senang dan gembira ketika menginginkan suatu barang untuk dibeli serta memiliki kesulitan untuk meninggalkan keinginannya itu sehingga pembeli merasa harus membeli produk tersebut untuk memuaskan dirinya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada aspek kognitif adalah kecenderungan individu yang melakukan pembelian. impulsif. berdasarkan. kurangnya. pertimbangkan,. pemikirkan dan perencanakan sebelumnya.Sedangkan aspek afektif adalah kecenderungan konsumen melakukan pembelian karena rasa senang, gembira, sulit untuk meninggalkan keinginan, sehingga individu merasa harus membeli produk tersebut. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelian Impulsif Ketika konsumen memutuskan untuk membeli suatu barang, ada banyak faktor yang mempengaruhi konsumen.Secara umum,.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. pembelian impulsif dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu, dimana faktor tersebut dapat berubah bila ada pengaruh dari faktor luar (eksternal) (Amirullah, 2002).Pada beberapa. penelitian. sebelumnya. mengungkapkan. bahwa. kepribadian dapat mempengaruhi pembelian impulsif seseorang (Karbasivar dan Yarahmadi, 2011; Verplanken dan Herabadi, 2001; Verplanken dan Sato, 2011;). Sifat kepribadian ini diduga dapat menunjukkan perilaku impulsif lebih dari sifatsifat yang lainnya serta mampu membantu seseorang untuk memutuskan tingkat kecenderungan pembelian impulsif (Rook dan Fisher, dalam Karbasivar dan Yarahmadi, 2011). Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan Shahjehan et.al (2012) mengenai hubungan antara kepribadian dengan perilaku pembelian impulsif dan kompulsif, hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara pembelian impulsif dengan kepribadian. Tidak. hanya. kepribadian,. Wood. (1998). dalam. penelitiannya menemukan bahwa pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh karakteristik personal yaitu usia. Wood (1998), menemukan bahwa pembelian impulsif meningkat pada.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. usia 18 hingga 39 tahun dan akan menurun setelah umur 39 tahun. Rawling, Boldero dan Wiseman (dalam Ghani, Imran dan Jan, 2011) menemukan orang-orang muda cenderung lebih impulsif dibandingkan mereka yang lebih tua. Penelitian yang dilakukan Lin dan Lin (2005) yang menggunakan subjek dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan hasil remaja dengan usia 19 tahun memiliki skor tertinggi dalam pembelian impulsif, skor tertinggi kedua pada usia 15 tahun dan selanjutnya 17 tahun. Selain usia, gender juga merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif. Lakilaki dan perempuan memiliki gaya berbelanja yang berbeda dimana gaya belanja tersebut dapat mempengaruhi pada kecenderungan pembelian impulsif mereka (Gasiorowska, 2011). Remaja putri cenderung lebih impulsif daripada remaja laki-laki karena remaja putri terbiasa untuk melakukan kegiatan pembelian yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Lin &Chuang, 2005). Penelitian. yang. dilakukan. Baumeister. (2002). menunujukan bahwa selain kepribadian, kontrol diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif. Pembelian impulsif terjadi karena seseorang kurang mampu melakukan pengendalian diri dengan baik (Baumeister, 2002)..

