• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga T1 202009078 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga T1 202009078 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri dikat akan sebagai pandangan sikap seseorang t erhadap dirinya sendiri. Konsep diri seseorang erat hubunganya dengan gam baran dirinya, cit ra dirinya, penerim aan dan harga dirinya, penilaian dan karya dirinya.

Brooks dalam Rahm at (2000) m enjelaskan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan mengenai diri sendiri. Presepsi m engenai diri sendiri dapat bersifat psikis, sosial, dan fisik. Konsep diri dapat berkem bang m enjadi konsep diri posit if dan negat if.

Konsep diri m enurut Daryant o dan Tasrial (2012) adalah bahw a ia m akhluk hidup yang bergant ung pada orang lain, set elah m enjadi dew asa sem akin sadar at as kem am puanya m engambil sikap sendiri. Kem udian dari pengalam an m enunjukkan bahw a ia sudah m am pu m engem bangkan dirinya. Bila keadaan ini t erjadi pada seseorang, m aka dapat dikat akan bahw a orang it u t elah m em asuki alam dew asa. Jenjang kedew asaan t elah t erjadi perubahan kejiw aan, dari sikap yang t adinya t ergant ung pada orang lain m enjadi sikap yang lebih m andiri. Kem andirian it ulah proses belajar mengajar bagi orang dew asa lebih dit it ikberat kan pada upaya m enggali pengalam an dan m engadakan akt ivit as berdasarkan pengalam an.

Brehm dan Kassin dalam Dayaksini dan Hudainah (2003) adalah keyakinan yang dimiliki individu t ent ang at ribut (ciri-ciri sifat ) yang dim ilikinya, sedangkan Chaplin dalam kam us 2002, bahw a self concept diart ikan sebagai evaluasi individu m engenai diri sendiri, penilaian at au penaksiran m engenail diri sendiri oleh individu yang bersangkut an. M enurut Hurlock (1999) m em berikan pengert ian konsep diri adalah gam baran yang dimiliki orang t ent ang dirinya. Konsep diri ini m erupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang t ent ang diri m ereka sendiri-karakt eristik fisik, psikologis, sosial, aspirasi dan prest asi. Sem ua konsep diri mencakup cit ra fisik dan psikologis diri.

(2)

b. Faktor-faktor yang M empengaruhi Konsep Diri Sisw a

Konsep diri bukan m erupakan fakt or yang dibaw a sejak lahir, m elainkan fakt or yang dipelajari dan t erbent uk dari pengalam an individu dalam berhubungan dengan individu lain. Int eraksi yang dilakukan menim bulkan set iap individu akan m enerima t anggapan dan t anggapan yang diberikan t ersebut akan dijadikan cerm in bagi individu unt uk m elihat dan m em andang dirinya sendiri. Konsep diri berasal dan berakar dari pengalam an m asa kanak-kanak dan berkem bang t erut am a sebagai akibat hubungan kit a dengan orang lain dan orang lain m em perlakukan kit a, kit a m enangkap pant ulan t ent ang diri kit a dan m em bent uk gagasan dalam diri kit a sepert i apakah kit a ini sebagai pribadi.

Orang yang paling berpengaruh dengan pem bent ukan konsep diri yait u orang-orang yang paling dekat dengan diri individu yait u significant ot her, misalnya orang t ua, saudara kandung, anggot a keluarga lainnya, guru, m asyarakat sekit arnya, sahabat , t em an sekelas, dan sebagainya. Dewey & Hum ber menam ainya dengan affect ive ot hers, yait u orang lain yang dengannya individu mem punyai ikat an em osional (Sobur 2003). Hal ini didukung oleh pendapat Ryt konen (2007) yang m enyat akan bahw a konsep diri sisw a sangat dipengaruhi oleh persepsi dan t ingkah laku orang t ua m ereka.

c. Klasifikasi dan Penjabaran Konsep Diri

Beberapa ahli m em bagi konsep diri menjadi beberapa bagian. M enurut Gunaw an (2003), konsep diri t erdiri at as 3 kom ponen, yait u:

1). Diri Ideal (Self Ideal)

Diri ideal m erupakan gabungan dari sem ua kualit as dan ciri kepribadian yang sangat dikagum i. Diri ideal merupakan gam baran dari sosok seseorang yang sangat diinginkan unt uk m enjadi sepert i orang it u. Dalam kont eks pendidikan, diri ideal m erupakan hal yang dit et apkan orang t ua bagi anak m ereka unt uk dicapai, m isalnya m endapat kan nilai sem purna (100/ A) dalam set iap ujian.

