2.1. Perancangan Komunikasi Visual
2.1.1. Sejarah Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Di mana-mana kita menjumpai informasi-informasi yang berkomunikasi secara visual. Tanda-tanda dan rambu-rambu lalu lintas, poster-poster promosi, semuanya itu dapat memberikan informasi kepada pengamatnya yang terdiri dari berbagai kelompok usia dan berasal dari berbagai kalangan dan golongan. Manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual sejak jaman prasejarah. Contoh bentuk komunikasi visual pada masa itu yaitu piktogram yang mengungkapkan kejadian sehari-hari pada Jaman Gua (Cave Age) dan hieroglyphics yang digunakan oleh bangsa Mesir. Bentuk-bentuk itu kemudian beralih menjadi tulisan, dan berkembang lagi menjadi seni panggung, drama, dan lain-lain. Lukisan di gua Lascaux pada sekitar 14000 SM dan kelahiran bahasa tertulis pada milenium ketiga atau keempat Masehi merupakan tonggak utama dalam sejarah desain komunikasi visual.
Desain komunikasi visual sebagai suatu profesi baru berkembang pada sekitar tahun 1950-an. Sebelumnya orang yang ingin menyampaikan atau mempromosikan sesuatu secara visual harus menggunakan jasa bermacam-macam “seniman spesialis” yang antara lain adalah visualizer (seniman visualisasi),
typographer (penata huruf) dan illustrator yang memproduksi diagram dan sketsa dan lain-lain. Desain komunikasi visual lalu berkembang, melengkapi pekerjaan dari agen periklanan dan mencakup juga desain majalah dan surat kabar yang menampilkan iklan itu. Desainer komunikasi visual telah menjadi bagian dari kelompok dalam industri komunikasi-dunia periklanan, penerbitan majalah dan surat kabar, pemasaran dan hubungan masyarakat (publicrelations).
Desain modern pada awal abad ke-20 merupakan reaksi melawan desain pada akhir abad ke-19. Typeface yang banyak digunakan dalam tipografi modern mula-mula adalah Sans-serif. Ledakan ekonomi pasca Perang Dunia II membuat
kebutuhan akan desain komunikasi visual meningkat, terutama untuk iklan dan kemasan. Kemajuan pada awal abad ke-20 banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi cetak dan fotografi. Pada dekade terakhir abad yang sama, teknologi komputer membawa dampak yang sama bagi dunia desain komunikasi visual.
2.1.2. Pengertian dan Fungsi Desain Komunikasi Visual
Desain merupakan proses kreatif dalam menghasilkan sesuatu yang bersifat baru, segar, menakjubkan, serta berdaya guna, praktis dan memberi solusi. Desain komunikasi visual adalah desain yang mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual1. Desainer komunikasi visual berusaha mempengaruhi sekelompok pengamat dalam kelompok sasaran agar merespon pesan visual secara positif. Maka, desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan dimengerti oleh kelompok sasaran itu. Seorang desainer komunikasi visual yang profesional harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luas tentang komunikasi visual. Selain visualisasi dan bakat yang baik dalam berkomunikasi secara visual, ia juga harus mempunyai kemampuan untuk menganalisa suatu masalah, mencari solusi masalah tersebut dan mempresentasikan secara visual. Dalam perkembangannya desain komunikasi visual mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi, serta sebagai sarana presentasi dan promosi. Tiap-tiap item desain komunikasi visual memiliki semua unsur fungsi, hanya bobot atau penekanannya berbeda.
2.1.3. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual memiliki elemen-elemen yang dapat digunakan secara terpisah maupun digabungkan, di antaranya adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi, warna dan fotografi. Seorang desainer komunikasi visual harus mengenal elemen-elemen ini agar dapat menghasilkan karya desain yang
1
Christine Suharto Cenadi. “Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual.” Jurnal Nirmana
1.1 (1999). 2 September 2005
baik. Dalam cerita bergambar, yang menonjol adalah elemen tipografi, ilustrasi, dan warna.
2.1.3.1. Tipografi
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain2. Tipografi merupakan metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsinya untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui berbagai bentuk media. Setiap huruf, angka dan tanda baca dalam tipografi disebut character. Seluruh character berdiri pada garis maya baseline, setiap character baik huruf besar maupun kecil memiliki batang yang disebut stem dan pada bagian ujungnya ditemukan garis penutup yang disebut terminal. Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi garis yang disebut stroke. Stroke dibagi menjadi dua yaitu garis dasar dan garis sekunder. Menurut Nicholas Thirkell, seorang tipographer
terkenal, pekerjaan dalam tipografi dapat dibagi dalam dua bidang, yaitu tipografer dan desainer huruf (type designer).
Seorang tipografer berusaha mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang telah ada, contohnya penggunaan bentuk script
akan memberi kesan anggun, luwes, feminin, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus mengerti reaksi orang terhadap citra yang ditampilkan oleh huruf-huruf. Seorang desainer huruf lebih fokus pada mendesain bentuk huruf yang baru.