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19. Menurut Rodin (dalam Utami dan Sumaryono, 2008) kontrol diri adalah perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk mendapatkan akibat yang diharapkan dan menghindari akibat yang tidak diharapkan. Adanya kontrol diri mampu menjadikan seseorang yang mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dengan baik (Goldfried dan Merbaum dalam Utami dan Sumaryono, 2008). Selain kepribadian dan kontrol diri, mood konsumen juga dapat mempengaruhi pembelian impulsif seseorang. Seseorang yang memiliki mood yang positif biasanya lebih mudah tertarik, senang, bersemangat dan merasa bahagia saat melakukan pembelian secara impulsif (Verplanken dan Herabadi, 2001) daripada orang yang memiliki mood negatif ( Rook, 1987; Rook dan Gardner dalam Herabadi dkk, 2009). b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah perubahan-perubahan dari lingkungan luar yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu barang (Amirullah, 2002).Konformitas merupakan. salah. satu. faktor. eksternal. yang. dapat. mempengaruhi terbentuknya perilaku pembelian impulsif pada konsumen.Semakin. tinggi. konformitas. seseorang,. maka. semakin tinggi pula pembelian impulsif yang dilakukan.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20. begitupun sebaliknya (Sitohang, 2009; Marettha, 2013).Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astasari dan Sahrah (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingginya konformitas dengan terjadinya pembelian impulsif pada remaja putri di SMA Muhammadiyah III Yogyakarta. Konformitas terbentuk dalam pribadi remaja karena proses belajar dari lingkungannya agar dapat diterima oleh orang lain dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga segala hal yang dialami remaja seperti cara berpakaian, tingkah laku. sering. dipengaruhi. oleh. lingkungan. teman-teman. sebayanya (Ausubel dalam Astasari dan Sahrah, 2009). Lingkungan toko dapat mempengaruhi pembelian impulsif konsumen.Hal ini disebabkan karena stimulus yang diberikan oleh toko beragam seperti penampilan barang, dekorasi ruangan, warna yang menarik dan suara musik yang dihadirkan dalam sebuah toko (Verplanken dan Herabadi, 2001; Virvilate, Saladiene dan Zvinklyte, 2011).Verplanken dan Herabadi (2001) berpendapat bahwa tampilan dan penyajian produk serta penambahan latar belakang musik dalam sebuah toko dapat meningkatkan kenyamanan konsumen pada saat berbelanja yang mengarahkan konsumen pada perilaku impulsif.Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Kaur dan Singh (dalam Muruganantham dan.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21. Bhakat, 2003) yang menemukan bahwa stimulus eksternal seperti penambahan musik, bau dan aroma, serta rasa dari suatu produk dapat memunculkan perilaku pembelian impulsif pada konsumen. Menurut Amirullah (2002), faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah keluarga. Keluarga bertindak sebagai suatu unit ekonomi yaitu penerima dan pemberi uang dengan mengutamakan konsumsi anggota keluarga,. memutuskan. produk,. memilih. merk. yang. memuaskan, dan bagaimana produk mampu digunakan untuk mencapai tujuan dari setiap anggota keluarga (Amirullah, 2002). Keluarga adalah lingkungan terdekat dengan individu dan sangat mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku seseorang dalam mengkonsumsi barang tertentu dengan kata lain keluarga mempengaruhi. konsumen. dalam. mengambil. keputusan. pembelian (Sumarwan, 2002). Keluarga juga memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan anak sebagai seorang konsumen (Mangkunegara, 1988).Keluarga dapat mempengaruhi perilaku anak sebagai konsumen, termasuk perilaku pembelian impulsifnya. Hal ini dikuatkan dengan hasil peneltian dilakukan oleh Copeland (dalam Yang, Kim, Laroche dan Lee, 2014)tentang hubungan antaraimpulsifremajadan. interaksiorangtua,. mereka.