2). Citra Diri (Self Image)

Cit ra diri adalah cara seseorang m elihat dirinya sendiri dan berpikir m engenai dirinya sekarang/ saat ini. Cit ra diri sering juga disebut sebagai “ cermin diri” . Seseorang akan senant iasa m elihat cerm in diri ini unt uk m enget ahui bagaim ana ia harus bert indak at au berlaku pada suat u keadaan t ert ent u. Ia akan selalu bert indak dan bersikap sesuai dengan gam bar yang m uncul pada cerm in dirinya.

(3)

Harga diri m erupakan kom ponen yang bersifat em osional dan m erupakan kom ponen yang paling pent ing dalam m enent ukan sikap dan kepribadian kit a. Harga diri m erupakan kunci unt uk m encapai keberhasilan hidup.

d. Indikator Konsep Diri

M enurut Brooks (dalam Rahkm at , 2005) bahw a dalam m enilai dirinya seseorang ada yang m enilai posit if dan ada yang m enilai negat if. M aksudnya individu t ersebut ada yang m em punyai konsep diri yang posit if dan ada yang m em punyai konsep diri yang negat if.

Tanda-t anda individu yang m em iliki konsep diri yang posit if adalah yakin akan kem am puan dalam m engat asi masalah, merasa set ara dengan orang lain, m enerim a pujian t anpa rasa m alu, m enyadari bahw a set iap orang m em punyai berbagai perasaan dan keinginan sert a perilaku yang t idak seharusnya diset ujui oleh m asyarakat , m am pu m em perbaiki sert a sanggup m engungkapkan aspek-aspek kepribadian t idak disenangi dan berusaha m engubahnya.

Orang yang m em punyai kem am puan unt uk m engat asi m asalah m em punyai rasa percaya diri sehingga m erasa m am pu dan yakin unt uk m engat asi masalah yang dihadapi, t idak lari dari m asalah, dan percaya bahw a set iap m asalah past i ada jalan keluarnya. Orang yang m erasa set ara dengan orang orang lain selalu m erendah diri, t idak som bong, m encela at au m erem ehkan siapapun, selalu m enghargai orang lain.

Orang yang m enerim a pujian t anpa rasa m alu dan t anpa m enghilangkan rasa merendah diri, m aka m eskipun ia m enerim a pujian ia t idak m em banggakan dirinya apalagi m erem ehkan orang lain. Begit u pula orang yang peka t erhadap perasaan orang lain akan m enghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di set ujui oleh m asyarakat . Orang yang m am pu m engungkapkan aspek-aspek kepribadian m aka ia m am pu m engint rospeksi dirinya sendiri sebelum m enginst rospeksi orang lain, dan m am pu unt uk m engubahnya m enjadi lebih baik agar dit erim a di lingkungannya. Berbeda individu yang m em iliki konsep diri negat if ada 5 hal yait u peka t erhadap krit ik, responsif sekali t erhadap pujian, cenderung bersikap hiperkrit is, cenderung m erasa t idak disenangi oleh orang lain, bersikap psim is t erhadap kom pet isi.

(4)

Orang yang responsif t erhadap pujian, w alaupun ia m ungkin berpura-pura m enghindari pujian, ia t idak dapat m enyem bunyikan ant usiasm enya pada w akt u m enerim a pujian. Bersam aan dengan kesenangannya t erhadap pujian, m erekapun akan selalu mengeluh, m encela at au m erem ehkan apapun dan siapapun. M ereka t idak pandai dan t idak sanggup m engungkapkan penghargaan at au pengakuan pada kelebihan orang lain.