Perkembangan tipografi hampir sejalan dengan perkembangan desain komunikasi visual, dimana perubahan bentuk tipografi maupun layout desain komunikasi visual sangat berkaitan erat dengan budaya masyarakat serta keadaan jaman. Pada abad pertama bangsa Romawi berhasil menaklukan Yunani, sehingga membawa peradaban baru dalam sejarah barat yaitu dengan diadaptasikannya gaya huruf latin dari bangsa Yunani pada kesusastraan, kesenian, agama serta alfabet latin. Pada awalnya alfabet (yang merupakan singkatan dari alpha dan
beta) latin hanya terdiri dari 21 huruf: A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P,
2
Q, R, S, T, V, dan X. Huruf Y dan Z kemudian ditambahkan untuk menyebutkan kata-kata Yunani. Tiga huruf tambahan yaitu J, U dan W dimasukkan pada abad pertengahan, sehingga jumlahnya menjadi 26.
Keterbacaan huruf sangat penting dalam tipografi. Huruf dengan serif
yaitu perpanjangan dari bentuk huruf yang mempermudah mata untuk mengikuti alur huruf, lebih dapat dikenali dengan baik ketimbang huruf tak berserif, disini
serif berfungsi sebagai pengait, untuk mengarahkan mata, sehingga huruf dengan
serif biasanya lebih mudah dibaca, terutama jika mata diharuskan membaca huruf dengan jumlah banyak. Selain itu jumlah interval antar huruf memiliki dampak yang besar pada keterbacaan huruf. Huruf yang terlalu rapat akan mengaburkan bentuk huruf. Huruf yang terlalu renggang mempengaruhi kecepatan membaca. Demikian pula interval antar baris tidak hanya mempengaruhi kecepatan membaca, pengenalan huruf tetapi juga kenyamanan membaca. Jarak antar huruf (kerning) positif diperlukan untuk huruf yang dicetak kecil, jarak antar baris (leading) yang besar diperlukan untuk huruf dengan ukuran x-height besar.
Dewasa ini, selain banyak digunakan ilustrasi dan fotografi, tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam desain komunikasi visual. Kurangnya perhatian pada pengaruh dan pentingnya elemen tipografi dalam suatu desain akan mengacaukan desain dan fungsi desain itu sendiri. Contohnya untuk menampilkan kesan santai dalam karya desain, sebaiknya tidak digunakan jenis huruf yang serius atau resmi (contohnya jenis huruf Times) karena akan menimbulkan pertentangan dalam interpretasinya.
2.1.3.2. Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi (nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual. Ilustrasi mampu memberikan jalan keluar dari perbedaan akibat stratifikasi universal. Hakikatnya adalah sebagai suatu seni menggambar untuk menjelaskan, menerangkan dan sekaligus menghias sesuatu.
Ilustrasi juga dapat meningkatkan detail sesuai dengan keinginan, menggambarkan imajinasi, yang tidak dapat dilakukan oleh foto, walaupun foto seringkali mampu menggambarkan emosi yang kuat. Ilustrasi dapat digambar, dilukis atau digambar lalu diolah lebih lanjut dengan menggunakan teknologi komputer. Berdasarkan isinya ilustrasi dibagi 3 jenis yaitu :
• Advertising illustration
Yaitu ilustrasi periklanan yang bertujuan untuk menjual barang atau jasa. Biasanya dikerjakan dengan lebih detail dan seringkali dibuat dengan pencahayaan dan penambahan tekstur khusus agar tampak lebih menarik. • Editorial illustration
Yaitu ilustrasi editorial yang menemani suatu artikel dalam majalah, surat kabar atau buku. Ilustrator harus memahami isinya terlebih dahulu untuk kemudian menggambarkan apa yang dimaksud dengan baik.
• Books illustration
Yaitu ilustrasi yang digunakan untuk cover sebuah buku yang menggambarkan isi buku. Biasanya digunakan sebagai cover buku anak-anak maupun novel.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam Desain Komunikasi Visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa ilustrasi juga dapat menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam arti ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi, contohnya untuk menjelaskan informasi detil seperti cara kerja fotosintesis. Seorang ilustrator seringkali kesulitan dalam usahanya mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika ia berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita banyak dibandingkan dengan fotografi, hal ini karena sifat ilustrasi yang lebih hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam” momen sesaat. Saat ini ilustrasi lebih banyak digunakan dalam cerita anak-anak, yang biasanya bersifat imajinatif. Contohnya ilustrasi yang harus menggambarkan seekor anjing
yang sedang berbicara atau anak burung yang sedang menangis karena kehilangan induknya atau beberapa ekor kelinci yang sedang bermain-main.
2.1.3.3. Warna
Warna dapat terbuat dari cahaya maupun dari pigmen. Warna cahaya dapat berasal dari alam (matahari) dan buatan (lampu, lilin, dsb). Warna pigmen dapat berasal dari alam (batu, tumbuh-tumbuhan, darah, dsb) atau buatan (dari proses kimiawi). Menurut jenisnya warna dibagi menjadi tiga, yaitu warna primer, sekunder dan tersier. Warna primer diperoleh dari warna pigmen yaitu merah, kuning dan biru atau warna dari cahaya yaitu merah, hijau dan biru. Warna sekunder yang didapatkan dari cahaya merupakan campuran warna cahaya merah dan hijau, warna cahaya merah dan biru, warna cahaya hijau dan biru. Demikian pula warna sekunder yang didapat dari pigmen merupakan campuran dari warna pigmen merah dan kuning, warna pigmen merah dan biru, warna pigmen kuning dan biru.