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22. menemukan bahwaremajaimpulsifmembutuhkan lebih banyak arahan seperti masukan dari orang tua mereka. Hal ini menunjukkan impulsifdan. bahwaterdapat kurangnyabimbingan. hubunganantararemaja orangtua. (Yang,. Kim,. faktor-faktor. yang. dapat. Laroche dan Lee, 2014). Jadi. dapat. disimpulkan,. bahwa. mempengaruhi pembelian impulsif yaitu faktor internal yang terdiri dari kepribadian, usia, jenis kelamin, kontrol diri dan mood.Sedangkan faktor eksternal terdiri dari konformitas, lingkungan toko, dan keluarga. B. Komunikasi Keluarga 1. Definisi Komunikasi Komunikasi adalah memberitahukan, bercakap-cakap dan membicarakan sesuatu kepada orang lain serta melakukan tukar pikiran melalui percakapan dengan orang lain (Hardjana, 2003). Hal serupa diungkapkan pula oleh Kreitner dan Kinicki (2003) menyebutkan bahwa komunikasi sebagai pertukaran informasi antara pengirim dan penerima, dan saling memberi respon antara individu yang terlibat dalam komunikasi. Menurut Liliweri (1997), dalam komunikasi terjadi proses saling mempengaruhi yang ditunjukan dengan adanya frekuensi bertemu, jenis relasi dan interaksi-interaksi di antara individu serta adanya keterlibatan individu satu dengan induvidu lainnya. Rakhmat (2008) menambahkan definisi komunikasi sebagai proses penyampaian.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23. energy, gelombang suara, sistem atau organism yang bertujuan untuk memberikan informasi, menghibur dan mempengaruhi Berdasarkan beberapa definisi mengenai komunikasi, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah peristiwa sosial yang melibatkan penukaran informasi dengan cara bercakap-cakap, saling mempengaruhi, berinteraksi dengan orang lain yang ditunjukan dengan adanya frekuensi bertemu, jenis relasi dan kesamaan suatu kejadian dengan kejadian yang lain. 2. Definisi Komunikasi Keluarga Komunikasi. keluarga. adalah. proses. pengembangan. intersubjektivitas dengan menggunakan kode antara sekelompok orang yang menghasilkan ikatan yang kuat seperti kesetiaan, emosi, dan dikembangan dari waktu ke waktu oleh sekelompok orang yang berbagi ruang hidup yang sama (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Zeushner, 1992). Menurut Galvin, Bylund, dan Brommel (2004) komunikasi keluarga dapat dilihat sebagai proses berbagi dalam keluarga, dimana masing-masing anggota memiliki peran yang dikembangkan melalui diskusi, berdialog, dan bernegosiasi antar anggota keluarga. Menurut Rae Sedwig (dalam Febriytanti, Karimah, dan Aristi, 2012) , komunikasi keluarga adalah suatu proses yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan menciptakan suatu. pencitraan,. ungkapan. perasaan. dengan. maksud. untuk.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24. mengajarkan, mempengaruhi, dan memberikan suatu pengertian. Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk komunikasi antar personal. atau komunikasi langsung (face to. facecommunication) dimana tiap peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan (Febriytanti, Karimah, dan Aristi, 2014). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan komunikasi keluarga adalah proses pengembangan intersubjektivitas dengan menggunakan pengorganisasian kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan menciptakan pencitraan, ungkapan perasaan yang dilakukan secara face to face dan dikembangkan dari waktu ke waktu dengan tujuan mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan suatu pengertian untuk mewujudkan keharmonisan dalam keluarga. 3. Dimensi pada Pola Komunikasi Keluarga McLeod dan Chaffe pertama kali menemukan bahwa terdapat dua dimensi yang membentuk pola komunikasi keluarga.Kedua dimensi. tersebut. adalah. socio-orientation. dan. concept. orientation.(McLeod dan Chaffe dalam Noller dan Fitzpatrick, 1993; Osredkar Priscilla, 2012; Prasitthipab, 2008).Pada dekade berikutnya, Fitzpatrick dan Ritchie (1990) meneliti pola komunikasi keluarga dan memberi label ulang pada kedua dimensi yang dibuat oleh McLeod dan Chaffee.Fitzpatrick dan Ritchie (1990) menggunakan istilah conformity orientation sebagai socio orientation dan conversation.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25. orientation sebagai concept orientation.