Selanjut nya orang yang m erasa t idak disenangi oleh orang lain m aka ia merasa t idak diperhat ikan, karena it ulah ia bereaksi pada orang lain sebagai m usuh, sehingga t idak dapat m elahirkan kehangat an dan keakraban persahabat an, berart i individu t ersebut m erasa rendah diri at au bahkan berperilaku yang tidak disenangi, cont ohnya m em benci, m encela at au bahkan yang m elibat kan fisik yait u m engajak berkelahi (berm usuhan). Begit u pula orang yang bersikap pesimis, ia m enjadi enggan unt uk bersaing dengan orang lain dalam m em buat prest asi. Ia akan menganggap t idak akan berdaya m elaw an persaingan yang m erugikan dirinya.

e. Dimensi Konsep Diri

Konsep diri mem iliki dua dim esi pokok m enurut William H. Fit t s (dalam Agustiani, 2006), yait u pert am a dim ensi Int ernal yang t erdiri dari diri ident it as (ident it y self), diri Pelaku (behavioral self) dan diri penerim a/ penilai (judging self). Kedua dim ensi ekst ernal yang m eliput i diri fisik (psysical self), diri et ik-m oral (moral-et hical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga (family self), dan diri sosial (social self).

Dim ensi int ernal at au yang disebut juga kerangka acuan int ernal (int ernal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu t erhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Diri ident it as (ident it y self) m erupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan m engacu pada pert anyaan, “ siapakah saya?” Dalam pert anyaan t ersebut t ercakup label-label dan sim bol-sim bol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkut an unt uk m enggam barkan dirinya dan m em bangun ident it asnya, misalnya “ Saya It a” , kem udian dengan bert am bahnya usia dan int eraksi dengan lingkungannya, penget ahuan t ent ang dirinya juga bert am bah, sehingga ia dapat m elengkapi ket erangan t ent ang dirinya dengan hal-hal yang lebih kom pleks, seperti “ Saya pint ar t et api saya t erlalu gem uk” dan sebagaianya.

(5)

adanya keserasian ant ara diri ident it as dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerim a, baik diri sebagai ident it as m aupun diri sebagai pelaku.

Dim ensi int ernal yang t erakhir adalah diri penerim a/ penilai (judging self). Diri penilai berfungsi sebagai pengam at , penent u st andar, dan evaluat or. Kedudukannya adalah sebagai perant ara (m ediat or) ant ara diri ident it as dan diri pelaku. M anusia cenderung m em berikan penilaian t erhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena it u, lebel-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah sem at a-m at a a-m enggaa-m barkan dirinya, t et api juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjut nya, penilaian ini lebih berperan dalam m enent ukan t indakan yang akan dit am pilkannya.

Diri penilai m enent ukan kepuasan seseorang akan diriya at au seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Keput usan diri yang rendah akan m enim bulkan harga diri (self est eem ) yang rendah pula dan akan m engem bangkan ketidakpercayaan yang m endasar pada dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang m emiliki kepuasan diri yang t inggi, kesadaran dirinya lebih realist is, sehingga lebih m em ungkinkan individu yang bersangkut an unt uk m elupakan keadaan dirinya dan m em fokuskan energi sert a perhatiannya ke luar dirinya dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konst rukt if. Diri sebagai penilai erat kait annya dengan harga diri (self est eem), karena sesungguhnya kecenderungan evaluasi diri ini t idak saja hanya m erupakan kom ponen ut am a dari persepsi diri, m elainkan juga m erupakan kom ponen ut am a pem bent ukan harga diri.

Penghargaan diri pada dasarnya didapat dari 2 (dua) sum ber ut am a, yait u (1) dari diri sendiri dan (2) dari orang lain. Penghargaan diperoleh bila individu berhasil m encapai t ujuan-t ujuan dari nilai-nilai t ert ent u, t ujuan, nilai dan st andar ini dapat berasal dari int ernal, ekst ernal m aupun keduanya.

(6)

Dim ensi yang kedua adalah dimensi Ekst ernal. Dim ensi ekst ernal ini, individu m enilai dirinya m elalui hubungan dan akt ivit as sosialnya, nilai-nilai yang dianut nya, sert a hal-hal lain di luar dirinya. Dim ensi ini m erupakan suat u hal yang luas, m isalnya diri yang berkait an dengan sekolah, organisasi, agam a dan sebagainya. Nam un, dim ensi yang dikem ukakan oleh Fit t s adalah dimensi ekst ernal yang bersifat um um bagi sem ua orang.