Gambar 2.1. Diagram Warna
Sumber: Wayne Enstice and Melody Peters. Drawing: Space, Form, and Expression. New Jersey: Prentice Hall, 2003.
Warna dapat digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain warna hangat dan dingin, serta warna terang dan gelap. Warna hangat termasuk merah, kuning, jingga, burgundy yang menimbulkan kesan “panas” membangkitkan
semangat, menarik perhatian, membuat kita bekerja lebih cepat, warna-warna ini banyak digunakan di restoran fast food. Warna dingin termasuk hijau, biru, abu-abu merupakan kebalikan dari warna panas menenangkan, membuat metabolisme tubuh bekerja lebih lambat, warna-warna ini banyak digunakan di rumah sakit untuk menenangkan pasien, walaupun terkadang warna dingin tampak muram dan menyesakkan nafas. Warna terang seperti warna langit, warna hijau muda, warna kuning muda dan sebagainya seringkali kurang menarik perhatian tetapi pada jajaran warna-warna produk yang sebagian besar merupakan warna-warna berani, kelembutan warna terang ini dapat menarik perhatian. Warna-warna gelap seperti hitam, dan warna-warna tua lain merupakan warna yang kuat, dan solid. Warna-warna ini melambangkan martabat, banyak digunakan di kalangan bangsawan, busana resmi pria, furnitur mahal dan lain sebagainya.
2.2. Buku Cerita Bergambar
Cerita bergambar merupakan karya literatur yang mengkombinasikan dua elemen pentingnya, yaitu aspek visual atau gambar, dan verbal atau kata-kata. Cerita bergambar dapat didefinisikan sebagai seni gambar berurutan yang menyajikan kisah atau dongeng melalui kekuatan bahasa gambar dan tulisan yang dipadukan dalam kesatuan komposisi. Penyusunan dapat berupa juktaposisi atau berjajar antar gambar dan tulisan, ataupun terpisah, masing-masing diletakkan pada halaman tersendiri. Perpaduan yang menarik dari kedua elemen ini akan mempengaruhi daya tarik cerita bergambar itu sendiri.
2.2.1. Ciri-ciri
Ciri-ciri buku cerita bergambar antara lain: • Ilustrasi mendominasi teks.
• Ilustrasi berintegrasi dengan narasi, membawa cerita ke suatu kesimpulan. • Jumlah kata umumnya kurang dari 500 kata, walaupun ada juga yang mencapai
Genre mendasar dari buku cerita bergambar yaitu: • Antromorphic/Animal Stories
Cerita yang tokoh utamanya adalah hewan atau benda mati. Hewan dipersonifikasikan, sehingga dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Kemampuan atau pun hal magis sering disertakan. Setting cerita bisa nyata atau fiksi.
Gambar 2.2. Courage the Cowardly Dog
• Realistic Stories
Cerita dengan tokoh-tokoh simpatis yang menimbulkan rasa empati anak-anak. Topik biasanya berkesan suram, misalnya kematian, penyakit kronis, adopsi, dan lain-lain. Setting cerita bisa nyata atau historis.
• Magic Realism
Cerita yang menggabungkan realita dan imajinasi. Kesan petualangan seakan dimasukkan dalam kegiatan sehari-hari, segalanya mungkin terjadi. Misalnya suatu permainan yang menjadi nyata, atau perahu yang membawa seorang anak ke pulau impian. Setting cerita bisa nyata atau fiksi.
• Traditional Literature
Meliputi dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda, cerita monster, cerita pembentukan dan fabel. Menampilkan pola bercerita, kaya bahasa dan elemen fantasi. Setting bisa fiksi dan nyata.
Gambar 2.4. Kumpulan Dongeng Binatang: Si Kancil • Informational (nonfiksi)
Merupakan alternatif dari ensiklopedia atau sumber referensi lain. Ilustrasi dan foto yang ditampilkan umumnya menarik perhatian. Ketepatan waktu dan judul berperan penting. Beda buku ini dengan lainnya pada catatan sumber, bibliografi, index dan tabel isi.
Gambar 2.5. Kisah Martin Luther King, Jr.
2.2.2. Layout
Hukum layout menurut Bedjo Riyanto mengutip Frank F. Jefkins3:
• The law of unity (kesatuan), adalah cara pengorganisasian yang membentuk kesatuan di antara unsur-unsur pendukung layout.
3
Bedjo Riyanto. Iklan Surat Kabar. Yogyakarta: Tarawang, 2000. hal. 27, mengutip F.F. Jefkins,
Introduction to Marketing, Advertising and Public Relation. London: Macmillan Press Ltd, 1982. hal. 33.
• The law of variety (variasi), untuk menghindari kesan monoton/membosankan, salah satu unsur dapat ditampilkan lebih menonjol dari unsur lainnya sebagai fokus.