(Noller dan Fitzpatrick, 1993; Prasitthipab, 2008). Conformity orientation (orientasi kepatuhan)merupakan jenis komunikasi yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat dan membina hubungan sosial yang harmonis yang menyenangkan dirumah (Moschis, 1985).Orientasi kepatuhan ini merujuk pada pembentukan suasana yang menghasilkan kepercayaan yang homogen yang berkaitan dengan sikap nilai dan keyakinan yang ditandai dengan keseragaman empati (Korner dan Fitzpatrick, 2002).Interaksi pada orientasi kepatuhan menekankan pada kepatuhan terhadap orang tua, menghindari konflik dan saling bergantung dengan angggota keluarga (Korner dan Fitzpatrick, 2002).Keluarga dengan orientasi kepatuhan yang. tinggi. menciptakan. anggota. keluarga. yang. cenderung. memaksimalkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarganya sedangkan keluarga dengan orientasi kepatuhan yang rendah lebih senang mengembangkan dirinya dengan lingkungan diluar rumah dan lebih percaya bahwa kemandirian, nilai dan kepentingan merupakan urusan masing-masing individu (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Convesation orientation (orientasi percakapan) berfokus pada sejauh mana keluarga menciptakan iklim yang mampu mendorong seluruh anggota intuk berpartisipasi dan berinteraksi dalam membahas berbagai topik dalam keluarga (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Pada orientasi ini, seluruh anggota keluarga bebas, spontan dan sering.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26. berinteraksi satu sama lain, menghabiskan banyak waktu untuk saling berinteraksi membahas berbagai topik mengenai kegiatan yang dilakukan sehari-hari, pikiran dan perasaan (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Pada orientasi percakapan, tindakan atau kegiatan yang akan direncanakan oleh keluarga akan dibahas oleh seluruh anggota keluarga dan keputusan dibuat bersama-sama oleh seluruha anggota keluarga (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Pada orientasi percakapan, tindakan atau kegiatan yang akan direncanakan oleh keluarga akan dibahas oleh seluruh anggota keluarga dan keputusan dibuat bersama-sama oleh seluruha anggota keluarga. Keluarga dengan orientasi percakapan yang tinggi percaya bahwa komunikasi yang terbuka dan sering sangat penting untuk kehidupan keluarga yang menyenangkan, serta memiliki manfaat bagi remaja karena dapat mendidikan dan mengajarkan anak cara bersoalisasi (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga dengan orientasi percakapan yang rendah cenderung jarang melakukan interaksi, sedikit terjadi pertukaran pemikiran, perasaan dan kegiatan.Keluarga dengan orientasi percakapan yang rendah juga percaya bahwa komunikasi terbuka tidak diperlukan untuk mendidik anak dalam bersosialisasi (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua dimensi dalam pola komunikasi keluarga yaitu orientasi kepatuhanyang mementingkan kepatuhan terhadap orang tua dalam.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27. keluarga dan orientasi percakapan yang berfokus pada seberapa sering orang tua menghabiskan waktunya untuk bercakap-cakap dengan anakanaknya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan istilah dimensi pola komunikasi yang dibuat oleh Fitzpatrick dan Ritchie yaitu conformity. orientation (orientasi. kepatuhan). dan conversation. orientation (orientasi percakapan) 4. Tipe-tipe dalam Pola Komunikasi Keluarga Fitzpatrick dan Ritchie membagi tipe komunikasi keluarga berdasarkan dua dimensi yaitu orientasi kepatuhandan orientasi percakapan (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Carlson, Grossbart, and Walsh, 1990; Prasitthipab, 2008).Melalui dua orientasi tersebut Fitzpatrick dan Ritchie membagi tipe komunikasi keluarga menjadi 4 tipe yaitu : a. Komunikasi Keluarga Konsensual Tipe komunikasi ini memiliki orientasi akan kepatuhan dan orientasi percakapan yang tinggi. Keluarga dengan tipe komunikasi ini mampu mempertahankan hubungan yang harmonis dalam keluarga. dan. memiliki. kesepakatan. untuk. memiliki. pola. komunikasi yang terbuka dalam keluarga. Keluarga dengan tipe komunikasi ini sangat menyukai aktivitas mengobrol bersama akan tetapi orang tua tetap berfungsi sebagai pembuat keputusan. Orang tua. yang. menggunakan. komunikasi. ini. biasanya. mau. mendengarkan pendapat anaknya, akan tetapi keputusan tetap.