Diri fisik (psysical self) m enyangkut persepsi seseorang t erhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini t erlihat persepsi seseorang m engenai kesehat an dirinya, penam pilan dirinya (cant ik, jelek, m enarik, t idak m enarik) dan keadaan t ubuhnya (t inggi, pendek, gem uk, kurus).

Diri et ik-m oral (moral-et hical self) m erupakan persepsi seseorang t erhadap dirinya dilihat dari st andar pert im bangan nilai m oral dan et ika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang m engenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagam aannya dan nilai-nilai m oral yang dipegangnya, yang m eliput i bat asan baik dan buruk.

Diri pribadi (personal self) m erupakan perasaan at au persepsi seseorang t ent ang keadaan pribadinya. Hal ini t idak dipengaruhi oleh kondisi fisik at au hubungan dengan orang lain, t et api dipengaruhi oleh sejauh m ana individu m erasa puas t erhadap pribadinya at au sejauh m ana ia m erasa dirinya sebagai pribadi yang t epat .

Diri keluarga (family self) menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggot a keluarga. Bagian ini m enunjukkan seberapa jauh seseorang m erasa adekuat t erhadap dirinya sebagai anggot a keluarga, sert a t erhadap peran m aupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggot a dari suat u keluarga. Dan yang t erakhir adalah Diri Sosial (social self) bagian ini m erupakan penilaian t erhadap int eraksi dirinya dengan orang lain m aupun lingkungan di sekit ar.

(7)

f. Konsep Diri dan Pembelajaran M atematika

M enurut Gelm an dalam Handayani (2004), pelajaran m at em at ika m erupakan pelajaran yang pot ensial m em berikan pengalam an salah dan gagal cukup besar pada anak. Hal ini didukung oleh pendapat (Gunaw an, 2007) yang m enyat akan bahw a m at a pelajaran yang m em pengaruhi konsep diri sisw a adalah bahasa dan m at em at ika. Bahasa adalah sarana at au m edia unt uk orang dapat m em ahami m at eri yang lain karena m at eri t erm asuk m at a pelajaran disajikan dengan m enggunakan bahasa. Anak yang kesulit an dalam m em ahami bahasa m aka m ereka juga m engalami kesulit an dalam m em ahami m at a pelajarann lainnya. M at em at ika adalah cara ut am a unt uk m em aham i dan m engem bangkan logika, yang m erupakan cara m em ecahkan m asalah sehari-hari. M asyarakat seringkali beranggapan bahw a anak yang t idak bisa m at em at ika dianggap dan dicap sebagai anak yang bodoh. Julukan yang diberikan ini akan m asuk dan m eresap dalam diri anak t ersebut dan akan m em pengaruhi perkem bangan kepribadian anak t ersebut . Akibat nya, anak t akut unt uk bert anya, m engungkapkan pendapat , m encoba unt uk kreat if dan inovat if, sert a konsep diri yang t erbent uk akan bersifat negatif. Jika konsep diri yang t erbent uk bersifat negat if m aka perilaku yang m uncul akan cenderung negat if dan produkt ivit asnya akan menurun. Begit u juga dalam belajar m at em at ika.

Belajar mat em at ika m em but uhkan t iga m acam kem am puan yait u kem am puan prosedural, konsept ual, dan pem anfaat an. Kem am puan prosedural m elalui serangkaian urut -urut an t indakan. Kem am puan konsept ual m eliput i pem aham an t erhadap prinsip-prinsip yang mendasari urut-urut an t indakan t ersebut . Kem am puan pem anfaat an adalah m enget ahui keadaan yang t epat unt uk m engam bil t indakan. Jadi, ket iga kem am puan t ersebut meliput i penget ahuan bagaim ana m em ecahkan m asalah, m engapa dipecahkan dengan cara it u, dan kapan m et ode pem ecahan m asalah t ersebut seharusnya digunakan. Kem am puan prosedural, konsept ual, dan pem anfaat an bukan proses yang sederhana karena m elibat kan kem am puan penggunaan sim bol, abst raksi, hipot esis, dan analisis.