• The law of balance (keseimbangan), suatu keseimbangan dalam layout dapat dicapai bila unsur-unsurnya disusun secara sepadan, serasi, dan selaras atau dengan pengertian lain jika bobot setiap elemen layout itu setelah diorganisir menghasilkan kesan yang mantap. Terdapat 2 (dua) jenis keseimbangan yaitu: - Formal Balance (simetris), apabila unsur-unsur bentuknya sama posisinya pada kedua belah sisi dari garis poros (tengah) ruang layout. - Informal Balance (asimetris), apabila unsur-unsur pendukung bentuk layout
pada kedua belah sisinya sedikit tidak sama dari garis poros ruang layout. • The law of rhythm (ritme atau irama), irama perlu diperhatikan dalam
perancangan sebuah layout, sebab suatu irama diperlukan untuk mencapai kesatuan. Irama dapat dicapai dengan :
- Kesamaan pengulangan penempatan unsur-unsur layout - Pengulangan bentuk atau unsur-unsur layout
- Pengulangan warna
• The law of harmony, adalah keselarasan atau keserasian antara unsur-unsur
layout yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan.
• The law of proportion, proporsi merupakan suatu perbandingan yang menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, serta hubungan antara unsur layout dengan dimensi ruang layoutnya (bidang gambar).
• The law of scale (kontras), adalah merupakan perpaduan antara warna gelap dan terang, hitam dan putih, besar dan kecil, dari unsur-unsur layout dalam suatu hubungan yang tidak seimbang (kontras).
Gambar 2.6. Contoh penggunaan layout dalam buku cerita bergambar
2.3. Fabel
Fabel adalah cerita pendek atau cerita rakyat yang memiliki nilai-nilai moral, yang dapat diekspresikan secara eksplisit pada akhir cerita. Fabel sering menggunakan binatang sebagai tokoh utamanya. Fabel berasal dari tradisi lisan yang sudah sangat lama. Sumber fabel yang terdapat dalam kesusastraan Eropa berasal dari Greco-Latin yang diperkaya oleh masukan dari belahan dunia Timur melalui Pancatantra (2 abad S.M) dan berbahasa Sansekerta. Sumber ini diterima Prancis melalui versi Arab, beberapa abad kemudian, yaitu pada abad VIII ditulis oleh Bidpa (atau Pilpay).
Selanjutnya, pada abad ke-12, Jean de Capoue menyadurnya dalam bahasa Latin. Pengarang Yunani yang sangat terkenal, Aesope, diduga kuat telah mengumpulkan cerita-cerita binatang yang terdapat di Asia Kecil. Fabel-fabelnya diperkirakan masuk ke Athena antara 5 atau 4 abad S.M. Di antara para pengarang berbahasa Latin, kita kenal juga Phèdre, seorang budak yang hidup pada jaman Raja Auguste (abad I). Dia merupakan pengarang kumpulan cerita binatang yang menjadi titik tolak dari berbagai koleksi di Abad Pertengahan, berbentuk puisi dan berbahasa Latin.
La Fontaine (1621-1658) menyatakan dirinya sebagai penerus, peniru dan murid setia Aesope. Pada La Fontaine, tujuan politik dan aspek moral berjalan seiring dengan kreasi puitis. Mula-mula fabelnya merupakan cara pertahanan politik bagi sahabatnya Fouquet dan merupakan satir politik yang ditujukan pada Colbert, tetapi tujuan itu diselubungi oleh cerita satiris yang penuh teladan. La Fontaine menyuguhkan komedi manusia melalui komedi binatang. Dengan
menunjukkan sifat buruk manusia, La Fontaine mengajarkan moral secara jenaka. Pada prakata kumpulan fabelnya yang pertama, La Fontaine menulis, “Cerita ini terdiri dari dua bagian yang dapat kita sebut sebagai tubuh dan jiwa. Tubuhnya adalah fabel itu sendiri, jiwanya adalah moralitas.”
Menurut gambaran transmisi fabel, cerita binatang yang bermula dari India, tidak hanya menyebar ke barat ke arah Afrika, tetapi juga ke timur ke arah Malaysia dan Indonesia. Fabel biasanya mengandung nilai kebudayaan masyarakat pada masa itu. Dalam fabel, penggunaan binatang sebagai simbol watak dan tabiat manusia dilakukan karena karakter itu menghadirkan suasana santai, lucu, dan jenaka, sehingga tidak membuat orang tersinggung. Pesan moral dalam cerita binatang itu pun tepat mengenai sasaran, tanpa membuat manusia merasa dituduh. Fabel merupakan media yang tepat untuk menanamkan nilai moral dan etika kepada anak-anak.
2.4. Nilai Moral
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, pemuka masyarakat dan para orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Bagi warga ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan perkelahian antar pelajar yang tidak sedikit menimbulkan korban. Diperlukan waktu yang panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi ini.
Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup. Moral berkenaan dengan
norma-norma umum, mengenai apa yang baik atau benar dalam cara hidup seseorang. Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang obyektif. Apabila hati nurani ingin membisikan sesuatu yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral. Anak yang berusaha hidup baik secara tekun dalam waktu lama dapat mencapai keunggulan moral yaitu bersikap batin dan berbuat lahir secara benar.
