BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini dapat ditulis sebagai sistem C6 -C3-C6 ( Manitto, 1981) .
Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang paling banyak yang ditemukan dalam kingdom plantae (Harbone, 1993). Flavonoid diturunkan dari bahasa latin yaitu flavus yang berarti kuning dan flavonoid diketahui sebagai pigmen tumbuhan dan memberikan warna pada kulit batang, daun-daun, bunga-bunga, dan biji dari tumbuhan (Bhat, 2005).
Flavonoid paling tinggi konsentrasinya terdapat didalam epidermis daun dan di dalam kulit buah-buahan dan memiliki kepentingan serta memiliki banyak peran sebagai metabolit sekunder. Senyawa flavonoid juga berperan memberikan banyak warna dialam bahkan flavonoid yang tidak berwarna mengabsorb cahaya pada spektrum UV (karena banyak gugus kromofor) dan warna ini menarik perhatian serangga dan berperan sebagai agen polinasi.
Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa makanan secara signifikan; misalnya beberapa tanaman memiliki rasa pahit dan kesat seperti glikosida flavanon naringin. Senyawa flavonoid sangat bermanfaat dalam makanan karena, berupa senyawa fenolik dan bersifat antioksidan kuat. flavonoid memiliki kemampuan untuk menghilangkan dan secara efektif ‘menyapu’ spesies pengoksidasi. Oleh karena itu makanan yang kaya akan flavonoid dianggap penting untuk mengobati penyakit-penyakit seperti kanker dan penyakit jantung (Heinrich et al, 2010).
Flavonoid secara luas terdistribusi di alam dan pada umumnya pada tumbuhan tingkat tinggi termasuk famili Leguminoseae, Rutaceae, Primulaceae, Polygonaceae, Salicaceae, Pinaceae, Asteraceae, Lamiaceae, Bignoniaceae,
Moraceae, Betulaceae, Rubiaceae, Myrtaceae dan Rosaceae (Bhat, 2005) . Famili
Rosaceae terdiri sekitar 100 genus dan 2000 spesies dimana genus Rosa terdiri dari 250 spesies dan bunga Mawar dikenal sebagai kembang ros (sunda), rose flower (inggris), yue ji hua (cina) (Hariana, 2005) merupakan family rosaceae (Nuraini, 2014) tidak hanya menyimpan keindahan warna warni tetapi juga menyimpan khasiat obat bagi kecantikan dan kesehatan tubuh (Khaerani, 2014).
Kelopak bunga mawar mengandung flavonoid sebagai antioksidan , zinc, tannin, astringent, Vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin B dan vitamin D (Khaerani, 2014). Bunga Mawar dalam buku Tumbuhan Obat & Khasiatnya
bahan kimia yang terkandung dalamnya yaitu sitral, sitronerol, geraniol, linalool, nerol, eugenol, feniletil alkohol, farnesol.
Bunga dan akar dalam kondisi kering serta daun dalam kondisi segar dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti batuk darah dan campak (Hariana, 2005). Tanaman yang memerlukan banyak air ini (Hasim, 1995) juga dapat digunakan untuk anti kejang, mengatasi rambut rontok, rontok dan mengobati gigitan serangga. Sedangkan bunga Mawar Putih (Rosa alba) dapat digunakan sebagai antiradang, anti kejang, penyegar dan tonikum (Nuraini, 2014).
Lee, H.J., et al (2011) dalam jurnal Anthocyanin Compositions and Biological Activities from the Red Petals of Korean Edible Rose (Rosa hybrida cv. Noblered ) melaporkan dalam 50 µg/ mL ekstrak metanol asam mahkota mawar merah menunjukkan adanya aktivitas antosianin sebagai antioksidan, antikanker, dan antialergi.
Dobreva dalam jurnal The flavonoid content in the white oil–bearing rose (Rosa alba L.) melaporkan bahwa dalam mahkota Rosa alba L terdapat flavonoid sebanyak 13 mg/g bunga mawar ( Dobreva, 2011).
Lubis (2015) juga telah melakukan isolasi senyawa flavonoida dari ekstrak metanol bunga tumbuhan Mawar Putih ( Rosa hybrida L.) dan menyimpulkan bahwa terkandung flavonoid yaitu golongan flavonol dalam
mahkota bunga tumbuhan Mawar Putih ( Rosa hybrida L.) melalui hasil identifikasi spektrofotometer UV-Visibel, Infra Merah (FT-IR), Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton ( 1H-NMR).
Dari uji pendahuluan yang peneliti lakukan yaitu dengan uji Polifenol dan flavonoida dengan pereaksi FeCl3 % menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan etil asetat daun tumbuhan ini positif mengandung senyawa flavonoida. Kemudian beberapa literatur diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap daun tumbuhan Mawar Putih, untuk membandingkan golongan flavonoid yang terkandung didalam daun Mawar Putih dan mahkotanya serta membandingkan golongan flavonoid dari daun tumbuhan Mawar Putih terhadap Mawar Merah.
1.2Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah senyawa flavonoida golongan apakah yang terkandung dalam daun tumbuhan mawar putih.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari daun tumbuhan Mawar Putih.
1.4Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada bidang Kimia Bahan Alam Hayati khususnya tentang senyawa flavonoida yang terkandung dalam daun tumbuhan Mawar Putih.
1.5Lokasi Penelitian
1.5.1 Tempat Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan diperoleh dari daerah Berastagi, kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara.
1.5.2 Tempat Melakukan Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
1.5.3 Lokasi Identifikasi Senyawa
Identifikasi senyawa hasil isolasi yang meliputi analisa spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer FT-IR, spektroskopi 1H-NMR dilakukan di LIPI, komplek PUSPITEK, Serpong, Tangerang..
1.6Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap daun tumbuhan Mawar Putih berupa serbuk halus yang kering sebanyak 1080 gram. Tahap awal dilakukan uji polifenol dan flavonoida untuk senyawa flavonoida yaitu dengan merendam daun tumbuhan Mawar Putih menggunakan pelarut etil asetat dan metanol dengan menggunakan pereaksi FeCl3 5%. Tahap isolasi yang dilakukan adalah ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol kemudian dilakukan pemisahan tanin dengan menggunakan pelarut etil asetat. Ekstrak bebas tanin yang telah dilarutkan dengan metanol diekstraksi partisi menggunakan pelarut n-heksana dan dilakukan hidrolisis (pemutusan gula) menggunakan HCl 2N. Selanjutnya dianalisa Kromatografi Lapis Tipis dan dilakukan pemisahan dengan Kromatografi Kolom yang menghasilkan fraksi flavonoid. Fraksi Flavonoid dianalisa kembali dengan Kromatografi Lapis Tipis dan dilakukan analisis Kromatografi Lapis Tipis Preparatif sehingga menghasilkan senyawa flavonoid yang murni yang selanjutnya dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis dan menggunakan Spektroskopi FT-IR, 1H-NMR, dan UV-Visible