(8)

belajar, dan m em ecahkan m asalah akan menjadi dasar yang baik bagi perkem bangan anak selanjut nya. Pengalam an t ersebut bisa berupa penghargaan pada kem auan dan usaha anak, m enghargai keunikan anak, m em andang anak sebagai sosok individu yang posit if dan m am pu berkem bang, sert a pendam pingan yang m endorong anak unt uk m engalam i kemajuan dan m am pu mem ecahkan m at em at ika dengan bant uan benda-benda kongkret . Pencipt aan suasana yang sehat ini m erupakan upaya pem berian penguat an posit if bagi perkem bangan konsep diri anak yang sehat (Handayani, 2004).

Orang dengan konsep diri posit if mengenal dirinya dengan baik sekali. Tidak sepert i konsep diri yang t erlalu kaku at au t erlalu longgar, konsep diri yang post if bersifat st abil dan bervariasi. Konsep ini berisi berbagai ” kot ak kepribadian” , sehingga orang dapat m enyim pan inform asi t ent ang dirinya sendiri, inform asi posit if m aupun negat if. Jadi, dengan konsep diri posit if, seseorang dapat m em aham i dan m enerim a sejum lah fakt a yang sangat bervariasi t ent ang dirinya sendiri.

M enurut Handayani (2004), pem bent ukan sekaligus penguat an bagi konsep diri posit if t erhadap kem am puan diri t erhadap pelajaran m at em at ika bisa dilakukan dengan cara:

1). M em berikan suat u t ant angan yait u mem berikan perm asalahan yang cukup sulit t et api past i bisa dikerjakan oleh sisw a

2). M endorong anak unt uk t erus m enerus m encoba m em ecahkan soal-soal m at emat ika t anpa dihant ui oleh perasaan cem as karena m elakukan kesalahan

3). M enghargai dan m em percayai sisw a sert a m enghindari t anggapan-t anggapan yang bersifaanggapan-t m erusak harga diri seranggapan-t a meneranggapan-t aw akan, m engolok-olok, m encela dan sebagainya

4). M em berikan kehangat an pada sisw a berupa pengert ian, pem aham an, sikap bersahabat , t oleransi yang t inggi t erhadap sisw a, sert a penerim aan. Kehangat an guru sangat berkait an dengan prest asi, perbendaharaan kat a dan arit m at ika

5). M em berikan pelajaran sesuai dengan t ingkat perkem bangan kognit if anak

6). M enghindari berbagai bent uk hukum an baik secara fisik m aupun verbal.

(9)

kebiasaan dan sikap posit if, guru sensit if t erhadap kebut uhan sisw a dan guru sendiri m am pu m em berikan cont oh sikap posit if, sensit if t erhadap perasaan orang lain, m em punyai t oleransi, dapat dipercaya, dan t epat w akt u.

Berdasarkan uraian diat as dapat dikat akan bahw a pencipt aan suasana posit if lebih efekt if dalam m eningkat kan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang t idak diinginkan. Dengan kat a lain, pencipt aan suasana yang posit if dianggap sebagai penguat (reinforcement) bagi peningkat an m ot ivasi belajar dan konsep diri sehingga diharapkan dapat m eningkat kan prest asi belajar.

Konsep diri dikat egorikan dalam 3 kat egori, yait u t inggi, sedang, dan rendah. Teori di at as, konsep diri dikat egorikan dalam 2 m acam , yait u konsep diri posit if dan konsep diri negat if. Pengkat egorian konsep diri dapat pula dibagi m enjadi 3 m acam. M enurut Burn (1993), konsep diri tinggi disebut juga konsep diri lebih posit if, konsep diri sedang disebut juga konsep diri posit if, dan konsep diri rendah disebut juga konsep diri negat if.