Ketahanan moral dapat diartikan sebagai ketahanan anak untuk mempertahankan eksistensi kepribadiannya atau keunggulan moralnya di tengah majemuknya nilai-nilai moral bangsa lain. Hal ini berlaku terutama pada anak yang hidup di lingkungan masyarakat modern. Kemajuan pesat terjadi di semua sudut kota, pada sisi lain tidak sedikit orang yang tidak mempunyai lagi norma kebaikan. Norma-norma lama sudah tidak meyakinkan lagi untuk menjadi pegangan. Kenyatannya, anak tidak dapat lari dari hati nuraninya, tapi hati nurani pun tidak berdaya menemukan kebenaran, apabila norma-norma yang biasanya dipakai sebagai landasan pertimbangan menjadi serba tidak pasti.
Anak berhadapan dengan berbagai tipe manusia, tutur kata, gaya hidup, dan tingkah laku moral.yang bervariasi. Pola kehidupan masyarakat pun semakin cenderung individualis, dengan kontrol sosial yang relatif longgar. Munculah fenomena baru sebagai model bagi anak yaitu teman sepermainannya, atau tokoh-tokoh serial televisi. Demikian upaya untuk membina ketahanan moral menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda. Ketahanan moral dalam hal ini selain harus bersifat defensif hendaknya juga bersifat generatif. Generatif mengandung arti bahwa seorang anak harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan ketahanan moralnya sendiri dari dalam, dari keyakinannya pada prinsip-prinsip ajaran agama, akal pikirannya dan tradisi yang dijunjung tinggi. Melalui ketahanan moral yang bersifat generatif, selanjutnya anak meneruskan eksistensinya sehingga mampu mencapai generasi harapan bangsa.
Berdasarkan paparan di atas, sampailah kita pada satu pendapat bahwa agar anak memiliki ketahanan moral, maka lingkup pendidikan semestinya tidak hanya terbatas pada arena pendidikan yang bersifat formal, melainkan juga yang
bersifat informal yaitu suatu lingkungan dimana anak menjalani kehidupan kesehariannya baik di dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini relevan dengan isi UU No. 2/1989 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional meliputi pendidikan persekolahan dan pendidikan luar sekolah.
Buku anak-anak dapat sangat membantu mengilustrasikan nilai-nilai yang ada4. Orangtua perlu menyempatkan waktu membaca cerita-cerita yang dapat dijadikan ilustrasi suatu nilai moral. Hal ini akan sangat membantu anak-anak memahami prinsip yang diajarkan dari sikap-sikap tokoh di dalamnya.
2.5. Perkembangan Kognitif pada Anak
Kognitif merupakan suatu aktifitas mental yang tinggi dan melibatkan kegiatan menangkap menyeleksi, mengolah, menyimpan informasi yang berasal dari luar dan menggunakannya pada saat dibutuhkan. Melalui kognisi ini seseorang dapat mengenal, memahami, mempunyai pengetahuan, berkomunikasi dan menghasilkan segala sesuatu.
Konsep ahli psikologi perkembangan Piaget yang rajin meneliti mengenai kognitif anak berpendapat bahwa kognitif berkembang melalui empat tahapan, yaitu:
- Sensori motorik. Tahap ini berlangsung pada usia sekitar 0-2 tahun. Pada tahap ini kegiatan mental anak dilakukan melalui kegiatan motoriknya sebagai akibat apa yang diterima dari panca inderanya. Namun, anak akan belajar dari lingkungannya. Kemampuannya untuk mengingat telah muncul sehingga ia dapat mengingat apa yang dilihatnya dan mulai muncul penalaran yang sederhana. - Praoperasional konkret. Tahap ini berlangsung pada 2-7 tahun; pada tahap ini anak sudah mengenal benda yang pernah dilihatnya tetapi secara fisik tidak ada di depan matanya. Anak sudah mulai belajar berfikir dan mampu memahami konsep sederhana. Namun ia masih berfikir dengan sudut pandangnya sendiri dan belum mampu berfikir menurut cara fikir orang lain.
- Operasional konkret. Tahap ini muncul ketika anak berusia 7-11 tahun. Periode
4
Metta Rachmadiana Jash dan Wiwit Wahyuning. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2003. hal. 24.
ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kemampuan kognitif yang dapat dilihat dari kemampuannya untuk memahami adanya kebalikan atau mulai melihat sesuatu dari arah yang berbeda dari biasanya. Ia telah dapat berfikir secara lebih sistematis dan mulai belajar memecahkan masalah sederhana.
- Operasional formal. Tahap ini tercapai oleh anak berusia 11 tahun, ditandai dengan munculnya beberapa kemampuan berfikir yang lebih sistematis.
2.6. Fauna Indonesia
Fauna berasal dari bahasa Latin, artinya adalah kumpulan segala macam jenis hewan. Kata ini biasa ditulis di depan nama geografis, misalnya fauna Jawa, atau fauna Indonesia. Indonesia pernah dikenal sebagai salah satu negara yang paling kaya dalam hal luas hutan dan juga keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Indonesia memiliki 515 jenis mamalia alias binatang menyusui (urutan kedua di dunia, kalah tipis dari Brazil), 39 persennya endemik Indonesia atau tidak dapat dijumpai di negara lain. Sementara itu, meskipun Indonesia berada di urutan kelima dalam hal jumlah jenis burung yang dimiliki (total 1.531 jenis) namun Indonesia merupakan negara paling kaya dengan jumlah jenis burung sebaran-terbatas yang terbanyak di dunia, dan 397 jenis burung hanya dapat ditemukan di negeri ini.