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28. berada ditangan orang tua (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Carlson, Grossbart, and Walsh, 2014). b. Komunikasi Keluarga Pluralistic Tipe komunikasi ini memiliki orientasi percakapan yang tinggi namun orientasi pada kepatuhan rendah.Keluarga dengan tipe komunikasi ini sering melakukan banyak diskusi namun tidak banyak kesepakatan yang terjadi. Keluarga dengan tipe komunikasi ini menyukai percakapan yang terbuka akan tetapi keputusan dalam keluarga ditentukan sendiri oleh anggota keluarga. Orang tua dengan tipe komunikasi ini tidak memberikan kontrol berleih pada anaknya, setiap pendapat di nilai berdasarkan pada kebaikan. Pendapat yang terbaik merupakan pendapat yang akan disepakati oleh seluruh anggota dalam keluarga (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Carlson, Grossbart, and Walsh, 2014). c. Komunikasi Keluarga Protektif Tipe komunikasi ini memiliki orientasi percakapan yang rendah namun kepatuhan yang tinggi.Keluarga dengan tipe komunikasi ini menganut nilai ketaan yang tinggi.Anak-anak harus mentaati dan tunduk pada orang tua mereka. Otoritas yang tinggi dalam keluarga cenderung membuat anak-anak jenis keluarga ini mudah dipengaruhi dan dibujuk dan dipengaruhi oleh orang lain di luar keluarga dengan mudah (Fitzpatrick dalam Prasitthipab, 2008). Orang tua dengan tipe komunikasi ini tidak memiliki alasan.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29. penting mengapa mereka harus menghabiskan banyak waktu untuk berbicara dan mengobrol (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Carlson, Grossbart, and Walsh, 2014). d. Komunikasi Keluarga Laissez-faire Tipe komunikasi ini memiliki orientasi percakapan yang rendah dan orientasi kepatuhan yang rendah. Keluarga dengan tipe komunikasi ini menjaga privasi di antara sesama anggota keluarga sehingga frekuensi untuk melakukan percakapan sama sekali tidak ada dan pengambilan keputusan dapat bebas dilakukan sendiri baik pada orang tua maupun anak. Anggota keluarga dengan tipe komunikasi ini tidak terlalu peduli dengan apa yang dikerjakan oleh anggota keluarga lainnya dan tidak ingin membuang waktu untuk melakukan pembicaraan. Kurangnya interaksi yang terjadi dalam keluarga, anak-anak cenderung untuk dipengaruhi oleh kelompok-kelompok social di luar keluarganya (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Carlson, Grossbart, and Walsh, 2014; Koerner danFitzpatrick,. 2002;. Prasitthipab, 2008).. McLeoddanChaffee,. 1972. dalam.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30. Tabel 1. Skema Dimensi Tipe Komunikasi Keluarga Orientasi Percakapan Rendah. Tinggi. Rendah. Laissez-faire. Pluralistik. Tinggi. Protektif. Konsensual. Orientasi Kepatuhan. Dapat disimpulkan tipe komunikasi terdiri dari empat jenis yaitu komunikasi keluarga konsensual, pluralistic, protektif dan Laissezfaire. Tipe komunikasi ini ditentukan berdasarkan dua dimensi yaitu orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan. 5. Dampak Komunikasi Keluarga Komunikasi dalam keluarga merupakan hal yang penting, khususnya antara orang tua dan anak (Gunawan, 2013).Kualitas komunikasi yang buruk berdampak bagi keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga (Gunawan, 2013).Selain itu, kurangnya komunikasi yang terjadi di dalam keluarga dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyimpangan perilaku pada remaja (Gunawan, 2013).Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2009) yang.