2. Prestasi Belajar M atematika a. Pengertian Prestasi Belajar

Tingkat pem aham an sisw a t erhadap m at eri yang diberikan guru dan unt uk m enget ahui t ingkat ket ercapaian kurikulum digunakan alat ukur yang dikenal dengan ist ilah “ prest asi belajar” . M enurut Louis, prest asi belajar adalah pernyat aan khusus t ent ang apa yang diket ahui dan dapat dilakukan oleh sisw a, sebagai hasil kegiat an belajar, biasanya berupa penget ahuan (know legde), ket erampilan (skill), at au sikap (at t it ude) at au pencapaian kom pet ensi siswa. M enurut Abi Sam ra, prest asi belajar m enunjuk pada kecakapan dan unjuk kerja sisw a yang m ulti dimensi, t erkait dengan perkem bangan m anusia: kognit if, em osi, sosial, dan fisik yang m erefleksikan keut uhan sisw a. Clarck m em beri bat asan t ent ang prest asi belajar sebagai hasil pengukuran t ent ang apa yang diket ahui at au yang dapat dilakukan seseorang set elah belajar. Pengukuran yang dim aksud adalah sebagai alat yang dipakai unt uk m enyediakan balikan bagi sisw a dan pihak lainnya, unt uk m enent ukan posisi sisw a dalam hubungannya dengan t ujuan yang t elah dit et apkan.

(10)

sikap akadem ik. Pencapaian t ujuan pem belajaran sering diukur dengan skor t es/ ulangan/ ujian st andar at au buat an guru, dan t ugas-t ugas lain, t erm asuk pekerjaan rum ah (PR) unt uk m at a pelajaran t ert ent u. Skor t es, t ugas, dan PR m encerm inkan perilaku hasil pengalam an, berkait an dengan konsep, t opik, at au m asalah t ert ent u dalam m at a pelajaran yang diikut i. Pengalam an yang m em ungkinkan t erbent uknya hasil belajar sisw a t ersebut dapat berupa penget ahuan sisw a dan apa yang ingin diket ahuinya, apa yang t elah dipelajari, sert a apa yang benar-benar dapat dilakukan, dari apa yang t elah diket ahuinya. Selain it u, dapat juga berupa kepercayaan diri dan m ot ivasinya dalam m endem onst rasikan apa yang dapat dilakukannya. Pada akhirnya, ciri hasil belajar t ersebut bersifat baru, m enet ap, posit if, disadari, dan fungsional (Slam et o, 2006).

M enurut Winkel (1992), prest asi belajar adalah akt ivit as psikis yang berlangsung dalam lingkungan unt uk m enghasilkan perubahan dalam penget ahuan, pem aham an, ket ram pilan dan sikap yang akan diperoleh hasil yang baru at au penyem purnaan dari hasil yang diperoleh sebelum nya. M enurut Sadali dalam Purwaningsih (2008), prest asi belajar sisw a berhubungan dengan kinerja akadem ik yang dalam Bahasa Ingris disebut Academic Performance berupa hasil belajar sisw a. Prest asi belajar adalah hasil dari usaha, kem am puan dan sikap sisw a dalam menyelesaikan kegiat an dalam bidang pendidikan. M enurut Arikunt o dalam Purw aningsih (2008), prest asi belajar juga diart ikan sebagai hasil yang m encerminkan sejauh mana sisw a dapat m encapai t ujuan yang t elah dit et apkan pada set iap jenjang st udi. Gam baran prest asi sisw a dinyat akan dengan angka 0 sam pai dengan 10. M enurut Suharjana (2005), prest asi belajar adalah bukt i usaha yang dapat dicapai at au perubahan yang t erjadi pada sisw a dalam bidang penget ahuan, ket eram pilan, dan sikap sebagai hasil proses belajar. Prest asi belajar m erupakan hasil-hasil kem am puan nyat a sebagai akibat keakt ifannya dalam kegiat an belajar yang dinyat akan dengan sim bol angka at au huruf. Dengan kat a lain, prest asi belajar m erupakan bukt i dari hasil yang t elah dicapai.

Berdasarkan definisi-definisi prest asi belajar diat as maka dapat disim pulkan bahw a prest asi belajar m erupakan pernyat aan t ent ang t ingkat keberhasilan sisw a sebagai hasil kegiat an belajar, biasanya berupa penget ahuan (know legde), ket eram pilan (skill), at au sikap (at t it ude) at au pencapaian kom pet ensi sisw a. Prest asi belajar dapat diw ujudkan dengan angka at au huruf.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

(11)

khususnya bidang arit m at ika penjumlahan, pengurangan, perkalian, pem bagian dan cam puran m elalui proses perubahan dari belum m am pu menjadi m am pu pada jangka w akt u t ert ent u sebagai hasil dari pengalam annya yang secara akadem ik diw ujudkan dalam bent uk penilaian angka oleh guru.