Dalam hal kekayaan jenis ikan air tawar, Indonesia yang memiliki sekitar 1.400 jenis hanya dapat disaingi oleh Brazil. Di bidang kelautan, Indonesia memiliki kekayaan jenis terumbu karang dan ikan yang luar biasa, termasuk 97 jenis ikan karang yang hanya hidup di perairan laut Indonesia. Dalam pertemuan
Defying Ocean’s End di Meksiko yang juga dihadiri oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI pada Juni 2002, bahkan telah diakui bahwa kepulauan Indonesia merupakan salah satu pusat kekayaan karang dan ikan di dunia.
Banyaknya spesies endemik merupakan daya tarik bagi orang yang hobi memelihara satwa. Di luar negeri, satwa khas Indonesia merupakan satwa favorit. Tiap tahun dalam keadaan hidup ribuan burung, reptil, amfhibia, dan mamalia, diekspor ke berbagai negara. Bahkan bukan hanya satwa hidup yang diekspor, tetapi juga olahannya yang digunakan untuk bahan makanan, obat-obatan dan
untuk memenuhi kebutuhan industri fashion dan kulit (kulit buaya dan ular). Karena besarnya nilai ekonomi, satwa dan tumbuhan di negara kita menjadi terancam kepunahan. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak spesies yang terancam punah yang meliputi 379 jenis satwa.
Ada beberapa hal yang menyebabkan punahnya satwa, yang pertama karena eksploitasi berlebihan, diburu dan dibunuh, untuk tujuan tertentu. Punahnya suatu satwa juga bisa disebabkan dari masuknya suatu spesies ke suatu daerah baru. Di negara kita, terancam punahnya suatu jenis satwa lebih banyak disebabkan hilangnya habitat mereka akibat pengrusakan hutan dan lingkungan. Keadaan tersebut diperparah dengan diperjualbelikannya beberapa jenis satwa dalam keadaan hidup.
Pemerintah telah berusaha melindungi mereka dengan UU No. 5 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, juga dengan menetapkan tempat-tempat yang dilindungi untuk hidup satwa dan tumbuhan. Misalnya ada yang disebut suaka alam (kawasan yang memiliki kekhasan tersendiri baik di darat maupun di laut), cagar alam, suaka margasatwa, kawasan peletastarian alam, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Selain menetapkan kawasan yang tidak boleh diganggu, pemerintah pun dalam lampiran PP No. 7 tahun 1999 memberikan nama satwa dan tumbuhan yang dilindungi. Semuanya berjumlah 281 jenis, 214 di antaranya jenis satwa, seperti orang utan, owa jawa, anoa, gajah, landak, macan kumbang, burung nuri, jalak bali, elang, alap-alap, kuntul, dan sebagainya. Untuk melindungi satwa dan tumbuhan tersebut, Pasal 21 UU No. Tahun 1990 secara rinci dan jelas mengatur mengenai pelarangan menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi baik dalam keadaan hidup maupun mati. Sayangnya, semua peraturan tadi belum benar-benar ditegakkan. Masih banyak satwa diperdagangkan dan dipelihara orang. Padahal, satwa, baik yang dilindungi maupun yang tidak (belum) dilindungi, bisa memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat tanpa harus diburu dan diperjualbelikan. Kenya dan Tanzania, contohnya, 80 persen pendapatan nasionalnya berasal dari taman nasional yang dikelola secara profesional.
2.7. Taman Nasional
Taman nasional merupakan tanah yang dilindungi, biasanya oleh pemerintah nasional, dari perkembangan manusia dan polusi5. Gagasan pertama dari sebuah taman nasional pertama kali muncul pada awal abad ke-19. usaha pertama pemerintah untuk menetapkan tanah terlindungi tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat. Pada 1872, Taman Nasional Yellowstone diresmikan sebagai taman nasional pertama di dunia. Mengikuti diresmikannya Yellowstone, negara lain juga meresmikan taman nasional mereka. Taman nasional dalam buku ilustrasi ini digunakan sebagai setting dalam cerita, sehingga situasi hewan di dalamnya serta lingkungan sekitarnya benar-benar nyata.
2.7.1. Taman Nasional Tanjung Puting
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan kawasan pelestarian alam yang sangat penting artinya untuk melindungi flora dan fauna khas dan endemik di Pulau Kalimantan. Pada awalnya terdiri dari Cagar Alam Kotawaringin dan Suaka Margasatwa Sampit dengan luas total 305.000 ha. Namun semenjak tahun 1996 taman nasional yang terletak di semenanjung barat daya Kalimantan Tengah ini bertambah luasnya menjadi 415.040 hektar.