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31. menunjukan hasil bahwa kurangnya komunikasi dalam keluarga dapat menimbulkan penyimpangan pada perilaku remaja (Cahyo, 2009). Komunikasi keluarga yang dilakukan dengan baik dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Proses komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anaknya akan membentuk kepribadian dengan menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Melalui keluarga anak belajar menanggapi, mengenal diri, dan sekaligus mengelola emosi (Setyowati, 2005).Hal yang dilakukan orangtua pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai aspek psikologis anak-anak, yang lambat laun akan mempengaruhi kepribadiannya (Setyowati, 2005). Anggota keluarga terdiri dari sekelompok rekan-rekan yang memiliki ikatan emosional dan komitmen satu sama lain, melalui anggota keluarga terjadi interaksi yang saling terikat dan bergantung untuk keseimbangan (Galvin danBrommel, 1999;Yingling, 1995 dalam Prasitthipab, 2008).Komunikasi yang efektif dalam sebuah keluarga merupakan hal yang penting bagi seluruh anggota keluarga untuk berhasil dalam menghadapi perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut. Bila komunikasi orangtua dan anak lemah, maka anak akan mengembangkan. lingkungan. yang. negatif. dirumah. (Koerner. danFitzpatrick, 2002; Fitzpatrick, dalam Prasitthipab, 2008). Pada pola komunikasi keluarga terdapat dua dimensi yaitu orientasi kepatuhan dan orientasi percakapan.Kedua dimensi ini.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32. masing-masing juga memiliki dampak bagi para remaja.Keluarga yang memiliki dimensi kepatuhan yang tinggi akan memiliki kontrol diri yang baik karena terdapat otoritas dari orang tua. Menurut Grolnick, et al. (dalam Smith, 2008), kontrol orangtua lebih ditunjukkan ketika orang tua menekan anak-anak mereka dengan upaya memecahkan masalah anak-anak mereka yang mana dapat ditemukan pada keluarga yang memiliki orientasi kepatuhan yang tinggi. Remaja dengan orientasi kepatuhan yang tinggi juga akan memiliki relasi yang baik dan mampu menghindari konflik (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Hal ini dikarenakan dalam keluarga anak dibiasakan untuk tidak adu argument dengan orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua (Korner dan Fitzpatrick, 2002).Apabila orientasi kepatuhan dalam keluarga rendah dapat menyebabkan anak memiliki kontrol diri yang lemah, cenderung berpikir bebas dan kurang mampu menjaga relasi.Hal ini dikarenakan anak lebih nyaman berada di lingkungan luar rumah, selain itu anak percaya bahwa pertumbuhan masingmasing. individu. penting. untuk. dilakukan. meskipun. dapat. menyebabkan kerusakan dan kerapuhan pada keluarga (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga yang memiliki orientasi percakapan yang tinggi sering menghabiskan sebagian waktu untuk berdiskusi satu sama lain untuk mencapai sebuah keputusan (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Anak-anak cenderung di dorong untuk berkomunikasi secara terbuka,.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33. bertukar ide dan menikmati berbagai nilai-nilai sehingga nantinya akan terbentuk remaja yang terbuka dengan pendapat dan mampu menciptakan hubungan yang harmonis (Korner dan Fitzpatrick dalam Prasitthipab, 2008). Berbeda dengan keluarga yang memiliki orientasi percakapan yang rendah, keluarga sangat jarang bahkan tidak pernah meluangkan waktunya untuk berdiskusi (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga dengan orientasi tersebut sangat memungkinan membentuk remaja yang sangat mudah terkena bujukan atau rayuan dari orang lain diluar keluarganya dan sangat rentan dengan terjadinya miss komunikasi. Hal ini dikarenakan dalam keluarga tidak dibiasakan untuk berinteraksi dalam keluarga yang menyebabkan anak tidak mampu untuk mempertahankan arugmennya sehingga anak cenderung mudah dipengaruhi oleh kelompok sosial di luar keluarga (Koerner dan Fitzpatrick, 2002). Tidak hanya itu, karena dalam keluarga anak dan orang. tua. tidak. memahami. obyek. dari. komunikasi. sangat. memungkinkan sekali terjadi miss komunikasi dalam keluarga. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak dari komunikasi bila memiliki kualitas yang buruk dapat menimbulkan perilaku penyimpangan sosial pada remaja, sedangkan komunikasi yang baik dapat membentuk kepribadian anak yang baik dan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis..