Fakt or-fakt or prest asi belajar m enurut Slam et o (2010)adalah sebagai berikut ):

1. Fakt or int ernal m eliput i fakt or jasm aniah yang t erdiri dari kesehat an dan cacat t ubuh dan fakt or psikologis yang t erdiri dari int eligensi, perhat ian, minat , bakat , m ot if, kem at angan, dan kesiapan, fakt or kelelahan yang t erdiri dari kelelahan jasm ani dan rohani.

2. Fakt or ekst ernal ant ara lain fakt or keluarga, fakt or sekolah yang t erdiri dari m et ode m engajar, kurikulum , relasi guru dengan sisw a, relasi sisw a dengan sisw a, disiplin sekolah, alat pengajaran (m edia), w akt u sekolah, st andar pelajaran diat as ukuran, keadaan gedung, m et ode belajar, dan t ugas rum ah, fakt or m asyarakat .

c. Prestasi Belajar M atematika

M enurut Johnson dan M yklebust (dalan M ulyono Abdurrahm an, 2003) m at em at ika adalah bahasa sim bolis yang fungsi prakt isnya unt uk m engekspresikan hubungan-hubungan kuant it at if dan keruangan, sedangkan fungsi t eoritisnya adalah unt uk mem udahkan berpikir. Lerner (dalam M ulyono Abdurrahm an, 2003), m engem ukakan bahw a m at em at ika di sam ping sebagai bahasa sim bolis juga m erupakan bahasa universal yang m em ungkinkan m anusia m emikirkan, m encat at , dan m engkom unikasikan ide mengenai elem en dan kuant it as.

Pengert ian m at emat ika m enurut Bell (dalam H. Veit hzal Rivai, 2000) m enyat akan bahw a m at em at ika adalah ilmu t ent ang lagika m engenai bent uk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya yang jum lahnya banyak. Sedangkan m enurut Heckhausen (dalam H. Veit hzal Rivai, 2000) m engungkapkan bahw a m at em at ika dikenal sebagai him punan dan subsist em yang m asing-m asing dapat m em iliki st rukt ur sendiri-sendiri.

(12)

Pengert ian-pengert ian di at as dapat diam bil kesim pulan bahw a m at em at ika adalah bahasa sim bolis unt uk m engekspresikan hubungan-hubungan kuant it at if dan keruangan, yang m em udahkan set iap individu berpikir dalam m em ecahkan m asalah kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut lagi, m at em at ika pada dasarnya m erupakan pelajaran yang banyak m emerlukan pem usat an pem ikiran dan perhat ian unt uk m engingat dan m engenal kem bali sem ua ide-ide at au konsep hubungan yang ada sert a at uran-at uran yang harus dipenuhi unt uk m enguasai m at eri yang sedang dipelajari. Sehingga berdasarkan uraian di at as t ent ang prest asi belajar dan pengert ian m at em at ika m aka yang dim aksud prest asi belajar m at em at ika adalah hasil yang t elah dicapai sisw a sebagai t anda at au sim bol keberhasilan dari usaha belajar (hasil akt ivit as belajar) m at em at ika yang m eliput i pem usat an pem ikiran dan perhat ian unt uk m engingat dan m engenal kem bali sem ua ide-ide at au konsep hubungan baik yang m enyangkut m at eri bilangan, aljabar, geom et ri dan pengukuran sert a st at ist ika dan peluang yang pada dasarnya m enghasilkan perubahan, penget ahuan, pem aham an, ket eram pilan, nilai, dan dinyat akan dalam bent uk skor yang diperoleh dari hasil t es m at em at ika yang diikut inya.

B. Penelitian yang Relevan

Pada penelit ian yang dilakukan Belina Prasti (2011) m engenai” hubungan ant ara konsep diri dengan prest asi belajar m at em at ika kelas VIII SM P N 2 Tengaran” m enghasilkan koefisien korelasi r = 0,489 dan signifikan 0,000 p < 0,05. It u m enunjukkan bahw a ada hubungan posit if ant ara konsep diri dengan prest asi belajar m at em at ika.