Secara geografis terletak antara 2° 35'-3° 20' Lintang Selatan dan 111° 50'-112° 15' Bujur Timur dan meliputi wilayah Kecamatan Kumai, Kecamatan Hanau di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Pambuang Hulu, Kecamatan Sebuluh dan Kecamatan Seruyan Hilir di Kabupaten Kotawaringin Timur. Kawasan ini dibatasi oleh anak Sungai Kumai, Sungai Sekonyer di sebalah utara, Sungai Seruyan di sebaelah timur dan pantai Laut Jawa di sebelah selatan dan barat. Taman nasional ini memiliki beberapa tipe ekosistem yaitu tipe hutan hutan tropika dataran rendah, hutan tanah kering (hutan kerangas), hutan rawa air
5
“Taman Nasional.” Wikipedia. Jan. 2006. Wikipedia the Free Encyclopedia. 18 Jan. 2006 <http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_nasional>
tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau (mangrove), hutan pantai dan hutan sekunder.
Kawasan ini didominir oleh tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan rotan. Jenis satwa langka endemik dan dilindungi yang terdapat di hutan Taman Nasional Tanjung Puting antara lain orangutan (Pongo satyrus), bekantan (Nasalis larvatus), lutung merah (Presbytis rubicunda rubida), beruang (Helarctos malayanus euryspilus), kancil (Tragulus javanicus klossi), macan dahan (Neofelis nebulosa), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis borneoensis).
Gambar 2.7. Taman Nasional Tanjung Puting
Sumber : Grolier International Inc.. Indonesia Heritage Wildlife. Jakarta: Buku Antar Bangsa, 1996.
2.7.2. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi. Secara geografis TN Rawa Aopa Watumohai terletak di antara 4°22'-4°39' LS dan 121°4'-122°09" BT, secara administratif pemerintahan terletak di Kabupaten Dati II Kendari seluas 46.764 ha (Kecamatan Lambuya dan Tinanggea), Kabupaten Kolaka seluas 12.825 ha (Kecamatan
Ladongi dan Tirawuta), dan Kab. Buton seluas 45.605 ha (Kecamatan Rumbia). Titik pertemuan ketiga wilayah kabupaten tersebut berada di tengah kawasan taman nasional yakni di puncak Pegunungan Mendoke dan sering disebut sebagai Segitiga BUKARI (BUton, KolaKA, dan KendaRI). Sedangkan secara administratif kehutanan termasuk wilayah RPH Lambuya (BKPH Wawotobi). RPH Tinanggea (BKPH Laiwoi Selatan) KPH Kendari, RPH Tirawuta (BKPH Tinondo), RPH Toari (BKPH Mekongga) KPH Kolaka, dan RPH Rumbia (BKP~ Poleang Rumbia) KPH Buton.
Vegetasi savana di taman nasional di Sulawesi Tenggara ini memiliki ciri khas dan keunikan, karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan tumbuhan agel, lontar dan bambu duri serta semak belukar, juga tumbuhan di sepanjang sungai-sungai yang mengalir di padang savana tersebut. Keanekaragaman tumbuhan di dalam kawasan ini sangat menonjol yaitu setidaknya tercatat 89 famili, 257 genus dan 323 spesies tumbuhan, diantaranya lara (Metrosideros petiolata), sisio (Cratoxylum formosum), kalapi (Callicarpa celebica), tongke (Bruguiera gimnorrhiza), lontar (Borassus flabellifer), dan bunga teratai (Victoria spp.). Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo (Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar (Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi (Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica).
Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Jenis primata yang ada yaitu tangkasi/podi (Tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (Macaca nigra nigra). Satwa langka dan dilindungi lainnya seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), anoa pegunungan (B. quarlesi), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis celebensis), rusa (Cervus
timorensis djonga), babirusa (Babyrousa babyrussa celebensis), dan musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii).
Gambar 2.8. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Sumber : Grolier International Inc.. Indonesia Heritage Wildlife. Jakarta: Buku Antar Bangsa, 1996.
2.8. Gaya Desain
Gaya ilustrasi yang digunakan adalah gaya semi-realis. Gaya ini digunakan karena untuk memperkenalkan fauna kepada khalayak sasaran, gambar harus memiliki kemiripan dengan kenyataan. Tetapi tetap dilakukan deformasi bentuk, agar tokoh yang ditampilkan lebih menarik, misalnya dengan memperbesar bagian mata. Proporsi tubuh tetap digambar mendekati kenyataan, agar khalayak sasaran dapat mengenali fauna aslinya. Pewarnaan menggunakan gaya desain Pop Art yang memiliki ciri-ciri penggunaan warna cerah. Gaya ini umum digunakan pada kartun untuk anak. Gaya Pop Art muncul karena protes terhadap International style dan fungsionalisme yang menggugat desain yang punya nilai estetik selamanya sementara barang yang diproduksi memakai pendekatan relatif. Menurut mereka estetika barang konsumtif harus berangkat dari budaya populer. Kata populer berasal dari Yunani yang artinya ‘populis’ (rakyat). Aliran ini mendukung media massa yang populer misalnya koran, iklan,
televisi, komik, supermarket. Pop Art marak di Amerika dan Inggris dengan tokohnya Andy Warhol, Roy Lichenstein dan di Inggris David Hockney.