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. C. Remaja 1. Definisi Remaja Masa remaja adalah satu tahap transisi dari perkembangan masa anak-anak menuju masa dewasa (Santrock, 2012). Di Negaranegara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang memiliki arti tumbuh menjadi dewasa atau berkembang menjadi dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan fisik, kognitif dan sosial (Desmita, 2007; Gunarsa dan Gunarsa, 2009). Remaja memiliki arti yang lebih luas yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik (Hurlock dalam Gunarsa dan Gunarsa, 2009). Menurut WHO, remaja adalah masa dimana individu berkembang mulai dari tanda-tanda seksual yang matang, perkembangan psikologi dari anakanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan menuju orang yang lebih mandiri (Neidhart dalam Gunarsa dan Gunarsa, 2009; WHO dalam Sarwono, 2008). WHO dan Erickson (dalam Sarwono, 2008) mengkategorikan usia remaja berkisar 10 tahun sampai 20 tahun. WHO membagi kurun usia tersebut kedalam 2 bagian yaitu 10-14 tahun remaja awal dan 1520 tahun remaja akhir. Berbeda dengan Santrock, kategori usia remaja menurut Santrock mulai dari usia 10 tahun sampai 21 tahun dan membagi masa remaja menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dari usia 10-13 tahun dan masa remaja akhir dari 18-21 tahun. Di Indonesia.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35. sendiri batasan usia remaja secara umum berada pada rentang usia 1524 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang mencakup perubahan perkembangan fisik, kognitif dan sosial-emosi. Masa remaja diawali dari usia 11 tahun sampai 21 tahun yang dibagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. 2. Aspek-aspek Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik Permulaan masa remaja, diawali dengan perubahanperubahan fisik yang disebut pubertas. Pada remaja, perubahan fisik yang dialami seperti penambahan berat badan, tinggi badan, kematangan seksual seperti tumbuh buku halus pada bagian tubuh, tumbuh payudara pada remaja putri dan penambahan ukuran penis pada laki-laki, menstruasi pada remaja putri serta peningkatan kelenjar minyak pada kulit yang menimbulkan jerawat (Santrock, 2003; Sarwono, 2008). Pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja menyebabkan remaja mengalami kecanggungan dalam dirinya. Remaja perlu penyesuaian. terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. (Sarwono, 2008). Selain itu, remaja memandang keadaan fisik sebagai suatu hal yang penting.Keadaan fisik yang tidak sesuai dengan harapan remaja dapat menimbulkan rasa tidak puas dan.

Gambar

Tabel 35. Jumlah Subjek Pada Tipe Pola Komunikasi Keluarga.......................... 86  Tabel 36
Gambar 1. Uji Normalitas Kecenderungan Pembelian Impulsif .......................... 72  Gambar 2
Tabel 1. Skema Dimensi Tipe Komunikasi Keluarga
Tabel 2.Blue Print Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa nilai r adalah -0,280 dan P sebesar 0,005 yang berarti ada hubungan negatif antara persepsi tentang boutique layout dengan keputusan

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Diperiksa oleh : Garis tengah

[r]

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi kerja antara guru SLB (Sekolah Luar Biasa) yang tersertifikasi dengan yang

kategori cukup, sebagian besar lansia membersihkan kuku kaki dan tangan kategori cukup, sebagian besar lansia membersihkan rambut kategori baik, hampir seluruh

adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan

[r]

Sesaat sebelum intubasi pada kelompok A disemprotkan xylocain spray 10 % , 5 semprotan pada ETT mulai ujung distal sampai dengan kurang lebih 10 cm dari ujung ETT... dan 5