Nunik M iyat i (2010) yang m elakukan penelit ian pada sisw a kelas V SDN di gugusan m erbabu kecam at an ngablak kabupat en m agelang t ahun pelajaran 2009/ 2010 m enyim pulkan ada hubungan yang positif dan signifikan ant ara konsep diri dengan prest asi belajar sisw a dengan hasil r = 0,4777 dan p = 0,000 (p < 0,05). Dengan art i sem akin t inggi konsep diri yang dim iliki sisw a m aka sem akin t inggi pula prest asi belajar sisw a yang dapat diraih. Sebaliknya jika konsep diri sisw a rendah m aka prest asi belajar sisw a pun juga sem akin rendah. M enurut Suharm i (2005) berdasarkan analisis t ent ang hubungan ant ara konsep diri dengan prest asi belajar yang dilakukan m aka dapat disim pulkan bahw a koefisien korelasi rho = 0,166 dengan signifikansi p = 0,193 > 0,050. Jadi t idak ada hubungan yang signifikan ant ara konsep diri dengan prest asi belajar sisw a.

Begit u pula menurut M aria Pindi M unggul (2010) bahw a t idak ada hubungan yang signifikan ant ara konsep diri dengan prest asi belajar m at em at ika sisw a kelas V SD gugus kanirogo kecam at an t ingkir.

(13)

sepert i yang dilakukan Belina Prasti, M unik M iyat i, Suharm i, M aria Pindi M unggul. M eskipun m ereka m elakukan penelit ian dengan persoalan yang sam a t et api hasil penelit ian yang diperoleh berbeda dan bert ent angan. Hasil penelit ian yang dilakukan Belina Prast i dan Nunik, diperoleh kesim pulan bahw a konsep diri m em punyai hubungan posit if dan signifikan dengan prest asi belajar m at em at ika, sedangkan Suharm i dan M aria Pindi M unggul t idak ada korelasi ant ara konsep diri dengan prest asi belajar.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan t injauan pust aka yang sudah dipaparkan sebelum nya t am pak bahw a prest asi belajar m at em at ika dipengaruhi oleh fakt or int ern dan ekst ern. Fakt or int ern meliput i konsep diri yang m erupakan bagian t erpent ing bagi kepribadian seseorang, yait u sebagai penent u bagaim ana seseorang bersikap dan bert ingkah laku. Konsep diri m erupakan seperangkat inst rum ent pengendali m ent al dan karenanya m em pengaruhi prest asi belajar m at em at ika. Sem ent ara fakt or ekst ernal m eliput i guru, t em an, orang t ua, fasilit as.

D. Hipotesis

(14)

Referensi

Dokumen terkait

M enget ahui hubungan konsep diri dengan prest asi belajar m at em t ika sisw a SM P Negeri 2 Salat iga, akan dilakukan analisis deskript if, analisis uji pra syarat dan

[r]

(13) Saya memiliki keluarga yang selalu siap membantu ketika saya dalam kesulitan (14) Saya berasal dari. keluarga yang bahagia (29) Saya

Berdasarkan jaw aban dari responden dan penelit ian yang t elah dilakukan pada SM P Negeri 01 (RSBI) Salat iga, dapat dit arik bahw a konsep sisw a m engenai m at eri

M elihat uraian di at as m aka penelit ian ini diharapkan dapat digunakan unt uk m enget ahui apakah t erdapat hubungan yang signifikan ant ara pola asuh perm issive

19 Orang t ua t idak m egharuskan saya belajar setiap hari dan tidak m arah jika nilai rapot saya jelek.. 20 Orang t ua m engijinkan saya menont on TV sam pai larut m alam dan

Berdasarkan hasil siklus 2, indikat or keberhasilan penelit ian sudah t ercapai yait u: kem am puan guru dalam pem belajaran m at em at ika m eningkat dengan persent ase

M asalah pada penelitian ini adalah: (1) apakah pem belajaran mat em at ika realist ik dengan m et ode penem uan dapat m enghasilkan prest asi belajar mat emat ika