2.9. Analisa Data
2.9.1. Data Sumber
Tabel 2.1. Data Sumber Kuisioner
No. Nama Usia Kelas Jenis Kelamin
1 Saraswati 8 2 Perempuan 2 Andreas 8 2 Laki-laki 3 Stephen 7 2 Laki-laki 4 Cindy 8 2 Perempuan 5 Kimberly 8 2 Perempuan 6 Jennifer 7 2 Perempuan 7 Ryutaro 7 2 Laki-laki 8 Ervina 8 2 Perempuan 9 Chitasya 7 2 Perempuan 10 Hensen 8 2 Perempuan
11 Cecillia Ivana 9 3 Perempuan
12 Evelyn 8 3 Perempuan
13 Angeline 8 3 Perempuan
14 Kevin 9 3 Laki-laki
15 Stefani 8 3 Perempuan
16 Pamela 9 3 Perempuan
17 Laurencia Bernadette 8 3 Perempuan
18 Billy 8 3 Laki-laki
19 Shierly 9 3 Perempuan
20 Yosafat 8 3 Laki-laki
21 Chelsy 10 4 Perempuan
No. Nama Usia Kelas Jenis Kelamin
23 Michelle Claudia 10 4 Perempuan
24 Wisaka 9 4 Laki-laki
25 Jennifer 9 4 Perempuan
26 Gilbert 10 4 Laki-laki
27 Gerry 10 4 Laki-laki
28 Vincentius Stanley 9 4 Laki-laki
29 Sieny Felicia 10 4 Perempuan
30 Theresa 9 4 Perempuan
31 Vincent Theodore 11 5 Laki-laki
32 Claudia 11 5 Perempuan 33 Ricky N. G. 11 5 Laki-laki 34 Cecilia T. 10 5 Perempuan 35 Tirto 10 5 Laki-laki 36 Belinda 10 5 Perempuan 37 Michelia 10 5 Perempuan
38 Bill Stanley 11 5 Laki-laki
39 Delly 10 5 Perempuan 40 Willy 10 5 Laki-laki 41 Sheila 11 6 Perempuan 42 Vincentius 12 6 Laki-laki 43 Gavin 12 6 Laki-laki 44 Bimo 12 6 Laki-laki 45 Cindy H. 11 6 Perempuan 46 Tiffany M. T. 12 6 Perempuan 47 Jesslyn 11 6 Perempuan 48 Irine 11 6 Perempuan 49 Bryan 12 6 Laki-laki 50 Laurent 11 6 Laki-laki
Sumber diperoleh dari murid-murid Sekolah Dasar Vita Surabaya yang duduk pada kelas 2 hingga 6.
2.9.2. Analisa Hasil Kuesioner
1. Corak gambar hewan yang paling disukai:
94%
6% 0%
Semi-realisSemi-kartun
Abstrak
Gambar 2.9. Diagram Corak Gambar
Asumsi: Corak gambar yang paling disukai adalah semi-realis yang memiliki proporsi serupa dengan asli, dan warna naturalis. Karena itu corak gambar ini paling cocok untuk digunakan dalam buku cerita bergambar.
2. Berapa jumlah hewan yang sudah kamu kenal dari pilihan di bawah ini: anoa, bekantan, maleo, soa-soa dan orangutan.
54% 30% 2% 0% 14% 1 2 3 4 5
Asumsi: Sebagian besar hanya mengetahui satu jenis saja fauna Indonesia yang dilindungi. Maka fauna Indonesia yang dilindungi harus diperkenalkan lagi pada anak-anak.
3. Bonus dari buku yang paling menarik untuk dimiliki:
12% 14% 18% 14% 24% 6%4% 8% Gantungan kunci Boneka Pembatas buku Kartu remi Alat tulis Kaos
Alat pengukur tinggi badan
Lainnya
Gambar 2.11. Diagram Bonus Buku
Asumsi: Bonus yang dianggap paling menarik untuk dimiliki yaitu alat tulis, diikuti oleh pembatas buku.
4. Kegiatan yang paling sering dilakukan di waktu luang:
14%
16%
10%
14%
34%
12%
Membaca komik Membaca cerita bergambar Menonton televisi Belajar Bermain game LainnyaAsumsi: Kegiatan yang paling sering dilakukan di waktu luang yaitu bermain
game. Pilihan terbanyak kedua adalah membaca cerita bergambar. Hal ini menunjukkan bahwa membaca cerita bergambar cukup disukai oleh anak-anak.
2.10. Data Penerbit
Penerbit yang digunakan yaitu Penerbit dan Percetakan Kanisius. Data penerbit sebagai berikut:
Nama: Penerbit dan Percetakan Kanisius
Alamat: Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telepon: (0271) 588783, 565996
Website: www.kanisiusmedia.com
Penerbit dan Percetakan Kanisius dapat dilihat sebagai lembaga karya Gerejani yang berkecimpung di bidang penerbitan. Lembaga karya ini menyentuh pula bidang karya lain seperti komunikasi, pengembangan intelektual, pendidikan, pemberdayaan, dialog, inkulturasi, dan pewartaan umum. Penerbit dan Percetakan Kanisius memiliki visi Injili seperti lampu dalam kamar yang gelap.